BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pengertian mendasar mengenai mutu merupakan hal penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk dapat bersaing secara efektif dipersaingan pasar pada masa sekarang. Definisi kualitas sendiri mempunyai lingkup yang luas, mulai dari pengertian sempit seperti “memenuhi spesifikasi teknik pada lantai produksi”, sampai dengan pengertian yang lebih luas. Berikut merupakan beberapa definisi kualitas yang sering digunakan : a. Juran menyatakan bahwa mutu merupakan kecocokan untuk penggunaan (Fittness for us). b. A.V.Feigenbaum menyatakan bahwa mutu merupakan keseluruhan gabungan karakteristik barang dan jasa dari pemasaran, rekayasa, manufaktur dan II-1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kualitas
Pengertian mendasar mengenai mutu merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan perusahaan untuk dapat bersaing secara
efektif dipersaingan pasar pada masa sekarang. Definisi kualitas
sendiri mempunyai lingkup yang luas, mulai dari pengertian sempit
seperti “memenuhi spesifikasi teknik pada lantai produksi”, sampai
dengan pengertian yang lebih luas. Berikut merupakan beberapa
definisi kualitas yang sering digunakan :
a.Juran menyatakan bahwa mutu merupakan kecocokan untuk
penggunaan (Fittness for us).
b.A.V.Feigenbaum menyatakan bahwa mutu merupakan
keseluruhan gabungan karakteristik barang dan jasa dari
pemasaran, rekayasa, manufaktur dan pemeliharaan
dimana barang dan jasa yang digunakan akan memenuhi
keinginan pelanggan.
c.Crossby menyatakan bahwa kualitas merupakan kesesuaian
dengan persyaratan (yang dinyatakan secara jelas).
d.ISO 9000 menyatakan bahwa kualitas adalah keunggulan
dan karakteristik menyeluruh dari suatu barang/jasa yang
mengindikasikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
yang telah ditetapkan atau dinyatakan secara tidak
langsung.
II-1
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
1.1.1 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan prosedur untuk
mencapai kualitas yang diinginkan, dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas produk dan menurunkan ongkos kualitas
secara keseluruhan. Pengendalian kualitas dapat didefinisikan
bermacam-macam, yaitu:
1. Dr. W. Edwards Deming (1950) adalah salah seorang
penerus konsep-konsep dan teori kualitas yang telah
dirintis oleh Dr. Walter Shewhart. Deming menyatakan
bahwa pengendalian kualitas secara statistik adalah
menerapkan prinsip serta teknik statistik pada tiap tahap-
tahap produksi yang bertujuan agar pembuatan produk
dengan cara paling ekonomis dapat berguna semaksimal
mungkin. Deming lebih fokus pada pendekatan ’statistical
quality control’ untuk merevisi tingkat efisiensi dan
pemanfaatan waktu dalam konteks ”time management”
yang dislogankan dengan ”wartime looses”.
2. Joseph M. Juran (1979) mendefinisikan bahwa
pengendalian kualitas dari suatu produk atau pelayanan
jasa adalah kecocokan produk atau pelayanan jasa
terhadap kebutuhan pelanggan dengan kemampuan proses
yang memadai. Dalam perananya di bidang kualitas, Juran
(1979) memublikasikan dalam bukunya yang berjudul
“Quality Control Handbook” menyatakan bahwa
pengendalian kualitas terdiri dari 3 aspek, yaitu:
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
a. Quality planning, dimana produsen harus
melakukan hal-hal sebagai berikut.
- Identifikasi kebutuhan konsumen, baik
internal maupun eksternal
- Rancang produk yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen
- Rancang proses produksi produk itu
- Produksi produk sesuai dengan spesifikasi
b. Quality control, yaitu pengendalian kualitas
produk pada saat proses produksi. Pada tahapan
ini, produsen harus melakukan hal-hal sebagai
berikut.
