Acara VI SUSU KENTAL MANIS LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Disusun oleh: Nama: Milka Melinda Susanto NIM: 13.70.0012 Kelompok: B3 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Acara VI
SUSU KENTAL MANIS
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:
Nama: Milka Melinda Susanto
NIM: 13.70.0012
Kelompok: B3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2016
1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Topik
Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 kloter B melaksanakan praktikum Teknologi Pengolahan
Susu dengan topik acara Susu Kental Manis. Asisten dosen yang bertugas adalah Tjan,
Ivana Chandra, Graytta Intannia, dan Beatrix Restiani. Praktikum dilaksanakan pukul
15.00 di Laboratorium Rekayasa Pangan. Dalam praktikum ini dibuat susu kental manis
yang dihasilkan dari perlakuan penambahan gula yang berbeda. Bahan dasar yang
digunakan adalah susu full cream. Susu tersebut akan ditambah gula dengan cara yang
berbeda yaitu ditambahkan di awal pemanasan (kelompok B1, B2 dan B3) dan di akhir
pemanasan (kelompok B4 dan B5). Lalu susu diaduk diatas es batu hingga teksturnya
mengental. Susu kental manis yang dihasilkan selanjutnya dianalisa karakteristik fisik
dan kandungan gulanya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan susu
kental manis, serta mengetahui karakteristik susu kental manis yang baik.
1
B1 B2 B3 B4 B5
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan karakteristik fisik dan kandungan gula susu kental manis yang
dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Susu Kental Manis
Kelompok Warna Rasa Aroma Kekentalan Kandungan gula (brix)B1 ++ +++ +++ ++ 50,3B2 +++ +++ ++++ +++ 52,6B3 +++ +++ +++ ++ 46,7B4 +++ +++ +++ ++ 48,3B5 +++ +++ +++ ++ 45,3
Keterangan: Warna Rasa+ = agak putih + = kurang manis++ = putih ++ = agak manis+++ = agak kuning +++ = manis++++ = kuning ++++ = sangat manis
Kekentalan Aroma+ = kurang kental + = aroma susu kurang kuat++ = agak kental ++ = aroma susu agak kuat+++ = kental +++ = aroma susu kuat++++ = sangat kental ++++ = aroma susu sangat kuat
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa susu kental manis yang dihasilkan dari
perlakuan 1 (penambahan gula di awal – kelompok B1, B2, B3) maupun perlakuan 2
(penambahan gula di akhir – kelompok B4, B5) memiliki karakteristik fisik yang tidak
jauh berbeda. Susu kental manis yang dihasilkan mempunyai warna mulai dari putih
hingga putih kekuningan, dimana warna paling putih terdapat pada kelompok B1. Rasa
susu kental manis pada semua kelompok tidak berbeda yaitu sama-sama manis. Aroma
susu kental manis pada sebagian besar kelompok kuat, namun pada kelompok B2 aroma
2
3
susu kental manis yang dihasilkan sangat kuat. Tekstur susu kental manis yang
dihasilkan mulai dari agak kental hingga kental, dengan tekstur yang paling kental
terdapat pada susu kental manis kelompok B2 dengan perlakuan penambahan gula di
awal. Kandungan gula pada susu kental manis berkisar antara 45,3% - 52,6%, dimana
kandungan tertinggi terdapat pada susu kental manis kelompok B2 yaitu sebesar 52,6%.
3. PEMBAHASAN
Susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan
cara menghilangkan sebagian air dari susu dengan penambahan gula (SNI 01-2971-
1998). Menurut Wardyaningrum (2011), biasanya standar perbandingan antara susu
dengan gula yang digunakan adalah 9:22. Penambahan gula ini dapat menurunkan kadar
air dalam susu hingga mendekati 60%, sehingga terbentuk larutan gula yang jenuh
(Hassan et al., 2015 dan Clark et al., 2009 dalam Xu et al., 2014). Komposisi umum
susu kental manis menurut CODEX STAN 282-1971 adalah minimal mengandung 8%
lemak susu, 28% padatan susu, dan 34% protein susu. Kadar gula dalam susu kental
manis dapat mencapai 40-62,5%, sehingga rasa susu menjadi manis (Clark et al., 2009
dalam Xu et al., 2014 dan Wardyaningrum, 2011).
Tingginya kadar gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga dalam
pembuatannya susu kental manis biasanya hanya dipasteurisasi dan tidak perlu
disterilisasi (Vaclavik and Christian, 2008 dalam Xu et al., 2014). Karakteristik rheologi
susu kental manis akan mengalami perubahan signifikan yang tergantung pada kondisi
penyimpanan, komposisi dan teknik pemrosesan produk (Smykov et al., 2015). Kondisi
penyimpanan yang tidak baik akan memicu pertumbuhan mikroorganisme osmofilik
dan osmoduric seperti yeast, osmotolerant micrococci dan jamur xerofilik yang dapat
merusak susu kental manis (Swanson, 2011 dalam Xu et al., 2014).
3.1 Pembuatan Susu Kental Manis
Dalam praktikum ini, pertama – tama 215 ml susu full cream dan 45 gram garam
disiapkan. Susu full cream merupakan susu sapi olahan yang tidak mengalami
pengurangan kadar lemak. Selain itu susu full cream juga mengandung protein, laktosa,
abu, air dan komponen lain yang jumlah sedikit seperti enzim. Adanya gula laktosa
dalam susu full cream dapat menyebabkan terjadinya reaksi Maillard yang akan
berpengaruh terhadap warna dan aroma susu (Soeparno, 1992 dalam Savitri et al.,
2014). Jenis susu yang digunakan sebagai bahan dasar susu kenal manis sudah sesuai
dengan pernyataan Husaini et al. (1986) bahwa ada dua macam susu yang dapat
digunakan untuk membuat susu kental manis yaitu whole milk powder dan susu skim.
4
5
Susu kental manis yang dibuat dari bahan dasar whole milk powder disebut dengan
sweetened condensed milk atau sweetened condensed full cream milk, sedangkan susu
kental manis yang terbuat dari susu skim disebut sweetened condensed skim milk.
Kemudian 215 ml susu full cream ditambah dengan 45 gram gula pasir di awal tahap
pemanasan (untuk kelompok B1, B2 dan B3), lalu dipanaskan pada suhu 80˚C hingga
susu tinggal separuh dari volume semula (50% air sudah teruapkan). Selama pemanasan
besar api yang digunakan harus dijaga supaya tetap konstan. Hal ini sesuai dengan
Hassan et al. (2015) dan Xu et al. (2014) bahwa dalam pembuatan susu kental manis
diperlukan penurunan kadar air susu hingga mendekati 60%. Pemanasan bertujuan
untuk menguapkan sebagian air dari susu dan mempasteurisasi susu sehingga dapat
mematikan sebagian mikroorganisme kontaminan seperti bakteri endospora, serta
menginaktivasi enzim. Hal ini didukung oleh Vaclavik and Christian (2008) dalam Xu
et al. (2014) bahwa dalam pembuatan susu kental manis biasanya hanya dilakukan
pasteurisasi dan tidak perlu disterilisasi.
Kemudian saat susu volumenya mencapai 110 ml dilakukan penambahan 45 gram gula
pasir (untuk kelompok B4 dan B5). Menurut Hassan et al. (2015) dan Xu et al. (2014),
penambahan gula dapat menurunkan kadar air dalam susu hingga mendekati 60%,
sehingga terbentuk larutan gula yang jenuh. Tingginya kadar gula dapat mencegah
pertumbuhan bakteri lag (Vaclavik and Christian, 2008 dalam Xu et al., 2014).
Penambahan gula akan efektif jika dilakukan pada saat mikroorganisme berada di fase,
sedangkan jika sudah memasuki fase log maka dibutuhkan konsentrasi gula yang lebih
tinggi. Selain itu gula bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air dan membuat
viskositas susu meningkat (Savitri et al., 2014). Lalu susu diaduk sekitar 5 menit hingga
semua gula yang ditambahkan larut dan pastikan adonan tidak gosong.
Setelah itu api dimatikan dan susu kental manis yang terbentuk didinginkan (pastikan
bahwa total volume SKM yang terbentuk sekitar 100 ml). Pendinginan dilakukan
dengan cara merendam panci berisi SKM dalam air bersuhu sekitar 25˚C atau dalam air
es sambil tetap diaduk untuk menghindari pembentukan kristal laktosa. Hal ini
didukung dengan teori Bylund (1995) bahwa kristal laktosa akan tetap terdispersi di
dalam susu jika disimpan pada suhu 15-25˚C sambil tetap diaduk. Terbentuknya kristal
6
laktosa selama pendinginan harus dihindari karena dapat menimbulkan tekstur SKM
menjadi kasar dan berpasir (Hassan et al., 2015). Menurut Bylund (1995), kristal
laktosa dapat terbentuk karena air dalam SKM hanya mengikat sebagian laktosa saja,
sedangkan sebagian laktosa lainnya akan mengendap dan membentuk kristal laktosa.
Penyeragaman ukuran kristal laktosa dapat dilakukan penambahan seed lactose selama
pendinginan. Setelah cukup mengental, SKM yang dihasilkan diamati karakteristik fisik
dan kandungan gulanya dengan refraktometer. Menurut Kultsum (2009), hand
refractometer dapat digunakan untuk mengukur kadar zat terlarut seperti gula dalam
suatu larutan dan hasilnya dinyatakan dalam satuan ˚brix (jumlah padatan terlarut dalam
gram per 100 gram larutan).
3.2 Hasil Pengamatan Susu Kental Manis
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari segi warna, susu kental manis yang
dihasilkan dari perlakuan 1 (penambahan gula di awal – kelompok B1, B2, B3) maupun
perlakuan 2 (penambahan gula di akhir – kelompok B4, B5) memiliki warna yang tidak
jauh berbeda yaitu putih kekuningan. Namun pada kelompok B1, warna SKM yang
dihasilkan adalah putih. Hasil pengamatan ini kurang sesuai dengan teori Soeparno
(1992) dalam Savitri et al. (2014) adanya gula yang dipanaskan dapat menyebabkan
terjadinya reaksi Maillard yang akan berpengaruh terhadap warna dan aroma susu.
Seharusnya berdasarkan teori tersebut, warna SKM dari perlakuan 1 (kelompok B1, B2,
B3) lebih gelap daripada perlakuan 2 (kelompok B4, B5). Hal ini disebabkan karena
penambahan gula di tahap awal pemanasan akan menimbulkan reaksi Maillard yang
lebih lama sehingga warna susu menjadi lebih gelap (kecoklatan). Jika dibandingkan
dengan SNI 01-2971-1998 maka warna SKM yang dihasilkan sudah sesuai.
Dari segi rasa, susu kental manis pada semua kelompok mempunyai rasa yang tidak
berbeda yaitu sama-sama manis. Hal ini disebabkan karena jumlah gula yang
ditambahkan cukup banyak yaitu 15 gram, sehingga ketika diuapkan maka kandungan
total padatan dalam SKM termasuk gula meningkat hingga dapat mencapai 40-62,5%
dan menyebabkan rasa susu menjadi manis (Clark et al., 2009 dalam Xu et al., 2014 dan
Wardyaningrum, 2011). Jika dibandingkan dengan SNI 01-2971-1998 maka rasa SKM
yang dihasilkan sudah sesuai karena rasanya normal seperti susu.
7
Dari segi aroma, susu kental manis dari perlakuan 1 dan perlakuan 2 sama – sama
mempunyai aroma susu yang kuat. Namun pada kelompok B2, SKM yang dihasilkan
mempunyai aroma susu sangat kuat. Menurut Savitri et al. (2014), aroma susu yang
kuat disebabkan karena pemanasan dapat memecah globula susu sehingga senyawa
aroma dalam susu menjadi lebih mudah keluar. Selain itu aroma susu disebabkan karena
adanya senyawa yang hilang dari aroma susu akibat dari pemanasan dan penambahan
gula. Jika dibandingkan dengan SNI 01-2971-1998 maka aroma SKM yang dihasilkan
sudah sesuai karena aromanya normal seperti susu.
Dari segi tekstur, susu kental manis dari perlakuan 1 dan perlakuan 2 sama – sama
mempunyai tekstur yang agak kental. Namun pada kelompok B2, SKM yang dihasilkan
mempunyai tekstur yang lebih kental. Sementara itu kandungan gula pada susu kental
manis berkisar antara 45,3% - 52,6%, dimana kandungan tertinggi terdapat SKM
perlakuan 2 pada kelompok B2 yaitu sebesar 52,6%. Hasil pengamatan ini sudah sesuai
dengan pernyataan Wardyaningrum (2011) bahwa tekstur susu kental manis
dipengaruhi oleh konsentrasi gula di dalamnya, dimana semakin tinggi kandungan gula
maka viskositas susu akan meningkat sehingga teksturnya menjadi semakin kental. Oleh
karena itu kekentalan SKM kelompok B2 paling besar karena kadar gulanya juga yang
paling tinggi. Selain itu Hassan et al. (2015) menambahkan bahwa tekstur SKM juga
dipengaruhi oleh kristal laktosa, dimana terbentuknya kristal laktosa yang berukuran
besar akan menimbulkan tekstur SKM menjadi kasar dan berpasir. Jika dibandingkan
dengan SNI 01-2971-1998 maka tekstur SKM yang dihasilkan sudah sesuai karena
teksturnyanya kental dan homogen. Perbedaan hasil pengamatan dengan teori
disebabkan karena adanya kesalahan penambahan gula di waktu yang tidak tepat, proses
pendingingan yang tidak benar, sertapengujian sensori bersifat subyektif sehingga
sangat dipengaruhi oleh tingkat kesukaan panelis. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas dari susu kental manis antara lain perbandingan antara gula dan
padatan susu, striking point dalm proses evaporasi, stabilitas komponen kimia susu,
pemanasan awal susu, dan dekstruksi mikroorganisme yang tidak diinginkan
(Herchdoerfer, 1986).
