GANGGUAN AFEKTIF
I. DefinisiGangguan bipolar merupakan gangguan mood dengan
kelainan berupa perubahan suasana perasaan atau afek, dimana pada
waktu didapat kumpulan gejala yang terdiri dari depresi, dengan
atau tanpa anxietas yang menyertainya (penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas) dan pada waktu lain mengalami
elasi (suasana perasaan yang meningkat disertai penambahan energi
dan aktivitas). Gangguan ini memiliki episode berulang
(sekurang-kurangnya dua episode), yang khas adalah biasanya
terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya
dimulai dengan tiba-tiba antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
sedangkan episode depresi cenderung berlangsung lebih lama
rata-rata sekitar 6 bulan, tetapi jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua episode ini seringkali terjadi
setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain.
(1,2,3)II. EpidemiologiPrevalensi gangguan bipolar I sekitar
0,4-1,6% sedangkan prevalensi gangguan bipolar II adalah 0,5%.
Gangguan bipolar I angka kejadiannya sama antara pria dan wanita,
dimana episode manik lebih sering didapati pada pria sedangkan
episode depresi pada wanita. Onset gangguan bipolar I terjadi pada
usia 5-50 tahun, rata-rata pada usia 30 tahun. Gangguan bipolar I
lebih sering terjadi pada orang yang bercerai atau belum menikah.
(1,2,4)III. Etiologi
1. GenetikTerdapat bukti-bukti yang mendukung peranan faktor
genetik sebagai predisposisi gangguan bipolar. Di antaranya adalah
:
1. Tingkat persesuaian gangguan bipolar pada pasangan kembar
monozigot mencapai 80%.2. Hasil analisis regresi menunjukkan pola
transmisi autosomal dominan.3. Beberapa letak gen pada kromosom
keluarga yang mendapat gangguan bipolar telah diduga berkaitan
dengan pewarisan penyakit. Namun sampai kini, dugaan ini belum
terbukti satu pun.(6)2. Neurobiologis
Mekanisme patofisiologi yang mendasari perubahan mood yang
berulang pada gangguan bipolar masih belum dapat dijelaskan. Namun
dari beberapa penelitian, ada beberapa dugaan yang menarik banyak
perhatian :
1. Terdapat perubahan enzim ATPase membran yang diaktifkan oleh
Na+ dan K+.
2. Adanya gangguan mekanisme yang transduksi sinyal yang
melibatkan sistem phosphoinositol dan protein yang berikatan dengan
GTP
3. Gangguan regulasi glutamat dan faktor transmisi
neuroprotektif, yang dapat menjelaskan efek terapeutik lithium.
Terdapat hubungan antara perubahan kadar hormon-hormon tertentu
dengan gangguan bipolar, seperti
1. Peningkatan konsentrasi SRIF (somatostatin releasing
inhipbitor factor) dalam cairan serebrospinal pada gangguan bipolar
I
2. Pemberian terapi tambahan hormon thyroid (T4) memperlambat
siklus pada gangguan bipolar I rapid-cycling.(6)
Pada pasien gangguan bipolar terdapat gangguan irama sirkadian.
Dari hal ini, terapi dengan lithium memberikan hasil lebih besar
apabila diiringi dengan penyesuaian irama sirkadian pasien dengan
pengaturan siklus gelap dan terang.
Pencitraan syaraf (neuroimaging), mengungkapkan besarnya tingkat
abnormalitas substansia alba subkortikal pada pasien gangguan
bipolar dibandingkan dengan kelompok kontrol berumur sama. Terdapat
pembesaran ventrikel ke III, yang akan berdampak pada disfungsi
hipothalamus yang terletak di dekatnya.(6)
3. PsikodinamikaDari sudut pandang psikodinamika, terdapat
faktor predisposisi dan presipitasi yang mendukung terjadinya
gangguan afektif bipolar, yaitu :a. Faktor Predisposisi
Faktor Kepribadian
Jenis kepribadian yang menjadi presisposisi terjadinya gangguan
bipolar adalah kepribadian sikotimik, dimana kepribadian ini
mempunyai ciri pergantian mood yang ekstrim dari elasi ke murung
dalam hitungan hari. Ketidakstabilan mood ini dapat mengganggu
pkerjaan dan hubungan sosial.(5) Stresor berkepanjangan
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, tanggung jawab berat
untuk mengasuh banyak anak sekaligus, dan hubungan pernikahan yang
tidak kondusif memberikan tekanan yang kronis, sehingga mengganggu
rasa aman dan harga diri.
Tingkat stres dapat bertambah dengan tiadanya orang yang dapat
dipercaya dan diandalkan untuk membantu menyelesaikan masalah.,
ataupun sebagai pendengar. (5)b. Faktor Presipitasi
Seseorang yang telah memiliki faktor-faktor predisposisi
berpeluang besar untuk mengembangkan gangguan bipolar setelah
timbulnya faktor pemicu, yaitu peristiwa yang dapat menimbulkan
stres yang mendadak. Contohnya adalah kehilangan pekerjaan,
kehilangan orang terdekat, perceraian dan lain-lain.
Walaupun demikian, faktor ini harus diiinterpretasi dengan
hati-hati, apakah peristiwa tersebut merupakan sebab dari timbulnya
gangguan (mis: dipecat karena perusahaan bangkrut), atau merupakan
akibat dari gangguan yang sudah timbul (mis: dipecat karena
kualitas pekerjaan memburuk ( akibat gangguan afektif) (5)Mekanisme
pertahanan jiwa yang digunakan pada gangguan bipolar manik umumnya
penolakan (denial), berupa sikap defensif dari posisi depresi
akibat stress. Sedangkan mekanisme pertahanan jiwa yang digunakan
pada depresi umumnya introyeksi, memasukkan ke dalam obyek yang
dibenci yang merupakan sumber stres, lalu menjelma menjadi
kecenderungan untuk menghukum diri. (1)IV. Kriteria Diagnosis 1.
DSM-IV-TR
Berdasarkan DSM-IV-TR, terdapat 2 bentuk utama gangguan bipolar,
yaitu :
1. Gangguan bipolar I, dimana terdapat perjalanan penyakit yang
terdiri dari satu atau lebih episode manik dan kadang-kadang
episode depresi berat. Dapat juga terjadi episode campur,yaitu
suatu periode sekurang-kurangnya satu minggu terdapat episode manik
dan episode depresi setiap hari.
2. Gangguan bipolar II, ditandai dengan periode depresi berat
dan hipomanik, tanpa episode manik. (1,4)Kriteria diagnostik untuk
episode depresi berat berdasarkan DSM-IV-TR : (1) A. Lima atau
lebih gejala di bawah ini harus ada selama dua minggu dan terdapat
perubahan dari fungsi sebelumnya.; sekurang-kurangnya terdapat satu
gejala depresi atau kehilangan keinginan atau harapan.
(1) Depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang dikeluhkan
secara subyektif (merasa sedih, atau kosong), atau berdasarkan
pengamatan orang lainNote : pada anak dan remaja, dapat berupa mood
yang mudah tersinggung
(2) Kehilangan minat atau kesenangan pada semua atau hampir
semua kegiatan sepanjang hari, hampir setiap hari
(3) Kehilangan berat badan yang signifikan tanpa diet, atau
penurunan atau peningkatan selera makan hampir setiap hari
(4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
(5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
(6) Lemah atau kehilangan energi hampir setiap hari
(7) Merasa tidak berharga atau merasa bersalah berlebihan (dapat
menjadi delusi), hampir setiap hari
(8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi,
atau tidak mampu mengambil keputusan hampir setiap hari
(9) Sering berpikir tentang mati (buakan takut mati), sering
memiliki ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau melakukan
percobaan bunuh diri atau memiliki rencana yang spesifik untuk
bunuh diri
B. Tidak ditemukan gejala yang masuk dalam kriteria episode
campur.C. Gejala menunjukkan tekanan atau kegagalan dalam
masyarakat, pekerjaan, atau area fungsional lain yang penting.
D. Gejala bukan karena efek fisiologis dari obat
E. Gejala tidak lebih baik dari kehilangan, seperti kehilangan
seseorang yang dicintai, gejala menetap selama dua bulan, atau
ditandai dengan kegagalan fungsional, kegemaran abnormal yang tidak
berguna, kehilangan harapan, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau
retardasi psikomotor. Kriteria diagnostik untuk episode manik
berdasarkan DSM-IV-TR(1):
A. Adanya suatu periode yang jelas dimana terdapat peningkatan
suasana perasaan yang menetap dan abnormal, perasaan yang
meluap-luap, atau mudah tersinggung, sekurang-kurangnya satu
minggu
B. Selama periode gangguan mood, terdapat tiga (atau lebih),
gejala di bawah ini (empat jika gangguan mood hanya mudah
tersinggung) dan telah ada derajat yang tampak :
(1) Peningkatan percaya diri(2) Penurunan kebutuhan tidur
(merasa cukup beristirahat setelah tidur 3 jam)
(3) Lebih banyak bicara daripada biasanya atau mempunyai tekanan
untuk terus berbicara
(4) Fligt of ideas
(5) Distraktibilitas
(6) Agitasi psikomotor
(7) Memiliki keinginan yang berlebihan dan kesenangan untuk
melakukan aktivitas yang dapat mencelakakan
C. Gejala tidak termasuk dalam kriteria episode campur
D. Gangguan mood cukup berat untuk menyebabkan kegagalan
berfungsi dalam pekerjaan, atau dalam kegiatan sosial sehari-hari
atau dalam hubungan dengan orang lain, atau sampai memerlukan
perawatan di rumah sakit untuk mencegah melukai diri sendiri atau
orang lain, atau ada gambaran psikotik
E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari obat atau
penyakit umum Note : episode mirip manik yang jelas disebabkan oleh
pengobatan somatik antidepresan (seperti obat-obatan, ECT, terapi
cahaya) tidak digolongkan pada gangguan bipolar I.
Kriteria diagnostik untuk episode hipomanik berdasarkan
DSM-IV-TR(1): A. Adanya suatu periode yang jelas dimana terdapat
peningkatan suasana perasaan yang menetap dan abnormal, perasaan
yang meluap-luap, atau mudah tersinggung, selama 4 hari, yang jelas
berbeda dari mood nondepresi pada umumnya B. Selama periode
gangguan mood, terdapat tiga (atau lebih), gejala di bawah ini
(empat jika gangguan mood hanya mudah tersinggung) dan telah ada
derajat yang tampak :
(1) Peningkatan percaya diri
(2) Penurunan kebutuhan tidur (merasa cukup beristirahat setelah
tidur 3 jam)
(3) Lebih banyak bicara daripada biasanya atau mempunyai tekanan
untuk terus berbicara
(4) Fligt of ideas
(5) Distraktibilitas
(6) Agitasi psikomotor
(7) Memiliki keinginan yang berlebihan dan kesenangan untuk
melakukan aktivitas yang dapat mencelakakan
C. Episode berhubungan dengan perubahan fungsional yang tegas
yang tidak tergambarkan pada orang tanpa gejala
D. Gangguan mood dan perubahan fungsional dapat diobservasi oleh
orang lain
E. Episode tidak cukup berat untuk menimbulkan kegagalan dalam
masyarakat dan pekerjaan, atau tidak memerlukan perawatan di rumah
sakit dan tidak ada gambaran psikotik
F. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari obat atau
penyakit umum
Note : Hypomanik like episode yang jelas disebabkan oleh
pengobatan somatik antidepresan (seperti obat-obatan, ECT, terapi
cahaya) tidak digolongkan pada gangguan bipolar II.
2. PPDGJ-III
PPDGJ-III membagi gangguan afektif bipolar menjadi :
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
hipomania
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotikPedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau
sedang
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresi
ringan ataupun sedang
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa
gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi berat tanpa gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat
dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi berat dengan gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini episode kini
campuran
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresi yang tercampur atau bergantian dengan cepat
(gejala mania/hipomania, dan depresi sama-sama mencolok selama masa
terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya dua minggu)(b) harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi, atau campuran) di
masa lampau
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami
sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi, atau campuran)
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
Kriteria diagnostik hipomania berdasarkan PPDGJ-III :
derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu
derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan
bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi atau waham pengaruh
nyata atas kelancaran aktivitas dan sosial memang sesuai dengan
diagnoosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan
Kriteria diagnostik mania tanpa gejala psikotik berdasarkan
PPDGJ-III :
episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup
berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan
perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan, dan kebanyakan
bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/grandios ideas atau terlalu optimistik
Kriteria diagnostik mania dengan gejala psikotik berdasarkan
PPDGJ-III :
gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat harga
diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar.
Waham dan halusinasi sesuai dengan afek tersebutKriteria diagnostik
episode depresi ringan berdasarkan PPDGJ-III : sekurang-kurangnya
harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu
hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
Kriteria diagnostik episode depresi sedang berdasarkan PPDGJ-III
:
sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya
lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu
menghadapi kesulitan yang nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tanggaKriteria diagnostik
episode depresi berat tanpa gejala psikotik berdasarkan PPDGJ-III
:
semua 3 gejala utama depresi harus ada
ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan gejalanya secara rinci
episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, masih dibenarkan menegakkan diagnosis dalam kurun waktu
kurang dari 2 minggu
sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas
Kriteria diagnostik episode depresi berat dengan gejala psikotik
berdasarkan PPDGJ-III :
memenuhi kriteria episode depresi berat
disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang
mengancam ,dan pasien merasa bertanggung jawab atas itu. Halusinasi
auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent)
V. Gambaran Klinis 1. Episode Depresi Berdasarkan PPDGJ-III
terdapat tiga variasi dari episode depresi yaitu depresi ringan,
sedang, dan berat. (1) Gejala utama dari depresi adalah(1):
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas
Gejala lainnya(1) :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan tentang masa depan dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis. Kategori diagnosis episode depresi ringan, sedang, dan
berat hanya digunakan untuk episode depresi tunggal yang pertama,
episode berikutnya hanya diklasifikasikan dibawah salah satu
diagnosis gangguan depresi berulang. (1) Pasien menunjukkan gejala
depresi seperti merasa sedih, tidak mempunyai keinginan untuk
melakukan sesuatu, kehilangan harapan, merasa tidak berharga,
beberapa pasien mengeluh sakit dan tidak dapat menangis. (1) Dua
per tiga pasien depresi memiliki ide bunuh diri dan sekitar 10-15%
melakukan bunuh diri. Beberapa pasien depresi tampak tidak peduli
dengan depresinya dan tidak mengeluhkan perubahan suasana
perasaannya, meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman, dan
aktivitas yang mereka senangi. Sebagian besar pasien depresi
mengeluhkan berkurangnya energi, kesulitan menyelesaikan pekerjaan,
dan kehilangan motivasi untuk memulai kegiatan. Sekitar 80% pasien
mengeluh gangguan tidur. (1) Ansietas merupakan gejala umum dari
depersi yang mengenai hampir 90% pasien depresi. Selain itu
didapatkan juga gejala vegetatif seperti mens yang abnormal,
masalah seksual dan masalah somatik, ketidakmampuan berkonsentrasi
dan kegagalan berpikir. (1) Fobia sekolah dan kelekatan yang
berlebihan dengan orang tua merupakan gejala depresi pada anak
Kegagalan nilai akademis, penyalahgunaan zat psikoaktif, perilaku
antisosial, seksual promiskuitas, dan melarikan diri dari rumah
merupakan gejala depresi pada remaja. Pada orang dewasa, depresi
sering berhubungan dengan status socialekonomi, kehilangan pasangan
hidup, penyakit ,dan isolasi sosial. Pada orang dewasa, depresi
sering muncul dalam keluhan somatis. (1) 2. Episode
ManikPeningkatan perasaan seperti euforia, perasaan yang
meluap-luap, atau mudah tersinggung adalah tanda dari episode
manik. Beberapa pasien manik dapat membuka pakaiannya di tempat
umum, mengenakan pakaian atau perhiasan yang mencolok, pasien
biasanya impulsive. Mereka mempunyai kecenderungan untuk
memperhatikan politik, agama, keuangan, dan seksual. (1) VI.
Pemeriksaan Status Mental
1. Episode Depresi
Gambaran Umum
Gejala yang paling sering terjadi adalah retardasi psikomotor,
meskipun begitu agitasi psikomotor yang ditandai dengan telapak
tangan berkeringat berlebihan dan mencabuti rambut sering terjadi
pada orang tua dengan depresi. Secara klasik pasien depresi
bungkuk, tidak ada pergerakan spontan, merasa putus asa, dan
menghindari tatap mata. (1) Mood, afek, perasaan
Gejala utamanya adalah perasaan depresi, meskipun begitu sekitar
50% pasien menyangkal perasaan depresi dan tidak terlihat depresi.
Selain itu dapat juga ditemukan menarik diri dari lingkungan sosial
dan penurunan aktivitas. (1) Bicara
Biasanya pasien depresi sedikit bicara dan bersuara pelan,
mereka berespon lambat terhadap pertanyaan dan menjawabnya dengan
satu kata. (1) Gangguan persepsi
Delusi dan halusinasi yang konsisten pada pasien depresi disebut
mood congruent, yang mencakup perasaan bersalah, penuh dosa, tidak
berharga, miskin, gagal, teraniaya, dan menderita penyakit somatik
terminal. (1) Pikiran
Pasien depresi memiliki pandangan negatif terhadap dunia dan
dirinya sendiri, pikiran mereka sering berisi tentang kehilangan,
perasaan bersalah, ide bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10% pasien
depresi memiliki gejala gangguan pikiran yang biasanya berupa
bloking dan miskin ide. (1) Sensoris dan kognisi
Sebagian besar pasien depresi mempunyai orientasi yang baik
terhadap tempat, waktu, dan orang, meskipun mereka seringkali tidak
memiliki cukup energi atau minat untuk menjawab pertanyaan
pemeriksa. (1) Ingatan
Sekitar 50-75% pasien depresi mengalami gangguan kognisi dan
beberapa pasien mengeluhkan gangguan konsentrasi dan ingatan. (1)
Kontrol impuls
Sekitar 10-15% pasien depresi melakukan tindakan bunuh diri, dan
sekitar 2/3 pasien depresi memiliki ide bunuh diri. Pasien depresi
dengan gambaran psikotik memikirkan untuk membunuh orang sebagai
hasil dari delusinya, tetapi pasien dengan depresi berat sering
kehilangan motivasi atau energi untuk melakukan tindakan impulsif
atau tindakan kekerasan. (1) Penilaian dan Tilik diriPenilaian
pasien dapat dinilai dengan melihat tingkah laku pasien di masa
lalu dan saat anamnesa. Penilikan diri pasien terhadap gangguan
yang dideritanya biasanya berlebihan, mereka sangat tertekan
menghadapi gejala, gangguan, dan masalah dalam kehidupannya. (1)
ReliabilitasPasien depresi sangat berlebihan terhadap masalah yang
buruk dan pesimis terhadap yang baik (1) 2. Episode Manik
Gambaran Umum
Gejala yang paling sering terjadi adalah elasi, mudah
tersinggung, peningkatan aktivitas, dan ide pribadi yang dianggap
sangat penting.
Mood, afek, perasaan
Gejala utamanya adalah ceria berlebih, optimisme yang meningkat,
dan bisa menularkan perasaannya. Bisa juga muncul dalam bentuk
mudah tersinggung dan epat marah. Mood bisa bervariasi dalam
sehari, dan kadang disela oleh episode depresi.(5)Bicara
Bicara menjadi cepat dan banyak, memperihatkan alur pikiran yang
cepat (pressure of speech). Pada tingkat parah, isi pembicaraan
tidak dapat diikuti,sehingga disebut flight of ideas. (5)
Gangguan persepsi
Terdapat halusinasi pada kasus yang parah. Isinya biasanya
berupa bisikan tentang kekuatan, maupun yang berisi muatan agama.
(5)Pikiran
Ide-ide kebesaran sering muncul, di samping itu pasien sering
merasa idenya orisinil, hebat, dan penting, serta hasil kerja
mereka mengagumkan. Kadang pasien menjadi berlebihan, tertama dalam
membelanjakan uang, membeli barang mewah dan menanamkan uang pada
bisnis yang beresiko.
Pada kasus yang parah, dapat terjadi waham kebesaran, misalnya
pasien mempercayai bahwa ia adalah seorang nabi ataupun orang yang
penting dalam pemerintahan. Terkadang timbul waham kejar, dan waham
lainnya yang dapat berubah-ubah. (5)Penilaian dan Tilik diri
Kemampuan penilaian dan tilik diri dapat bervariasi, umumnya
pasien sulit mengerti mengapa ide berlebihan dan pengeluaran uang
mereka yang besar dilarang. Jarang yang merasa diri mereka sakit
dan membutuhkan pengobatan. (5)VII. Diagnosis
BandingSchizophrenia
Sangat sulit membedakan antara episode manik dengan
schizophrenia. Biasanya episode manik mamiliki onset lebih cepat,
selain itu gejala elasi, senang berbicara, dan hiperaktivitas lebih
menonjol pada episode manik. Sementara pada episode depresi dapat
muncul gambaran kataton, oleh karena itu pada pemeriksaan harus
dicari apakah ada episode manik atau depresi pada riwayat penyakit
dahulu dan riwayat keluarga dengan gangguan mood. (1)
Penyakit nonpsikiatriPasien depresi biasanya datang ke dokter
dengan keluhan somatis. Obat-obatan seperti obat antihipertensi,
obat sedatif, obat jantung, antipsikotik, antiepilepsi, analgesik,
dapat menyebabkan depresi, selain itu pengobatan antidepresan juga
dapat berhubungan dengan presipitasi manik. Kondisi neurologis
seperti penyakit parkinson, demensia, epilepsi, penyakit
cerebrovaskular, dan tumor dapat memiliki gejala depresi yang tidak
berhubungan dengan kondisi fisik pasien. (1)VIII.
Penatalaksanaan
Perawatan di Rumah SakitIndikasi perawatan pasien depresi di
rumah sakit adalah adanya resiko bunuh diri atau membunuh, dan
adanya penurunan kemampuan dasar yang jelas, seperti ketidakmampuan
pasien untuk mendapatkan makanan dan tempat perlindungan, riwayat
gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya system pendukung
pasien. (1,4)Terapi Psikososial
Terapi psikososial mencakup terapi kognitif, terapi perilaku,
dan terapi interpersonal. Tujuan dari terapi kognitif adalah untuk
mengurangi episode depresi dan mencegah eksaserbasi dengan cara
membantu pasien mengidentifikasi masalah dan berpikiran positif.
Terapi perilaku adalah terapi berdasarkan pada hipotesis bahwa
perilaku maladaptive adalah hasil dari sedikitnya timbale balik
positif yang diterima dan penolakan dari lingkungan sosial.
Sedangkan tujuan dari terapi psikoanalitik antara lain merubah
kepribadian atau karakter pasien dan meningkatkan kepercayaan diri
pasien. (1)Farmakoterapi1. LithiumKerja farmakologis dari lithium
belum banyak diketahui untuk dapat menjelaskan efek terapeutiknya,
namun fungsinya dalam meningkatkan fungsi serotonin otak sangat
berguna.
Ginjal menjadi tempat ekskresi dari lithium, dengan mekanisme
sama seperti sodium.
Konsentrasi plasma yang diperlukan untuk profilaksis adalah
0,4-0,8 mmol/l dapat ditingkatkan hingga 1,2 mmol/l. Sedangkan
untuk pengobatan mania akut dapat diberikan dosis 0,9-1,2 mmol/l.
Konsentrasi stabil dalam plasma didapat 12 jam setelah pemberian
terakhir.Efek samping yang dapat terjadi adalah diuresis, tremor,
mulut kering, rasa logam pada lidah, lemah dan lesu. Efek lanjutnya
adalah tremor halus, polyuria dan polydipsi, pembesaran kelenjar
tiroid, hipotiroid, gangguan memori, dan erubahan pada gambaran
EKG.Sebelum pemberian lithium, pasien harus diperiksa dahilu secara
menyeluruh, dan diberikan edukasi mengenaj pengobatan, baik dari
efek samping, efek toksik, dosis, perlunya memeriksa kadar litium
dalam serum, pengaturan diet rendah garam, dan kondisi khusus yang
dapat menjadi indikasi henti obat. (5)2. Carbamazepin
Carbamazepine telah dikenal sebagai antikonvulsi, namun pada
perkembangannya dapat digunakan sebagai pencegahan kambuhnya
gangguan afektif. Obat ini cukup efektif pada pasien yang tak
bereaksi terhadap lithium, dan pada ganguan manik-depresif yang
berulang cepat. Dosissama dengan yang digunakan pada terapi
epilepsy. Efek samping terjadi bila kadar dalam plasma tinggi,
yaitu mabuk, pusing, penglihatan ganda, dan ruam kulit. Terjadi
interaksi denangan hormon pada pil kontrasepsi, sehingga perlu
dipertimbangkan penggunaan alat kontrasepsi lain pada penggunaan
carbamazepin. (5)3. Sodium Valproat
Sperti carbamazepin, sodium valproat awalnya merupakan
antikonvulsi. Dapat digunakan pada manik akut. Efeknya kurang kuat
untuk pencegahan, namun sering dicobakan pada pasien yang tidak
dapat menoleransi lithium ataupun dengan carbamazepin. Efek samping
yang umum adalah mengantuk, lelah, tremor, dan gangguan saluran
pencernaan. Karena efeknya yang trombositopenik, pasien harus
diperiksa dahulu sebelum diberikan pengobatan. (5)DAFTAR
PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadocks Synopsis of
Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 9th ed.
Philadelphia ; Lippincott Williams and Wilkins. 2003 :
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia
III, cetakan pertama, Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral
Pelayanan Medik. 1993 :
3. Mansyur Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke 3.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000
4. Bipolar Disorder. Wikipedia.
"http://en.wikipedia.org/wiki/Bipolar_disorder. 20055. Gelder M,
Mayou R, Geddes J. Psychiatry 2nd Ed. New York; Oxford University
Press. 20006. Braunwald E, Fauci A, Kasper DL. Harrisons Principles
Of Internal Medicine 15th Ed. New York. McGraw Hill. 2001 PAGE
1