RESPONSI KARBUNKEL Disusun Oleh: Stephanie Indrawati Sugiarto G99141007 Pembimbing: dr. Endra Yustin ES, Sp. KK, M. Sc 1
RESPONSI
KARBUNKEL
Disusun Oleh:
Stephanie Indrawati Sugiarto
G99141007
Pembimbing:
dr. Endra Yustin ES, Sp. KK, M. Sc
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
1
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing : dr. Endra Yustin ES, Sp. KK, M. Sc
Nama Mahasiswa : Stephanie Indrawati Sugiarto
NIM : G99141007
KARBUNKEL
I. DEFINISI
Karbunkel adalah gabungan beberapa folikel rambut terinfeksi yang
membentuk massa yang luas, bengkak, eritema, terletak dalam, dan nyeri
yang umumnya terbuka dan memiliki drainase melalui beberapa saluran1.
Karbunkel merupakan furunkel yang teriritasi lebih lanjut sehingga proses
inflamasi menyebar ke beberapa folikel rambut perifer yang sering disertai
nyeri yang tajam, demam, dan mual2.
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering menyerang pada anak – anak, remaja, dan dewasa
muda. Penyakit ini lebih sering menyerang anak laki – laki dibandingkan
anak perempuan3. Beberapa faktor predisposisi yang turut berperan dalam
munculnya manifestasi klinis adalah:
a. Karier S. Aureus kronik (di hidung, aksila, perineum, vagina)
b. Diabetes mellitus
c. Obesitas
d. Higienitas yang buruk
e. Hiper IgE sindrom
f. Chronic granulomatous disease
g. HIV/AIDS, terutama infeksi MRSA3,4
2
III. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
IV. PATOGENESIS
Genus Staphylococcus yang terdiri atas 48 spesies, hampir
kesemuanya adalah flora normal kulit dan membran mukosa pada manusia
dan hewan. Staphylococcus aureus merupakan patogen yang paling penting
karena dapat menyebabkan infeksi piogenik. S. Aureus dapat berkolonisasi
dalam cavum nasi anterior 20 – 40 % orang dewasa seperti pada petugas
medis, penderita diabetes mellitus I, pasien hemodialisis, dan pengguna obat
suntik. Pada orang yang bersifat ”carrier”, adanya trauma di kulit dapat
menjadi jalan masuk kuman ini sehingga mampu menyebabkan infeksi baik
yang bersifat lokal, dalam, ataupun sistemik5. S. aureus dapat masuk ke
dalam kulit melalui folikel rambut dan luka di kulit. Staphylococcus aureus
menginvasi folikel rambut dan menyebabkan inflamasi folikular2,3.
S. aureus memiliki beberapa faktor pendukung dalam patogenesis
penyakitnya yaitu meliputi konstituen dinding sel, protein pada permukaan
selnya, toksin dan enzim, dan adhesin dinding sel. Beberapa enzim yang
dikeluarkan oleh S. Aureus meliputi katalase, koagulase, clumping factor,
hyaluronidase, β lactamase, dan DNAase serta eksotoksin yang umumnya
bersifat sitotoksik dan berperan sebagai superantigen. S. Aureus dapat hidup
baik dalam lingkungan yang aerob maupun anaerob5.
Bakteremia S. Aureus dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu
community acquired (onset <2 hari sejak pertama kali dirawat) dan hospital
acquired (onset ≥ 2 hari sejak pertama kali dirawat). Infeksi yang
disebabkan oleh MRSA (methicillin resistent Staphylococcus aureus) sering
menyebabkan peningkatan angka morbiditas apabila terlambat dalam
pemberian antibiotik yang efektif2,3.
3
V. GEJALA KLINIS
Karbunkel merupakan kumpulan beberapa furunkel yang letaknya
berdekatan dan bergabung menjadi satu. Karakteristik dari karbunkel adalah
adanya multipel abses dermal dan subkutan, pustule superficial, jaringan
nekrotik, dan celah drainase nanah3. Karbunkel berbentuk dome-shaped,
kemerahan atau indurasi dengan beberapa plug pustule di atasnya2. Lesi
yang muncul umumnya berwarna kemerahan, teraba hangat, dan nyeri3.
Keluhan klinis dapat berlangsung dalam hitungan minggu hingga
bulan. Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah nyeri seperti terbakar
dan panas di tempat keluhan. Karbunkel sering juga disertai dengan adanya
demam dan malaise yang pada umumnya tidak ditemukan pada furunkel3.
Beberapa area yang biasanya menjadi tempat predileksi munculnya
karbunkel adalah daerah punggung, paha, leher2.
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pengecatan gram
Hasilnya akan menunjukkan gambaran kokus gram positif dengan sel
– sel polimorfonuklear (PMN).
b. Kultur bakteri dan uji sensitivitas
c. Dermatopatologi
4
Infeksi piogenik yang mucul pada folikel rambut dan meluas ke dalam
dermis dan jaringan subkutan (furunkel) dan disertai adanya lokus
abses (karbunkel)3
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukan adanya nyeri, pointy
red swelling pada folikel rambut. Diagnosis yang lebih pasti dapat
dikonfirmasi dengan adanya plug pustule di tengah – tengah erupsi2.
Penemuan klinis dikonfirmasi dengan pengecatan gram dan kultur3.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi kista epidermoid
Hidradenitis supurativa (aksila, skrotum, vulva / daerah yang banyak
mengandung kelenjar apokrin)
Necrotizing lymphangitis
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi yang biasa dilakukan adalah dengan terapi pembedahan serta
penggunaan antimikroba sistemik3,6. Terapi pembedahan karbunkel yang
dapat dilakukan adalah dengan saucerisation serta insisi dan drainase.
Saucerisation merupakan teknik untuk mengeksisi jaringan nekrotik dan
jaringan selulitis di sekitarnya hingga batas jaringan normal. Pada teknik
sauceration ini antibiotic dapat tidak diberikan. Kelemahan dari teknik ini
adalah waktu penyembuhan yang lebih lama karena luka yang ditimbulkan
cukup besar6. Teknik kedua yang dapat digunakan adalah insisi dan drainase
disertai dengan debridemen jaringan nekrotik. Teknik ini tidak
menghilangkan jaringan inflamasi di sekitar jaringan nekrotik sehingga luka
yang ditimbulkan ukurannya cukup kecil. Teknik ini menyebabkan luka
dapat sembuh lebih cepat. Insisi dan drainase pus dilakukan pada kasus
dengan adanya pulsasi yang teraba (fluktuatif)2,6.
5
Pemberian antibiotic untuk terapi karbunkel pada umumnya hanya
berupa terapi empiris yang ditujukan untuk mengatasi kuman patogen yang
paling sering menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut dengan
mempertimbangkan jenis – jenis flora normal pada tubuh7,8. Antibiotik yang
diberikan mungkin hanya memiliki efek yang kecil dalam mengurangi
waktu rekurensi. Antibiotik direkomendasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda penyakit sistemik atau dengan penyakit penyerta lainnya7.
Antibiotik perlu diberikan pada beberapa kondisi komorbid seperti
immunocompromised, usia lanjut, berkembang menjadi selulitis dalam
waktu cepet, tidak berespon terhadap insisi dan drainase9. Berikut adalah
beberapa jenis antibiotic yang dapat digunakan untuk terapi infeksi kulit10.
Disease Entity Antibiotic Dosage, Adults Dosage, Children Comment
Impetigob
(Staphylococcus andStreptococcus)
Dicloxacillin 250 mg qid po N/A N/A
Cephalexin 250 mg qid po 25–50 mg/kg/d in
3–4 divided
doses po
N/A
6
Erythromycin 250 mg qid po 40 mg/kg/d in 3–
4 divided doses
po
Some strains of Staphylococcus aureus and Streptococcuspyogenes may be resistant.
Clindamycin 300–400 mg qid
po
20 mg/kg/d in 3
divided doses po
N/A
Amoxicillin-clavulanate
875/125 mg bid
po
25 mg/kg/d of the amoxicillin componentin 2 divided doses po
N/A
Retapamulin ointment
Apply to lesions
bid
Apply to lesions
bid
For patients with limited
number of lesions
Mupirocin ointment
Apply to lesions
bid
Apply to lesions
bid
For patients with limited
number of lesions
MSSA SSTI Nafcillin or
oxacillin
1-2 g every 4 h
IV
100–150 mg/kg/d
in 4 divided
doses Parental
drug of choice; inactive against
MRSA
Cefazolin 1 g every 8 h IV 50 mg/kg/d in 3
divided doses
For penicillin-allergic patients except those with immediatehypersensitivity reactions. More convenient than nafcillinwith less bone marrow
suppression
Clindamycin 600 mg every 8 h IVor300–450 mg qid po
25–40 mg/kg/d in 3 divided doses IV or25–30 mg/kg/d in 3 divided doses po
Bacteriostatic; potential of cross-resistance and emergenceof resistance in erythromycin-resistant strains; inducibleresistance in MRSA
Dicloxacillin 500 mg qid po 25–50 mg/kg/d in
4 divided doses
po
Oral agent of choice for methicillin-susceptible strains inadults. Not used much in
pediatrics
Cephalexin 500 mg qid po 25–50 mg/kg/d 4
divided doses po
For penicillin-allergic patients except those with immediatehypersensitivity reactions. The availability of a suspensionand requirement for less
frequent dosing
Doxycycline,minocycline
100 mg bid po Not
recommended
for age <8 y
Bacteriostatic; limited recent
clinical experience
Trimethoprim-sulfamethoxazole
1–2 doublestrengthtabletsbid po
8–12 mg/kg (based on trimethoprimcomponent) in either 4 divided doses IVor 2 divided doses po
Bactericidal; efficacy poorly
documented
MRSA SSTI Vancomycin 30 mg/kg/d in 2divided doses IV
40 mg/kg/d in 4 divided doses IV
For penicillin allergic patients; parenteral drug of choice for
7
treatment of infections caused
by MRSA
Linezolid 600 mg every 12 hIV or 600 mg bidpo
10 mg/kg every 12 h IV or po for children<12 y
Bacteriostatic; limited clinical experience; no crossresistancewith other antibiotic classes;
expensive
Clindamycin 600 mg every 8 h IVor 300–450 mgqid po
25–40 mg/kg/d in 3 divided doses IV or30–40 mg/kg/d in 3 divided doses po
Bacteriostatic; potential of cross-resistance and emergenceof resistance in erythromycin-resistant strains; inducibleresistance in MRSA. Important
option for children
Daptomycin 4 mg/kg every 24 hIV
N/A Bactericidal; possible myopathy
Ceftaroline 600 mg bid IV N/A Bactericidal
Doxycycline,minocycline
100 mg bid po Not
recommended
for age <8 y
Bacteriostatic; limited recent
clinical experience
Trimethoprim-sulfamethoxazole
1–2 double strengthtabletsbid po
8–12 mg/kg/d (based on trimethoprimcomponent) in either 4 divided doses IVor 2 divided doses po
Bactericidal; limited published
efficacy data
Penicillin atau golongan beta lactam lainnya merupakan terapi
pilihan untuk infeksi streptococcus. Dicloxacillin atau sefalosporin generasi
pertama lainnya cukup aktif dan memperluas spectrum kuman methicillin-
sensitive S. aureus. Klindamisin juga cukup aktif melawan streptococcus.
Infeksi yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemoliticus lebih
efektif jika diterapi dengan menggunakan klindamisin dibandingkan dengan
trimethoprim-sulfamethoxazole7. Pasien dengan rekurensi yang tinggi
namun tidak disertai dengan penyakit imunodefisiensi yang mendasarinya,
harus dipikirkan adanya dekolonisasi stafilokokus. Terapi yang dapat
digunakan pada dekolonisasi stafilokokus adalah 2% nasal ointment dan
sampo atau sabun yang mengandung chlorhexidine gluconate 4%4.
X. PROGNOSIS
8
Sebagian besar kasus membaik dengan terapi yang diberikan, namun
pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi bakteremia, septicemia, dan
penyebaran ke katup jantung, sendi, sistem saraf pusat, ginjal, tulang, hepar.
S. aureus jug dapat menyebabkan thrombosis venous cavernosus dan
meningitis3,9. Karbunkel yang muncul di daerah wajah perlu diwaspadai
kemungkinan penyebaran intracranial dan menyebabkan munculnya abses9.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Stulberg DL, Penrod MA, Blatny RA. 2002. Common Bacterial Skin
Infections. Available from American Family Physician Volume 66, Number 1.
2. Shimizu, H. 2014. Shinizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Hokkaido
University Press.
3. Wollf K, Johnson RA, Suurmond D. 2005. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 5th ed. New York: McGraw-Hill.
4. Torok ME, Conlon CP. 2013. Skin and Soft Tissue Infections. Available from
Elsevier Medicine 41:12.
5. Torok ME, Day NPJ. 2014. Staphylococcus and Streptococcal Infections.
Available from Elsevier Medicine 42:1.
6. Guan Hee T, Jan Jin B. 2013. The Surgical Treatment of Carbuncle: A Tale of
Two Techniques. Available from Iran Red Crescent Med J. 2013;15(4).
7. Wessels MR. 2015. Choosing an Antibiotic for Skin Infections. Available from
N Engl J Med 372;12.
8. Shortt R, Thoma A. 2008. Empirical Antibiotics Use in Soft Tissue Infections.
Available from Can J Plast Surg Vol 16 No 4 Winter 2008.
9. Ping Yin C, Yin Chun C, Poyin H. 2015. Forehead Carbuncle with
Intractable Headache. Available from Neuropsychiatric Disease and
Treatment 2015:11 793-795.
10
10. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJC, Gorbach
SL, Hirschmann JV, Kaplan SL, Montoya JG, Wade JC. 2014. Practice
Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin and Soft Tissue
Infections: 2014 Update by the Infectious Disease Society of America.
Available from IDSA Practice Guidelines for SSTIs.
11
LAPORAN KASUS
KARBUNKEL
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Alamat : Grogol, Sukoharjo
Status : Belum menikah
Tanggal Periksa : 21 Mei 2015
No. RM : 01293779
2. KELUHAN UTAMA
Muncul benjolan kemerahan yang terasa nyeri di lengan kiri bawah
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan munculnya benjolan berwarna
merah terang di lengan kiri bagian bawah sejak ± 6 minggu yang lalu
sepulang pasien mondok di RSDM karena kejang. Benjolan awalnya
berukuran kecil, namun lama kelamaan semakin membesar dan bertambah
jumlahnya sehingga akhirnya bergabung menjadi satu. Benjolan dirasakan
panas dan nyeri terutama saat disentuh.
Pasien pernah mencoba memecahkan benjolan dengan jarum steril
saat ukurannya masih kecil, namun benjolan tidak pecah dan hanya
mengeluarkan cairan jernih dan sedikit darah, tidak ada nanah yang keluar.
± 2 minggu yang lalu pasien berobat ke poli kulit dan kelamin RSUD Dr.
12
Moewardi dan mendapat pengobatan eritromisin selama 5 hari serta salep
asam fusidat, namun pasien mengaku belum adanya perbaikan.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa : (-)
Riwayat DM : disangkal
Riwayat atopik : (-)
Riwayat alergi obat dan makanan : (-)
Riwayat pengobatan : eritromisin dan salep asam fusidat,
perbaikan (-)
Riwayat penyakit kulit : pasien saat ini juga sedang dalam
pengobatan psoriasis di poli kulit
dan kelamin RSUD Dr. Moewardi
Riwayat rawat inap : (+), ± 6 minggu yang lalu pasien
dirawat di RSUD Dr. Moewardi
karena kejang
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit serupa : (-)
Riwayat alergi obat dan makanan : (-)
Riwayat DM : disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit ringan, gizi
kesan lebih
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg BB : 122 kg
HR: 96x/menit TB : 149 cm
RR : 22x/menit
T : 36.6o C
13
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal
Truncus : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Inguinal : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : lihat status dermatologis
Ekstremitas Bawah : dalam batas normal
2. STATUS DERMATOLOGIS
Regio antebrachii sinistra (volar)
Tampak nodul eritema soliter dengan ukuran 5x3x1 cm, berbatas tegas.
Pada perabaan didapatkan hasil terasa hangat dan nyeri saat ditekan,
fluktuasi (-)
14
C. DIAGNOSIS BANDING
1. Karbunkel
2. Erisipelas
3. Eritema nodusum
D. DIAGNOSIS
Karbunkel
E. TERAPI
Topikal : Salep asam fusidat 2 dd ue selama 2 minggu
Sistemik : Cefadroxil 2 x 500 mg selama 5 hari
F. EDUKASI
1. Menjaga kebersihan badan terutama di sekitar benjolan
2. Mengkonsumsi dan menggunakan obat dengan teratur sesuai petunjuk dan
kontrol 2 minggu lagi
G. PLAN
Kultur darah
Kultur cairan aspirasi dan uji sensitivitas antibiotic
H. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad kosmetikam : bonam
15