4. KESIMPULAN
Susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh
dengan cara menghilangkan sebagian air dari susu dengan penambahan gula.
Tingginya kadar gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga dalam
pembuatannya susu kental manis biasanya hanya dipasteurisasi.
Kondisi penyimpanan yang tidak baik akan memicu pertumbuhan mikroorganisme
osmofilik dan osmoduric seperti yeast, osmotolerant micrococci dan jamur xerofilik
yang dapat merusak susu kental manis.
Susu full cream masih mengandung protein dan laktosa sehingga menyebabkan
terjadinya reaksi Maillard yang berpengaruh terhadap warna dan aroma susu.
Terbentuknya kristal laktosa selama pendinginan harus dihindari karena dapat
menimbulkan tekstur SKM menjadi kasar dan berpasir.
Waktu penambahan gula hanya berpengaruh terhadap warna susu kental manis,
dimana penambahan gula di tahap awal pemanasan akan menimbulkan reaksi
Maillard yang lebih lama sehingga warna susu menjadi lebih gelap (kecoklatan).
Karakteristik SKM yang dihasilkan sudah sesuai dengan SNI 01-2971-1998
terutama dari segi warna, aroma, rasa dan tekstur.
Kandungan gula dan kristal laktosa berpengaruh terhadap tekstur susu kental manis.
Kandungan gula pada susu kental manis berkisar antara 45,3% - 52,6%, sehingga
SKM yang dihasilkan mempunyai tekstur mulai dari agak kental hingga kental.
Semarang, 2 Juni 2016Praktikan, NIM Asisten Dosen:
Milka Melinda Susanto Tjan, Ivana Chandra13.70.0012
8
5. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-2971-1998 tentang Susu Kental Manis.
Bylund, G. (1995). Dairy Processing Handbook. Tetra Pak Processing Systems AB. Sweden.
CODEX STAN 282-1971 tentang Codex Standard For Sweetened Condensed Milks.
Hassan, S. M.; Khaskheli M.; Shah, A. H.; Shah M. G.; Umer M.; Nisha A. R.; Tariq M.; Rahman A. and Khan M. S. (2015). Physio-chemical evaluation of skimmed and condensed milk of Buffalo. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 7(2): 698-707.
Herchdoerfer, S. M. (1986). Quality Control in Food Industry Volume 2. Academic Press. London.
Husaini, Y. K. & Anwar, H. (1986). Makanan Bayi Bergizi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kultsum, U. (2009). Pengaruh variasi nira tebu (Saccharum officinarum) dari beberapa varietas tebu dengan penambahan sumber nitrogen (N) dari tepung kedelai hitam (Glycine soja) sebagai substrat terhadap efisiensi fermentasi etanol. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Maulana Malik Ibrahim.
Savitri, D.; A. N. Al-Baarri dan S. B. M. Abduh. (2014). Efek Pemanasan Pada Susu Sapi Full Cream Dengan Penambahan Gula Sukrosa, D-Fruktosa dan D-Galaktosa Terhadap Intensitas Warna dan Aroma. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4): 157-159.
Smykov, I. T.; A. I. Gnezdilova; Y. V. Vinogradova and V. L. Popova. (2015). Microstructural changes in condensed milk with the starch syrup during prolonged storage: an electron microscopy study. Iranian Food Science and Technology Research Journal, Vol. 11 (3): 279-284.
Wardyaningrum, D. (2011). Tingkat Kognisi Tentang Konsumsi Susu Pada Ibu Peternak Sapi Perah Lembang Jawa Barat. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol . 1, No. 1, hal. 19-26.
Xu, X. L.; G. L. Feng; H. W. Liu; X. F. Li; G.L. Zhao and X. L. Xiao. (2014). Isolation, identification and control of osmophilic spoilage yeasts in sweetened condensed milk. Academic Journals, Vol. 8 (10), pp. 1032-1039.
9
6. LAMPIRAN
6.1 Laporan Sementara
6.2 Abstrak Jurnal
10