Sri Handayani1102011264Memahami dan Menjelaskan Standar
Pemeriksaan Kedokteran Keluarga
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien
mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk
dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang
diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga
melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu
menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan
efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis
kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan
diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan
prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan,
serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan
konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien
(dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau
berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga
lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau
berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan
untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik
dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien. 9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan
tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan
dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya
dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang
sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan
berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter
keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling
keluarga.
Memahami dan Menjelaskan Managemen Klinik Dokter keluarga
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggrakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan,
serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu
pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)Karakteristik program menjaga
mutu ada empat macam :
1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan.
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali,
tetapi harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat
berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut dengan
nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality
improvement program).2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan
secara simpatis. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus
mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang
dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya
penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan
penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan
sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni
lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif.
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu
menetapkan masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar
data yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah
berbagai standar dan indikator.
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan
yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.
Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut pula
sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).Unsur
program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud
:
1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk
kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode
etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.2)
Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan
empat hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk
dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.b. Unsur
lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan
kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur
organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang
diterapkan.c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di
sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan.
Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama,
tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai
dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non medical
procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan
medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran
adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua
macam :a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti
misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau
kematian.Penampilan aspek non medis (non mediacal performance)
seperti misalnya kepuasan dan keluhan pasienMemahami dan
menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran
keluarga
1. Sumber-sumber dana pada klinik kedokteran keluarga
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun
secara garis besar berasal dari :a) Bersumber dari anggaran
pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan
karena memerlukan dana yang sangat besar.b) Bersumber dari anggaran
masyarakat. Dapat berasla dari individu ataupun perusahaan. Sistem
ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara
mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan
alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya
pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan
kesehatan tersebut.
c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan
kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya
dari organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. misalnya
untuk penanganan HIV dan virus H5N1.
d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini
banyak diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang
dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
2. Mekanisme Pembayaran
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Jumlah dana untuk kesehatan
harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan
berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas2.
Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan
dan keluarga miskin3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan
upaya kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna
dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik
berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap4. Pemberdayaan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara aktif
dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan
dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan)
untuk kepentingan kesehatan5. Pada dasarnya penggalian,
pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan
pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan
(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu3. Jenis sistem
pembiayaan
Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain
:1. Penataan Terpadu (managed care)Merupakan pengurusan pembiayaan
kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan. Pada saat ini
penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan
program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed
care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih
efisien.Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat
berhasil baik, antara lain:a. Para pekerja dan keluarganya yang
ditanggung perusahaan harus sadar bahwa kesehatannya merupakan
tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab individu.
Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.b. Para pekerja harus menyadari bahwa
managed care menganut sistem rujukan.c. Para pekerja harus
menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya obat
yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu
memerlukan life saving.d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus
dilakukan2. Sistem reimbursementPerusahaan membayar biaya
pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan
terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang
dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis
layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan.3.
AsuransiPerusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam
upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan
agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup
seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif
dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya
kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja
dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).4. Pemberian
Tunjangan KesehatanPerusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya
memberikan tunjangan kesehatan atau memberikan biaya kesehatan
kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit
tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk
mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya
adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan
lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal hal
lain yang malah merugikan kesehatannya.5. Rumah Sakit
PerusahaanPerusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan
lebih diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk
keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya.
Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus
menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu
dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan
kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa
lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain.
Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas
dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima
fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk
membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.Secara universal,
beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia
:
Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)Asuransi ini
memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan
berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak
untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.
Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :
a) Keikutsertaan bersifat wajib
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh
pemberi kerja dan tenaga kerja
f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi
didasarkan pada resiko kelompok
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya
asuransi kesehatan sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di
Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun
dikelola oleh PT. Askes Asuransi Kehatan Komersial Perorangan
(Private Voluntary Health Insurance)Model asuransi kesehatan ini
juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh
individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja
sebagai berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar
jenis tanggungan yang dipilih
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh
faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
e) Santunan diberikan sesuai kontrak
f) Peranan pemerintah relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh
Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya
Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary
Health Insurance)Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompokb) Iuran
/ preminya dibayar berdasarkan atas angka absolutc) Perhitungan
premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakatd) Santunan diberikan sesuai kontrake) Tidak diperlukan
pemeriksaan awalf) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat
undang-undang
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT.
Askes
Tujuan pembiayaan kesehatan
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Pokok utama dalam
pembiayaan kesehatan adalah:a) Mengupayakan kucukupan dan
kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat dan daerahb)
Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan
pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok
miskin dan rentan melalui pengembangan jaminanc) Peningkatan
efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatanMemahami dan
Menjelaskan Sistem RujukanDefinisiSistem rujukan ialah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga
masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan
laboratorium, dan sebagainya.
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan
suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter
kepada dokter lainnya yang lebih ahli.Secara garis besar rujukan
dibedakan menjadi 2, yakni : Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan
pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan:
untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan
pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau
sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pel. kes. Yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of
specimens)Pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari
strata pelayanan kesehatan yangkurang mampu ke strata yang lebih
mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.
Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Tujuan: untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang
ada di masyarakat.
1. Rujukan tenaga,
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
2. Rujukan saranaPengiriman berbagai peralatan medis/ non medis
dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah
kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
3. Rujukan operasionalPelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
Rujukan kesehatan:
Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat
Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan
Jalur: Dinas Kesehatan secara bertingkat2 Karakteristik
a. Ruang lingkup kegiatanKonsultasi memintakan bantuan
profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan
tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi
kepada pihak ketigab. Kemampuan dokterKonsultasi ditujukan kepada
dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan
hal ini tidak mutlak.c. Wewenang dan tanggung jawabKonsultasi
wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.3. Manfaata) Dari sudut pandang
pemerintah sebagai penentu kebijakan Membantu penghematan dana,
karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada
setiap sarana kesehatan.
Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat
hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan
b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai
akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan
kerjasama
Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu
4. Tata Cara
Dasar: Kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati
bersama, dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan
kesehatan yang berlaku
Tata cara konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat,
form khusus, catatan di rekam medis, formal/ informal lewat
telfonc. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Tata cara rujukan
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg
meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab
masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut
menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus
saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk
selamanya4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan,
dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran
USU
Memahami dan Menjelaskan Sistem Pembiayaan Kesehatan dalam
Syariah IslamPengertian
Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk
pengertian riayatus suun (pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh
negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya
ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di
tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah
(swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu.
Nabi saw Bersabda : Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia
bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al-Bukhari). Tidak
terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan
mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan
layanan kesehatan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara
(Khilafah). Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik,
laboratorium medis, apotik , pusat dan lembaga litbang kesehatan,
sekolah kedokteran , apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya
yang menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana
kesehatan dan pengobatan lainnya.Semua pelayanan kesehatan dan
pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan syariah. Juga harus
memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3
(tiga) prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan
masyarakat dalam sistem Islam: pertama, sederhana dalam peraturan
(tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga,
profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang
kompeten dan amanah
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut
sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi
bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan
semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu
sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai
sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan
kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri
wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk
al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).
Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian
memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan
janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan
maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan
dosa, padahal kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin
terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu
sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih
sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan
menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.Sistem Pembiayaan
Kesehatan Dalam Islam
Asuransi Syariah (Takaful)
1) Arti Kata Takaful
Secara bahasa, takaful ( ) berasal dari akar kata ( ) yang
artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara
seseorang. Dalam Al-Qur'an tidak dijumpai kata takaful, namun ada
sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam :
QS. Thoha/ 20 : 40
"(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia
berkata kepada (keluarga Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan
kepadamu orang yang akan memeliharanya?"
QS. Annisa/ 04 : 85 :
"Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia
akan memikul bahagian (dosa) daripadanya.."
Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/
pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat.
a. Cikal Bakal Asuransi Syariah
b. Al-Aqila ( )
Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya.
Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain,
pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai
konpensasi saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari
pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu)
yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan
tidak sengaja.
c. Al-Muwalah ( )
Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak
memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju
untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut
melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka
penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli
warisnya.
Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk
pengertian riayatus suun(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh
negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya
ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di
tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah
(swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu.
Nabi saw Bersabda: Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia
bertanggung jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari).
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut:
Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang
melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk
mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara
syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek
asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus
jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong
(takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli
atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli
didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang
diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang
diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan
adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan.
Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas,
berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi
utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah
yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang
pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi
yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia. Jika
peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila
peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan
akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat
karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan
dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa
besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk
non-saving).
Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling
kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang
didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia
seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang
tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan
rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika
tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan
tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua
belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak
menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu
pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan
suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama
berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat
secara hukum.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad
takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila
ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para
ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan
Allah dalam praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik
perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi
syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal)
dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim
menjadi milik perusahaan.
Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang
artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut
mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana
kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang
mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam
rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh
sesama peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena
musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat
balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan
dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka
Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving
maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari
unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan
sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada
asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada
unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta
sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana
tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara
penuh.
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi
konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan
qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli
Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena
adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila
pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir
polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka
ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak
mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi
konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang
karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil
risiko oleh perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf
mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu
tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan
asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab
keuntungan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak
/sedikitnya klaim yang dibayarkannya.
Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam
riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta,
dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi
konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi
wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan
serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus
dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam
peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem
bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan
syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk
investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang
yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu
bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian
riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda
kepada mereka semua sama."(HR Muslim)
Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika
seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan
diri sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa
kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena
kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka
premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional
akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi
terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal.
Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan
jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus.
Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah
melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada
yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus,
karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk
asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal
mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat
diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai
dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada
asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak
terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian
dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai
kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan
pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak
hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.
Pandangan islam mengenai asuransi kesehatan
Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah
satu ikhtiar untuk mengahadapi masa depan dan masa tua. Namun
karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan secara tegas dalam
nash, maka masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi, yaitu
masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya perbedaan
pendapat sukar dihindari. Ada beberapa pandangan atau pendapat
mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam :
1) Asuransi itu haram dalam segala bentuknya, temasuk asuransi
jiwa. Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah
al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil
al-Muthi (mufti Mesir). Alasannya :
a. Asuransi sama dengan judi.
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten.
d. Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis,
apabila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang
premi yang sudah dibayar atau dikurangi.
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam
praktek-praktek riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang
tidak tunai.
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama
halnya dengan mendahului takdir Allah.
2) Asuransi konvensional diperbolehkan. Pendapat kedua ini
dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru
besar Hukum Islam Fakultas Syariah Universitas Syria), Muhammad
Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm Universitas Cairo Mesir), dan
Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa
Ahkamuha). Mereka beralasan :
a. Tidak ada nash (al-Quran dan Sunnah) yang melarang
asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab
premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek
yang produktif dan pembangunan.
e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Taawuniyah).
g. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun
seperti taspen.
3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat
komersial diharamkan. Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh
Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas
Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama
dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan
alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial
(boleh).Memahami dan Menjelaskan Adab Dokter Merawat Pasien Sakit
Menurut IslamAdab-adab yang bersifat khusus diantaranya:
a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah
dan tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali
dalam kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang
lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan
menutup (aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan
Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan
mendo'akannya.
Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa,
insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan
di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut,
sembuhkanlah, Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali
kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. "
(HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang
menyembuhkan hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada
Allah, bukan kepada dokter.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah
(seorang dokter ahli) :
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani
yang sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak
sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya
terkandung bahan-bahan yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk
memuliakan manusia.
Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau
petugas kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien,
namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk
dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah
pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah,
telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah
ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman
:
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) :
119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan,
seperti menjual obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan
perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas
kesehatan lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni
pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui
orang itu ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)."
(HR. Abu Dawud 4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia
sehingga diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah
dalam setiap aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan
oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa
yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan
melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).
Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki
seorang dokter adalah :
1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan
tanpa ditemani mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus
terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.
2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan
mahramnya atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk
kepentingan pengobatan.
3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi
genting maka tidak mengapa ia menjama' dua shalat.
4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti
mencukur jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap
dengan dokter atau perawat wanita.
Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang
perlu diketahui oleh para petugas kesehatan tentang rumah sakit,
klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :
1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi
laki-laki maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah
sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah
sakit terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di
tembok atau dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah
sakit karena itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit
menular dengan yang tidak menular, demikian pula agar para
pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien tersebut sehingga
penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan
sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat." (HR.
al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau
tentang wabah penyakit menular :"Jika kalian mendengar (ada wabah)
di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR.
al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).
6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat
atau membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi
wasalam : "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan
kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144,
Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).
7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk
menghadap kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah
sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu
memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat." (HR.
ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh
al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam
ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).Adab
pemeriksaan terhadap pasien
Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter
perempuan) dengan dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan menyentuh)
seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit,
dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang
badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak
memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan
maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh
dan memandang tidak ada masalah.
Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya
dengan memandang saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang
bukan mahramnya tersebut maka dokter harus mencukupkan dengan
memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan
lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal
memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga
berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.
Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan
terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus memberikan
pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya. Namun harus
tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang
haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya
bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan
hanya berdua didalam kamar pengobatan.
Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan:
Seorang lelaki buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki
rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah
mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung
tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa
engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau
berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan
dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita.
Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi
bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah
Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah
SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat
119:
"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang
membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak
diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk
pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat,
tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak
berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak
bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah
terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda
jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak
berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang
periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk
pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan,
dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun
sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau
wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik
untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum
Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenisAllah berfirman:
Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada
wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaanRasulullah saw bersabda: Janganlah seorang
laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama
mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenisDi dalam sebuah hadits, Aisyah ra
berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh
tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia
kepada pemimpin). (HR. Bukhari)Hal ini karena menyentuh lawan jenis
yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan
di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang
ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan
sanad hasan)18