A. LATAR BELAKAGBayi anensefali menyajikan penampakan tersendiri
dengan defek besar kalfarium, meningens, dan kulit kepala yang
disertai otak yang rudimenter, yang akibat dari kegagalan penutupan
neuropore sebelah rostral. Otak primitif terdiri dari bagian
jaringan ikat, pembuluh darah dan neuroglia. Hemisfer otak dan
serebelum biasanya tidak ada dan yang ada sisa batang otak yang
dapat dikenali. Kelenjar pituitari adalah hipoplastik dan traktus
piramidalis medula spinalis hilang karena tidak ada korteks
serebri. Anomali tambahan meliputi lipatan telinga, celah palatum
dan defek kongenital pada 10-20% kasus. Sebagian besar bayi
anensefali meninggal dalam beberapa hari. Insiden anensefali
mendekati 1/1000 kelahiran hidup dan frekuensi ada di Irlandia dan
Wales. Resiko berulang adalah sekitar 4% dan meningkat pada 10%
jika pasangan telah mengalami dua kehamilan sebelumnya yang
terkena. Banyak faktor yang dilibatkan sebagai penyebab anensefali
(di samping dasar genetik), termasuk rendahnya status sosial
ekonomi, defisiensi gizi dan vitamin dan sejumlah faktor lingkungan
dan toksik. Sangatlah mungkin bahwa beberapa rangsangan berbahaya
berinteraksi pada hospes yang rentan secara genetik untuk
menimbulkan anensefali. Untungnya frekuensi anensefali terus
menurun selama dua dasawarsa terakhir. Sekitar 50% kehamilan
anensefalik disertai dengan polihidramnion. Pasangan yang telah
pernah memiliki bayi anensefalik, harus selalu dipantau
kehamilannya, termasuk amniosintesis, penentuan kadar
alfa-fetoprotein, dan pemeriksaan USG antara kehamilan minggu ke-14
sampai minggu ke-16. 1B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SUSUNAN
SARAFBerdasarkan basis anatomi secara global, susunan saraf
dikelompokkan menjadi dua yaitu 2 :
a. Susunan saraf pusat
b. Susunan saraf perifer
Gambar 1. Gambaran otak sampai medula spinalisa) Susunan saraf
pusat
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang
(medula spinalis). Masing-masing dilindungi oleh tulang tengkorak
dan kolumna vertebralis. Susunan saraf pusat merupakan sistem
sentral pengontrol tubuh yang menerima, menginterpretasikan dan
mengintegrasikan semua stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot
dan kelenjar, serta menciptakan aksi selanjutnya. 2b) susunan saraf
perifer
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf kranial, saraf spinal,
dan ganglia (kumpulan sel saraf). Saraf kranial akan berhubungan
dengan otak, sementara saraf spinal berkaitan dengan medula
spinalis. Susunan saraf jenis ini terdiri dari sel-sel saraf dan
serabutnya terletak di luar otak dan medula spinalis yang merupakan
penghubung kebagian tubuh lainnya. 2Ada dua tipe sel saraf pada
susunan saraf perifer yaitu 2 :
1. Aferen / Sensorik ; yang merupakan sel saraf yang
menghantarkan informasi dari reseptor sensorik menuju susunan saraf
pusat.2. Eferen / motorik ; merupakan sel saraf yang menhantarkan
informasi dari susunan saraf pusat menuju efektor (otot atau
kelenjar).Susunan saraf perifer selanjutnya dikelompokkan lagi
berdasarkan aspek fungsional menjadi dua yaitu : susunan saraf
somatik dan susunan saraf viseral, masing-masing susunan saraf ini
mengandung divisi sensorik dan motorik. 21) Susunan Saraf
Somatik
a. Divisi saraf somatik sensorik (aferen somatik) ; terdiri dari
sel-sel saraf yang menerima dan memproses input sensorik dari
kulit, otot rangka, tendo, sendi, mata, lidah, hidung dan telinga
serta menghantarkannya melalui saraf kranial dan saraf spinal. 2b.
Divisi saraf somatik motorik (eferen somatik) tersusun oleh jaras
neuronal yang turun dari otak melalui batang otak dan medula
spinalis untuk mengatur sistem motorik perifer / lower motor
neuron. Stimulasi motor neuron ini akan selalu mengeksitasi otot
rangka untuk berkontraksi (tidak pernah terinhibisi). Sistem ini
meregulasi kontraksi volunter otot rangka. 22) Susunan Saraf
Visceral
a. Divisi visceral sensorik (aferen viseral) mencakup struktur
neural yang menghantarkan informasi sensorik dari reseptor organ
visceral: kardiovaskular, respirasi, digestif, traktus urinarius
dan sistem reproduksi. 2b. Divisi visceral motorik (eferen
visceral) lebih dikenal sebagai susunan saraf otonom. Divisi ini
terdiri dari serabut saraf yang berasal dari otak dan medula
spinalis untuk menimbulkan eksitasi atau inibisi otot polos jantung
dan kelenjar-kelenjar di kulit serta organ-oragan visera. Sistem
ini merupakan modulator dan koordinator atas aktivitas viseral
involunter seperti denyut jantung dan sekresi kelenjar. 2 Susunan
saraf otonom terdiri dari dua sistem 2 :
Sistem simpatis : yang memiliki aktivitas stimulasi khususnya
pada keadaan darurat. Responnya antara lain adalah peningkatan
denyut nadi atau jantung, peningkatan gula darah, dan peningkatan
tekanan darah.
Sistem parasimpatis : berkaitan dengan aktivitas untuk
konservasi dan restorasi sumber-sumber tubuh, antara lain termasuk
penurunan denyut jantung dan kekuatannya, dan peningkatan aktivitas
gastrointestinal.OTAK
Berat otak manusia sekitar 1400 gram, tersusun oleh sekitar 100
triliyun neuron. Masing-masing neuron mempunyai 1000 sampai 10.000
koneksi sinaps dengan sel saraf lainnya. 2Otak merupakan jaringan
yang konsistensinya kenyal dan terletak didalam ruangan yang
tertutup oleh tulang yaitu kranium (tengkorak). Kranium ini secara
absolut tidak dapat bertambah volumenya terutama pada orang dewasa.
Jaringan otak terdiri atas beberapa pelindung yaitu : rambut, kulit
kepala, tengkorak, selaput otak (meningens) dan cairan otak (liquor
serebro-spinal). Kulit kepala terdiri dari lima lapisan yang
disebut sebagai S.C.A.L.P yaitu : (1) Skin atau kulit, (2)
Connective tissue atau jaringan penyambung, (3) Aponeurosis atau
galea aponeurotika, (4) Loose areolar tissue atau jaringan
penunjang longgar dan, (5) Perikranium atau tulang tengkorak yang
terdiri dari tabula eksterna, diploe dan tabula interna.2
Gambar 2. Lapisan kulit kepala (SCALP)
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan 2 :
1) Duramater Adalah meningens terluar yang merupakan gabungan
dari dua lapisan selaput yaitu lapisan bagian dalam (yang berlanjut
ke duramater spinal) dan lapisan bagian luar (yang sebenarnya
merupakan lapisan periosteum tengkorak). Lapisan bagian dalam akan
melebar serta melekuk membentuk sekat-sekat otak (falks,
tentorium). Lapisan bagian luar merupakan jaringan fibrosa yang
lebih padat dan mengandung vena serta arteri untuk memberi makan
pada tulang . Gabungan kedua lapisan ini melekat erat dengan
permukaan dalam tulang sehingga tidak ada celah diantaranya. Kedua
lapisan duramater ini pada lokasi-lokasi tertentu akan terpisah dan
membentuk rongga (sinus duramater) yang berisi darah vena yang
berfungsi untuk drainase otak. Dibawah duramater terdapat rongga
subdural yang tidak berisi cairan serebrospinalis. 2) Arakhnoid
Merupakan lapisan tengah antara duramater dan piamater. Dibawah
lapisan ini adalah rongga sub-arahnooid yang mengandung trabekula
dan dialiri liquor cerebro-spinalis. Lapisan arakhnoid tidak
memiliki pembuluh darah, tetapi pada rongga sub-arakhnoid terdapat
pembuluh darah. 3) Piamater
Merupakan lapisan selaput otak yang paling dalam yang
berlangsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta
mengikuti konvulsinya.
Gambar 3. Kranium dan isinya
Gambar 4. Penampang lateral dan frontal kranium
Di tempat-tempat tertentu, duramater membentuk sekat-sekat
rongga kranium . tentorium merupakan sekat yang membagi rongga yang
membagi rongga kranium menjadi kompartemen supra tentorial dan
infratentorial (memisahkan postero-inferior serebri dari
serebelum). Tentorium membentuk seprti kubah. Bagian anterior
melekat pada bagian depan prosesus klinoideus anterior dan
posterior, melebar ke lateral dan melekat pada krista petrosa kanan
dan kiri. Dibagian belakang melekat pada krista oksipitalis
interna. Tentorium akan bertemu dengan falks serebri di garis
tengah bagian posterior. Bagian tengah tentorium membentuk lubang
berbentuk bulat telur yaitu hiatus tentorium. Kompartemen supra
tentorial dibagi dua oleh falks serebri yang membentang sepanjang
garis tengahnya dan memisahkan hemisfer kanan dan kiri. 2C.
EMBRIOLOGI SUSUNAN SARAFSecara garis besar perkembangan sistem
saraf pusat dibagi atas tiga periode. 3 1) Periode embrionik (mulai
konsepsi 8,5 minggu).
Periode embrionik terdiri dari 23 stadium perkembangan, yang
waktu berlangsungnya masing-masing stadium berkisar 2-3 hari dengan
total waktu kurang lebih enam puluh hari pertama setelah
ovulasi
2) Periode fetal (mulai 8,5 minggu 40 minggu).
Pada periode ini tidak terbagi atas stadium-stadium namun yang
menjadi tolak ukur dalam pemantauan perkembangan didasarkan atas
ukuran dan usia janin
3) Periode pasca natal
Konsep penentuan saat penghentian (terminasi) perkembangan janin
berperan penting dalam menganalisa berbagai malformasi kongenital
yang terjadi. Saat terminasi adalah titik tolak waktu dimana pada
periode sebelumnya belum terjadi malformasi spesifik. Tidak semua
malformasi susunan saraf pusat dapat ditentukan secara tepat kapan
hal itu terjadi, dan juga beberapa malformasi terbentuk dalam
rangkaian waktu yang cukup panjang. Secara garis besar dapat
dijabarkan mengenai proses neuroembriologi, yaitu: 3 Proses
pembentukan susunan saraf pusat manusia dimulai dari awal minggu
ketiga sebagai lempeng penebalan lapisan ektoderm (neural plate)
yang memanjang dari kranial ke arah kaudal
Selanjutnya kedua bagian di sisi kiri dan kanan akan bertambah
tebal dan meninggi membentuk lipatan-lipatan saraf yang dikenal
sebagai krista neuralis / neural chest (bagian tengah yang cekung
disebut alur saraf / neural grove) Perkembangan selanjutnya krista
neuralis akan semakin meninggi dan mendekat satu sama lain serta
menyatu di garis tengah dan selanjutnya terbentuk tuba neuralis
(neural tube). Penutupan tuba neuralis tersebut umumnya dimulai
dibagian tengah (setinggi somit ke-4) dan baru disusul dengan
penutupan bagian kranial dan kaudal. Kedua ujung saraf menutup
paling akhir, sehingga tabung ini masih mempunyai hubungan dengan
rongga amnion, yakni bagian (neuroporus) anterior menutup pada usia
embrio pertengahan minggu ketiga (somit 18-20) sedangkan neuroporus
posterior pada akhir minggu ketiga (somit 25). Lipatan saraf
(neural folds) di regio otak dan korda spinalis menyatu di garis
tengah, mengubah lempeng saraf (neural plate) menjadi tuba neuralis
(neural tube) pada hari ke 26 28 masa mudhigah.
G Gambar 5. Pembentukan tuba neuralis
Setelah tabung neural tertutup pada bagian anteriornya akan
mulai terbentuk tiga buah gelembung, masing-masing adalah 3 :
Porensefalon (otak depan) yang kelak akan menjadi telensefalon dan
diensefalon.
Mesensefalon (otak tengah)
Rombensefalon (otak belakang) yang kelak akan menjadi
metensefalon dan mielensefalon.Pada akhir minggu ke tiga atau awal
minggu ke empat, ketiga gelembung diatas berubah menjadi lima buah
gelembung yaitu 3 :
Telensefalon yang nantinya akan menjadi hemisfer serebri.
Diensefalon dengan dua buah tonjolan yang merupakan cikal bakal
mata.
Mesensefalon, yang kemudian tidak mengalami banyak
perubahan.
Metensefalon yang kelak membentuk pons dan serebelum.
Mielensefalon yang kelak menjadi medula oblongata.Rongga di
dalam gelembung tadi akan berkembang dan membentuk sistem ventrikel
cairan otak sebagai berikut 3 :
Rongga dalam telensefalon (hemisfer serebri) akan membentuk
ventrikel lateralis kiri dan kanan.
Rongga dalam diensefalon akan membentuk ventrikel III.
Rongga dalam mesensefalon akan membentuk aquaductus sylvii
(menghubungkan III dan IV).
Rongga dalam miesensefalon akan membentuk ventrikel ke IV.
Rongga diatas akan berhubungan dengan rongga tengah di medula
spinalis.
Gambar 6. Embriologi tuba neuralis sampai ke caudal
D. MALFORMASI PERKEMBANGAN OTAK-HEMISFER SEREBRI
Abnormalitas otak dalam perkembangannya dapat dikelompokkan atas
malformasi yang terjadi sebelum usia gestasi 20 minggu dan yang
dapat terjadi setelah itu. Gangguan-gangguan yang melibarkan otak
dalam periode ini morfologisnya mencakup 3:
1. Organogenesis otak, antara lain proses separasi telensefalon
menjadi dua hemisfer, formasi korpus kalosum, komisura
interhemisferika, vesikel optik, traktus optikus.
2. Formasi neuron pada zona ventrikular dan/ atau migrasinya
pada lempeng kortikal mengakibatkan reduksi populasi neuronal
secara keseluruhan (mikrosefalus bawaan) dan/atau abnormalitas
posisi akhirnya (heterotropia), dan pada penyusunan tangensial dan
radial dari neuron-neuron kortikal. 3Akhir trimester ketiga
kehamilan merupakan periode terpenting dalam maturasi dan
pertumbuhan neuron. Dalam hal ini terjadi pembentukan dan
multiplikasi aktif dari dari sel sel glia, proses mielinisasi telah
mulai berjalan pada beberapa tempat, girus kortikal sekunder dan
tersier mulai muncul dan volume otak makin bertambah secara
bermakna. Abnormalitas pada masa-masa ini kebanyakan terjadi akibat
faktor-faktor eksternal seperti proses dekstruktif yang disebabkan
oleh iskemia perdarahan dan infeksi serta biasanya hanya terbatas
pada korteks (mikrogria) atau melibatkan sebagian besar dari otak
(porensefalus hidraensefalus). 3Intoksikasi fetus (terutama
alkohol), infeksi virus, gangguan endokrin, dan penyakit-penyakit
genetik merupakan faktor yang juga berpengaruh pada pertumbuhan
seluler, sinaptogenesis dan fungsi neuronal sehingga dapat
menyebabkan terjadinya mikrosefalus dan retardasi mental. 3E.
ANOMALI KONGENITAL SISTEM SARAF SENTRAL1. Defek Tuba Neuralis.
Defek tuba neuralis menyebabkan kebanyakan kongenital anomali
sistem syaraf sentral (SSS) akibat kegagalan dari tuba neuralis
menutup secara spontan minggu ketiga dan minggu keempat dalam
perkembangan di uterus. Meskipun penyebab yang tepat defek tuba
neuralis masih belum diketahui, ada bukti bahwa banyak faktor,
termasuk radiasi, obat-obatan, malnutrisi, bahan kimia, dan
determinan genetik yang dapat mempengaruhi secara merugikan
perkembangan normal SSS sejak saat pembuahan. Pada beberapa kasus
keadaan nutrisi ibu abnormal atau pemajanan terhadap radiasi
sebelum pembuahan dapat meningkatkan kemungkinan malformasi
kongenital SSS. 4 Data terakhir menunjukkan bahwa penutupan terjadi
di regio-regio terpisah yang kemudian menyatu. Data klinis
menunjukkan adanya 5 kemungkinan tempat penutupan. Defek tuba
neuralis mungkin terjadi akibat kegagalan penutupan di satu tempat
atau lebih, atau kegagalan dua tempat untuk bertemu. 5Setelah cacat
jantung, defek tuba neuralis tersendiri (non-syndrome) merupakan
cacat struktural kongenital tersering. Dengan insiden di seluruh
dunia sebesar 1,4 2 per 1000 kelahiran hidup. Cacat ini juga dapat
timbul sebagai bagian dari suatu sindrom genetik atau konstelasi
kelainan. Cacat-cacat ini merupakan penyebab utama lahir mati,
kematian neonatus dan bayi, dan cacat berat. Dengan pengobatan,
80-90% bayi dengan spina bifida saja dapat bertahan hidup dengan
derajat kecacatan bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi neurologis adalah ukuran dan letak defek, trauma terhadap
jaringan saraf yang tidak terlindung, saat penutupan bedah, derajat
ventrikulomegali terkait, dan timbulnya penyulit seperti infeksi.
5Anomali tuba neuralis yang tersering dijumpai tercantum dalam
tabel berikut 5 DefekDefinisi
Spina bifida okulta Kelainan vertebra yang ditandai oleh
kegagalan penutupan unsur-unsur posterior arkus vertebra tanpa
kantung yang mengandung jaringan saraf yang dapat dilihat
dipunggung. Defek mungkin disebabkan oleh kelainan korda spinalis
mungkin juga tidak.
Spina bifida kistikaCacat vertebra disertai penonjolan kistik
meningen atau meningen dan korda spinalis.
Meningokel Protusi meningen dan cairan serebrospinal ke dalam
suatu kantung yang ditutupi oleh epitel. Gejala klinis bervariasi
sesuai anomali korda spinalis yang mendasari.
Mielomenigokel Defek tersering dan serius yang mengenai medula
spinalis, radix saraf, meningen dan cairan serebrospinal. Umumnya
terjadi di daerah lumbal. Ketinggian lesi biasanya tercermin pada
keparahan defisit klinis dengan lesi yang lebih tinggi menyebabkan
defisit yang lebih mencolok.
Lipomeningokel Defek vertebra yang disebabkan oleh masa lemak
superfisial yang menyatu dengan korda spinalis yang terletak lebih
di bawah. Tidak terjadi hidrosefalus.
Ensefalokel Penonjolan otak dengan jaringan parut, cairan
serebrospinalis dan meningen melalui suatu cacat tengkorak.
Kelainan biasanya terletak di oksipital, walaupun juga dapat di
frontal, atau melalui dasar tengkorak.
Anensefalus Kegagalan fusi ujung kranial tuba neuralis
menyebabkan terpajannya otak yang mengalami malformasi.
Tabel 1. Berbagai kelainan defek tuba neuralis
Gambar 7. Beberapa defek tuba neuralis
Anensefalus merupakan defek paling parah, dengan tidak
terbentuknya otak depan, meningen, dan kulit kepala. Kelainan ini
letal, menyebabkan lahir mati dan kematian neonatus dini. 5Resiko
berulang pada kehamilan berikutnya untuk defek pipa neural kranium
atau spinal adalah 10%. Dalam keluarga, kelahiran anensefali dapat
diikuti dengan kelahiran anak kedua yang terkena meningomielokel
lumbal-sakral. Pewarisan defek tubus neuralis bersifat poligenik.
5A. DEFINISI ANENSEFALIAnensefali merupakan suatu kegagalan yang
serius dari perkembangan sistem saraf pusat dimana otak ataupun
tempurung kepala sebagian besar tidak terbentuk. Serebrum dan
serebelum bisa terbentuk dengan ukuran yang lebih kecil ataupun
tidak terbentuk sama sekali. Anensefali termasuk kedalam kelainan
tuba neuralis (suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan
janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan
korda spinalis). 6
Gambar 8. Bayi baru lahir dengan anensefali
Anensefali adalah cacat perkembangan serius dari sistem saraf
pusat dimana otak (cerebrum) dan kalfarium kurang berkembang
sempurna namun cerebelum dapat tumbuh dengan baik. Anensefali
merupakan bagian dari spektrum defek tabung saraf (Neural Defect
Tube - NTD), cacat ini terjadi jika tuba neuralis gagal menutup
selama minggu ketiga sampai keempat perkembangannya yang akhirnya
dapat menyebabkan janin lahir mati (Intra Uterin Fetal Death)
ataupun kematian neonatus. 6Anensefali seperti bentuk lain dari NTD
umumnya memiliki pola transmisi yang multifaktorial, dengan
interaksi beberapa gen serta faktor lingkungan. Dalam beberapa
kasus anensefali mungkin disebabkan karena kelainan kromosom atau
mungkin menjadi bagian dari proses yang lebih kompleks yang
melibatkan gen tunggal cacat atau gangguan pada membran ketuban.
Anensefali dapat dideteksi sebelum lahir dengan ultrasonografi dan
pertama mungkin dicurigai dimana terdapat peningkatan
alfa-fetoprotein pada penyaringan serum ibu.6B. ETIOLOGI
ANENSEFALIAnensefali terjadi jika tuba neuralis sebelah atas gagal
menutup, tetapi penyebab yang pasti masih belum diketahui.
Penelitian menunjukkan kemungkinan anensefali berhubungan dengan
racun di lingkungan juga kadar asam folat yang rendah dalam darah.
Anensefali ditemukan pada 3,6 4,6 dari 10.000 bayi baru lahir.
6Anensefali merupakan cacat bawaan sejak lahir, sebagian besar
kasus anensefali dapat disebabkan karena berbagai macam faktor
diantaranya adalah karena adanya kelainan genetik, melibatkan
gen-gen yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan, ataupun
dapat terjadi secara spontan. 6Faktor resiko terjadinya anensefalus
adalah: 6 1. Genetik Sebagian besar kasus NTD dikaitkan dengan
pewarisan genetik. Pada kasus yang jarang, NTD diturunkan secara
autosomal dominan atau autosomal resesif. Pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga dengan NTD maka resiko mengalami
kehamilan dengan NTD juga akan meningkat.2. Kadar asam folat yang
rendah Terjadinya anensefali diakibatkan adanya defisiensi atau
kekurangan asam folat selama kehamilan. Resiko ini dapat
diminimalisir dengan cara meningkatkan asupan asam folat minimal 3
bulan sebelum hamil dan selama kehamilan terutama pada trimester
awal kehamilan. Asam folat berfungsi sebagai koenzim dam
metabolisme asam nukleat dan asam amino. Oleh karenanya Asam folat
besar pengaruhnya dalam pertumbuhan dan replikasi sel. Asam folat
juga bisa mencegah terjadi perubahan pada DNA yang memungkinkan
bisa menyebabkan kanker. Asam folat bisa didapat dari sereal, roti,
gandum, kol, brokoli, bayam dan tauge. namun, asam folat akan
bekerja lebih baik jika dibarengi dengan vitamin B12 yang diperoleh
dari daging. Folat termasuk golongan vitamin B yang larut dalam
air. Konsumsi asam folat yang cukup selama kehamilan memberikan
proteksi terhadap kejadian anensefali. Paparan terhadap agen yang
dapat mengganggu metabolisme folat normal dalam tubuh terutama
selama periode kritis perkembangan dari tabung neural ( > 6
minggu setelah menstruasi terakhir) dapat meningkatkan angka
kejadian anensefali. Asam valproat yang merupakan salah satu
antikonvulsan dan juga anti metabolit asam folat lain diketahui
dapat meningkatkan resiko kejadian NTD terutama jika terpapar pada
masa awal perkembangan janin.3. Maternal hipetermia Dikatakan
merupakan salah satu faktor resiko dikarenakan maternal hipertermia
dapat meningkatkan resiko kejadian NTD, maka dari itu wanita hamil
seharusnya menjauhi keadaan seperti mandi dalam bath tub yang
berisi air hangat dan juga berbagai keadaan lain yang dapat
mencetuskan terjadinya transien hipetermia. Demam pada ibu disaat
masa-masa awal kehamilan juga dilaporkan sebagai faktor resiko
terhadap terjadinya anensefali dan kejadian NTD lainnya.4.
Kerusakan pada kantung amnion
Dapat terjadi akibat membran amnion ruptur. keadaan ini dapat
menyebabkan terganggunya pembentukan jaringan normal selama masa
pertumbuhan janin, termasuk pembentukan kranium dan juga otak. C.
PATOFISOLOGI ANENSEFALIDalam embrio manusia normal, lempang saraf
mulai muncul sekitar 18 hari setelah pembuahan, selama minggu
keempat pertumbuhan, lempeng saraf mulai mengisi di sepanjang garis
tengah embrio untuk membentuk alur saraf. tuba neuralis dibentuk
sebagai penutupan alur saraf berlangsung dari tengah keujung di
kedua arah, selesai antara hari ke-24 untuk akhir dari penutupan
kranium dan hari ke-26 untuk penutupan tuba neuralis di caudal.
Gangguan dari proses penutupan yang normal menimbulkan NTD.
Anensefali merupakan hasil dari kegagalan penutupan akhir tuba
neuralis kranium embrio. Tidak adanya otak dan kalfaria dapat
terjadi secara parsial ataupun secara lengkap. 6
Kebanyakan kasus anensefali mengikuti pola pewarisan
multifaktorial dengan interaksi beberapa gen serta faktor
lingkungan. Gen-gen tertentu yang memegang peranan penting dalam
NTD belum seluruhnya secara pasti teridentifikasi, meskipun
terdapat salah satu gen yang berhubungan dengan metabolisme folat
diyakini berperan dalam proses terjadinyanya anensefali, satu gen
tersebut adalah methylene tetrahydrofolate reduktase (MTHFR) telah
terbukti berhubungan dengan resiko NTD. 6D. MANIFESTASI KLINIS
ANENSEFALIAnensefali sangat nyata terlihat sejak bayi dilahirkan,
dikarenakan tidak adanya tempurung kepala maupun beberapa bagian
dari serebrum dan juga serebelum. Baik fetus maupun bayi baru lahir
dengan anensefali menunjukkan wajah yang khas. 7Tulang tengkorak
tidak pernah terbentuk, meskipun terdapat beberapa kulit dan rambut
kepala. Sebagian kecil jaringan otak yang terbentuk (batang otak)
terpapar lingkugan luar. Kelainan ini tidak sesuai dengan kehidupan
dan tidak dapat diperbaiki. 7
Gambar 9. Gambaran bayi dengan anensefaliGejala klinis sangat
bervariasi, tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk
hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia
dan masuk ke dalam kantung ensefalokel. Jika hanya mengandung
meningen saja prognosisnya bisa menjadi lebih baik dan dapat
berkembang secara normal. Gejala-gejala yang dapat timbul akibat
malformasi otak adalah mental retardasi, ataksia spastik, kejang,
buta dan gangguan gerakan bola mata. 7E. PEMERIKSAAN
PENUNJANGPemeriksaan yang biasa dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosa anensefali antara lain: 71. Amniosintesis (untuk
mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein). AFP atau
Alfa-fetoprotein adalah protein serum utama dari janin, beredar
dalam sirkulasi janin dan keluar melalui urin ke dalam cairan
amnion. Kadar AFP akan meningkat pada anensefali dan defek tuba
neural janin. Bila kadar AFP dalam cairan amnion meningkat
dilakukan juga pemeriksaan acetylcholinesterase dalam cairan
amnion. Bila acetylcholinesterase meningkat menandakan adanya
paparan terhadap jaringan neural atau ada defek terbuka yang lain
pada janin. 2. Kadar estriol pada air kemih ibuEstriol ibu sebagian
berasal dari plasenta dan sebagian dari kelenjar adrenal janin.
Estriol berkorelasi baik dengan laju pertumbuhan janin; kehamilan
dengan anensefali memiliki kadar estriol yang rendah karena terjadi
aplasia hipofisis yang menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal
janin. 3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)Kondisi anensefali dapat
diditeksi selama masa prenatal dengan menggunakan USG. Pada
trimester kedua gambaran USG pada janin anensefali adalah sebagai
berikut. Ini merupakan gambaran sagital pada janin. Disini dapat
dengan jelas terlihat bahwa kranium tidak terbentuk. 7.
Gambar 10. Gambaran USG anensefali pada trimester II dan IIIF.
PENATALAKSANAANKarena prognosis anensefali dianggap sangat buruk,
maka langkah-langkah ekstrim yang bertujuan untuk memperpanjang
umur bayi tidak dianjurkan untuk dilakukan. Dokter dan tim
perawatan medis seharusnya dapat mempersiapkan mental bagi keluarga
bayi dengan anensefalus terhadap keadaan serta prognosisnya yang
sangat buruk. Dokter dan tim perawatan medis hendaknya menyediakan
lingkungan yang mendukung bayi yang dilahirkan dengan anensefalus
selama bayi masih dapat bertahan hidup agar dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. 8Setelah ditegakkannya diagnosis prenatal pada
kasus anensefalus ini, pilihan untuk terminasi kehamilan harus
disampaikan kepada pasangan suami istri. Bagi pasangan yang memilih
untuk melanjutkan kehamilan, kemungkinan persalinan prematur,
polihidramnion, persalinan tak maju, dan onset persalinan yang
tertunda hingga melewati waktunya juga harus dibahas. 8Keluarga
sering menanyakan mengenai donor organ setelah ditegakkan diagnosis
anensefali. Hal ini sulit dilakukan tanpa melanggar etika medis.
Karena kelainan ini bersifat letal, maka yang dapat dilakukan oleh
tim medis adalah perawatan suportif selama bayi masih dapat
bertahan hidup (biasanya sampai beberapa hari setelah lahir sampai
kurang lebih satu minggu). Perawatan suportif bertujuan untuk
mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi akibat jaringan otak
yang terpapar dengan lingkungan luar. 8G. KOMPLIKASIDikarenakan
adanya bagian otak yang terpapar secara langsung dengan dunia luar
tanpa adanya proteksi maka keadaan ini dapat memudahkan infeksi
mikroorganisme. dan juga sepsis. Tanda-tanda sepsis yang dapat
timbul antara lain lemah, temperatur tubuh yang tidak stabil
(hipo/hipertermi), sesak, perut kembung, gelisah, kejang, kaku
kuduk. Adapun gejala-gejala neurologis yang dapat timbul sesuai
luas serta letak jaringan otak yang terpapar antara lain meliputi
kejang, gangguan syaraf kranial, spastisitas, serta paralisis.8
Selain itu akibat defek kranium yang terjadi dapat juga menyebabkan
otak menjadi tidak berkembang secara sempurna sehingga pada bayi
dengan anensefali bisa terjadi kelainan jantung maupun
paru-paru.8H. PENCEGAHAN Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya cacat bawaan ini, antara lain:8a. Wanita yang
memiliki keluarga dengan riwayat kelainan cacat bawaan hendaknya
lebih waspada karena kelainan ini dapat diturunkan secra genetik,
dan dianjurkan untuk melakukan konseling genetik sebelum hamil.
b. Usahakan untuk tidak hamil jika usia ibu sudah mencapai 40
tahun.
c. Lakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang rutin
dan usahakan utnuk melakukan USG minimal tiap trimester
kehamilan.
d. Jalani pola hidup sehat. Hentikan kebiasaan merokok, hindari
pula asap rokok, alkohol maupun narkotik dan obat-obat terlarang
dikarenakan dapat menghambat pertumbuhan janin serta memperbesar
peluang terjadinya kelainan kongenital dan abortus.e. Penuhi
kebutuhan akan asam folat, dengan mengkonsumsi sumber makanan yang
tinggi kandungan asam folatnya.
f. Hindari asupan vitamin A dosis tinggi, dikarenakan vitamin A
termasuk salah satu vitamin yang tak larut dalam air melainkan
larut dalam lemak. Jadi apabila vitamin A tubuh berlebihan adapat
terjadi urogenital anomali (terdapat gangguan sistem kemih),
mikrosefali (ukuran kepala yang kecil) dan juga terdapat gangguan
kelenjar adrenal.
g. Jangan mengkonsumsi sembarang obat, baik yang belum ataupun
sudah diketahui memberi efek buruk terhadap janin.
h. Pilih makanan dan cara pengolahan makanan yang sehat. Salah
satunya hindari daging yang dimasak setengah matang (steak atau
sate) karena dikhawatirkan di dalam daging tersebut masih membawa
kuman penyakit yang membahayakan janin maupun ibu.
i. Jika diketahui terdapat infeksi pada si ibu maka obatilah
segera, terutama jika terinfeksi TORCH (Toxoplasma, Rubela,
Citomegalo dan Herpes). Yang paling baik adalah dilakukannya tes
TORCH pada saat sebelum kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Nelson, Waldo E. Textbook of Pediatrics, Volume II, 15th
Edition. USA; W.B. Saunder Company. 1996. Page 1680. 3.
Satyanegara. Anatomi Susunan Saraf. In : Ilmu Bedah Saraf, Edisi
IV. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama; 2010. Page 11- 664.
Satyanegara. Cacat Otak Bawaan. In : Ilmu Bedah Saraf, Edisi IV.
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama; 2010. Page 321- 344
5. Behrman, Richard E dan Robert M Kliegman. Nelson Esensi
Pediatri Edisi 4. Jakarta. EGC; 2010. Page 825-826
6. Cunningham F. Gant, dkk. Obstetri Williams, Edisi 21, Volume
2. Jakarta. EGC; 2002. Page 1066-1068. 7.
http://emedicine.medscape.com/article/1181570-overview#Anenchepaly
8.
http://iheartautopsy.com/wp-content/uploads/2012/02/anencephaly1.gift
18