SATUAN ACARA PENYULUHAN GANGGUAN BIPOLAR Pokok Bahasan : Gangguan Bipolar Sub Pokok Bahasan : Mengenal lebih dalam tentang Gangguan Bipolar Sasaran : Pasien dan keluarga pasien rawat jalan Tempat : Ruang RSIJ Klender Hari / Tanggal : Senin, 21 September 2015 Waktu : 10.00 – 10.30 WIB A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari- hari. B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan sasaran mampu : 1.Definisi gangguan bipolar 2.Faktor penyebab gangguan bipolar 3.Gejala gangguan bipolar 4.Kriteria diagnosis gangguan bipolar 5.Penatalaksanaan gangguan bipolar C. Media 1. Laptop 2. LCD 3. Mikrofon 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GANGGUAN BIPOLAR
Pokok Bahasan : Gangguan Bipolar
Sub Pokok Bahasan : Mengenal lebih dalam tentang Gangguan Bipolar
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien rawat jalan
Tempat : Ruang RSIJ Klender
Hari / Tanggal : Senin, 21 September 2015
Waktu : 10.00 – 10.30 WIB
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan mengaplikasikan
materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan sasaran mampu :
1. Definisi gangguan bipolar
2. Faktor penyebab gangguan bipolar
3. Gejala gangguan bipolar
4. Kriteria diagnosis gangguan bipolar
5. Penatalaksanaan gangguan bipolar
C. Media
1. Laptop
2. LCD
3. Mikrofon
4. Leaflet
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya
dua bulan tanpa gejala penting mania atau hipomania. Kelainan fundamental pada
kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek,
biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya), atau ke arah
elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya
disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan
gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami
hubungannya dengan perubahan tersebut. Ada empat jenis gangguan bipolar tertera di
dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR)
yaitu gangguan bipolar I (GB I), gangguan bipolar II (GB II), gangguan siklotimia,
dan gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan.
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan
gangguan depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2%.
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari
masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang
terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.
Penelitian yang mengikuti kohort keturunan pasien dengan gangguan bipolar
dapat membantu untuk mengklarifikasi tanda-tanda awal pada anak-anak. Onset mania
setelah usia 60 kurang mungkin terkait dengan riwayat keluarga gangguan bipolar dan
lebih mungkin untuk dihubungkan dengan diidentifikasi faktor medis umum, termasuk
stroke atau lainnya pusat sistem saraf lesi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahan masyarakat tentang
gangguan bipolar dan memberi informasi kepada masyarakat mengenai penanganan
gangguan bipolar.
2
BAB II
GANGGUAN BIPOLAR
2. 1 DEFINISI
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah
perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
ansietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan
tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau
mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. Ada empat jenis gangguan bipolar
tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV
TR) yaitu gangguan bipolar I (GB I), gangguan bipolar II (GB II), gangguan siklotimia, dan
gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan.
2.2 ETIOLOGI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan bipolar antara lain :
1. Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmiter monoamin seperti norepinefrin, dopamin,
serotonin, dan histamin menjadi fokus teori dan masih diteliti hingga saat ini. Sebagai
biogenik amin, norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmiter yang paling
berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.
- Norepinefrin
Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan sensitifitas dari reseptor
β adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh respon pada penggunaan anti
depresan yang cukup baik sehingga mendukung adanya peran langsung dari sistem
noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor β2 presinaps pada
depresi karena aktivasi pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan
norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak pada neuron serotoninergik dan berperan
dalam regulasi pelepasan serotonin.
3
- Serotonin
Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin reuptake
inhibitor) dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar serotonin dapat menjadi
faktor presipitat depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri memiliki
konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan serebrospinalnya dan memiliki
kadar konsentrasi rendah uptake serotonin pada platelet.
- Dopamine
Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga memiliki peran. Data
memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat mengurangi depresi dan
meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamin dan depresi adalah bahwa
jalur mesolimbik dopamin tidak berfungsi terjadi pada depresi dan dopamin
reseptor D1 hipoaktif pada keadaan depresi.
- Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita
bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-
emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah
yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amigdala dan hipocampus. Korteks prefrontal, amigdala, dan hipocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-mielin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran mielin
yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar
saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi
antar saraf tidak berjalan lancar.
2. Faktor genetik
- Studi pada keluarga.
Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan gangguan mood, anaknya akan
memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita gangguan mood. Jika kedua orang
tuanya menderita gangguan mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat.
Risiko ini meningkat jika ada anggota keluarga dari 1 generasi sebelumnya
daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga gangguan bipolar dapat
4
meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum, dan lebih spesifik pada
kemungkianan munculnya bipolar.
- Studi pada anak kembar.
Studi ini menunjukan bahwa gen hanya menjelaskan 50-70% etiologi dari
gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan mood pada monozigot
sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot sekitar 16-35%.
3. Faktor psikososial
- Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang.
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting
dalam gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan
pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh
faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari gangguan bipolar
dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan
bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional
berbagai neurotransmiter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan
mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik.
Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko
yang lebih tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa
adanya stressor eksternal.
- Faktor kepribadian.
Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan kepribadian tertentu
berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I, walaupun pasien dengan
gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk dapat berkembang menjadi
depresi mayor atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress
yang kuat adalah prediktor dari onset episode depresi.
2.3 GEJALA KLINIS
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan
episode mania.
Episode Manik :
5
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut
(empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Cepat dan banyaknya pembicaraan
d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
g. Meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
h. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang).
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik,
hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru
memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak
memerlukan hospitalisasi.
Episode Depresi Mayor
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat simptom atau tanda
yaitu :
a. Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
b. Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
c. Sulit atau banyak tidur
d. Agitasi atau retardasi psikomotor
e. Kelelahan atau berkurangnya tenaga
f. Menurunnya harga diri
g. Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
h. Pesimis
i. Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa rencana)
atau tindakan bunuh diri.
6
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya fungsi personal, sosial,
pekerjaan.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi
secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel, marah,
serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat,
grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang
gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain,
dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial dan pekerjaan.
Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,
ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat gejala bila mood
irritable) yaitu:
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
g. Pikiran menjadi lebih tajam
h. Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau pembicaraan aneh)
tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal, sosial, dan
pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga.
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling sering
yaitu:
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
7
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik
tidak serasi dengan mood. Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis
sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang
buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah
dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama,
disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat
penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang
memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik
hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan atau anti
mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan
perbaikan klinis.
2.4 KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi simptom gangguan
bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID).
Pembagian menurut DSM-IV:
1. Gangguan mood bipolar I
Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi mayor
sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic
umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
8
A. Saat ini dalam episode manic
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham,
atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
9
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
2. Ganggguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode
hipomanik.
10
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-
gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak
dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-
gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran,
selama dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih
dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan
siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II
dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,
atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya..
Pembagian menurut PPDGJ III:
F31 Gangguan Afek bipolar
a. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih
lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
11
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya
stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
b. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30).