Top Banner
TITRASI IODO – IODIMETRI TITRASI IODO – IODIMETRI I. DASAR TEORI Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja. Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) . Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I 2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I 2 sebagai penitar. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2) ;
21

TITRASI IODO

Oct 23, 2015

Download

Documents

yuliatioky

semoga bermanfaat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TITRASI IODO

TITRASI IODO – IODIMETRI

TITRASI IODO – IODIMETRI

I.                   DASAR TEORI

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) .

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium.

Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2);a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium.    Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.

Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum.

Page 2: TITRASI IODO

Iodium merupakan kristal hitam mengkilat yang mudah dimurnikan dengan cara sublimasi (resublimated Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida  menurut reaksi:

I2     +    I⁻                         I3⁻Iodium merupakan indicator yang relative lemah dibanding dengan kalium kromat,

senyawa serium (IV), brom, dan kalium bikromat.I2 + 2e                                 2I’E0 = 0,535 V

Karena potensial oksidasinya rendah, maka justru system ini lebih menguntungkan karena ia dapat mereduksi oksidator-oksidator kuat, sehingga iodida dapat mereduksi oksidator tersebut dan kemudian dibebaskan iodium. Iodium yang dibebaskan ini kemudian dapat dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.

1.      IodimetriMerupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2) dan digunakan

untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji (reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I2 ) sebagai larutan standart.

Reaksinya : Reduktor      → oksidator + eI2 + 2e         → 2I

2.      IodometriMerupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa

yang mempunyai oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4 5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel. Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator) mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.

Reaksinya :     oksidator + KI      → I2

                I2 + 2 Na2S2O3   → 2NaI + Na2S4O6

Metode titrasi langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.

Pada metode iodimetri dan iodometri, larutan harus dijaga supaya pH larutan lebih kecil dari 8 karena dalam larutan alkali iodium bereaksi dengan hidroksida (OH-) menghasilkan ion hipoiodit yang pada akhirnya menghasilkan ion iodat menurut reaksi :

I2 + OH-               HI + IO-

3IO-                      IO3- + 2I-

Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada iodium akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O3

2-) tapi juga menghasilkan sulfat (SO42-)  sehingga

Page 3: TITRASI IODO

menyulitkan perhitungan stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat.

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iodium dalam kalium iodida dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida (I3⁻). Untuk tepatnya semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iodium seharusnya ditulis dengan I3⁻ dan bukan I2 ,misal :

I3⁻ + 2S2O32⁻         3I⁻ + S₄O6

2⁻

           Reaksi diatas lebih akurat dari pada : I2 + 2S2O3

2⁻                2I⁻+S₄O62⁻

 namun demi kesederhanaan untuk selanjutnya penulisan larutan iodium dengan menggunakan I2 bukan dengan I3.

Perbedaan

Iodimetri Iodometri

Jenis Langsung Tidak LangsungJumlah Satu Dua

Contoh reaksi

I2 + 2Na2S2O4 2NaI

+ Na2S4O6

KIO3 + 5KI + 3H2SO4 I2- +

K2SO4 + 3H2O

Analat Reduktor lemah Oksidator

Larutan Baku

IodiumKIO3 yang direaksikan

dengan KI dan menghasilkan iodium

II.                LARUTAN BAKUA.    LARUTAN BAKU IODIUM

Pembuatan larutan baku iodiumMenurut FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan 12,69 g iodium P

ke dalam larutan 18 g kalium iodida P dalam 100 ml air, kemudian diencerkan dengan air hingga 1000 ml. Larutan iodium yang lebih encer (0,02 : 0,001 N) dibuat dengan mengencerkan larutan iodium 0,1 N.

0,335 gram iod melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain keterlarutan yang kecil ini , larutan air iod mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh penguapan ketika ditangani. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan melarutkan iod itu dalam larutan air kalium iodida. Makin pekat larutan itu,makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan ion triiodida:

I2 + I                        I3-

Larutan yang dihasilkan mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah ketimbang suatu larutan iod dalam air murni, akibatnya kehilangan oleh penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian, tekanan uapnya masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga agar bejana-bejana yang mengandung iod tetap tertutup,kecuali sewaktu titrasi yang sesungguhnya. Bila larutan iod dalam iodida dititrasi dengan suatu reduktor,iod yang bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu. Ini menggeser kesetimbangan ke kiri, dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan berperilaku seakan-akan adalah suatu larutan iod bebas.

Page 4: TITRASI IODO

Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro analisis atau yang disublimasi-ulang dan kalium iodida yang bebas iodat (misalnya pro analisis).

Larutan dapat distandarisasi terhadap arsen(III) oksida murni atau dengan suatu larutan natrium tiosulfat yang baru saja distandarkan terhadap kalium iodat.

Larutan iod paling baik diawetkan dalam botol kecil yang bersumbat-kaca. Ini harus diisi sepenuhnya,dan disimpan di tempat yang gelap dan dingin.Kontak dengan gabus atau tutup karet harus dihindari.

Selain menggunakan larutan iodium dalam iodimetri dapat digunakan larutan baku KIO3 dan KI. Larutan ini cukup stabil dalam menghasilkan iodium bila ditambahkan asam menurut reaksi :

IO3- + 5I- + 6 H+ → 3I2 + 3H2O

Larutan KIO3 dan KI memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi, ia harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, ia tak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Yang kedua, dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri, atau dalam standarisasi larutan asam keras.

Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan yaitu :a.       Hilangnya iodium karena mudah menguapb.      Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara menurut reaksi :

4I + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O

Penguapan dari iodida dapat dikurangi dengan adanya kelebihan iodida karena terbentuk ion triiodida. Dengan 4% KI, maka penguapan iodium dapat diabaikan, asalkan titrasinya tidak terlalu lama. Titrasi harus dilakukan dalam labu tertutup dan dingin. Oksidasi iodida oleh udara dalm larutan netral dapat diabaikan, akan tetapi oksidasinya bertambah jika pH larutan turun. Reaksi ini dikatalisis oleh logam dengan valensi tertentu (terutama tembaga), ion nitrit dan cahaya matahari yang kuat. Oleh karena itu titrasi tidak boleh dilakukan pada cahaya matahari langsung. Oksidasi iodida oleh udara dapat dipengaruhi oleh reaksi antara iodida dengan oksidator terutama jika reaksinya berjalan lambat. Oleh karena itu larutan yang mengandung iodida dan asam tidak boleh dibiarkan terlalu lama, maka larutan itu harus dibebaskan dari udar sebelum penambahan iodida. Udara dikeluarkan dengan menambahkan karbondioksida.

 STANDARISASI LARUTAN IODIUMA.    Dengan Arsen Trioksida

Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut. Timbang kurang lebih 150 mg arsen trioksid secara seksama dan larutkan dalam 20 ml NaOH 1 N bila perlu dengan pemanasan, encerkan dengan 40 ml air dan tambah dengan 2 tetes metil orange dan diikuti dengan penambaha HCl encer sampai warna kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO3, 20 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap.

Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi :

As2O3 + 6 NaOH → 2 Na2AsO3 + 3 H20Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi dengan NaOH

membentuk natrium hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit

Page 5: TITRASI IODO

2 NaOH + I2 → NaIO + NaI + H2OKelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl menggunakan metil orange

sebagai indikator. Penambahan NaHCO3 untuk menetralkan asam iodida (HI) yang terbentuk yang mana asam iodida ini menyebabkan reaksi berjalan bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara sempurna. Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan arsen trioksid sebagai berikut :

As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2ONa3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 + H2OPada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas dari iodium setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas dari iodium :

mgrek iodium  =  mgrek arsen trioksidml I2 x N I2       = mmol As2O3 x valensi

N I2                  = mg As2O3  x valensi                                    BM As2O3 x ml I2

  INDIKATORWarna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai

indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penggunaan indikator pelarut organik ini sangat penting terutama jika larutannya sangat asam sehingga kanji terhidrolisa, titrasinya berjalan sangat lambat dan larutannya sangat encer.

Kerugian pemakaian pelarut organik sebagai indikator antara lain pada saat titrasi harus digunakan labu bertutup gelas, selama titrasi harus digojog kuat-kuat untuk menyari iodium dari air dan kadang-kadang harus ditunggu pemisahannya. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan adanya iod akan memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila konsentrasi iodium 2x10 -5 M dan konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10-4 M. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu larutan dan adanya pelarut-pelarut organik. Ada pendapat bahwa warna biru itu adalah dikarenakan adsorpsi iod atau ion triiodida pada permukaan makromolekul kanji. Dalam konsentrasi iodida 4x10-5sudah memungkinkan iodium dalam konsentrasi 2x10-5 atau lebih memberikan warna biru yang nyata. Jika konsentrasi iodida dinaikkan tidak begitu berbeda intensitasnya, akan tetapi bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan intensitas warna kelihatan. Tanpa iodida, iod-kanji tidak memberikan warna. Apabila suhunya dinaikkan maka kepekaan warna menurun. Pada suhu 50⁰ kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25⁰. Penambahan pelarut seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung 50% atau lebih etanol menyebabkan warna tidak timbul. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis dari kanji itu.

Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi dengan iodium.

Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan pemanasan.

Page 6: TITRASI IODO

      Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil dalam penyimpanan; tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel dan tidak tiba-tiba. Sayangnya indikator ini harganya mahal.Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :                  Amilum + I2 → iod-amilum (biru)Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)

  PENETAPAN KADAR1. Titrasi Langsung

            Sebagai contoh adalah penetapan kadar vitamin C atau asam askorbat dengan cara : lebih kurang 400 mg asam askorbat  yang ditimbang seksama, larutan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas karbon dioksida dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan  iodium 0,1 N  menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru tetap. Tiap ml iodium setara dengan 8,806 mg asam askorbat.            Asam askorbat merupakan redukator yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium. Disini asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat sedangkan iodium direduksi menjadi iodida menurut reaksi berikut :

HO                           OH

                                 

 H                                                                         H                         +2HI

HOH2C       C                                      + I2                          HOH2C      C 

 OH                                                                       OH

2.      Titrasi tidak langsungTitrasi ini dilakukan dengan menitrasi kembali kelebihan larutan baku iodium dengan

larutan baku tiosulfat. Biasanya dilakukan terhadap senyawa-senyawa yang bersifat reduktor lemah seperti glukosa dan kalomel. Sebagai contoh adalah penetapan kadar kalomel  dengan cara : lebih kurang 250 mg kalomel yang ditimbang seksama masukkan dalam labu iodium, tambahkan 10 ml air, 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml larutan natrium iodida 20% (b/v0. Tutup labu dan goyang-goyangkan hingga reaksi sempurna. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N setara dengan 23,607 mg Hg2CI2.

Page 7: TITRASI IODO

Kalomel tidak larut dalam air maka tidak dapat ditetapkan melalui kloridanya secara argentometri. Kalomel dalam larutan iodium dan natrium iodida larut dengan segera dengan membentuk garam rangkap menurut reaksi berikut :

Hg2CI2 +6 NaI+ I2           2K2HgI4 + 2NaCISupaya reaksi sempurna maka harus selalu digoyang-goyangkan dan jika sudah larut sempurna. Maka itu merupakan tanda bahwa reaksi sempurna kemudian kelebihan larutan baku iodium yang ditambahkan dititrasi kembali dengan larutan baku tiosulfat.  setara dengan 2 elektron maka valensinya adalah 2Karena pada oksidasi ini tiap 1 mol kalomel setara dengan 1 mol iodium yang berarti setara dengan 2 elektron maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalennya ( BE ) adalah setengah dari berat molekulnya.

3.      Dengan menitrasi iodium yang dibebaskan dari penambahan kalium iodideSebagai contoh adalah penetapan kadar tembaga (II) sulfat dengan cara : lebih kurang

1g tembaga (II) sulfat yang ditimbang seksama. Larutkan dalam 50 ml air, tambahkan 3g kalium iodida P dan 5 ml asam asetat P. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indicator kanji LP hingga warna biru lemah. Tambahkan 2 g kalium tiosianat P dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Tiap ml natrium tiosianat 0,1 N setara dengan 24,97 mg CuSO4.5H2O. Penetapan kadar ini berdasarkan reaksi antara tembaga (II) sulfat dengan kalium iodida dimana tembaga diendapkan sebagai tembaga (I) iodide dan dilepaskan satu atom iodium setiap ion tembaga (II).

2Cu2+ 

 + 4I         2Cu+ + 2I- + I2

Atau2CuSO4.5H2O + 4KI              2CuI + I2 + 2K2SO4 + 10H2OI2 + Na2S2O3                                     2 NaI + Na2S4O6           

Pada reaksi diatas 2 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 mol I2 yang berarti dengan 2 elektron sehingga 2 mol CuSO4.5H2O setara dengan 2 elektron atau 1 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 elektron akibatnya BE tembaga sulfat sama dengan BMnya.

VI.             CONTOH PERHITUNGAN1.      Pembakuan Na2S2O3O2O1N

Pipet 10,0 ml KIO30,01 N masukkan dalam Erlenmeyer tambah larutan 1 ml larutan KI 10% dan 1 ml H2SO4 10%. Titrasi dengan Na2S2O3 O,O1N sampai warna kuning muda, tambahkan larutan amilum 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 10,50 ml. hitung N Na2S2O3 ?

Jawab :            N1 . V1           = N2 . V2                               0,01 . 10           = N2 . 10,50

                                 N2                  = 0,01. 10                                                             10,50                                 N2                 = 0,0095 N                                  

2.      Pembakuan larutan I2 0,01N degan Na2S2O3 hasil standarisasi pada soal no. 1Pipet 10,0 ml larutan I2 masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi dengan Na2S2O3hasil standarisasi pada soal no. 1 sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan aluminium 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 9,10 ml. hitung N I2 ?

Page 8: TITRASI IODO

Jawab:             N1 . V1                = N2 . V2

                                0,0095 X 9.10 = N2 . 10                                N2                          = 0,0095 X 9,10

                                                                    10                               N2                    = 0,0086 N

3.      20 tablet antalgin ditimbang dengan seksama beratnya 14244,2 mg. (tiap tablet mengandung 500 mg antalgin). Kemudian diserbuk. Timbang seksama serbuk tablet setara dengan 100,0 mg metampiron diencerkan dengan akuades ke dalam labu ukur 50,0 ml. kemudian disaring dan diambil filtra 10,0 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditritrasi dengan iodium hasil stndarisasi pada soal no. 2 menggunakan indikator larutan amilum 1%. Sehingga iodium yang diperlukan 12,0 ml. 1ml iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin. Berapa mg antalgin terdapat dalam tiap tablet ?

Jawab :-         Bobot rata-rat tiap tablet = 14.244,2/20=712,21 mg-         Untuk sampel bobot yang ditimbang setara dengan 100 mg atalgin :

100/500 X 712,21 mg = 142,442 mg = 142,4 mg

Kadar =   x rata2tablet x fp

Kadar =   x rata2tablet x fp

        =      X 712,21 X 

          = 453,4 mg/tabletJadi kadar antalgin yang diperoleh 453,4 mg/tablet.

http://graciez-pharmacy.blogspot.com/2012/11/titrasi-iodo-iodimetri.html

PENDAHULUAN 

Page 9: TITRASI IODO

I.1  Latar Belakang

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.

Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku.

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.

PRINSIP PERCOBAAN

Metode Iodometri

Penentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan

reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku I2 0,1 N

sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan indikator larutan kanji

dengan titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi

biru..

Metode Iodimetri

Penentuan kadar CuSO4 secara volumetri dengan metode iodometri berdasarkan

reaksi oksidasi reduksi dimana sampel yang bersifat oksidator yang direduksi dahulu

dengan KI, lalu I2 yang dibebaskan ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi

menggunakan larutan baku Na2S2O3 0,1 N dalam suasana asam, dengan

menggunakan indikator larutan kanji dimana titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan

perubahan warna larutan dari biru menjadi bening.

Page 10: TITRASI IODO

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1  Teori Singkat

Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat,

arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung. Iodometri adalah

analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan dengan penambahan

larutan iodin baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium

tiosulfat baku. Pada titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan

iodum. Artinya titrasi iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium

iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) ditirasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat. (1)

Bagan reaksi :

Ox + 2 I-                                  I2 + red

I2 + 2 S2O3=                             2 I- + S4O6=

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna

khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi

pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji

sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan I2yang

berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik

akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan

sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga

titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. (2)

Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator

kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan

kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang

tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.

Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau

asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan

oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (3)

Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25oC), namun

sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium membentuk

kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710 pada 25oC.

Penambahan KI untuk menurunkan keatsirian dari iod, dan biasanya ditambahkan KI

Page 11: TITRASI IODO

3-4 % dalam larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan

menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian HIO oleh

cahaya            matahari. (3)http://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/

Definisi IodimetriDitulis oleh Riana Septyaningrum pada 15-03-2009

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan

kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau

terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida  .Iodimetri adalah titrasi redoks dengan

I2 sebagai penitar. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila suatu

unsur bertambah bilangan oksidasinya   (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang

bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron) ,jadi tidak mungkin hanya ada

oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2  ,

sehingga I2  tereduksi menjadi ion iodida :

A ( Reduktor ) + I2 →       A ( Teroksidasi ) + 2 I   -

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang merupakan

reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan

memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .

I2 + 2 e - →   2 I-

Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25◦C , namun sangat

larut dalam larutan yang mengandung ion iodida . iod membentuk kompleks triiodida dengan

iodida :

I2 + I- →   I3-

Ion cenderung dihidrolisis membentuk asam iodide dan hipoiodit :

I2 + H2O  →        HIO + H+ + I-

Larutan standar iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian HIO oleh cahaya

matahari .

2HIO      →     2 H+ + 2 I- +O2 (g)

Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sendiri sebagai indikator . Iod juga

memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada pelarut seperti CCl4 atau kloroform, dan

kadang-kadang itu digunakan untuk mendeteksi titik akhir. Namun lebih lazim digunakan suatu

larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod.

Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar

dengan adanya ion iodida . Molekul iod diikat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen

kanji.

Page 12: TITRASI IODO

Larutan iod merupakan larutan yang tidak stabil , sehingga perlu distandarisasi berulang kali.

Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat

kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau

dengan menambahkan bahan pengkompleks.

Larutan iod sering distandardisasi dengan larutan Na2S2O3 . selain itu bahan baku primer yang

paling banyak digunakan ialah As2O3 pada pH tengah, Berdasarkan reaksi :

I2 + 2 e- →     2 I- E◦= 0,536 volt

H3AsO3 + H2O                      →    H3AsO4 + 2 H+ + 2 e- E◦= 0, 559 volt

———————————————————————–

H3AsO3 + H2O + I2 H3 →    AsO4 + 2 H+ + 2 I- E◦= -0,023 volt

Reaksi diatas menunjukkan , bahwa sebenarnya iod terlalu lemah untuk mengoksidasi H3AsO4 .

Namun dengan mentitrasi pada pH cukup tinggi , maka kesetimbangan digeser kekanan ( H+yang

terbentuk diikat oleh OH- dalam larutan yang berkelebihan OH- itu) . Pada umumnya pH tersebut

diantara 7 dan 9, tidak terlalu basa , karena akan mendorong disproporsional I2 terlalu

banyak .Untuk mengatur pH tersebut ,larutan yang agak asam dijenuhi dengan NaHCO3 yang akan

menghasilkan penahan dengan pH antara 7 dan 8.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/iodimetri/definisi-iodimetri/

IODIMETRI

A.   PengertianIstilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana

terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) .

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan

Page 13: TITRASI IODO

sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2);a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium.    Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.

Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum.

Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. Oksidasi potensial sistem yodium yodida ini dapat dituliskan sebagai reaksi berikut ini :I2 + 2 e- 2 I- Eo = + 0,535 vol

B.     Iodimetri dengan I2 sebagai TitranMetode titrasi iodimetri adalah titrasi redoks yang

menggunakan larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana

Page 14: TITRASI IODO

netral atau sedikit asam. Titrasi ini diebut juga dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I2 berfungsi sebagai pereaksi. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya  (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :A ( Reduktor ) + I2 →       A ( Teroksidasi ) + 2 I -

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .      I2 + 2 e - →   2 I-

Larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 murni selanjutnya distandarisasi dengan Na-tiosulfat. I2 merupakan oksidator yang bersifat moderat, maka jumlah zat yang dapat ditentukan secara iodimetri sangat terbatas, beberapa contoh zat yang sering ditentukan secara iodimetri adalah H2S, ion sulfite, Sn2+, As3+ atau N2H4. Akan tetapi karena sifatnya yang moderat ini maka titrasi dengan I2 bersifat lebih selektif dibandingkan dengan titrasi yang menggunakan titrant oksidator kuat.

Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodine dalam air nilainya kecil maka larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I3-.

Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

C.    Indikator dalam IodimetriPada titrasi iodimetri ini dilakukan dalam keadaan netral atau

dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

I2 + 2OH-  <-> IO3-  +  I-  + H2O

Page 15: TITRASI IODO

Sedangkan pada keadaan asam kuat maka biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam  daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan Mr= 50.000 – 1.000.000. Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun, pada percobaan iodimetri kali ini kita menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasikonsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi warna ini adalah sedemikian rupa sehingga warna biru akan terlihat bila konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar daripada 4 x 10-4 M pada 20oC. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperatur larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis pada kanji itu sendiri. Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : (i) bersifat tidak dapat larut dalam air dingin; (ii) ketidak stabilan suspensinya dalam air; (iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi (karena itu, dalam titrasiiod larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelu m titik akhir, ketika warna mulai memudar). Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi amilum yang dipakai

Page 16: TITRASI IODO

sebagai indikator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam.

4I- + O2 + 4H+  -> 2I2 + 2H2O

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Beberapa reaksi penentuan denga iodimetri ditulis dalam reaksi berikut:H2S + I2 -> S + 2I- + 2H+

SO32- + I2 + H2O -> SO42- + 2I- + 2H+

Sn2+  + I2  -> Sn4+ + 2I-

H2AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+

D.    Penentuan Titik Akhir Titrasi Iodimetri

Seperti yang telah kita ketahui bahwa titik akhir titrasi (TAT) redoks dapat dilakukan dengan megukur potensial larutan dan dengan menggunakan indikator. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas.  TAT dengan mengukur potensial memerlukan peralatan yang agak lebih banyak deperti penyediaan voltameter dan elektroda khusus, dan kemudian diikuti dengan pembuatan kurva titrasi redoks maka dengan alasan kemudahan dan efisiensi maka TAT dengan menggunakan indikator yang lebih banyak untuk diaplikasikan

E.     Peranan Iodimetri dalam bidang farmasiDalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan

kadar obat – obatan.   Salah satu contohnya adalah untuk menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C, natrium askorbat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya.