Top Banner

of 18

Tentir Pruritus

Mar 05, 2016

Download

Documents

MEDIVO UNTAN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    Disusun oleh :

    Erik Ahmad Hasyim

    Deska Gratama

    M. Fadhil Amrullah

    Danang Mustofa

    Nabiyur Rahma

    Adityawarman

    Anggita Serli

    Nabiyur Rahma

    Mustarhfiroh

    Kristian Wilson

    Ledi Ratih

    SELAMAT MEMBACA

    SEMOGA ILMUNYA BERMANFAAT

  • 2

    PRURITUS

    Definisi:

    Sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus

    (gatal) merupakan gejala utama dari penyakit kulit yang menimbulkan sensasi atau

    keinginan untuk menggaruk.

    Internasional Forum For the Study of Itch (IFSI) mengelompokkan pruritus

    menjadi akut dan kronik, dengan lama gejala pruritus 6 minggu atau lebih.

    Berdasarkan slide, pruritus dibagi menjadi 2 yaitu pruritus akut dan kronik

    ,berdasarkan waktu pruritus akut (< 6 minggu) berlangsung pada beberapa hari ,

    sedangkan pruritus kronik (> 6 minggu) berlangsung pada beberapa bulan.

    Di bawah ini adalah beberapa contoh Chronic Pruritus berdasarkan sumbernya

    (something wrong with the skin and systemic disorders):

    Select Dermatologic Disorders Associated with Chronic Pruritus*

    Autoimmune

    Dermatitis herpetiformis

    Dermatomyositis

    Pemphigoid

    Sjgren's syndrome

    Genetic

    Darier's disease

    Hailey-Hailey disease

    Ichthyoses

    Sjgren-Larsson syndrome

    Infections and Infestations

  • 3

    Arthropod reactions

    Dermatophytosis

    Folliculitis

    Impetigo and other bacterial infections

    Insect bites

    Pediculosis

    Scabies

    Viral

    Inflammatory

    Asteatosis (dry skin), including aging and senile pruritus

    Atopic eczema

    Contact dermatitis (irritant, allergic)

    Drug reactions

    Invisible dermatoses

    Lichen planus

    Lichen simplex chronicus

    Mastocytosis (urticaria pigmentosa)

    Miliaria

    Psoriasis

    Scars

    Urticaria

    Neoplastic

    Cutaneous T-cell lymphoma or mycosis fungoides (especially Szary syndrome)

    Cutaneous B-cell lymphoma

    Leukemia cutis

    Pregnancy

    Pemphigoid gestationis

    Polymorphic eruption of pregnancy

    Prurigo gestationis

  • 4

    Darier's disease

    Hailey-Hailey disease

    Ichthyoses

    Sjgren-Larsson syndrome

    Infections and Infestations

    Arthropod reactions

    Dermatophytosis

    Folliculitis

    Impetigo and other bacterial infections

    Insect bites

    Pediculosis

    Scabies

    Viral

    Inflammatory

    Asteatosis (dry skin), including aging and senile pruritus

    Atopic eczema

    Contact dermatitis (irritant, allergic)

    Drug reactions

    Invisible dermatoses

    Lichen planus

    Lichen simplex chronicus

    Mastocytosis (urticaria pigmentosa)

    Miliaria

    Psoriasis

    Scars

    Urticaria

    Neoplastic

    Cutaneous T-cell lymphoma or mycosis fungoides (especially Szary syndrome)

    Cutaneous B-cell lymphoma

  • 5

    Leukemia cutis

    Pregnancy

    Pemphigoid gestationis

    Polymorphic eruption of pregnancy

    Prurigo gestationis

    Box 2: Select Systemic Causes of Chronic Pruritus

    Endocrine and Metabolic Diseases

    Chronic renal failure

    Diabetes mellitus (questionable; may be localized to scalp)

    Hyperthyroidism

    Hypothyroidism

    Liver disease (with or without cholestasis)

    Malabsorption

    Perimenopausal pruritus

    Infectious Diseases

    Helminthosis

    HIV infection

    Parasitosis

    Neoplastic and hematological

    Hodgkin's disease

    Iron deficiency

    Leukemia

    Non-Hodgkin's lymphoma

    Multiple myeloma

    Plasmacytoma

  • 6

    Polycythemia rubra vera

    Visceral Neoplasms

    Carcinoid syndrome

    Solid tumors of the cervix, prostate, or colon

    Pregnancy

    Pruritus gravidarum (with or without cholestasis)

    Drugs

    Allopurinol

    Amiodarone

    Angiotensin-converting enzyme inhibitors

    Estrogen

    Hydrochlorothiazide

    Hydroxyethyl cellulose

    Opioids

    Simvastatin

    Other

    Neurologic disease

    1. Abscess

    2. Infarcts

    3. Multiple sclerosis

    4. Notalgia Paresthetica

    5. Tumors

    Psychiatric disease

    1. Anxiety disorders

    2. Depression

    3. Obsessive-compulsive disorder

    Nb: nice to know only

  • 7

    Kalau tadi adalah pembagian pruritus berdasarkan waktunya, berikut adalah pruritus

    berdasarkan manifestasi klinisnya:

    Pruritoceptive itch (kelainan kulit): Akibat gangguan yang berasal dari kulit.

    Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.

    Neuropathic itch: Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.

    Misalnya, pada herpes dan tumor.

    Neurogenic itch: Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat

    transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik

    (ginjal kronis, jaundice).

    Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia

    Patofisiologi:

    Sekarang kita akan membahas tentang pathogenesis dari pruritus ( gatal )

    Sebelum menjelaskan tentang pathogenesis nya teman-teman udah pada tau kan apa

    itu pruritus? pruritus itu sama dengan gatal yaitu perasaan tidak nyaman yang

    menyebabkan kita ingin menggaruk dan merupakan akibat dari aktivitas ujung bebas

    saraf pada dermo epidermal junction.

    Mirip nyeri, pruritus ini termasuk dalam respon nosiseptif yang terletak pada

    kulit dan visceral abdomen yang berespon terhadap stimulus eksternal maupun internal

    seperti rangsangan fisik dan kimia.

    Persyarafan kulit itu dibagi menjadi 2 serat yaitu:

    serat A yang bermyelin

    Serat A merupakan nosiseptor mekanik , yaitu suatu struktur

    spesifik yang berespon terhadap berbagai ransang. Serabut saraf A

    merupakan penghantar sinyal saraf yang cepat. Kecepatan hantarannya

    mencapai 30m/detik.

  • 8

    serat C yang tidak bermyelin

    Serat C atau yang biasanya disebut sebagai serat polimodan

    akan menghubungkan pleksus yang banyak mengandung akhiran

    syaraf, nah pruritus ini disalurkan kesaraf pusat melalui serat C.

    Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan

    polimodal nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif. Polimodal

    nosiseptor merupakan serabut saraf yang merespon terhadap semua

    jenis stimulus mekanik dan kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif tidak

    merespon terhadap stimulus mekanik, namun memberi respon terhadap

    stimulus kimiawi. Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan

    pruritoseptor yaitu reseptor yang menimbulkan rasa gatal,

    terutama dipengaruhi oleh histamine.Serabut saraf C merupakan

    penghantar sinyal saraf yang lambat. Kecepatan hantarannya hanya

    12m/detik, terlebih lagi pada serabut saraf C mekanoinsensitif yang

    hanya 0,5m/detik. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat

    merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus terjadi. Bandingkan

    saat tangan kita terkena benda panas.

    Perjalanan gatal itu sendiri terjadi karena adanya ransangan baik

    itu ransangan dalam bentuk kimia maupun fisik. Ransang

    menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi. Serabut

    Serat A Serat C

    Bermyelin Tidak bermyelin

    Nosiseptor mekanik Mengandung banyak akhiran

    saraf

    Respon cepat Respon lambat

  • 9

    saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls sepanjang serabut

    saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis

    susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson

    reflex mengeluarkan transmiter yang menghasilkan inflamasi

    neurogenik (substansi P, CGRP, NKA, dll). Setelah impuls melalui

    pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal

    dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian

    tertentu tubuh.

    Kenapa kalau gatal digaruk gatalnya hilang?

    Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak

    terangsang. Tidak mungkin pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor sekaligus

    yang terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai

    merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk menggaruk. Saat menggaruk,

    polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga pruritoseptor akan berhenti terangsang.

    Hal ini memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang

    gatal, maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya

    polimodal nosiseptor berhenti terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali

    terangsang sehingga gatal akan timbul kembali. Polimodal nosiseptor juga dapat

    menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang labelnya kasar akan menimbulkan

    sensasi gatal. Stimulus pada serabu saraf C melalui ganglion dorsal dan menyilang

    pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan masuk ke jalur spinotalamikus

    lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri sensori.

    ITCH SCRATCH CYCLE

  • 10

    Timbulnya pruritus merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan

    stimulasi dari ujung-ujung saraf superfisial pada kulit. Saraf yang berperan pada

    timbulnya rasa gatal adalah serat-serat saraf C tanpa mielin yang mentransmisikan

    stimulus ke kornu dorsalis dari medulla spinalis, kemudian melalui traktus

    spinotalamikus ke korteks serebral untuk diproses. Mediator yang berperan pada

    patogenesis dari pruritus berupa mediator sentral maupun perifer termasuk opiat,

    neuroadrenalin, substance P, histamin, proteinase, nerve growth factor, interleukin,

    serotonin, prostaglandin. Rasa gatal yang diinduksi oleh histamine terbukti

    mengaktivasi area motorik sentral yang berhubungan dengan dengan aktivitas

    menggaruk. Hal ini menunjang perilaku gatal-garuk-gatal.

    Siklus gatal - garuk

    Scratch ---------------- epidermal barier

    | |

    | |

    Itch |

    | |

    | |

    C nerve ------------- Neuropeptide, tryptase

    fiber inflammatory mediators

    Dari rekaman dr.Ambar:

    Adanya gatal pasti akan timbul sensasi menggaruk (jika menggaruknya terlalu keras

    maka akan merusak barrier dari kulit, struktur kulit juga akan berubah dan akan

    mempengaruhi segalanya. Padahal didalam barrier kulit banyak terdapat pertahanan-

    pertahanan kulit. Jika barier kulit berubah maka fungsi kulit akan berkurang.

    Mediator gatal ada yang di hipotalamus, spina dsb (mediator central)

  • 11

    Mediator central melibatkan neuropeptide dan neurotropik, nanti akan berhubungan

    dengan ada beberapa penyakit yang sensasi gatalnya terjadi di central.

    Kemudian yang perifer lebih banyak, seperti histamin, sitokin, proteinase, substansi,

    interleukin dsb.

    Mediator Pruritus

    1. Histamin

    Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan

    sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus)

    menyebabkan nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada

    granula sel mast. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan

    keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2.

    Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1.

    2. Serotonin

    Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast

    manusia. Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel

    mast dermal.

    3. Endopeptidase

    Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin

    adalah komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel

    mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2

    (PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan

    neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan

    interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain

    tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan

    dalam timbulnya gatal.

    4. Neuropeptida

    Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat

    dari kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik

  • 12

    dengan aksi langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui

    reseptor NK-1. Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah

    pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah

    pada saraf tulang belakang atau ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine

    dapat menyebakan gatal segmental.

    5. Eicosanoid

    Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang

    kuat dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal.

    Prostaglandin E (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi

    rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi

    gatal akibat kerja histamin pada area tersebut.

