PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI Judul : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI MAN 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Penulis : Fatihatun Nurrahmah NIM : 103611032 Program Studi : Tadris Fisika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan kurikulum, karena kurikulum mempunyai kedudukan yang sentral dalam sseluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan- tujuan pendidikan. Kurikulum harus disusun berdasarkan pada kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Sesuai dengan Persturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006 pemerintah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
Judul : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
KETRAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA
MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI MAN 1 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Penulis : Fatihatun Nurrahmah
NIM : 103611032
Program Studi : Tadris Fisika
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan
nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam
menjalani kehidupan sekaligus untuk memperbaiki
nasib dan peradaban manusia. Untuk mencapai itu
semua dibutuhkan kurikulum, karena kurikulum
mempunyai kedudukan yang sentral dalam sseluruh
proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala
bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Kurikulum harus disusun
berdasarkan pada kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik.
Sesuai dengan Persturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006 pemerintah1
menetapkan kurikulum yang berlaku dalam dunia
pendidikan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).1 Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan
memperdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi
yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai
dengan kondisi lingkungan.
Pada dasarnya belajar merupakan proses yang
bermakna untuk mencapai kecakapan hidup. Kecakapan
hidup merupakan kebutuhan setiap orang karena itulah
belajar merupakan kegiatan untuk membentuk,
mengembangkan dan menyempurnakan kecakapan hidup.
Hanya mereka yang memiliki kecakapan hiduplah yang
akan dapat bertahan dalam hidupnya dan menjadikan
hidupnya lebih bermakna. Makna kehidupan terjadi
dalam konteksnya, oleh karena itulah pelajaran akan
menjadi bermakna bila dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata peserta didik.
Menurut Bambang Setiadi, dalam bukunya yang
berjudul Teaching English a Foreign Language,
belajar adalah learning is the process of change in
mental and physical behavior induced in living
organism.2 Belajar juga memainkan peran penting
dalammemperhatikan kehidupan kelompok umat manusia
di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di
antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju.
1 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasi di Madrasah, (jogjakarta: PILAR MEDIA (Anggota IKAPI),2007), hlm. 4-5
2 Bambang Setiadi, Teaching English a Foreing Language, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 58
2
Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut
pandang psikologi kognitif adalah pengembangan
program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual
pembelajaran pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana yang direkomendasikan Merril dalam
Hamzah B. Uno jenjang tersebut bergerak dari tahapan
mengingat, dilanjutkan ke penerapan, sampai pada
tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di
bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang
dipelajari.
Fisika sebagai suatu penopang pembelajaran
memiliki permasalahan tersendiri yang ikut andil
menjadi sebuah problematika wajah pendidikan tanah
air. Permasalahan ini seolah membuka tabir sejarah
pendidikan yang tak pernah berubah seiring kemajuan
dan perubahan kurikulum. Memang pada dasarnya
kurikulum hadir bukan untuk menghilangkan masalah
tetapi apakah problematika ini menjadi identitas
negeri kita?
Fisika dapat dipandang sebagai sebuah produk,
proses dan perubahan sikap. Jika dipandang sebagai
sebuah produk maka yang kita lihat Fisika adalah
sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip, rumus dan
teori yang harus kita pelajari dan fahami. Fisika
berisi fenomena, dugaan, hasil-hasil: pengamatan,
3
pengukuran dan penelitian yang dipublikasikan, jika
kita melihatnya sebagai sebuah proses. Jika dilihat
sebagai suatu perubahan sikap, maka Fisika akan
berisi rasa ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab,
kejujuran, keterbukaan dan kerjasama. Seseorang yang
membelajarkan dirinya dan orang lain dalam bidang
fisika, seharusnya tidak memilih salah satu dari
pandangan tersebut. Ketiga pandangan tersebut harus
dipilih sebagai satu kesatuan sehingga proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang
berkompetensi tinggi. Hasil yang baik dari suatu
proses pembelajaran akan ditentukan oleh kesesuaian
antara bahan ajar dengan model pembelajaran yang
dipilih guru.
Oleh Choiri mengatakan bahwa banyak permasalahan
pembelajaran Fisika yang diangkat ke media tanpa
adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan
tetap bertahan bahkan jatuh pada lobang yang sama,
lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita inginkan?
Selain itu pemberian materipun harus
diperhatikan, hal ini untuk menghindari
kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak
dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak
yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di
akhir pembelajaran pertama ini. Pembelajaran
bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh
yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah
memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya
4
lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan
menyenangkan.
Fenomena yang banyak terjadi di sekitar kita,
pembelajaran fisika yang terjadi di kelas cenderung
pasif karena model pembelajarannya masih
konvensional yang lebih menekankan pada kemampuan
untuk mengingat atau menghafal. Kurangnya variasi
pembelajaran ini membuat peserta didik merasa bosan
dan semakin menganggap fisika sebagai pelajaran yang
sulit dan tidak menyenangkan. Menyadari pentingnya
suatu strategi dan pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan berfikir peserta didik, maka mutlak
diperlukan adanya pembelajaran fisika yang lebih
banyak melibatkan peserta didik secara aktif dalam
proses pembelajaran itu sendiri.
Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk
pembelajaran yang alternatif yang dirancang
sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan
peserta didik secara aktif yang menanamkan kesadaran
metakognnitif. Metakognitif merupakan suatu
kemampuan untuk mencoba memahami cara ia berfikir
atau memahami proses kognitif yang yang dilakukannya
dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan
(functional planning), pengontrolan (self
monitoring), dan evaluasi (self-evaluation).
Sejauh ini aspek yang belum banyak disentuh
berkenaan dengan syarat penguasaan problem solving
5
adalah aspek kemampuan metakognitif.3 Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Erna Ardiwiastuti
menunjukkan bahwa peserta didik yang menguasai
kemampuan metakognitif akan menjadi lebih
berkemampuan pola pikir peserta didik sehingga mampu
dalam menghadapi permasalahan. Peneliti memandang
bahwa inilah strategi yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran
Dengan Pendekatan Ketrampilan Metakognitif Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas X
Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di Man 1 Sragen
Tahun Pelajaran 2013/2014”
B. Identifikasi Masalah
1. kurangnya variasi belajar dalam proses
pembelajaran fisika, sehingga peserta didik
cenderung bosan dan sukar memahami pembelajaran
fisika.
2. penggunaan metode pembelajaran yang masih
konvensional, yang hanya menekankan kemampuan pada
mengingat atau menghafal.
3. Belum ada metode pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
masalah dalam pembelajaran fisika.
3 Anton Noornia, Pengaruh Penguasaan Kemampuan Metakognitif Terhadap Penyelesaian Soal Problem Solving, http://karya ilmiah-batang.blogspot.com/2009/11/pengaruh-penguasaan-kemampuan.html., hlm. 1
5 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, hlm.130-134
6 Kuntjoyo, Metakognitif dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik, 2009, dalam http:ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognitif-dan-keeberhasilan-belajar-peserta-didik/,hlm.1
12
Jadi metakognitif merupakan aktivitas
berfikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian
karena aktivitas ini mampu mengontrol proses
berfikir yang sedang berlangsung pada diri
sendiri.
b. Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif
Mengetahui perkembangan metakognitif dapat
dilakukan dengan cara peserta didik dituntut
untuk mengobservasi tentang apa yang mereka
ketahui, kerjakan, dan untuk merefleksi tentang
apa yang telah mereka observasi. Sementara
mengajar ketrampilan metakognitif dapat
dilakukan dengan menggunakan komponen regulasi
kognitif, yaitu:
1) Planning yaitu kemampuan merencanakan
aktivitas belajar peserta didik untuk
memecahkan masalah terutama dalam pelajaran
fisika
2) Information management strategies yaitu
kemampuan strategi mengelola informasi
berkenaan dengan proses belajar yang
dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam
pelajaran fisika.
