BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangLaryngitis akut adalah radang akut laring ,
pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold
). Pada anak laryngitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan
nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.( buku
ajar telinga hidung tenggorokan edisi ke VI FK UI ).Biasanya
laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun.
Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan
termasuk dalam observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan
diatasnya. (K.Shah, Rahul)Dari penelitian di Seattle Amerika,
didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan
5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan
11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9
dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5
dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan
3.1 dari 1000 anak per tahun.( Foy dkk,1973)
Dari penelitian di Chapel Hill NC, didapatkan data-data
perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari
data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumah
sakit.Di Tuscon AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun
pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup
mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6
tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan,
dengan perbandingan laki-laki/perempuan. ( Danny dkk,1993)
Pada laringitis akut kebanyakan kasus dilapangan sering
disebabkan virus. Virus tersering yang menyebabkan laringitis akut
adalah Virus parainfluenza 1. Namun terdapat juga beberapa virus
lain yang merupakan penyebab laringitis akut yaitu ; Virus
parainfluenza 3, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, dan
Rhinovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. ( PDT,
2005)
Laringitis akut biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan
terapi konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat
diperhitungkan.pasien dengan laringitis akut .Dari etiologi infeksi
yang disebabkan oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai plika
vokalis. Ketidak sempurnaan produksi suara pada pasien dengan
laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi
yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan yang tidak
sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini
selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan
mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda kembalinya fonasi
normal. ( K Shah, Rahul)
Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh
sendiri. Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3
minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis kronik.
Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara,
pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen infeksius lainnya
yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen
infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang
bakteri.
Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa
hari. Serak dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Beberapa
pasien cenderung menderita afonia fungsioal setelah laringitis
akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring yang normal,
akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara
akan dapat mengatasi keadaan tersebut.( Buku Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,1991)
Oleh karena pada umumnya kebanyakan pasien datang dengan
diagnosis laryngitis akut maka penulis berusaha berbagi informasi
dan menyajikan referat tentang laryngitis akut. Penulis berusaha
untuk menulis semua aspek tersebut dalam tinjauan pustaka referat
ini dan diharapkan dapat bermanfaat.
1.2Rumusan MasalahBagaimana patofisiologi terjadinya laringitis
akut ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan laporan laryngitis akut diharapkan
mengetahui dan memahami penyakit laringitis akut1.3.2 Tujuan
Khusus
Untuk lebih mengenal dan mampu menjelaskan tentang ruang lingkup
laryngitis akut dalah hal definisi , anatomi , fisiologi , etiologi
, dan penatalaksanaan laryngitis akut. Mampu menjelaskan dan
memberikan terapi menyeluruh dan edukasi kepada pasien mengenai
upaya pencegahan kekambuhan pada laryngitis akut.1.4 Manfaat
Dengan di susunnya makalah laryngitis akut ini kita diharapkan
sebagai dokter dapat mengetahui tentang etiologi , patofisiologi ,
dan juga dapat lebih tepat dalam mendiagnosa maupun memberikan
terapi tepat.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1Anatomi Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi.
Gambar 2.1 Anatomi Laring ( www.google.com )2.1.1Struktur
Penyangga Laring
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa
kartilago yang berpasangan ataupun tidak . Disebelah superior
terdapat os hioideum, struktur yang berbentuk U dan dapat dipalpasi
di leher depan dan lewat mulut pada dinding faring lateral. Meluas
dari masing masing sibagian tengah atau os atau korpus hioideum
adalah suatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke posterior
dan suatu prosesus pendek yang mengarah ke superior.tendon dan otot
otot lidah, mandibula , dan kranium, melekat pada permukaan
superior korpus kedua prosesus. Saat menelan kontraksi otot otot
ini mengangkat laring . Namun bila laring dalam keadaan stabil,
maka otot otot tersebut akan membuka mulut dan akan berperan dalam
gerakan lidah. Di bawah os hioideum dan menggantung pada ligamentum
tirohioideum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea
(perisai). Ke dua alae menyatu di garis tengah pada sudut yang
lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk jakun (Adam apple).
Pada tepi masing masing alae, terdapat kornu superior dan inferior.
Artikulasio kornu inferius dan kartilago krikoidea, memungkinkan
sedikit pergeseran atau pergerakan antara kartilago tiroidea dan
krikodea.
Kartilago krikoidea yang juga mudah teraba dibawah kulit,
melekat pada kartilago tiroidea lewat ligamentum krikotiroideum.
Tidak seperti struktur penyokong lainnya dari jalan
pernapasan,kartilago krikoidea berbentuk lingkaran penuh dan tak
mampu mengembang. Permukaan posterior atau lamina krikoidea cukup
lebar, sehingga kartilago ini tampak seperti signet ring. Intubasi
endotrakea yang lama sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan
dapat menyebabkan stenosis subglotis, didapat disebelah inferior,
kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat ligamentum
interkartilaginosa.
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago
aritenoidea masing masing berbentuk seperti piramid berisi tiga.
Basis piramidalis berartikulasi dengan krikoid pada artikulasio
krikoatenoidea, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial
ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago aritenoidea mempunyai dua
prosesus , prosesus vokalis anterior dan prosesus muskularis
lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke anterior dan masing masing
prosesus vokalis dan berisensi ke dalam kartilago tiroidea di garis
tengah. Prosesus membentuk dua perlima bagian belakang dari korda
vokalis. Sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa
atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan
permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Bagian
laring diatasnya disebut supraglotis dan dibawahnya subglotis.
Terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang tidak
memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak dalam jaringan
diatas menutupi aritenoid. Disebelah lateralnya, yaitu didalam
plika ariepiglotika terletak kartilago kuneiformis.
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal
yang berbentuk seperti bat pingpong. Pegangan atau petiolus melekat
melalui suatu ligamentum pendek pada kartilago tiroidea tepat
diatas korda vokalis, sementara bagian racquet meluas keatas
dibelakang korpus hioideum ke dalam lumen faring, memisahkan
pangkal lidah dan laring. Epiglotis dewasa umumnya sedikit cekung
pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang dewasa,
epiglotis jelas melengkung dan disebut epiglottis omega atau
juvenillis. Fungsi epiglottis sebagai lunas yang mendorong makanan
yang ditelan ke samping jalan napas laring. Selain itu, laring juga
disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior, pada ke dua
sisi laring terdapat membran kuadrangularis yang meluas ke belakang
dari tepi lateral epiglotis hingga tepi lateral kartilgo
aritenoidea. Dengan demikian, membran ini membagi dinding antara
laring dan sinus piriformis, dan batas superiornya disebut plika
ariepiglotika. Jaringan pasangan elastik lainnya adalah konus
elastikus ( membrana krikovokalis). Jaringan ini jauh lebih kuat
daripada membran kuadrangularis, dan meluas keatas dan medial dari
arkus kartilaginis krikoidea untuk bergabung dengan ligamentum
vokalis pada masing masing sisi. Jadi konus elaktikus terletak
dibawah mukosa di bawah permukaan korda vokalis.( Cohen
JL,1997)
2.1.2 Otot-otot Laring
Otot otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot
ekstrinsik yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,
sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara struktur
struktur laring sendiri. Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut
fungsinya.
Otot depresor atau otot-otot leher ( omohioideus,
sternotyroideus, sternohyoideus ) berasal dari bagian inferior.
Otot levator ( milohyoideus, geniohyoideus, genioglosus, hyoglosus,
digastrikus dan stilohyoideus ) meluas dari os hyoideum ke
mandibula, lidah dan prosessus stiloideus pada kranium. Otot
tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot otot leher, terutama
berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioideum dan ujung
posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius
dan inferior yang melingkari faring disebelah posterior dan
berfungsi pada saat menelan. Serat serat paling bawah dari otot
konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus
yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esophagus superior.
Anatomi otot otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan
mangaitkan fungsinya. Seratserat otot interaritenoideus
(aritenoideus) tranversus dan oblikus meluas antara kedua kartilago
aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser
kearah garis tengah, mengaduksi korda vokalis. Otot
krikoaritenoideus posterior meluas dari permukaan posterior lamina
krikoidea untuk berinsersi kedalam procesus muskularis aritenoidea;
otot ini menyebabakan rotasi aritenoid kearah luar dan mengaduksi
korda vokalis. Antagonis utama otot ini, yaitu otot
krikoaritenoideus lateralis berorigo pada arkus krikoidea
lateralis; insersinya juga pada prosesus muskularis dan
menyebabakan rotasi aritenoid ke medial, menimbulkan aduksi.
Yang membentuk tonjolan korda vokalis adalah otot vokalis dan
tiroaritenoideus yang hampir tidak dapat dipisahkan; kedua otot ini
ikut berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis. Pada individu
lanjut usia, tonus otot vokalis dan tiroaritenoideus agak
berkurang; korda vokalis tampak membusur keluar dan suara menjadi
lemah dan serak. Otot-otot laring utama lainnya adalah pasangan
otot krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk kipas berasal dari
arkus krikoidea disebelah anterior dan berinsersi pada permukaan
lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik
kartrilago tiroidea kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis. Kontraksi ini secara pasif juga memutar aritenoid ke
medial,sehingga otot krikotiroideus juga dianggap sebagai otot
abduktor.
2.1.3Persarafan
Dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik
dan motorik. Dua saraf laringeus superior dan dan dua inferior atau
laringeus rekurens saraf laringeus merupakan cabang cabang saraf
vagus. Saraf laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat
dibawah ganglion nodusum melengkung ke anterior dan medial dibawah
arteri karotis eksterna dan interna, dan bercabang dua menjadi
suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna. Cabang
interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus persarafan
sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis dan seluruh mukosa
laring superior interna tepi bebas korda vokalis sejati. Masing
masing cabang eksterna merupakan suplai motoric untuk satu otot
saja, yaitu otot krikotiroideus. Disebelah inferior, saraf rekurens
berjalan naik dalam alur diantara trakea dan esofagus, masuk
kedalam laring tepat dibelakang artikulasio krikotiroideus, dan
mengurus persarafan motorik semua otot interinsik laring kecuali
krikotiroideus. Saraf rekurens juga mengurus sensasi jaringan
dibawah korda vokalis sejati ( regio subglotis ) dan trakea
superior. Karena perjalan saraf inferior kiri yang lebih panjang
serta hubungannya dengan aorta, maka saraf ini lebih rentan cedera
dibanding saraf kanan.
Gambar 2.2 Anatomi syaraf laring ( www.google.com )2.2Fisiologi
Laring
Laring memiliki 3 fungsi yaitu untuk bersuara, bernapas, dan
proteksi jalan napas.
2.2.1 Stadium respirasi
Kedua korda vokalis ditarik ke lateral oleh muskulus golongan
abductor yaitu m. krikoaritenoideus posterior sehingga rima glottis
terbuka.
2.2.2Stadium fonasi
Korda vokalis digerakkan ke medial oleh muskulus golongan
aduktor sehingga rima glottis menutup. Suara terbentuk karena
tiupan udara dari paru yang menggetarkan korda vokalis . Korda
vokalis akan membuka dan menutup secara cepat sekali sehingga
timbul getaran suara. Selain itu ada teori neurochronaxi yang
mengatakan perlunya rangsangan saraf rekurens ke otot intrinsik
laring supaya bergetar. ( Sri Herawati, Sri Rukmini 2002)
Untuk terjadinya suara yang nyaring diperlukan syarat-syarat
yaitu:
a) Secara anatomi korda vokalis normal (tidak ada oedem, tumor,
dan lain-lain).b) Secara visiologi korda vokalis normal ( korda
vokalis harus dapat bergerak ke medial secara simetris dan merapat
dengan baik di garis median).c) Arus udara yang cukup baik dari
paru.
Jika salah satu syarat diatas tidak terpenuhi dapat terjadi
suara parau. Agar dapat mengeluarkan suara bernada tinggi,korda
vokalis harus dapat ditipiskan, ditegangkan, dan dipanjangkan.
Untuk nada rendah terjadi sebaliknya agar terjadi suara rendah
korda vokalis ditebalkan, dipendekkan, dan dikendorkan. Setelah
suara terbentuk di laring oleh mulut,bibir, palatum,lidah dan gigi
suara akan diubah menjadi huruf-huruf untuk bicara. (Sri Herawati,
Sri Rukmini 2002)2.3Definisi
Laringitis akut adalah infeksi akut pada mukosa laring. Infeksi
ini pada umumnya merupakan kelanjutan dari rhinitis akut atau
nasofaring akut. (PDT, 2005)
Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu
banyak digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara
terdapat pita suara dua lipatan selaput lendir yang membungkus otot
dan tulang rawan ( Emirzaa, 2013)
Laringitis akut dapat merupakan infeksi lokal atau bagian dari
infeksi sistem pernafasan atas. Pada anak dapat menimbulkan
sumbatan, jalan nafas cepat karena rima glotisnya relatif lebih
sempit, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak
anak.
2.4Epidemiologi
Dari penelitian di Seattle Amerika, didapatkan angka serangan
croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per
tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per
tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per
tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per
tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak
per tahun.( Foy dkk,1973)
Dari penelitian di Chapel Hill NC, didapatkan data-data
perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari
data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumah
sakit.
Di Tuscon AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun
pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup
mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6
tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan,
dengan perbandingan laki-laki/perempuan. ( Danny
dkk,1993)2.5Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak
menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap,
dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas
atas.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi
virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak
kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis
yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang
dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Pada laringitis akut pada kebanyakan kasus dilapangan sering
disebabkan virus. Virus tersering yang menyebabkan laringitis akut
adalah Virus parainfluenza 1. Namun terdapat juga beberapa virus
lain yang merupakan penyebab laringitis akut yaitu ; Virus
parainfluenza 3, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, dan
Rhinovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. ( PDT,
2005)
Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca,
pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan
minum-minum alcohol, dan alergi.)2.6Patofisiologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita
suara yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus,
yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui
inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal
yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria,
submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan
histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN).
Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang
terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea
dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran
nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah
celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan
membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal
dari penebalan yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika
vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis mengeras
daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan
sebelumnya biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan
mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis. (K Shah, Rahul,
2010)2.7Diagnosa2.7.1Gejala klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien
sebagai
suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara
dengan
nada lebih rendah 5 dari suara yang biasa / normal dimana
terjadi
gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua
pita
suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada
parau
bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). ( Faradilla
2009)
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau
berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak
kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala,
batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala,
batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebihdari 38
derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan
nyeri
diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan
juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal
atau
paru .
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti
subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada
anak
berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah
berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal
dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik
yang
dapat mengancam jiwa anak.
(www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article, 13 Oktober 2010.)
2.7.2Pemeriksaan fisikInspeksi : terutama untuk melihat
pembesaran kelenjar leher , laring , dan tiroid. Kelenjar leher
pada umumnya baru bisa teraba apabila ada pembesaran lebih dari 1
cm.
Palpasi : untuk memeriksa pembesaran pada membrane krikotiroid
atau tirohioid yang merupakan tanda ektensi tumor ke ektra
laryngeal. Infiltrasi tumor ke kelenjar tiroid menyebabkan tiroid
membesar dan keras. Memeriksa pembesaran getah bening leher.
Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa berada di belakang
penderita dan di lakukan secara sistematik atau berurutan dimulai
dari sub mental berlanjut ke arah angulus mandibula , sepanjang
muskulus sternokleidomastoideus , klavikula , dan diteruskan
sepanjang saraf asessorius. ( Buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan EGC 2009 )
Pemeriksaan fisik yang di dapatkan pada laringitis akut:
a) Suara parau sampai afoni
b) Panas badan subfebrilc) Gejala sumbatan jalan napas atas:
Stridor Inspirasi
Sesak saat inspirasi
Retraksi supravikula, intercostal, epigastrial
d) Pemeriksaan laringoskopi indirekta atau direkta di dapatkan
:
Mukosa laring dan korda vokalis hiperemi dan oedem
Rima glottis sempit ( terutama pada anak). ( PDT,2005)
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu
menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna
merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.
Gambar 2.3 Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring
wanita 53
tahun, dengan gejala utama serak dan suara terengah-engah.
Catatan daerah-daerah
eritem dan mukosa normal yang bergantian pada plika vokalis.
Juga ditandai
irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal
Pemeriksaan darah rutin tidak memberikan hasil yang khas, namun
biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan usapan sekret tenggorok
dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun
pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab.
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh
saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.2.7.3Pemeriksaan
penunjang
1. Foto rontgen leher AP : Tanda ini ditemukan pada 50% kasus,
pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan
diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaranstaplle sign(penyempitan
dari supraglotis)Foto rontgen leher AP bisa tampak pembengkakan
jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50%
kasuspada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral,
walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan
laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudatdi
orofaring atau plika suara, pemeriksaan kulturdapat dilakukan.Dari
darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.(K Shah,
Rahul,2010)
Gambar 2.4 croup steeple ( http //
en.Wikipedia.org./wiki/file:croupsteeple.jpg )2. Pemeriksaan
laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksisekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa
laring yangsangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akantampak dibawah pita suara.2.8 Diagnosis
banding
Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun
kronis. Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada
traktus respiratorius bagian atas. Akan tetapi inflamasi tesebut
juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab diantaranya
adalahlaringitis akutLaringitis kronis
1. Rhinovirus2. Parainfluenza virus3. Adenovirus4. Virus mumps5.
Varisella zooster virus6. Penggunaan asma inhaler7. Penggunaan
suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum
Mengajar8. Alergi9. Streptococcus grup A10. Moraxella
catarrhalis11. Gastroesophageal refluks1. Infeksi bakteri2. Infeksi
tuberkulosis3. Sifilis4. Leprae5. Virus6. Jamur7. Actinomycosis8.
Penggunaan suara berlebih9. Alergi10. Faktor lingkungan seperti
asap, debu11. Penyakit sistemik : wegener granulomatosis,
amiloidosis12. Alkohol13. Gatroesophageal refluks
Table 2.1 diagnosis banding
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Terapi
a) Instirahat, khususnya istirahat bicara.b) Terapi simptomatis
analgesik-antipiretik untuk panas badan dan nyeri menelan.
c) Ekspektoran untuk batuk dan mengencerkan lendir.
d) Humidifikasi dalam ruangan yang sejuk, dan dingin.
e) Amoxycilline diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. ( PDT
2005 )Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan
penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali
kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan
terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk
sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka
panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat
membantu.Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan
reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan
hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.Terapi
pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi
sumbatan laring.Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari
beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik,
sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan.
Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu
laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat
menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini,
pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan
menghentikan kebiasaan merokok.
2.10 Pencegahan Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok
akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita
suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar
lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem
juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.(
Faradilla N, 2009)2.11Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada
usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem
subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila
hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau
trakeostomiaik. (Faradilla N ,2009)Laringitis akut umunya bersifat
self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya
sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada
penyebab dari laringitis kronis tersebut.BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan :
Laringitis akut merupakan proses peradangan atau inflamasi yang
terjadi pada laring dan dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab.
Penyebab tersering dari laringitis akut ini adalah virus
parainfluenza.Gejala yang terjadi pada laringitis akut ini adalah
batuk yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi dan sesak
nafas, dapat juga disertai dengan demam. Gejala biasanya lebih
berat pada malam hari. Bisa didahului oleh pilek, hidung tersumbat,
batuk dan sakit menelan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara
serak, coryza, faring yang meradang dan frekuensi pernafasan dan
denyut jantung yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor
terus menerus, megap-megap (air hunger), hipoksia, saturarsi
oksigen yang rendah, dan sianosis. Dari pemeriksaan penunjang bisa
didapatkan pada laringoskopi ditemukan kemerahan pada laring yang
difus bersama dengan pelebaran pembuluh darah dari pita suara,
kadang bercak-bercak dari sekresi, pergerakan pita suara dapat
ditemukan asimetris dan tidak periodik. Dari pemeriksaan rontagen
leher dapat ditemukan gambaran staplle sign pada foto AP dan
penyempitan subglotis pada foto lateral. Dapat dilakukan
pemeriksaan gram dan kultur dengan tes sensitivitas. Dari darah
didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi
dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik.3.2 Saran :
Menghindari penyebab terjadinya laryngitis akut, istirahat
berbicara, dan bersuara selama 2-3 hari, menghirup udara lembab,
menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok,
makanan pedas atau minum es.
Antibiotic diberikan apabila peradangan berasal dari paru. Bila
terdapat sumbatan laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau
trakeotomi
BAB 1V
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Sri, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Untuk Mahasiswa FKG. Jakarta: EGC.Kerschner, J.E., 2007.
Otitis Media in: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646Pedoman diagnosisi dan
terapi.2005. Edisi III. Surabaya: bagian SMF Ilmu Penyakit THT RSUD
Dr, Soetomo
Buku ajar ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok. Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6. 2007. Jakarta K Shah,
Rahul ; Acute Laryngitis, Available at
:http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm. )
Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan
Kelainan Suara. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Alih bahasa Samsudin Sonny, Editor, Adrianto Petrus,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991, Hal 340-354)
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar
Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76)
K.Shah,Rahul;AcuteLaryngitis,Availableat:http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm.Date
Access : 15 Oktober 2010
Faradilla N Laringitis Akut,Faculty of Medicine University of
Riau Pekanbaru, Riau 2009
.
Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan EGC 2009
Gambar 2.4 Croup
Steeple,sign,Available,at:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Croup_steeple_sign.jpg