TUGAS REFERAT PATOLOGI ANATOMI SIROSIS BILIARIS BLOK DIGESTIF Pembimbing: Paramita Deniswara G1A011024 Kelompok 29 Oleh: Ghiyas Ulinnuha G1A012083 Muhammad Fadhil Wasi P. G1A012084 Yona Ajeng Triafatma G1A012085 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS REFERAT PATOLOGI ANATOMI
SIROSIS BILIARIS
BLOK DIGESTIF
Pembimbing:
Paramita Deniswara
G1A011024
Kelompok 29
Oleh:
Ghiyas Ulinnuha G1A012083
Muhammad Fadhil Wasi P. G1A012084
Yona Ajeng Triafatma G1A012085
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS REFERAT PATOLOGI ANATOMI
SIROSIS BILIARIS
BLOK DIGESTIF
Kelompok 29
Oleh:
Ghiyas Ulinnuha G1A012083
Muhammad Fadhil Wasi P. G1A012084
Yona Ajeng Triafatma G1A012085
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum patologi anatomi blok
Digestif pada Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
Gambar 3. Sirosis biliaris / Sirosis hepatis mikronodular (Sarjadi, 2004)
Pada penyakit sirosis biliaris, gambaran makroskopik sirosis
mikronodular hati disertai perlemakan hati. Tampak nodul-nodul kecil
berwarna kekuningan. Sirosis mikronodular ini juga dapat ditemukan pada
Penyakit Wilson, sirosis biliaris primer dan hemokromatosis (Sarjadi, 2004).
Gambar 4. Gambaran mikroskopis sirosis biliaris (Sarjadi, 2004)
Sirosis biliaris ditandai dengan kerusakan duktus biliferus dalam
segitiga Kiernan hati. Pada penderita terdapat antibodi antimitokondrial
dalam serum. Tampak disini sebukan padat sel radang kronik di daerah portal
disertai kerusakan saluran empedu, yang akhirnya menjurus ke sirosis
mikronodular (Sarjadi, 2004).
12
Gambar 5. Gambaran mikroskopis sirosis biliaris (Sarjadi, 2004)
Pada gambar diatas, tampak perlemakan hati dan stasis empedu (bile
stasis), disertai sebukan padat limfosit di daerah portal (Sarjadi, 2004).
J. Penatalaksanaan
1. Terapi Lama
Pengobatan sirosis bilier primer memiliki tujuan untuk meringankan
gejala, untuk memperlambat proses kekebalan tubuh, dan perkembangan
penyakit, sebagai berikut (Nikolaos, 2014):
a. Asam ursodeoxycholic (UDCA) sangat efektif, terutama pada tahap
awal sirosis hepatis. Obat ini diberikan seumur hidup dan studi
menunjukkan bahwa UDCA menunda kebutuhan untuk transplantasi
atau kematian penundaan.
b. Agen imunosupresif seperti metotreksat, siklosporin, dan kortikosteroid
menghambat reaksi kekebalan yang memediasi perkembangan
penyakit.
c. Pruritus adalah gejala yang paling mengganggu dan sering refrakter
terhadap pengobatan. Pada tahap awal dari sirosis biliaris, pruritus
diringankan dengan antihistamin, tetapi obat kelas ini memiliki efek
jangka pendek. Cholestyramine juga efektif dalam pengobatan pruritus
dan memiliki kapasitas untuk menyerap garam empedu dalam lumen
usus. Sirosis biliaris dengan pruritus refrakter terhadap pengobatan
fenobarbital dapat diberikan terapi ultraviolet atau plasmapheresis.
Sebagai kemajuan penyakit sirosis, transplantasi hati harus
13
dipertimbangkan karena tampaknya mewakili prosedur penyelamatan
nyawa.
2. Terapi baru
Transplantasi hati mungkin direkomendasikan jika perkiraan
kerusakan hati yang berisiko terhadap hidup orang tersebut. Perencanaan
untuk transplantasi hati sering dimulai sebelum kerusakan yang signifikan
pada hati, hal ini dikarenakan (Nikolaos, 2014):
a. Waktu tunggu rata-rata untuk transplantasi hati adalah 142 hari,
sehingga sangat penting untuk mulai mencari donor yang cocok secepat
mungkin.
b. Semakin baik keadaan umum kesehatan pasien, semakin besar
keberuntungan transplantasi sukses, sehingga transplantasi idealnya
harus dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sehat.
Seperti semua transplantasi organ, transplantasi hati membawa
risiko komplikasi. Komplikasi yang paling serius adalah sistem kekebalan
tubuh yang mungkin menolak hati pendonor, yang bisa jadi mematikan.
Mungkin pasien akan perlu minum obat golongan imunosupresan (obat
untuk menekan sistem kekebalan tubuh) selama sisa hidup pasien
(Nikolaos, 2014).
Tingkat keberhasilan transplantasi hati untuk orang dengan sirosis
biliaris sangat bermacam-macam. Sebagai contoh, salah satu penelitian
terhadap 121 orang yang menjalani transplantasi hari ditemukan
(Nikolaos, 2014):
a. 90% masih hidup efektif selama 5 tahun
b. 97% masih hidup efektif selama 10 tahun
c. 80% masih hidup efektif selama 15 tahun
Dalam studi ini, sirosis biliaris terulang pada 15% dari orang-orang,
hal ini sesuai dengan perkiraan karena kondisi tersebur bisa kambuh dalam
seperempat dari orang-orang yang menalani transplantasi. Gatal selalu
meningkatkan setelah transplantasi hati, tetapi gejala kelelahannya tidak
meningkat (Nikolaos, 2014).
14
K. Komplikasi
Komplikasi dari sirosis biliaris, antara lain (Sudoyo, 2009):
1. Demam
2. Nafsu makan berkurang
3. Sulit buang air besar
4. Hiperbilirubiurea
5. Sepsis
6. Hipertensi Portal
7. Perdarahan saluran cerna
8. Ensefalopati Hepatikum (Koma Hepatikum)
9. Infeksi
10. Karsinoma Hepatoseluler (Hepatoma)
L. Prognosis
Sirosis bilaris berkembang sangat cepat. Jika penderita sirosis biliaris
dini segera ditangani secara dini dan cepat, maka proses disfungsi biliaris
dapat tertangani. Secara umum, prognosisnya baik (Sudoyo, 2009).
15
III. KESIMPULAN
1. Sirosis biliaris merupakan kerusakan sel hati yang dimulai disekitar duktus
biliaris yang menimbulkan pola sirosis, Penyebab tersering sirosis biliaris
adalah obstruksi biliaris posthepatik.
2. Biopsi hati merupakan gold standar diagnosis metode untuk sirosis biliaris
primer karena dapat mengkonfirmasikan diagnosis dan memberikan informasi
tentang stadium penyakit dan prognosis dengan gejala Perut agak membuncit,
Muntah setelah beberapa jam dilahirkan, Kemudian feses bayi berwarna putih
agak keabu-abuan dan liat seperti dempul, Urine menjadi lebih tua karena
mengandung urobilinogen, Perut sakit di sisi kanan atas, dan Demam.
3. Terapi sirosis biliaris dapat dengan Asam ursodeoxycholic (UDCA), Agen
imunosupresif, antihistamin, Cholestyramine, dan transplatasi hati.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dienstag JL, Isselbacher KJ. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. New York: McGraw-Hill.
Kumar, Vinay et al. 2010. Robbins And Cotran Pathologic Basis Of Disease. 8th Edition. Philadelphia: Saunders.
Nikolaos T Pyrospoulos, 2014. Biliary Chirrhosis Treatment & Management. Medscape Reference, Professor. Departement of Internal Medicine, Division of Gastroenterology, Baylor College of Medicine. Available from: http://emedicine.medscape.com/ (Accessed 10 June 2014).
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Robbins, Stanley L., Vinay Kumar, dan Ramzi S. Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Robbis Volume 2 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Sarjadi. 2004. Panduan Praktikum Patologi Anatomi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sudoyo, Aru W, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.