3) Comprehension monitoring merupakan kemampuan
dalam memonitor proses belajar peserta didik
dan hal-hal yang berhubungan dengan proses
tersebut. Dalam hal ini proses yang dimaksud
13
adalah bagaimana peserta didik mampu
memfokuskan beberapa opsi-opsi kedalam
komponen-komponen pembelajaran fisika,
yaitu:
4) Debugging strategies yaitu strategi yang
digunakan untuk membetulkan tindakan-
tindakan yang salah dalam belajar.
5) Evaluation yaitu kemampuan mengevaluasi
efektivitas strategi belajar peserta didik,
apakah ia akan mengubah strateginya,
menyerah kepada keadaan, atau mengakhiri
kegiatan tersebut
c. Strategi Metakognitif
Strategi kognitif merupakan salah satu
kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai
oleh seorang peserta didik dalam belajar atau
memecahkan masalah. Dalam hal ini, ranah atau
domain kognitif dapat digambarkan dalam
kemampuan berfikir intelektual dari yang
sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:7
Tabel 3
Ranah Kognitif
Perubahan Kemampuan Internal Kata Kerja
OperasionalKnowledge Menyebutkan kembali Menyebutkan kembali
8 Adensi, Pengembangan Ketrampilan Metakognitif, hlm. 19 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, hlm. 176
17
akhir, peserta didik harus mempertanyakan
kembali atas jawaban yang dibuatnya apakah
jawabannya benar-benar telah sesuai dan apakah
memungkinkan ada cara lain yang lebih efektif
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan itu.
Pugalee dalam Anton Noornia menguraikan
ragam kemampuan strategi metakognitif dalam
tiap tahapan penyelesaian masalah adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini peserta didik membutuhkan
kemampuan linguistik untuk mengerti kalimat
pertanyaan yang berkaitan dengan pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku metakognitif yang berhubungan
dengan kategori ini meliputi:
a) Reading yaitu membaca syatu bahan bacaan
agar peserta didik memiliki gambaran
secara umum tentang isi yang ada di bahan
bacaan tersebut
b) Pengenalan dan penyajian bagian-bagian
c) Analisa kondisi-kondisi dan infornasi
d) Penilaian terhadap tingkat kesukaran soal
2) Tahap Organisasi
Pada tahap ini peserta didik mampu
mengidentifikasi sasaran antara pernyataan
dengan tujuan utama, perencanaan globlal,
perencanaan lokal diperlukan guna
18
menyelesaikan rencana globlal. Perilaku
metakognitif yang berhubungan dengan
kategori ini meliputi:
a) Identifikasi sasaran antara pernyataan-
pernyataan dengan tujuan untuk
menggabungkan pernyataan-pernyataan ke
dalam suatu representasi yang berkaitan
secara logis dan memiliki pengetahuan
secara sistematis untuk mampu
menyelesaikan pemecahan masalah.
b) Membuat dan menerapkan rencana global
c) Organisasi data. Perilaku umum ini
membantu peserta didik dalam pemahaman
bagaimana informasi pada masalah
berhubungan dengan tugas pemecahan
masalah, mencakup perumusan tujuan dan
rencana.
3) Tahap Executio
Pada tahap ini peserta didik mampu
pencapaian tindakan lokal, monitoring
kemajuan rencana global dan lokal, dan
membuat keputusan. Perilaku metakognitif
yang berhubungan dengan kategori ini
meliputi:
a) Mengadakan tujuan lokal
b) Membuat kalkulasi
c) Monitoring tujuan
d) Pengalihan rencana
19
4) Tahap Verifikasi
Pada tahap ini peserta didik mampu
mengevaluasi keputusan dan hasil rencana
yang diekskusi.
Peneliti menentukan bahwa empat kategori
perilaku ini berdampak pada penyelesaian suatu
tugas fisika yang luas. Perilaku metakognitif
yang berhubungan dengan kategori ini meliputi:
keputusan mengevaluasi dan keputusan hasil.
Schoenfeld dalam Daniel mujis dan David
Reynold mengusulkan sejumlah teknik untuk
mengajarkan strategi metakognitif kepada
peserta didik:
a) Mengembangkan kesadaran tentang proses
berfikir kepada peserta didik.
b) Menyelesaikan masalahnya di papan tulis
dengan mempresentasikan revolusi masalahnya
secara keseluruhan dan bukan hanya
menunjukkan solusi rapinya
c) Biarkan seluruh kelas menyelesaikan suatu
masalah, dan guru mengambil peran moderator
di dalam diskusi peserta didiknya.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan berasal dari kata mampu yang
berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu.
Dengan imbuhan “kee-an” kata mampu menjadi
kemampuan yaitu kesanggupan atau kecakapan.
20
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya dlam
Herman Hudojo yaitu sebagai upaya mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
yang tidak dengan segera dapat dicapai.10
3. Efektivitas pembelajaran dengan Pendekatan
Ketrampilan Metakognitif
Sejalan dengan adanya perkembangan kurikulum
dalam proses pembelajaran Fisika pasti perlu
adanya perbaikan yang esensial sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan perkembangan zaman. Dalam
hal ini, peneliti menawarkan suatu ketrampilan
pembelajaran denagn pendekatan metakognitif dalam
pembelajaran fisika diharapkan dapat mengatasi
kesulitan belajar peserta didik dan sebagai
alternatif untuk meningkatkan kemampuan
metakognitif dan hasil belajar peserta didik.
Pendekatan tersebut diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang strategi yang tepat
untuk memahami materi fisika. Khusus pada proposal
skripsi ini peneliti mengangkat materi pokok suhu
dan kalor. Dimana materi tersebut sangat erat
dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik
dapat menganalisis objek-objek yang terkaji dalam
materi tersebut. Materi ini juga merupakan materi
10 Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Efective Teaching, terj. Daniel Muijis dan David Reynold, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),hlm. 191-192
21
pokok yang akan dikaji peserta didik di kelas X
semester gasal.
Melalui pendekatan ketrampilan metakognitif,
peserta didik diajak untuk menanamkan kesadaran
tentang apa yang mereka ketahui, apa yang
diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana
melakukannya, menitikberatkan pada kreatifitas
belajar peserta didik, membantu dan membimbing
peserta didik jika dalam kesulitan belajar serta
membantu peserta didik untuk menemukan konsep yang
tepat dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini,
ketrampilan metakognitif juga akan memberikan
suatu petunjuk kepada diri kita untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri kita
sehingga kita dapat mengetahui atau mengukur
seberapa besar kemampuan yang kita miliki.
Belajar akan lebih bermakna jika mengalami
penggunaan pengetahuan pemecahan masalah dalam
dunia nyata jika dijadikan sebagai konteks bagi
peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah serta untuk mengetahui dan
konsep yang essensial dari matapelajaran yang bisa
berfikir tingkat tinggi.
Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa dengan
adannya pendekatan ketrampilan metakognitif dapat
memberikan pengaruh terhadap peserta didik kelas X
terutama dalam kemampuan memecahkan masalah materi
pokok suhu dan kalor.
22
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Hpotesis dalam penelitian ini adalah hasil pemecahan
masalah dalam pembelajaran dengan pendekatan
ketrampilan metakognitif lebih baik darippada hasil
pemecahan masalah pada pembelajaran ekspositori pada
matri pokok suhu dan kalor di MAN 1 Sraagen tahun
pelajaran 2012/2013
III. PROSEDUR PENELITIANA. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Metode eksperimen yang akan dilakukan
berdesein “Postest-only control design”, karena tujuan
dalam penelitian ini untuk mencari pengaruh treatment
1. Desain pola eksperimen
O1 X1 O2
O3 X2 O4
Keterangan :
O1 dan O3 : Hasil belajar peserta didik pada saat
mid semester
O2 : Hasil belajar peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
23
keterampilan metakognitif, LKS, dan LKPD (
Lembar Kerja Peserta Didik)
O4 : Hasil belajar peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
konvensional, LKS, dan LKPD
X1 : Treatment kelas eksperimen berupa
pembelajarn dengan pendekatan keterampilan
metakognitif, LKS, dan LKPD
X2 : Treatment kelas kontrol berupa pembelajaran
dengan konvensional.
2. Prosedur penelitian
a. Pengambilan data nilai mid fisika pada peserta
didik kelas X semeseter genap tahun pelajaran
2012/2013 untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik. Pengambilan hanya dilakukakan pada kelas
yang menjadi sampel.
b. Menganalisis data nilai mid fisika pada peserta
didik kelas X semester genap tahun pelajaran
2012/2013 dengan uji normalitas dan uji
homogenitas. Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui apakah sampel berangkat dari kondisi
awal yang sama.
c. Menentukan sampel, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan menggunakan Cluster Random
Sampling. Teknik Cluster Random Sampling ini
dpilih karena peserta didik berada pada tingkat
yang sama yaitu kelas X, semester yang sama dan
diajar dengan kurikulum yang sama. Sampel yang
24
terpilih adalah kelas X C dan X D. Peneliti juga
menentukan kelas uji coba untuk mengujikan soal-
soal sebelum diteskan ke kelas eksperimen dan
kelas kontrol yaitu kelas X F.
d. Menyusun kisi-kisi soal yang akan diujikan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol
e. Menyusun soal-soal tes akhir
f. Menguji cobakan soal tes tersebut pada kelas uji
coba
g. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk
mengetahui validitas, realiabilitas, taraf
kesukaran, dan daya beda
h. Menentukan soal-soal yang akan diuji cobakan pada
kelas eksperimen dan kontrol
i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
j. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen
dengan pembelajaran pendekatan ketrampilan
metakognitif, LKS, dan LKPD sedangkan di kelas
kontrol dilakukan dengan pemeblajaran
konvensional, LKS, dan LKPD
k. Melaksanakan tes akhir pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol
l. Menganalisis hasil tes
m. Menyusun laporan hasil penelitian
Uraian di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut
Prosedur Penelitian
25
Data mid semester gasal kelas X di MAN 1 Sragen kecuali kelas X A dan X B
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wialyah generalisasi yang
terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
26
Secara cluster random sampling dipilih 3 kelas,terdiri dari 2 kelas untuk uji kesamaan dua rata-
Uji normalitas dan homogenitas
Kelas X Ddengan modelpembelajaranmetakognitif
Kelas X Cdengan modelpembelajarankonvensional
Kelas X Esebagai kelas
uji coba
Penyusunan RPPPenyusunankisi-kisi
InstrumenKBM pada materi pokok Suhu dan
kalor
Analisis hasil tes tentangmateri pokok suhu dan kalor
Tes tentang materi pokok Suhudan Kalor
Uji cobainstrumen tes
Membandingkan tes tentangmateri suhu dan kalor dari
kelas eksperimen dengan kelas
Laporan
Analisis untukmenentukan
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas X di MAN 1 Sragen yang berjumlah
177 orang, terbagi dalam 6 kelas yaitu:
a. Kelas X A bejumlah 30
b. Kelas X B berjumlah 31
c. Kelas X C berjumlah 29
d. Kelas X D berjumlah 30
e. Kelas X E berjumlah 28
f. Kelas X F berjumlah 29
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi.11 Sampel dalam
penelitian ini adalah dua kelas X MAN 1 Sragen Tahun
Pelajaran 2012/2013 yaitu kelas X D sebagai kelas
eksperimen dan kelas X C sebagai kelas kontrol.
