Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. 1,2,3 Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub- segmen paru, atau proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit sinopulmoner dan asma. 1 Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama, termasuk kelainan srtuktur 1
38

referat paru bronkiektasis

May 23, 2017

Download

Documents

Adha Noer
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat paru bronkiektasis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut

menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan

ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang

bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu

menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan

pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang

hemoptisis. 1,2,3

Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai proses fokal yang

melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau proses yang bersifat

difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi,

sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau

penyakit sinopulmoner dan asma. 1

Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas

dan lama, termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William

Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosis kistik,

kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi

imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif). Pada kebanyakan

kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan

remodelling jalan nafas. 2

Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang

ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran

1

Page 2: referat paru bronkiektasis

pernapasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa)

mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zatzat

yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:

1. Sel penghasil lendir

2. Sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu

partikelpartikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernafasan.

3. Sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh

melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.

Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan

kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran

pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi

sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus. 3

Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang

bersifat kronik, seperti batuk setap hari, produksi sputum yang kental dan

penemuan radiografi seperti penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen yang

terlihat pada CT Scan. 1

B. Tujuan

Penulisan refrat tentang bronkiektasis ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi dari Bronkiektasis.

2. Mengetahui epidemiologi Bronkiektasis.

3. Memahami faktor risiko yang berpengaruh, etiologi, dan patogenesis dari

Bronkiektasis.

4. Mengetahui penatalaksanaan dari Bronkiektasis.

5. Mengetahui komplikasi dan prognosis Bronkiektasis.

2

Page 3: referat paru bronkiektasis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Bronkiektasis merupakan pelebaran menetap dari bronkus dan bronkiolus

akibat kerusakan otot dan jaringan elastik penunjang, disebabkan atau berkaitan

dengan infeksi nekrotikans kronis.4

Bronkiektasis merupakan penyakit akibat obstruksi atau infeksi persisten

yang ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Jika sudah terbentuk, bronkiektasis

akan menimbulkan kompleks gejala yang didominasi oleh batuk dan pengeluaran

sputum purulent dalam jumlah yang besar. 4

Bronkiektasis adalah pelebaran bronkus yang disebabkan oleh kelemahan

dinding bronkus yang sifatnya permanen. Diagnosis bronkiektasis dibantu

dengan pemeriksaan bronkografi, tapi akhir-akhir ini bronkografi jarang

dilakukan dan digantikan dengan pemeriksaan High Resoluted Computed

Tomography (HRCT). Bronkiektasis sering dikategorikan penyakit infeksi

saluran pernapasan dengan diagnosis bronkiektasis terinfeksi.19

B. EPIDEMIOLOGI

Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada Negara-

negara berkembang. Di Negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami

penurunan sesuai dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih

tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.1

Di Amerika Serikat, bronkiektasis bukan merupakan penyakit yang umum.

Tetapi jumlah penyakit bronkiektasis di Amerika Serikat biasanya berkaitan

3

Page 4: referat paru bronkiektasis

dengan infeksi mycobacteria atau faktor lingkungan yang lain yang dilaporkan

meningkat. 1

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai

penyakit ini. Penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita

oleh laki-laki maupun wanita mulai sejak anak-anak bahkan dapat berupa

kelainan kongenital. Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun

1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak, dengan 221

penderita dari 11.018 (1,01%) pasien rawat inap. 1

C. ETIOLOGI

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga

bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. 6

1. Kelainan kongenital

Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam

kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan

memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital

biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua

bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakit-

penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Sindroma Kertagener, William

Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, serta kelainan sistemik

berupa gangguan rheumatologik, inflammatory bowel disease,

AIDS.1,2,3,5,6,7

2. Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan

merupakan proses berikut:

4

Page 5: referat paru bronkiektasis

a. Infeksi Paru Berulang

Infeksi saluran nafas akut, misalnya bronkopneumonia,

menyebabkan destruksi jaringan peribronkial sehingga terjadi

penarikan dinding bronkus dan menyebabkan dilatasi bronkus.

Bronkiektasis pada umumnya dijumpai pada individu yang

mempunyai rekuren dan infeksi saluran pernapasan bawah dalam

jangka waktu lama.

Infeksi dapat berupa campak, pertusis, infeksi adenovirus, infeksi

bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas,

influenza, tuberkulosa, serta infeksi mikoplasma 1,2,3,4,5,6,8,9

b. Penyumbatan bronkus

Sebagian besar cabang bronkus yang kecil, akibat adanya aspirasi

mukus masuk ke dalam lumen bronkus yang menyebabkan kolaps

bagian distal, keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan

intraluminer proksimal dan terjadi dilatasi bronkus. Bila terjadi infeksi

pada bronkus yang mengalami dilatasi ini serta terjadi destruksi

dinding bronkus, maka akan terjadi dilatasi bronkus yang permanen.

Obstruksi dapat disebabkan oleh :

Benda asing yang terisap.

Pembesaran kelenjar getah bening di hilus yang menyebabkan

bronkiektasis pada distal bronkus.

Tumor paru.

Sumbatan oleh lendir 1,2,3,4,5,6,8,9

5

Page 6: referat paru bronkiektasis

Kondisi tersebut menyebabkan gangguan mekanisme mucocilliary

clearance dan gangguan ini akan menyebabkan berkembangnya

infeksi bakteri.

c. Cedera penghirupan

Cedera karena asap, gas atau partikel beracun

Menghirup getah lambung dan partikel makanan 1,2,3,4

d. Kelainan imunologik

Sindroma kekurangan imunoglobulin

Disfungsi sel darah putih

Defisiensi komplemen

Infeksi HIV

Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis

rematoid,

kolitis ulcerativa 1,2,3,4,5

e. Keadaan lain

Penyalahgunaan obat (misalnya heroin) 4

D. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko dari bronkiektasis antara lain masalah kongenital atau penyakit

yang didapat, yang mempengaruhi paru atau saluran napas, misalnya infeksi

yang disebabkan oleh bakteri.15

6

Page 7: referat paru bronkiektasis

E. ANATOMI

Gambar 1. Percabangan Bronkus

Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri

akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan

ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil

sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak

mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1

mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos

sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat

ini disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke

tempat pertukaran gas terjadi. 9

Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari

paruparu. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan

sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer

memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari

trakea sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di 7

Page 8: referat paru bronkiektasis

dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang

memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja,

namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan

akan seluas satu lapangan tennis.9

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh

kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu

tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan

cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai

lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi

saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.9

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh

kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin,

kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus.

Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi yang berjung

pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi dasar

patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.9

Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra

dan bronchus sinistra :

Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh

desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga

benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira

2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena

Azygos melengkung di sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya

berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya. Membentuk

tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus

medius, dan lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior

8

Page 9: referat paru bronkiektasis

letaknya di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis.

Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di

sebelah caudal a.pulmonalis disebut bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus

sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen

pulmo.10

Bronkus Sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya

lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae,

menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis.

Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah

dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus

bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus

hyparterialis. Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus

tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal)

terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior.10

Bronkus memperoleh vascularisasi dari a.thyroidea inferior. Innervasinya

berasal dari N.vagus, n. Recurrens, dan truncus sympathicus.10

F. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan definisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan

dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang

merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding

bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses

infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic

protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon terhadap

antigen. 5

9

Page 10: referat paru bronkiektasis

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding

bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan

nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan

nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan berupa

mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri

yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke

tenggorokan dan kemudian batukkan keluar atau tertelan. 3

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau

tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi

inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan

keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta

membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi

juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami

kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas

dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri

tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran setan antara

infeksi dan kerusakan jalan nafas. 3

10

Page 11: referat paru bronkiektasis

Gambar 2. Patofisiologi Bronkiektasis 16

G. PATOGENESIS

Kelemahan dinding bronkus pada bronkiektasis dapat kongenital ataupun

didapat (acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan.

Bronkiektasis kongenital sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan

sinusitis, jika ketika keadaan ini (bronkiektasis, dekstrokardia dan sinusitis ) hadir

bersamaan, keadaan ini disebut sebagai sindrom Kartagener. Jika disertai pula

11

Page 12: referat paru bronkiektasis

dengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka kelainan ini disebut

trakeobronkomegali.19

Bronkiektasis yang didapat sering berkaitan dengan obstruksi bronkus.

Dilatasi bronkus mungkin disebabkan karena kerusakan dinding bronkus akibat

peradangan seperti pada penyakit endobronkial tuberkulosis. Bronkiektasis non-

tuberkulosis cenderung terjadi pada bagian paru yang bergantung (dependent

part) yang menyebabkan aliran drainase discharge terhambat. Gaya berat

menyebabkan akumulasi sputum sehingga infeksi dan supurasi lebih mudah

terjadi. 19

H. PATOLOGI ANATOMI

Terdapat beberapa perubahan morfologi yang dapat terjadi pada

bronkiektasis, antara lain : 17

a. Dinding bronkus

Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa

proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada

pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan berbagai tingkatan

keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan bronkus

yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-

elemen elastis.

b. Mukosa bronkus

Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel

epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi

sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut,

pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan.

12

Page 13: referat paru bronkiektasis

Gambar 3. Perubahan mukosa pada bronkiektasis 17

c. Jaringan paru peribronkial

Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara lain

berupa pneumonia, fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat

pleura. Pada keadaan yang berat, jaringan paru distal bronkiektasis akan

diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah.

I. KLASIFIKASI

Berdasarkan anatomi dari pelebaran lokal yang permanen dari dinding

bronkus, bisa berbentuk20 :

1. Sakuler / Kistik

Dilatasi bronkus sangat progresif ke perifer bronkus. Pelebaran bronkus

ini terlihat sebagai balon, kelainan ini biasanya terjadi pada bronkus yang

besar.

13

Page 14: referat paru bronkiektasis

Gambar 4. Bronkiektasis Kistik secara Bronkografi

Gambar 5. Bronkiektasis Kistik secara CT Scan (penampang melintang)

2. Tubuler / Silindrik

Seringkali dihubungkan dengan kerusakan parenkim paru, terdapat

penambahan diameter bronkus bersifat reguler, lumen distal bronkus tidak

begitu melebar.

14

Page 15: referat paru bronkiektasis

Gambar 6. Bronkiektasis Silindrik secara Bronkografi

Gambar 7. Bronkiektasis Silindrik secara CT Scan (penampang melintang)

3. Varikose

Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindrik dan bersifat irregular.

Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang mengembang adalah

gambaran khas pada bentuk varikosa.

15

Page 16: referat paru bronkiektasis

Gambar 8. Bronkiektasis Varikose secara Bronkografi

Gambar 9. Bronkiektasis Varikose secara CT Scan (penampang melintang)

16

Page 17: referat paru bronkiektasis

J. DIAGNOSIS

1. Gambaran Klinis

Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum

yang banyak sepanjang hari, terutama pagi hari, yang mukopurulen sering

berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum yang bercampur darah atau

hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi

akut. 1

Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis episodik

dengan sedikit atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering biasanya

merupakan sekuele (gejala sisa) dari tuberculosis dan biasanya ditemukan

pada lobus atas. 1

Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada

pleuritik, wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun. Pasien

relatif mengalami episode berulang dari bronkitis atau infeksi paru, yang

merupakan eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering membutuhkan antibiotik.

Infeksi bakteri yang akut ini sering diperberat dengan onsetnya oleh

peningkatan produksi sputum yang berlebihan, peningkatan kekentalan

sputum, dan kadang-kadang disertai dengan sputum yang berbau. 1

Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi

hampir 90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan

infeksi saluran pernafasan atas yang akut. Tetapi sebaliknya, pasien-pasien itu

mengalami infeksi yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai

macam, tergantung berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi

sekunder. Sputum dapat berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen.

Jika terjadi infeksi berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang tidak

sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk membagi

karakteristik berat ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml

17

Page 18: referat paru bronkiektasis

digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml

perhari digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150

ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang, berat ringannya

bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien

fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibanding

penyakit penyebab bronkiektasis lainnya. 1,2,5,8

Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Hemoptisis

mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri

bronkial. hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun

angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan. 1,2

Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan

merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan

bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya. 1,2

Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas

yang diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga

mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma. 1,2

Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien

pada sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk

kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. 1,2

Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasis

yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori

berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada

jalan nafas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan

penurunan berat badan. 1

Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.1

18

Page 19: referat paru bronkiektasis

2. Pemeriksaan Laboratorium

Sputum ditampung dalam gelas transparan dan didiamkan akan tampak 3

lapisan, yaitu lapisan atas buih, lapisan tengah cairan jernih / saliva, dan

lapisan bawah endapan pus. Sebaiknya sputum diambil dari aspirasi

transtrakeal, kemudian dilakukan pulasan gram, biakan, serta uji resistensi.

Umumnya dijumpai H.influenza dan P.aeroginosa.

3. Gambaran Radiologis

a. Foto thorax

Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat

ditemukan gambaran seperti dibawah ini:

i. Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat

mencapai diameter 1 cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan

cincin sehingga membentuk gambaran ‘honeycomb appearance’ atau

‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan

yang terjadi pada bronkus. 11,12,13,14

Gambar 10. Tampakan foto thorax penderita bronkiektasis12

19

Page 20: referat paru bronkiektasis

ii. Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru.

Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal

yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini

sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline shadow

yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus. 11,12,13,14

iii.Tubular shadow

Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat

mencapai 8 mm. gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang

penuh dengan sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran

ini khas untuk bronkiektasis. 11,13

iv.Glove finger shadow

Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang

terlihat seperti jari-jari pada sarung tangan. 11,13

b. Bronkografi

Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media

kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP,

Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya

bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang

dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler (kistik) dan

varikosis. 12,13

Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita bronkiektasis

yang akan di lakukan pembedahan pengangkatan untuk menentukan

luasnya paru yang mengalami bronkiektasis yang akan diangkat. 12

20

Page 21: referat paru bronkiektasis

Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena

prosedurnya yang kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan

gangguan ventilasi, alergi dan reaksi tubuh terhadap kontras media. 5

c. CT Scan Thorax

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang

terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari

foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat

pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas

sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14

CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan

penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus

mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah

diperlukan pembedahan.14

Gambar 11. CT scan thorax14

21

Page 22: referat paru bronkiektasis

K. DIAGNOSIS BANDING

Fibrosis Kistik

Kelainan yang ditemukan dapat bervariasi dari pasien yang satu ke pasien

yang lain, namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang

memperlihatkan bronkiektasis kronis disertai fibrosis kistik yang meliputi :

hiperinflasi, penebalan dan dilatasi bronkus, peribronkial cuffing, mucoid

impaction, kistik radiolusen, peningkatan tanda interstisial dan penyebaran

nodul-nodul. 4,6

L. TERAPI

Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu :

1. Pengobatan konservatif 6

- Pengelolaan umum, meliputi :

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien

Memperbaiki drainase sekret bronkus

Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian

antibiotik, dimana antibiotik diberikan bila terjadi perubahan sifat

sputum dari mukoid menjadi purulen, dan pemberian disesuaikan

dengan hasil uji resistensi.

- Pengelolaan khusus

Kemoterapi pada bronkiektasis

Drainase sekret dengan bronkoskopi

- Pengobatan simtomatik

Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat

bronkodilator seperti golongan methylxantine, beta agonis maupun 22

Page 23: referat paru bronkiektasis

antikolinergik. Selain itu, bronkodilator juga dapat diberikan pada

pasien dengan bronkitis kronis.

Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.

Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik.

Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik.

Mukolitik dan Ekspektoran, diberikan guna mengencerkan sekret

serta merangsang sekresi dahak dari saluran napas.

Steroid secara inhalasi, terbukti dalam mengurangi produksi

sputum serta menurunkan angka eksaserbasi.

2. Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau

lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang terbatas

dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan

konservatif yang adekuat, selain itu juga pada pasien bronkiektasis

terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang

berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif seperti ini

mutlak perlu tindakan operasi. Tindakan operasi bisa berupa

segmentektomi, lobektomi, atau pneumonektomi, serta bisa berupa

transplantasi paru.6

3. Pencegahan

Imunisasi

Menghindari paparan rokok

Pengobatan adekuat pada pneumonia, pertusis, morbili

M. KOMPLIKASI

23

Page 24: referat paru bronkiektasis

Beberapa penyakit yang bisa enjadi komplikasi dari bronkiektasis antara

lain:18

a. Pneumonia

b. Empiema

c. Septicemia

d. Meningitis

e. Metastasis abses misalnya di otak

f. Pembentukan amiloid

Infeksi yang berulang dan radang menyebabkan berlanjutkan nekrosis

saluran nafas dan destruksi jaringan paru. Tergantung pada perluasan

pertumbuhan penyakit, dapat terjadi kor-pulmonale. Amiloidosis sekunder dapat

terjadi sistemik.

N. PROGNOSIS

1. Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta

luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan

secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis

penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,

survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut

biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis dan

lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus

biasanya disabilitasnya ringan. 4,6

2. Kelangsungan Organ

Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan ukuran

sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan muscular

24

Page 25: referat paru bronkiektasis

dan elastic dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan daerah peri

bronchial. Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah

fibrosis terutama pada daerah peribronkial. 6

BAB III

KESIMPULAN

25

Page 26: referat paru bronkiektasis

1. Bronkiektasis merupakan pelebaran menetap dari bronkus dan bronkiolus akibat

kerusakan otot dan jaringan elastik penunjang, disebabkan atau berkaitan dengan

infeksi nekrotikans kronis.

2. Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada Negara-

negara berkembang. Di Negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami

penurunan sesuai dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih

tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.

3. Faktor risiko dan etiologi dari bronkiektasis antara lain masalah kongenital atau

penyakit yang didapat, yang mempengaruhi paru atau saluran napas, misalnya

infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

4. Penatalaksanaan bronkiektasis dibagi menjadi dua antara lain terapi lama yang

terdiri dari terapi konservatif dan simptomatik dan terapi baru yaitu pembedahan.

5. Infeksi yang berulang dan radang menyebabkan berlanjutkan nekrosis saluran

nafas dan destruksi jaringan paru. Prognosis bronkiektasis berdasarkan berat

ringannya penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: referat paru bronkiektasis

1. Emmons EE. 2007. Bronchiectasis. available at www.emedicine.com

2. O’Regan AW, Berman JS. 2004. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition . Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia. 255-274.

3. Benditt, JO. 2008. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. available at www.merck.com

4. Maitra A, Kumar V. 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL (eds). Buku Ajar Patologi Robbins. Diterjemahkan oleh: Pendit BU. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

5. Hassan I. 2006. Bronchiectasis. available at www.emedicine.com.

6. Rahmatullah P. 2001. Bronkiektasis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. Jakarta . 861-871.

7. Alsagaff H, Mukty A. 2006. Bronkiektasis. Dalam : Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. 256-261

8. Barker AF. 2002. Bronkiektasis . The New English Journal of Medicine. 346:1383-1393.

9. Wilson LM. 2006. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi 6. Editor Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta. 737-740

10. Luhulima JW. 2004. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius. Bagian Anatomi FKUH. Makassar.13-14.

11. Meschan I. 1975. Obstrictive Pulmonary Disease. Synopsis of Analysis of Roentgen Signs in General Radiology. Philadelphia. 55-56

12. Kusumawidjaja K. 2006. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan Ekayuda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 108-115.

13. Sutton D. 2003. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. Churchill livingstone. Tottenham. 45, 163, 164 & 168.

14. Patel PR. 2005. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 40-41

27

Page 28: referat paru bronkiektasis

15. Sachdev P. 2013. Risk Factors of Bronchiectasis.

16. Barker, AF. 2005. Bronchiectasis. NEJM. 346 : 18.

17. Damjanov, Ivan. 2010. Buku Teks dan Atlas Berwarna Histopatologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

18. Underwood, JCE. 2000. Patologi Umum dan Sistematika . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

19. Djojodibroto D. 2009. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

20. Alsagaff, H., Amin, M., Saleh, T. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.

28