13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Luka Terkontaminasi1. DefinisiLuka
terkontaminasi (contamined wounds) adalah luka berada pada kondisi
yang mungkin mengandung mikroorganisme (3). Yang termasuk luka
terkontaminasi adalah luka yang dibiarkan terbuka 6-12 jam, luka
yang terbuka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi yang terjadi
banyak, dan luka akibat pembedahan yang biasanya berhubungan dengan
saluran pencernaan, pernafasan, dan perkemihan yang menunjukkan
adanya infeksi (2,12). Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka 10%
- 17% (3).2. Penyembuhan Lukaa. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka yaitu (3):
1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi
oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan setiap orang
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat
tetap dijaga
3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma
4) Aliran darah ke dan jari-ngan yang luka
5) Keutuhan kulit dan membran mukosa disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan
6) Penyembuhan normal ditingktkan ketika luka bebas dari benda
asing tubuh termasuk bakterib. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan.
Hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase
penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka
pembedahan, yaitu (3,13):1) Fase InflamasiInflamasi merupakan suatu
respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh
trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Inflamasi adalah respon tubuh terhadap trauma dan invasi agen
infeksi, antigen lain atau kerusakan jaringan (14). Inflamasi
adalah reaksi setempat dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu
rangsangan atau injury (15).
Fase inflamasi terjadi pasca luka dimana timbul vasokontriksi
arterial diikuti iskemik local dan kematian jaringan(16). Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi
pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk di permukaan luka.
Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier
antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon
seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan
mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan
dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah
lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama
lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (FAG)
yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
Makrofag dan FAG bersama-sama mempercepat proses penyembuhan.
Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses
penyembuhan.Jaringan yang mengalami proses inflamasi dapat
ditemukan tanda-tanda kardinal klasik seperti (15):
a. Eritema (kemerahan/rubor) terjadi pada tahap pertama
inflamasi. Sesaat setelah terjadi perlukaan, pembuluh darah
mengalami vasokonstriksi yang singkat. Kontraksi pembuluh darah ini
segera diikuti oleh vasodilatasi pada arteriol yang akan
menyebabkan pembukaan mikrovaskuler baru seperti vena, arteriol
kecil, dan pembuluh kapiler. Darah berkumpul pada daerah cidera
jaringan akibat adanya pelepasan mediator kimia tubuh atau mediator
inflamasi (kinin, prostaglandin, histamin). Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya hiperemi dan peningkatan aliran darah pada
daerah yang meradang (14,15). b. Edema (pembengkakan/tumor),
merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam
jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol,
meningkatkan permeabilitas kapiler.
c. Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan
darah, atau mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan
demam, yang mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.
d. Dolor (sakit), disebabkan karena terangsangnya serabut saraf
pada daerah radang. Selain itu dapat disebabkan karena adanya
pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator kimia, misalnya
asetilkolin dan histamin.
e. Functio lesa (hilangnya fungsi), disebabkan oleh penumpukan
cairan pada tempat cidera jaringan dank arena rasa nyeri. Keduanya
mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.
Tanda-tanda tersebut di atas dijumpai pada kondisi inflamasi
akut. Namun bila fokus-fokus inflamasi sudah mulai berkurang,
tanda-tanda tersebut akan menghilang (14,15).2) Fase
Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblas (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka
terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak di
bawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka,
meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang
diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblas berpindah dari pembuluh
darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi
jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi
jaringan yang lunak dan mudah pecah.
3) Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblas terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka
menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis
putih.Tabel 1. Fase penyembuhan luka (17).Tahap PenyembuhanHari
pasca cederaSel yang terlibat pada fase
HemostasissegeraTrombosit
Inflamasi 1-4 hariNeutrofil
Proliferasi atau granulasi4-21
hariMakrofagLimfositAngiocytesNeurocytesfibroblaskeratinosit
Remodeling atau maturasi21 hari 2 tahunfibrosit
3. Penatalaksanaan Luka
a. Tujuan Penatalaksanaan LukaPeristiwa selular yang termasuk
dalam 4 fase utama penyembuhan luka secara bermakna dipengaruhi
oleh berbagai faktor, kondisi lokal pada tempat luka, status
fisiologis umum pasien, dan bagaimana cara luka tersebut ditangani.
Pengaruh lokal yang kurang menguntungkan adalah buruknya suplai
darah, adanya dehidrasi, eksudat yang berlebihan, turunnya
temperatur, trauma berulang, jaringan nekrotik, krusta, dan korpus
alienum. Tujuan penatalaksanaan luka adalah untuk memberikan
lingkungan yang optimal untuk berlangsungnya proses penyembuhan
yang alamiah (5).
b. Prioritas Dalam Penatalaksanaan Luka LokalPrioritas dalam
penatalaksanaan luka lokal pada dasarnya adalah sama dengan luka
apapun juga, yaitu: mengatasi perdarahan (hemostasis); mengeluarkan
benda asing; yang dapat bertindak sebagai fokus infeksi; melepaskan
jaringan yang mengalami devitalisasi; krusta yang tebal, dan pus;
menyediakan temperatur, kelembaban, dan pH yang optimal untuk
sel-sel yang berperan dalam proses penyembuhan; meningkatkan
pembentukan jaringan granulasi dan epitelialisasi; dan melindungi
luka dari trauma lebih lanjut serta terhadap masuknya
mikroorganisme patogen. Tujuannya adalah untuk melindungi dari
kerusakan fisiologis lebih lanjut, untuk menyingkirkan penyebab
aktual atau potensial yang memperlambat penyembuhan, dan untuk
menciptakan suatu lingkungan lokal yang optimal untuk rekonstruksi
dan epitelialisasi vaskular dan jaringan ikat. Seringkali hal itu
memerlukan penutupan luka dangan sebuah balutan (5).4. Faktor Yang
Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Dalam proses penyembuhan luka terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi lama atau tidaknya penyembuhan luka, antara lain
(3):a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Masa penyembuhan luka memerlukan asupan nutrisi lebih banyak
daripada biasanya. Nutrisi bukan hanya berkaitan dengan makanan,
tapi juga meliputi kalori, protein, karbohidrat, lemak, vitamin C
dan A, cairan, dan mineral seperti Fe, Zn diperlukan untuk membantu
proses penyembuhan luka (18). Kelebihan berat badan dapat
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena suplai
darah jaringan adiposa tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka dapat menghambat penyembuhan karena bakteri
merupakan sumber penyebab infeksi. Luka yang terkena infeksi akan
mengganggu proliferasi sel, sehingga luka sulit sembuh.d. Sirkulasi
dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak menyebabkan
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu,
lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada penderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes mellitus. Oksigenasi
jaringan menurun pada penderita anemia atau gangguan pernapasan
kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi
untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah pada luka yang secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Bekuan besar dapat
menghambat proses penyembuhan luka karena tubuh memerlukan waktu
untuk dapat mengabsorbsi bekuan tersebut.
f. Benda Asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit yang
membentuk pus.
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
Hal ini dapat terjadi karena balutan pada luka terlalu ketat dan
akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
darah.h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah sehingga nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal
tersebut akan berdampak pada penurunan protein-kalori tubuh.
i. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka, sehingga luka gagal untuk menyatu.
j. Obat Obat anti inflamasi dan heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama
dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. Adapun
jenis-jenis obat yang mempengaruhi adalah sebagai berikut (3):1)
Steroid
Steroid akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera.
2) Antikoagulan
Antikoagulan mengakibatkan perdarahan.
3) Antibiotik
Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika antibiotik diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, maka tidak akan efektif karena
terjadi koagulasi intravaskular.B. Ikan betok (Anabas
testudineus)1. Definisi Ikan betok (Anabas testudineus)Ikan betok
(Anabas testudineus) adalah salah satu jenis ikan tawar yang hidup
di perairan rawa, sungai, danau, dan genangan air lainnya. Ikan
betok merupakan famili dari Anabantidae yang merupakan ikan asli
perairan kalimantan dan sumatera. Ikan papuyu dikenal juga dengan
beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jawa), puyu
(Malaysia), dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing perch
atau climbing gouramy dikarenakan kemampuannya untuk memanjat ke
daratan (9). Gambar 1.1 Ikan betok (Anabas testudineus)2.
Klasifikasi ilmiah Ikan betok (Anabas testudineus)
Klasifikasi dari ikan betok adalah sebagai berikut (9):
Kingdom:Animalia (hewan)
Divisi: EuteleosteiPhylum: Chordata
Subphylum: VertebrataKelas: PiscesSub Kelas: TeleosteiOrdo:
LabyrinthiciFamili:AnabantidaeGenus:AnabasSpesies:Anabas
testudineus Sinonim dari Anabas testudineus adalah : Anabas
scandens, Amphiprion scansor, Amphiprion testudineus, Anabas
elongatus, Anabas macrocephalus, Anabas microcephalus, Anabas
spinosus, Anabas trifoliatus, Anabas variegatus, Anthias
testudineus, Cojus cobujius, Lutjanus scandens, Lutjanus testudo,
Perca scandens, Sparus scandens, Sparus testudineus (9).
3. Morfologi Umum Ikan betok (Anabas testudineus)
Morfologi dari ikan papuyu ini umumnya berukuran kecil,
panjangnyahingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil.
Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Bagian vertebra gelap
kehitaman agak coklat atau kehijaua. Pada bagian samping berwarna
kekuningan terutama di bagian bewahnya dengan garis-garis gelap
melintang yang samar dan tidak beraturan. Sebuah bintik hitam
(terkadang tak jelas kelihatan) terdapat pada ujung belakang tutup
insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri
(9).
Ikan ini dapat mengambil udara di luar air (mempunyai alat
labirin). Sirip punggung dan sirip dubur berjari-jari. Sirip perut
jika ada dengan 6 jari-jari, sirip punggung dan sirip dubur dengan
satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut dengan 5
atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di
atas rongga insang beralat berbentuk labirin. Berbentuk gepeng,
agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lobang insang sempit
karena bagian gabungan daun insang lebar (9).4. Kandungan Ikan
betok (Anabas testudineus)Komposisi gizi per 100 gram ikan betok
terdapat 17,5 gram protein, 5 gram kandungan lemak, terdapat 0,2
karbohidrat, 2 gram mineral, dan 75 gram air dalam ikan betok.
Kandungan protein pada ikan betok lebih tinggi dibandingkan
kandungan protein yang terdapat pada ikan mas,bandeng, dan tawas.
Begitu pula padakandungan mineral ikanbetok pun
lebihtinggidibandingkanikan mas, bandeng,tawes, gabus,dan lele
(19).Tabel 2. pH, kadar protein dan asam amino pada ikan betok
segar (19).KomponenIkan papuyu segar
pH6,30
Kadar protein52,16
Aspartat5,23
Glutamat8,01
Serin2,02
Histidin1,16
Glisin4,09
Threonin2,25
Arginin3,54
Alanin4,03
Tirosin1,56
Methionin1,89
Valin2,54
Fenilalanin2,40
I-leusin2,43
Leusin4,06
Lisin4,65