- Identifikasi faktor kritis yang harus
dikendalikan dan berpengaruh pada kualitas
- Kembangkan alat dan metode
pengukurannya
- Kembangkan standar bagi faktor-faktor
kritis
c. Quality improvement, yang dilakukan jika ditemui
ketidaksesuaian antara kondisi aktual dengan
kondisi standar. Metode Six Sigma merupakan
tindakan yang berada pada tahapan ini.
3. Standar Industri Jepang - Kaoru Ishikawa (1985)
mendefinisikan pengendalian kualitas sebagai suatu sistem
tentang metode produksi yang secara ekonomis
memproduksi barang atau jasa yang bermutu untuk
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
memenuhi kebutuhan konsumen. Ishikawa adalah pelopor
pengembangan konsep-konsep aktivitas pengendalian
mutu di jepang. Pada tahun 1943, Ishikawa
mengembangkan suatu diagram ”cause-and-effect”, dan
memublikasikan beberapa konsep pendukung dari
teorinya tersebut, termasuk ”Total Qulity Control Circle
at Work”, ”The japanese Way” dan ”Guide to Quality
Control”.
4. Dr. Genichi Taguchi mengembangkan ”system of quality
engineering” yang merupakan metode peningkatan
kulitas. Konsep dasar metode taguchi adalah ”Quality
Fuction Deployment (QFD)” yaitu menerapkan fungsi
jaminan kualitas kedalam aktivitas kerja maupun proses-
proses yang dimulai dari awal product life cyle.Taguchi
menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pengendalian kualitas yaitu:
a. On-line quality control, merupakan pendiagnosaan
dan penyesuaian proses, pengontrolan proses, dan
inspeksi hasil proses. Usaha ini adalah
pengendalian kualitas pada saat proses produksi
sedang berlangsung.
b. Off-line quality control, yaitu merupakan usaha-
usaha yang bertujuan untuk mengoptimalkan
desain proses dan produk, sebagai pendukung
usaha on-line quality control. Usaha ini dilakukan
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
baik sebelum proses produksi berlangsung ataupun
setelah proses produksi selesai.
1.1.2 Definisi Cacat Atau Defect
Produk yang cacat tentu tidak dapat berfungsi dengan baik
karena sebagian atau seluruh kemampuan produk tersebut untuk
memenuhi kebutuhan konsumen berkurang atau hilang. Kata “cacat”
dapat didefinisikan bermacam-macam sesuai dengan cara pandang
masing-masing orang atau organisasi.
Berikut ini terdapat beberapa macam definisi dari kata
“cacat atau defect”.
1. Menurut Vincent Gaspersz (2002) cacat dapat
didefinisikan sebagai karakteristik kualitas yang tidak
memenuhi standar atau kegagalan untuk memberikan apa
yang diinginkan oleh pelanggan. Selain itu, tingkat
keparahan satu atau lebih kerusakan pada produk dapat
membuat produk tersebut ditolak.
2. Peter S. Pande (2002) menyatakan bahwa cacat adalah
semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses
gagal memenuhi kebutuhan seorang pelanggan.
3. Juran (1979) mendefinisikan cacat sebagai suatu keadaan
produk yang tidak dapat digunakan atau batasan produk
diluar spesifikasi.
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
1.2 Metode Six Sigma
Pada dasarnya Six Sigma merupakan ukuran statistik
terhadap kinerja sebuah proses atau produk dengan tujuan untuk
mencapai kesempurnaan dalam perbaikan/peningkatan kerja dalam
suatu sistem manajemen. Six sigma mempunyai dua arti penting,
yaitu :
1. Six Sigma sebagai filosofi manajemen
Six Sigma merupakan kegiatan pengukuran yang
dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang menjadi
budaya dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis
dan memuaskan keinginan konsumen, sehingga
meningkatkan nilai perusahaan.
2. Six Sigma sebagai sistem pengukuran
Sesuai dengan arti sigma berarti distribusi atau
penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) dari suatu
proses atau prosedur. Six Sigma diterapkan untuk
memperkecil sigma.
Six Sigma memiliki enam tema yag berasal dari
terobosan-terobosan dalam pemikiran manajemen, yaitu :
1. Fokus yang sungguh-sungguh kepada pelanggan
Dalam Six Sigma, pelanggan menjadi prioritas
utama. Ukuran-ukuran kinerja Six Sigma dimulai dengan
pelanggan. Perbaikan Six Sigma ditentukan oleh
pengaruhnya terhadap kepuasan dan penilaian pelanggan
2. Manajeman yang digerakan oleh data dan fakta
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
Disiplin Six Sigma dimulai dengan menjelaskan
ukuran-ukuran apa yang menjadi kunci untuk mengukur
kinerja bisnis, kemudian menerapkan data dan analisis
sedemikian rupa untuk membangun pemahaman terhadap
variabel-variabel kunci dan hasil-hasil optimal.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan
Dalam Six Sigma, proses adalah tempat dimana
tindakan dimulai. Baik dalam perancangan produk dan
jasa, pengukuran kinerja, perbaikan efisiensi dan kepuasan
pelanggan. Six Sigma memposisikan proses sebagai
kendaraan kunci dari suatu kesuksesan. Penguasaan
proses bukan hanya sangat perlu, tapi sebenarnya
merupakan sebuah cara untuk membangun keunggulan
kompetitif.
4. Manajemen proaktif
Yang paling sederhana, menjadi proaktif berarti
bertindak sebelum ada reaksi. Six Sigma mencangkup
sejumlah alat dan praktik yang menggantikan kebiasaan
reaktif dengan gaya manajemen yang dinamis, responsif
dan proaktif. Mengingat lingkungan kompetitif dengan
tingkat kesalahan rendah, maka menjadi proaktif
merupakan cara yang tepat untuk dapat bertahan.
5. Kolaborasi tanpa batas
Six sigma memperluas peluang untuk kolaborasi
jika orang-orang mempelajari apa peran mereka dan dapat
menyadari serta mengukur kesalingtergantungan dari
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
berbagai aktivitas disemua bagian dari sebuah proses.
Lebih lanjut, kolaborasi tanpa batas menuntut sikap yang
ditujukan sepenuhnya untuk menggunakan pengetahuan
terhadap pelanggan dan proses bagi keuntungan semua
bagian. Jadi, sistem Six Sigma dapat meniptakan sebuah
lingkungan dan struktur manajemen yang mendukung
teamwork yang sesungguhnya.
6. Dorongan untuk menjadi sempurna dan toleransi terhadap
kegagalan.
Tidak ada perusahaan yang menapai kesempurnaan
tanpa menghadapi resiko. Teknik-teknik untuk
meningkatkan kinerja dalam six siga mencakup satu ‘obat’
signifikan terhadap manajemen resiko, yaitu jika terjadi
gagal dibuatlah kegagalan itu menjadi suatu kegagalan
yang aman. Semua perusahaan yang membuat six sigms
menjadi tujuan perusahaan, harus secara terus menerus
didorong untuk menjadi lebih sempurna dari sebelumnya,
tetapi juga harus bersedia menerima dan mengelola
kemungkinan kemunduran yang terjadi.
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam
aplikasi konsep Six Sigma dalam bidang mamnufakturing, yaitu ;
1.Identifikasi karakteristik produk yang memuaskan
konsumen (sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan)
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
2.Mengklasifikasi semua karakteristik kualitas itu sebagai
CTQ (Critical to Quality),
3.Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan
melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja,
dll,
4.Menetukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ
sesuai dengan yang diinginkan pelanggan ( menentukan
nilai USL dan LSL dari setiap CTQ),
5.Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ
(menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap
CTQ), dan
6.Mengubah desaim produk dan proses sedemikian rupa agar
mampu mencapai nilai target Six Sigma.
Gaspersz (2002) menyatakan bahwa Six Sigma adalah
metode yang terstruktur dan fact-based, dan merupakan penerapan
metode statistik dalam proses bisnis utama untuk meningkatkan
efisiensi operasional yang berakibat pada peningkatan value
(organisasi). Six Sigma juga merupakan suatu konsep pengembangan
bisnis yang dikembangkan atas dasar infrastruktur yang jelas dan
kokoh yang secara langsung melibatkan personel dari beberapa level
manajemen yang memiliki target perbaikan kualitas dan proses untuk
menggerakkan upaya perbaikan berkesinambungan suatu
perusahaan. Fokus dari Six Sigma adalah pengurangan cycle time,
pengurangan jumlah cacat, dan kepuasan pelanggan.
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
Tujuan six sigma adalah meningkatkan kinerja dengan
mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi
kegagalan produk/proses, menekan cacat produk, meningkatkan
keuntungan dan meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang
maksimal.
Dalam perkembangan selanjutnya, Six Sigma telah
menjadi sebuah metoda untuk contionous improvement process
dengan metodologi tertentu yang dikembangkan oleh berbagai
lembaga Juga, Six Sigma yang pada awalnya dikembangkan oleh
Motorola telah menjadi icon bagi jaminan kualitas.
Jika dibandingkan dengan metode pengendalian kualitas
sebelumnya, six sigma memiliki keunggulan pada fungsi-fungsi
proses. Six sigma tidak sekedar berorientasi pada kualitas
produk/jasa, tetapi juga pada seluruh aspek operasional bisnis
dengan penekanan dalam fungsi-fungsi proses.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma
dibandingkan dengan metode lain adalah:
a. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis
berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di
bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi
sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan
maksimalisasi motivasi atas usaha.
b. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa
atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal,
misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan
sebagainya.
c. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel
mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan
cepat.
d. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan
berubah, kinerja sigma akan berubah.
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka
menerima nilai sesuai dengan yang mereka harapkan. Apabila
produk (barang dan/atau jasa) diproses pada tingkat kualitas Six
Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta
kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966% dari apa
yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan
demikian, Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem
industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk
antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi
target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik.
Dalam pemahaman statistik, kualitas Six Sigma secara
umum dapat diartikan, untuk setiap 1.000.000 unit kesempatan
(opportunity), tingkat kerusakan tidak lebih dari 3,4 unit.
Kesempatan disini berarti setiap kemungkinan untuk menghasilkan
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pada saat sekarang ini, rata-rata sigma jauh dari angka
‘six’ namun baru mencapai level 4 sigma, yang berarti kemungkinan
terjadinya produk rusak mencapai 6.000 untuk setiap 1.000.000
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
kesempatan. Program six sigma adalah upaya untuk mendeteksi
seberapa besar sigma yang ada pada saat ini, serta upaya-upaya agar
dapat meningkatkan sigma secara bertahap menuju angka “Six
Sigma”.
Konsep dasar Six Sigma adalah disiplin, berorientasi pada
konsumen, pengambilan keputusan berdasarkan data yang ada (data
driven), secara kontinyu meningkatkan kualitas proses dan
produktivitas yng menghasilkan peningkatan keuntungan.
Tabel 2.1 Perbedaan True 6-Sigma dengan Motorola’s 6-Sigma
True 6-Sigma Process
(Normal Distribution Centered)
Motorola’s 6-Sigma Process
(Normal Distribution Shifted 1,5-Sigma)
Batas
Spesifikasi
(LSL-USL)
Persentase yang
memenuhi spesifikasi
(LSL-USL)
DPMO
Batas
Spesifikasi
(LSL-USL)
Persentase yang
memenuhi spesifikasi
(LSL-USL)
DPMO
± 1-sigma 68,27% 317.300 ± 1-sigma 30,85% 691.462
± 2-sigma 95,45% 45.500 ± 2-sigma 69,15% 308.538
± 3-sigma 99,73% 2.700 ± 3-sigma 93,32% 66.807
± 4-sigma 99,99% 63 ± 4-sigma 99,38% 6.210
± 5-sigma 100,00% 0,57 ± 5-sigma 99,98% 233
± 6-sigma 100,00% 0,002 ± 6-sigma 100,00% 3,4
Tabel 2.2 Tabel Konversi Sigma
Tingkat Pencapaian Sigma DPMO
1 sigma 691.462 (sangat tidak kompetitif)
2 sigma 308.538 (rata-rata industri Indonesia)
3 sigma 66.807
4 sigma 6.210 (rata-rata industri Amerika Serikat)
5 sigma 233
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
6 sigma 3,4 (industri kelas dunia)
1.2.1 Tahapan Dalam Program Six Sigma
1.2.1.1 Define
Define merupakan langkah operasional pertama dalam
program peningkatan kualitas Six Sigma. dalam proses pendefinisian
kebutuhan spesifik dari pelanggan, perlu dilakukan suatu
pemahaman dan proses membedakan diantara dua kategori
persyaratan kritis, yaitu persyaratan output dan persyaratan
pelayanan. Persyaratan output berkaitan dengan karakteristik dan/
atau features dari produk akhir (barang dan jasa) yang diserahkan
kepada pelanggan pada akhir dari suatu proses.
1.2.1.2 Measure
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam
program peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok
yang harus dilakukan dalam tahap Measure, yaitu:
a. Menetapkan Karakteristik Kualitas (CTQ) kunci
CTQ ditetapkan berhubungan langsung dengan
kebutuhan spesifik pelanggan yang diturunkan secara
langsung dari persyaratan-persyaratan output dan
pelayanan.
b. Mengembangkan Rencana Pengumpulan Data
Tahap berikutnya setelah penetapan atau pemilihan
karakteristik kualitas kunci dalam proyek Six Sigma
adalah menetapkan rencana untuk pengumpulan data.
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat
dilakukan pada tiga tingkat, yaitu :
1. Pengukuran pada tingkat proses adalah mengukur
setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan
karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh
pemasok (supplier) yang mengendalikan dan
mempengaruhi karakteristik kualitas output yang
diinginkan.
2. Pengukuran pada tingkat output adalah mengukur
karakteristik kualitas output yang dihasilkan suatu
proses dibandingkan terhadap spesifikasi
karakteristik kualitas yang diinginkan oleh
pelanggan.
3. Pengukuran pada tingkat outcome adalah
mengukur bagaimana baiknya suatu produk
(barang/jasa) itu memenuhi kebutuhan spesifik dan
ekspektasi rasional dari pelanggan, sehingga
mengukur tingkat kepuasan pelanggan dalam
menggunakan produk yang diserahkan.
c. Pengukuran Baseline Kinerja (Performa Baseline)
Proyek peningkatan kualitas Six Sigma yang
ditetapkan berfokus terhadap upaya-upaya giat dalam
peningkatan kualitas menuju kegagalan nol (zero defect)
sehingga memberikan kepuasan total kepada pelanggan.
Sebelum suatu proyek Six Sigma dimulai, kita harus
mengetahui tingkat kinerja yang sekarang (current
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
performance) atau dalam terminologi Six Sigma disebut
sebagai baseline kinerja (performance baseline). Baseline
kinerja biasanya ditetapkan menggunakan satuan
pengukuran DPMO dan nilai sigma. Target dari
pengendalian kualitas Six Siga Motorola sebesar 3,4
DPMO yang diinterpretasikan sebagai dalam satu unit
produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal
dari suatu karakteristik CTQ adalah hanya 3,4 kegagalan
per satu juta kesempatan. Rumus untuk menghitung
DPMO :
DPMO =[JumlahProduk Cacat
Banyak produk yangdiperiksa xCTQ potensial]
x 1.000.000
Nilai sigma adalah kemampuan proses untuk
memproduksi atau menyerahkan output sesuai dengan
ekspektasi dan kebutuhan pelanggan. Kapabilitas proses
merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan
proses mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi
produk yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam menentukan
tingkatan nilai sigma bisa menggunakan tabel yang
dipakai oleh Motorola.
Tugas Akhir Universitas Jenderal Achmad Yani
Bab 2 Tinjauan Pustaka Hal II-
1.2.1.3 Analyze
Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam
program peningkatan kualitas Six Sigma. tahapan yang harus
dilakukan adalah :
a. Menentukan Stabilitas dan Kemampuan (kapabilitas)