7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
1/50
0
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO D BLOK 13
Kelompok 7
Tutor : dr.Liniyati D. Oswari, MSc.
Afifurrahman 04101401002
Anisa Nanda Putri 04101401029
Ayu Aliyah 04101401030
Gieza Ferrani 04101401034
Widya Tria Kirana 04101401045
Rohayu 04101401051
Endy Prima Syaputra 04101401052
KM. Azandy .A 04101401067
Robby Akbar 04101401070
Flavia Angelina 04101401088
Randy Rakhmat S 04101401107
Aprilia Damayanti 04101401116
Ayu Agustriani 04101401118
Wenty septa Aldona 04101401129
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2012
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
2/50
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario D blok 13
sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis
banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT.2. Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.3. dr.Liniyati D. Oswari, MSc selaku tutor.4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan.5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain
dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Palembang, juli 2012
Penulis
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
3/50
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................ 1
Daftar Isi......................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
1.1Latar Belakang..............................................................1.2Maksud dan Tujuan....................................................... 33
BAB II Pembahasan
2.1 Data tutorial.................................................................
2.2 Skenario.......................................................................
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah....................................................II. Identifikasi Masalah...............................................
III. Analisis Masalah....................................................
IV. Hipotesis................................................................
V . Kerangka Konsep...................................................
VI. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues....
4
4
55
6
26
27
28
BAB III Sintesis
3.1 Anatomi dan Fisiologi organ yang terkait ................
3.2 Histologi dan histopatologi........................................3.3 Sirosis Hepatis...........................................................
29
3638
Daftar Pustaka................................................................................. 48
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
4/50
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok sistem digestivus adalah Blok 13 pada Semester 4 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial
studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang
sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang
mengenai Tn. A, laki-laki, 56 tahun datang ke RS dengan keluhan BAB
berwarna hitam sejak satu hari yang lalu. Dua bulan sebelum berobat Tn.
A mulai mengeluh mudah capek terutama sore hari setelah beraktivitas,
nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang muntah. Satu bulan
sebelum berobat penderita mengeluh perutnya membesar disertai kaki
yang membengkak. Tn.A mengaku pernah didiagnosis hepatitis 10 tahun
yang lalu.
1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari materi Tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistempembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metodeanalisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahamikonsep dari skenario ini.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
5/50
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Data tutorialTutorial
Tutor : dr. Liniyati D. Oswari, MSc
Moderator : Afifurrahman
Notulis : KM. Azandy A
Sekretaris : Endy Prima Syaputra
Waktu : Senin, 9 Juli 2012
Rabu, 11 Juli 2012
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
Dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu, Dan
apabila telah dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama
Proses tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
2.2 Skenario Kasus
Tn. A, laki-laki, 56 tahun datang ke RS dengan keluhan BAB berwarna hitam
sejak satu hari yang lalu. Dua bulan sebelum berobat Tn. A mulai mengeluh
mudah capek terutama sore hari setelah beraktivitas, nafsu makan menurun, mual
dan kadang-kadang muntah. Satu bulan sebelum berobat penderita mengeluh
perutnya membesar disertai kaki yang membengkak. Tn.A mengaku pernah
didiagnosis hepatitis 10 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
KU: tampak sakit sedang, compos mentis, TD:110/70 mmHg, N: 88x/menit, RR:
24x/menit, T:36,5 C, BB: 75 kg , TB: 163 cm
Mata : konjungtiva pucat, sklera ikterik
Dada : spider naevi (+), gynecomastia (+)
Abdomen : cembung, hepar tak teraba, lien: schuffner 2, shifting dullness (+)
Ekstremitas : edema tungkai +/+, palmar eritema (+)
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 9,6 g/dl, WBC : 8.000 mg/dl, diff.count: 0/0/2/52/42/4, LED: 45 mm/jam,
HbSAg (+)
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
6/50
5
2.3PaparanI. Klarifikasi Istilah1.BAB warna hitam : (melena) feses hitam yang diwarnai oleh darah yang
berubah (oksidasi hemoglobin)
2.Mual : sensasi tidak mengenakan pada epigastrium3.Muntah : semburan dengan paksa isi lambung melalui mulut
4. Hepatitis : radang hati yang disebabkan oleh virus yang biasa ditularkan olehbahan-bahan kimiawi (oral/parenteral)
5. Konjungtiva pucat: konjungtiva yang terlihat pucat dikarenakan anemia6. Sklera ikterik : warna kekuningan pada sklera yang mendakan tingginya
bilirubin darah
7. Spider naevi (+) : lesi arterial dengan banyak percabangan yang berpulsasi danmenjadi pucat jika ditekan
8. Gynecomastia :perkembangan kelenjar susu laki-laki yang berlebihan bahkansampaitingkat fungsi
9. Schuffner 2 : pemeriksaan fisik untuk mengukur besar limfa (tingkat 1-8)10.Shifting dullness : suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui adanya acites
atau cairan intra peritonial
11.Palmer eritema : vasodilatasi lokal disepanjang palmar, biasanya padapenderita sirosis
12.HbSAg : hepatitis B surface antigen
II. Identifikasi masalah1. Tn. A, laki-laki, 56 tahun datang ke RS dengan keluhan BAB berwarna hitam
sejak satu hari yang lalu.
2. Dua bulan sebelum berobat Tn. A mulai mengeluh mudah capek terutama sorehari setelah beraktivitas, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang
muntah. Satu bulan sebelum berobat penderita mengeluh perutnya membesar
disertai kaki yang membengkak.
3. Tn.A mengaku pernah didiagnosis hepatitis 10 tahun yang lalu.4. Pemeriksaan Fisik :
KU: tampak sakit sedang, compos mentis, TD:110/70 mmHg, N: 88x/menit,
RR: 24x/menit, T:36,5 C, BB: 75 kg , TB: 163 cm
Mata : konjungtiva pucat, sklera ikterik
Dada : spider naevi (+), gynecomastia (+)
Abdomen : cembung, hepar tak teraba, lien: schuffner 2, shifting dullness (+)
Ekstremitas : edema tungkai +/+, palmar eritema (+)
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
7/50
6
5. Pemeriksaan laboratoriumHb : 9,6 g/dl, WBC : 8.000 mg/dl, diff.count: 0/0/2/52/42/4, LED: 45 mm/jam,
HbSAg (+)
III. Analisis Masalah1) a.Bagaimana etiologi dan mekanisme BAB berwarna hitam (melena) ?
Melena ini akibat pendarahan saluran cerna bagian atas disebabkan oleh
beberapa etiologi, yaitu sebagai berikut:
1. Pecahnya vareises esofagus
2. Gastritis erosif (erosi lambung akut)
3. Tukak peptik (tukak lambung dan duodenum)
4. Gastropati kongestif
5. Sindroma Mallory-Weiss
6. Keganasan
7. Koagulopati
Mekanisme melena pada kasus ini :
Pernah menderita hepatitis virus sel stellata terpapar virus terus-
menerus berubah menjadi sel yang membentuk kolagen proses
berjalan terus fibrosis terjadi terus dalam sel stellata jaringan hati
berubah menjadi jaringan ikat menghambat aliran darah dari usus
kembali ke jantung tekanan vena porta meningkat ( hipertensi porta )
vena-vena di bagian bawah esophagus dan bagian atas lambung serta
vena-vena di usus melebar timbul varises esophagus, lambung, dan
usus tekanan makin meningkat varises makin besar rentan
pendarahan terjadi pendarahan varises darah tercapur dengan asam
lambung dikeluarkan bersama sisa pencernaan sebagai feses yang
berwaran hitam dan seperti aspal (BAB berwarna hitam ).
b. bagaimana kriteria BAB normal ?
Komposisi feces normal terdiri dari 75 % air,20 % sisa makanan ,5 %
kuman.
Feces normal terdiri dari tampilan makroskopis & mikroskopis :
1.MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah,
warna, bau, darah, lendir dan parasit (Gandasoebrata R, 1970).
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
8/50
7
A. Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per
hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan
sayur jumlah tinja meningkat (Hepler OE, 1956).
B. Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensiagak lunak dan bebentuk. Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya
tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur
gas (Hepler OE, 1956).
C. WarnaTinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih
tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan
karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau
dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada
bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam
mekonium.Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja
tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada
defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan
makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga
setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja
yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segardibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian
proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi
dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan
seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan
obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga
oleh melena (Hepler OE, 1956).
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
9/50
8
D. BauIndol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang
tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam
disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare.
Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam (Hepler OE, 1956).
E. DarahAdanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau
hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian lua rtinja atau bercampur
baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah
akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut
melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan
darahterdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang
dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum (Hepler OE, 1956).
F. LendirDalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila
lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan
lendir saja tanpa tinja (Hepler OE, 1956).G. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang
mungkin didapatkan dalam tinja (Hepler OE, 1956).
2. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur
cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
10/50
9
pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa
dan telur cacing (Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS, 1976).
A. ProtozoaBiasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit (Hematest, Leaflet, 1956).
B. Telur cacingTelur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,
Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan sebagainya (Hematest, Leaflet, 1956).
C. LeukositDalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit.Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan
(Hematest, Leaflet, 1956).
D. EritrositEritrosi thanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau
anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur.
Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal (Hematest, Leaflet,
1956).
E. EpitelDalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel
epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangandinding usus bagian distal (Hematest, Leaflet, 1956).
F. KristalKristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel
fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak
makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
11/50
10
Leyden Tinja LUGOL Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal
Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang
disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin (Hematest, Leaflet, 1956).
G. Sisa makananHampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi
dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan
dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan
daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat
elastisdan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur
dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak
sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan IIIatau IV dipakai untuk
menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan
ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi. (Hematest,
Leaflet, 1956).
2) Bagaimana etiologi dan mekanisme :- capek setelah beraktivitas
hepatitis B kronismerusak sel hepatositmerangsang sel-sel
hepatosit,kuffer,dan endotel sinusoidmerangsang sel stelata
memproduksi kolagen tipe 1fibrosis hatipenurunan fungsi
hatipenurunan produksi albuminhipoalbuminpenurunan tekanan
osmotik plasmatransudasi cairan edema tungkai & ascites,ascites
menekan saluran cerna distensi lambung & duidenummual &
muntah
nafsu makan menurun
asupan nutrisi berkurang
mudahlelah setelah aktifitas
- nafsu makan menurunhepatitis B kronismerusak sel hepatositmerangsang sel-sel
hepatosit,kuffer,dan endotel sinusoidmerangsang sel stelata
memproduksi kolagen tipe 1fibrosis hatipenurunan fungsi
hatipenurunan produksi albuminhipoalbuminpenurunan tekanan
osmotik plasmatransudasi cairan edema tungkai & ascites,ascites
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
12/50
11
menekan saluran cerna distensi lambung & duidenummual &
muntahnafsu makan menurun
- mual dan muntahhepatitis B kronismerusak sel hepatositmerangsang sel-sel
hepatosit,kuffer,dan endotel sinusoidmerangsang sel stelata
memproduksi kolagen tipe 1fibrosis hatipenurunan fungsi
hatipenurunan produksi albuminhipoalbuminpenurunan tekanan
osmotik plasmatransudasi cairan edema tungkai & ascites,ascites
menekan saluran cerna distensi lambung & duodenummual &
muntah
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme perut yang membesar disertai kaki
yang membesar ?
Ascites ialah penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Ada
beberapa factor yang menyebabkan ascites pada sirosis hepatic yaitu :
HipoalbuminemiaTekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam
serum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati
terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan
kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang.
Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan
tanda kritis untuk timbulnya asites.
Hipertensi PortaPada hipertensi porta terjadi resistensi terhadap aliran darah melalui
darah melalui hati. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam jaringan pembuluh darah intestinal. Disamping itu
hipoalbuminemia juga dapat menyebabkan menurunnya tekanan
osmotik koloid. Ini disebabkan oleh menurunnya sintesis yang
dihasilkan oleh sel-sel hati yang terganggu. Kombinasi menurunnya
tekanan osmotik koloid dalam jaringan pembuluh darah intestinal dan
peningkatan tekanan hidrostatik akan menyebabkan terjadi transudasi
cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstisial.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
13/50
12
Peningkatan aliran limfeAkibat dari berubahnya tekanan osmotik di dalam vaskuler, pasien
dengan sirosis hepatis dekompensata mengalami peningkatan aliran
limfatik hepatik. Akibat terjadinya penurunan onkotik dari vaskuler
terjadi peningkatan tekanan sinusoidal Meningkatnya tekanan
sinusoidal yang berkembang pada hipertensi portal membuat
peningkatan cairan masuk kedalam perisinusoidal dan kemudian masuk
ke dalam pembuluh limfe. Namun pada saat keadaan ini melampaui
kemampuan dari duktus thosis dan cisterna chyli, cairan keluar ke
insterstitial hati. Cairan yang berada pada kapsul hati dapat menyebrang
keluar memasuki kavum peritonium dan hal inilah yang mengakibatkan
asites.
Retensi Na dan H20Fibrosis hati kegagalan inaktivasi aldosteron dan ADH retensi Na
dan H20 asites
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
14/50
13
3) a. Apakah ada hubungan penyakit hepatitis 10 tahun yang lalu dengangejala yang dialami sekarang ?
hepatitis B akut awalnya tidak ada gejala yang jelas & spesifik namun pada
keadaan yang lebih berat baru muncul manifestasi klinis.
Progresitifitas hepatitis :
b. Apa saja klasifikasi hepatitis ?
Jenis dan klasifikasi hepatitis, Hal ini dibagi menjadi tujuh bagian:
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja,
orang biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas
sexual atau melalui darah. Virus yang menyebabkan hepatitis A
diklasifikasikan ke dalam keluarga Picornaviridae mengukur 28-30 nm
(diameter virion), 7,2-8,4 kbp (ukuran asam nukleat pada virion).menyebar
adalah karena buruknya tingkat kebersihan. Masa inkubasi, waktu dari
paparan penyakit dari kira-kira 2 sampai 6 minggu.
Orang-orang dengan gejala-gejala akan mengalami gejala diperiksa
sebagai demam, kelemahan, kelelahan, lesu dan, dalam beberapa kasus,
muntah muntah yang sering Terjadi terus menerus demikian menyebabkan
seluruh tubuh terasa lemah. demam adalah demam yang TERJADI terus-
menerus, tidak seperti demam lain adalah pada demam berdarah, TBC,
thypus, dll
2. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus "hepatitis B
(HBV), seorang anggota keluarga hepadnavirus. Virus ini berukuran 40-48
nm (diameter virion), 3,2 kbp (ukuran asam nukleat pada virion). Virus ini
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
15/50
14
dapat menyebabkan hati akut atau kronis sehingga peradangan, yang
dalam beberapa kasus dapat berlanjut ke sirosi kanker hati atau hati. Pada
awalnya dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi di
beberapa bagian Asia dan Afrika. Masa inkubasi sampai penyakit adalah
sekitar hari 60-80.
Gejala hepatitis B cahaya. Gejala-gejala ini dapat termasuk hilangnya
nafsu makan, perut tidak nyaman, mual, muntah perut, demam ringan,
kadang-kadang Didampingi oleh nyeri sendi dan pembengkakan di kanan
atas. Setelah satu minggu dari gejala utama akan muncul sebagai bagian
putih mata tampak kuning, kulit kuning dan seluruh tubuh tampak seperti
teh urin berwarna. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan hepatitis B
kanker hati.
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C, yang
disebut Flaviviridae. Ukuran virus ini berkisar antara 45-60 nm (diameter
virion), 9,5 -12,5 kbp (ukuran asam nukleat pada virion).
Infeksi virus ini dapat menyebabkan radang hati atau hepatitis biasanya
tanpa gejala, tapi hepatitis kronis yang terus menyebabkan kanker dan
sirosis hati. Virus hepatitis C ditularkan melalui kontak darah-ke-darah
dari darah orang yang terinfeksi. Masa inkubasi virus ini berkisar 60-120
hari.
Gejala bisa diobati secara medis, dan proporsi pasien dapat dibersihkan
dari virus oleh pengobatan anti-virus jangka panjang. Walaupun intervensi
medis awal dapat membantu, orang yang memiliki infeksi virus hepatitis C
sering mengalami gejala ringan, dan sebagai penyebab perawatan.4. Hepatitis D
Hepatitis D hanya TERJADI sebagai co-infeksi virus hepatitis B dan virus
hepatitis D menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang
memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E sering nm Caliciviridae 27-
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
16/50
15
38 dimaksud dalam ukuran (diameter virion), 7,4-7,7 kbp (ukuran asam
nukleat pada virion), sedangkan penyebarannya melalui makanan dan
minuman terkontaminasi oleh virus.Virus ini lebih mudah tersebar di
daerah dengan sanitasi yang buruk. orang Daftar terkena hepatitis E ini
mengalami gejala lebih sering sebagai orang dewasa dibandingkan anak-
anak. Jika ada, gejala biasanya muncul tiba-tiba, dicari seperti demam,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, kulit sakit perut, urin berwarna
gelap, mata kekuningan dan. Hepatitis E terakhir TERJADI lebih parah
pada wanita hamil, terutama pada 3 bulan kehamilan. Masa inkubasi
hepatitis E pada rata-rata 40 hari (rentang: 15-60 hari). Diagnosis jika
virus ini jika anda tidak didiagnosis dengan Hipatitis A, B, dan C.
6. Hepatitis F
Ada sedikit kasus baru yang dilaporkan. Saat ini, para ahli tidak setuju
dengan hepatitis F Hepatitis adalah penyakit yang terpisah.
7. Hepatitis G
Hepatitis G adalah penyakit radang hati yang ditemukan. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis G (HGV), yang mirip dengan virus
hepatitis C. Ukuran virus ini berkisar antara 45-60 nm (diameter virion),
9,5-12,5 kbp (ukuran asam nukleat pada ) virion.Masa inkubasi virus ini
berkisar 60-120 hari. Menyebar melalui kontak dengan darah pasien yang
terinfeksi HGV.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat kompleks untuk
Menentukan adanya antibodi HGV. Namun, ketika antibodi telah
ditemukan, virus itu sendiri telah menghilang.
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis akut. Pasien memilikibanyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan
bergizi. Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahan
dengan menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan
menggunakan jarum atau peralatan lain secara bersamaan.
c. Apa saja komplikasi dari hepatitis ?
Komplikasi hepatitis yang paling sering adalah sirosis. Dalam keadaannormal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan digantikan
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
17/50
16
oleh sel-sel sehat yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti
oleh jaringan parut (sikatrik). Semakin parah kerusakan, semakin besar
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati
yang sehat. Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah
fungsi hati sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi
tubuh secara keseluruhan.
Jika berlanjut komplikasinya adalah kanker hati
4) a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari hasil pemeriksaan fisikumum ?
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi dan mekanisme
General condition
Kesan Sedang - Tidak sakit berat
kesadaran Compos
mentis
Compos
mentis
Normal
TD 110/70
mmHg
120/80
mmHg
Hipotensi ringan, dapat diakibatkan
karena adanya anemia
Denyut nadi 88x/menit 60 100
x/menit
Normal
RR 24 x/menit 16 24
x/menit
Normal
Suhu tubuh 36,5 0C 36,537,5 C Normal
Perhitungan BMI
BB : 78 kg, TB : 163 cm
Klasifikasi BMI Wilayah Asia Pasifik
BMI = kg / m2 = 78 / (1,63)2 =29,35
BMI(kg/m ) Klasifikasi
< 18,5 Berat Badan Kurang
18,5-22,9 Normal
23,0-24,9 Berat Badan Lebih
25,0-29,9 Obesitas Tingkat I
30,0 Obesitas Tingkat II
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
18/50
17
Interpretasi : golongan obesitas tingkat I. Namun, kemungkinan besar
hal ini diakibatkan akumulasi cairan yang ada di tubuhnya sebagai
akibat dari asites dan bengkak di ekstremitas.
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil
pemeriksaan fisik spesifik ?
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi dan mekanisme
Specific condition
Mata
Conjuctiva
palpebra
Pucat Tidak
pucat
Anemia
Sklera Ikterik (-) Fibrosis pada sirosis perubahan
arsitektur hepar obstruksi kanalikuli
kolestasis intrahepatik backup
sirkulasi sistemik hiperbilirubinemia
penumpukan bilirubin indirek di
sklera sklera ikterik
Dada
Spider Naevi (+) (-) Hiperestrogenisme pembuluh darah
membesar dan dilatasi
Gynecomastia (+) (-) Hiperestrogenisme perkembanganjaringan stroma payudara penimbunan
lemak gyneomastia
Abdomen
Cembung (+) (-) Adanya asites (akumulasi cairan di
rongga peritoneum)
Hepar tidak
teraba
(+) Bisa normal / bisa mengkerut karena ada
fibrosis. Bisa juga disebabkan karena
tertutup oleh asites sehingga hepar sulit
teraba
lien S2 (+) Hipertensi porta resistensi vena
porta back up vena cabang vena
lienalis kongesti lien splenomegali
lien teraba pada schuffner 2
Shifting
dullness
(+) (-) Adanya asites (akumulasi cairan di
rongga peritoneum)
Ekstremitas
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
19/50
18
Edema
tungkai +/+
(+) (-) Penyebabnya hipoalbuminemia dan
retensi Na & air akumulasi cairan di
tungkai (sesuai gravitasi)
Palmar
Eritema
(+) (-) Sirosis hepatis gagal menginaktifkan
estrogen estrogen sirkulasi meningkat
palmar eritema
c. Bagaimana cara pemeriksaan lien ?
pengukuran pembesaran limpa di ukur dengan patokan garis schuffner
yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju umbilikus dan
diteruskan sampai spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan.garis ini
dibagi atas dlapan bagian yang sama.pembesaran limpa dideskripsikan
pinggiranya terutama incisura ,permukaannya,konsistensinya dan adanya
nyeri.pembesaran limpa juga bisa dinilai dengan perkusi ,secara normal
pekak limpa akan ditemukan diantara sela iga ke -9 dan ke -11 di garis
aksila anterior.pembesaran ringan diketahui perubahan batas pekak bagian
bawah.
5) Bagaimana interpretasi dan kesimpulan dari hasil pemeriksaanlaboratorium?
Pemeriksaan Normal Pada kasus Interpretasi
Hb (gr/dl) 13-16 9,6 Anemia
WBC (mg/dL) 5.000-10.000 8.000 Normal
Differential count
Basofil
Eosinofil
Net. Batang
Net. Segmen
Limfosit
Monosit
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
0
0
2
52
42
4
eosinofil, limfosit
Shift to the right
Infeksi virus atau
keracunan timbal,
fenitoin, dan aspirin. (non
infeksi).
Eosinofil menurun pada
keadaan parasitik, alergi,
dan meningkatnya steroid
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
20/50
19
yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenalin selama
stress
LED (mm/jam)
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
21/50
20
7) Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan working diagnosis pada kasusini ?
Anamnesis.
Perlu ditanyakan mengenai konsumsi alcohol jangka panjang,
pemakaian narkotik suntikan, juga adanya penyakit hati menahun. Pasien
dengan hepatitis virus B atau C mempunyai kemungkinan tertinggi untuk
mengidap sirosis. Beberapa keluhan dan gejala yang timbul pada sirosis,
antara lain adalah : kulit berwarna kekuningan, rasa capai, lemah, nafsu
makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan
mudah berdarah ( akibat penurunan produksi faktor-faktor pembeku darah
), perubahan mental, muntah darah atau melena, kencing seperti teh pekat.
Pada kasus, Tn.A tampak lemas serta mudah lelah setelah
beraktivitas sore hari, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang
muntah,. Tn.A juga merasa bahwa perutnya agak membuncit. Selain itu
juga mengalami BAB berwarana hitam seperti aspal cair dan lembek.
Salah satu faktor predisposisi penyakit sirosis yang diderita Tn.A adalah
ia mengaku pernah menderita sakit kuning ( Hepatitis virus ) sekitar 10
tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik.
Bisa terdapat hepatomegali dan splenomegali. Pada palpasi, hati
teraba lebih keras dan berbentuk irregular daripada hati yang normal.
Spider nevi ditemukan di kulit dada. Selain itu juga terdapat ikterus atau
jaundice, ascites atau edema, eritema palmaris, jari gada, kontraktur
Dupuytren, Ginekomastia, asterixis. Tanda-tanda lain yang menyertai
diantranya : demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar, batu pada
vesica felea akibat hemolisis, pembesaran kelenjar parotis terutama pada
sirosis alkoholik, hal ini akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis dan
edema.
Pada kasus, Tn.A terdapat ikterik, ascites, splenomegali, edema
tungkai, venektasi.
Pemeriksaan Laboratorium.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
22/50
21
Peningkatan abnormal enzim transaminase (AST dan ALT ), pada
pemeriksaan rutin dapat menjadi salah satu tanda adanya peradangan atau
kerusakan hati akibat berbagai penyebab, termasuk sirosis. Sirosis yang
lanjut dapat disertai penurunan kadara albumin dan faktor-faktor pembeku
darah.
Selain itu juga bisa terjadi peningkatan alkali fosfatase, GGT,
Bilirubin, albumin menurun, globulin meningkat, natrium serum menurun.
Pada kasus, Tn.A terjadi penurunan kadar Hb, peningkatan bilirubin dan
urobilinogen yang negatif.
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Endoskopi.
Varises esophagus dapat ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan endoskopi. Sesuai dengan consensus Baveno IV, bila pada
pemeriksaan endoskopi pasien sirosis tidak ditemukan adanya varises,
dianjurkan pemeriksaan endoskopi ulang dalam dua tahun. Bila ditemukan
varises kecil, endoskopi ulang dilakukan dalam satuu tahun. Sebaliknya
bila ditemukan varises besar, harus secepatnya dilakukan terapi prevensi
untuk mencegah pendarahan pertama.
Pemeriksaan CT scan, MRI dan USG.
Dapat dipakai untuk evaluasi kemungkinan penyakit hati. Pada
pemeriksaan ini dapat ditemukan hepatomegali, nodul dalam hati,
splenomegali, dan cairan dalam abdomen, yang dapat menunjukkan sirosis
hati. Kanker hati dapat ditemukan dengan pemeriksaan CT scan, MRI
maupun USG abdomen. Kanker hati sering timbul pada pasien sirosis.
Pungsi ascites : bila terdapat penumpukan cairan dalam perut, dapatdilakukan pungsi ascites. Dengan pemeriksaan khusus dapat dipastikan
penyebab ascites, apakah akibat sirosis atau akibat penyakit lain.
Pemeriksaan radiologi barium meal dapat melihat varises untuk
konfirmasi adanya hipertensi porta. USG sudah secara rutin dipakai karena
pemeriksaannya non invasive dan mudah digunakan, namun
spesifisitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang bisa dinilai dengan USG
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
23/50
22
meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya
massa.
Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan
irregular, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG
juga bisa untuk melihat adanya ascites, splenomegali, thrombosis vena
porta, dan pelebaran vena porta, serta skrinning adanya karsinoma hati
pada pasien sirosis.
Tomografi komputerisasi, inforasinya sama dengan USG, tidak
rutin digunakan karena biayanya relative mahal. MRI peranannya tidak
terlalu jelas dalam mendiagnosis sirosis selain mahal biayanya.
Sehingga working diagnosis pada kasus ini adalah sirosis hepatis
et causa hepatitis b kronis
8) Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terlibat pada kasus ini ?Sintesis
9) Bagaimana histologi dan histopatologi organ yang terlibat pada kasus ini ?Sintesis
10)Apa saja epidemiologi pada kasus ini ?Penderita sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika
dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 3059 tahun dengan puncaknya sekitar 4049 tahun
11)Bagaimana etiologi dan faktor resiko pada kasus ini ?Adapun beberapa etiologi dari sirosis hepatis antara lain:
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)2. Alkohol (alcoholic cirrhosis)3. Kelainan metabolik :a. Hemokromatosis (kelebihan beban besi)b. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)c. Defisiensi Alpha l-antitripsind. Glikonosis type-IVe. Galaktosemiaf. Tirosinemia
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
24/50
23
4. Kolestasis5. Gangguan imunitas ( hepatitis lupoid)6. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan
lain-lain)
7. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)8. Kriptogenik9. Sumbatan saluran vena hepatika
Faktor Resiko
Penyalahgunaan alkohol Laki lebih sering dibanding perempuan Penggunaan obat-obatan tertentu. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu Infeksi (termasuk hepatitis B dan hepatitis C) Penyakit autoimun (termasuk hepatitis autoimun menahun) Penyumbatan saluran empedu Sumbatan menetap pada aliran darah dari hati (misalnya sindroma
Budd-Chiari)
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah Kadar galaktosa tinggi dalam darah Kadar tirosin tinggi dalam darah pada saat lahir (tirosinosis
kongenitalis)
Penyakit penimbunan glikogen Kencing manis (diabetes) Kurang gizi Penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan (penyakit Wilson) Kelebihan zat besi (hemokromatosis).
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
25/50
24
12)Bagaimana potogenesis pada kasus ini ?
Pembuluh darah
mudah dilatasi
gynecomastia
Spider nevi
Hipertensi
porta
hyperestrogenemia
hipersplenemia
Peningkatan aliran darah
ke limfe
Anemia hipokrommikrositik
Peningkatan pemecahan RBC
Kapilarisasi & konstriksi sinusoid
Fibrosis hati
Ketidakseimbangan produksi
matriks ekstraselular &
degradasinya
Merangsang sel stelata
memproduksi kolagen 1
Peningkatan kadar TGF
Merangsang sel hepatosit,kuffer dan endotel
sinusoid
Merusak sel
hepatosit
Hepatitis B kronis
Distensi lambung &
duodenum
Nafsu makan
menurun,asupan nutrisi
Mual & muntah
Mudah
lelah
Transudasi cairan
Penurunan
tekanan onkotik
plasma
ascites Edema
tungkai
Menekan
saluran cerna
hypoalbuminemia
Penurunan fungsi hati
Penurunan
roduksi albumin
Melena
Darah masuk ke lambung + HCl
perdarahan
Varises esofagus (ruptur)
Peningkatan tekanan
darah esofagus & lambung
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
26/50
25
13)Bagaimana mainifestasi klinis pada kasus ini ? perasaan mudah lelah dan lemah
selera makan berkurang
perasaaan perut kembung Mual berat badan menurun pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar, dan hilangnya dorongan seksualitas.
14)Bagaimana penatalaksanan (medikamentosa dan non-medikamentosa) ?Sintesis
15)Bagaimana prognosis pada kasus ini ?Pada skenario ini Tn A. telah mengalami sirosis hepatis dekompensata
Pada stadium ini, angka harapan hidup hingga5 tahun sebesar 16%
16)Bagaimana komplikasi pada kasus ini ?Gejala awal sirosis hepatis meliputi : perasaan mudah lelah dan lemah selera makan berkurang perasaaan perut kembung Mual berat badan menurun pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar, dan hilangnya dorongan seksualitas.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
27/50
26
Stadium lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hepar dan hipertensi
portal, meliputi :
hilangnya rambut badan gangguan tidur demam tidak begitu tinggi adanya gangguan pembekuan darah, pendarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti
teh pekat, muntah darah atau melena, serta perubahan mental,
meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
koma.
17)Bagaimana KDU pada kasus ini ?KDU
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjutisesudahnya
IV. Hipotesis
Tn A, laki-laki, 56 tahun mengalami melena et causa sirosis hepatis
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
28/50
27
V. Kerangka Konsep
Tn. A, laki-laki 56 tahun tampak lemas
datang ke dokter dengan keluhan BABberwarna hitam
Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum: Sedang, compos mentis TD 110/70 mmHg, N: 88x/menit,
RR 24 x/menit, temperatur
36,50C,
b. Keadaan spesifik: Mata : Konjugtiva tidak pucat,
sklera ikterik
Dada : spider naevi (+) Abdomen: Cembung, hepar tak
teraba dan lien: Schuffner2,
shifting dullness (+)
Ekstremitas : Edema tungkai +/+,palmar eritema (+)
Pemeriksaan Lab:
a. Darah rutin : Hb 8,8g/dl, WBC 8.000/mm3,
differential count
0/0/2/52/42/4. LED: 45
mm/jam , HbSAg (+)
Anamnesis:
10 tahun yang lalu:
Pernah diagnosis hepatitis2 bulan sebelum berobat:
Mudah capek setelahberaktivitas terutama
sore hari
Nafsu makan menurun Mual Kadang-kadang muntah
1 bulan sebelum berobat:
Perut membesar disertaikaki yang membengkak
1 hari sebelum berobat:
BAB berwarna hitam
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
29/50
28
VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan
Pokok Bahasan What I
Know
What I dont
know
What I have
to prove
How I will learn
Anatomi dan
fisiologi hepar
Definisi Anatomi dan
Fisiologi
Penjelasan
lebih jelas
tentang
fisiologi
Text book, Jurnal,
dan Internet
Histologi danhistopatologi hepar
Definisi Histologi Penjelasanlebih jelas
tentang
histopatologi
Text book, Jurnal,dan Internet
Sirosis hepatis Definisi Etiologi dan
faktor resiko,
Klasifikasinya,
patogenesis
Penjelasan
lebih jelas
tentang
patogenesis
Text book, Jurnal,
dan Internet
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
30/50
29
BAB III
SINTESIS
3.1 Anatomi dan Fisiologi hepar
Anatomi dan Fisiologi :
Hepar dalah kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia dan memiliki dua
permukaan yaitu permukaan diafragma dan viseral. Pada waktu lahir ukuran hati
relatif dua kali lebih besar dibandingkan hati pada dewasa dan batas inferiornya
dapat dipalpasi dibawah iga, tepi hati yang lunak dapat teraba di bawah arkus
kosta kanan sedangkan limpa (lien) biasanya tidak teraba.Waktu lahir berat hati sekitar 120 160 g. Kemudian berat ini bertambah
sesuai pertumbuhan anak.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
31/50
30
Hepar
Anatomi
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia.Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di
bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar
terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan
atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah
terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi
secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh
peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan
dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan
diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare
area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior,
diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant.abd dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagianbawah lig. falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan
v.umbilicalis yg telah menetap.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
32/50
31
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis:Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari
curvatura minor lambung dan duodenum sblh prox ke hepar.Di
dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan
duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut
membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.
4. Ligamentum Coronaria Anterior kika dan Lig coronaria posteriorki-ka: Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke
hepar.
5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentumcoronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari
hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanandan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi
oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi
(bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt
mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis
membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus
kanan yang besar dan lobus kiri.
a. Aliran Vena Porta HepatisDarah vena dari sebagian besar tractus gastrointestinal dan
organ-organ asesorisnya bermuara ke hepar oleh system vena
porta, mulai dari sepertiga bagian bawah oesophagus sampai
setengah bagian atas canalis analis. Vena porta juga mengalirkan
darah dari lien, pancreas,vesica biliaris. Vena porta masuk ke hepar
dan bercabang-cabang membentuk sinusoid, tempat darh kemudian
mengalir masuk ke vena hepatica propria yang akan bermuara ke
vena cava inferior.
Panjang vena portae hepatis kurang lebih 2 inci (5 cm) dan
dibentuk dibelakang collum pancreasis oleh gabungan vena
mesenterika superior dan vena lienalis. Pembuluh ini berjalan
keatas,dan kekanan di belakang pars superior duodenum dan
masuk kedalam omentum minus. Kemudian vena porta berjalan ke
atas disepan foramen epiploicum menuju ke vena porta hepatis,
tempat pembuluh vena ini bercabang dua menjadi ramus dexter
dan sinister. Sirkulasi portal mulai sebagai plexus kapiler didalam
organ-organ yang darahnya dialirkan keluar dan berakhir dengan
bermuara kedalam sinusoid hepatis.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
33/50
32
Vena-vena yang bermuara ke Vena porta hepatis:
Vena lienalis Vena ini meninggalkan hilum liene dan berjalan
kekanan didalam ligamentum lieolenale terletakdibawah arteri lienalis
Vena lienalis bergabung dengan vene mesentericasuperior dibelakang collum pancreatic untuk
membentuk vena porta hepatis. Vena splenica
menerima darah dari vena gastric brevis,vena
gastoomentalis sinistra, vena mesenterica inferior, vena
pancreatica
Vena mesenterica inferior Vena ini berjalan keatas pada dinding posterior
abdomen dan bergabung dengan vena lienalis
dibelakang corpus pancreatic.vena ini menerima darah
dari vena rectales superior,vena sigmoidea dan vena
colica sinistra
Vena mesenterica superior Vena ini berjalan ke atas didalam radix mesenterii pada
sisi kanan arteri mesenterica superior. Vena ini berjalan
didepan pars horizontal duodenum dan bergabung
dengan vena lienalis dibelakang collum pancreatic.vena
ini menerima darah dari vene jejunales,vena
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
34/50
33
ileales,vena ileocolica,vena colica dextra,vena colica
media,vena pancreaticoduodenalis inferior,vena
gastromentalis dextra
Vena gastric sinistra Vena ini mengalirkan darah dari bagian kiri curvature
minor dan bagian distal oesophagus. Vena ini bermuara
langsung kedalam vena porta hepatis
Vena gastrica dextra Vena ini mengalirkan darah dari sebagian kanan
curvature minor dan bermuara langsung ke vena porta
hepatis
Vena cystica Vena ini mengalirkan darah dari vesica biliaris
langsung ke hepar atau bergabung dengan vena porta
hepatis
Jika sel-sel parenkim hancur,sel-sel tersebut akan
digantikan oleh jaringan fibrosa yang akan berkontraksi
disekeliling pembuluh darah sehingga sangat menghambat darah
porta melalu hati. Bila system porta terhambat, kembalinya darah
dari usus ke limpa melalui system system aliran darah porta ke
sirkulasi sistemik menjadi sangat terhambat, menghasilkan
hipertensi porta dan tekana kapiler di dalam dinding usus
meningkat 15-20 mmHg diatas normal.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
35/50
34
b. LimfeHepar menghasilkan banyak limfe, sekitar 1/3-1/2 seluruh
limfe tubuh. Vasa limfe meninggalkan hepar dan masuk kebeberapa lymphonodus di porta hepatis. Vassa efferent menuju
LN.coeliacus. Sejumlah kecil vasa limfe menembus diafragma
menuju LN. mediastinalis posterior.
c. PersyarafanN.symphaticus dan N.parasymphaticus yang berasal dari plexus
coeliacus.
Fisiologi Hepar
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh,
merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20
25% oksigen darah.
Ada beberapa fungsi hati yaitu:
a. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidratPembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan
protein saling berkaitan 1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan
heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme
ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati
kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses
pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena
proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam
tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa
monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan
pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi,
biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/
biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).
b. Fungsi hati sebagai metabolisme lemakHati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi
sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak
dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbonKETON BODIES2. Senyawa 2 karbon ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi
asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
36/50
35
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipidHati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan
ekskresi kholesterol .Dimana serum Cholesterol menjadi
standar pemeriksaan metabolisme lipid
c. Fungsi hati sebagai metabolisme proteinHati mensintesis banyak macam protein dari asam amino.
Dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam
lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati
merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan
- globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan
end product metabolisme protein. - globulin selain dibentuk di
dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang globulinhanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung 584 asam
amino dengan BM 66.000
d. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darahHati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein
yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk
fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk
kena pembuluh darah yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila
ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktor
intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya danditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk
pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
e. Fungsi hati sebagai metabolisme vitaminSemua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E,
K
f. Fungsi hati sebagai detoksikasiHati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi
terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dankonjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat
over dosis.
g. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitasSel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan
berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer
juga ikut memproduksi - globulin sebagai imun livers
mechanism.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
37/50
36
h. Fungsi hemodinamikHati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati
yang normal 1500 cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah
yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta
75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar
dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan
hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik
matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
3.2 Histologi dan histopatologi
Histologi :
Secara mikroskopis, hepar terbagi menjadi unit fungsional yang
disebut lobulus yang berbentuk heksagonal. Lobulus tersebut
mengelilingi vena sentralis dan lobulus tersebut dikelilingi oleh
cabang-cabang arteri hepatica,vena porta, dan saluran empedu.
Hepar terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi
kurana lebih 60% sel hepar, sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel
epithelial system empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel
parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kuffer dan sel
stellata yang berbentuk seperti bintang. Hepatosit sendiri dipisahkan
oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent vena hepatica dan
duktus hepatikus. Saat darah memasuki hati melalui arteri hepatica dan
vena porta serta menuju vena sentralis maka akan didapatkan
pengurangan oksigen secara bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan
didapatkan variasi penting kerentanan jaringan terhadap kerusakan
asinus. Membrane hepatosit berhadapan langsung dengan sinusoid
yang mempunyai banyak mikrofili. Mikrofili juga tampak pada sisi
lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan petunjuk
tempat permulaan sekresi empedu. Permukaan lateral hepatosit
memiliki sambungan penghubung dan desmosom yang saling
bertautan dengn sebelahnya. Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
38/50
37
endothelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse
(ruang sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding inusoid
adalah sel fagositik. Sel Kuffer yang merupakan bagian penting sistem
retikuloendothellial dan sel stellata disebut sel itu, limposit atau perisit.
Yang memiliki aktifitas miofibroblastik yang dapat membantu
pengaturan aliran darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor penting
dalam perbaikan kerusakan hati. Peningkatan aktifitas sel-sel stellata
tampaknya merupakan faktor kunci dalam pembentukan jaringan
fibrotik di dalam hati.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
39/50
38
HISTOPATOLOGI
a.Bridging fibrous septa dalam bentuk pita halus atau jaringan parut lebar
yang menggantikan lobulus.
b.Nodul parenkim yang terbentuk oleh regenerasi hepatosit, dengan
ukuran bervariasi dari sangat kecil (garis tengah < 3mm, mikronodul)
hingga besar (garis tengah beberapa sentimeter, makronodul).
c.Kerusakan arsitektur hepar keseluruhan.
Beberapa mekanisme yang terjadi pada sirosis hepatis antara lain kematian
sel-sel hepatosit, regenerasi, dan fibrosis progresif. Sirosis hepatis pada
mulanya berawal dari kematian sel hepatosit yang disebabkan oleh
berbagai macam faktor. Sebagai respons terhadap kematian sel-sel
hepatosit, maka tubuh akan melakukan regenerasi terhadap sel-sel yangmati tersebut. Dalam kaitannya dengan fibrosis, hepar normal
mengandung kolagen interstisium (tipe I, III, dan IV) di saluran porta,
sekitar vena sentralis, dan kadang-kadang di parenkim. Pada sirosis,
kolagen tipe I dan III serta komponen lain matriks ekstrasel mengendap di
semua bagian lobulus dan sel-sel endotel sinusoid kehilangan
fenestrasinya. Juga terjadi pirau vena porta ke vena hepatika dan arteri
hepatika ke vena porta. Proses ini pada dasarnya mengubah sinusoid dari
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
40/50
39
saluran endotel yang berlubang dengan pertukaran bebas antara plasma
dan hepatosit, menjadi vaskular tekanan tinggi, beraliran cepat tanpa
pertukaran zat terlarut. Secara khusus, perpindahan
3.3 SIROSIS HEPATIS
pendahuluan
Istilah sirosis hepatis diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna
pada nodul- nodul yang terbentuk. Sirosis hepatis adalah penyakit hepar menahun
difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul yang
mengelilingi parenkim hepar.1,2
Gejala klinis dari sirosis hepatis sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala
sampai dengan gejala yang sangat jelas. Gejala patologik dari sirosis hepatis
mencerminkan proses yang telah berlangsung lama dalam parenkim hepar dan
mencakup proses fibrosis yang berkaitan dengan pembentukan nodul-nodul
regeneratif. Kerusakan dari sel-sel hepar dapat menyebabkan ikterus, edema,
koagulopati, dan kelainan metabolik lainnya.1,3
Secara lengkap, sirosis hepatis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi
mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hepar
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat
(fibrosis) di sekitar parenkim hepar yang mengalami regenerasi.1
Epidemiologi
Insidensi sirosis hepatis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000
penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hepar alkoholik dan
infeksi virus kronik. Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada, hanya
laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat
di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2004. Di
Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819
(4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.4
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
41/50
40
Penderita sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika
dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 3059 tahun dengan puncaknya sekitar 4049 tahun1
Etiologi
Di negara barat penyebab dari sirosis hepatis yang tersering akibat
alkoholik sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B
maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan penyebab terbanyak dari
sirosis hepatis adalah virus hepatitis B (30-40%), virus hepatitis C (30-40%), dan
penyebab yang tidak diketahui(10-20%). Adapun beberapa etiologi dari sirosis
hepatis antara lain: 1,4
10.Virus hepatitis (B,C,dan D)11.Alkohol (alcoholic cirrhosis)12.Kelainan metabolik :
a. Hemokromatosis (kelebihan beban besi)b. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)c. Defisiensi Alpha l-antitripsind. Glikonosis type-IVe. Galaktosemiaf. Tirosinemia
13.Kolestasis14.Gangguan imunitas ( hepatitis lupoid)15.Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan
lain-lain)
16.Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)
17.Kriptogenik18.Sumbatan saluran vena hepatika
Faktor Resiko
Penyalahgunaan alkohol Laki lebih sering dibanding perempuan Penggunaan obat-obatan tertentu. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu Infeksi (termasuk hepatitis B dan hepatitis C)
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
42/50
41
Penyakit autoimun (termasuk hepatitis autoimun menahun) Penyumbatan saluran empedu Sumbatan menetap pada aliran darah dari hati (misalnya sindroma
Budd-Chiari) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah Kadar galaktosa tinggi dalam darah Kadar tirosin tinggi dalam darah pada saat lahir (tirosinosis
kongenitalis)
Penyakit penimbunan glikogen Kencing manis (diabetes) Kurang gizi Penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan (penyakit Wilson)
Kelebihan zat besi (hemokromatosis).
Patogenesis
Tiga mekanisme patologik utama yang menyebabkan hati
menjadi sirosis adalah: kematian sel hati, regenerasi, dan fibrosis
progresif. Hati normal berisi intertisial kolagen (I,III dan IV) pada
portal dan sekitar vena centralis, dan sedikit sekitar parenkim hati.
Serat retikulin yang longgar berada pada celah Disse.
Lesi pada hati dapat timbul oleh berbagai sebab baik dalam
waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaanhati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alkohol aktif. Hati
kemudian merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk
ekstraselular matriks yang mengandung kolagen, glikoprotein,dan
proteoglikans. Sel stellata berperan dalam membentuk ekstraselular
matriks ini. Pada cedera yang akut sel stellata membentuk kembali
ekstraselular matriks ini sehingga ditemukan pembengkakan pada hati.
Namun, ada beberapa faktor parakrin yang menyebabkan sel stellata
menjadi sel penghasil kolagen. Faktor parakrin ini mungkin dilepaskan
oleh hepatocytes, sel Kupffer, dan endotel sinusoid sebagai responterhadap cedera berkepanjangan. Sebagai contoh peningkatan kadar
sitokin transforming growth facto beta 1 (TGF-beta1) ditemukan pada
pasien dengan Hepatitis C kronis dan pasien sirosis. TGF-beta1
kemudian mengaktivasi sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe 1
dan pada akhirnya ukuran hati menyusut.
Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal akibat sel
stelata yang berisi lemak di perisinusoid distimulasi oleh:
1. Inflamasi kronik, disertai peradangan sitokin seperti: TNF,lymphotoksin, IL1
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
43/50
42
2. Pembentukan sitokin oleh sel endogen (sel Kupfer, endotel,hepatosit, dan sel epitel duktus saluran empedu) yang cedera
3. Disrupsi ECM (matriks ekstraselular)4. Toksin stimulasi sel stelata secara langsung.
Peningkatan deposisi kolagen tersebut dapat menyebabkan
kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel kapiler) dari sinusoid. Sel
stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup
besar untuk menekan daerah perisinusoidal. Walaupun secara normal,
sel stellata berfungsi sebagai penyimpan vitamin A dan lemak,s el ini
mengalami pengaktifan selama terjadinya sirosis, kehilangan simpanan
retinil ester, dan berubah menjadi sel mirip fibroblas.
Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel stellata inilah yang
menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati sehingga
mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hatimati, kematian hepatosit dalam jumlah yang besar akan menyebabkan
banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak
gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan dapat menyebabkan
hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab terjadinya
manifestasi klinis.
Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hepatis atas 3 jenis, yaitu :1,4
1. MikronodularYaitu sirosis hepatis dimana nodul-nodul yang terbentuk berukuran < 3
mm.
2. MakronodularYaitu sirosis hepatis dimana nodul-nodul yang terbentuk berukuran > 3
mm.
3. CampuranYaitu gabungan dari mikronodular dan makronodular. Nodul-nodul yangterbentuk ada yang berukuran < 3 mm dan ada yang berukuran > 3 mm.
Secara fungsional, sirosis hepatis terbagi atas :1,4
1. Sirosis Hepatis Kompensata
Sering disebut dengan latent cirrhosis hepar. Pada stadium kompensata ini
belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan
pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis Hepatis Dekompensata
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
44/50
43
Dikenal dengan active cirrhosis hepar, dan stadium ini biasanya gejala-
gejala sudah jelas, misalnya ; asites, edema dan ikterus.
Diagnosis
1.Gambaran KlinikStadium awal sirosis hepatis sering tanpa gejala sehingga kadang
ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau
karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis hepatis meliputi :
perasaan mudah lelah dan lemah selera makan berkurang perasaaan perut kembung Mual berat badan menurun pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada
membesar, dan hilangnya dorongan seksualitas.
Stadium lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hepar dan hipertensi
portal, meliputi :
hilangnya rambut badan gangguan tidur demam tidak begitu tinggi adanya gangguan pembekuan darah, pendarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti
teh pekat, muntah darah atau melena, serta perubahan mental,
meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
koma.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang bisa didapatkan dari penderita sirosis
hepatis antara lain4
:
a. SGOT (serum glutamil oksalo asetat) atau AST (aspartataminotransferase) dan SGPT (serum glutamil piruvat transferase) atau
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
45/50
44
ALT (alanin aminotransferase) meningkat tapi tidak begitu tinggi.
AST lebih meningkat disbanding ALT. Namun, bila enzim ini normal,
tidak mengeyampingkan adanya sirosis
b. Alkali fosfatase (ALP), meningkat kurang dari 2-3 kali batas normalatas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis
sklerosis primer dan sirosis bilier primer.
c. Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT), meningkat sama denganALP. Namun, pada penyakit hati alkoholik kronik, konsentrasinya
meninggi karena alcohol dapat menginduksi mikrosomal hepatic dan
menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit.
d. Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis kompensata danmeningkat pada sirosis yang lebih lanjut (dekompensata)
e. Globulin, konsentrasinya meningkat akibat sekunder dari pintasan,antigen bakteri dari sistem porta masuk ke jaringan limfoid yang
selanjutnya menginduksi immunoglobulin.
f. Waktu protrombin memanjang karena disfungsi sintesis factorkoagulan akibat sirosis
g. Na serum menurun, terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkandengan ketidakmampuan ekskresi air bebas.
h. Pansitopenia dapat terjadi akibat splenomegali kongestif berkaitandengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme.
Selain itu, pemeriksaan radiologis yang bisa dilakukan, yaitu :
a. Barium meal, untuk melihat varises sebagai konfirmasi adanyahipertensi porta
b.
USG abdomen untuk menilai ukuran hati, sudut, permukaan, sertauntuk melihat adanya asites, splenomegali, thrombosis vena porta,
pelebaran vena porta, dan sebagai skrinning untuk adanya karsinoma
hati pada pasien sirosis.
Prognosis
1. Sirosis hati kompensata
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
46/50
45
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini
belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
Pada stadium ini, angka harapan hidup hingga 10 tahun sebesar 47%
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala
sudah jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus.
Pada stadium ini, angka harapan hidup hingga 5 tahun sebesar 16%
komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Berikut
berbagai macam komplikasi sirosis hati4 :
1. Hipertensi Portal42. Asites43. Peritonitis Bakterial Spontan. Komplikasi ini paling sering dijumpai
yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi
sekunder intra abdominal. Biasanya terdapat asites dengan nyeri
abdomen serta demam4.
4. Varises esophagus dan hemoroid. Varises esophagus merupakan salahsatu manifestasi hipertensi porta yang cukup berbahaya. Sekitar 20-
40% pasien sirosis dengan varises esophagus pecah menimbulkan
perdarahan4.
5. Ensefalopati Hepatik. Rnsefalopati hepatic merupakan kelainanneuropsikiatri akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidurkemudian berlanjut sampai gangguan kesadaran dan koma
4.
Ensefalopati hepatic terjadi karena kegagalan hepar melakukan
detoksifikasi bahan-bahan beracun (NH3 dan sejenisnya). NH3 berasal
dari pemecahan protein oleh bakteri di usus. Oleh karena itu,
peningkatan kadar NH3 dapat disebabkan oleh kelebihan asupan
protein, konstipasi, infeksi, gagal hepar, dan alkalosis. Berikut
pembagian stadium ensefalopati hepatikum :
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
47/50
46
Stadium Manifestasi Klinis
0 Kesadaran normal, hanya sedikit ada penurunan daya
ingat, konsentrasi, fungsi intelektual, dan koordinasi.
1 Gangguan pola tidur
2 Letargi
3 Somnolen, disorientasi waktu dan tempat, amnesia
4 Koma, dengan atau tanpa respon terhadap rangsang nyeri.
Tabel 1
Pembagian stadium ensefalopati hepatikum14
6. Sindroma Hepatorenal. Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguanfungsi ginjal akut berupa oligouri, peningkatan ureum, kreatinin, tanpa
adanya kelainan organic ginjal. Kerusakan hati lanjut menyebabkan
penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi
glomerulus.
Penatalaksanaan
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi
ditujukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang
bisa menambah kerusakan hati, pencegahan, dan penanganan komplikasi.
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untk mengurangi
progresi kerusakan hati.
1. Penatalaksanaan Sirosis KompensataBertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati, meliputi :
Menghentikan penggunaan alcohol dan bahan atau obat yanghepatotoksik
Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal yang dapatmenghambat kolagenik
Pada hepatitis autoimun, bisa diberikan steroid atau imunosupresif Pada hemokromatosis, dilakukan flebotomi setiap minggu sampai
konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan.
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
48/50
47
Pada pentakit hati nonalkoholik, menurunkan BB akan mencegahterjadinya sirosis
Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin merupakan terapiutama. Lamivudin diberikan 100mg secara oral setiap hari selama
satu tahun. Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan
3MIU, 3x1 minggu selama 4-6 bulan.
Pada hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirinmerupakan terapi standar. Interferon diberikan secara subkutan
dengann dosis 5 MIU, 3x1 minggu, dan dikombinasi ribavirin 800-
1000 mg/hari selama 6 bulan
Untuk pengobatan fibrosis hati, masih dalam penelitian. Interferon,
kolkisin, metotreksat, vitamin A, dan obat-obatan sedang dalam
penelitian.
2. Penatalaksanaan Sirosis Dekompensata Asites
Tirah baring Diet rendah garam : sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari Diuretic : spiroolakton 100-200 mg/hari. Respon diuretic
bisa dimonitor dengan penurunan BB 0,5 kg/hari (tanpa
edem kaki) atau 1,0 kg/hari (dengan edema kaki). Bilamana
pemberian spironolakton tidak adekuat, dapat dikombinasi
dengan furosemide 20-40 mg/hari (dosis max.160 mg/hari)
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar (4-6 liter),diikuti dengan pemberian albumin.
Peritonitis Bakterial SpontanDiberikan antibiotik glongan cephalosporin generasi III seperti
cefotaksim secara parenteral selama lima hari atau quinolon secara
oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk profilaksis
dapat diberikan norfloxacin (400 mg/hari) selama 2-3 minggu.
Varises Esofagus Sebelum dan sesudah berdarah, bisa diberikan obat
penyekat beta (propanolol)
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
49/50
48
Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparatsomatostatin atau okreotid, diteruskan dengan tindakan
skleroterapi atau ligasi endoskopi
Ensefalopati Hepatik Laktulosa untuk mengeluarkan ammonia Neomisin, untuk mengurangi bakteri usus penghasil
ammonia
Diet rendah protein 0,5 gram.kgBB/hari, terutama diberikanyang kaya asam amino rantai cabang
Sindrom HepatorenalSampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk SHR.
Oleh karena itu, pencegahan terjadinya SHR harus mendapat
perhatian utama berupa hindari pemakaian diuretic agresif,
parasentesis asites, dan restriksi cairan yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.2006. Edisi IV.Jakarta :PPFKUI Hall, dan Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed. 9.Jakarta:
EGC
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. 2002. Jakarta: EGC. Kumar, Robbins Cotran. 1999. Dasar Patologi PenyakitEdisi 5. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi: Konsep KlinisProses-Proses Penyakit. 2006. Jakarta: EGC
7/31/2019 Skenario - Sirosis Hepatis
50/50