REFERAT LARYNGOMALASIA Oleh : Ilham Hariyadi, S.Ked J 500090023 Satiti Endah Dwi W., S.Ked J 500090004 Ayu Kurnia P., S.Ked J 500090068 Rachmat Andy N., S.Ked J 500090053 Nugroho Tri W., S.Ked J 500090052 Pembimbing : dr. Made Jeren, Sp.THT KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT THT 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
LARYNGOMALASIA
Oleh :
Ilham Hariyadi, S.Ked J 500090023
Satiti Endah Dwi W., S.Ked J 500090004
Ayu Kurnia P., S.Ked J 500090068
Rachmat Andy N., S.Ked J 500090053
Nugroho Tri W., S.Ked J 500090052
Pembimbing :
dr. Made Jeren, Sp.THT
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT THT
RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
REFERAT
LARYNGOMALASIA
Yang diajukan Oleh :
Ilham Hariyadi, S.Ked J 500090023
Satiti Endah Dwi W., S.Ked J 500090004
Ayu Kurnia P., S.Ked J 500090068
Rachmat Andy N., S.Ked J 500090053
Nugroho Tri W., S.Ked J 500090052
Telah disetujui dan disyahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari................tanggal................
Pembimbing
dr. Made Jeren, Sp.THT ( )
Dipresentasikan dihadapan
dr. Made Jeren, Sp.THT ( )
Disahkan Ka Profesi FK UMS
dr. Dona Dewi Nirlawati ( )
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT THT
RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laringomalasia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kelemahan
struktur supraglotik sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran nafas (Stern
RC, 2000). Istilah laringomalasia pertama kali diperkenalkan oleh Jackson
pada tahun 1942 (Jamal N, 2009).
Laringomalasia merupakan penyebab utama stridor pada bayi. Etiologi
laringomalasia masih belum diketahui secara pasti (Vicencio AG, 2006).
Tetapi karena tingga insiden gangguan neuromuskuler pada bayi dengan
laringomalasia, beberapa peneliti mempercayai bahwa gangguan ini
merupakan bentuk hipotonia laring. Peneliti lain berpendapan bahwa penyakit
refluks gastroesofageal yang ditemukan pada 63% bayi dengan
laringomalasia, mungkin berperan, karena menyebabkan edema supraglotis
dan mengubah resistensi aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi nafas
(Krashin E, 2008).
Laringomalasia biasanya bermanifestasi saat baru lahir atau dalam usia
beberapa minggu kehidupan berupa stridor inspirasi. Berdasarkan beberapa
laoran, sekitar 65-75% kelainan laring pada bayi baru lahir disebabkan oleh
laringomalasia, dan masih mungkin dianggap sebagai fase normal
perkembangan laring, karena biasanya gejala akan menghilang setelah usia 2
tahun (Huntley C, 2010).
Laringomalasia dapat terjadi sebagai kelainan tunggal atau dapat pula
berhubungan dengan anomaly saluran nafas atau organ lain. Lesi lain
diteumkan pada hamper 19% bayi dengan laringomalasia. Oleh sebab itu
beberapa peneliti menyarankan laringoskopi langsung dan bronkoskopi harus
dilakukan pada bayi dengan laringomalasia untuk mencegah tidak
3
terdiagnosisnya kelainan saluran nafas lain yang dapat mengancam jiwa
(Krasin E, 2008).
Trakeomalasia dapat pula terjadi sebagai kelainan tunggal, tidak
berhubungan dengan leringomalasia yang dapat menimbulkan gejala stridor
inspirasi, ekspirasi, atau bifasik Schild JA, 1999.
Sebagian besar laringomalasia bersifat ringan dan dapat menghilang
sendiri. Keadaan laringomalasia berat yang menimbulkan keadaan apnea,
kesulitan makan, gagal tumbuh membutuhkan intervensi bedah (Huntley C,
2010).
B. Tujuan
Mengetahui dan menambah wawasan tentang laringomalasia dan
mengetahui pemeriksaan apa saja yang dapat membantu menegakkan
diagnosis laringomalasia serta penatalaksanaannya.
C. Manfaat
Makalah ini dapat memberikan informasi yang detail mengenai
laringomalasia, sehingga dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan laringomalasia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Larynx
1. Anatomi Larynx
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Bagian atas laring adalah aditus laring, sedangkan bagian
bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid (Herman, 2007).
Rongga laring dibagi atas 3 bagian yaitu supraglotis, glotis, dan
subglotis. Daerah supraglotis terdiri dari epilaring dan vestibulum. Epilaring
merupakan gabungan dari permukaan epiglotis, plika ariepiglotika dan
aritenoid, sedangkan vestibulum terdiri dari pangkal epiglotis, plika
vestibularis, dan ventrikel (Herman, 2007).
Daerah glotis terdiri dari pita suara dan 1 cm di bawahnya. Daerah
subglotis adalah dari batas bawah glotis sampai dengan batas bawah kartilago
krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid
dan beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U yang
permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh
tendon dan otot-otot. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago