BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Upaya bangsa Indonesia untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan suatu tatanan.
Hal ini sebagai perwujudan kesejahteraan umum dalam rangka mencapai
tujuan di bidang kesehatan. Salah satu upaya mencapai tujuan
kesehatan nasional adalah pengendalian penyakit campak melalui
surveilans campak. Sidang World Health Assembly (WHA) pada bulan
Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak
pada tahun 2015 yaitu : Mencapai cakupan imunisasi campak dosis
pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh
kabupaten/kota. Menurunkan angka insiden campak menjadi 20 tahun.
Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin A
serta immune deficiency (HIV), komplikasi campak dapat menjadi
lebih berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi seperti
diare, bronchopneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan,
enchephalitis, measles encephalitis hanya 1/1000 penderita,
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), hanya 1/100.000
penderita campak, ulkus mucosa mulut.
10. Penyebab kematianKematian penderita campak umumnya
disebabkan karena komplikasinya, seperti : Bronchopneumonia, Diare
berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat.
11. Diagnosis Bandinga. Rubella (campak Jerman), terdapat
pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga.b. DBD, bisa
terjadi mimisan, torquet test (Rumple Leede) positif, perdarahan
diikuti syok, laboratorium menunjukkan trombosit 80% dan merata,
terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insiden campak telah
bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8
tahun.
b. Tahap EliminasiCakupan imunisasi sangat tinggi >95% dan
daerah -daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil
jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah
terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus
diselidiki dan diberikan imuniasi campak.
c. Tahap EradikasiCakupan imunisasi sangat tinggi dan merata,
serta kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus campak
sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki
tahap eliminasi.
Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka,
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia
berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa
(KLB).
1. Tujuan Surveilans CampakAdapun tujuan surveilans campak
adalah sebagai berikut :a. Mengetahui perubahan epidemiologi
campakb. Mengidentifikasi populasi risiko tinggic. Memprediksi dan
mencegah terjadinya KLB campakd. Penyelidikan epidemiologi setiap
KLB campak.
2. Strategi Surveilans CampakStrategi surveilans campak meliputi
:1) Surveilans RutinSurveilans rutin merupakan Pengamatan
Epidemiologi kasus campak yang telah dilakukan secara rutin selama
ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada serta sumber data
lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.2) SKD dan Respon
KLB CampakPelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah
diketahui atau adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada
daerah yang memiliki polulas rentan lebih 5%.3) Penyelidikan dan
Penanggulangan Setiap KLB CampakSetiap KLB harus diselidiki dan
dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan
simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi
komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan
meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program
cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
4) Pemeriksaan Laboratorium pada Kondisi TertentuPada tahap
reduksi campak dengan pencegahan KLB : pemeriksaan laboratorium
dilakukan terhadap 10 -15 kasus baru pada setiap KLB.Pada tahap
eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
5) Studi EpidemiologiMelakukan survei cepat, penelitian
operasional atau operational research (OR) sebagai tindak lanjut
hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi
surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam perbaikan program (corrective action).
3. Pelaksanan Surveilans CampakKegiatan surveilans campak dalam
program eradikasi campak adalah sebagai berikut:a. Surveilans
RutinSurveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans
puskesmas serta surveilans kabupaten/kota.
Kegiatan surveilans rutin yang digunakan dalam sistem surveilans
epidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008)
:1) Tingkat Puskesmas :a) Pengumpulan dataSumber data surveilans
rutin di puskesmas adalah : Puskesmas dan puskesmas pembantu Semua
kasus yang datang ke puskesmas maupun puskesmas pembantu dinyatakan
pada keluarga penderita apakah ada kasus yang sama disekitar tempat
tinggal atau teman sekolah penderita. Apabila keuarga penderita
menyatakan ada kasus lain, maka petugas kesehatan harus melakukan
pengecekan ke lapangan untuk mencari kasus tambahan lainnya. Jika
jumlah kasus memenuhi kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan
Epidemiologi KLB campak.
Praktek dokter, bidan, perawat, dan pelayanan kesehatan swasta
lainnyaPelayanan kesehatan swsta trmasuk dokter, bidan perawat
praktek swasta diminta mencatat ke formulir C1 semua kasus
tersangka campak dan melaporkan ke puskesmas di wilayah kerjanya
setiap bulan. Laporan dapat juga dilakukan secara aktif yaitu
petugas puskesmas mengambil secara aktif setiap minggu atau minimal
setiap bulan, terutama di daerah perkotaan. Pelayanan kesehatan
swasta diprioritaskan pada pelayanan yang anyak pasien.
Masyarakat/posyandu maupun petugas desa siagaPenderita campak pada
umumnya jarang mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan, sehingga
tidak tercatat dalam sistem pelaporan yang sudah ada. Oleh sebab
itu perlu peran aktif kader/petugas desa siaga untuk mendorong
masyarakat melaporkan ke petugas kesehatan terdekat apabila
menemukan adanya kasus campak di daerahnya. Kasus campak yang tidak
datang ke pelayanan kesehatan terdekat dapat dilaporkan melalui
kader/petugas desa siaga atau petugas kesehatan terdekat. Kasus
campak yang dilaporkan oleh kader/petugas desa siaga harus
dikonfirmasi oleh petugas puskesmas sebelum dicatat kedalam form
C-1. Apabila ditemukan kasus tambahan dicatat dalam C-1, jika
jumlah kasus memenui kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan
epidemiologi KLB.
b) Pencatatan dan Pelaporan Petugas surveilans puskesmas harus
memastikan bahwa setiap kasus campak yang ditemukan, baik yang
berasal dari dalam maupun luar wilayah kerja, telah dicatat dalam
form C1 dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setiap
bulan. Setiap minggu direkap dalam W2/PWS KLB dan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebagai alat SKD KLB. Setiap kasus
campak yang datang ke puskesmas diberi nomor Epid oleh petugas
puskesmas
c) Pengambilan spesimen Puskesmas : Kasus campak yang datang di
puskesmas diambil sampel darah untuk mendapatkan serum Serum
dikirim langsung atau setiap hari senin atau kamis ke
Kabupaten/Propinsi Bila tidak dikirim langsung, spesimen disimpan
di lemari es (bukan di freezer)
Praktek swasta :Rujuk ke laboratorium rumah sakit atau
laboratorium puskesmas untuk pengambilan spesimen serum.
d) Umpan balik Sasaran : Kepala Puskesmas dan seluruh pengelola
program , petugas pustu. Frekuensi: setiap bulan Caranya: pertemuan
MINILOK bulanan puskesmas Isi: PWS Imunisasi Maping populasi rentan
(area map) Spot map kasus campak, KLB maupun rutin Grafik
kecenderungan kasus campak Status imunisasi kasus dan distribusi
kasus menurut umur Permasalahan imunisasi dan surveilans secara
umum (logistik, ketenagaan, dll)
2) Tingkat Rumah Sakit :a) Penemuan kasusSetiap hari kontak
person di bangsal dan poliklinik anak memeriksa adanya kasus maupun
kematian campak.b) Pencatatan dan pelaporanSetiap kasus atau
kematian campak dicatat dalam form C1 (individual). Apabila ada
penderita campak, maka kontak person di poliklinik anak langsung
mengisi formulir C1. Formulir C1 yang sudah terisi tersebut akan
diambil oleh petugas surveilans aktif kabupaten/kota setiap minggu
pada saat melaksanakan surveilans aktif AFP, campak dan TN.c) Kasus
campak yang dilaporkan dari rumah sakit harus diberi nomor Epid
sesuai dengan alamat puskesmas dimana penderita berdomisili. d)
Pengambilan spesimen Petugas rumah sakit mengambil spesimen darah,
memisahkan serumnya dan memberikan label pada tabung spesimen. Pada
label dicantumkan nama, umur, dan tanggal ambil. Simpan spesimen
serum ke dalam refrigator, setiap senin dan kamis diambil oleh
petugas kabupaten/kota dan selanjutnya dikirim ke LCN langsung atau
melalui propinsi. Mencatat data kasus ke dalam buku khusus sebagai
dokumen di laboratoriuj rumah sakit yang dapat dimanfaatkan sebagai
kontrol data.
3) Di Kabupaten/Kotaa) Penemuan kasusSetiap minggu petugas dinas
kesehatan kabupaten/kota mengunjungi rumah sakit di wilayah
kerjanya untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus campak.b)
Pencatatan dan pelaporanData campak dilaporkan ke dinas kesehatan
provinsi untuk mendapatkan dukungan teknis, logistik dan pendanaan,
disamping untuk tukar menukar informasi epidemiologi antar
kabupaten/kota dan propinsi.c) Pengiriman spesimenSpesimen serum
dari rumah sakit, dan dari puskesmas dikirimkan ke propinsi atau ke
Laboratorium Campak Nasional (LCN) seminggu sekali atau 2 kali
dalam seminggu (selasa/kamis). Sebelum spesimen dikirim ke LCN,
spesimen disimpan di dalam lemari es, bukan dalam freezer.d) Umpan
balik Sasaran: puskesmas dan rumah sakit Frekuensi: setiap bulan
Caranya: tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS
atau telepon (insidentil) Isi: Absensi kelengkapan dan ketepatan
laporan C1 dan W2 Rekap data campak per puskesmas berdasarkan
sumber laporan rumah sakit dan puskesmas Rekap data PD3I lainnya
sesuai permasalahan setempat Analisa sederhana tentang situasi
kasus campak
4) Di propinsia) Pencatatan dan Pelaporan Propinsi melaporkan
data campak ke Unit Surveilans Pusat Cq. Subdit setiap bulan untuk
dipergunakan sebagai bahan kajian Technical working group on
Immunization (TWG) yang dilaksanakan setiap bulan untuk membantu
pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pemberantasan
campak.disamping itu data tersebut dikirim ke regional WHO secara
bulanan, serta sebagai bahan konsultasi tahunan WHO (SEARO
technical Advisary Group Meeting) untuk mendapatkan dukungan teknis
dan pendanaan WHO dan donor internasional lainnya. Data Rutin
Laporan Integrasi berisikan rekap data dari laporan integrasi
kabupaten/kota (form integrasi/K) menggunakan formulir integrasi /P
Laporan C1 kasus campak yang berisikan data kasus yang diambil
spesimennya dari kabupaten/kota dipindahkan/direkap ke formulir C1
dan dikirimkan ke pusat (cq. Subdit Surveilans) bersama laporan
integrasi setiap bulannya. Kelengkapan dan ketepatan Laporan Rekap
kelengkapan laporan W2, laporan C1 dan laporan FP-PD yang bersumber
dari formulir kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans
kabupaten/kota (formulir absensi/K) kedalam formulir kelengkapan
dan ketepatan laporan surveilans integrasi provinsi (form
absensi/P) Bagi propinsi yang melaksanakan EWARS, kelengkapan
laporan mingguan (zero report) puskesmas menggunakan kelengkapan
laporan EWARS Hitung kelengkapan dan ketepatan laporan tersebut,
kirim ke pusat setiap bulan bersama laporan integrasi propinsi. KLB
Pastikan setiap KLB fully investigated oleh kabupaten/kota dan
puskesmas Fasilitasi pengiriman spesimen ke laboratorium campak
nasional, mekanisme pengiriman spesimen sama dengan mekanisme
pengiriman spesimen AFP. Pastikan juga setiap KLB telah dilaporkan
ke pusat cq Subdit Surveilans setiap bulan sesuai formulir C KLB/P.
Laporan ini harus dikirim secara teratur walaupun pada bulan
tersebut tidak ada KLB campak.
b) Umpan balik Sasaran: Kabupaten/kota Frekuensi: Setiap bulan
Caranya: tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS
atau telepon (insidentil) Isi: Absensi kelengkapan dan ketepatan
laporan integrasi dan laporan rekap KLB (C KLB/K) Rekap data KLB
berdasarkan status imunisasi, golongan umur, masalah dan TL Rekap
data PD3I lainnya sesuai format integrasi Analisa sederhana tentang
situasi kasus campak
4. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campaka. Definisi Operasional KLB
CampakAdanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu
berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologi.KLB campak dinyatakan berhenti apabila tidak
ditemukan kasus baru dalam waktu dua kali masa inkubasi atau
rata-rata satu bulan setelah kasus berakhir.
b. Penyelidikan Epidemiologi KLBPenyelidikan KLB campak
bertujuan untuk mengetahui besar masalah KLB dan gambaran
epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur, status imunisasi
penderita, wilayah terjangkit maupun faktor resiko terjadinya KLB.
Informasi ini akan dapat memberikan arahan kepada program imunisasi
dalam rangka penanggulangan atau pemutusan transmisi ecara lebih
tepat.Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB perlu
dilaksanakan kegiatan kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB
campak ada dua, yakni : Pemantauan populasi rentan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) kasus campak mingguan Tindakan terhadap
ancaman KLB campak
1) Pemantauan Populasi RentanPrc = Px -0,85 ( Cix .Px ) -BS
-AMPopulasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi
campak dapat dihitung dengan rumus :
Prc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun(x)Px = Jumlah
populasi bayi pada tahun (x)Ci.x = % cakupan imunisasi tahun (x)BS
= Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn xAM = Jurnlah Bayi
meninggal selama periode tahun (x)Batas nilai populasi rentan
adalah = 5%.Dalam pemantauan populasi rentan dilakukan juga
pemantauan terhadap : Status gizi balita Keterjangkaun pelayanan
kesehatan (asesibilitas) Kelompok pengungsi
2) Pemantauan Kasus Campak Melalui PWS-CampakApabila ditemukan
satu (1) kasus pada desa dengan cakupan tinggi (>90%), rnasih
perlu diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai
dingin vaksin atau karena cakupan imunisasi yang kurang
dipercaya.Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu
wilayah, maka kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah
penduduk rentan yang tinggi.
5. Penyelidikan dan Penanggulangan KLBDalam tahap reduksi campak
maka setiap KLB campak harus dapat dilakukan penyelidikan
epiderniologi baik oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama
dengan surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB Campak
dilakukan apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS kasus campak
ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus dan penyelidikan Pra
KLB menunjukkan terjadi KLB, atau adanya laporan peningkatan kasus
atau kematian campak dari rnasyarakat, media masa, dan
laim-lain.Strategi penanggulangan KLB Campak ada 3, yakni sebagai
berikut: Penyelidikan Epidemiologi Penanggulangan Perneriksaan
spesimen di laboratorium.
a) Penyelidikan Epidemiologi KLB campakKLB campak harus segera
diselidiki untuk melakukan diagnose secara dini (early diagnosis),
agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan.b) Penanggulangan KLB
campakLangkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem
surveilansepidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen
P2PL, 2008).Langkah-langkah penanggulangan : Tata laksana
kasusAdalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderitayang tidak
komplikasi, pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi dipuskesmas
(antibiotik ), apabila keadaan penderita cukup berat, segerarujuk
ke rumah sakit. ImunisasiRespon imunisasi pada KLB campak dapat
dilakukan seperti berikut, sesuai situasi Imunisasi selektif,
dengan cara meningkatkan cakupan imunisasirutin di desa terjangkit
dan sekitarnya, upayakan cakupan 100 %dan melakukan imunisasi
campak kepada seluruh anak usia 6 bl 5 th yang tidak mempunyai
riwayat imunisasi campak yangberkunjung ke puskesmas maupun
posyandu hingga 1 bulan darikasus terakhir Pemberian imunisasi
campak masal : yaitu memberikan imunisasicampak secara masal kepada
seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status
imunisasi anak tersebut. Pelaksanaanimunisasi masal ini harus
dilaksanakan sesegera mungkin,sebaiknya pada saat daerah tersebut
diperkirakan belum terjadipenularan secara luas. Selanjutnya
cakupan imunisasi rutin tetapdipertahankan tinggi dan merata.
PenyuluhanMasyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak
danpentingnya imunisasi dan makanan cukup gizi. Segera membawa
anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejalapanas. Mencegah
kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A
c) Pemeriksaan LaboratoriumUntuk mendukung diagnosa campak pada
saat KLB, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu
dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-15 penderita baru, dan
waktu sakit kasus kurang dari 21 hari, serta beberapa sampel urine
kasus campak untuk isolasi virus.
6. Upaya Memperkuat Surveilansa) Memperkuat dukungan
politisAdvokasi (advocacy) kepada pimpinan pemerintah daerah,
(Bupati, Bapeda, Binsos, dll) dan DPRD, Kepala Dinas dan lintas
program serta sektor terkait lainnya untuk mendapatkan dukungan
politis dan pendanaan.b) Pemasaran Sosial/Komunikasi Informasi dan
Edukasi ( K I E )Kegiatan surveilans dalam upaya pemberantasan
campak perlu disebarluaskan kepada Lintas Sektor, lintas program
dan media massa.c) KemitraanKemitraan terutama dengan intern
program pemberantasan penyakit menular serta sektoral terkait dan
LSM.
DATA SURVEILANSKejadian Luar Biasa Campakdi Indonesia tahun
2007
Dilaporkan 114 KLB di 21 provinsi dengan total jumlah kasus
sebanyak 2.408 penderita. Terdapat pola penurunan kasus di awal
Januari, kemudian meningkat pada bulan September dan terus menurun
sampai Desember 2007 (Gambar 1).
Provinsi Gorontalo merupakan provinsi terbanyak mengalami KLB
campak dengan 22 KLB, disusul dengan provinsi Sulawesi Tengah 19
KLB. Sedangkan 12 provinsi tidak melaporkan adanya KLB (Gambar
2).
Total kasus campak terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah dengan
411 kasus, disusul Gorontalo dengan 354 kasus. Kematian akibat
Campak terjadi di provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Tenggara dengan 2 kasus kematian. Sedangkan Maluku Utara dan
Sulawesi Selatan melaporkan 1 kematian akibat campak (tabel 1).
Penyakit campak lebih banyak pada umur 5-9 tahun (gambar 3,
tabel 3).
Tingkat kesakitan campak di antara yang telah divaksinasi cukup
tinggi yaitu 20% (tabel 3). Hal ini mungkin karena banyak faktor
seperti status gizi, faktor usia saat imunisasi, faktor vaksin atau
mungkin juga karena adanya mutasi dari virus campak liar yang ada
di Indonesia, mengingat di Indonesia telah ditemukan 3genotipe
virus campak yaitu G2, G3 dan D9. (WHO, 2001).
Pada umur lebih dari 14 tahun sangat sedikit mungkin karena daya
tahan tubuhnya lebih tinggi. Kelompok umur kurang dari 1 tahun
relatif lebih sedikit menderita campak mungkin karena kekebalan
bawaan yang bertahan relatif lama yaitu hingga bayi berumur 9
bulan. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003). Tingkat
kematian umur kurang dari 1 tahun lebih tinggi (tabel 2) mungkin
karena lebih rentan bila dibandingkan dengan kelompok umur
lain.
Jadi Terdapat 114 kasus KLB Campak di 21 provinsi di Indonesia
selama tahun 2007, tetapi terlihat pola penurunan kasus KLB campak.
Provinsi dengan kasus KLB campak terbanyak adalah Gorontalo dan
Sulawesi Tengah. Beberapa provinsi tidak melaporkan KLB campak.
Campak lebih banyak pada golongan umur 5-9 tahun. Masih ada kasus
campak di kalangan yang telah mendapatkan imunisasi.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan1. Penyakit campak atau lebih dikenali sebagai
demam campak ialah penyakit berjangkit yang disebarkan oleh virus,
khususnya Paramiksovirus dari genus Morbillivirus.2. Penyakit
campak ini sering menyerang anak-anak dan daerah risiko tinggi
campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak, adalah
daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%), lokasi yang
padat dan kumuh antara lain pengungsian, daerah rawan gizi, daerah
sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan, dan daerah
dimana budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.3. Adapun
gejala-gejala penyakit campak adalah sebagai berikut: Hari 1-3 :
Panas makin hari makin naik, mata merah dan sakit bila kena cahaya,
anak batuk/pilek Hari 3-4 : Panas agak turun, timbul bercak-bercak
merah pada kulit dimulai dibelakang telinga menjalar ke muka, Mata
bengkak terdapat cairan kuning kental, Seluruh tubuh terlihat
bercak-bercak. Hari 4-6 : Bercak berubah menjadi kehitaman dan
mulai mengering selanjutnya mengelupas secara berangsur-angsur,
akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa menimbulkan bekas.4.
Adapun cara penularan penyakit campak adalah melalui percikan ludah
(droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral).5.
Langkah-langkah pelaksanaan surveilans campak adalah sebagai
berikut: Surveilans Rutin Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campak
Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Upaya Memperkuat Surveilans
B. SaranAdapun saran terkait makalah ini adalah sebagai
berikut:1. Terapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan
balita perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status
gizi anak pun menjadi lebih baik.2. Selalu menjaga kebersihan
dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika anak belum
waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR)3. Kenali gejala-gejala
campak agar dapat dideteksi sedini mungkin.4. Jaga jarak dengan
penderita campak agtau suspek campak.5. Keberhasilan surveilans
penyakit termasuk keberhasilan reduksi campak di Indonesia sangat
dipengaruhi dedikasi dan motivasi petugas dalam menjalankan peran
dan fungsinya, serta komitmen yang tinggi dari semua pihak dalam
mendukung kegiatan surveilans seperti tersedia alokasi dana dan
sumber daya yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
http://surveilansmaros.wordpress.com. Diakses November 2014
Etty Sugiasih. http://lib.unnes.ac.id/18279/1/6450407019.pdf.
diakses November 2014
Subangkit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia.http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Subangkit+Badan+Penelitian+dan+Pengembangan+Kesehatan+RI,+Pusat+Penelitian+dan+Pengembangan+Biomedis+dan+Farmasi+Departemen+Kesehatan+Republik+Indonesia.+:+Kejadian+Luar+Biasa+Campak+di+Indonesia+tahun+2007.
Diakses pada November 2014 .
TUGASSURVEILANS EPIDEMIOLOGI SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
CAMPAK
DISUSUNOLEH :KELOMPOK 2
MIKE PUTRI .ARIZAARISKA YULIA MONALISADESIIIT SURATNI
PROGRAM :IKM B NON REGULERKELOMPOK I
DOSEN PEMBIMBING :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAHPROGRAM ILMU KESEHATAN
MASYARAKATPEKANBARU-RIAUT.P 2014-2015KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapakan kepada Allah SWT yang telah memberikan
anugerah_Nya kepada penulis, karena penulis telah selesai membuat
makalah tentang Vitamin.Serta ucapan terima kasih penulis kepada
dosen yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah
ini.
Makalah ini ditulis sebagai salah satu sumber bagi kita untuk
mengetahui dan mempelajari lebih dalam lagi tentang Vitamin yang
akan memberikan pengetahuan lebih banyak lagi.
Terlepas dari keyakinan yang kuat yang penulis miliki, sebagai
mahkluk yang lemah penulis tetap menanti kritik dan saran yang
membangun demi peningkatan kualitas makalah ini.Dan semoga segala
yang penulis lakukan dapat meningkatkan pengetahuan kita, khususnya
tentang vitamin dan kita dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pekanbaru, 22 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTARiDAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan
Penulisan2
BAB II PEMBAHASANA. Penyakit Campak3B. Surveilans Penyakit
Campak8
Data Surveilans KLB Indonesia Tahun 2007 19 BAB III PENUTUPA.
Kesimpulan 22B. Saran22
KESIMPULAN
iiiiii27