BAB I PENDAHULUAN Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional sebagai akibat dari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel- sel trofoblas dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit atau bahkan tanpa perkembangan janin (Sebire, 2008; Sumapraja,2005; Hadijanto, 2010). 1 Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease (Sumapraja, 2005). 1 Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan menimbulkan berbagai bentuk metastase keganasan dengan berbagai variasi (Manuaba, 2007). 2 Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan (Prawirohadjo, 2009). 2 Di Amerika Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional sebagai akibat dari suatu
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Penyakit trofoblas ialah penyakit yang
mengenai sel-sel trofoblas dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai
sedikit atau bahkan tanpa perkembangan janin (Sebire, 2008; Sumapraja,2005; Hadijanto,
2010).1 Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar
kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit
trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease,
sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease
(Sumapraja, 2005).1
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan
menimbulkan berbagai bentuk metastase keganasan dengan berbagai variasi (Manuaba, 2007).2
Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda.
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan
dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi
mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan (Prawirohadjo,
2009).2 Di Amerika Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di
Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih
sering pada usia reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya
paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam
setiap 1000 kehamilan. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami
transformasi ke arah keganasan, yang disebut sebagai gestational trophoblastic neoplasma
(Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007).2
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat mola
hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan
tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Kematian pada mola hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi
eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja, 2005).2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan mengenai mola hidatidosa namun secara
garis besar mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili
korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai anggur.1,2
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi
keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial atau
tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-
villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan
mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih
besar daripada kehamilan biasa (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007; Prawirohadjo, 2009).1,2
B. Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120 kehamilan)
daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola hidatidosa
dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia,
1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data
masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari
20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik (Prawirohadjo,
2009).2,3
C. Klasifikasi Mola Hidatidosa
2
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka
disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari
janin disebut mola parsialis atau Parsials mole (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007;
Cunningham, 2006). Walaupun secara histologis dan morfologis keduanya berbeda tetapi
gambaran klinis dan penanganannya pada dasarnya sama1, 2
a. Mola hidatidosa komplit (klasik)
Mola hidatidosa komplit secara genetik adalah lesi yang diploid dengan kromosom 46
XX. Pada mola komplit tidak dijumpai elemen embrionik atau fetus. Kelainan genetik ini
disebabkan oleh karena fertilisasi ovum yang kosong oleh dua sperma.1 Mola hidatidosa
merupakan suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh vili khorialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih yang
mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih mudah terlihat sampai beberapa
sentimeter dan bergantung dalam beberapa sentimeter dan bergantung dalam beberapa
kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga
memenuhi uterus yang besarnya biasa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut.
Gambaran histologi mola hidatidosa komplit adalah :1, 3
1. Terdapat Vili dalam berbagai ukuran.
2. Ditengah Vili yg besar menunjukkan edema dengan sentral kavitas berisi cairan yang
disebut cisterna.
3. Terdapat proliferasi trofoblas yg berlebihan.
4. Sinsitiotrofoblas berwarna ungu, sitotrofoblas jernih dan nukleus Bizarre.
5. Tidak ada pembuluh darah fetal di mesenkim vili.
b. Mola hidatidosa inkomplit (parsial)
3
Mola hidatidosa parsial kariotipenya triploid, yang terdiri dari 1 set maternal dan 2 set
paternal. Secara klinis dijumpai adanya fetus dan perubahan pada plasenta berupa mola
hidatidosa. Titer hCG yang abnormal meningkat disertai tanda preeklamsia dan hiperplasia
trofoblas yang dijumpai lebih ringan daripada mola komplit.1
Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin.
Umumnya janin mati pada bulan pertama atau ada juga yang hidup sampai cukup besar
atau bahkan aterm. Perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih
terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler
terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang
vaskuler dengan sirkulasi darah fetus-plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami
perubahan. Bila ditemukan mola yang disertai janin, terdapat dua kemungkinan, yaitu
pertama kehamilan kembar dimana satu janin tumbuh normal dan hasil konsepsi yang satu
lagi mengalami mola parsial.1,3
Gambaran Mola Komplit Mola Parsial
Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX atau
69,XXY (tripoid)
Patologi
Edema villus Difus Bervariasi,fokal
Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal, ringan
s/d sedang
Janin Tidak ada Sering dijumpai
Amnion,SDM janin Tidak ada Sering dijumpai
Gambaran klinis
4
Diagnosis Gestasi mola Missed abortion
Ukuran uterus 50% besar untuk masa
kehamilan
Kecil untuk masa
kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang
Penyulit medis Sering jarang
Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi
Tabel 1. Perbandingan bentuk mola hidatidosa
D. Etiologi dan Faktor Resiko
Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang membentuk
plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi memberikan nutrisi untuk
janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan berkembang menjadi suatu masa yang
abnormal sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Sebire, 2008).3
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik dimana sebuah
spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua sperma
memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit hanya ditemukan gen
dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri
dari kromosom triploid yang memberi kesan gangguan sperma sebagai penyebab (John,
2006).4
Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio
'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan
tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu. Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas
5
menyebabkan peningkatan produksi hCG, tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi
estrodiol menurun, karena sintesis hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak
ada. Peningkatan kadar hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam
ovarium (Mochtar, 1998)4,5
Penyebab mola hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti. namun ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola hidatidosa adalah :4
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Usia ibu yang terlalu muda ( < 20 tahun) atau tua ( > 35 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
3. Imunoselektif dari sel trofoblast
4. Keadaan sosioekonomi yang rendah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya asupan
protein, asam folat, dan beta karoten
5. Jumlah paritas yang tinggi
6. Defisiensi vitamin A
7. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
1. Penggunaan kontrasepsi oral untuk jangka waktu yang lama
8. Riwayat mola hidatidosa sebelumnya
9. Riwayat abortus
E. Patogenesis
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena
tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil
6
pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan karena
pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan