BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1. Menetapkan kriteria 2. Memberikan bobot masalah 3. Menentukan skoring tiap masalah 37
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
DAN PENYEBAB MASALAH
2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas
karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus
dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan
Penjaringan yang diangkat, maka didapatkan sebelas permasalahan. Adapun
masalah tersebut meliputi:
1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kebon
Kacang periode Januari –Agustus 2013 sebesar 54,8% kurang dari target > 70
%.
2. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Karet
Tengsin periode Januari –Agustus 2013 sebesar 50% kurang dari target > 70 %.
37
3. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan
Petamburan periode Januari –Agustus 2013 sebesar 55,6%. kurang dari target >
70 %.
4. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kebon Melati periode Maret-
Agustus 2013 sebesar 68,5%. kurang dari target > 80%.
5. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Maret-
Agustus 2013 sebesar 66,7%. kurang dari target > 80%.
6. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Maret-
Agustus 2013 sebesar 72,8% lebih dari target > 80%.
7. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Gelora periode Maret-Agustus
2013 sebesar 64,5%. kurang dari target > 80%.
8. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang periode Juli-
Agustus 2013 sebesar 59%. kurang dari target > 85%
9. Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Tanah
Abang periode Januari-Agustus 2013 sebesar 12% lebih dari target <10 %
10. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 4,23% lebih dari target < 4%
11. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Melati periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 4,23% lebih dari target < 4%
12. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Bendungan Hilir
periode Januari-Agustus 2013 sebesar 4,22% lebih dari target < 4%
13. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 4,22% lebih dari target < 4%
14. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Petamburan periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 5,5% lebih dari target < 4%
15. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 7,09% lebih dari target < 4%
16. Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Gelora periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 4,23% lebih dari target < 4%
17. Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Bendungan Hilir
Periode Januari- Agustus 2013 sebesar 0,004% lebih dari target 0%.
18. Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang
Periode Januari- Agustus 2013 sebesar 0,024% lebih dari target 0%.
38
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok,
oleh sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari
dua, yaitu :
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih
dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa
mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang
disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi
diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.
Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
2.1.2 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik
skoring antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1. Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness
39
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan
dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai
lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
B. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk
penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang
dipakai ialah :
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalens.
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate
masing- masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut.
4. Community and political concern
40
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran
masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia
C. METODE MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menim-
bulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Ada-
pun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut.
2. Greetest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain,
maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian
suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,
serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan
masalah tersebut.
4. Feasibility
41
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan
kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk
kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat
memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah
mendukung terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode
ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang
lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai
nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai
yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
EMERGENCY
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
42
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi,
argumentasi, serta justifikasi.
Nilai CFR dan Angka kematian:
1. CFR TB : 39%
2. CFR ISPA : 22,3%
3. CFR Diare : 8,2%
4. CFR Kusta : 0%
Tabel 2.1
Skala Score Emergency
Range (%) Score Range (%) Score
0 – 4.99 1 50 – 54.99 11
5 – 9.99 2 55 – 59.99 12
10 – 14.99 3 60 – 64.99 13
15 – 19.99 4 65 – 69.99 14
20 – 24.99 5 70 – 74.99 15
25 – 29.99 6 75 – 79.99 16
30 – 34.99 7 80 – 84.99 17
35 – 39.99 8 85 – 89.99 18
40 – 44.99 9 90 – 94.99 19
45 – 49,99 10 95 – 99.99 20
43
Tabel 2.2
Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (P2ML) yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas se-
Kecamatan Tanah abang Periode Januari - Agustus 2013
No Daftar Masalah Score1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang
periode Januari –Agustus 2013 sebesar 54,8%.
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin
periode Januari –Agustus 2013 sebesar 50%.
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Petamburan
periode Januari –Agustus 2013 sebesar 55,6%.
Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kebon Melati periode Maret-Agustus 2013
sebesar 68,5%.
Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Maret-Agustus 2013
sebesar 66,7%.
Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Maret-Agustus 2013
sebesar 72,8%.
Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Gelora periode Maret-Agustus 2013 sebesar
64,5%.
Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang periode Juli-Agustus
2013 sebesar 59%.
Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang
periode Januari-Agustus 2013 sebesar 12%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang periode Januari-
11
11
12
14
14
15
13
12
3
1
44
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
Agustus 2013 sebesar 4,23%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Melati periode Januari-
Agustus 2013 sebesar 4,23%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Bendungan Hilir periode
Januari-Agustus 2013 sebesar 4,22%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Januari-
Agustus 2013 sebesar 4,22%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari-
Agustus 2013 sebesar 5,5%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Januari-
Agustus 2013 sebesar 7,09%.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Gelora periode Januari-Agustus
2013 sebesar 4,23%.
Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Bendungan Hilir Periode
Januari- Agustus 2013 sebesar 0,004%.
Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang Periode Januari-
Agustus 2013 sebesar 0,024%.
1
1
1
2
2
1
1
1
Pada emergency, daftar masalah program P2ML didapatkan skor terbesar yaitu 15 pada Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kampung Bali periode Maret-Agustus 2013 sebesar 72,8%.
GREETEST MEMBER
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar
selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala pada Score Greetest Member
45
Score Range (%)Scor
eRange (%) Score Range (%)
1 0-2,99 13 36-38,99 25 72-74,99
2 3-5,99 14 39-41,99 26 75-77,99
3 6-8,99 15 42-44,99 27 78-80,99
4 9-11,99 16 45-47,99 28 81-83,99
5 12-14,99 17 48-50,99 29 84-86,99
6 15-17,99 18 51-53,99 30 87-89,99
7 18-20,99 19 54-56,99 31 90-92,99
8 21-23,99 20 57-59,99 32 93-95,99
9 24-26,99 21 60-62,99 33 96-98,99
10 27-29,99 22 63-65,99 48 99-101,99
11 30-32,99 23 66-68,99
12 33-35,99 24 69-71,99
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score
dari satu sampai 48 dengan jarak tiap range sebesar dua koma sembilan puluh
sembilan agar mendapatkan nilai greetest member yang bervariasi.
Tabel 2.4 Daftar masalah program P2ML di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Penjaringan periode Januari – Desember Tahun 2012
No Program dan Kegiatan Cakupan Target Selisih Score
1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kebon Kacang periode Januari –Agustus 2013 sebesar
54,8 % > 70 % 15,2 6
2. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Karet Tengsin periode Januari –
50 % > 70%. 20 7
46
Agustus 2013
3.
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Petamburan periode Januari –
Agustus 2013
55,6% > 70%. 14,4 5
4.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kebon
Melati periode Maret-Agustus 2013 68,6% >80 % 11,4 5
5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Karet
Tengsin periode Maret-Agustus 2013 66,7% >80% 13,3 5
6Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Kampung
Bali periode Maret-Agustus 2013 72,8% >80% 7,2 3
7Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Gelora periode Maret-Agustus 2013
64,5 % >80% 15,5 6
8.Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan
Tanah Abang periode Juli-Agustus 2013 59% >85% 26 9
9.Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang periode Januari-Agustus 2013
12% <10 % 2 1
10.Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan
Kebon Kacang periode Januari-Agustus 2013 4,23% < 4% 0,23 1
11.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan
Kebon Melati periode Januari-Agustus 2013 sebesar
4,23% lebih dari target < 4%
4,23% < 4% 0,23 1
12.Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan Bendungan Hilir periode Januari-Agustus 2013
4,22% < 4% 0,22 1
13.Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang periode Januari-Agustus 2013
12% <10 % 2 1
14.Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan
Petamburan periode Januari-Agustus 2013 5,5% < 4% 1,1 1
15.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Bali periode Januari-Agustus 2013 sebesar
7,09% lebih dari target < 4%
7,09% < 4% 3,09 2
16.
Jumlah Penderita Diare di wilayah Puskesmas Kelurahan
Gelora periode Januari-Agustus 2013 4,23% < 4% 0,23 1
17.Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan
Bendungan Hilir Periode Januari- Agustus 2013 0,004% 0%. 0,004% 1
18. Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan 0,024% 0%. 0,024% 1
47
Kebon Kacang Periode Januari- Agustus 2013
Skor Greetes Member terbesar didapatkan pada masalah Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Tanah Abang periode Juli-Agustus 2013 adalah 9.
3. EXPANDING SCOPE
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan yang memiliki
penduduk terbanyak sampai yang terkecil.
Tabel 2.5
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Nilai
Kecamatan Penjaringan = 34724 25
Kelurahan Pejagalan = 21648 20
Kelurahan Penjaringan I = 34984 30
Kelurahan Penjaringan II = 21235 15
Kelurahan Kamal Muara = 6396 5
Kelurahan Kapuk Muara = 15237 10
Kelurahan Pluit = 43802 35
Total se-Kecamatan Penjaringan = 178026 40
48
Tabel 2.6
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah
Luas Wilayah Nilai
Kecamatan Penjaringan = 1015 km2 30
Kelurahan Pejagalan = 712 km2 20
Kelurahan Penjaringan I = 782 km2 25
Kelurahan Penjaringan II = 637 km2 10
Kelurahan Kamal Muara = 679 km2 15
Kelurahan Kapuk Muara = 2172 km2 35
Kelurahan Pluit = 592 km2 5
Total se-Kecamatan Penjaringan = 6589 km2 40
Tabel 2.7
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
Nilai Lintas Sektor
5 Tidak ada keterpaduan lintas sector
10 Ada keterpaduan lintas sector
49
Tabel 2.8
Penentuan Score Expanding Scope Program P2ML di Wilayah Puskesmas
se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari - Deptember 2012
NO DAFTAR MASALAHJumlah
PendudukLuas
WilayahLintas
SektoralJumlah
1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan periode Januari – Desember 2012 sebesar 13%.
40 40 10 90
2. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode Januari - Desember 2012 sebesar 33 %.
25 30 10 65
3. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari - Desember 2012 sebesar 66,6%.
30 25 10 65
4. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode Januari - Desember 2012 sebesar 66,6%.
15 10 10 35
5. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode Januari - Desember 2012 sebesar 75%.
5 15 10 30
6. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara periode Januari – Desember 2012 sebesar 40%.
10 35 10 55
7. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
25 30 10 65
8. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Pejagalan periode Januari - Desember 2012 sebesar 75%.
20 20 10 50
9. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari - Desember 2012 sebesar 75%.
30 25 10 65
10. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode Januari - Desember 2012 sebesar 66%.
15 10 10 35
11. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
5 15 10 30
12. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara
35 10 10 55
50
periode Januari – Desember 2012 sebesar 40%.
13. Angka Incidence Rate Kasus Diare pada BALITA di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari - Desember 2012 sebesar 11,5 %
40 40 10 90
14. Angka Penggunaan oralit di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode Januari – Desember 2012 sebesar 85,2%
5 15 10 30
15. Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Penjagalan Periode Januari- Desember 2012 sebesar 0,004%.
20 20 10 50
Nilai expanding scope terbesar pada program pengendalian penyakit menular
langsung periode Januari – Desember 2012 adalah CDR di Puskesmas se-
Kecamatan Penjaringan dan Angka Incidence Rate Kasus Diare pada BALITA di
Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan 90.
4. FEASIBILITY
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria
kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian
terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu
permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan
penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap
jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing – masing
wilayah Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah
penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
51
Tabel 2.9
Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan
Periode Januari – Desember 2012
No PuskesmasJumlah Tenaga
KesehatanJumlah
PendudukPerbandingan Score
1 Kecamatan Penjaringan 24 34724 1 : 1446 2
2 Kelurahan Pejagalan 10 21648 1 : 2164 3
3 Kelurahan Penjaringan I 4 34984 1 : 8746 7
4 Kelurahan Penjaringan II 3 21235 1 : 7078 6
5 Kelurahan Kamal Muara 7 6396 1 : 913 1
6. Kelurahan Kapuk Muara 6 15237 1 : 2539 4
7. Kelurahan Pluit 4 43802 1 : 10950 8
Total se-Kecamatan Penjaringan
58 178026 1 : 3069 5
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan
untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan
cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap
kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang
dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.
52
Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan
ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada
namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari
kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi
nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat
datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila
tidak tersedia dan diberi nilai nol.
Tabel 2.10
Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Penjaringan Periode Januari – Desember 2012
Kategori Ketersediaan Score
Tempat
Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
Alat/ Obat
Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan
Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu “tidak ada”, “cukup” dan “kurang”.
Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala
Puskesmas terkait.
Tabel 2.11
Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-
Kecamatan Penjaringan Periode Januari – Desember 2012
Dana Score
Tidak ada 0
53
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
Tabel 2.12
Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari – Desember 2012
NO DAFTAR MASALAH SDMFASILITAS
DANA JUMLAHAlat/Obat Tempat
1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan.
51 1 1 8
2. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan . 2 1 1 1 5
3. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I 7 1 1 1 10
4. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II 6 1 1 1 9
5. Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara 1 1 1 1 4
6Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara
41 1 1 7
7
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
21 1 1 5
8.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Pejagalan periode Januari - Desember 2012 sebesar 75%.
31 1 1 6
9. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari - Desember 2012
71 1 1 10
54
sebesar 75%.
10.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode Januari - Desember 2012 sebesar 66%.
61 1 1 9
11.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
11 1 1 4
12.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara periode Januari – Desember 2012 sebesar 40%.
41 1 1 7
13.
Angka Incidence Rate Kasus Diare pada BALITA di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan.
51 1 1 8
14.Angka Penggunaan oralit di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara. 1 1 1 1 4
15.Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Penjagalan. 3 1 1 1 6
Feasibility tertinggi pada program P2ML periode Januari – Desember adalah
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I dan Angka
kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I dengan jumlah
10.
5.POLICY
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai
10. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas
55
dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan
tersebut di media elektronik diberikan nilai 15.
Tabel 2.13
Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari – Desember 2012
Parameter Score
Tidak ada kebijakan 0
Ada kebijakan 5
Tabel 2.14
Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan
Penjaringan Periode Januari - Desember 2012
Parameter Score
Penyuluhan 5
Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 10
Media Elektronik (TV, radio, internet) 15
Tabel 2.15
Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di Wilayah
Kecamatan Penjaringan Periode Januari – Desember 2012
No MasalahKebijakan Pemerintah
PenyuluhanMediaCetak
Media Elektronik
Jumlah
1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan.
5 5 10 0 20
2.Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan 5 5 10 0 20
3.Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I
5 5 10 0 20
4.Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II
5 5 10 0 20
5.Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara
5 5 10 0 20
6.Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara
5 5 10 0 20
7. Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan
5 5 10 0 20
56
Penjaringan periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
8.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Pejagalan periode Januari - Desember 2012 sebesar 75%.
5 5 10 0 20
9.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari - Desember 2012 sebesar 58,3%.
5 5 10 15 35
10.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode Januari - Desember 2012 sebesar 66%.
5 5 10 0 20
11.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode Januari - Desember 2012 sebesar 50%.
5 5 10 0 20
12
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara periode Januari – Desember 2012 sebesar 40%.
5 5 10 0 20
13.
Angka Incidence Rate Kasus Diare pada BALITA di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan.
5 5 10 0 20
14.Angka Penggunaan oralit di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara.
5 5 10 0 20
15.Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Penjagalan. 5 5 10 0 20
Skor policy terbesar adalah untuk masalah angka kesembuhan (CR) TB paru
di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari – Desember 2012 dengan
hasil sebesar 35.
Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil
penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan kedalam tabel penentuan
masalah program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot
masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.
Tabel 2.16
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan
57
Periode Januari - Desember 2012
No Kriteria BobotMS1 MS2 MS3
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 3 15 7 35 14 70
2 Greetest member 4 20 80 16 64 5 20
3 Expanding Scope 3 90 270 65 195 65 195
4 Feasibility 2 8 16 5 10 10 20
5 Policy 1 20 20 20 20 20 20
Jumlah 401 324 325
MS – 1 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan
Penjaringan periode Januari – Desember 2012 sebesar 13% kurang dari
target > 70 %.
MS –2 Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode
Januari - Desember 2012 sebesar 33 % kurang dari terget > 80 %.
MS –3 Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode
Januari - Desember 2012 sebesar 66,6% kurang dari target yaitu > 80 %.
Tabel 2.17
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 4-MS 6 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode Januari-Desember 2012
No Kriteria BobotMS4 MS5 MS6
N BN N BN N BN
58
1 Emergency 5 14 60 16 80 9 45
2 Greetest member4 5 20 2 8 14 56
3 Expanding Scope3 35 105 30 90 55 165
4 Feasibility2 9 18 4 8 7 14
5 Policy 1 20 20 20 20 20 20
Jumlah 223 206 300
MS – 4 Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode
Januari - Desember 2012 sebesar 66,6% kurang dari target yaitu > 80 %.
MS – 5 Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode
Januari - Desember 2012 sebesar 75% kurang dari target yaitu > 80 %.
MS – 6 Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara periode
Januari – Desember 2012 sebesar 40% kurang dari target yaitu > 80 %
Tabel 2.18
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 7-MS 9 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode Januari-Desember 2012
No Kriteria BobotMS7 MS8 MS9
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 11 55 16 80 16 80
2 Greetest member4 12 48 4 16 4 16
3 Expanding Scope3 65 195 50 150 65 195
59
4 Feasibility2 5 10 6 12 10 20
5 Policy 1 20 20 20 20 35 35
Jumlah 328 278 346
MS – 7 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan
periode Januari - Desember 2012 sebesar 50% kurang dari target > 85 %.
MS – 8 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Pejagalan
periode Januari - Desember 2012 sebesar 75% kurang dari target > 85 %.
MS – 9 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I
periode Januari - Desember 2012 sebesar 75% kurang dari target > 85 %.
Tabel 2.19
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 10-MS 12 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode Januari-Desember 2012
No Kriteria BobotMS10 MS11 MS12
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 14 70 11 55 9 35
2 Greetest member4 7 28 12 48 16 64
3 Expanding Scope3 35 105 30 90 55 165
60
4 Feasibility2 9 18 4 8 7 14
5 Policy 1 20 20 20 20 20 20
Jumlah 241 221 298
MS – 10 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan
II periode Januari - Desember 2012 sebesar 66 % kurang dari target >
85%.
MS – 11 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara
periode Januari - Desember 2012 sebesar 50 % kurang dari target > 85 %.
MS – 12 Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara
periode Januari – Desember 2012 sebesar 40% kurang dari target > 85 %.
Tabel 2.20
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 13-MS 15 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode Januari-Desember 2012
No Kriteria BobotMS13 MS14 MS15
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 3 15 15 75 1 5
2 Greetest member4 3 12 10 12 1 4
3 Expanding Scope3 90 270 30 90 50 150
61
4 Feasibility2 8 16 4 8 6 12
5 Policy 1 20 20 20 20 20 20
Jumlah 333 205 191
MS – 13 Angka Incidence Rate Kasus Diare pada BALITA di Wilayah Puskesmas
se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari - Desember 2012 sebesar 11,5
% kurang dari target < 5 %.
MS – 14 Angka Penggunaan oralit di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode
Januari – Desember 2012 sebesar 85,2% kurang dari target yaitu 100%.
MS – 15 Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Penjagalan
Periode Januari- Desember 2012 sebesar 0,004% lebih dari target 0%.
2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang
ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi
akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini
digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan
(fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu
dengan data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu
sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber
daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses
62
merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output, yang
terdiri dari:
a. Planning (perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai den-
gan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b. Organizing (pengorganisasian)
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (pelaksanaan)
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal men-
jalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki
dan dukungan sumber daya yang tersedia.
d. Controlling (monitoring)
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai den-
gan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika
terjadi penyimpangan.
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya
dengan menggunakan diagram fishbone:
1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan
Penjaringan periode Januari – Desember 2012 sebesar 13% kurang dari
target > 70 %.
2. Angka kesembuhan TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode
Januari - Desember 2012 sebesar 75% kurang dari target > 85%.
2.3 MENCARI PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan.
Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa
atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi
63
dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari
akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling
dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang
apabila diselesaikan dapat menyelesaikan sebagian besar permasalahan yang ada.
Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan adalah dengan cara diskusi,
argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah
penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas
Penjaringan:
64
2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (Diagram
Tulang Ikan) pada Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-
Kecamatan Penjaringan periode Januari – Desember 2012 sebesar 13% kurang dari
target > 70 %.
a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
1. Man
Kepala program hanya berfokus pada pengobatan TB paru bukan
pendeteksian kasus baru TB paru.
2. Money
Pembagian dana tidak sesuai dan tidak transparan.
3. Material
Tidak adanya dana untuk pemeliharaan alat dan bahan laboratorium.
4. Method
65
Kurangnya petugas kesehatan untuk membina kader mengenai materi
penyuluhan untuk mendeteksi program TB paru
b. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
1. Planning
Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan dari pada
program deteksi.
2. Organizing
Adanya ketetapan yang menentukan bahwa tiap puskesmas hanya
memiliki satu petugas untuk program TB paru
3. Actuating
Tidak adanya pelatihan khusus bagi petugas dalam penyampaian
materi edukasi bagi warga.
4. Controlling
Tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi
penyusunan laporan evaluasi program TB paru.
c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:
1. Environment :
Koordinasi lintas program dan sektoral yang kurang
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1. Terbatasnya jumlah petugas kesehatan yang tersedia
2. Kurangnya pelatihan khusus bagi petugas kesehatan terkait untuk
program deteksi TB paru
3. Tidak adanya format untuk menjadi acuan dalam penyusunan laporan
program deteksi TB paru
66
67
2.3.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (Diagram
Tulang Ikan) pada Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I periode Januari - Desember 2012 sebesar 75 % kurang dari
target yaitu > 85 %.
a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
1. Man
Jumlah petugas kesehatan yang kurang
2. Money
Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu
3. Material
Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB
paru
4. Method
Jadwal program penyuluhan kurang terkoordinasi dengan baik
68
b. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
1. Planning
Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait
2. Organizing
Pimpinan program TB paru sibuk dengan tugas lain
3. Actuating
Jumlah petugas program TB paru dengan penderita TB tidak
proporsional
4. Controlling
Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya
pengobatan pasien TB paru
c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:
1. Environment :
Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB
paru
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1. Jumlah petugas kesehatan yang kurang
2. Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu
3. Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB paru