1 SKRIPSI OPTIMALISASI DETEKTOR FOTOAKUSTIK DENGAN MENENTUKAN FREKUENSI RESONANSINYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika Program Studi Fisika Oleh: KATARINA WATINI 043214001 PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
SKRIPSI
OPTIMALISASI DETEKTOR FOTOAKUSTIK DENGAN
MENENTUKAN FREKUENSI RESONANSINYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika
Program Studi Fisika
Oleh:
KATARINA WATINI
043214001
PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
SKRIPSI
OPTIMALISATION OF THE PHOTOACOUSTIC DETECTOR
BY DETERMINING ITS RESONANCE FREQUENCY
Skripsi Precented as Partial Fulfillment of the Requirement to Obtain the
Sarjana Sains Degree In Physics
By:
KATARINA WATINI
043214001
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERCITY
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan
Universitas Sanata Dharma
Kedua Orangtua, Adik dan seluruh keluarga saya
Romo V. Kirjito
Keluarga Bapak Haris Sriwindono
Motto
Mengikuti arus adalah sebuah kebodohan, tetapi mengambil keputusan tanpa
kebijaksanaan adalah kehancuran.
Maka berbijaksanalah dalam segala hal demi kemulian Tuhan yang lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ABSTRAK
OPTIMALISASI DETEKTOR FOTOAKUSTIK DENGAN
MENENTUKAN FREKUENSI RESONANSINYA
Abstrak
Detektor fotoakustik merupakan alat ukur konsentrasi gas. Sensitifitas
detektor fotoakustik dipengaruhi frekuensi resonansinya. Medium pada sel
fotoakustik berupa gas. Frekuensi resonansi detektor fotoakustik dipengaruhi jenis
mediumnya.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan penentuan frekuensi resonansi detektor
fotoakustik pada medium yang digunakan. Nilai frekuensi resonansi detektor
fotoakustik yang diperoleh, untuk medium udara = (1720± 5) Hz, gas Nitrogen =
(1741± 5) Hz dan gas Oksigen (1628± 5) Hz. Nilai frekuensi yang diperoleh
dimanfaatkan dalam pengukuran konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh buah
apel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ABSTRACT
OPTIMALISATION OF THE PHOTOACOUSTIC DETECTOR
BY DETERMINING ITS RESONANCE FREQUENCY
Abstract
Photoacoustic detector is an instrument for measuring gas concentration.
Photoacoustic detector sensitivity is influenced by its resonance frequency. The
medium at photoacoustic cell is gas. The kind of medium will influence resonance
frequency.
In this research, determinations of the resonance frequency of
photoacoustic detector have been on the used medium done on the three different
medium. Resonance frequency on air, Nitrogen, Oxygen are (1720 ± 5) Hz,
(1741± 5) Hz, (1628± 5) Hz respectively. The result is used for measuring the
ethylene concentration produced by an apple.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
segala rahmat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Ign.Edi Santosa M.S selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar telah membimbing, membantu dan menyemangati selama proses
penulisan skripsi ini.
2. Ir.Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku ketua jurusan fisika sekaligus dosen
penguji.
3. Dr. Agung Bambang Setyo Utomo,SU selaku dosen penguji.
4. Drs. Asan Damanik selaku dosen pembimbing akademik
5. Seluruh Dosen prodi fisika, yang telah membagikan ilmunya.
6. Pak’e dan Biyung “ Matur nuwun sampun karso paring dukungan lan
donga pangestu.”
7. Adik saya tercinta Yohanes Sugeng Prayoga yang menjadi saudara dan
teman terbaik saya, yang selalu menjadi motivator saya. Dismas dan Dek
Gaby, dan seluruh keluarga yang senantiasa menghibur saya.
8. Rm. V Kirjito yang senantiasa memberkati saya dan Bapak Haris, Ibu
Melania yang selalu mendukung saya.
9. Dirgan yang selalu bersama saya, motivator sekaligus lawan diskusi
selama masa kuliah terlebih dalam pengerjaan tugas akhir saya. “you are
my best friend”.
10. Teman seangkatan dan seperjuangan Ade, Sujad, Zee dan Siska yang
senantiasa saling menyemangati dan mewarnai angkatan 2004.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
11. Norberta Yuni Rusmintia selaku menejer saya serta Ardat, Yunika, Mas
Didit, Alexa, Upik, Ibu Eko dan Bagas. Teman- teman kos: Ika, Titis,
Gambar 4.1 dan 4.2 merupakan gambar hasil penscanan untuk menentukan
garis laser pada setiap posisi stepermotor pada medium udara. Posisi stepermotor
terkait dengan panjang gelombang lasernya. Grafik hubungan antara daya laser
terhadap posisi stepermotor dapat dilihat pada gambar 4.1 sedangkan grafik
hubungan antara sinyal akustik terhadap posisi stepermotor pada gambar 4.2.
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6100 6300 6500 6700 6900
Stepermotor
Daya
lase
r (w
att)
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara daya laser terhadap posisi stepermotor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
-0,50,00,51,01,52,02,53,03,54,04,5
6100 6200 6300 6400 6500 6600 6700 6800 6900
Stepermotor
Sin
yal a
kutik
(mV)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap posisi stepermotor
pada gas etilen.
Telah dilakukan penentuan frekuensi resonansi detektor fotoakutik untuk
medium udara. Gambar 4.3 merupakan gambar grafik hubungan antara sinyal
akustik terhadap frekuensi pada satu panjang gelombang untuk dua daya laser
yang berbeda. Pada satu garis laser tersebut, sinyal yang dihasilkan pada setiap
frekuensi untuk dua daya laser yang berbeda tinggi sinyalnya juga berbeda.
Frekuensi resonansi detektor fotoakustik untuk medium udara = (1720± 5) Hz.
1720 Hz
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
Frekuensi (Hz)
Siny
al a
kust
ik (m
V)
Daya laser 1
Daya laser 2
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi pada medium udara untuk dua daya laser yang berbeda .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan juga pada medium
Nitrogen. Gambar grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi untuk
medium nitrogen dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 Frekuensi resonansi
detektor fotoakustik untuk medium gas Nitrogen = (1741± 5)Hz.
1741 Hz
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1
1500 1600 1700 1800
Frekuensi (Hz)
Siny
al a
kust
ik (m
V)
Daya laser 1Daya laser 2
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi pada medium gas nitrogen untuk dua daya laser yang berbeda.
Gambar 4.5 merupakan gambar grafik hubungan antara sinyal akustik
terhadap frekuensi pada medium gas Nitrogen untuk tiga panjang gelombang laser
yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
Frekuensi (Hz)
Siny
al a
kust
ik (m
V)
panjanggelombang 1
panjanggelombang 2
panjanggelombang 3
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi pada medium gas nitrogen untuk dua panjang gelombang yang berbeda.
Gambar 4.6 merupakan grafik penentuan frekuensi resonansi detektor
fotoakustik untuk medium gas Oksigen. Frekuensi resonansi detektor fotoakustik
untuk medium gas Oksigen = (1628± 5) Hz.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
Frekuensi (Hz)
Sin
yal a
kust
ik (m
V)
Gambar 4.6. Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi untuk medium gas Oksigen
Selanjutnya gambar 4.7 merupakan grafik hubungan antara sinyal akustik
terhadap frekuensi untuk tiga medium yaitu udara, gas Nitrogen dan gas Oksigen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
00,20,40,60,8
11,21,4
1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
Frekuensi (Hz)
Siny
al a
kust
ik (m
VUdaraOksigenNitrogen
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi untuk tiga medium berupa udara, gas Nitrogen dan gas Oksigen IV.A.4. Mengukur Konsentrasi gas apel
Setelah diperoleh nilai frekuensi resonansi detektor fotoakustik untuk
beberapa medium, nilai tersebut dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran
konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh buah apel.
Grafik 4.8 merupakan grafik hubungan antara konsentrasi gas etilen yang
dipoduksi oleh buah apel terhadap waktu. Sampel diberi tiga perlakuan, yang
pertama, kodisi A gas pembawa sampel gas Nitrogen dan gas yang ada pada sel
fotoakustik juga Nitrogen sehingga pada kondisi A, frekuensi resonansi diset pada
1741 Hz. Kondisi B, kondisi B merupakan waktu transisi pengesetan mengubah
perlakuan pada semple yang awalnya dialiri gas Nitrogen kemudian dialiri udara.
Kondisi C, gas pembawa dan medium pada sel fotoakustik udara, sehingga untuk
frekuensi resonansinya diset pada 1720 Hz.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berikut ini juga merupakan pengukuran konsentrasi gas yang diproduki
buah apel merah. Pada kondisi A sampel dialiri udara dan medium pada sel
akustiknya juga berupa udara, sehingga frekuensi resonansinya diset 1720 Hz.
Kemudian kondisi B, sampel dialiri gas Nitrogen dan untuk medium pada sel
fotoakustik juga berupa gas Nitrogen, sehingga pada kondisi B frekuensi
resonansinya diset pada 1741 Hz. Sedangkan untuk kondisi C gas nitrogen
dialirkan tanpa dilewatkan pada sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A B C
-1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Waktu (jam)
Kon
senr
asi (
ppb)
Gambar 4. 9 Grafik hubungan antara konsentrasi gas produksi buah apel terhadap waktu
IV.B. Pembahasan
Penentuan frekuensi resonansi detektor fotoakustik untuk tiga medium
yaitu Udara, gas Nitrogen dan gas Oksigen. Dalam penentuan frekuensi resonansi,
yang dilakukan terlebih dahulu menentukan garis laser. Hasil penentuan garis
laser dapat dilihat pada grafik (4.1) dan (4.2). Gambar (4.1) merupakan gambar
grafik hubungan antara daya laser terhadap posisi stepermotor. Posisi stepermotor
terkait dengan panjang gelombang laser. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa daya laser untuk masing-masing panjang gelombang berbeda-beda.
Gambar (4.2) merupakan gambar hubungan antara sinyal akustik terhadap posisi
stepermotor atau panjang gelombang lasernya. Dari gambar (4.1) dan (4.2) untuk
konsentrasi gas (Cg) yang sama sepanjang pengukuran, dengan konstanta sel (C)
tetap, dapat ditentukan koefisien serapanya dengan persamaan (2.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dengan garis laser yang diperoleh, kemudian dimanfaatkan untuk
menentukan frekuensi resonansi. Indikator terjadinya frekuensi resonansi adalah
adanya sinyal akustik maksimum. Jadi dengan mengetahui frekuensi pada saat
sinyal maksimum maka diperoleh frekuensi resonansi detektor fotoakustik untuk
medium yang digunakan. Dari perumusan dasar teori disampaikan bahwa sinyal
akustik dipengaruhi oleh konstanta sel, konsentrasi gas, koefisien serapan dan
daya laser.
Konstanta sel terkait dengan frekuensi resonansi. Dari beberapa grafik
hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi dapat diamati bahwa sinyal
akustik untuk setiap frekuensi tidak sama dan frekuensi resonansinya berada pada
sinyal maksimumnya.
Sinyal akustik dipengaruhi oleh daya lasernya, hal tersebut dapat dilihat
dari gambar 4.3 dan 4.4. Gambar tersebut diperoleh pada satu gelombang tertentu,
dengan dua daya laser yang berbeda. Dari grafik hubungan sinyal akustik dengan
frekuensi untuk dua daya laser yang berbeda dapat dilihat bahwa untuk dua daya
laser berbeda menghasilkan tinggi sinyal akustik yang berbeda, sehingga daya
laser mempengaruhi besarnya sinyal. Pada kondisi tersebut letak sinyal
maksimum tetap pada frekuensi yang sama, dapt dikatakan juga frekuensi
resonansi tidak dipengaruhu daya lasernya.
Koefisien serapan, dapat dilihat dari grafik hubungan antara sinyal akustik
terhadap frekuensi untuk tiga panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang
gelombang memiliki daya laser dan koefisien serapan tertentu. Dari Grafik 4.5
dapat dilihat bahwa untuk tiga panjang gelombang yang berbeda tinggi sinyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang dihasilkan juga berbeda, sehingga selain daya laser, koefisien serapan juga
mempengaruhi tinggi sinyal akustik yang dihasilkan. Dari gambar tersebut juga
dapat dilihat frekuensi pada saat sinyal maksimum sama, sehingga frekuensi
resonansi tidak dipengaruhi koefisien serapanya.
Gambar 4.7 grafik hubungan antara sinyal akustik terhadap frekuensi
untuk tiga jenis gas, frekuensi resonansi untuk ketiga jenis tersebut berbeda dan
tertentu. Dengan persamaan (2.11):
MRT
Lf
effr
Îł2
1=
Telah dilakukan penentuan frekuensi resonansi detektor fotoakustik untuk
medium udara, gas Nitrogen dan Oksigen. Dalam perhitungan, sebelum
menentukan frekuensi resonansi, kecepatan bunyi ( v ) pada suhu medium pada
saat penelitian dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan (2.6)
2730Tvv =
Dengan 0v adalah kecepatan bunyi pada suhu 0 0 , nilai 0v diperoleh dari
tabel kecepatan bunyi pada medium dengan suhu 0 0 [Anderson,H.L.1989] dan T
adalah suhu medium pada saat pengukuran yaitu 300K. Setelah diperoleh
kecepatan bunyi pada suhu 300K, kemudian ditentukan frekuensi resonansinya,
dengan persamaan
vLf effr 21
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tabel 4.1 Penentuan frekuensi resonansi
Medium 0v (m/s) v (m/s)
(t = 27 C)
fr perhitungan
(Hz)
fr penelitian
(Hz)
Udara 331,45 346,98 1745, 38 1720
Nitrogen 334 350,13 1761,2 1741
Oksigen 316 331,26 1666,29 1628
Hasil penentuan frekuensi resonansi dapat dilihat dari perhitungan dan
penelitian pada tabel 4.1 dari tabel tersebut terlihat besarnya frekuensi resonansi
pada perhitungan dan penelitian sesuai baik dari nilainya yang relatif sama
(mendekati) ataupun dari segi perbandingan nilai untuk ketiga jenis mediumnya.
Perbedaan tersebut muncul, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan
munculnya perbedaan tersebut; adanya kemungkinan gas yang berada pada sel
fotoakustik tidak murni, adanya perubahan temperatur pada saat melakukan
pengukuran, dari sinyal akustik yang fluktuatif saat menentukan frekuensi
resonansi detektor fotoakustik.
Dari hasil perolehan frekuensi resonansi kita dapat memanfaatkanya dalam
pengukuran konsentrasi. Gambar 4.8 merupakan pengukuran konsentrasi gas Apel
pada kondisi awal konsentrasi cukup tinggi karena dimungkinkan adanya
penimbunan gas produksi apel. Selanjutya sampel dialiri dengan gas Nitrogen hal
ini berarti bahwa lingkungan apel berupa gas Nitrogen. Setelah beberapa saat
konsentrasi gas etilen yang produksi apel mengalami penurunan, menuju kondisi
konstan tetapi lebih rendah dari pada kondisi awalnya. Kemudian nitrogen
dialirkan tanpa melewati sample, berarti tidak ada gas produksi apel yang terukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
konsentrasinya, sehingga konsentrasinya nol seperti pada kondisi B. Setelah itu
gas pembawa dan medium akustik pada sel fotoakustik diganti dengan udara,
frekuensi resonansi diset pada 1720 Hz dan yang terjadi adalah adanya
peningkatan konsentrasi gas produksi apel. Pada kondisi ini nilai dari konsentrasi
gas etilen yang diproduksi buah apel pada lingkungan udara lebih rendah dari
pada lingkungan gas Nitrogen, karena pada kondisi ini merupakan kondisi
transisi.
Pada Gambar 4.9 pengambilan data diawali dengan mengalirkan udara
pada sample, pada gambar terjadi penurunan, penurunan tersebut bukan karena
udara menghambat produki gas apel tetapi karena diawali dengan penimbunan gas
produksi apel. Penurunan tersebut menuju kondisi normal kemudian setelah itu
baru mengalami peningkatan produksi gas. Pada kondisi B, sample dialiri dengan
Nitrogen, yang terjadi penurunan konsentrasi. Diakhir gas Nitrogen dialirkan
tanpa melewati sample, sehingga konsentrasinya menuju nol.
Dengan memahami proses penentuan frekuensi resonansi detektor
fotoakustik untuk tiga jenis medium dan menggunakan frekuensi tersebut dalam
pengukuran konsentrasi gas. Pengesetan frekuensi resonansi yang sesuai harus
dilakukan karena frekuensi resonansi detektor merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi optimalisasi detektor fotoakustik, sehingga ketika menggunakan
medium gas tertentu, frekuensi resonansi detektor fotoakustik juga harus diset
dengan nilai tertentu sesuai dengan frekuensi resonansinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB. V
PENUTUP
V. A. KESIMPULAN
1. Penggunaan detektor fotoakustik dapat dioptimalkan dengan bekerja
pada frekuensi resonansinya.
2. Frekuensi resonansi dipengaruhi mediumnya.
3. Frekuensi resonansi tidak dipengaruhi oleh daya laser dan koefisien
serapanya.
V. B. SARAN
Untuk melakukan pengukuran konsentrasi gas dengan berbagai perlakuan
pada sample tanpa harus mengubah frekuensi resonansi sepanjang pengukuran
dapat digunakan klep gas. Klep gas merupakan alat untuk mengatur aliran gas
seperti pada gambar 5.1. Hal tersebut dilakukan supaya gas atau medium yang
berada pada sel fotoakustik konstan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.1 Untuk
mengatur aliran gas seperti pada gambar 5.1 dengan menggunakan klep secara
elektronik. Klep Gas terdiri dari 3 bagian (lubang alir) input Oksigen 2O , Jalur On
dan Off.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel 5.1 Penggunaan klep gas
Tempat sampel Sel fotoakustik
Off 2N 2N + 2O
On 2N + 2O 2N + 2O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Daftar Pustaka
Anderson,H.L.1989.A Phisicist’s Desk Reference.New York:American Institute of
Physics.
Besson,J.P. 2006. “Photoacoustic Spectroscopy for Multi-Gas Sensing Using Near
Infrared. Lasers”.http:// bibion.epfl.ch/
EPFL/theses/2006/3070/3670_abs.pdf.
Diakses pada tanggal, 6 November 2007.
Haisch, C & Niessner, R. 2002. “Light and sound – Potoacoustic
Spectroscopy”.http://www.spectroscopyerupe.com/ PAS iu_5. pdf.
Diakses pada tanggal, 6 November 2007.
Persijn,S. 2007. Sensitive gas Detection using CO2 Laser Photoacoutic
Spectrocopy. Makalah kursus singkat laboratorium analisa kimia
fisika pusat. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Santosa, I. E. 2003. Pengukuran Konentrasi Gas dengan Detektor Fotoakustik.
Makalah seminar dosen Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.