SKENARIO C BLOK 19 TAHUN 2013 TN. A, 47 tahun, datang berobat ke klinik Neueologi RSMH dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri. Nyeri ini dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri mula-mula terjadi setelah menurunkan koper dari kabin pesawat. Nyeri pinggang ini sering dialami tapi bersifat hilang timbul, Nyeri terasa ketika bersin atau batuk. Riwayat jatuh terduduk dialami 2 tahun lalu. tn.A bekerja sebagai karyawan bank swasta. Pemeriksaan Fisik: Vital sign: TD= 120/80 mmHg, Nadi= 80x/menit, Pernapasan= 24x/menit, Suhu= 37 o C, VAS=7 Permeriksaan Neurologi: Laseq dan Kernig sign (+) pada kaki kiri. Refleks fisiologis KPR & APR menurun pada kaki kiri. Gangguan sensibilitas berupa hipestesi dari ibu jari kaki ke lutut. Klarifikasi Istilah: 1. Laseq : timbul nyeri pada fleksi pinggul ketika lutut pada saat ekstensi tetapi tidak nyeri pada saat lutut fleksi. 2. Kernig sign : ketidakmampuan meluruskan tungkai sepenuhnya ketiak duduk/ berbaring dengan paha ditekuk kea rah abdomen. 3. KPR & APR : knee pess reflek & Achilles pess reflek. 4. Hipestesi : penurunan kepekaan secara abnormal terutama pada sentuhan. 5. Sensibilitas : kemampuan untuk menerima dan menanggapi rangsang-rangsang.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKENARIO C BLOK 19 TAHUN 2013
TN. A, 47 tahun, datang berobat ke klinik Neueologi RSMH dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri. Nyeri ini dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri mula-mula terjadi setelah menurunkan koper dari kabin pesawat. Nyeri pinggang ini sering dialami tapi bersifat hilang timbul, Nyeri terasa ketika bersin atau batuk. Riwayat jatuh terduduk dialami 2 tahun lalu. tn.A bekerja sebagai karyawan bank swasta.
Permeriksaan Neurologi:Laseq dan Kernig sign (+) pada kaki kiri.Refleks fisiologis KPR & APR menurun pada kaki kiri.Gangguan sensibilitas berupa hipestesi dari ibu jari kaki ke lutut.
Klarifikasi Istilah:
1. Laseq : timbul nyeri pada fleksi pinggul ketika lutut pada saat ekstensi tetapi tidak nyeri pada saat lutut fleksi.
2. Kernig sign : ketidakmampuan meluruskan tungkai sepenuhnya ketiak duduk/ berbaring dengan paha ditekuk kea rah abdomen.
3. KPR & APR : knee pess reflek & Achilles pess reflek.4. Hipestesi : penurunan kepekaan secara abnormal terutama pada sentuhan.5. Sensibilitas : kemampuan untuk menerima dan menanggapi rangsang-rangsang.
Identifikasi Masalah:
1. TN. A, 47 tahun, karyawan bank swasta datang berobat ke klinik Neueologi RSMH dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri.Rpp:- 2 tahun yang lalu
Jatuh terduduk- 2hari yang lalu
Nyeri mula-mula terjadi setelah menurunkan koper dari kabin pesawat. Nyeri pinggang ini sering dialami tapi bersifat hilang timbul, Nyeri terasa ketika bersin atau batuk.
2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan neurologi
Analisis masalah:
1. TN. A, 47 tahun, karyawan bank swasta datang berobat ke klinik Neueologi RSMH dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri.a. Bagaimana anatomi dari lumbal? 1b. Bagaimana etiologi dari nyeri pinggang? 2
Nyeri punggung yang menjalar ke kaki atau dikenal dengan skiatika, biasanya
disebabkan:
HNP / Hernia diskus (bantalan) Vertebra Lumbalis
Hernia diskus terjadi ketika inti diskus (nucleus pulposus) bocor keluar, atau
mengalamiherniasi, melalui membrane luar yang berserat (anulus) dan mengiritasi akar
saraf didekatnya. Herniasi diskus kadang-kadang disebut juga sebagai slipped disc,diskus
pecah, diskus menggembung, diskus menonjol, atau saraf terjepit, dan linu panggul
adalah gejala yang paling umum dari herniasi diskus pada lumbal.
Penyakit diskus degeneratif
Diskus degenerative adalah proses alami yang terjadi dengan penuaan, bagi
sebagianorang satu atau lebih diskus pada tulang belakang bergeser di daerah punggung
bawah juga dapat mengiritasi akar saraf dan menyebabkan nyeri linu panggul
(ischialgia).Penyakit diskus degeneratif didiagnosis bila diskus / bantalan dendi
mengalamikerusakan, kemudian mengalami inflamasi / peradangan sehingga mengiritasi
daerah di sekitarnya (termasuk akar saraf).
Spondylolisthesis isthmic
Kondisi ini terjadi ketika terjadi fraktur / patah / retak pada vertebral yangmenyebabkan
salah satu atau lebih ruas tulang vertebra bergeser ke depan (misalnya slip pada vertebra
L5 dan S1 vertebra). Dengan kombinasi hancurnya bantalan sendi, patahtulang, dan ruas
vertebral tergelincir ke depan, saraf bisa terjepit dan menyebabkan nyeri pinggang / linu
panggul
Lumbar spinal stenosis
Kondisi ini sering menyebabkan sciatica karena penyempitan kanal tulang
belakang.Lumbar spinal stenosis berkaitan dengan penuaan alami di tulang belakang dan
relatif umum pada orang dewasa di atas usia 60 tahun. Kondisi ini biasanya hasil
darikombinasi satu atau lebih dari berikut ini: facet joint mengalami pelebaran,
pertumbuhan berlebih dari jaringan lunak, dan penggembungan bantalan sendi
yangmenyebabkan tekanan pada akar saraf, menyebabkan nyeri pinggang / linu panggul.
c. Mekanisme dari nyeri pinggang dan menjalan ke kaki kiri? 3Nyeri pinggang dapat terjadi karena degenerasi diskus dan ligamentum
longitudinalis akibat “tarikan” karena trauma ringan yang terjadi secara berulang. Gejala
ini dapat terjadi akut dan berat setelah ada gerakan yang membebani pinggang. Bila
gejala radikuler telah terjadi akibat penekanan nukleus pada radiks seringkali HNP
menimbulkan gejala dan tanda dari iskhialgia yaitu nyeri yang disalurkan sepanjang
nervus iskhiadikus. Penekanan pada radiks ini dapat pula menyebabkan ganggung fungsi
motorik. Lokasi yang paling sering dari HNP lumbalis adalah L4-L5 lalu L5-S1
selanjutnya L3-L4. Secara klinis pada lesi dskogenik biasanya bersifat pegal difus,
lordosis lumbal sedikit mendatar, pergerakan tulang pinggang berkurang, skoliosis. Bila
sudah timbul protrusi nukleus dapat ditemukan nyeri tekan lokasi. Bila sudah
menimbulkan manifestasi radikuler dapat ditemukan sindroma kompres radiks seperti
yang dijelaskan di atas sesuai dengan kompresi radiksnya di mana sifat nyerinya tajam.
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang
merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio
atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada
radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada
daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air
sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus
hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi
kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan
molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus
yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa
robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan
berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural
dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.
Nyeri terjadi pada bokong dan menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai
bawah, dan tumit karena pada kasus ini terjadi penekanan n.ischiadicus akibat herniasi
nukleus pulposus di mana saraf ini mempersarafi regio cruralis dan pedis serta otot-otot
bagian di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh
persendian pada extremitas inferior.
Dari Vindy
d. Bagaiman hubungan jenis kelamin, usia, pekerjaan dengan keluhan? 4Tn. A bekerja sebagai karyawan bank swasta yang notabene nya terlalu sering bekerja
dalam posisi duduk dan immobilitas yang salah satunya menjadi faktor resiko timbulnya
keluhan sakit pinggang seperti itu.Secara umum pula faktor resiko berkaitan dengan
pekerjaan juga aktivitasmengangkat beban dengan membungkuk ke depan akan
menambah tekanan pada diskus intervertebralis dimana pada usia lanjut terjadi perubahan
kadar air dan perubahan menjadi jaringan fibrokartilago pada nucleus pulposussehingga
dengan adanya tekanan yang besar pada diskus intervetebralis, dapatdengan mudah
menyebabkan robeknya annulus fibrosus dan keluarnya nucleus pulposus yang menekan
radiks saraf L5 dengan dermatom area punggung bawah sehingga terjadi nyeri punggung
bawah.
2. Riwayat jatuh terududuk 2 tahun yang lalu a. Apa dampak jatuh terduduk 2 tahun yang lalu? 1
b. Hubungan keluhan dengan jatuh terduduk 2 tahun yang lalu 23. 2 hari yang lalu. Nyeri mula-mula terjadi setelah menurunkan koper dari kabin pesawat.
a. Bagian tubuh mana yang terlibat pada saat menurunkan barang? 3b. Hubungan dari menurunkan barang dengan keluhan sekarang 4
Hubungan antara aktivitas penderita (mengangkat barang berat) dengan timbulnya
gejala-gejala pada skenario, yaitu: mengangkat barang yang berat dengan posisi yang
salah merupakan salah satu faktor resiko nyeri pinggang bawah akibat kelainan pada
tulang belakang seperti Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP) adalah terjebol atau menonjolnya nukleus pulposus dari tempatnya semula. Salah
satu akibat trauma berulang pada diskus intervertebralis walaupun ringan dapat
menyebabkan robeknya anulus fibrosus. Diskus Intervertebrale atau bantalan tulang
belakang merupakan struktur yang kuat dan tidak menimbulkan rasa nyeri jika
pembungkusnya (annulus fibrosus) intak atau utuh. Pada trauma berulang berikutnya
robeknya tersebut dapat menjadi lebih lebar atau meluas dan di samping itu terjadi pula
robekan-robekan bersifat radial. Robeknya pembungkus diskus menyebabkan keluarnya
inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga tulang belakang. Hal tersebut dapat
menekan pembuluh darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri. Iritasi akibat
penekanan dari bantalan tulang tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri sampai
kelumpuhan dari saraf yang tertekan.
Os.lumbal merupakan sokoguru dari batang tubuh manusia. Sebagai suatu unit
struktural tulang belakang sangat terlibat dalam berbagai sikap tubuh yang terjadi sehari-
hari. Secara mekanika os.lumbal menerima beban tubuh yang besar baik dalam keadaan
diam maupun dalam resultan suatu gerak. Tulang Vertebra lumbalis ke 4, 5 dan sakrum
yang ke 1 merupakan titik tumpuan beban yang diterima tulang belakang.
4. Nyeri pinggang ini sering dialami tapi bersifat hilang timbul, Nyeri terasa ketika bersin atau batuka. Mekanisme nyeri hilang timbul 1
Nyeri bertambah berat saat duduk dan berkurang saat berdiri atau berjalan
menunjukkan adanya suatu herniasi diskus. Nyeri bertambah berat saat duduk karena
adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus protusio sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada
fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect). Selain itu, terjadi penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
b. Mengapa nyeri timbul ketika bersin/batuk? 25. Pemeriksaan fisik
a. Interpretasi dan mekanisme abnormal 3
Cara Penilaian Nyeri Informasi laporan-sendiri juga dapat diperoleh menggunakan berbagai cara penilaian nyeri. Perlu diingat, bahwa kedalaman dan kompleksitas cara-cara untuk penilaian nyeri ini bervariasi. Idealnya, cara-cara untuk penilaian ini mudah digunakan, mudah dimengerti oleh pasien, dan valid, sensitif serta dapat dipercaya. Tindakan untuk menentukan lokasi fisik dan tingkat keparahan nyeri adalah yang paling sering dilakukan. Padabeberapa kasus, 5 dimensi tambahan yang berkaitan dengan informasi diperlukan untuk mengetahui tingkat nyeri pasien dan efeknya terhadap kehidupan pasien: 1. Ketidakmampuan fisik yang disebabkan oleh nyeri, misalnya perubahan aktivitas kehidupan sehari-hari atau kemampuan merawat diri sendiri. 2. Aspek perilaku.kognitif nyeri, misalnya jumlah obat yang diperlukan, jumlah kunjungan ke dokter, penilaian perilaku nonverbal, dan identifikasi gejala neurotic. 3. Respon emosional nyeri, misalnya depresi dan kecemasan, yang dapat menurunkan ambang nyeri dan membuat pasien melaporkan tingkat nyeri yang lebih tinggi. 4. Akibat ekonomi nyeri, misalnya kemapuan bekerja untuk membayar pengobatan nyeri.
5. Informasi sosial budaya yang berkaitan dengan masalah litigasi, kemandirian pasien, kualitas hidup, dinamika keluarga dan tujuan-tujuan pasien.
Ada beberapa cara untuk membantu farmasis mengetahui akibat nyeri menggunakan cara dimensi tunggal atau multidimensi.
Cara dimensi tunggalSkala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri (Gambar 7-3). Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang myngkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap cm. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Farmasis dapat segera menggunakannya sebagai penilaian cepat pada hampir semua situasi praktek farmasi. Namun, pada periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri. Alternatif cara lain, selain VAS, adalah skala numerik verbal (Gambar 7-3). Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat
nyeri. Dua ujung ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri (Gambar 7-3). Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri. Berbagai cara dimensi tunggal dapat dibandingkan pada Tabel 7-4.
Gambar 7‐3 Cara‐cara penilaian nyeri dimensi tunggal.(A) Skala analog visual (VAS). (B) Skala numeric verbal. (C). Skala penilaian verbal.
VAS= 7 nyeri moderateMekanisme- Karena pengaruh usia jumlah proteoglikan menurun dan hidrasi juga menurun kemampuan nukleus menarik air berkurang struktur menjadi lebih kaku, daya pegas menurun ditambah pengaruh aktivitas (kesalahanmengangkat benda) memberi tekanan pada tulang belakang nukleus pulposus tertekan anulus fibrosus tidak mampu mempertahankan posisi nukleus prolaps penonjolan nukleus mengenai radix saraf (n. Ischiadicus) memacu respon inflamasi (IL-1, TNF-alfa) memacu produksi PGE2 nyeri dan terasa di sepanjang dermatom yang dipersarafi nervus ischiadicus (punggung bawah, bokong, daerah belakang kaki, dll)
6. Pemeriksaan neurologi a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal 4b. Bagaimana cara pemeriksaan (disertai gambar) - VAS 1
- Laseq 2
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya ketegangan pada saraf
spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan
ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes
ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising).
Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu
nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus.
Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.
Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada
herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita. Harus
diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun). Karena tanda Laseque tidak
patognomonis untuk suatu HNP, maka bila tidak dijumpai pada seseorang yang umurnya kurang
dari 30 tahun dengan sangat mungkin akan menyingkirkan diagnosis HNP.
a. Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama,
namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada
tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
b. Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque sign). Tes ini dapat
menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang mengalami iritasi ataupun kompresi, terutama
pada lumbal bagian tengah dan atas. Bila tes ini positif, maka dicurigai adanya ketegangan pada
radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada pasien yang terlungkup dengan jalan meng-
ekstensikan paha dimana lutut dalam keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur
pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena dengan lutut dalam keadaan fleksi dan
suatu tes yang positif akan menghasilkan nyeri pada paha medial atau anterior.
- Kernig sign 3Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap
paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, maka
dikatakan Kernig sign positif.
Pemeriksaan Kernig
- Posisikan pasien untuk tidur terlentang
- Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°)dengan tubuh, tungkai atas dan bawah pada
posisi tegak lurus pula.
- Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut
lebih dari 135° terhadap paha.
- Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, karena nyeri
atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang N.Ischiadicus, sehingga panggul ikut fleksi
dan juga bila terjadi fleksi involuter pada lutut kontralateral maka dikatakan Kernig sign
positif.
gambar pemeriksaan Tanda Kernig
- Reflex fisiologis KPR & APR 4
- Gangguan sensibilitas 1
7. Bagaimana cara penegakan diagnosis? (pemeriksaan penunjang) 2Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu:a. Pemeriksaan radiologi
1) Foto Polos 2) Foto dengan kontras, yaitu:
a) Mielografi b) Radikulografi c) Diskografi
3) MRI4) Scanning dengan radioisotop
b. Pemeriksaan laboratorium1) Pemeriksaan urin 2) Pemeriksaan darah:
a) Laju endap darah b) Hitung jenis
8. DD dan WD 3
a. Herniasi Nukleus Pulposus
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus pulposus akibat robeknya anulus
fibrosus yang disebabkan oleh trauma berulang pada diskus intervertebralis. Prosesnya dimulai
dari mengeringnya nukleus pulposus, sehingga berkerut, ligamen mengendor, sedangkan anulus
fibrosus menebal, sehingga harus menopang beban yang lebih berat dan mengalami degenerasi.
Diskus yang mengalami dehidrasi ini lama-kelamaan akan menipis dan menjadi rapuh. Pada
umumnya herniasi dari nukleus pulposus, atau ke luarnya "bubur" ini terjadi akibat cedera fleksi,
walaupun sebagian penderita tidak menyadari adanya trauma sebelumnya dan tidak mengetahui
faktor pencetusnya.
b. Spondilolisis
Spondilolisis adalah suatu defek berupa jaringan fibrosa yang terjadi pada lamina atau
arkus neuralis vertebra. Penyebabnya tidak diketahui. Diketahui terdapat faktor herediter. Tetapi,
diduga diakibatkan oleh fraktur stres atau merupakan suatu fraktur akibat cedera. Spondilolisis
sering terjadi pada vertebra lumbal bawah 85% pada vertebra Lumbal 5 dan 15% pada vertebra
Lumbal 4. Spondilolisis terjadi pada bagian terlemah dari arkus neuralis yaitu pada ismus yang
sempit (pars interartikularis) antara prosesus artikularis superior dan inferior. Insidens meningkat
dengan bertambahnya usia. Banyak ditemukan pada masa pertumbuhan dan ditemukan pada
10% orang dewasa. Nyeri timbul bila terjadi regangan pada jaringan fibrosa akibat trauma atau
strain kronik, biasanya asimptomatik. Pada pemeriksaan ditemukan Spasme otot ringan,
gangguan pergerakan tulang belakang, dan tidak ditemukan kelainan motorik atau sensorik.
Pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu istirahat, mengurangi aktivitas, pada nyeri kronik dapat
digunakan brace lumbosakral, bila sudut > 40° pada anak, dipasang brace, bila sudut > 60˚ pada
orang dewasa, dilakukan koreksi dengan operasi dan dilakukan fusi.
c. Spondilolistesis
Spondilolistesis adalah spondilolisis bilateral. Terapi pada spondilolistesis, yaitu terapi
konservatif seperti bedrest, fisioterapi, obat-obatan (NSAID dan pelemas otot), dan latihan
tulang belakang serta terapi operatif yakni fusi tulang belakang bila pergeseran lebih dari 50%.
d. Meralgia Paresthetica
Meralgia paresthetica adalah suatu kondisi yang ditandai oleh perasaan baal, nyeri, dan
terbakar pada bagian luar paha. Penyebab meralgia paresthetica adalah penekanan dari nervus
cutaneus femoralis lateral yang mensuplai sensasi pada permukaan kulit kaki bagian atas.
(L5-S1) yang menekan radiks saraf S1 dengan manifestasi iskialgia unilateral didasarkan atas
gejala pada scenario, yaitu penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki serta
tiga jari lateral kaki, reflex Achilles menurun, memberat terutama bila berjalan, dan berkurang
bila berdiri atau berjalan. Disertai nyeri radikuler sepanjang nervus iskiadikus dextra (nyeri
pada bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah, dan tumit) sejak lima
hari sebelum masuk rumah sakit (MRS).
Gejala yang dirasakan oleh penderita bersifat unilateral menunjukkan bahwa herniasi
nucleus pulposus ke arah posterolateral. Herniasi diskus antara L5 dan S1 lebih mempengaruhi
akar saraf S1 daripada L5 karena akar saraf di daerah lumbal miring ke bawah sewaktu keluar
melalui foramen saraf.
Pada kasus ini, kemungkinan besar terjadi kompresi saraf sacral 1 (S1) dibandingkan
kompresi saraf lumbal 5 (L5). Kompresi saraf S1 menyebabkan penurunan sensoris pada bagian
lateral tungkai bawah sampai ke jari lateral dan terdapat penurunan reflex Achilles. Hal ini
sesuai dengan gejala yang dialami oleh penderita yakni penurunan sensoris pada sisi lateral
tungkai bawah dan kaki serta tiga jari lateral kaki dan refleks Achilles menurun. Sedangkan
kompresi saraf L5 menyebabkan penurunan sensoris pada bagian lateral tungkai bawah sampai
ke jari medial (ibu jari) serta tidak terdapat penurunan reflex Achilles tetapi penurunan reflex
patella dan tarsal.
Spondilitis dan spondilolistesis tidak dapat dijadikan sebagai diagnosis utama karena
pada spondilitis dan spondilolistesis tidak terdapat penurunan sensoris dan motorik. Hal tersebut
tidak sesuai dengan gejala yang ditunjukkan oleh penderita dalam scenario. Selain itu, spondilitis
dan spondilolistesis lebih banyak terjadi pada masa pertumbuhan. Jadi, kemungkinannya sangat
kecil.
9. Etiologi 4
Tergantung triger sehingga dapat menyebabkan daya mekanik yang berat pada diskus seperti
mengangkat beban berat dengan posisi yang tidak benar, menarik beban yang berat maka hernia
nukleus pulposus dapat terjadi ke berbagai arah:
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya munculnya gejala yang
berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan penekanan medulla
spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu
pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan tertekannya
radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus vertebral dan
disebut dengan nodus Schmorl.
10. Epidemiologi 1
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi terbagi atas:
a. Protruded intervertebral disc, yaitu nukleus terlihat menonjol ke suatu arah tanpa kerusakan
anulus fibrosus.
b. Prolapsed intervertebral disc, yaitu nukleus berpindah tetapi masih tetap dalam lingkaran anulus
fibrosus.
c. Ekstruded intervertebral disc, yaitu nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah
ligamen longitudinalis posterior.
d. Sequestrated intervertebral disc, yaitu nukleus telah menembus ligamen longitudinalis posterior.
11. Factor resiko 2
12. Patofisiologi 3
Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Pada
diskus yang normal/sehat, bila mendapatkan tekanan maka nucleus pulposus akan menyalurkan gaya
tekan ke segala arah dengan sama besar. Penurunan kadar air nucleus mengurangi fungsinya sebagai
bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalurkan ke annulus secara asimetris sehingga
bisa terjadi cedera/robekan pada annulus dan timbul HNP (Bagan 1). Kandungan air diskus
berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia;
Schwartz, 1998). Selain itu, serat–serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut
berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP melalui annulus disertai penekanan akar
saraf spinalis.
Herniasi dapat bersifat protrusi, yakni keluarnya sebagian nucleus pulposus melalui celah
annulus fibrosus atau bersifat ekstrusi, yakni keluarnya seluruh nucleus pulposus sehingga terletak di
ruang epidural sebagai fragmen bebas (Ethical Digest No.52 Thn VI, Juni 2008).
Progresifitas Herniasi Diskus Secara Bertahap :
1. Degenerasi diskus : nucleus pulposus menjadi lemah akibat perubahan kimia dari diskus yang
dipengaruhi usia. Pada tahap ini tidak terjadi herniasi.
2. Prolaps : bentuk/posisi diskus mulai berubah. Herniasi/protrusi mulai terbentuk yang dapat
mendesak diskus vertebra.
3. Ekstrusi : gel like nucleus pulposus memecahkan dinding lemah dari annulus fibrosus tetapi
masih di dalam diskus.
4. Sequestrasi : nucleus pulposus memecahkan annulus fibrosus bahkan keluar dari diskus ke
kanalis spinalis.
Herniasi diskus intervertebralis dapat terjadi pada regio vertebra manapun dan dapat terjadi ke segala
arah. Regio lumbal merupakan bagian yang paling sering mengalami HNP. Herniasi ke arah
superior/inferior (sentral) melalui lempeng kartilago masuk ke dalam corpus vertebra dinamakan
nodul schmorl. Herniasi paling sering terjadi ke arah posterolateral karena nucleus pulposus
cenderung terletak lebih di posterior. Karena akar saraf di daerah lumbal miring ke bawah sewaktu
keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara L5 –S1 lebih mempengaruhi akar saraf S1
daripada L5, begitu pula dengan L4 – L5 (Hartwig, MS,Wilson LM,2006)
Sebagian besar HNP terjadi pada L4 – L5 dan L5 –S1 karena :
1. Daerah lumbal, khususnya L5 – S1 berfungsi sebagai penyangga berat tubuh.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
3. Daerah lumbal terutama L5 – S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
4. Daerah lumbal, terutama L4 –L5 dan L5 –S1,karena di daerah tersebut terjadi transisi dari
segmen yang lebih banyak bergerak ke segmen yang kurang bergerak.
Herniasi diskus servikalis lebih jarang dibanding herniasi diskus lumbalis, biasanya mengenai satu
dari tiga akar servikalis bawah. Herniasi diskus servikalis berpotensi menimbulkan kelainan serius,
dan dapat terjadi kompresi medulla spinalis, bergantung pada arah penonjolan. Herniasi lateral diskus
servikalis biasanya menekan akar di bawah ketinggian diskus. Misalnya, diskus C5 – C6 menekan
akar saraf C6, dan diskus C6 – C7 mengenai akar C7 (Schwartz, 1998)
13. Pathogenesis 414. Manifestasi klinis 1
1. Beberapa manifestasi klinis kompres radiks, yaitu:
a. Kompresi radiks L3:
l) Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
2) Kelemahan Kuadrisep femoris
3) Refleks tendon patella (RTP) menurun
b. Kompres radiks L4:
l) Daerah nyeri dan hipestesia samping panggul, samping paha sampai ke samping lutut.
2) Kelemahan m. Kuadrisep femoris.
3) RTP menurun.
4) Tanda lasseque positif pada 50 persen penderita
c. Kompres radiks L5
l) Daerah nyeri/hipestesia sepanjang samping tungkai sampai ibu jari kaki
2) Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah.
3) Tanda lasseque positif
d. Kompres radiks S1:
l) Daerah nyeri/hipestesia sepanjang samping tungkai sampai samping kaki.
2) Refleks tendon achikles (RTA) menurun.
3) Tanda lasseque menurun.
Gejala Klinis Gejala klinis HNP berbeda-beda tergantung lokasinya. HNP di daerah leher
lazimmenimbulkan gejala berupa nyeri saat leher digerakkan, nyeri leher di dekat telinga
atau disekitar tulang belikat, dan nyeri yang menjalar ke arah bahu, lengan atas, lengan
bawah dan jari-jari. Selain nyeri, juga dapat ditemukan rasa kesemutan dan tebal di daerah
yang kurang lebih sama dengan rasa nyeri tersebut.
Di daerah punggung bawah, gejala klinis HNP menyerupai HNP leher. Rasa nyeri terasa
di daerah pinggang, pantat dan menjalar ke arah paha, betis dan kaki. Seringkali jugaterasa
sensasi kesemutan dan tebal pada salah satu atau kedua tungkai bawah.Gejala-gejala HNP
tersebut lazim timbul perlahan-lahan dan semakin terasa hebat jikaduduk atau berdiri dalam
waktu lama, pada waktu malam hari, setelah berjalan beberapa saat,pada saat batuk atau
bersin, serta ketika punggung dibungkukkan ke arah depan. Gejala klinis pada setiap pasien
berbeda-beda tergantung pada lokasi dan derajatnya.
HNP pada punggung bawah di daerah yang disebut L1-L2 dan L2-L3 menyebabkan nyeri
dan rasa tebal pada sisi depan-samping luar paha. Juga dapat terjadi kelemahan otot-otot
untuk menggerakkan sendi paha ke arah perut. HNP di daerah ini jarang terjadi dibanding
daerah punggung bawah yang lain.
HNP di daerah L3-L4 menimbulkan nyeri di daerah pantat, sisi samping luar paha dan
sisi depan betis. Rasa tebal atau kesemutan dapat dirasakan pada sisi depan betis.Di daerah
L4-L5, HNP menyebabkan nyeri di daerah pantat, sisi belakang paha, sisidepan-samping luar
betis dan punggung kaki. Rasa kesemuatan terasa di daerah depan-samping luar betis sampai
ke daerah punggung kaki.
Sementara HNP L5-S1 mengakibatkan nyeri di daeran pantat, sisi belakang paha dan
betis sampai ke tumit serta telapak kaki. Rasa tebal dan kesemutan terasa di daerah betis
sampai telapak kaki. HNP di kedua daerah ini(yaitu, L4-L5 dan L5-S1) paling sering terjadi.
Pada kasus yang ektrem, HNP di daerah punggung bawah dapat menyebabkan penekanan
sekelompok serabut saraf yang disebut “kauda equina” (bahasa latin yang berarti “ekor
kuda”). HNP ini disebut sebagai “sindrom kauda equina” dengan gejala-gejala
nyeri,kesemuatan, rasa tebal, serta kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai. Gejala-gejala
tersebut juga disertai ketidak-mampuan menahan kencing (mengompol) dan buang air besar.
Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang serius dan gawat, serta membutuhkan tindakan
pembedahan secepatnya.
15. Tatalaksana ( farmako dan non farmako) 2-umum-khusus (farmako dan non farmako)-bila gaga lap ayang harus dilakukan?
a. Konservatif
1) Fase Akut, yaitu bedrest, tidur memakai alas keras, injeksi epidural dengan prokain 0,5% ,
memakai jaket plaster, dan traksi.
2) Fase subakut dan kronik, yaitu fisioterapi, latihan tulang belakang korset dan penyangga, dan
traksi lumbal intermiten.
b. Operatif
Penatalaksanaan dengan operasi dilakukan apabila terapi konservatif tidak berhasil atau telah
terjadi:
1) Kelainan pada kauda ekuina
2) Analgesia pelana pada bokong dan perineum
3) Kelemahan otot progresif
4) Skiatika dengan gejala neurologik menetap lebih dari 6 minggu
5) Lesi dengan kelainan bawaan atau spondilolistesis hebat
Sebagian besar HNP dapat diobati dengan pengobatan tanpa operasi, terutama jika ditemukan secara dini. Kasus yang telah lama dan berat biasanya memerlukan tindakan operasi. Pengobatan non-bedah meliputi istirahat berbaring jika nyeri benar-benar berat. Istirahat sebaiknya tidak lebih dari 2 hari karena jika lebih lama akan memperlemah otot-otot punggung. Selain istirahat, nyeri dapat dikurangi dengan obat-obat anti nyeri. Fisioterapi sangat bermanfaat, khususnya pada keadaan nyeri akut (mulai timbul atau bertambah berat secara mendadak). Fisioterapi dapat berupa diatermi untuk membuat otot punggung rileks dan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) untuk mengurangi nyeri. Senam punggung untuk memperkuat otot punggung (lihat artikelNyeri Punggung (Bagian I) Gambar 5 dalam “bGKMI” edisi sebelumnya) sangat bermanfaat mengurangi nyeri. Traksi (tarikan punggung dengan beban) tidak dianjurkan untuk HNP.Para ahli sepakat
bahwa waktu yang diperlukan untuk menilai apakah pengobatan non-bedah berhasil atau tidak adalah 3-6 minggu. Jika tidak berhasil, maka pembedahan perlu dilakukan untuk menyembuhkan HNP. Jadi operasi perlu dilakukan jika telah dilakukan pengobatan non-bedah selama paling lama 6 minggu dan tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Pembedahan juga perlu dilakukan pada HNP yang sudah terjadi bertahun-tahun, apalagi bila telah terjadi kelemahan pada otot-otot anggota gerak agar tidak terjadi kelumpuhan yang lebih berat. Operasi pada HNP dilakukan untuk mengambil bantalan ruas tulang belakang yang menonjol sehingga menghilangkan penekanan dan jepitan pada saraf tulang belakang (Gambar 5). Hasil operasi yang dilakukan secara dini lebih baik dibanding operasi yang dilakukan terlambat, terutama apabila telah terjadi gangguan saraf yang berat, seperti kelemahan dan kelumpuhan anggota gerak.
Gambar Operasi pengambilan HNP.
16. Pencegahan 3Menghilangkan resiko untuk terjadinya HNPPenyebab
HNP terjadi akibat keluarnya nukleus pulposus dari dalam bantalan tulang belakang.HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun juga banyak dialami oleh para orang tua.Ada tiga faktor yang membuat seseorang dapat mengalami HNP, yaitu (1) gaya hidup,seperti merokok, jarang atau tidak pernah berolah raga dan berat badan yang berlebihan, (2)pertambahan usia, dan (3) memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitumembungkuk dan tidak tegak.Ketiga faktor tersebut, apabila ditambah dengan cara mengangkat benda yang keliru,yaitu cara mengangkat benda di mana punggung membungkuk ke depan meningkatkan resikoseseorang mengalami HNP, karena tekanan yang diterima oleh bantalan tulang belakang akanmeningkat beberapa kali tekanan normal.
Cara mengangkat yang benar adalah dengan jalan menekuk lutut ke arah depan,sementara punggung tetap dipertahankan dalam posisi tegak, tidak membungkuk. Parapekerja kasar atau yang banyak menggunakan otot-otot punggung untuk bekerja memilikiresiko yang lebih besar mengalami HNP
17. Prognosis 4Harapan untuk penderita radikulopati adalah bagus. Mayoritas pasienmemberikan respon yang baik untuk opsi terapi konservatif. Dan pasien yangmembutuhkan pembedahan juga memberikan respon yang bagus juga.Quo vitam ad bonamQuo fungsionam ad bonam18. KDU 1
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina.
HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).
II. ANATOMI FISIOLOGI
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
1.8 pasang saraf cervical.
2.15 pasang saraf thorakal.
3.5 pasang saraf lumbal
4.5 pasang saraf sacral
5.1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
III. ETIOLOGI
1.Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2.Spinal stenosis.
3.Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4.Pembentukan osteophyte.
5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
V. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Laboraturium
-Daerah rutin
-Cairan cerebrospimal
2.Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3.CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
4.MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi.
5.Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum pembedahan
6.Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
7.Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8.Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.
V. KOMPLIKASI
1.RU
2.Infeksi luka
3.Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
VI. PENATALAKSANAAN MDI
1.Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a.Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
b.Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
c.Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
d.Terapi panas dingin.
e.Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
f.Terapi diet untuk mengurangi BB.
g. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
1.Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
2.Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.
3. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long, 1996).
4.Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.