Dalam hal ini, teknik pengambilan sampel yang
digunakan adlah Cluster Random Sampling. Pengambilan
sampel tidak dilakukan pada masing- masing individu
melainkan kelompk atau pemilihan teknik Cluster
Random Sampling, disebabkan karena kompetensi tiap-
tiap kelas hampir sama. Cara yang digunakan dalam
Cluster Random Sampling ini adalah dengan cara
undian terhadap kelas X yang terdiri dari 4 kelas.
Adapun cara pengambilan sampel dengan cara undian,
yaitu:12
11 Sugiono, Statistik untuk Penelitian, hlm. 6212 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:
PT Rineka Cipta,2006), hlm. 124
27
a. Disiapkan potongan kertas kecil dan masing-masing
potongan kertas dikasih nama kelas
b. Kertas tersebut digulung dan ditaruh di dalam
kotak
c. Kemudian di undi dan didapatkan kelas X C sebagai
kelas kontrol, kelas X D sebagai kelas eksperimen,
dan kelas X F sebagai kelas uji coba
C. Variabel dan Indikator Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang
menjadi objek penelitian. Variabel penelitian ini
adalah hasil kemampuan pemecahan masalah peserta
didik pada pembelajaran fisika dengan pendekatan
ketrampilan metakognitif.
2. Indikator penelitianIndikator-indikator penelitian ini adalaha. Peserta didik mampu memahami masalah yang ada
pada materi Suhu dan Kalorb. Peserta didik mampu mengelompokkan
data/informasidari amsalah yang adac. Peserta didik mampu memilih pendekatan dan
metode yang sesuai dengan amsalah yang ada pada
materi duhu dan kalor
d. Peserta didik mampu mengembangkan dan
menerapkan strategi strategi untuk
menyekesaikan masalah yang ada pada materi suhu
dan kalor
28
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode dalam pengumpulan data
dengan cara berikut:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan.
Tujuan peneliti menggunakan metode wawancara
adalah untuk mendapatkan hasil yng lebih lengkap
dan mendalam karena peneliti dapat melakukan
kontak secara langsung dengan objek yang akan
diteliti, baik guru maupun peserta didik.
Dalam hal ini, peneliti mewancarai Drs.
Tugiman (Kepala Sekolah MAN 1 Sragen) untuk
mendapatkan informasi tentang jumlah peserta didik
di MAN 1 Sragen, Suryanto, M.Pd. (Guru Fisika
kelas X) tentang kondisi peserta didik di kelas X
MAN 1 Sragen.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang
artinya barang- barang tertulis.
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk
memperoleh data penelitian tentang hal-hal atau
variabel tentang jumlah peserta didik, nama
29
peserta didik, nilai ulangan harian yang diperoleh
peserta didik pada materi pokok perbandingan serta
foto kegiatan belajar mengajar.
3. Metode Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu
atau kelompok.
Peneliti menggunakan metode tersebut untuk
mendapatkan data tentang kemampuan pemecahan
masalah pada materi pokok perbandingan dengan
menggunakan tes uraian sehingga peserta didik
dapat mengorganisir, menginterpetasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah
dimiliki. Sehingga menuntut peserta didik untuk
dapat mengingat-ingat atau mengenal kembali dan
mempunyai daya reativitas tinggi.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan
istrumen tes adalah sebagai berikut:
a) Pembahasan terhadap bahan yang akan diteskan
b) Menentukan waktu dan alokasi waktu
c) Menentukan jumlah soal
d) Menentukan tipe soal
e) Menentukan kisi-kisi soal
30
sebelum posttest, soal terlebih dahulu
diujicobakan pada kelas uji coba di kelas X F
untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Kemudian
setelah tes diperbaiki dan dapat diketahui
kevalidannya, soal tersebut diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu X C dan
kelas X D.
Adapun analisis uji coba instrumen tes sebagai
berikut:
a. Analisis Validitas
Untuk mengetahui validitas item soal digunakan
rumus korelasi product moment dengan angka
kasar. Rumus yang digunakan:
rxy=N∑XY−(∑ X ) (∑Y )
√{N∑ X2−(∑X )2}{N∑Y2−(∑Y )2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah peserta didik
XY = perkalian antara skor butir soal dan
skor total
∑ X2 = jumlah kuadrat skor butir soal
∑ Y2 = jumlah kuadrat skor total
31
b. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan dan ketetapan hasil. Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil tetap. Rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas soal bentuk uraian adalah
rumus Alpha, yaitu:
rH=( kk−1)(1−∑σb
2
σ12 )
c. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran butir soal dapat digunakan
untuk memprediksi alat ukur itu sendiri dan
kemampuan peserta didik dalam memahami materi.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal bentuk uraian, digunakan
rumus sebagai berikut:
p=∑ xSmN
d. Analisis Daya Pembeda
Dalam penelitian ini tes diujicobakan pada
peserta didik yang berjumlah kurang dari 100,
sehingga termasuk dalam kelompok kecil. Daya
pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang pandai
32
dengan peserta didik yang kurang mampu. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
PA=∑ A
(nA.Sm)danPB=
∑B(nB.Sm )
E. Teknik Analisis Data
Untuk analisis data yang telah ada, peneliti
menggunakan teknik analisis data kuantitatif yang
meliputi analisis data tahap awal dan analisis data
tahap akhir. Pda analisis tahap awal terdiri dari
iuji normalitas, uji homogenitas, dan uji satu pihak
(uji pihak kanan)
IV. JADWAL PENELITIAN1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Sragen
dengan mengambil materi Suhu dan Kalor.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-
Maret 2014 yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengambilan data dan sebagainya.
V. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika penulisan laporan penelitian ini
adalah tentang isi keseluruhan skripsi yang terdiri
dari bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan
bagian akhir skripsi.
33
Bagian awal skripsi berisi tentang : halaman judul
skripsi, deklarasi, halaman pengesahan, halaman nota
pembimbing, abstrak, halaman motto, halaman
persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar
isi, dan halaman lampiran-lampiran.
Bagian inti skrpsi terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang:
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan skripsi, kajian pustaka, metode
penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II adalah landasan teori yang berisi tentang
teori yang melandasi permasalahan skripsi serta
penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang
ditetapkan dalam skripsi, materi pokok yang terkait.
Landasan teori ini meliputi kajian pustaka, kerangka
teoritik, dan rumusan hipotesis.
Bab III adalah metode penelitian yang berisi
tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang
berisi tentang hasil-hasil penelitian dan
pembahasannya dalam karangan deskripsi.
Bab V adalah penutup yang berisi tentang simpulan
hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan
peneliti berdasarkan smpulan.
Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar
riwayat hidup peneliti, dan lampiran-lampiran hasil
penelitian.
34
Semarang,14 Januari 2013 Penulis
Fatihatun Nurrahmah
NIM.103611032
DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta
Isjoni. 2008. Pembelajaran virtual: perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khaeruddin dan Mahfud Junaedi. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasi di Madrasah. jogjakarta: PILAR MEDIA
Kuntodjoyo. 2009. Metakognitif dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik, 2009, dalam http:ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognitif-dan-keeberhasilan-belajar-peserta-didik/
Noornia, Anton.2009. Pengaruh Penguasaan Kemampuan Metakognitif Terhadap Penyelesaian Soal Problem Solving, http://karya ilmiah-batang.blogspot.com /2009/11/pengaruh-penguasaan-kemampuan.html.
Setiadi, Bambang. 2006. Teaching English a Foreing Language. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soetjipto, Helly Prajitno dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Efective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B..2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara