ANALISA TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT TERHADAP TINGKAT
PROFITABILITAS PADA PT
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangPerbankan Indonesia pernah
mengalami keterpurukan sebagai imbas dari krisis ekonomi yang
melanda Indonesia pada tahun 1997 yang berakibat pencabutan izin
usaha bank karena kesehatan bank yang buruk. Pemerintah telah
melakukan banyak hal dalam mengatasi krisis perbankan agar kondisi
kembali stabil. Kondisi perbankan nasional secara umum saat ini
dalam keadaan yang baik dan stabil, namun faktanya masih terdapat
kinerja bank yang dinilai tidak layak oleh Bank Indonesia (BI).
Sektor perbankan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank selalu memegang komitmen untuk
menjadi pendorong roda perekonomian atau sebagai development agent.
Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan
maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata
sektor perbankan. Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian
khusus terhadap keberadaan perbankan dalam struktur perekonomian
nasional.Keuntungan yang diperoleh setiap perusahaan perbankan
sebagian besar berasal dari bunga pinjaman yaitu sebagai hasil dari
diberikannya sejumlah kredit kepada para nasabahnya atau debitur.
Karena kredit adalah aset yang menghasilkan pendapatan bunga dari
pengembaliannya, maka porsi kredit dalam aset perbankan sangatlah
dominan jumlahnya. Seperti yang telah disebutkan bahwa
profitabilitas menunjukkan pendapatan dimana salah satu
pendapatannya diperoleh dari pendapatan bunga yang dihasilkan oleh
pengembalian kredit, maka secara tidak langsung pengembalian kredit
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan pendapatan
bagi bank.
PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang sebagai salah satu
bank pembangunan daerah (BPD) di Indonesia melaksanakan kegiatan
usaha yakni menyalurkan kredit untuk keperluan investasi, konsumsi,
dan modal kerja. Tujuan dari adanya penyediaan kredit bagi bank
adalah pengembalian kredit yang menghasilkan bunga dan dapat
meningkatkan pendapatan untuk pembiayaan kegiatan dan kontinuitas
usahanya. Oleh karena itu jika tingkat pengembalian kredit turun
maka dapat menyebabkan pendapatan bunga dan laba yang dihasilkan
berkurang sehingga dapat mengganggu pembiayaan operasional
perusahaan. Selain itu tingkat pengembalian kredit juga dapat
menggambarkan kondisi kredit bermasalah yang dapat mempengaruhi
besarnya penyisihan untuk cadangan aktiva produktif dan berpengaruh
juga pada modal bank itu sendiri. Apabila tingkat pengembalian
kredit turun maka akan memperbesar kredit bermasalah dan
memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang pada
akhirnya dapat mengurangi modal bank. Profitabilitas adalah salah
satu aspek dalam penilaian kinerja bank. Tingkat profitabilitas
perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang mampu dihasilkan
oleh suatu bank dalam satu atau setiap periode. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat profitabilitas merupakan aspek yang mencerminkan
kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba. Tingkat
profitabilitas merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian
kinerja keuangan bank, bank harus selalu menjaga tingkat
profitabilitasnya untuk kontinuitas usahanya.
Perhitungan tingkat profitabilitas biasanya menggunakan analisis
rasio. Rasio-rasio yang digunakan dalam perhitungan tingkat
profitabilitas diantaranya Rasio Biaya Operasional, Net Profit
Margin, Return on Assets, dan Return on Equity.
BI menetapkan standar tingkat profitabilitas melalui Peraturan
Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dimana bank wajib
melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan untuk
posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Berikut ini
merupakan tabel laporan keuangan PT Bank Sumsel Babel Jakabaring
Palembang Periode 2006 - tahun 2011 beserta pos-pos yang
mempengaruhi faktor profitabilitas:
Tabel 1.1
Laporan Keuangan
PT Bank Sumsel Babel Periode 2006 Tahun 2011
(dalam Jutaan Rupiah)
TahunLaba BersihTotal AktivaModal SendiriBiaya
OperasionalPendapatan Operasional
2006202.14623.820.8381.180.108587.0581.046.090
2007292.01329.050.818
1.541.659
661.6411.556.435
2008377.16432.329.5321.899.713890.6851.418.051
2009549.96833.873.4072.322.033969.4021.703.600
2010702.37343.088.6413.155.2771.155.1032.049.857
2011842.50454.292.5033.863.8061.401.5422.414.621
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan data di atas dapat dilihat pertumbuhan keuangan yang
fluktuatif pada PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
perkembangan profitabilitas dan mencoba merumuskan masalah tersebut
dalam judul : ANALISA PENGEMBALIAN KREDIT TERHADAP PROFITABILITAS
PADA PT BANK SUMSEL BABEL JAKABARING PALEMBANG.
1.2 Rumusan MasalahDari uraian diatas maka dapat di identifikasi
rumusan masalahnya adalah : Bagaimana Pengembalian Kredit Terhadap
Profitabilitas pada PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang ?1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembalian kredit terhadap
profitabilitas pada
PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang.1.4 Manfaat
Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperluas
kajian ilmu akuntansi sehingga bermanfaat untuk penulis sendiri,
maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan.a. Manfaat akademis
Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah Akuntansi
Manajemen, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan
penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih
memahaminya.b. Manfaat dalam implementasi atau praktikSecara
praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang mengenai analisa
pengembalian kredit terhadap profitabilitas sehingga dapat menjadi
sumber informasi dalam upaya membuat daftar perencanaan pemberian
kredit kepada nasabah sehingga dapat memberikan keuntungan. BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1 Tingkat Pengembalian
2.1.1 Pengertian Tingkat Pengembalian
Definisi tingkat pengembalian (return) menurut Ardiyos
(2001:233) adalah hasil yang diperoleh dari penanaman modal
tertentu di dalam suatu perusahaan di dalam periode tertentu.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:48) definisi tingkat
pengembalian (return) adalah hasil yang diperoleh dari aliran kas
atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi
dengan perubahan harga sekuritas.Definisi definisi di atas
menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat pengembalian (return)
merupakan suatu hasil yang diperoleh seorang investor dengan cara
menanamkan modalnya untuk jangka waktu yang ditentukan dan akan
memperoleh sejumlah profit atas investasi tersebut pada masa yang
akan datang.
2.2 Pengembalian Kredit2.2.1 Tahap dan Teknik Pengembalian
Kredit
Menurut Muljono (2001:67), dalam tahap pengembalian kredit kita
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.Perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera
diselesaikan atau dilunasi sampai dengan tanggal pelunasan atau
pengembalian antara lain meliputi: a.Utang pokok
b.Utang bunga
c.Denda-denda
d.Biaya administrasi lainnya
2.Nasabah diharuskan mengembalikan sisa lembar cek dan giro
bilyet yang belum dipergunakan, jika ada. Periksa rekening pinjaman
untuk menyatakan nomor-nomor yang harus dikembalikan.
3.Untuk mencegah timbulnya claim dari nasabah karena tidak
lengkapya pengembalian dokumen-dokumen jaminan, bank harus
mengadakan inventarisasi atas dokumen yang disimpan pada berkas
jaminan dan dicocokan dengan catatan yang tersedia.
4.Untuk maksud flat roya atas catatan pada dokumen-dokumen
jaminan yang berupa tanah, bank dapat membantu pengawasan royanya
kepada kantor pendaftaran tanah sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Bila ada biaya-biaya maka itu menjadi beban nasabah.
5.Penyerahan kembali dokumen-dokumen jaminan nasabah hanya dapat
dilakukan setelah nyata-nyata nasabah menyelesaikan semua
kewajibannya. Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan
surat tanda terima dan ditandatangani oleh yang berhak. Surat tanda
terima tersebut harus disimpan pada berkas jaminan. 6.Dalam hal
pengembalian kredit oleh salah satu anggota grup atau
pimpinan-pimpinan grup dalam pembiayaan atas grup, maka
pengembalian dokumen jaminan kepada nasabah hanya dapat
dilaksanakan dengan sepengetahuan dan seizin direksi. 7.Dalam hal
pengembalian kredit oleh nasabah yang jelas-jelas menikmati
fasilitas atau diduga masih menikmati fasilitas kredit maka
pengembalian dokumen juga harus sepenuhnya dan seizin direksi.
8.Beritahukan kepada bagian kas bahwa seluruh jumlah utang telah
dilunasi, rekening pinjaman atas nama nasabah yang bersangkutan
ditutup.
9.Buatlah surat penegasan pengembalian atau pelunasan kredit
yang antara lain berisi pernyataan terimakasih atas terjalinnya
hubungan baik antar nasabah dengan bank pada waktu-waktu yang
lalu.
10.Catat pengembalian kredit tersebut pada kartu informasi
intern untuk menjaga agar informasi tetap mutakhir.
Selain itu juga dalam pengembalian kredit diperlukan
pengendalian agar tidak terjadi suatu kesalahan atau kecurangan
dalam pengembalian kredit. Menurut Tunggal (2000:138), pengendalian
terhadap pengembalian kredit dapat dilakukan sebagai berikut :
1.Pengembalian pinjaman dilakukan langsung melalui kasir atau
teller dan tidak melalui pejabat yang memberikan pinjaman atau
kepercayaan lainnya yang melakukan pencatatan pinjaman.
2.Promes atau wesel yang telah dilunasi harus dibatalkan dan
segera dikembalikan.
3.Pengembalian terhadap pokok pinjaman baru dapat di lakukan
setelah diperhitungkan denda dari bunga. Dalam hal pengembalian
kredit harus benar-benar menjalankan prosedur pengembalian kredit
mulai dari tahap perhitungan uang sampai dengan tahap-tahap yang
sesuai dengan proses pengembalian kredit agar tidak terjadi
kekeliruan atau claim dari nasabah dikemudian hari.
Dalam pengembalian kredit juga terdapat teknik pengembalian
kredit yang dapat dipilih oleh nasabah meliputi :
1.Pengembalian kredit sekaligus yaitu pengembalian kredit yang
dibayar sekaligus pada saat perjanjian.
2.Pengembalian kredit dengan angsuran yaitu pengembalian kredit
yang dilakukan dengan cara cicilan.
3.Pengembalian kredit dengan cara cicilan anuitas.
2.2.2 Tingkat Pengembalian KreditBerdasarkan tingkat
kolektibilitasnya tingkat pengembalian kredit menurut Kasmir
(2000:123), dapat dikelompokan ke dalam 5 golongan yaitu :
A. Kredit lancar
Suatu pinjaman digolongkan lancar apabila memenuhi seluruh
kriteria sebagai berikut : 1.Pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga tepat waktu tidak terdapat tunggakan.
2. Memiliki Mutasi rekening yang aktif.3. Bagian dari kredit
yang dijamin dengan agunan tunai.
B. Kredit dalam perhatian khususSuatu pinjaman digolongkan dalam
perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain :
1.Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga
yang belum melampaui 90 hari.
2. Kadang-kadang terjadi cerukan.
3. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak perjanjian.
4. Mutasi rekening relatif aktif.
5. Didukung dengan pinjaman baru.
C. Kredit kurang lancar
Suatu pinjaman digolongkan kurang lancar apabila menurut
penilaian yang wajar diperkirakan debitur dapat melunasi seluruh
hutangnya dan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1.Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 90 hari.
2. Sering terjadi cerukan.
3. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari.
4. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.5. Terdapat indikasi
masalah keuangan yang dihadapi debitur.
6. Dokumen pinjaman yang lemah.
D. Kredit diragukan
Suatu pinjaman digolongkan meragukan apabila pinjaman yang
bersangkutan tidak memenuhi kriteria lancar maupun kurang lancar,
tetapi berdasarkan nilai wajar yaitu :
1.Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 180 hari.
2.Terjadi cerukan bersifat permanen.
3.Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
4.Terjadi kapitalisasi bunga.
5.Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
E. Kredit macet
Suatu pinjaman dapat digolongkan macet apabila : 1.Tidak
memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan.
2.Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 270 hari.
3. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
4.Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai yang wajar. Berdasarkan uraian di atas bahwa
pengembalian kredit digolongkan menjadi kredit lancar, kredit dalam
perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan
kredit macet.
2.2.3 Penyebab dan Penyelamatan Kredit Macet
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan
bagi pihak bank apabila kredit yang diberikan ternyata
pengembaliannya macet. Walaupun sebelum permohonan kredit disetujui
dilakukan tahap analisa kredit yang ketat terlebih dahulu, namun
pada kenyataannya kemungkinan adanya pengembalian kredit macet
pasti ada dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri. Kasmir
(2008:126) mengemukakan kredit macet disebabkan oleh dua unsur
sebagai berikut :
A. Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisis, pihak analisisnya kurang
teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksikan
sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisa
kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan
secara subjektif.
B. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua
hal yaitu :
a.Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit
yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan
untuk membayar.
b.Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar
tetapi tidak mampu. Sebagai contoh untuk kredit yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran, dan
sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Jadi dalam hal ini dapat diketahui bahwa penyebab pengembalian
kredit macet bisa disebabkan oleh dua unsur, dari pihak bank dan
pihak nasabah itu sendiri.
Agar pengembalian kredit macet tidak menimbulkan kerugian maka
dalam hal ini pihak bank perlu melakukan penyelamatan. Menurut
Kasmir (2008:127), penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan
sebagai cara berikut :
1. Rescheduling
Tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu
kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini debitur diberikan
keringanan dalam masalah jangka waktu kredit pembayaran kredit.
2. Reconditioning
Maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan yang ada
seperti :
a. Kapitalisasi bunga.
b.Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
c.Penurunan suku bunga.
d.Pembebasan bunga.
3.Restructuring
Merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah
modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan
tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak.
1. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas.
2. Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah
benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah sudah tidak mampu
lagi untuk membayar semua hutang- hutangnya.2.2.4 Mengukur Tingkat
Pengembalian Kredit
Tingkat hasil atau keuntungan dapat diartikan secara umum
sebagai hasil pengembalian yang diperoleh dari suatu dana atau
modal yang ditanamkan pada suatu investasi. Tingkat keuntungan dari
suatu investasi dapat berupa capital gain dan dana yang diterima
selama periode investasi tersebut, dana ini biasa berupa deviden
atau bunga. Secara umum menurut Fink dan Feduniak (1988:39), return
dapat diformulasikan sebagai berikut :
Kredit Lancar
% Pengembalian Kredit =
x 100%
Kredit yang diberikan2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang
berarti kepercayaan (trust) oleh karena itu dasar kredit adalah
kepercayaan seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit
(kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimana yang akan
datang akan sanggup memenuhi segala kewajiban yang telah di
perjanjikan terlebih dahulu. Terjadinya transaksi kredit antara
lain dengan adanya suatu keinginan khususnya para pengusaha yang
untuk memperlancar usahanya kekurangan modal, maka dilakukan
transaksi kredit, dimana transaksi kredit didasarkan kepada saling
percaya.
Pengertian kredit menurut Undang undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 butir 11 :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
pinjam meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Sedangkan pengertian kredit menurut beberapa para ahli adalah
sebagai berikut :
Pengertian kredit menurut Mulyono (2001:12) adalah :
Kredit adalah suatu penyerahan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan bunga jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Sedangkan menurut Arianti dan Firdaus (2004:2) kredit diartikan
sebagai berikut :
Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal
dari pemilik kepada pemakai dengan pengharapan memperoleh
keuntungan kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang
diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap
kecakapan dan kejujuran si peminjam.
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kredit merupakan
suatu perjanjian atau suatu prestasi dari satu pihak ke pihak lain,
yang pengembalian prestasi itu akan dilakukan pada waktu yang telah
ditetapkan di sertai dengan kontra prestasi berupa bunga. Sehingga
nilai ekonominya sepadan dengan kata lain kredit merupakan
penundaan pembayaran, oleh karena itu kredit menyangkut masalah
waktu yang akan datang, kepercayaan merupakan suatu syarat untuk
memperoleh kredit.
2.3.1 Unsur, Tujuan, dan Fungsi KreditMenurut Kasmir (2008:98),
unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah sebagai
berikut :
1. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan kredit bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima
kembali di masa tertentu di masa datang.
2. Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam kredit juga
mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si
penerima kredit.
3.Jangka waktu, setiap kredit memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek,
jangka menengah, atau jangka panjang.
4.Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya
demikian pula sebaliknya.
5.Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau
jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam
bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan
bank.
Kegiatan bank dalam memberikan kredit mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan pemberian kredit tersebut biasanya tidak akan terlepas dari
misi bank didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit
menurut Kasmir (2008:100) adalah sebagai berikut :1.Mencari
keuntungan, yaitu bertujuan memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
kepada nasabah.
2.Membantu usaha nasabah, yaitu bertujuan untuk membantu nasabah
yang memerlukan dana baik dana investasi maupun dana untuk modal
kerja.
3.Membantu pemerintah, bagi pemerintah semakin banyak kredit
yang disalurkan oleh pihak perbankkan maka hal tersebut berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Kemudian di samping tujuan pemberian kredit, fasilitas kredit
juga memiliki fungsi kredit. Menurut Ariyanti dan Firdaus
(2009:4),Fungsi kredit secara umum pada dasarnya ialah pemenuhan
jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to save the society)
dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan
melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya
itu ditujukan pada akhirnya untuk menaikan taraf hidup rakyat
banyak. Kasmir (2008:101) mengemukakan kredit memiliki beberapa
fungsi diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.2. Untuk meningkatkan
peredaran lalu lintas uang.3. Untuk meningkatkan daya guna
barang.4. Untuk meningkatkan peredaran barang.5. Sebagai alat
stabilitas ekonomi.6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.7.
Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.8. Untuk meningkatkan
hubungan internasional.2.3.2 Jenis-jenis KreditJenis-jenis kredit
jika dilihat dari berbagai aspek tinjauan sangatlah banyak dan
bervariasi. Menurut Kasmir (2008:103), secara umum jenis-jenis
kredit dapat dilihat dari berbagai segi yaitu sebagai berikut : A.
Dilihat dari segi kegunaan
1.Kredit Investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan
usaha atau membangun proyek, pabrik baru, atau untuk keperluan
rehabilitasi.
2.Kredit Modal Kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
B. Dilihat dari segi tujuan kredit
1.Kredit Produktif, kredit digunakan untuk meningkatkan usaha
produksi atau investasi.
2.Kredit Konsumtif, kredit ini digunakan untuk dikonsumsi secara
pribadi.
3.Kredit Perdagangan, digunakan untuk perdagangan, biasanya
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut.
C. Dilihat dari segi jangka waktu
1.Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka
waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
2.Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka
waktu berkisar dari 1 tahun sampai 3 tahun dan biasanya digunakan
sebagai investasi.
3.Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang. Kredit ini memiliki jangka waktu di
atas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya digunakan untuk investasi
jangka panjang.
D. Dilihat dari segi jaminan
1.Kredit dengan Jaminan, kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud atau jaminan orang.
2.Kredit tanpa Jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa
jaminan barang atau orang tertentu.
E. Dilihat dari sektor usaha
1.Kredit Pertanian, kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan
atau pertanian rakyat.
2.Kredit Peternakan, dalam hal ini kredit untuk jangka pendek
misalnya peternakan ayam dan jangka panjang peternakan sapi.
3.Kredit Industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil,
menengah atau besar.
4.Kredit Pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya
misalnya biasanya dalam jangka panjang seperti pertambangan timah
atau minyak.
5.Kredit Pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa
kredit untuk para mahasiswa.
6.Kredit Profesi, diberikan kepada para profesional seperti
dosen, dokter, atau pengacara. 7.Kredit Perumahan, yaitu kredit
untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
8.Dan sektor-sektor lainnya.
2.3.3 Prosedur Pemberian KreditMenurut Ariyanti dan Firdaus
(2004:91), pengertian prosedur pemberian kredit adalah
:Tahapan-tahapan yang dirancang oleh pihak bank dengan maksud
mempermudah calon debitur untuk melaksanakan kredit, dimana
tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan oleh kedua belah pihak
baik oleh pihak bank maupun calon debitur dengan ketentuan yang
berlaku.Prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut :
1. Persiapan kredit.
2. Analisis atau penilaian kredit.3. Keputusan kredit2.3.3.1
Persiapan KreditPersiapan perkreditan merupakan kegiatan tahap
permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi dasar
antara calon debitur dengan bank, terutama calon debitur yang
pertama kali akan menggunakan kredit krepada bank yang
bersangkutan, biasanya dilakukan melalui wawancara atau cara-cara
lain. Informasi global atau umum dikemukakan oleh pihak bank antara
lain tentang prosedur atau tata cara pengeluaran kredit serta
syarat-syarat untuk memperoleh fasilitas kredit, bidang tugas utama
bank yang bersangkutan yaitu sektor-sektor usaha yang bisa
dibiayai. Dan dari pihak debitur diharapkan adanya
informasi-informasi secara garis besar tentang hal-hal yang
diperlukan pihak bank tentang keadaan usaha calon debitur,
surat-surat esensial perusahaan (surat izin usaha, surat izin
tempat usaha, surat-surat lain yang diperlukan, jaminan atau agunan
yang diberikan serta surat-suratnya dan sebagainya. Wawancara
tersebut biasanya langsung menghadap pejabat bank yang ditunjuk
untuk tugas-tugas tersebut yaitu customer service. Setelah diadakan
tukar menukar informasi global dengan cara wawancara tersebut
biasanya sudah dapat digambarkan apakah permohonan kredit tersebut
dimungkinkan untuk diproses lebih lanjut. Apabila demikian maka
pada pihak yang bersangkutan diberi atau diminta mengisi formulir
yang sudah tersedia di bank khusus untuk permohonan atau pengajuan
kredit.
2.3.3.2 Tahap Analisis KreditDalam tahap ini suatu kredit layak
atau tidaknya untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai
seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada
dikenal dengan studi kelayakan usaha. Kasmir (2005:95) mengemukakan
bahwa ada 7 aspek yang harus dinilai antara lain :
1. Aspek Yuridis atau hukum
Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan
usaha secara izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan
kredit.2. Aspek Pemasaran
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk
yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang
prospeknya bagaimana.3. Aspek Keuangan
Dalam aspek ini yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang
dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana
tersebut.
4. Aspek Teknis atau Operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi
seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out
ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.
5. Aspek Manajemen
Aspek ini untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber
daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman
perusahaan dalam mengelola berbagai macam proyek yang ada dan
pertimbangan yang lainnya.
6. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ini untuk menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan
masyarakat umum seperti :
a. Meningkatkan ekspor barang.b. Mengurangi pengangguran atau
lainnya.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.d. Tersedianya sarana dan
prasarana.e. Membuka isolasi daerah tertentu.
7. Aspek Amdal
Aspek ini menyangkut terhadap lingkungan baik darat, air, atau
udara jika proyek tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan
secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan maka
proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di
sekitarnya.
Menurut Ariyanti dan Firdaus (2009:83), selain dari pada
aspek-aspek di atas dijelaskan ada beberapa prinsip yang telah umum
dipergunakan oleh dunia perbankan sesuai dengan unsur kredit,
diantaranya adalah sebagai berikut :1. Prinsip 5 C
a. Character
Suatu keyakinan sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dipercaya yaitu sesuai dengan salah
satu unsur kredit kepercayaan, hal ini dapat tercermin dari latar
belakang nasabah baik latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi.b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis
yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan
pemerintah.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan
keuangan dengan melakukan pengukuran.
d.Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.e.Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan
politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai dengan sektor
masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan.
2. Prinsip 7P
a. Personality
Yaitu penilaian nasabah dari segi kepribadian atau tingkah
lakunya maupun masa lalu.
b. Party
Yaitu pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah bank di masa yang akan datang
apakah menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek
atau tidak.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana digunakan untuk
mengembalikan kredit.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mencari laba.g.
Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.
3. Prinsip 3 R
a. Return atau returnity (hasil yang dicapai) oleh debitur
diukur oleh bank apakah dapat mencukupi untuk mengembalikan kredit
beserta bunganya.
b.Repayment (pembayaran kembali) oleh debitur harus dapat
diramalkan oleh pihak bank.
c.Risk burning obility (kemampuan untuk menanggung resiko) calon
debitur perlu mendapat perhatian khusus dari pihak bank.2.3.3.3
Tahap Keputusan Pemberian Kredit
Berdasarkan laporan hasil analisis kredit pihak bank dapat
menentukan permohonan kredit tersebut layak atau tidak dalam
menerima kredit. Jika menghasilkan suatu keputusan bahwa permohonan
kredit tersebut ditolak, maka permohonan kredit tersebut harus
segera dikembalikan kepada calon debitur yang mengajukan
permohonan. Apabila sebaliknya, permohonan kredit di setujui oleh
pihak bank maka persyaratan-persyaratan lain yang diminta oleh
pihak bank harus segera dipenuhi atau dilengkapi agar dapat
mempercepat proses pencairan kredit.
2.4 Tingkat Profitabilitas
2.4.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut Hasibuan (2009:100), profitabilitas bank adalah
kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam
persentase. Sedangkan menurut Munawir (2004:33), rentabilitas atau
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
Tingkat keuntungan yang dihasilkan bank atau yang lebih dikenal
dengan istilah profitabilitas merupakan pengukuran mengenai
kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan
yang menunjukan efektivitas pengelolaan aset perusahaan.
2.4.2 Analisis Tingkat Profitabilitas
Untuk menganalisis profitabilitas biasanya digunakan analisis
rasio. Menurut Dendawijaya (2005:118),
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio profitabilitas suatu
bank adalah sebagai berikut :
1. Return on assets.2. Return on equity.3. Rasio biaya
operasional.4. Net profit margin.Perhitungan rasio rentabilitas
biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat dalam
laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna
memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat
efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
2.4.2.1 Return on Assets (ROA)
Menurut Dendawijaya (2005:118), Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin
baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset.
Adapun rumus yang digunakan :
Laba Sebelum Pajak
Return on Asset = x 100%
Total Aktiva
(Dendawijaya, 2005:146)
2.4.2.2 Return on Equity (ROE)
Menurut Dendawijaya (2005:18), ROE adalah perbandingan antara
laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan
indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih
yang dikaitkan dengan membayar deviden.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
Return on Equity =
x 100%
Modal Sendiri
(Dendawijaya, 2005:147)2.4.2.3 Rasio Biaya Operasional
(BOPO)Rasio biaya opersional adalah perbandingan antara biaya dan
pendapatan operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Biaya Opeasional
Rasio Biaya Operasional =
x 100%
Pendapatan Operasional
(Dendawijaya, 2005:147)
2.4.2.4 Net Profit Margin (NPM) Ratio
NPM adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima
dari kegiatan operasionalnya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
Net Profit Margin =
x 100%
Pendapatan Operasional
(Dendawijaya, 2005:148)
2.5 Standar Profitabilitas Bank
Adapun kriteria minimal untuk keempat komponen profitabilitas
diatas menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal
31Mei2004 adalah :
Tabel2.1KriteriaMinimalKomponenProfitabilitas
Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP/2004
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2004Analisis profitabilitas yang
digunakandalampenelitianini menggunakan keempat komponen sesuai
dengan Surat EdaranNomor6/23/DPNP/2004 tentang standar pengukuran
profitabilitas bankyangdikeluarkanBankIndonesia. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan Riyadi (2008:15) dan Dendawijaya
(2005:111), bahwa pendapatan nonbunga (feebased income) berupa
provisi, komisi, fee, transaksi valuta asing, pendapatan kenaikan
nilai, laba jual beli surat berharga, dan obligasi pemerintah.
Pendapatanjasalainnyatermasukkedalampendapatanoperasionallainnyayang
merupakanunsurdalamperhitunganlaba/rugibankbersangkutan.2.6
Bank2.6.1 Pengertian Bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito sebagai tempat untuk
meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di
samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan
setoran seperti pembayaran listrik, air, telepon, pajak, uang
kuliah, dan pembayaran lainnya. Berikut ini adalah beberapa
pengertian yang dikemukakan beberapa ahli. Menurut Dendawijaya
(2005:14), bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya
sebagai perantara keuangan (financial intermediaries).
Walaupun terdapat pengertian dari banyak ahli namun yang menjadi
dasar dan landasan utama yaitu pengertian menurut Undang-undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Bab Ketentuan Umum Pasal 1 butir 2
pengertian bank :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang bank yang telah
dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan tentang
pengertian bank yaitu bank merupakan lembaga keuangan yang bergerak
di bidang keuangan yang tugas pokoknya menghimpun dan mengelola
dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang salah satunya disalurkan dalam bentuk kredit.2.6.2
Jenis-jenis Bank
Menurut Kasmir (2008:34), Perbedaan jenis bank dapat dilihat
dari segi fungsi bank, kepemilikan bank, status bank, dan dilihat
dari segi cara menentukan harga. Adapun jenis bank tersebut adalah
sebagai berikut :
A. Jenis Bank Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 jenis bank
yang ada di Indonesia terbagi menjadi 2 yaitu :
1.Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang di dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat
jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan
seluruh jasa perbankan yang ada begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering
juga disebut bank komersil (commercial bank).
2.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak seperti bank umum yang memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh
lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
B. Jenis Bank Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.Bank milik pemerintah yaitu bank dimana akte pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank
ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2.Bank milik swasta nasional yaitu bank dimana seluruh atau
sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu juga pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
3.Bank milik koperasi yaitu bank yang saham-saham bank ini
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
4.Bank milik asing yaitu bank yang merupakan cabang dari bank
yang ada di luar, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
5.Bank milik campuran yaitu bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
C. Jenis Bank Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannnya dalam melayani masyarakat, maka
bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini
disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank
tersebut. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi
ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso keluar
negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit
dan transaksi lainnya.
2.Bank non devisa yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
D. Jenis Bank Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan
harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok
:1.Bank yang berdasarkan prinsip konvensional yaitu bank yang dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya
berdasarkan prinsip konvensional.
2.Bank yang berdasarkan prinsip syariah merupakan bank yang
dalam penentukan harga produknya sangat berbeda dengan bank
konvensional, dengan menggunakan prinsip syariah yaitu aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.
2.6.3 Fungsi dan Kegiatan Bank
Bank merupakan badan usaha yang mempunyai fungsi seperti
perusahaan lainnya. Menurut Susilo, Triandaru, dan Santoso
(2006:9), secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Susilo, Triandaru, dan Santoso
(2000:6) juga menjelaskan fungsi bank secara spesifik yaitu,
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan bank adalah kepercayaan (trust), baik dalam
penghimpunan dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan antusias
menitipkan dananya di bank yang dilandasi unsur kepercayaan.
2. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor
riil tidak dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan berkinerja
dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
Kegiatan bank berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.
3. Agent of service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian
tagihan.
Sedangkan Siamat (2004:88) menyebutkan fungsi dan kegiatan usaha
bank
umum sebagai berikut :
1.Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi.2. Menciptakan uang.3. Menghimpun dana dan
menyalurkan kepada masyarakat.4. Menawarkan jasa-jasa keuangan
lain.Fungsi bank bukan hanya sebagai perantara keuangan saja,
tetapi membantu pula perekonomian suatu negara. Seluruh sektor
perekonomian di suatu negara bergantung pada bank, bank bukan hanya
berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana tetapi lebih dari itu
bank memberikan jasa-jasa keuangan untuk mempermudah transaksi
keuangan bagi para nasabah yang berasal dari masyarakat maupun dari
instansi atau perusahaan yang mengunakan jasa bank untuk
berinvestasi maupun menyimpan dananya di bank.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diharapkan memberikan
gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam
perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai
lembaga perantara saja (financial intermediary institution).
Terkait dengan fungsi bank yang telah dijelaskan di atas, bank
sebagai sebuah lembaga juga melaksanakan berbagai kegiatan. Dalam
melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank umum
dan kegiatan bank perkreditan rakyat. Jika dilihat dari
pengertiannya dapat diambil kesimpulan kegiatan bank umum lebih
luas apabila dibandingkan dengan kegiatan bank perkreditan rakyat
(BPR). Artinya produk ditawarkan oleh bank umum lebih beragam.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu
sehingga kegiatannya lebih sempit.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut
Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 6 adalah sebagai
berikut :
a.Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b.Memberikan kredit.
c.Menerbitkan surat pengakuan hutang.
d.Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
1.Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank
yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
2.Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud.
3.Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
4.Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
5.Obligasi.
6.Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.
7.Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan 1 (satu) tahun.
e.Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
f.Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya.
g.Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga.
h.Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
i.Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
j.Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k.Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan
kegiatan wali amanat.l.Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan
kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
m.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal
6, Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 dalam Pasal 7 Bank
Umum dapat pula :
a.Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
di bidang keuangan, seperti modal ventura, asuransi, dan
lain-lain.
c.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d.Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.
2.6.4 Sumber dan Pengalokasian Dana Bank
Bank mempunyai kegiatan utama, yaitu pengumpulan dan penyaluran
(pengalokasian) dana yang harus dilakukan dengan baik dan benar.
Bank baru dapat melakukan kegiatan operasionalnya jika dananya
telah ada. Semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank semakin
besar peluangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dalam
mencapai tujuan.Menurut Hasibuan (2009:56), dana bank atau Loanable
Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu
bank dalam kegiatan operasionalnya. Sedangkan Menurut Dendawijaya
(2005:46), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank atau pun
aktiva lancar yang dikuasai bank dan dapat setiap waktu dapat
diuangkan.Seperti yang dikemukakan Dendawijaya (2005:46), bahwa
dana-dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank
bersumber dari dana-dana sebagai berikut :
1.Dana Pihak kesatu yaitu dana dari modal sendiri yang berasal
dari para pemegang saham.2.Dana Pihak kedua yaitu dana pinjaman
dari pihak luar.3.Dana Pihak ketiga yaitu dana berupa simpanan dari
pihak masyarakat.
Dana pihak ketiga atau dana berupa simpanan masyarakat terdiri
dari beberapa jenis yaitu Giro (demand deposit), Deposito (time
deposit) dan Tabungan (saving). Dana-dana tersebut memiliki sifat
yang sementara yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh masyarakat,
oleh karena itu pihak bank harus dapat mengalokasikan dana tersebut
agar bank mendapatkan keuntungan untuk menunjang kegiatan bank.
Pengalokasian dana bank merupakan penjualan kembali dana yang
diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Tujuan bank
dari pengalokasian dana adalah memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Menurut Dendawijaya (2005:49), ada beberapa jenis alokasi
dana bank yaitu diantaranya :1.Primary Reserve (cadangan primer)
yaitu pengalokasian dana ke dalam alat-alat likuid. 2.Secondary
Reserve (cadangan sekunder) adalah penempatan dana-dana ke dalam
noncash liquid asset (aset likuid yang seperti surat berharga pasar
uang atau SBPU dan sertifikat Bank Indonesia atau SBI).3.Loan
Portfolio (Kredit). Prioritas ketiga dalam alokasi dana bank adalah
penyaluran kredit (loan).
4.Portfolio Investment adalah dengan mengalokasikan sejumlah
dana tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment berupa
penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau
surat-surat berharga)
5.Fixed Assets (Aktiva Tetap) adalah penanaman modal dalam
bentuk aktiva tetap (fixed assets).
Agar Penempatan atau pengalokasian dana bank mendapatkan
keuntungan yang maksimal maka dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Menurut Dendawijaya (2005:55), cara penempatan (alokasi) dana oleh
bank umum salah satunya dengan mempertimbangkan bagaimana cara dana
tersebut diperoleh terdiri atas 2 pendekatan alokasi yang masih
banyak dipergunakan atau dipilih oleh eksekutif bank yaitu pool of
fund approach dan assets allocation approach.
1.Pool of funds approach adalah penempatan (alokasi) dana bank
dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber
dana seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga
perolehannya.
2.Assets allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai
aktiva dengan mencocokan masing-masing sumber dana terhadap jenis
alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat
harga perolehan sumber dana tersebut.2.7 Penelitian Terdahulu
KeteranganPenelitian TerdahuluPenelitian Saat Ini
JudulPengaruh Tingkat Pengembalian Kredit Terhadap Tingkat
Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP Tbk.Analisa Pengembalian
Kredit Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Sumsel Babel Jakabaring
Palembang
PenulisDinni Fitriani LestariAchmad Husien Darmawan
Variabel1. Tingkat Pengembalian Kredit2. Tingkat
Profitabilitas1. Pengembalian Kredit2. Profitabilitas
Rumusan
Masalah1. Bagaimana Tingkat Pengembalian Kredit pada PT Bank
OCBC NISP Tbk. ?2. Bagaimana Tingkat Profitabilitas pada PT Bank
OCBC NISP Tbk. ?
3. Bagaimana Pengaruh Tingkat Pengembalian Kredit Terhadap
Profitabilitas pada PT Bank OCBC NISP Tbk. ?Bagaimana Pengembalian
Kredit Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Sumsel Babel Jakabaring
Palembang ?
ObjekPT Bank OCBC NISP Tbk.PT Bank Sumsel Babel Jakabaring
Palembang.
HasilTerdapat hubungan positif antara pengembalian kredit dengan
tingkat profitabilitas sebesar 0,04. Hal ini menunjukan bahwa
setiap kenaikan 1% tingkat pengembalian kredit akan meningkatkan
tingkat profitabilitas sebesar 0,04% kali.
Pada Penelitian yang dilakukan oleh Dinni Fitriani Lestari
(mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia) dengan judul Pengaruh
Tingkat Pengembalian Kredit Terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT
Bank OCBC NISP Tbk. pada tahun 2011 menunjukan terdapat hubungan
positif antara pengembalian kredit dengan tingkat profitabilitas
sebesar 0,04. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 1% tingkat
pengembalian kredit akan meningkatkan tingkat profitabilitas
sebesar 0,04% kali.
BAB IIIMetode Penelitian3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Metode penelitian yang digunakan dan bagaimana prosedur
penelitian dilakukan sesuai dengan paradigma penelitian. Metode
penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam upaya
menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian, metode penelitian
akan memandu peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian
dilakukan. Sehingga yang dimaksud dengan metode penelitian adalah
cara kerja untuk dapat memahami suatu objek penelitian yang
meliputi teknik dan prosedur yang akan digunakan dalam
penelitian.
Tabel 3.1Operasional
VariabelNoVariabelDefinisiIndikatorSkala
1.Tingkat Pengembalian Kredit
(Ardiyos, 2001:233)Hasil yang diperoleh dari penanaman modal
tertentu didalam suatu perusahaan didalam periode
tertentuPersentase perbandingan antara :
- kredit lancar
- jumlah kredit yang diberikan oleh bank
Rumus :
Kredit Lancar
% Pengembalian = x 100%
Kredit Kredit yang diberikan
Rasio
2.Tingkat Profitabilitas
(Hasibuan, 2009:100)Kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba
yang dinyatakan dalam persentaseJumlah yang dibandingkan melalui
rumus :
Laba Sebelum Pajak
Return on Assets = x 100%
Total Aktiva
Laba Bersih
Return on Equity = x 100%
Modal Sendiri
Biaya Operasional
Rasio Biaya = x 100%
Operasional Pendapatan Operasional
Laba Bersih
Net Profit = x 100%
Margin Pendapatan OperasionalRasio
3.2 Objek dan Subjek PenelitianObjek penelitian dalam penulisan
proposal ini adalah analisa tingkat pengembalian kredit terhadap
tingkat profitabilitas. Karena kredit adalah salah satu produk bank
dengan tujuan menghasilkan profit. Oleh karena itu, aktivitas
operasional ini perlu pengawasan dan analisis yang baik agar tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Penulis melakukan penelitian
pada PT Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang yaitu salah satu
bank pembangunan daerah di Indonesia yang terletak di Jalan
Gubernur H. A. Bastari, Jakabaring, Palembang.3.3 Jenis dan Sumber
DataJenis data yang digunakan berupa data sekunder yang sumber
datanya diperoleh secara tidak langsung melalui dokumen yang
dimiliki perusahaan berupa laporan keuangan. Data sekunder ini
adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak tertentu atau oleh
lembaga pengumpul data. Sumber data penelitian adalah sumber data
yang diperlukan untuk penelitian. Dalam penelitian ini sumber data
yang digunakan berupa dokumen, yaitu laporan keuangan tahunan PT
Bank Sumsel Babel Jakabaring Palembang berupa laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, dan perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum (KPMM) untuk periode 6 tahun mulai dari
tahun 2006 sampai tahun 2011.
3.4 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah
penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa
inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi
hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja
keras, daya kreatifitas, dan kemampuan intelektual yang tinggi agar
mendapat hasil yang memuaskan. Analisis data berasal dari hasil
pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak
dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti,
menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu,
analisis data di sini berfungsi untuk memberi arti, makna, dan
nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006: 274).
Berdasarkan uraian di atas maka analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Analisis Tingkat Pengembalian Kredit
Dalam analisis tingkat pengembalian kredit data yang digunakan
adalah semua laporan laporan kualitas aktiva produktif. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui besarnya persentase
perbandingan antara pengembalian kredit lancar dengan jumlah kredit
yang diberikan oleh bank. Secara sistematis persentase pengembalian
kredit dirumuskan sebagai berikut :
Kredit Lancar
% pengembalian kredit = x 100%
Kredit yang diberikan
(Fink dan Feduniak, 1988:39)2. Analisis Tingkat
Profitabilitas
Dalam analisis tingkat profitabilitas ini biasanya dicari
hubungan timbal balik antar pos, yang terdapat pada laporan laba
rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai
indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan
profitabilitas bank yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
analisis profitabilitas yang digunakan adalah analisis Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Rasio Biaya Operasional
(BOPO), dan Net Profit Margin (NPM) yang secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
Return on Assets = x 100%
Total Aktiva
(Dendawijaya, 2005:118)
Laba Bersih
Return on Equity =
x 100%
Modal Sendiri
(Dendawijaya, 2005:147)
Biaya Opeasional
Rasio Biaya Operasional =
x 100%
Pendapatan Operasional
(Dendawijaya, 2005:147)
Laba Bersih
Net Profit Margin =
x 100%
Pendapatan Operasional
(Dendawijaya, 2005:148)BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian4.1.1 Sejarah PT Bank Sumsel
BabelPT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka
Belitung didirikan pada tanggal 6 November 1957 dengan nama PT Bank
Pembangunan Sumatera Selatan yang didirikan berdasarkan :1.
Keputusan Panglima Ketua Penguasa Perang Daerah Sriwijaya Tingkat I
Sumatera Selatan Nomor 132/SPP/58 tanggal 10 April 1958 dengan
berlaku surut. mulai tanggal 6 Nopember 1957.
2. Akta Notaris Tan Thong Khe Nomor 54 tanggal 29 September 1958
dengan izin Menteri Kehakiman No. J.A.5/44/16 tanggal 11 Mei
1959.
3. Izin Usaha Bank dari Menteri Keuangan Nomor 47692/UM II
tanggal 18 April 1959.
4. Pernyataan Keputusan Pemegang Saham di Luar Rapat PT Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Selatan Nomor 2 tanggal 03 November
2009 dan Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik
Indonesia Nomor: AHU-56914.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 20 November
2009, mengenai perubahan nama Bank Sumsel menjadiBank Sumsel
Babel.Selanjutnya dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 13
Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Daerah, maka terhitung sejak
tahun 1962, secara resmi seluruh kegiatan PT Bank Pembangunan
Sumatera Selatan menjadi milik Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera
Selatan dengan status badan hukum perusahaan Daerah berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 11/DPRDGR Tingkat I Sumatera Selatan, dengan
izin usaha yang dikeluarkan oleh Menteri Urusan Bank
Central/Gubernur Bank Indonesia Nomor 2/Kep/MUBS/G/63 Tanggal 27
Februari 1963.
Setelah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir sejak
diberlakukannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
dan sesuai dengan Perda Nomor 6 tahun 2000 tanggal 19 Mei 2000,
Bank Sumsel mengubah bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah
menjadi Perusahaan Persero Terbatas dengan Akta Pendirian No. 20
tanggal 25 November 2000 dan persetujuan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.3/2/KEP.DpG/2001 tanggal 24 September 2001.
Perubahan badan hukum tersebut terhitung tanggal 1 Oktober 2001,
dengan berbagai perubahan yang mendasar dan menyeluruh tersebut
agar Bank Sumsel lebih profesional dan mampu bersaing pada era
otonomi daerah.4.1.2 Visi dan MisiA. VisiMenjadi bank sehat yang
tumbuh secara berkesinambungan dengan mengutamakan kepuasan
nasabah.B. Misi1. Mengembangkan dan membangun pertumbuhan
perekonomian daerah.2. Menjadi salah satu sumber pendapatan asli
daerah.3. Sebagai pemegang kas daerah.4. Sebagai agen
pembangunan.5. Membantu dan mengembangkan pengusaha golongan
ekonomi lemah.6. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia yang
lebih tanggap terhadap tuntunan pembangunan daerah dan tuntunan
pasar.7. Mengoptimalkan keunggulan bisnis Retail Banking dan
mengembangkan Corporate banking.4.1.3 Struktur Organisasi
Perusahaan
Gambar 4.1Struktur Organisasi PT Bank Sumsel Babel
Tugas dan tanggung jawab jabatan dalam PT Bank Sumsel Babel
:
A. Dewan Komisaris
1. Pengawasan atas kebijakan Direksi dalam menjalankan bank
serta memberi nasihat kepada Direksi.
2. Wajib memastikan terselenggaranya pelaksanaan tata kelola
perusahaan yang baik dalam setiap kegiatan usaha Bank Sumsel Babel
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.3. Menyetujui dan
mengevaluasi rencana bisnis bank dan Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan (RKAT) Bank Sumsel Babel.
4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana bisnis bank
dan membuat laporan pengawasan realisasi rencana bisnis bank yang
dikirimkan ke Bank Indonesia.
5. Mengesahkan tambahan setoran modal bank.
6. Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan Audit
dan rekomendasi dari hasil Audit Bank Indonesia, Auditor Eksternal,
Divisi Pengawasan Intern, dan hasil self-assesment GCG (Good
Corporate Governance).7. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan dan
strategi manajemen Risiko dan mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi atas pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen
Risiko.
8. Mengevaluasi kebijakan pensiun dini, kebijakan manajemen
Risiko, kebijakan manajemen Risiko atas teknologi informasi, dan
mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan
pengendalian Intern bank.
9. Membentuk Tim Penyusunan Kaji Ulang Surat Keputusan Dewan
Komisaris untuk mengkaji Surat Keputusan Dewan Komisaris yang sudah
banyak direvisi.
10. Menyetujui pembidangan tugas Direksi.
11. Menetapkan kebijakan Remunerasi bagi anggota Komite Dewan
Komisaris.
B. Dewan Pengawas Syariah
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan bank.
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai
dengan fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia).
3. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru bank yang
belum ada fatwanya.
4. Melakukan peninjauan ulang secara berkala atas pemenuhan
prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran
dana serta pelayanan jasa bank.5. Meminta data dan informasi
terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank dalam rangka
pelaksanaan tugasnya.
C. Komite-komite dibawah Dewan Komisaris
1. Komite Audit, melakukan pemantauan dan evaluasi atas
perencanaan dan pelaksanaan Audit, kesesuaian pelaksanaan Audit
oleh KAP dengan standar yang berlaku, kesesuaian laporan keuangan
dengan standar akuntansi yang berlaku, dan pelaksanaan tindak
lanjut oleh Direksi atas hasil temuan SKAI, KAP, dan hasil
Pengawasan Bank Indonesia.
2. Komite Pemantau Risiko, melakukan evaluasi tentang kesesuaian
antara kebijakan manajemen Risiko bank dengan pelaksanaan kebijakan
tersebut dan pemantauan serta evaluasi pelaksanaan tugas Komite
Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan dan Manajemen Risiko,
evaluasi laporan profil Risiko meliputi profil dan tingkat tren
Risiko yang pelaksanaan penilaiannya dilakukan Divisi Kepatuhan dan
Manajemen Risiko, dan tindaklanjut hasil penilaian guna memberikan
rekomendasi kepada Komisaris.3. Komite Remunerasi dan Nominasi,
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi untuk
disampaikan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), kebijakan
Remunerasi pejabat eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk
disampaikan kepada Direksi, menyusun dan memberikan rekomendasi
mengenai sistem serta prosedur pemilihan dan atau penggantian
anggota Komisaris dan Direksi kepada Dewan Komisaris untuk
disampaikan pada RUPS, memberikan rekomendasi mengenai calon
anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi kepada Dewan Komisaris
untuk disampaikan pada RUPS, dan memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris mengenai pihak Independen yang akan menjadi anggota
Komite.
4. Direksi, bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan
kepengurusan bank dan penetapan strategi dan kebijakan di
lingkungan bank serta pelaksanaannya sesuai dengan tujuan usaha
bank.5. Komite-komite dibawah Direksi
1. Assets and Liabilities Committee (ALCO), menyusun kebijakan
dan membuat keputusan dalam mengelola dan mengendalikan kekayaan
keuangan dan kewajiban keuangan Bank Sumsel Babel.
2. Komite Manajemen Risiko, membantu Direksi untuk mengetahui
dan mengenali keragaman risiko dan meyakini bahwa seluruh risiko
telah diidentifikasi, diukur, dipantau, dan dikendalikan baik untuk
risiko yang dapat dikuantifikasikan maupun tidak dapat
dikuantifikasikan serta mengurangi dan meminimalkan risiko yang
terjadi pada bank.3. Komite Pengarah Teknologi Informasi, membantu
Direksi untuk memberikan arahan mengenai rencana strategis
Teknologi Informasi (TI), memantau kemajuan penerapan TI,
memberikan arahan mengenai perumusan kebijakan dan prosedur TI,
memberikan arahan agar proyek-proyek TI sesuai dengan Rencana
Strategis TI, menetapkan status prioritas proyek TI yang bersifat
kritikal, memantau kinerja TI, menganalisa kebutuhan SDM (Sumber
Daya Manusia) TI, dan memberikan arahan agar kebutuhan Sistem
Informasi Manajemen dapat mendukung kegiatan usaha bank.
D. Sekretaris Perusahaan
1. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya atas aktivitas
operasional kehumasan, kesekretariatan dan legal compliance serta
pelaksanaan Pedoman Tata Kelola Perusahaan dan Pedoman Perilaku.2.
Menjaga hubungan counterpart dan correspondence baik di dalam
negeri dan di luar negeri serta penghubung bank dengan
stakeholder.
3. Bertanggung jawab meluruskan persepsi stakeholder tentang
masa depan dan nilai perusahaan.
4. Bertanggung jawab atas komunikasi dan penyampaian informasi
yang penting mengenai Bank Sumsel Babel kepada otoritas perbankan,
moneter dan pasar modal, Pemegang Saham, dan masyarakat umum.
5. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya
peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal.
6. Menindaklanjuti pengaduan nasabah.
7. Mengkoordinasikan penyelenggaraan RUPS.
8. Memfasilitasi pelaksanaan rapat Direksi dan rapat Dewan
Komisaris.
9. Melaporkan ketaatan terhadap Pedoman Tata Kelola.
10. Memantau dan memastikan atas pelaporan ketaatan terhadap
Pedoman Tata Kelola Perusahaan dan Pedoman Perilaku.
11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pihak lain atas
setiap permintaan informasi yang berkaitan dengan kondisi
perusahaan.
12. Menyeleksi jenis-jenis informasi yang relevan utnuk
dipublikasikan dan diedarkan di internal dan eksternal
perusahaan.
4.1.4 Produk, Jasa, dan Fasilitas PT Bank Sumsel BabelPT Bank
Sumsel Babel sebagaimana halnya dengan bank-bank yang lainnya,
menjalankan tiga fungsi utamanya sebagai lembaga keuangan, yaitu
untuk menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada
masyarakat, dan membantu kelancaran lalu lintas pembayaran. Untuk
menjalankan fungsi-fungsi tadi, maka PT Bank Sumsel Babel
mengklasifikasikan produknya sebagai berikut:A. Penghimpunan
Dana
1. Giro: Giro Rupiah, Giro Valas, Giro Demang.
2. Tabungan: Pesirah (Penggerak Potensi Daerah), Simpeda
(Simpanan Pembangunan Daerah), Tasbih (Tabungan Siap Beribadah
Haji).
3. Deposito: Deposito Berjangka, Depati (Deposito Tanpa
Penalti), Sertifikat Deposito.
4. Surat Berharga yang diterbitkan: Obligasi.
B. Penyaluran Dana
1. Kredit Modal Kerja: Kredit Umum, Kredit Investasi, Kredit
Lainnya.
2. Kredit Program: Kredit Mitra Perkebunan, Kredit Mitra
Peternakan, Kredit KPPA Retail, Kredit Usaha Mikro (KUM) Retail,
Kredit Pemda.
3. Kredit Konsumtif: Kredit Kepemilikan Kendaraan (KPK), Kredit
Griya Sejahtera (KGS), Kredit Serba Guna (KSG), Kredit Pemilikan
Rumah (KPR).
C. Jasa dan Layanan
1. Dalam Negeri: L/C Dalam Negeri, Inkaso, Transfer, Kliring
Nasional, Bank Garansi, Surat Keterangan Bank, BI-RTGS, Penerimaan
Negara (Pajak), Pembayaran Tagihan Telepon, Listrik PLN, PDAM, dan
Uang Kuliah, Pembayaran Tagihan Produk Telkomsel dan Indosat, SMS
Banking, Phone Banking, ATM Jaringan Prima, Pembayaran BPIH.
2. Luar Negeri: Pembukaan L/C, Ekspor Impor, Deposito Valas,
Giro Valas, Jual Beli Valas, Remittance (Transfer Valas), Bank
Note, Dealling Room.
D. Produk dan Layanan Melalui Pola Syariah
1. Giro: Giro iB Tijaroh Wadiah.
2. Tabungan: Tabungan iB Rofiqoh Wadiah, Tabungan iB Kaffah
Mudharabah, Tabungan iB Tasbih Wadiah, Tabungan iB Tasbih
Mudharabah.3. Deposito: Deposito iB Hanafiah Mudharabah, Deposito
iB Thoyyibah Mudharabah.
4. Penyaluran Dana
Pembiayaan Konsumtif: Pembiayaan Pembelian Barang, Pembiayaan
Kepemilikan Kendaraan, Pembiayaan Griya Sejahtera (Siap Huni, Siap
Bangun, Renovasi, Siap Huni Rumah Murah PNS), Pembiayaan Ijarah iB
Multijasa (Gadai Emas, Piutang Qardh Haji).
Pembiayaan Produktif: Pembiayaan Modal Kerja (PMK). Pembiayaan
Investasi, Pembiayaan Usaha Kecil Syariah (PUKc Syariah),
Pembiayaan Usaha Mikro Syariah (PUM Syariah).
5. Layanan Syariah: Transfer, Kliring/SKN dan BI-RTGS,
Pembayaran Rekening Telepon, Listrik, PDAM, dan PBB, Pembayaran
Uang SPP, Pembayaran Tagihan Kartu Pasca Bayar dan Pembelian
Voucher Kartu Pra Bayar, Layanan Syariah (Office Channeling).4.2.
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1.Perkembangan Tingkat Pengembalian Kredit PT Bank Sumsel
Babel
Berdasarkan fungsi intermediasi, bank berkewajiban untuk
menyalurkan dana yang telah didapatkannya dari pihak yang mempunyai
kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Salah satu cara
penyaluran dana yang dilakukan bank adalah dengan memberikan kredit
untuk nasabahnya. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akan
disertai pula dengan pengembalian kredit yang dilakukan oleh
nasabahnya. Dari hasil pengembalian kredit, bank akan mendapatkan
keuntungan berupa bunga. Bunga yang dihasilkan bank merupakan
pendapatan utama bank yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional bank. Menurunnya tingkat pengembalian kredit akan
sangat tidak menguntungkan bagi setiap bank, karena pengembalian
kredit berkaitan langsung dengan pendapatan yang akan diterima oleh
bank.
Pengembalian kredit dapat dihitung melalui persentase
perbandingan antara kredit lancar dengan jumlah kredit yang
diberikan. Kredit Lancar
% Pengembalian Kredit =
x 100%
Kredit yang diberikanTabel 4.1 berikut menunjukkan hasil
penelitian mengenai gambaran tingkat pengembalian kredit pada PT
Bank Sumsel Babel pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 :Tabel
4.1Tingkat Pengembalian Kredit PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 - Tahun 2011
(dalam Jutaan Rupiah)
No.TahunKredit
LancarJumlah Kredit
yang DiberikanTingkat
Pengembalian Kredit
120067.158.6457.444.58396,16%
220079.240.4989.616.58996,09%
3200811.971.16212.375.15396,73%
4200917.623.49518.238.40396,63%
5201024.051.43624.875.98096,68%
6201130.484.49531.467.61996,87%
Total100.529.731
104.018.327
96,65%
Rata-rata16.754.955
17.336.388
96,53%
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan tabel 4.1 di atas
dapat diketahui total kredit lancar dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2011 adalah sebesar Rp. 100.529.731.000.000 dengan rata-rata
Rp. 16.754.955.000.000. Sedangkan untuk total jumlah kredit yang
diberikan dapat diketahui sebesar Rp. 104.018.327.000.000 dengan
rata-rata sebesar Rp. 17.336.388.000.000. Total jumlah tingkat
pengembalian kredit selama 6 tahun sebesar 96,65% dan untuk rata-
ratanya sebesar 96,53%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
gambar grafik 4.2 dan 4.3 tentang perkembangan jumlah pemberian
kredit dan kredit lancar serta perkembangan tingkat pengembalian
kredit PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2011 sebagai berikut :Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Kredit Lancar dan Jumlah Kredit yang
Diberikan
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.2 di
atas dapat dilihat perkembangan kredit lancar PT Bank Sumsel Babel
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan.
Kenaikan terjadi dikarenakan banyaknya nasabah yang melunasi
hutangnya kepada bank tepat waktu baik dari cicilan pokok maupun
bunganya. Selain itu hal tersebut terjadi juga karena jumlah
penyaluran kredit yang diberikan nasabah setiap tahunnya
naik.Perkembangan tingkat pengembalian kredit dapat digambarkan
dengan grafik berikut:Gambar 4.3Grafik Perkembangan Tingkat
Pengembalian Kredit
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 - Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahDari grafik 4.3 dapat terlihat
bahwa tingkat pengembalian kredit PT Bank Sumsel Babel mulai dari
tahun 2006 sampai dengan 2011 mengalami perkembangan yang
fluktuatif dengan hasil rata-rata yaitu sebesar 96,65% tingkat
pengembalian kredit dalam keadaan yang baik, hal ini dikarenakan
nilai kredit bermasalah berada dalam batas wajar yaitu dibawah
batas maksimum 5% yang ditetapkan Bank Indonesia. Tingkat
pengembalian kredit tertinggi dari tabel 4.1 dan grafik 4.3 di atas
diketahui terjadi pada tahun 2011 sebesar 96,87% dan terendah
terjadi pada tahun 2007 sebesar 96,09%. Kenaikan terjadi pada tahun
2008, 2010, dan 2011, hal tersebut disebabkan oleh nilai kredit
bermasalahnya yang kecil dan besarnya angka kredit kredit lancar.
Kenaikan tingkat pengembalian kredit terbesar terjadi pada tahun
2008 sebesar 0,64%, hal ini disebabkan oleh jumlah kredit lancar
yang tinggi karena merupakan komponen dari perhitungan tingkat
pengembalian kredit serta angka kredit bermasalah yang mengalami
penurunan tertinggi dari tahun-tahun yang lain yaitu sebesar 0,10%.
Berdasarkan grafik di atas penurunan tingkat pengembalian kredit
terjadi pada tahun 2007 dan 2009. Hal ini disebabkan oleh besarnya
nilai kredit bermasalah. Sedangkan penurunan tingkat pengembalian
terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,10%. Penurunan yang
terjadi pada tingkat pengembalian kredit PT Bank Sumsel Babel akan
mengakibatkan penerimaan pendapatan bunga yang menurun sehingga
laba yang akan diperoleh dapat berkurang. Dengan demikian, apabila
hal tersebut dibiarkan maka akan mengganggu pembiayaan kegiatan
operasional perbankan.
4.2.2 Perkembangan Tingkat Profitabilitas PT Bank Sumsel
BabelKinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
dan penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal likuiditas dan profitabilitas bank. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Profitabilitas penting bagi para pemilik maupun
orang-orang yang berkepentingan terhadap bank. Semakin baik keadaan
tingkat profitabilitas akan semakin mengokohkan posisi bank dimata
publik. Hal ini akan berdampak sangat baik terhadap bank, karena
akan banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di
bank, sehingga bank memiliki modal untuk melakukan ekspansi usaha.
Untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan atau bank digunakan
analisis profitabilitas, dimana analisis profitabilitas ini untuk
memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan
untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat profitabilitas suatu
perusahaan atau bank. Berikut perhitungan analisis profitabilitas
berdasarkan analisis Return on Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), Rasio Biaya Operasional (BOPO), dan Net Profit Margin (NPM)
yang secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
Return on Assets = x 100%
Total Aktiva
Laba Bersih
Return on Equity =
x 100%
Modal Sendiri
Biaya Opeasional
Rasio Biaya Operasional =
x 100%
Pendapatan Operasional Laba Bersih
Net Profit Margin =
x 100%
Pendapatan Operasional
Tabel 4.2Perkembangan Tingkat Profitabilitas PT Bank Sumsel
Babel
Periode 2006 - Tahun 2011
(Dalam Jutaan Rupiah)
NoTahunLaba BersihTotal AktivaModal SendiriPendapatan
OperasionalBiaya OperasionalROAROEBOPONPM
12006202.14623.820.8381.180.1081.046.090587.0580,85%17,1%56%2%
22007292.01329.050.8181.541.659
1.087.936661.6411,00%19,0%60%3%
32008377.16432.329.5321.899.7131.418.051890.6851,17%19,9%62%3%
42009549.96833.873.4072.322.0331.703.600969.4021,62%23,7%56%3%
52010702.37343.088.6413.155.2772.049.8571.155.1031,63%22,3%56%3%
62011842.50454.292.5033.863.8062.414.6211.401.5421,55%21,8%60%3%
Total2.966.168
216.455.739
13.962.596
9.720.155
5.665.431
1,37%
21,24%
58%
3%
Rata-rata494.361
36.075.957
2.019.758
1.620.026
944.238
1.30%
20.63%
58%
3%
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan tabel 4.2 di atas
dapat diketahui total laba bersih PT Bank Sumsel Babel dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar Rp. 2.966.168.000.000 dengan
rata-rata sebesar Rp.494.983.000.000. Sedangkan untuk total aktiva
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar Rp.
216.455.739.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp.
36.075.957.000.000. Total Modal sendiri PT Bank Sumsel Babel dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar Rp. 13.962.596.000.000
dengan rata-rata sebesar Rp. 2.019.758.000.000. Total pendapatan
operasional PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2011 sebesar Rp. 9.720.155.000.000 dengan rata-rata Rp.
1.620.026.000.000. Sedangkan untuk total biaya operasional PT Bank
Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar Rp.
5.665.431.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp. 944.238.000.000.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar grafik 4.4, 4.5,
4.6, 4.7, dan 4.8 tentang perkembangan laba bersih, total aktiva,
Modal Sendiri, Pendapatan Operasional, dan Biaya Operasional PT
Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebagai
berikut : Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Laba Bersih
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel BabelPeriode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.4 di
atas dapat diketahui nilai laba bersih PT Bank Sumsel Babel dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 cenderung fluktuatif. Jumlah
laba bersih terbesar diperoleh pada tahun 2011 yaitu Rp.
842.504.000.000. Jumlah laba bersih terkecil diperoleh pada tahun
2006 yaitu Rp. 202.146.000.000. Berikut ini merupakan grafik
perkembangan total aktiva tetap PT Bank Sumsel Babel dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2011 :Gambar 4.5
Grafik Perkembangan Total Aktiva
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.5 di
atas dapat diketahui total aktiva pada PT Bank Sumsel Babel dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Dari gambar grafik 4.5 terlihat bahwa total aktiva
terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp. 54.292.503.000.000 dan
terkecil pada tahun 2006 sebesar Rp. 23.820.838.000.000. Terjadinya
kenaikan total aktiva PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 di sebabkan oleh naiknya penempatan dana dalam
kredit, surat berharga, dan aktiva tetap.Berikut ini merupakan
grafik perkembangan total modal sendiri PT Bank Sumsel Babel pada
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 :Gambar 4.6
Grafik Perkembangan Modal Sendiri
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel Babel
Periode Tahun 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.6 di
atas dapat diketahui modal sendiri pada PT Bank Sumsel Babel dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Dari gambar grafik 4.6 terlihat bahwa modal sendiri
terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp. 3.863.806.000.000 dan
terkecil pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.180.108.000.000. Terjadinya
kenaikan modal sendiri PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 di sebabkan oleh turunnya nilai faktor-faktor
pengurang modal inti.Berikut ini merupakan grafik perkembangan
total pendapatan operasional PT Bank Sumsel Babel pada tahun 2006
sampai dengan tahun 2011 :Gambar 4.7
Grafik Perkembangan Pendapatan Operasional
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.7 di
atas dapat diketahui pendapatan operasional pada PT Bank Sumsel
Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Dari gambar grafik 4.7 terlihat bahwa
modal sendiri terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp.
2.414.621.000.000 dan terkecil pada tahun 2006 sebesar Rp.
1.046.090.000.000. Terjadinya kenaikan pendapatan operasional PT
Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 di
sebabkan oleh naiknya nilai keuntungan transaksi, deviden (provisi,
komisi, fee, dan administrasi), dan pendapatan lainnya.Berikut ini
merupakan grafik perkembangan total biaya operasional PT Bank
Sumsel Babel pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 :Gambar
4.8
Grafik Perkembangan Pendapatan Operasional
(Dalam Jutaan Rupiah)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan gambar grafik 4.8 di atas dapat diketahui biaya
operasional pada PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2011 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari gambar
grafik 4.8 terlihat bahwa modal sendiri terbesar terjadi pada tahun
2011 sebesar Rp. 1.401.542.000.000 dan terkecil pada tahun 2006
sebesar Rp. 587.058.000.000. Terjadinya kenaikan biaya operasional
PT Bank Sumsel Babel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 di
sebabkan oleh naiknya nilai kerugian transaksi, deviden (provisi,
komisi, fee, dan administrasi), beban tenaga kerja, beban promosi,
dan beban lainnya.Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui total
tingkat profitabilitas Return on Assets (ROA) dari tahun 2006
sampai dengan 2011 sebesar 1,37% dengan rata-rata 1,30%. Total
tingkat profitabilitas Return on Equity (ROE) dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2011 sebesar 21,24% dengan rata-rata 20,63%.
Total tingkat profitabilitas Rasio Biaya Operasional (BOPO) dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar 58% dengan rata-rata
58%. Sedangkan untuk tingkat profitabilitas Net Profit Margin (NPM)
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar 3% dengan
rata-rata 3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar
grafik 4.9, 5.0, 5.1, dan 5.2 sebagai berikut :Gambar 4.9Grafik
Perkembangan Return on Assets (ROA)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 4.9 di
atas dapat diketahui tingkat profitabilitas Return on Assets (ROA)
tertinggi pada PT Bank Sumsel Babel terjadi pada tahun 2009 sebesar
0,45% dan terendah pada tahun 2010 sebesar 0,1%. Terdapat penurunan
pada tahun 2011 sebesar 0,8%. Kenaikan terjadi pada tahun 2007,
2008, 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 0,15%, 0,17%, 0,45%, dan
0,1%.Standar ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/PBI/2004 untuk penentuan kinerja
keuangan bank adalah minimal 1,25%. Jika dibandingkan dengan nilai
ROA rata-rata pada tabel 4.2 yaitu sebesar 1,30 % , maka ROA PT
Bank Sumsel Babel sudah sesuai standar. Namun pada tahun 2006,
2007, dan 2008 belum memenuhi standar minimal ROA kriteria BI untuk
penentuan kinerja keuangan bank yang dikatakan sehat.Berikut ini
merupakan grafik perkembangan total tingkat profitabilitas Return
on Equity (ROE) PT Bank Sumsel Babel pada tahun 2006 sampai dengan
tahun 2011 :Gambar 5.0
Grafik Perkembangan Return on Assets (ROA)
PT Bank Sumsel Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 5.0 di
atas dapat diketahui tingkat profitabilitas Return on Equity (ROE)
tertinggi pada PT Bank Sumsel Babel terjadi pada tahun 2009 sebesar
3,8% dan terendah pada tahun 2008 sebesar 0,9%. Terdapat penurunan
pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 1,4% dan 0,5%.
Kenaikan terjadi pada tahun 2007, 2008, dan 2009 masing-masing
sebesar 1,9%, 0,9%, dan 3,8%.
Standar ROE yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/PBI/2004 untuk penentuan kinerja
keuangan bank adalah minimal 12,5%. Jika dibandingkan dengan nilai
ROE rata-rata pada tabel 4.2 yaitu sebesar 20,63%, maka ROE PT Bank
Sumsel Babel sudah sesuai standar.Berikut ini merupakan grafik
perkembangan total tingkat profitabilitas Rasio Biaya Operasional
(BOPO) PT Bank Sumsel Babel pada tahun 2006 sampai dengan tahun
2011 :Gambar 5.1
Grafik Perkembangan Rasio Biaya Operasional (BOPO)PT Bank Sumsel
Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolahBerdasarkan gambar grafik 5.1 di
atas dapat diketahui tingkat profitabilitas Biaya Operasional
(BOPO) tertinggi pada PT Bank Sumsel Babel terjadi pada tahun 2007
dan 2011 sebesar 4% dan terendah pada tahun 2008 sebesar 2%.
Terdapat penurunan pada tahun 2009 sebesar 6% hingga berakibat
stabilnya nilai penurunan sampai tahun 2010. Kenaikan terjadi pada
tahun 2007, 2008, dan 2011 masing-masing sebesar 4%, 2%, dan
4%.
Standar BOPO yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/PBI/2004 untuk penentuan kinerja
keuangan bank adalah maksimal 94%. Jika dibandingkan dengan nilai
BOPO rata-rata pada tabel 4.2 yaitu sebesar 58%, maka BOPO PT Bank
Sumsel Babel sudah sesuai standar.Berikut ini merupakan grafik
perkembangan total tingkat profitabilitas Net Profit Margin (NPM)
PT Bank Sumsel Babel pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011
:Gambar 5.2
Grafik Perkembangan Net Profit Margin (NPM)PT Bank Sumsel
Babel
Periode 2006 Tahun 2011
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan gambar grafik 5.2 di atas dapat diketahui tingkat
profitabilitas Net Profit Margin (NPM) tertinggi pada PT Bank
Sumsel Babel terjadi pada tahun 2007 sebesar 1% hingga nilai
mengalami titik stabil sampai dengan tahun 2011 dan tidak terdapat
penurunan.
Standar NPM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/PBI/2004 untuk penentuan kinerja
keuangan bank adalah minimal 2%. Jika dibandingkan dengan nilai NPM
rata-rata pada tabel 4.2 yaitu sebesar 3%, maka NPM PT Bank Sumsel
Babel sudah sesuai standar.4.3 Pembahasan Hasil PenelitianSeperti
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa bank memiliki fungsi
intermediasi. Hasil dana yang dihimpun dari masyarakat harus
dikembalikan lagi kepada masyarakat oleh bank, dan dalam hal ini
cara yang dapat dilakukan oleh bank adalah dengan menyalurkan
kredit. Sebagaimana kita telah mengetahuinya bahwa kegiatan kredit
merupakan kegiatan utama bank yang mempunyai peran penting dalam
menambah laba untuk kontinuitas usahanya.
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akan disertai
pengembalian kredit yang dilakukan oleh nasabah yang berupa
pembayaran pokok dan bunga. Bunga tersebut merupakan laba yang
diterima oleh bank yang diharapkan akan dapat meningkatkan
profitabilitas bank itu sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu
jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan serta pengembaliannya
dan lain-lain. Lancarnya tingkat pengembalian kredit secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkat profitabilitas Penelitian ini
dimaksudkan untuk menganalisis dan memberikan bukti pengaruh
pengembalian kredit terhadap profitabilitas PT Bank Sumsel Babel.
Pengembalian kredit dalam penelitian ini adalah dipenuhinya semua
kewajiban hutang nasabah yang terdiri dari angsuran pokok beserta
bunganya tepat waktu. Pengembalian kredit diukur dengan
membandingkan antara jumlah pengembalian kredit lancar terhadap
jumlah kredit yang diberikan. Sedangkan profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan dalam mencapai keuntungan atau laba. Dalam
penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio
Return on Asets (ROA) yang membandingkan antara laba dengan total
aset, rasio Retun on Equity (ROE) yang membandingkan antara laba
dengan modal, rasio Biaya Operasional (BOPO) yang membandingkan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dan rasio
Net Profit Margin (NPM) yang membandingkan antara laba dengan
pendapatan operasional.
Berdasarkan penelitian, PT Bank Sumsel Babel memiliki jumlah
pemberian kredit dari tahun 2006 sampai tahun 2011 yang setiap
tahunnya naik, rata-rata pemberian kredit selama 6 tahun sebesar
Rp. 17.336.388.000.000 dan memiliki perkembangan yang cenderung
naik setiap tahunnya. Kenaikan pada pemberian atau penyaluran
kredit disebabkan oleh naiknya jumlah dana pihak ketiga yang
diterima oleh bank. Sedangkan perkembangan kredit lancar setiap
tahunnya sama dengan penyaluran kredit cenderung naik, rata-rata
kredit lancarnya sebesar Rp. 16.754.955.000.000. Kenaikan kredit
lancar setiap tahunnya dikarenakan banyaknya nasabah yang melunasi
hutangnya kepada bank tepat watu serta dikarenakan jumlah
penyaluran kredit yang diberikan nasabah setiap tahunnya naik.
Tingkat pengembalian kredit yang dihasilkan setiap tahunnya
berfluktuatif. Pengembalian kredit terbesar adalah sebesar 98,87%
pada tahun 2011 dan terkecil 96,09% pada tahun 2007. Rata-rata
tingkat pengembalian kredit dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2011 adalah 96,53%. Hal ini menunjukkan pengembalian kredit dalam
keadaan yang baik, akan tetapi penurunan kredit yang terjadi pada
2007 dan 2009 berakibat terjadinya penurunan pendapatan bunga,
apabila terulang kembali dan hal