    Pruritus Akibat Dermatosis Dermatitis aktopik >> riwayat atopic seperti asma, bersin pagi (rhinitis), mudah

    gatal jika digigit nyamuk, kulitnya kering dan bersisik sensasi gatalnya lebih kuat

    Dermatitis kontak

    Alergi>> mempunyai riwayat dermatitis aktopik, misalnya jam tangan

    Iritan >>detergen, bensin, bahan kimia, semen

    Dermatitis seboroik

    Daerah yang banyak sebum, banyak kel. keringat, misalnya di kulit kepala dan

    sekitarnya, daerah belakang telinga, alis, dada bagian atas

    Paling banyak jamur

    Bersisik, merah, seperti ketombe

    Urtikaria

    Biduran, bentol-bentol besar

    Bisa bengkak di bibir, kelopak mata

    Scabies

    Gatal di malam hari

    Menular

    Terjadi pada tempat yang ramai yang sering tukaran barang

    Fungal infections

    Candidiasis,

    tinea pedis > kaki

    tinea kapitis > kulit kepala

    tinea facialis > wajah

  • 13

    tinea pruris > lipatan paha, genital

    tinea manum > tangan

    Psoriasis

    Tidak bisa sembuh total

    Bisa dikendalikan tapi tidak bisa bersih total tergantung apa yang memicunya

    Sisiknya lebih tebal

    Hanya sekitar kepala, bisa juga di seluruh badan>> psoriasis vulgaris

    Kecil-kecil di badan >> psoriasis gultanta

    Pruritus Akibat Kelainan Sistemik penyakit ginjal kronik

    pruritus uremik, kadar uremia meningkat, kalsium meningkat, priuritogenik

    sitokin Merusak c nerve fiber gangguan proliferasi sensory

    nerve ending: aktivitas sel mast dan histamin meningkat

    cholestasis

    Penyakit endokrin

    Kelainan hematologi

    Penyakit HIV

    Orang yang usia lanjut sering gatal karena keadaan kulit yang sudah tidak elastis

    Tata Laksana Topikal

    1. Asam salisilat

  • 14

    Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Selain memiliki efek

    keratolitik, bahan ini juga memiliki efek keratoplastik, anti-pruritus, anti-inflamasi,

    analgetik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam salisilat telah teruji dalam

    terapi berbagai penyakit kulit dengan manifestasi hiperkeratosis. Selain itu, asam

    salisilat merupakan terapi tambahan pada dermatomikosis superfisialis, moluskum

    kontagiosum, akne, dan kerusakan kulit akibat sinar matahari. Meskipun secara umum

    penggunaan asam salisilat topikal aman, bahan ini dapat diabsorbsi melalui kulit dan

    menimbulkan toksisitas. Hal tersebut jarang terjadi, namun berpotensi menimbulkan

    komplikasi serius.

    Asam salisilat bekerja sebagai pelarut organik dan menghilangkan ikatan

    kovalen lipid interselular yang berikatan dengan cornified envelope di sekitar

    keratinosit. Mekanisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur desmosom yang

    menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Terminologi desmolitik lebih

    menggambarkan mekanisme kerja asam salisilat topikal. Efek desmolitik asam salisilat

    meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Asam salisilat topikal dalam

    konsentrasi yang lebih besar (20-60%), menimbulkan destruksi pada jaringan sehingga

    kerap digunakan pada terapi veruka dan kalus. Asam salisilat memiliki efek anti-

    pruritus ringan.10 Efek ini dapat diamati pada konsentrasi 1-2%. Mekanisme kerja

    asam salisilat sebagai antipruritus belum diketahui secara pasti.

    2. Imunomodulator

    Contoh : Takrolimus dan pimekrolimus

    Takrolimus dan pimekrolimus sebagai imunomodulator topikal, bekerja

    menghambat aktivitas kalsineurin sehingga menghambat kaskade inflamasi pada

    DA(dermatitis atopik). Takrolimus dan pimekrolimus topikal ini mengalami

    penyerapan perkutaneus yang rendah dan tidak menyebabkan atrofi kulit sehingga

    dapat digunakan pada daerah kulit sensitif seperti wajah dan intertrigo.

    Imunomodulator topikal ini juga menjadi alternatif terapi dalam penanganan dermatitis

    atopik jangka panjang. Efek samping yang sering ditemui yaitu reaksi intoleransi lokal

  • 15

    berupa rasa terbakar, perih, dan merah yang sementara. Terdapat peringatan teoritis

    terhadap terjadinya keganasan dalam penggunaan takrolimus dan pimekrolimus jangka

    panjang, namun penelitian yang telah dilakukan selama ini tidak membuktikan adanya

    hubungan kausal.

    3. Coolant and counter-irritans

    Penggunaan krim mentol 1% sering ditemukan pada penderita pruritus.

    Penggunaan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kulit teriritasi. Mentol

    dapat mengurangi rasa gatal dengan cara mengaktivasi serat saraf yang

    mentransmisikan sensasi dingin. Mentol dapat mengurangi gatal melalui reseptor

    TRPM 8 di keratinosit dan serat saraf.

    4. Antihistamine

    Yang termasuk topical antihistamin adalah doxepin. Penggunaan krim doxepin

    5% telah dibuktikan mampu mengurangi gatal pada penderita dermatitis atopic.

    Namun, absorpsi doxepin pada perkutan dapat menimbulkan rasa kantuk.

    5. Emollient dan barrier repair cream

    Emollient dan barrier repair cream dapat mengurangi pruritus dengan cara

    meningkatkan fungsi barrier kulit. Krim tersebut membantu stratum korneum untuk

    mencegah keluarnya air dari dalam kulit. Barrier repair cream digunakan untuk gatal

    yang disertai dengan kulit kering dan atopic dermatitis, namun mekanisme efek

    antipruritusnya masih belum diketahui.

    Tata Laksana Sistemik

    Antihistamin

  • 16

    Gatal terjadi ketika histamin dilepaskan sehingga menyebabkan

    kemerahan,bengkak dan panas yang merupakan konsekuensi gatal.

    Antihistamin atau H1 bekerja dengan cara memblok histamin. Doxepin

    yang merupakan senyawa trisiklik dibenzoxepin adalah antihistamin yang

    sangat aktif sehingga dapatdigunakan pada dermatitis atopik dan juga

    mempunyai efek psikoterapi yang baik digunakan pada pruritus. Kerjanya

    dengan menurunkan reseptor sensorik kulit.

    Dosis awal : 25-50 mg diminum sebelum tidur.

    Efek samping : mengantuk, sensasi terbakar atau menyengat yang terlokalisir

    yang biasanyabersifat sementara.

    Opiate antagonis

    Opioid antagonis jenis naloxone dan naltrexone digunakan dalam

    pengobatan pruritus yang berkaitan dengan kolestasis, uremia dan penyakit

    kulit.

    Antidepresan

    Mirtazapin adalah antidepresan oral yang telah terbukti meringankan

    gatal di pada beberapa pasien. Mirtazapin adalah obat yang aman tanpa

    efeksamping yang serius dan dapat menjadi alternatif yang efektif untuk

    pengobatan pruritus. Obat ini telah terbukti efektif bila digunakan untuk

    mengobati pruritus sistemik serta pruritus dariradang kulit dan gatal malam hari

    tertentu menggunakan dosis rendah 15 mg pada malam har.

    Gabapentin

    Gabapentin efektif dalam pengobatan pruritus brachioradial, sclerosis

    multiple dengan pruritus dan beberapa pruritus neuropati lainnya. Gabapentin

    mungkin menghambat pusat gatal sebagaimana pusat nyeri. Gabapentin juga

    merubah sensasi gatal pada pruritus yang berkaitan dengan kerusakan saraf

    pada kulit dan pruritus dengan penyakit sistemik.

  • 17

    Department of Anatomy Medivo 2014