KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pertama dalam blok 6 Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran. Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang tua, tutor dr. Dwi Handayani, M.Kes., dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih. Palembang, Januari 2013 Penulis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pertama dalam blok 6 Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami
membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya
mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor dr. Dwi Handayani, M.Kes., dan para anggota kelompok yang
telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui
dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di
kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima
kasih.
Palembang, Januari 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1
Daftar ................................................................................................................................ 2
I. Petugas Kelompok .......................................................................................... 3
II. Skenario .......................................................................................................... 3
III. Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 3
IV. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
V. Analisis Masalah ............................................................................................ 5
2
TUTORIAL BLOK 6 SKENARIO A
I. Petugas Kelompok
Tutor : dr. Dwi Handayani, M.Kes.
Moderator : Imanuel
Sekretaris : 1. Eddy Yuristo
2. Syarifa Aisyah
Anggota : 1. Abdul Aziz Siregar
2. Amanda Putri Utami
3. Dalila
4. Devuandre Naziat
5. Laksmita Chandra D.
6. Najmi Ilal Hayati
7. Nelvin Raesandra
8. Shabrina Yunita A.
9. Suci Indah Sari
10. Trie Vany Putri
II. Skenario
Tn. Budi , seorang laki-laki yang pernah bekerja di cafetaria. Ia gemar minum-minuman
berakohol. Sekitar 20 tahun yang lalu, ia pernah menderita hepatitis B. Saat ini, Tn. Budi telah
berusia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak dua hari
yang lalu. Ia juga mengalami nausea dan anorexia.
Pada pemeriksaan kepala dijumpai sklera ikterik dan konjunctiva pucat. Pada
pemeriksaan dada ditemukan spider naevi. Pada pemeriksaan abdomen terlihat perutnya
membesar, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting
dullness (+), disertai kaki yang membengkak dan palmar eritema. Dokter menyatakan bahwa
Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.
III. Klarifikasi Istilah
1. Minuman berakohol : minuman yang mengandung senyawa organik dengan
gugus OH pada atom karbon jenuh.2. Hepatitis B : penyakit viral akut yang terutama disebabkan secara
parenteral atau terkadang peroral, melalui kontak personal
3
yang erat, atau dari ibu ke neonatus, dengan gejala berupa
demam, malaise, anorexia, mual, dan muntah seiring
dengan timbulnya gejala klinis ikterus, angiodema, lesi
kulit urtikarial, dan arthritis.3. Nausea : sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium
dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah. 4. Anorexia : tidak adanya atau hilangnya selera makan5. Sklera ikterik : sklera yang berwarmna kekuningan dan ekskresi akibat
hiperbilirubimenia dan pengendapan batu empedu.6. Konjunctiva : membran halus yang melapisi kelopak mata, dan
menutupi bola mata7. Spider naevi : taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan
percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai
area sentral berwarna merah terang dengan percabangan
yang menyerupai kaki seekor laba-laba; dapat timbul
spontan atau akibat kehamilan dan penyakit hati8. Caput medusae : pelebaran vena cutaneous di sekitar umbilicus terutama
terlihat pada bayi yang baru lahir dan pasien cirrhosis
hepatis9. Splenomegali
(schuffner 2)
: pembesaran limfa dengan ukuran schuffner 2
10. Shifting dullness : Suatu gejala pekak alih yang didapat melalui perkusi
sebagai pertanda adanya cairan peritoneal yang bebas.11. Palmar eritema : kemerahan pada kulit tangan yang dihasilkan oleh
kongesti pembuluh kapiler12. Cirrhosis hepatis : sekelompok penyakit hati yang ditandai oleh peradangan
interstisial hati, hilangnya arsitektur hati yang normal,
fibrosis, dan degenerasi nodula.
IV. Identifikasi Masalah
No Masalah Concern
1 Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis
B dua puluh tahun lalu.vv
2 Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea,
anorexia, dan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.v
3 Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik,
konjunctiva pucat, spider naevi pada pemeriksaan dada,
ppembesaran perut, adanya caput Medusae, hepar tak teraba,
dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai
vv
4
kaki yang membengkak dan palmar eritema.
4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis. vvv
V. Analisis Masalah
1. Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis B dua puluh tahun
lalu.
a. Apa hubungan kebiasaan konsumsi minuman alkohol dengan hepatitis B?
Penyakit hati akibat mengkonsumsi alkohol yang berlebih dapat memicu timbulnya lemak pada organ hati (disebut perlemakan hati). Selain itu, mengkonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit hepatitis dan munculnya peradangan hati lainnya. Dalam beberapa kasus, perlemakan hati tidak menimbulkan gejala dan sering tidak terdiagnosis. Namun, beberapa penderita akan mengalami pembesaran hati yang menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian atas perut.
b. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hepatitis B?
Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis B. virus hepatitis berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut dengan partikel dane. Lapisan luar terdiri atas lapisan HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen HBcAg dan hepatitis B “e” antigen (HBeAg).cara penularan virus hepatitis B melaui dibagi menjadi parenteral dan non parenteral. Parenteral adalah dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tato. Sedangkan non parenteral adalah penularan yang terjadi karena persentuhan yang erat denagn benda yang tercemar virus hepatitis B.
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.hepatis. Virus hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma hepatosit VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam hepatosit ini asam nukeat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus-virus ini akan dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabakan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka akan terjadi keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe B dengan tipe lainnya pada umumnya sama, yaitu terjadi peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi
5
hepatitis akut fulminan.bila penyakit menjadi kronik dengann peradangandan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobules masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantar daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka akan terjadi hepatitis kronik
c. Bagaimana komplikasi yang diderita orang hepatitis B?
Memiliki infeksi Hepatitis B kronis dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti :− Jaringan parut hati (sirosis). Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan peradangan
yang menyebabkan jaringan parut yang luas dari hati (sirosis). Jaringan parut di hati dapat mengganggu kemampuan hati untuk berfungsi.
− Kanker hati. Orang dengan infeksi hepatitis B kronis memiliki peningkatan risiko kanker hati.
− Gagal hati. Kegagalan hati akut adalah suatu kondisi di mana fungsi-fungsi vital dari hati ditutup. Ketika itu terjadi, transplantasi hati diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.
− Infeksi hepatitis D. Siapapun yang terinfeksi HBV kronis juga rentan terhadap infeksi dengan yang lain strain virus hepatitis - hepatitis D. Anda tidak dapat terinfeksi dengan hepatitis D kecuali Anda sudah terinfeksi dengan HBV. Setelah kedua hepatitis B dan hepatitis D membuatnya lebih besar kemungkinan Anda akan mengembangkan komplikasi hepatitis.
− Masalah ginjal. Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan masalah ginjal yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Anak-anak lebih mungkin untuk pulih dari masalah ginjal dibandingkan orang dewasa, yang mungkin mengalami gagal ginjal.
d. Bagaimana perbandingan struktur anatomis-histologis hepar orang sehat dan
penderita hepatitis B?
Perubahan struktur hati yang ditunjukkan oleh penderita hepatitis B meliputi perubahan morfologi. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran dan berwarna normal , namun kadang-kadang terlihat agak edema, memebesar dan pada palpasi “teraba nyeri ditepian”. Secara histologi, terjadi kekacauan susunan hepatoseluler , cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel bila fase akut pada penyakit mereda.Struktur hati normal Hati terbagi atas menjadi dua lapisan utama :1. permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diaphragm 2. permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fissura transversus
Hati dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri oleh fissure longitudinal dan dibagi menjadi empat lobus : lobus kanan, lobus kiri, lobus caudatus, lobus quadratus.
Pembuluh darah hati ada dua peredaran darah yaitu :a. arteri hepatica, keluar dari aorta 1/5 darah dan keluar sebagai vena hepaticab. vena porta, terbentuk dari lienalis dan vena mesentrica posterior
6
Struktur hati yang terkena hepatitis BPada hepar orang yang terkena hepatitis akan terjadi inflamasi dan cedera akibat
reaksi hepar terhadap virus. Inflamasi yang menyebar pada hati akan menyebabkan unit fungsional dasar terganggu. Gangguan suplai darah normal pada sel-sel hati ini menyebabkan nekrosis.
Gambar 1. Perbandingan Morfologi Hati Pada Berbagai Kasus Klinik
2. Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea, anorexia, dan BAB
berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.
a. Bagaimana proses pewarnaan feses?
Billirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang diekskresikan dalam empedu. Billirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang. Masa hidup sel darah merah dalam system sirkulasi rata-rata adalah 120 hari. Sel darah merah yang usang dikeluarkan dari darah oleh makrofag yang melapisi sinusoid hati dan yang terletak dibagian tubuh lain. Billirubin adalah produk lain yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari hemoglobin yang terkandung didalam sel-sel darah merah tersebut. Billirubin ini diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif diekskresikan kedalam empedu.
7
Gambar 2. Metabolisme Bilirubin
Billirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Didalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-enzim bakteri usus menjadi serangkaian senyawa yang disebut sterkobilin dan urobilinogen yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi billirubin, misalnya apabila duktus billiiaris tarsumbat secara total oleh batu empedu, feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil billirubin direabsorpsi oleh usus untuk kembali kedarah, dan sewaktu akhirnya dikeluarkan melalui urine, billirubin tersebut merupakan penentu warna kuning pada air kemih. Ginjal baru mampu mengekresikan billirubin apabila zat ini telah dimodifikasi sewaktu melalui hati dan usus.
b. Pada skenario, apa yang menyebabkan BAB berwarna hitam?
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan menimbulkan bau yang khas yang menunjukan pendarahan saluran cerna bagian atas serta di cernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi hemoglobin menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubahwarna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
8
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna. Hematemesis adalah muntah darah, sedangkan melena adalah warna feses menjadi hitam pekat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena sirosis hepatis (dengan pecahnya varises esofagus) dan gastritis. Walaupun perdarahan ini akan berhenti sendiri, tetapi hal ini dianggap sebagai suatu yang serius yang setiap saat dapat membahayakan pasien. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Konsumsi alkohol dan adanya riwayat penyakit hepatitis B menyebabkan sel Hepatosit meradang sehingga terjadi koligenasi pada sel Stellata pada keadaan lanjut menyebabkan penderita mengalami Fibrosis hepar atau sirosis hepatis. Salah satu akibat dari sirosis adalah terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada Vena porta hepatis. Pada keadaan normal darah vena portae hepatis menyeberangi hepar dan mengalir ke dalam vena cava inferior dari sirkulasi vena sistemik melalui vena hepatica dan disebut jalur langsung. Tetapi ada hubungan yang lebih kecil antara sistem porta dan sistemik, dan menjadi berperanan penting jika jalur langsung mengalami hambatan.
Hubungan ini dijumpai pada ⅓ bawah oesophagus, r. oesophagealis v. gastrica sinistra (cabang porta) beranastomosis dengan vv. oesophagealis yang mengalirkan darah dari ⅓ bagian tengah oesophagus ke v. azygos (cabang sistemik). Sehingga apabila terjadi hipertensi pada vena porta hepatis akan menimbulkan tekanan darah pada pembuluh sistemik ikut naik ,yang dapat mengakibatkan varises esofagus dan juga gastritis karena kerusakan pada v. gastrica sinistra.
Sirosis hati dapat menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan menimbulkan hematemesis melena. Varises esofagus ini disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi karena penekanan sistem sekunder vena porta sehingga meningkatnya aliran karena kerusakan hati. Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan enselofati hepatic, dimana akan terjadinya :a. Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap
patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme GABA dan neurotransmiter octopamin.
b. Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus
9
Gambar 3. Aliran Darah pada Viscera Abdomen
Gambar 4. Vaskularisasi Esofagus
10
Gambar 5. Histologi Esofagus
Karena terjadi varises pada pembuluh darah esofagus hingga menimbulkan pendarahan hal tersebut berarti terjadi kerusakan pembuluh darah yang ada pada (4) lamina mucularis mucosa dan (8) tunica adventitia.
c. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan nausea dan anorexia?
Nausea adalah sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah. Nausea merupakan gejala awal dari vomit (muntah). Nausea adalah pengenalan sadar pada daerah medulla yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah. Nausea dapat disebabkan oleh (1) impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal (2) impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness (3) impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.
Sinyal sensoris yang mencetuskan rasa mual dan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian di transmisikan, baik oleh serabut saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nukleus yang tersebar di batang otak yang semuanya disebut “pusat muntah”. Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan abdomen.
Anoreksia adalah penurunan nafsu makan atau hilangnya nafsu makan dalam waktu yang lama. Anoreksia dapat disertai dengan penurunan berat badan atau tidak. Keadaan ini hampir mempunyai satu penyebab yang mendasari atau lebih.
Secara patofisiologi anoreksia dapat dijelaskan sebagai berikut; hipotalamus dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan homeostasis berat badan dalam keadaan yang ideal. Hipotalamus mengintepretasikan dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan neural dan humoral untuk
11
mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi sebagai respon terhadap keadaan perubahan keseimbangan energi.
Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral. Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon yang terlibat dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin, polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal ini dapat menimbulkan anoreksia.
Hubungan sirosis hepatis dengan nausea dan anoreksia adalah terjadinya ikterus hepatoseluler dan meningkatnya produksi bilirubin atau hiperbilirubinemia sehingga sekresi sekretin dan kolesistokitinin meningkat yang menyebabkan penurunan tekanan sfinger esofagus bagian bawah, peningkatan motilitas duodenum dan sekresi, dan motilitas lambung berkurang.
Gambar 6. Inervasi Sistem Saraf Vegetatif Pars Parasympathica
Efek dari hal tersebut adalah refluks isi lambung yang asam melewati esofagus padahal epitel dari esofagus tidak dipersiapkan untuk menahan asam sehingga terjadi
12
iritasi dari lapisan mukosa esofasgus. Refluks dari isi lambung ke esofagus mentrigger pusat mual muntah di bagian otak belakang bagian bawah untuk memberikan respons mual atau nausea.
Ketika refluks sampai ke mulut dan akhirnya dikeluarkan (refluks esofagus) juga merangsang nervus vagus di sepanjang esofagus untuk terksitasi dan terjadilah vomitting. Maka dari itu umumnya pada penderita sirosis terkena gangguan nafsu makan atau anoreksia.
3. Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, konjunctiva pucat,
sipder naevi pada pemeriksaan dada, ppembesaran perut, adanya caput Medusae,
hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai kaki
yang membengkak dan palmar eritema.
a. Bagaimana struktur anatomi dan histologi mata normal?
Struktur AnatomiLapisan-lapisan mata
• Sklera : Lapisan terluar mata mirip duramater.• Konjungtiva : untuk melindungi kornea dan sklera.• Kornea : struktur transparan yang seperti kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
• Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris. Tempat masuknya cahaya.• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa. Fungsinya adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung di antara Humor Aqueous dan Humor Vitreus. Fungsinya adalah untuk memfokuskan cahaya ke retina.
• Humor Aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea. Fungsinya untuk memberi nutrisi (makanan) untuk lensa dan kornea.
• Humor Vitreus: gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina.• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata. Fungsinya adalah untuk menerima rangsangan cahaya, mengolah dan mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
13
Gambar 7. Bagian-bagian MataOs pembentuk rongga mata :
1. superior : os. frontal2. inferior : os. Zygomaticum, os. maxillaries ,os.palatina3. lateral : os. frontal, os. zygomaticum, ala magna os sphenoid4. medial : os. maxillaris, os. lakrimal, os. Etmoid
Tabel 1. Otot-Otot Bola Mata dan Kelopak MataNama Otot Origo Insersio Persarafan FungsiOtot-otot Ekstrinsik Bola Mata ( Otot Lurik )M. rectus superior
Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut corneo-scleral
N. oculomotorius( N.III )
Mengangkat cornea ke atas dan medial
M. rectus inferior
Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut corneo-scleral
N. oculomotorius( N. III )
Menurunkan cornea ke bawah dan medial
M. rectus medialis
Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita
Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut corneo-scleral
N. oculomotorius( N. III )
Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial
M. rectus lateralis
Annulus tendineus communis pada
Permukaan lateral bola mata
N. abducens( N. VI )
Memutar bola mata sehingga cornea
14
dinding posterior orbita
tepat posterior terhadap taut corneo-scleral
menghadap ke lateral
M. obliquus superior
Dinding posterior Melalui trochlear dan dilekatkan pada permukaan superior bola mata, di bawah m. rectus superior
N. trochlearis( N. IV )
Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke bagian bawah dan lateral
M. obliquus inferior
Dasar orbita Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus lateralis
N. occulomotorius ( N. III )
Memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke atas dan lateral
Otot-otot Intrinsik Bola Mata ( Otot Polos )M. sphincter puppilae
Parasimpatis melalui n. oculomotorius
Konstriksi pupil
M. dilator pupillae
Simpatis Dilatasi pupil
M. ciliaris Parasimpatis melalui n. oculomotorius
Mengatur bentuk lensa, pada akomodasi membuat lensa lebih bulat.
Otot-otot PalpebraM. orbicularis oculiM. levator palpebrae superior
Belakang orbita Permukaan anterior dan pinggir atas tarsus superior
Otot lurik oleh n. oculomootorius, otot polos oleh saraf simpatis
Mengangkat palpebra superior
Vaskularisasi mata:Arteri:
• Arteri Oftalmika• A. Conjunctiva• A. Ciliaris• A. Episcleralis• A. Centralis Retina• Arteri Retinalis
Vena:• Vena Oftalmika• V. Centralis Retina• V. Cilliaris• V. Conjunctiva• V. Episcleralis• V. Vorticosa• Vena Retinalis
Innervasi pada orbita1. Nervus opticus2. Nervus lacrimalis
Struktur HistologiPada Bola mata terdapat 3 lapisan
1. Tunica Fibrosao Berfungsi melindungi struktur halus dalam matao Mempertahankan tekanan cairan intra okulero Mempertahankan bentuk dan tekanan bola mata
Ada beberapa bagian mata dalam lapisan ini yaitu1. Kornea, memiliki lapisan-lapisan:
2. Sklera memiliki jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran bola mata, terdiri dari tiga lapisan:• Episklera terdiri dari jaringan fibroelastis• Stroma Sklera terdiri dari serat kolagen• Lamina Fusca terdiri dari melanosit dan fibroblast
2. Tunica Vaskuola berfungsi:o Memberi nutrisi pada bola matao Akomodasi penglihatano Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
Ada beberapa bagian mata dalam T. Vaskuola yaitu:1. Choroid, memiliki empat lapisan:
2. Corpus Cilliaris terdiri epitel siliaris, lamina elastica3. Iris terdiri membrane sellular dan membentuk lapisan yang tidak utuh
16
Gambar 8. Potongan Coronal Mata Tampak Posterior
3. Tunica Nervosa terdiri dari:o Pars Seka Retina terdiri dari:
Pars Siliaris Retina Pars Iridka Retina
o Pars Optica RetinaRetina terdiri dari 10 lapisano Retinal pigment epithelium (RPE) o Lapisan fotoreseptor (Rods/Cones) o Membran pembatas eksternal - Lapisan yang membatasi bagian dalam
fotoreseptor dari inti selnya o Lapisan luar inti o Lapisan luar plexiform - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan
serat Henle" (Fiber layer of Henle). o Lapisan dalam inti o Lapisan dalam plexiform o Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
merupakan asal dari serat syaraf optik. o Lapisan serat syaraf o Membran pembatas dalam - Tempat sel-sel Műller berpijak
17
Gambar 9. Diagram Struktur Retina
b. Apa penyebab sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Ikterus biasanya baru dapat dilihat di sclera, kulit dan urin kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl. Normalnya kadar bilirubin dalamdarah adalah 0,3-1 mg/dl. Ada tiga jenis ikterus berdasarkan penyebabnya, yaitu :1.) Ikterus Hemolitik
Ikterus hemolitik disebabkan oleh hemolisis sel darah merah berlebihan yang merupakan penyebab ikterus prehepatik sehingga hati tidak dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Ikterus ini dapat dijumpai pada reaksi transfuse atau lisis sel darah merah akibat gangguan hemoglobin, misalnya pada anemia sel sabit dan thalasemia..
2.) Ikterus Hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi karena disfungsi hepatosit. Disfungsi hepatosit terjadi apabila hati terinfeksi oleh virus pada hepatitis atau apabila sel hati rusak akibat kanker atau sirosis.
3.) Ikterus Obstruktif Ikterus Obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus choleocus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis). Kecepatan pembentukan bilirubinnya normal , tetapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah kedalam usus dan dikonjugasi dengan cara yang biasa. Bilirubin terkonjugasi ini kemudian kembali ke dalam darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung dan pengosongan langsung ke saluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi, kebanyakan bilirubin dalam plasma menjadi bilirubin terkonjugasi dan bukan bilirubin bebas. Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau melalui duktus
18
biliaris, hal ini dianggap berasal dari intrahepatik apabila sumbatan disebabkan oleh sumbatan aliran empedu keluar hati. Disebut ekstrahepatik apabila disebabkan oleh sumbatan aliran empedu melintasi duktus biliaris. Keduanya dapat terjadi karena ada batu atau tumor.
Konjungtiva pucat merupakan tanda anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang atau jumlah hemoglobin yang berkurang dalam darah. Tiga penyebab utama anemia adalah perdarahan yang berlebihan seperti perdarahan akut/kronik, hemolisis yang berlebihan, atau hematopoiesis yang tidak efektif. Dalam kasus ini, Tn. Budi mengalami perbesaran pada limfanya (splenomegaly). Akibat dari splenomegaly ini adalah jumlah sel darah merah yang akan dilisis meningkat sehingga jumlah sel darah merah yang berada dalam pembuluh darah menurun dan menyebabkan anemia.
c. Bagaimana dampak dari sklera ikterik dan konjunctiva pucat terhadap proses
penglihatan?
Derajat serum bilirubin paling baik dilihat pada sklera, sklera memiliki afinitas terhadap bilirubin karena memiliki elastin yang banyak. Adanya sklera ikterik mengindikasikan kadar bilirubin setidaknya 3.0 mg/dl (normal <1 mg/dl). Kelainan pada sklera dan konjungtiva tidak membawa pengaruh terhadap sistem penglihatan karena keduanya tidak termasuk dalam bagian jalur masuknya cahaya menuju reseptor cahaya.
d. Bagaimana proses terjadinya sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
Mekanisme sklera ikterikBilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial,
cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini dikombinasikan dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan, bilirubin dikonjugasikan dengan asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung sehingga disebut bilirubin direk. Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan sel darah merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar bilirubin didalam darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus. Warna dari kulit dan sklera bervariasi tergantung pada kadar bilirubin. Ketika kadar bilirubin sedikit meningkat, kulit dan sklera terlihat menguning. Ketika kadar bilirubin tinggi, warnanya cenderung menjadi lebih kecoklatan.
Mekanisme konjungtiva pucat
19
Dalam kasus ini, Tn. Budi menderita sirosis hati yang menyebabkan hipertensi porta. Hipertensi porta ini juga mengakibatkan beberapa hal, seperti splenomegaly. Dalam hal ini, fungsi hati sebagai tempat destruksi eritrosit diambil alih oleh spleen (lien). Pembesaran pada ukuran lien ini menyebabkan daya tampung lien meningkat. Karena adanya peningkatan jumlah eritrosit yang mengalami destruksi, jumlah eritrosit dalam pembuluh darah menurun dan mengakibatkan anemia. Anemia akibat hemolisis yang berlebihan memberika gejala-gejala tertentu, salah satunya warna konjungtiva yang terlihat pucat.
e. Bagaimana struktur vaskularisasi cutaneous pada regio thoraks?
Vaskularisasi cutaneous regio thorax berasal dari arteri thoracica interna (cabang dari arteri subclavia) yang memperdarahi dinding anterior tubuh dari clavicula sampai ke umbilicus. Arteri thoracica interna dicabangkan oleh arteri subclavia dekat dengan percabangan awalnya. Arteri ini berjalan turun dari dalam rangkaian costae sekitar 1 cm dari tepi sternum, medial dari papilla mammae. Kemudian arteri thoracica interna akan bercabang menjadi arteri intercostalis anterior sampai ke intercostal ke VI. Arteri ini akan bercabang lagi menjadi 5:1. A. Perforans2. A. pericardiacophrenica3. A. mediastinalis (mediastinalis ant:timus)4. A. epigastrica sup (rectus abdominis)5. A. musculophrenica (diafragma)
f. Bagaimana mekanisme terbentuknya spider naevi?
Spider naevi adalah taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai area sentral berwarna merah terang dengan percabangan yang menyerupai kaki seekor laba-laba. Hal ini dapat disebabkan oleh hiperestrogenemia. Hati merupakan organ yang salah satu fungsinya adalah detoksifikasi estrogen menjadi estradiol dan estron menjadi estriol. Estradiol, estron dan estriol merupakan substrat untuk enzim hepatik, dimana hati mengkonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat. Aktifitas enzim yang melaksanakan reaksi konjugasi ini bervariasi antara berbagai spesies. Hormon steroid yang terkonjugasi bersifat dapat larut dalam air dan tidak terikat dengan protein pengangkut, karena itu hormon estrogen ini mudah disekresikan ke dalam getah empedu, feses dan urin.
“Weak androgen” (Androstrenidonine dan dehiydroepiandrosterone) secara normal dimetabolisme menjadi estrogen pada jaringan perifer. Gangguan fungsi hati menyebabkan penurunan katabolisme estrogen. Hipertensi portal yang disebabkan oleh sirosis juga menyebabkan hormon-hormon ini lewat begitu saja di hati.
Estrogen berfungsi sebagai vasodilatator dan mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit dengan cara menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular. Hiperesterogenemia menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang termanifestasi secara kilinis sebagai spider naevi dan palmar aritema.
20
g. Bagaimana struktur anatomi traktus digestivus dan kelenjar aksesorius?
Traktus DigestivusTraktus digestivus terdiri dari:
1. Cavum OrisMerupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior. Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus, premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.Vaskularisasi cavum orisVaskularisasi gigiArteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran arteri tersebut
Vaskularisasi palatumArteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens. Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens. Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.
Vaskularisasi LinguaLidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
2. PharynxPharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a. Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
21
acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus (oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
3. OesophagusOesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher, oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam oesophagus.
Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
4. GasterGaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian atas curvatura major.
22
e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatisg. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
lienalis.h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster. Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
5. DuodenumDuodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian utama yakni:a. Pars superior duodenum
Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.
b. Pars descendens duodenumPars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada papilla duodeni minor.
c. Pars horizontalis duodenumPars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
d. Pars ascendens duodenumPars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat pada crus dextrum diaphragma.
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).
23
Gambar 10. Duodenum
6. Jejunum dan IleumJejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior, pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:
Tabel 2. Perbedaan Jejenum dan Ileum
24
Gambar 11. Perbedaan Jejenum dan Ileum
Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
7. Intestinum crassuma. Caecum
Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior.
b. Appendix vermiformisAppendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior.
c. Colon ascendensColon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus superior.
d. Colon transversumColon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior.
e. Colon descendensColon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus mesentericus inferior.
f. Colon sigmoideum
25
Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini.
8. RectumRectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior.
Organ accessorius1. Hepar
Gambar 12. Hepar Aspek Anterior
26
Gambar 13. Hepar Aspek Posterior
Organ terbesar ini terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diafragma. Hepar dibagi menjadi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis sinister. Lobus hepatis dexter dibagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi. Pada facies visceralisnya terdapat porta hepatis yang terletak di antara lobus caudatus dan lobus quadratus.
Hepar divaskularisasi oleh arteri hepatica propia (cabang arteri truncus coeliacus). Vena porta hepatis bercabang menjadi 2 cabang terminal yakni ramus dexter dan sinister. Venae hepaticae muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior. Hepar diinervasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis yang membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
Hepar erat kaitannya dengan vesica biliaris. Empedu yang disekresikan oleh sel-sel hepar akan disimpan dan di pekatkan di dalam vesica biliaris kemudian dialirkan ke duodenum melalui ductus-ductus.a. Ductus biliaris hepatis
Ductus ini terbagi menjadi ductus hepaticus dexter dan sinister. Keduanya bergabung menjadi ductus hepaticus communis. Sedangkan ductus oada vesica biliaris adalah ductus cysticus. Kedua ductus tersebut (ductus hepaticus communis dan cysticus) akan bergabung membentuk ductus choledochus.
Gambar 14. Ductus yang bermuara pada Duodenum
2. Vesica biliarisVesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada
permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris ini dibagi menjadi 3 bagian utama:a. Fundus vesicae biliaris, berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo
inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior abdomen (setinggi ujing kartilago costalis IX dextra).
b. Corpus vesicae biliaris, terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang dan kiri.
27
c. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbeluk ke dalam omentum minus dan bergabung dengan siis kanan ductus hepaticus communis membentuk ductus choledochus.
Vesica biliaris divaskularisasi oleh arteri cystica (cabang arteri hepatica dextra) dan vena cystica yang mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sedangkan inervasinya oleh plexus coeliacus.
3. Pancreas
Gambar 15. Pankreas
Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim. Bagian endokrinnya (pulau Langerhans) menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Pancreas berbentuk memanjang yang terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di balekang peritoneum. Pancreas divaskularisasi oleh arteri lienalis serta arteri pancreaticoduodenalis superior dan inferior; diinervasi oleh serabut simpatis dan parasimpatis n. vagus. Pancreas dibagi menjadi beberapa bagian:a. Caput pancreatis, berbentuk cakram dan terletak dalam bagian cekung duodenum.b. Collum pancreatis, bagian pancreas yang mengecil yang terletak di depan pangkal
vena portae hepatis.c. Corpus pancreatis, berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah.d. Cauda pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamen lienorenale dan berhubungan
dengan hilum lienale.4. Lien
Gambar 16. Lien
28
Lien merupakan sebuah massa limfoid terbesar di dalam tubuh. Lien berbentuk lonjong dan memiliki incisura di extremitas anteriornya yang terletak tepat di bawah pertengahan kiri diafragma, dekat dengan costae IX< XI, dan XI. VaskularisasiArteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan cabang terbesar dari truncus coeliacus. Arteri ini akan bercabang menjadi 6 pembuluh arteri yang masuk ke lien melalui hilum lienale. Sedangkan, vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan di belakang cauda dan corpus pancreatis kemudian bergabung dengan vena mesenterica superior membentuk vena porta hepatis.
h. Bagaimana struktur histologi hepar?
Gambar 17. Histologi HeparHepar terdiri dari unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian
tengah setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh lempeng sel hati (hepatosit) dan sinusoid ke arah perifer. Disini, jaringan ikat membentuk canalis porta (spatium portale).
Semua nutrien dan cairan yang diserap di usus masuk ke hati melalui vena porta hepatis, kecuali lemak yang diangkut oleh pembuluh limfe.produk yang diabsorbsi mula-mula mengalir melalui kapiler-kapiler hati yaitu sinusoid. Sinusoid adalah saluran darah yang lebar dan berliku dilapisi oleh lapisan tidak utuh dari endotel fenestrated. Sinusoid dipisahkan dari hepatosit oleh spatium perisinusoideum subendothelial. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid memiliki akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh dengan hepatosit. Struktur dan jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinka pertukaran zat yang efisien antara hepatosit dengan darah.
Selain itu, sinusoid hati juga mengandung makrofag yang disebut sebagai sel Kupffer yang terletak disisi luminal sel endotel. Hepatosit mengeluarkan empedu ke dalam saluran halus disebut kanalikulis biliaris yang terletak di antara hepatosit. Kanalikulus menyatu di tepi lobulus hati di daerah porta sebagai duktus biliaris. Duktus biliaris kemudian mengalir ke dalam duktus hepatikus yang lebih besar yang embawa empedu keluar dari hati.
i. Struktur apa saja yang dapat dipalpasi pada regio abdomen?
29
Pada keadaan normal, viscera abdomen tidak bisa dipalpasi. Jika organ-organ pada abdomen dapat dipalpasi, maka terdapat gangguan atau pembesaran pada organ tersebut.Struktur yang bisa dipalpasi di regio abdomen dan cara memalpasinya
Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung – ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. 1. Penilaian adanya iritasi peritoneum
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif.2. Palpasi Hepar / Hati
Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa:
• jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
• antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7).Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati.3. Palpasi limpa
30
Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.
Gambar 18. Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )
31
Gambar 19. Gambar Palpasi limpa
Gambar 20. Pemeriksaan Bimanual Ginjal4. Palpasi Ginjala. Ginjal kananLetakkan tangan kanan dibawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus. Suruh pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam ke kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara- antara tangan.
32
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi semula dalam ekpirasi. Jika ginjal kanan teraba tentukan ukuran, contour, dan adanya nyeri tekan.b. Ginjal kiriUntuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba.c. Nyeri tekan ginjalNyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion).
Gambar 21. Nyeri ketok ginjal
a. Proccessus xiphoideusProccessus xiphoideus mudah diraba pada lekukan dimana arcus costalis bertemu dangan bagian atas dinding anterior abdomen.
b. Arcus costalisMerupakan pinggir bawah dinding thorax yang melengkung dan dibentuk di depan oleh cartilago costalis XII, VIII, IX, dan X.
c. Crista iliacaCrista iliaca dapat diraba seluruh panjangnya dan berakhir di depan pada spina iliaca anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior.
33
d. Symphysis pubicumSymphysis pubicum dirasakan sebagai struktur padat di bawah kulit di garis tengah pada bagian bawah dinding anterior abdomen.
e. HeparPada orang dewasa yang kurus, pinggir bawah hepar mungkin teraba satu jari di bawah arcus costalis. Hepar mudah diraba jika pasien inspirasi dalam dan diaphragma berkontraksi dan menekan hepar kebawah.
f. LienPada bayi, kutub bawah lien sedikit teraba
g. GinjalKutub bawah ginjal mungkin teraba di regio lumbalis kanan pada akhir respirasi dalam dari orang dengan otot-otot abdomen yang tidak berkembang dengan baik.
h. Colon ascendens dan descendensDapat dipalpasi melalui dinding anterior abdomen.
j. Bagaimana mekanisme perut membesar, splenomegali (schuffner 2), caput medussae,
shifting dullness, kaki yang membengkak, dan palmar eritema pada pasien sirosis hati?
a. Kondisi perut yang membesar pada penderita sirosis hati biasa dikenal dengan
sebutan asites. Asites merupakan penimbunan cairan di dalam peritoneum akibat
hipertensi portal, hipoalbuminea, meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati,
retensi natrium, dan gangguan ekskresi air. Tertimbunnya cairan ini merupakan
manifestasi dari kelebihan garam/natrium dan air secara total dalam tubuh. Ada
beberapa teori yang menerangkan patofisiologi asites transudasi, yaitu underfilling,
overfilling, dan peripheral vasodilatation. Di antara teori tersebut, dua di antaranya
masih dianggap tidak valid dikarenakan tidak ada penjelasan mendetail, tetapi teori
vasodilatasi perifer dianggap benar. Menurut teori ini, faktor pathogenesis
pembentukan asites yang amat penting adalah hipertensi porta yang disebut sebagai
factor lokal dan gangguan fungsi ginjal yang sering disebut factor sistemik yang
diakibatkan oleh vasokontriksi dan fibrotisasi sinusoid terjadi peningkatan resistansi
sistem porta. Peningkatan resistensi ini diimbangi vasodilatasi splanchnic bed
menyebabkan hipertensi porta menetap. Hipertensi porta kemudian akan
meningkatkan tekanan transudasi terutama di sinusoid dan selanjutnya di kapiler
usus. Transudat terkumpul di rongga peritoneum, vasodilator endogen yang dicurigai
berperan adalah glucagon, nitric oxide, calcitonic gene related peptide, endotelin,
prostaglandin, substansi A, factor natriuretik atrial, enkefalin, dan tumor necrosis
factor. Vasodilator endogen pada saatnya akan memengaruhi sirkulasi arterial
sistemik. Tubuh akan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis, system rennin
34
angiotensin aldosteron, dan arginin vasopressin. Akibat selanjutnya adalah
peningkatan reabsorbsi air dan garam oleh ginjal dan peningkatan indeks jantung.
b. Splenomegali(schuffner 2), Pada sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami
obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran
limpa. Pembesaran limpa akibat sirosis hati disertai penebalan local pada kapsula.
Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat
aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena lienalis (hampir sama
pada penjelasan hipertensi portal). Tekanan balik inilah yang mendasari
splenomegali. Limpa membesar jika diminta untuk melakukan pekerjaan yang
berlebihan dalam menyaring atau manufaktur sel darah, jika ada aliran darah yang
abnormal, atau jika diserang dengan sel abnormal. Tekanan vena limpa /
penyumbatan: Darah memasuki limpa melalui arteri lienalis dan mengalir keluar
melalui vena lienalis. Jika tekanan di dalam vena meningkat atau jika vena lienalis
terblokir, darah tidak bisa meninggalkan limpa dan mungkin akan membengkak.
Karena hubungannya ke aliran darah hati, sirosis dan obstruksi vena portal dapat
menyebabkan komplikasi dengan aliran darah vena dari limpa.
c. Caput Medussae. Caput medussae juga bisa terjadi akibat hipertensi portae. Pada
sitem anastomosis vena sistemik dan porta, ditemukan anastomosis di dekat
umbilikus yang dikenal sebagai vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah
pada ramus sinister vena portae hepatis, menyebabkan peningkatan tekanan darah
pada vena superfisialis pada dinding anterior abdomen yang keduanya saling
dihubungkan oleh vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah yang terjadi
kronis, menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada veba superfisialis pada dinding
abdomen anterior di sekitar umbilicus yang dikenal sebaai caput medussae.
d. Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi
akibat adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen. Cairan tersebut disebut asites
yang disebabkan oleh hipertensi portal dan/atau hipoalbuminea.
e. Kaki membengkak (Edema tungkai)
Akibat dari sirosis hati yang cukup parah, sinyal dikirim ke ginjal untuk menahan
garam dan air dalam tubuh. Kelebihan garam dan air terakumulasi dalam jaringan di
bawah kulit pergelangan kaki karena efek gravitasi ketika kaki berdiri atau duduk.
Akumulasi cairan ini disebut edema.
35
f. Palmar Eritema, Thenar dan hipothenar telapak tangan berwarna merah karena
perubahan metabolism hormone estrogen. Oleh karena dapat dijumpai pada wanita
hamil, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi, maka tanda ini dianggap kurang
spesifik.
4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.
a. Bagaimana fisiologi hepar?
Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh.
Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati. Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang
36
pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.
b. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh.
Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati. Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.6B. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
37
Berdasarkan skenario A tuan Budi, jenis sirosis yang diderita adalah Laennec Cirrhosis/Sirosis Laennec, dilihat dari riwayat kebiasaan Budi yang mengkonsumsi alcohol. Perubahan pertama pada hati yang ditmbulkan alcohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel hati (infiltrasi lemak). Para ahli setuju bahwa minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolic yang mencakup pembentukan trigliserida secara berlebih pada tubuh, menurunnya jumlah pengeluaran trigliserid dari hati, serta menurunnya oksidasi asam lemak pada hati. Secara makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan fungsional akibat dari akumulasi lemak tersebut. Selain itu, pasien juga dapat mengalami malnutrisi termasuk vitamin A, asam folat, dan sebagainya.
Sebenarnya mekanisme cedera hati alkoholik ini masih belum pasti,diperkirakan mekanisme yang terjadi adalah :1. Hipoksia sentrilobular, metabolism asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi
oksigen lobular, menyebabkan terjadi hipoksemia relative dan cedera pada sel yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi.
2. Infiltrasi/ aktivitas neutrofil, terjadi pelepasan chemoattractans neutrofil oleh hepatosit yang memetabolisme etanol, cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease, dan sitokin.
3. Formasi acetal-dehyde protein adducts mengambil peran sebagai neoantigen dan menghasilkan limfosit yang tersensitiasi juga antibody spesifik yang menyerang hepatosit pembawa antigen tersebut.
4. Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative metabolisme etanol atau bias disebut system yang mengoksidasi enzim mikrosomal.
38
VI. Keterkaitan Antarmasalah
VII. Learning Issue
No LIWhat I know
What I don’t knowWhat I have to prove
How I Learn
1. Struktur
Anatomi
Traktus
Digestivus
dan
Kelenjar
Aksesorius
Organ-
organ
traktus
digestivus
dan
kelenjar
aksesorius
1. Struktur Anatomi Hepar
2. Struktur Anatomi Traktus
Digestivus
3. Struktur Anatomi
Kelenjar Aksesorius Selain
Hepar
Internet,
jurnal, text
book, pakar
2 Struktur
Histologi
Traktus
Digestivus
dan
1. Struktur Histologi Hepar
2. Struktur Histologi Umum
Traktus Digestivus
3. Struktur Histologi
Kelenjar Aksesorius Selain
39
Kelenjar
Aksesorius
Hepar
3 Cirrhosis
Hepatis
1. Patologi Cirrhosis Hepatis
2. Patohistologi Cirrhosis
Hepatis
3. Patofisiologi Cirrhosis
Hepatis
1. Gejala klinis
cirrhosis
hepatis
2. Hubungan
riwayat
penyakit
hepatitis B
terhadap
cirrhosis
hepatis
VIII.Sintesis Masalah1. Anatomi dan Histologi Traktus Digestivus dan Kelenjar Aksesorius
Traktus Digestivus
Traktus digestivus terdiri dari:
Cavum Oris
Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan
palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior.
Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar
dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di
dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus,
premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di
bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa
dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya
terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis
papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus
yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi
oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian
lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.
Vaskularisasi cavum oris
Vaskularisasi gigi
40
Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran
arteri tersebut
Vaskularisasi palatum
Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens.
Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens.
Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang
arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.
Vaskularisasi Lingua
Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea
ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx
dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a.
Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke
plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini
dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan
persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus
(oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
Oesophagus
Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher,
oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus
glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui
mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus
sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal
oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot
41
polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
oesophagus.
Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria
gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke
vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan
simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam
perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
Gaster
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster
berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium
pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries
anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:
a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.
b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.
c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:
a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi
sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke
kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di
dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke
depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang
bagian atas curvatura major.
42
e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang
merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan
mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis
g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
lienalis.
h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya
berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis
anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada
permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster.
Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen
pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da
serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara
dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian
utama yakni:
Pars superior duodenum
Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang
pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.
Pars descendens duodenum
Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah
kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada
margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica
yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus
acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada
papilla duodeni minor.
Pars horizontalis duodenum
Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di
depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
Pars ascendens duodenum
43
Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis.
Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat
pada crus dextrum diaphragma.
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis
superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).
Jejunum dan Ileum
Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior,
pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:
44
Tabel 3. Perbedaan Jejenum dan Ileum
Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior.
Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam
mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang
lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari
saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
4. Intestinum crassum
Caecum
Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak
pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri