BAB ILAPORAN KASUSSINDROMA NEFROTIK
1.1 IDENTITAS PENDERITA : Nama: An. Alzena Usia: 6 tahun Alamat:
Ds. Mojoranu 017/005 Dander Bojonegoro Status: Pelajar Tanggal MRS
: 15 Juni 2015 pukul 14.00 WIB Ibu N a m a : Ny. Reni Apriliani U m
u r : 30 tahun Pekerjaan: wiraswasta (pedagang beras ) Pendidikan
terakhir: SMA Ayah N a m a : Tn. Irwanto U m u r : 32 tahun
Pekerjaan: serabutan Pendidikan : S1
1.2 KELUHAN UTAMA :- Bengkak
1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :Bengkak sejak 4 hari SMRS ,
awalnya dari mata kanan lalu besoknya mata kiri dan besoknya lagi
perut sampai kedua kaki dan kedua tangan ikut bengkak . Bengkak
dirasakan mendadak, semakin hari makin bengkak dari 4 hari ini
.bengkak tidak hilang dengan berubah posisi Lemas terjadi 1 hari
sebelum masuk RS, lemas terjadi mendadak saat sore hari setelah
pulang dari main, lemes sampai membuat pasien tidak kuat berdiri
dan duduk, jika duduk pasien dengan menyandarkan kepalanya pada
tembok. Didapatkan pilek sejak 1 minggu SMRS .Pilek keluar cairan
bening. Pilek mereda saat diberi obat pilek Nafsu makan menurun
dari 2 hari SMRS , makan hanya 1x sehari 2 sendok makan. minum (+)
biasa 8 gelas /hari.Tidak panas, tidak dirasakan pusing ,tidak
didapatkan mual dan muntah serta tidak didapatkan sesak .BAK (+)
terakhir 2 jam SMRS warna kuning jernih berbusa , tidak nyeri dan
tidak panas. BAB (+) terakhir 1 hari SMRS warna kuning ,konsistensi
lembek .BAB sebanyak 2x
1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :Orang tua pasien mengatakan pasien
tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya dan tidak pernah dirawat
di RS.
1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :Keluarga pasien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama dengan pasien, penyakit liver (-) ,
penyakit ginjal (-) , penyakit jantung (-) , hipertensi (-) , sesak
(-)
1.6 RIWAYAT PENGOBATAN :Tidak pernah konsumsi obat lama dan
selama sakit belum pernah minum obat. 1.7 RIWAYAT ALERGI Selama ini
tidak pernah alergi obat maupun makanan .
1.8 RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN :Lahir Normal dirumah sakit
dan dibantu bidan, BBL 3,0 kg, langsung menangis . tidak pernah
sakit berat ataupun konsumsi obat- obatan selama hamil .
1.9 RIWAYAT NUTRISISetelah lahir pasien diberi ASI tanpa susu
tambahan. Diberi ASI sampai usia 6 bulan, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian susu formula sampai saat ini. Pasien mulai diberi
makanan tambahan saat usia 8 bulan diberi bubur halus, dilamjutkan
usia 1 tahun dengan nasi .
1.10 RIWAYAT TUMBUH KEMBANG Umur 0-3 bulan bisa mengangkat
kepala, bisa menggenggam Umur 3-6 bulan memasukkan benda
dimulut,6-9 bulan dapat duduk tanpa bantuan, merangkak,
mengeluarkan kata-kata tanpa arti. 9-12 bulan berdiri sendiri tanpa
dibantu. 3-4 tahun mulai bisa memakai baju, 4-5 tahun dapat
menyebut angka-angka dan hari.
1.11 RIWAYAT IMUNISASI : BCG : (+) DPT : (+) Polio : (+) Campak
: (+) Hepatitis : (+) Kesimpulan : imunisasi lengkap
1.12 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum:Kesadaran: AlertGCS:
456Kesan sakit: SedangKesan gizi: Rumus Behrman Anak Usia diatas 5
tahun (7n 5) /2 = (7 (6) -5)/2 = 18,5Presentase 19/18,5 x 100% =
normal
Vital Sign:Suhu: 36 C (axiller ) Nadi: 96x / menit (reguler )RR:
24 x/menit ( Reguler )BB: 18 kgTB: 110 cmTensi : 110/80 mmHg
Kepala/Leher:a/i/c/d: -/-/-/- Mata: - Pupil isokor ki = ka
Conjunctiva palpebra inf pucat (-) Oedema palpebra sup (+) dextra
et sinistra Cowong (-) Telinga: - Pendengaran baik Bentuk normal
Sekret ( - / - )Hidung: Pernafasan cuping hidung (-) Epistaksis (-)
Sekret (-) Deviasi septum nasi (-)Mulut : Sianosis (-) Labium Oris
kering (-) Lidah tifoid (-) Tonsil tidak terdapat pembesaran
Petichie pada palatum mole (-) Leher: Simetris Pembesaran KGB (-)
Pembesaran Kelenjar tyroid (-)
Thorak : Paru: - Inspeksi: Simetris - Palpasi: Simetris -
Perkusi : Sonor - Auskultasi: vesikuler Rhonki ( - )Wheezing ( -
)Jantung : S1 S2 tunggal reguler
Abdomen :
Inspeksi: Bentuk cembung ( +) Auskultasi : Bising usus ( + )
Normal Palpasi : Hepar / Lien tidak ada pembesaranGinjal tidak ada
pembesaranMassa ( - )Nyeri tekan (-) Perkusi: redupShifting
dullness : (+)Meteorismus (-) Genitalia : Tak tampak kelainan
Ektremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas Capillary
refill time 4 kali dalam masa 12 bulan Induksi Prednison dengan
dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari,
diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu.
Setelah 4 minggu, dosis prednison diturunkan menjadi 40 mg/m2/48
jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1
minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10
mg/m2/48 jam selama 6 minggu, kemudian prednison dihentikan
(Husein, 2005) .
III. Sindrom nefrotik resisten steroid Pada pasien yang sering
relaps dengan kortikosteroid atau resisten terhadap kortikosteroid
dapat digunakan terapi lain dengan siklofosfamid atau klorambusil.
Siklofosfamid memberi remisi yang lebih lama daripada
kortikosteroid (75% selama 2 tahun) dengan dosis 2-3 mg/kg bb/hari
selama 8 minggu. Efek samping siklofosfamid adalah depresi sumsum
tulang, infeksi, alopesia, sistitis hemoragik dan infertilitas bila
diberikan lebih dari 6 bulan. Klorambusil diberikan dengan dosis
0,1-0,2 mg/kg bb./hari selama 8 minggu. Efek samping klorambusil
adalah azoospermia dan agranulositosis (Husein ,2005) . Indikasi
pemulangan pasien dirawat: (Husein ,2005 ) Edema anasarka
menghilang Nafsu makan baik. Proteinuria negatif pada 3 kali
pemeriksaan selama 1 minggu.
2.8 KOMPLIKASI 1. Kelainan koagulasi dan timbulnya
trombosis.Secara ringkas, kalaina hemostatik pada SN dapat timbul
drai 2 mekanisme yang berbeda: Peningkatan permeabilitas glomerulus
mengakibatkan : meningkatnya degradasi renal dan hilangnya protein
dalam urin seperti antitrombin III, plasminogen dan antiplasmin.
Aktivasi sitem emostatik didalam ginjal dirangsang oleh fator
jaringan monosit dan oleh paparan matriks subendotel pada kapiler
glomerulus yang selanjutnya mengakibatkan pembentukan fibrin dan
agregasi trombosit .
2. Pertumbuhan abnormal dan malnutrisi.Penyebab utama retardasi
pertumbuhan pada pasien SN yang tidak diberikan kortikosteroid
adalah malnutrisi protein, kurang nafsu makan sekunder, hilangnya
protein dalam urin, dan malabsorbsi karena edema saluran
gastrointestinal. Sekarang penyebab utamanya adalah pengobatan
kortikosteroid. Pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dan waktu
lama dapat memperlambat maturasi tulang dan terhentinya pertumbuhan
linier (Husein, 2010 ) .3. InfeksiBeberapa penyebab meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi adalah: (Husein, 2010 ) . Kadar
imunoglobulin yang rendah Defisiensi protein secara umum.
Hipofungsi limfa Akibat pengobatan imunosupresif
2.9 PROGNOSISPrognosis umumnya baik, kecuali pada
keadaan-keadaan sebagai berikut: (Husein, 2010 ) Menderita untuk
pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.
Disertai oleh hipertensi. Disertai hematuria Termasuk jenis sindrom
nefrotik sekunder Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal
Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari
timbulnyaa gambaran klinis Pada umumnya sebagian besar (+ 80%)
sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya
akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi
dengan pengobatan steroid (Husein, 2010 ) .
BAB IIIPEMBAHASANPada pasien An. Alzena perempuan berusia 6
tahun diagnosa kerja sindrom nefrotik ditegakkan atas dasar:Kedua
mata,perut ,ke 2 tangan, dan ke-2 kaki pasien mengalami bengkak,
bengkaknya termasukdi dapatkan pitting oedema di daerah ektremitas
.Lemas terjadi 1 hari sebelum masuk RS, lemas terjadi mendadak saat
sore hari setelah pulang dari main, lemes sampai membuat pasien
tidak kuat berdiri dan duduk, jika duduk pasien dengan menyandarkan
kepalanya pada tembok. Didapatkan pilek sejak 1 minggu SMRS . Pilek
keluar cairan bening. Pilek mereda saat diberi obat pilek Nafsu
makan menurun dari 2 hari SMRS , makan hanya 1x sehari 2 sendok
makan makan, minum (+) biasa 8 gelas /hari .
Pada pemeriksaan fisik: saat inspeksi terlihat odem pada ke 2
mata, lengan, dan tungkai pasien. Saat oedem termasuk pitting, di
dapatkan asites pada abdomen pasien Planning diagnosa berupa
pemeriksaan urine lengkap ditujukan untuk mengetahui adakah
proteinuria atau tidak. Planning diagnosa LED dan darah lengkap
ditujukan untuk menilai adanya infeksi atau tidak. Pemeriksaan
Albumin untuk menilai fungsi protein hati adakah hipoalbuminemia
atau tidak . Planning profil lemak untuk menilai kolesterol pasien
adakah hiperkolestrolemia. Pemeriksaan ASTO untuk menilai
peningkatan titer anti streptolisin O karena dapat menyatakan
adanya antibody terhadap organism streptokokus tujuannya untuk
menyingkirkan diagnosis banding Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus
Planing terapi berupa -cairan Dextrose 5% diberikan pertama
untuk mengatasi hipoglikemia pada pasien. BB pasien 19 kg suhu :
36,2CKebutuhan cairan maintenance= 100 cc untuk 10 kg pertama + 50
cc untuk 10 kg kedua + 20 cc untuk sisa dari berat badan pasien =
(100x10)+(50x9)+(20x0)= 1450 cc/24 jam = 1500 cc/24 jam karena
oedem diberi setengahnya 800 cc/24 jam
- Injeksi furosemid untuk untuk menarik cairan dari jaringan
interstisial dosisnya 1-3 mg/kgbb/hari sehingga kebutuhan pasien 1
x 19 kg = 19 mg/hari dibulatkan menjadi 20 mg/hari dibagi 2 menjadi
2 x 10 mg/hari-Infus albumin untuk meningkatkan albumin dan
memelihara tekanan onkotik, dosisnya 20% 50 cc/hari selama 3
hari-Prednison 3x8 mg (dosis: 1-2 mg/kgBB/hari)- Diet rendah garam
(1-2 g/hari), untuk mengurangi resorpsi natrium yang berlebihan
hanya diperlukan selama anak menderita edema.
DAFTAR PUSTAKA
SMF Ilmu Kesehatan Anak, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Ed 3, hal: 128, Suarabaya: RSU Dokter
SoetomoNelson, Ilmu Kesehatan Anak, Ed: 15 Vol.3, hal: 1828-1831,
Jakarta : EGCIDAI, 2011, Pedoman Pelayanan Medis, Ed: 3,
hal:274-276. Jakarta IDAI, 2012,Tatalaksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik pada Anak, Ed:2. Jakarta : Unit Kerja Koordinasi
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
7