BAB I PENDAHULUAN Periode neonatal merupakan masa transisis dari suatu lingkungan intrauterine yang relative hipoksik menuju ke keadaan fisiologis. Agar transisi ini dapat efektif, terjadi modifikasi beberapa sistem organ, termasuk sistem hematopoetik pada fetus dan neonates merupakan suatu keadaan yang terus menerus berubah dan berevolusi seiring dengan adaptasi neonates pada lingkungan yang baru. [1] Anemia adalah keadaan penurunan massa eritrosit atau konsentrasi hemoglobin sehingga menyebabkan turunnya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Anemia neonates terjadi selama masa neonates (0 – 28 hari). Disebut anemia jika konsentrasi hemoglobin 2 standar deviasi (2SD) di bawah rerata konsentrasi hemoglobin sesuai usia anak. Konsentrasi hemoglobin normal berbeda-beda sesuai usia anak. [2] Diagnosis anemia pada neonates harus ditegakkan berdasarkan berat badan lahir, usia postnatal, tempat, waktu, dan metode pengambilan sampel. Tanpa memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Pada saat lahir hingga usia 2 – 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Periode neonatal merupakan masa transisis dari suatu lingkungan
intrauterine yang relative hipoksik menuju ke keadaan fisiologis. Agar transisi ini
dapat efektif, terjadi modifikasi beberapa sistem organ, termasuk sistem
hematopoetik pada fetus dan neonates merupakan suatu keadaan yang terus
menerus berubah dan berevolusi seiring dengan adaptasi neonates pada
lingkungan yang baru.[1]
Anemia adalah keadaan penurunan massa eritrosit atau konsentrasi
hemoglobin sehingga menyebabkan turunnya kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen. Anemia neonates terjadi selama masa neonates (0 – 28 hari). Disebut
anemia jika konsentrasi hemoglobin 2 standar deviasi (2SD) di bawah rerata
konsentrasi hemoglobin sesuai usia anak. Konsentrasi hemoglobin normal
berbeda-beda sesuai usia anak.[2]
Diagnosis anemia pada neonates harus ditegakkan berdasarkan berat badan
lahir, usia postnatal, tempat, waktu, dan metode pengambilan sampel. Tanpa
memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan kesalahan diagnosis.
Pada saat lahir hingga usia 2 – 3 bulan, bayi preterm shat memiliki kadar
hemoglobin yang lebih rendah dibandingkan bayi aterm. [3]
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : By.Ny.R
Tanggal lahir : 24-11-2015
Tanggal masuk : 29-11-2015
Ruangan : Peristi
2. Anamnesis
Bayi laki-laki berusia 5 hari masuk rumah sakit dengan kondisi kuning
seluruh tubuh, kuning dialami sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit,
orang tua bayi juga mengatakan bahwa anaknya malas minum, lemas dan
demam (-), bayi lahir spontan di Poskesdes dibantu oleh bidan, bayi lahir
langsung menangis, air ketuban biasa, dengan berat lahir : 2400 gram dan
banjang badan lahir: 47 cm.
3. Pemeriksaan Fisik
Denyut jantunng : 134 x/mennit
Respirasi : 48 x/menit
Temperatur : 37 oC
Berat Badan : 2600 gram
Panjang badan : 47 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
1) Sistem pernapasan
- Sianosis :-
- Merintih : -
- Apnea : -
- Retraksi dinding dada : -
- Pergerakan dinding dada: simetris bilateral
- Cuping hidung : -
- Stridor : -
- Bunyi napas: bronkovesikuler +/+
- Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/-
Skor DOWN
- Frekuensi napas : 0
- Retraksi : 0
- Sianosis : 0
- Udara masuk : 0
- Merintih : 0
Total skor: 0
Kesimpulan : tidak ada gawat napas
2) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung : BJ I/II murni reguler
Murmur : -
3) Sistem Hematologi
- Pucat : +
- Ikterik : +
4) Sisrem gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : -
- Muntah : -
- Diare : -
- Residu lambung : -
- Organomegali : -
- Bising usus : Peristaltik (+), kesan normal
- Umbilikus
Keluaran : -
Warna kemerahan : -
Edema : -
5) Sistem Saraf
- Aktivitas : kurang aktif
- Kesadaran : komposmentis
- Fontanella : datar
- Sutura : belum menutup
- Refleks terhadap cahaya : +/+
- Kejang : -
- Tonus otot : normal
6) Sistem Genitalia
- Anus imperforata : -
- Laki-laki
Hipospadia : -
Hidrokel : -
Hernia : -
Testis :-
7) Pemeriksaan lain
- Ekstremitas : akral hangat
- Turgor : kembali cepat
- Kelainan kongenital : -
- Trauma lahir : -
Skor BALLARD
Tidak dilakukan dikarenakan bayi sudah berusia 5 hari (>72 jam)
4. Diagnosis : Anemia pada neonatus + BBLR
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah Rutin
6. Terapi
- IVFD K EN IB 12 tpm
- Injeksi ampisilin 4 x 75 mg
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
- Transfusi PRC 75 cc
FOLLOW UP
30/11/2015
S: -
O: Keadaan umum : kurang aktif, lemah
Demam (-)
Refleks isap (+)
Pucat (-)
Ikterus (+)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai RujukanWBC 11.6 103/mm3 4.0 – 10.0 103/mm3
RBC 0.93 x 106/mm3 3.80 – 6.50 106/mm3
HGB 3.5 g/dl 11.5 – 17 g/dl
HCT 10.6 % 37.0 – 54.0 %
MCH 38.2 pg 27 – 32 pg
MCV 115 fL 80 – 100 fL
RDW 16.3 % 11.5 – 14.5%
PLT 46x 103/mm3 150 – 500 103/mm3
- Denyut jantung : 132 x/menit
- Respirasi : 47 x/menit
- Suhu : 36,5oC
Hasil Pemeriksaan Darah rutin
Hasil pemeriksaan bilirubin
- Bilirubin total : 5.8 mg/dl (nilai normal 0.1 – 1.2)
- Bilirubin direk: 0.3 mg/dl (nilai normal 0.1 0.3)
- Bilirubin indirrek: 5.5 (nilai normal 0.1 – 1.0)
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD K EN IB 12 tpm
- Injeksi ampisilin 4 x 75 mg
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
01/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif, lemah
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 15.71 103/mm3 4.0 – 10.0
103/mm3
RBC 5.72 x 106/mm3 3.80 – 6.50
106/mm3
HGB 20.1 g/dl 11.5 – 17 g/dl
HCT 53.5 % 37.0 – 54.0 %
MCH 35.1 pg 27 – 32 pg
MCV 93.5 Fl 80 – 100 fL
RDW 14.3 % 11.5 – 14.5%
PLT 187x 103/mm3 150 – 500
103/mm3
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (+)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 130 x/menit
- Respirasi : 45 x/menit
- Suhu : 37.4oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD K EN IB 12 tpm
- Injeksi ampisilin 4 x 75 mg
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
02/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif, lemah
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 139 x/menit
- Respirasi : 35 x/menit
- Suhu : 36.4oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD DEx 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
03/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif
Demam (+)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 120 x/menit
- Respirasi : 40 x/menit
- Suhu : 37.9oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD DEx 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
04/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 128 x/menit
- Respirasi : 49 x/menit
- Suhu : 37.2 oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD DEx 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
05/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 135 x/menit
- Respirasi : 45 x/menit
- Suhu : 37.3oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD Dex 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
06/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif,
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 150 x/menit
- Respirasi : 46 x/menit
- Suhu : 37oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD Dex 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
07/12/2015
S:
O: Keadaan umum : kurang aktif, lemah
Demam (-)
Refleks isap (+)
Ikterus (-)
Pucat (-)
Sesak napas (-)
Muntah (-)
BAB (+)
BAK (+)
Tanda-tanda vital
- Denyut jantung : 152 x/menit
- Respirasi : 39 x/menit
- Suhu : 37.3oC
A : Anemia pada Neonatus + BBLR
P:
- IVFD DEx 5% 8 tpm
- Gentamisin 2 x 5 mg/ iv
- Dexamethasone 3 x 0.5/ iv
BAB III
DISKUSI
1. Anemia pada Neonatus
Anemia pada neonates dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
fisiologis dan non-fisiologis. Pada bayi aterm sehat, kadar hemoglobin
menetap samapi usia 3 minggu, kemudia turun mencapai kadar terendah
hingga 11 g/dL pada usia 8 -12 minggu. Tetap stabil selama bebeeraap
minggu dan kemudian meningkat secara progresif. Keadaan ini dikenal
dengan anemia fisiologis pada bayi. Anemia fisiologis ini biasanya tanpa
gejala dan tidak memerlukan transfuse darah. Pada bayi premature anemia
terjadi lebih awal yaitu usia 4 – 12 minggu. Penurunan kadar hemoglobin
lebih besar dan mencapai kadar terendah 7 – 9 g/dL pada usia 4 – 8 minggu.[2]
Anemia fisiologis pada bayi prematur maupun aterm ini, berhubungan
dengan berbagai faktor antara lain, penurunan masa eritrosit saat lahir,
iatrogenic karena sampling laboratoris, masa hidup eritrosit pendek, produksi
eritropetin yang kurang adekuat, dan pertumbuhan badan yang cepat. Selain
itu, bayi premature memiliki waktu lebih singkat untukmensintesis
hemoglobin saat intrauterine, sehingga saat lahir konsentrasi hemogobinnya
lebih rendah. Jika tidak ada komplikasi klinis yang berhubugan dengan
prematuritas, maka bayi akan tetap asimptomatik.[2]
Anemia pada neonates adalah anemia yang terjadi pada saat lahir atau
dalam minggu pertama setelah lahir. Secara umum dapat dibagi menjadi 3
yaitu:[4]
1) Anemia karena perdarahan
2) Anemia karena proses hemolitik
3) Anemia karena kegagalan produksi eritrosit
Berikut ini merupakan tabel etiologi dari anemia pada neonates
A. Peningkatan destruksi eritrosit atau anemia hemolitik Anemia hemolitik imun
- Inkompatibilitas Rh, ABO, atau grup minor- Anemia hemolitik infantil autoimun, termasuk anemia yang
berhubungan dengan penyakit kolagen vaskular maternal- Induksi obat, misalnya, penicillin, cephalothin, alpha-
B. Penurunan produksi eritrosit atau anemia hipoplastik Sindroma kegagalan sumsum tulang
- Hanya kelompok sel eritroid, misalnya aplasia eritrosit kongenital (Anemia Diamond-Blackfan), eritropenia transient pada anak, anemia diseritropoietik kongenital
- Infeksi virus kongenital, eg. rubella, parvovirus Defisiensi zat gizi, misalnya protein, zat besi, folat, B12 Defisiensi transkobalamin II Leukemia kongenital
C. Kehilangan darah atau anemia hemoragik Iatrogenik Komplikasi obstetrik, misalnya perdarahan traumatik tali pusat,
plasenta, atau cairan amnion karena kordosentesis atau amniosentesis; ruptur tali pusat; insisi bedah pada plasenta saat seksio cesarea; tight nucal cord; posisi bayi di atas plasenta tapi sebelum klem tali pusat
Malformasi plasenta atau tali pusat, misalnya insersi velamentosa tali pusat, rupture vasa previa.
Perdarahan tersembunyi saat lahir atau selama persalinan- Fetomaternal- Fetoplacental- Twin-to-twin (hanya pada kembar monozigotik,
monokorionik). Perdarahan internal (termasuk trauma maupun kelainan
pembekuan darah), misalnya intracranial, intrahepatik, cephalohematoma, perdarahan subgaleal.
Koagulasi intravaskular disseminata dengan perdarahan eksternal atau internal
2. Penegakan Diagnosis Anemia pada Neonatus
A. Anamnesis
Anamnesis yang baik sangat berguna untuk menegakkan diagnosis.
Perlu ditanyakan secara teliti riwayat maternal, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, dan pada periode neonatal. Ditanyakan secara lengkap riwayat
kesehatan ibu, misalnya adanya kelainan pembekuan darah, kelainan
enzim ataupun membran eritrosit, obat yang digunakan selama masa
kehamilan. Riwayat trauma atau perdarahan pervaginam,atau kelainan lain
yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan USG atau amniosentesis.[1,2]