BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANGDi negara berkembang insidensi penyakit
degeneratif terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
harapan hidup. Dengan bertambah usia harapan hidup ini, maka
penyakit degeneratif dan metabolik juga meningkat, seperti penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, obesitas,
dislipidemia, dan termasuk osteoporosis. Saat ini osteoporosis
menjadi permasalahan di seluruh negara dan menjadi isu global di
bidang kesehatan.1Osteoporosis adalah sebuah penyakit tulang yang
di tandai oleh penurunan pembentukan matrik dan peningkatan
resorpsi tulang sehingga terjadi penurunan massa dan densitas
tulang serta gangguan arsitektur tulang normal.1,2 Berkurangnya
kekuatan tulang, maka risiko terjadinya fraktur akan meningkat .
World Health Organization (WHO) memasukkan osteoporosis dalam
daftar 10 penyakit degeneratif utama di dunia.1 Tercatat bahwa
terdapat kurang lebih 200 juta pasien di seluruh dunia yang
menderita osteoporosis.1Angka kejadian osteoporosis yang tinggi
menjadi masalah bagi sistem pelayanan kesehatan karena angka
kejadiannya semakin meningkat dengan bertambahnya usia, serta
masyarakat mengadopsi pola hidup yang tidak sehat, berkurangnya
aktifitas fisik, dan diet yang tidak seimbang.1Prevalensi
osteoporosis di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Untuk
memberikan gambaran umum terjadinya osteoporosis di Indonesia,
telah dilakukan tes saring menggunakan ultrasound bone density yang
diadakan pada tahun 2002 di 5 kota besar. Hasilnya menunjukan bahwa
dari keseluruhan masyarakat yang dilakukan tes saring, 35%
menunjukkan hasil yang normal, 36% menunjukkan adanya osteopenia,
sedangkan 29% telah terjadi osteoporosis.1Di Indonesia hasil
analisis data risiko Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
Departemen Kesehatan menunjukkan saat ini 41,8% laki-laki dan 90%
perempuan Indonesia memiliki gejala osteoporosis. Sedangkan 28,8%
laki-laki dan 32,3% perempuan di Indonesia sudah terkena
pengeroposan tulang. Sedangkan 2 dari 5 orang di Indonesia berisiko
terkena osteoporosis.3Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak
menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis.Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami
menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Resiko
fraktur akibat osteoporosis meningkat secara eksponensial berkaitan
dengan usia.3,4
1.2. TUJUANTujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui
:1. Mengetahui anatomi, fisiologi dan histologi tulang?2.
Mengetahui definisi osteoporosis?3. Mengetahui penyebab
osteoporofis?4. Mengetahui faktor-faktor resiko terjadinya
osteoporosis?5. Mengetahui klasifikasi osteoporosis?6. Mengetahui
patogenis osteoporosis?7. Mengetahui gejala klinis osteoporosis?8.
Mengetahui diagnosis osteoporosis?9. Mengetahui penatalaksanaan
osteoporosis?
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. STRUKTUR DAN FUNGSI TULANG 2.1.1. Embriologi
tulangPengertian tentang pembentukan, pertumbuhan dan maturasi
tulang merupakan pengertian dasar bedah ortopedi. Pembentukan dan
perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta
melibatkan perubahan biokimia. Tulang rawan (kartilago) lempeng
epifisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan tulang rawan
artikuler oleh karena tulang rawan lempeg epifisis mempunyai
struktur pembuluh darah, zona-zona dan susunan biokimia sehingga
memberikan gambaran matriks yang unik.5Pada fase awal perkembangan
tulang embrio (pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan
germinal yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan ini
merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan
membentuk mesenkim yang kemudian berdifferensiasi membentuk
jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio,
terbentuk tonjolan anggota gerak (limb bud) yang didalamnya
terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi
mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang
rawan.5Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap yaitu:51. Pada
minggu kelima perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari
prakartilago, yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu :a.
Tulang rawan hialinb. Tulang rawan fibrinc. Tulang rawan
elastic
2. setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan
terbentuk melalui dua cara, yaitu:a. secara langsungpada proses ini
tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam
bentuk lembaran-lembaran, misalnya pada tulang muka, pelvis,
scapula, dan tulang tengkorak. Pada penulangan jenis ini dapat
ditemukan satu atau lebih pusat-pusat penulangan membrane. Proses
penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteoblas yang
merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara
radier.b. secara tidak langsungpada keadaan ini proses tulang
terbentuk dari tulang rawan dimana proses penulangan dari tulang
rawan terjadi melalui dua cara yaitu:i. osifikasi sentralpada
keadaan ini osifikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi
endokondral.ii. osifikasi perifer.Pada keadaan ini osifikasi
dibawah perikondrium/perikondrial atau osifikasi
periosteum/periosteal. Mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi
dalam bentuk lembaran yang membentuk periosteum dimana osteoblas
terbentuk didalamnya.
Tulang sebagai struktur dan organ mempunyai lima fungsi utama
yaitu :1. membentuk rangka badan2. sebagai pengumpil dan tempat
melekatnya otot3. sebagai bagian dari tubuh untuk melingdungi dan
mempertahankan alat-alat dalam seperti otak, sumsum tulang
belakang, jantung dan paru.4. Sebagai tempat deposit kalsium,
fosfor, magnesium dan garam.5. Sebagai organ yang berfungsi sebgai
jaringan hemopoetik untuk memproduksi darah merah, sel-sel darah
putih, dan trombosit.
2.1.2. Pertumbuhan dan remodeling tulang2.1.2.1. Pertumbuhan
memanjang tulangPertumbuhan intertisial tidak dapat terjadi didalam
tulang, oleh karena itu pertumbuhan intertisial terjadi melalui
proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi
pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu:51. Tulang
rawan artikulerPertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah
tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi
tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek,
pertumbuhan tulang dapat terjadi pada seluruh daerah tulang.2.
Tulang rawan lempeng epifisistulang rawan lempeng epifisis
memberikan kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertambah
memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara
dua proses, yaitu:a. Proses perrtumbuhanAdanya pertumbuhan
intertisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan
terjadinya penebalan tulang.b. Proses kalsifikasiKematian dan
penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi
melalui proses osifikasi endokondral.Dikenal tiga zona lempeng
epifisis:a. Zona pertumbuhan Pada zona ini terdapat lapisan
germinal yang merupakan daerah intertisial, yang melekat pada
epifisis dengan sel-sel kondrosit muda serta pembuluh darah halus.
Juga terdapat lapisan proliferasi yang merupakan daerah intertisial
yang paling aktif dalam zona ini dan lapisan palisade disebelah
dalam dari lapisan proliferasi.b. Zona transformasi tulang
rawanPada zona ini terdapat lapisan hipertrofi, kalsifikasi dan
degenerasi yang merupakan daerah tulang rawan yang mengalami
maturasi.c. Zona osifikasiZona osifikasi daerah yang tipis dengan
sel-sel kondrosit yang telah mati akibat kalsifikasi
matriks.2.1.2.2. Pertumbuhan melebar tulangPertumbuhan melebar
terjadi akibat pertumbuhan aposisi osteoblas pada lapisan dalam
periosteum dan merupakan suatu jenis osifikasi intra
membaran.52.1.2.3. Remodeling tulangSelama pertumbuhan memanjang
tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan)
dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara
progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara
deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.5Proses
remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada
anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance)
yang positif sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang
negative. Remodelling juga terjadi setelah penyembuhan suatu
fraktur. Pada anak-anak walaupun terjadi kelainan yang hebat, namun
remodeling tetap terjadi secara spontan kecuali bila terdapat
kelainan rotasi.5
2.2 ANATOMI DAN HISTOLOGI TULANG
Gambar 1. Anatomi tulang7
Tulang dalam garis besarnya dibagi menjadi :1. Tulang
PanjangYang termasuk tulang panjang misalnya seperti femur, tibia,
fibula, ulna dan humerus. Dimana daerah batasnya disebut diafisis
dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis.
Derah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan
adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan
daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Kerusakan atau kelainan perkembangan daerah lempeng epifisis akan
menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.52. Tulang pendekContoh
dari tulang pendek adalah antara lain tulang vertebra dan
tulang-tulang karpal3. Tulang pipihYang termasuk tulang pipih
antara lain tulang iga, tulang scapula, dan tulang pelvis.Pada
tulang yang aktif tumbuh, terdapat empat jenis sel:3,4,61.
Osteoprogenitor Seperti jaringan ikat lain, tulang semula
berkembang dari mesenkim embrional yang memilikki potensi
perkembangan sangat luas, menghasilkan fibroblast, sel lemak, otot,
dan sebagainya. Sel osteoprogenitor ini tetap ada semasa kehidupan
pasca lahir dan ditemukan pada atau dekat semua permukaan bebas
tulang: dalam osteum, lapis dalam periosteum, dan pada trabekel
tulang rawan mengapur pada metafisis tulang tumbuh.Sel ini paling
aktif selama pertumbuhan tulang namun diaktifkan kembali semasa
kehidupan dewasa pada pemulihan fraktur tulang dan bentuk cedara
lainnya.
2. Osteoblast Osteoblast berhubungan dengan pembentukan tulang,
kaya alkaline phosphatase dan dapat merespon produksi maupun
mineralisasi matriks. Pada akhir siklus remodelling, osteoblast
tetap berada di permukaan tulang baru, atau masuk ke dalam matriks
sebagai osteocyte.3. Osteocyte Osteocyte berada di lakunare,
fungsinya belum jelas. Diduga di bawah pengaruh parathyroid hormon
(PTH) berperan pada resorbsi tulang (osteocytic osteolysis) dan
transportasi ion kalsium. Osteocyte sensitif terhadap stimulus
mekanik dan meneruskan rangsang (tekanan dan regangan) ini kepada
osteoblast.4. OsteoclastOsteoclast adalah mediator utama resorbsi
tulang, dibentuk oleh prekursor monosit di sumsum tulang dan
bergerak ke permukaan tulang oleh stimulus kemotaksis. Dengan
meresorbsi matriks akan meninggalkan cekungan di permukaan tulang
yang disebut Lakuna Howship.Gambar 2. Histology tulang.8
2.3. BIOKIMIA TULANGStruktur tulang berubah sangat lambat
terutama setelah periode pertumbuhan tulang terakhir. Setelah fase
ini perubahan tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan
mikroskopik akibat aktifitas biologis tulang sebagai suatu organ
biokimia utama tulang. Komposisi tulang terdiri atas:51. Substansi
organik : 35%2. Substansi inorganik : 45%3. Air :20%Substansi
organic terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar
dari matriks (90%), sedangkan sisanya adalah asam hialuronat dan
kondrotin asam sulfur. Substansi inorganic terutama terdiri atas
kalsium dan fosfor dan sisanya magnesium, sodium, hidroksil,
karbonat, dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang
diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan
penting dalam produksi organik sebelum terjadi
kalsifikasi.5Metabolism kedua ini sangat berkaitan erat. Tulang
mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh
fosfor tubuh. Kalsium mempunyai beberapa fungsi penting dalam tubuh
yaitu:51. Dalam mekanisme pembekuan darah2. Transmisi impuls
neuromuskuler3. Iritabilitas dan eksibilitas otot4. Keseimbangan
asam basa5. Permeabilitas membrane sel6. Sebagai pelekat
(adhesiveness) diantara sel-sel7. Memberikan rigiditas dan kekuatan
mekanik tulang.
2.4. DEFINISIOsteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah
patah.2,5,9 pada tahun 2001, National Institute Of Health (NIH)
mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang
sistemik ditandai oleh Compromised bone strength sehingga tulang
mudah patah.9
Gambar 3. Perbedaan tulang normal dan osteoporosis.102.5.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu
pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa
pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause. Akan tetapi, osteoporosis merupakan penyakit dengan
etiologi multifaktorial. Faktor resiko osteoporosis antara lain
sebgai berikut:2,5,91. Usia ( Tiap peningkatan 1 dekade, resiko
meningkat 1,4-1,8)2. Genetik Etnis (kaukasia dan oriental >
kulit hitam dan polinesia) Seks (wanita > pria) Riwayat
keluarga3. Lingkungan: Defisiensi kalsium Aktivitas fisik kurang
Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
Merokok, alkohol Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan
keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)4. Hormonal dan penyakit
kronik Defisiensi estrogen, androgen Tirotoksikosis,
hiperparratiroidisme primer, hiperkortisolisme Penyakit kronis (
sirosis hepatis, gagal ginjal, gastrektomi ).5. Sifat fisik tulang
Densitas (massa) Ukuran dan geometri Mikroarsitektur Komposisi-2.6.
KLASIFIKASI OSTEOPOROSISMenurut pembagiannya, osteoporosis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:1,91. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi osteoporosis
primer menjadi 2 tipe, yaitu Osteoporosis tipe I dan osteoporosis
tipe II. Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca
menopause. Osteoporosis tipe ini disebabkan oleh defisiensi
estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II disebut juga
osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorpsi kalsium di
usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang
mengakibatkan timbulnya osteoporosis. Namun pada sekitar tahun
1990, Riggs dan Melton memperbaiki hipotesisnya dan mengemukakan
bahwa estrogen menjadi faktor yang sangat berperan pada
osteoporosis primer, baik pasca menopause maupun senilis.2.
Osteoporosis sekunder Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis
yang diketahui penyebabnya, yaitu terjadi karena adanya penyakit
lain yang mendasari, defisiensi atau konsumsi obat yang dapat
menyebabkan osteoporosis. a. Penyebab genetik (kongenital) Kistik
fibrosis Ehlers Danlos syndrome Penyakit penyimpanan glikogen
Penyakit Gaucher Hemokromatosis Homosistinuria Hiperkalsiuria
idiopatik Sindroma marfan Osteogenesis imperfekta b. Keadaan
hipogonad Insensitifitas androgen Anoreksia nervosa / bulimia
nervosa Hiperprolaktinemia Menopause prematur c. Gangguan endokrin
Akromegali Insufisiensi adrenal Sindroma Cushing Diabetes Melitus
Hiperparatiroidism Hipertiroidisme Hipogonadism Kehamilan
Prolaktinoma d. Gangguan yang diinduksi obat Glukokortikoid Heparin
Antikonvulsan Barbiturat Antipsikotik
2.7. PATOGENESIS Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan
tulang vertebra sebesar 42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar
58%. Pada dekade ke-8 dan 9 kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan
remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat, sedangkan
formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan
kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan
peningkatan resiko fraktur.9Setelah menopause maka resorpsi tulang
akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah menopause,
sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius
distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan produksi
berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF- yang berperan meningkatkan
kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat
menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut
sehingga aktivitas osteoklas meningkat. Untuk mengatasi
keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan
meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin
berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar
kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume
plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga
meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar
kalsium dalam bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada
menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga
terjadi relatif asidosis respiratorik.9
Gambar 4. Pathogenesis osteoporosis pasca menopause.9Penurunan
kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan
osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause
(penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa
tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi. Dengan
bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun
sedangkan kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) akan meningkat.
Peningkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan estrogen dan
testosteron membentuk kompleks yang inaktif.9
2.8. GEJALA KLINISGejala klinis pada osteoporosis berkaitan
dengan lokasi patah tulang. Kemampuan fisiologis tubuh orang lanjut
usia sudah menurun sehingga mereka mudah mengalami kecelakaan.2
kelainan ini dapat mengenai sebagian atau seluruh tulang, terutama
pada tulang pelvis, tibia, femur, tengkorak, vertebra dan
klavikula. Penyakit ini umunya bersifat asimtomatik dan ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan radiologis untuk keperluan yang
lain. Tetapi, pada beberapa penderita bisa ditemukan gejala berupa
nyeri, atau deformitas tulang.5Nyeri yang terjadi adalah nyeri
tumpul yang konstan terutama bila penderita bangun tidur dan nyeri
akan bertambah hebat bila terjadi fraktur. Deformitas terutama
terjadi pada anggota gerak bawah, mengenai tulang panjang yang
mengganggu tekanan mekanik yaitu pada daerah tibia anterior atau
femur anterolateral.5Seorang dokter harus waspada terhadap
kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :3,5 Patah tulang akibat
trauma yang ringan. Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah,
nyeri tulang. Gangguan otot (kaku dan lemah) Secara kebetulan
ditemukan gambaran radiologik yang khas.2.9. DIAGNOSIS Selain
gejala klinis, tiga prosedur diagnostik yang biasa digunakan untuk
menentukan penyakit metabolic tulang yaitu pemeriksaan
laboratorium, pencitraan, serta biopsi tulang.22.9.1. Pemeriksaan
FisikTinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap
penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita
osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan
osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal dan penurunan tinggi
badan.92.9.2. Laboratorium Pengukuran komponen biokimiawi yang
dihasilkan oleh aktivitas osteoklas dan osteoblas dalam pergantian
tulang ( bone turn over ) dapat dipakai untuk memprediksi
terjadinya osteoporosis secara tidak langsung. Uji ini berguna
sebagai uji saring dan pemantauan terapi. Pada proses osteoblastik,
komponen biokimiawi yang dihasilkan antara lain osteokalsin dan
alkali fosfatase, sementara pada proses osteoklastik antara lain
piridinolin crosslink (pyd) dan deoksipiridonolin (Ddp). Selain uji
di atas, uji laboratorium juga dapat dilakukan untuk memeriksa
komponen biokimiawi menurut penyebab osteoporosis sekunder.22.9.3.
PencitraanPencitraan berupa radiografi serta densitometri dilakukan
untuk memeriksa densitas atau massa tulang. Radiografi baru dapat
menunjukan adanya kelainan tulang seperti codfish deformity atau
fish mouth pada vertebra setelah penurunan massa tulang melampaui
30%. Bila dicuriga terdapat keganasan, pemeriksaan dilanjutkan
dengan CT-Scan.2Hingga saat ini diagnosis osteoporosis masih
didasarkan pada hasil pemeriksaan dual-x-ray absorption-metry
(DXA). Namun, pengukuran densitometry tulang merupakan metode yang
paling sensitif adan akurat untuk mendiagnosis osteoporosis. Setiap
pengurangan densitas massa tulang sebesar 1 standard deviation (1
SD) akan meningkatkan kemungkinan keparahan patah tulang sebesar 2
hingga 2,5 kali lipat.22.9.4. Biopsi tulangBiopsi tulang dan
histomorfometri merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk
menilai kelainan metabolism tulang. Biopsy biasanya dilakukan
didaerah transiliakal, yaitu 2 cm posterior SIAS dan sedikit
inferior Krista iliakal. Alat yang digunkan adalah jarum
Bordier-Meunier.Indikasi biopsy tulang meliputi berbagai kelainan
metabolic tulang seperti osteoporosis pasca menopause,
osteodistrofi renal, osteomalasia, riket, hiperparratiroidisme
primer, penyakit tulang akibat kelainan gastrointestinal kronik
atau pasca operasi gastrointestinal.
2.10. PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi dan pencegahan
osteoporosis adalah mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang
dan terjadinya fraktur serta nyeri. Terapi umumnya bergantung pada
derajat BMD. Umumnya semakin rendah BMD seseorang maka semakin
besar resiko menderita fraktur:21. BMD normal ( +1 sampai -1 SD )
tidak memerlukan pengobatan.2. BMD rendah ( -1 sampai -2,5 SD )
memerlukan terapi dengan pencegahan osteoporosis.3. BMD kurang dari
-2,5 SD tanpa atau dengan adanya fraktur harus memdapat terapi
osteoporosis.2.10.1. Non medikamentosaEdukasi dan pencegahan pada
penderita osteoporosis dapat dilakukan dengan;9a. Anjurkan pasien
untuk melakukan aktifitas fisik secara teraturb. Jaga asupan
kalsium 1000-1500 mg/hari.c. Hindari merokok dan minum alcohol.d.
Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan
osteoporosis.e. Hindari mengangkat barang-barang berat pada pasien
yang pasti osteoporosis.f. Diagnosis dini dan terapi yang tepatg.
Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan pasien terjatuh.h.
Hindari defisiensi vitamin D.
2.10.2. Medika mentosa Obat dalam tatalaksana osteoporosis
secara garis besar dapat dibagi menurut fungsinya antara lain:a.
Mencegah berlanjutnya resorpsi tulangb. Merangsang pembentukan
tulangc. Mengurangi nyeri.Berbagai obat meliputi terapi sulih
hormone, kalsitonin, bifosfat, garam florida, steroid anabolik,
vitamin D, Kalsium (1000 mg tiap hari pada laki-laki dan pada
perempuan 1500 mg tiap hari). Terapi sulih hormon dianggap sebagai
gold standard akan tetapi pengawasan memerlukan dokter ahli karena
kemungkinan timbulnya keganasan.22.10.3. Operasi Operasi dilakukan
apabila ditemukan:51. Fraktor patologis tulang panjang, dilakukan
fiksasi interna.2. Osteoarthritis yang disertai dengan nyeri hebat,
dimana dilakukan penggantian total sendi (total joint
replacement).3. Penjepitan saraf spinal, dilakukan dekompresi.4.
Osteosarkoma yang terdeteksi pada stadium dini.
BAB IIIKESIMPULANOsteoporosis merupakan satu penyakit metabolik
tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang, oleh karena
berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan
mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya
kekuatan tulang, sehingga terjadi kecendrungan tulang mudah patah.
Osteoporosis lebih banyak diderrita oleh wanita dari pada
laki-laki.Sel yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang
disebut osteoblas (osteoblast), sedangkan osteoklas (osteoclast)
bertanggung jawab untuk penyerapan tulang. Pada osteoporosis akan
terjadi abnormalitas bone turn over, yaitu terjadinya proses
penyerapan tulang (bone resorption) lebih banyak dari pada proses
pembentukan tulang (bone formation). Jadi yang berperan dalam
terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan oleh karena
jumlah dan aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan
aktivitas sel osteoblas (sel pembentuk tulang). Keadaan ini
mengakibatkan penurunan massa tulang.
DAFTAR PUSTAKA1. Wardhana, W. Faktor-faktor resiko osteoporosis
pada pasien dengan usia diatas 50 tahun. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012.2. Sjamsuhidayat, R. Buku
ajar ilmu bedah . Ed-3. Jakarta; EGC.2010. Hal;1002-1004.3.
Departemen Kesehatan RI. Wanita dan Pria Memiliki Kecenderungan
Menderita Osteoporosis; 2005. Diunduh dari URL:
http://www.depkes.go.id 4. Terapi dan Pengobatan Osteoporosis;
2011. Diunduh dari URL :
http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/19/Terapi_dan_Pengobatan_Osteoporosis.html.
5. Rasjad, Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Cetakan
keenam. 2009. Jakarta. Yarsif Watampone. Hal 6-11,6. Fawcet, Don W.
Buku ajar Histologi.Ed-12. Jakarta;EGC,2002. Hal; 183-186.7. Di
unduh dari URL: http: //www. personal. psu. edu/ staff/ m/b/mbt102/
bisci4online/ bone/ bone4. htm8. Di unduh dari URL:
http://www.siumed.edu/~dking2/ssb/remodel.htm9. W, Aru sudoyo.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus,,.et.all. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Ed-4. Jil-2.Ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006. Hal; 1259-1274.10. Febi. Osteoporosis
. di unduh dari URL:
http://caramengatasipenyakit.com/tag/penyebab-osteoporosis/
ILUSTRASI KASUS
Ny AK (54th) seorang ibu rumahtangga istri dari seorang
pengusaha, sejak 1 bulan yang lalu mengeluh nyeri pada punggung dan
tulang belakang. Siklus menstruasinya sudah berhenti sekitar 3
tahun yang lalu. Untuk mengatasi keluhannya, dia minum Natrium
Diklofenak tablet 2X50 mg sehari. Beberapa saat nyeri bisa
berkurang, namun kemudian sering kambuh lagi.
Riwayat Penyakit SebelumnyaHipertensi sejak 10 th yang
laluMemiliki riwayat ulcer dan perdarahan lambungPernah mengalami
perdarahan per vagina (vaginal bleeding) setahun yang lalu
Riwayat KeluargaIbunya meninggal karena kanker payudara
Riwayat PengobatanKaptopril 3X12,5 mg sehariNifedipin 3X10 mg
sehari
Pemeriksaan fisikTekanan Darah 160/100Tek Nadi dan RR dbn (dalam
batas normal)
22