Top Banner
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI Judul : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI MAN 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Penulis : Fatihatun Nurrahmah NIM : 103611032 Program Studi : Tadris Fisika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan kurikulum, karena kurikulum mempunyai kedudukan yang sentral dalam sseluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan- tujuan pendidikan. Kurikulum harus disusun berdasarkan pada kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Sesuai dengan Persturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006 pemerintah 1
36

proposal kuantitatif

Feb 02, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: proposal kuantitatif

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Judul : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

KETRAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA

MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI MAN 1 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Penulis : Fatihatun Nurrahmah

NIM : 103611032

Program Studi : Tadris Fisika

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan

nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam

menjalani kehidupan sekaligus untuk memperbaiki

nasib dan peradaban manusia. Untuk mencapai itu

semua dibutuhkan kurikulum, karena kurikulum

mempunyai kedudukan yang sentral dalam sseluruh

proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala

bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-

tujuan pendidikan. Kurikulum harus disusun

berdasarkan pada kesesuaian dengan kekhasan, kondisi

dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta

didik.

Sesuai dengan Persturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 22, 23, dan 24 tahun 2006 pemerintah1

Page 2: proposal kuantitatif

menetapkan kurikulum yang berlaku dalam dunia

pendidikan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).1 Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan

memperdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi

yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai

dengan kondisi lingkungan.

Pada dasarnya belajar merupakan proses yang

bermakna untuk mencapai kecakapan hidup. Kecakapan

hidup merupakan kebutuhan setiap orang karena itulah

belajar merupakan kegiatan untuk membentuk,

mengembangkan dan menyempurnakan kecakapan hidup.

Hanya mereka yang memiliki kecakapan hiduplah yang

akan dapat bertahan dalam hidupnya dan menjadikan

hidupnya lebih bermakna. Makna kehidupan terjadi

dalam konteksnya, oleh karena itulah pelajaran akan

menjadi bermakna bila dikaitkan dengan konteks

kehidupan nyata peserta didik.

Menurut Bambang Setiadi, dalam bukunya yang

berjudul Teaching English a Foreign Language,

belajar adalah learning is the process of change in

mental and physical behavior induced in living

organism.2 Belajar juga memainkan peran penting

dalammemperhatikan kehidupan kelompok umat manusia

di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di

antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju.

1 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasi di Madrasah, (jogjakarta: PILAR MEDIA (Anggota IKAPI),2007), hlm. 4-5

2 Bambang Setiadi, Teaching English a Foreing Language, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 58

2

Page 3: proposal kuantitatif

Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk

meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut

pandang psikologi kognitif adalah pengembangan

program-program pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual

pembelajaran pada setiap jenjang belajar.

Sebagaimana yang direkomendasikan Merril dalam

Hamzah B. Uno jenjang tersebut bergerak dari tahapan

mengingat, dilanjutkan ke penerapan, sampai pada

tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di

bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang

dipelajari.

Fisika sebagai suatu penopang pembelajaran

memiliki permasalahan tersendiri yang ikut andil

menjadi sebuah problematika wajah pendidikan tanah

air. Permasalahan ini seolah membuka tabir sejarah

pendidikan yang tak pernah berubah seiring kemajuan

dan perubahan kurikulum. Memang pada dasarnya

kurikulum hadir bukan untuk menghilangkan masalah

tetapi apakah problematika ini menjadi identitas

negeri kita?

Fisika dapat dipandang sebagai sebuah produk,

proses dan perubahan sikap. Jika dipandang sebagai

sebuah produk maka yang kita lihat Fisika adalah

sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip, rumus dan 

teori yang harus kita pelajari dan fahami. Fisika

berisi fenomena, dugaan, hasil-hasil: pengamatan,

3

Page 4: proposal kuantitatif

pengukuran dan penelitian yang dipublikasikan, jika

kita melihatnya sebagai sebuah proses. Jika dilihat

sebagai suatu perubahan sikap, maka Fisika akan

berisi rasa ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab,

kejujuran, keterbukaan dan kerjasama. Seseorang yang

membelajarkan dirinya dan orang lain dalam bidang

fisika, seharusnya tidak memilih salah satu dari

pandangan tersebut. Ketiga pandangan tersebut harus

dipilih sebagai satu kesatuan sehingga proses

pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang

berkompetensi tinggi. Hasil yang baik dari suatu

proses pembelajaran akan ditentukan oleh kesesuaian

antara bahan ajar dengan model pembelajaran yang

dipilih guru.

Oleh Choiri mengatakan bahwa banyak permasalahan

pembelajaran Fisika yang diangkat ke media tanpa

adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan

tetap bertahan bahkan jatuh pada lobang yang sama,

lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita inginkan?

Selain itu pemberian materipun harus

diperhatikan, hal ini untuk menghindari

kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak

dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak

yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di

akhir pembelajaran pertama ini. Pembelajaran

bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh

yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah

memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya

4

Page 5: proposal kuantitatif

lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan

menyenangkan.

Fenomena yang banyak terjadi di sekitar kita,

pembelajaran fisika yang terjadi di kelas cenderung

pasif karena model pembelajarannya masih

konvensional yang lebih menekankan pada kemampuan

untuk mengingat atau menghafal. Kurangnya variasi

pembelajaran ini membuat peserta didik merasa bosan

dan semakin menganggap fisika sebagai pelajaran yang

sulit dan tidak menyenangkan. Menyadari pentingnya

suatu strategi dan pembelajaran untuk mengembangkan

kemampuan berfikir peserta didik, maka mutlak

diperlukan adanya pembelajaran fisika yang lebih

banyak melibatkan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran itu sendiri.

Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk

pembelajaran yang alternatif yang dirancang

sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan

peserta didik secara aktif yang menanamkan kesadaran

metakognnitif. Metakognitif merupakan suatu

kemampuan untuk mencoba memahami cara ia berfikir

atau memahami proses kognitif yang yang dilakukannya

dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan

(functional planning), pengontrolan (self

monitoring), dan evaluasi (self-evaluation).

Sejauh ini aspek yang belum banyak disentuh

berkenaan dengan syarat penguasaan problem solving

5

Page 6: proposal kuantitatif

adalah aspek kemampuan metakognitif.3 Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Erna Ardiwiastuti

menunjukkan bahwa peserta didik yang menguasai

kemampuan metakognitif akan menjadi lebih

berkemampuan pola pikir peserta didik sehingga mampu

dalam menghadapi permasalahan. Peneliti memandang

bahwa inilah strategi yang efektif untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.

Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran

Dengan Pendekatan Ketrampilan Metakognitif Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas X

Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di Man 1 Sragen

Tahun Pelajaran 2013/2014”

B. Identifikasi Masalah

1. kurangnya variasi belajar dalam proses

pembelajaran fisika, sehingga peserta didik

cenderung bosan dan sukar memahami pembelajaran

fisika.

2. penggunaan metode pembelajaran yang masih

konvensional, yang hanya menekankan kemampuan pada

mengingat atau menghafal.

3. Belum ada metode pembelajaran yang tepat untuk

mengatasi kemampuan siswa dalam memecahkan suatu

masalah dalam pembelajaran fisika.

3 Anton Noornia, Pengaruh Penguasaan Kemampuan Metakognitif Terhadap Penyelesaian Soal Problem Solving, http://karya ilmiah-batang.blogspot.com/2009/11/pengaruh-penguasaan-kemampuan.html., hlm. 1

6

Page 7: proposal kuantitatif

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, dapat

diketahui bahwa masalah dalam penelitian ini sangat

luas. Mengingat keterbatasan peneliti dalam

melakukan penelitian, maka dalam penelitian ini

dibatasi hanya pada ranah pengaruh pembelajaran

dengan pendekatan ketrampilan Metakognitif terhadap

pemecahan masalah peserta didik kelas X.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul

permasalahan yang peneliti teliti yaitu “apakah

pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan metakognitif lebih

efektif daripada pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan

pemecehan amsalah peserta didik kelas X pada materi pokok suhu dan

kalor di MAN 1 Sragen tahun pelajaran 2013/2014”

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah peneliti

rumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektifitas pembelajaran dengan

pendekatan ketrampilan metakognitif dibandingkan

pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan

pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor

F. Manfaat Penelitian

Semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan

manusia pasti memiliki manfaat dan kegunaan, begitu

pula dengan penelitian ini. Yang mana manfaat

7

Page 8: proposal kuantitatif

tersebut berguna bagi peneliti sendiri dan orang

lain.

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Madrasah

Sebagai bahan acuan bagi madrasah yang dijadikan

objek penelitian ini dalam upaya meningkatkan mutu

dan manfaat bagi peserta didik dalam mata

pelajaran fisika.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi bagi guru fisika dalam

meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan

ketepatan metode yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

c. Bagi Peserta Didik

1. Menumbuhkembangkan kompetensi peserta didik

dalam mata pelajaran fisika, khususnya pada

materi....

2. Meningkatkan penguasaan konsep dalam

menyelesaikan permasalahan

3. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan peserta

didik dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi

fisika pada materi pokok...

4. Menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis,

komunikasi, mandiri, dan terampil pada peserta

didik.

d. Bagi Peneliti

8

Page 9: proposal kuantitatif

Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang akan

menjadi calon guru yang diharapkan dapat

memberikan aspirasi baru kepada peserta didik.

Dengan demikian, dapat meningkatkan prestasi

belajar peserta didik.

II. KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORITIS, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Skripsi dari Erna Ardiwiastuti Jurusan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri semarang yang berjudul “

Pengaruh Kemampuan Metakognitif terhadap Hasil

Belajar Peserta Didik melalui Pembelajaran

Matematika dengan Pendekatan Ketrampilan

Metakognitif pada Materi Segitiga Tahun Pelajaran

2006/2007”

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

informasi mengenai seberapa besar pengaruh

pendekatan ketrampilan metakognitif terhadap

kemampuan pemecahan masalah peserta didik khususnya

pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

diperoleh bahwa ada pengaruh pendekatan ketrampilan

metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah

peserta didik khususnya pelajaran matematika yang

signifikan.9

Page 10: proposal kuantitatif

Penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda

dengan penelitian di atas. Perbedaan dengan

penelitian tersebut ialah mata pelajaran,

(penelitian di atas adalah mata pelajaran

matematika, sedangkan peneliti adalah mata pelajaran

fisika), populasi, sampel, tujuan yang akan dicapai,

dan waktu penelitian. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini peneliti akan mengkaji dengan judul”

efektivitas pembelajaran dengan pendekatan

ketrampilan metakognitif terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik kelas x pada materi

pokok suhu dan kalor di man 1 sragen tahun pelajaran

2013/2014”

B. Landasan Teoritis

1. Metakognitif

a. Pengertian Metakognitif

Ahli psikologi pendidikan Sternberg dan

Brown dalam Isjoni mengemukakan metakognitif

merupakan kemahiran yang mengawal pemrosesan

maklumat di pemikiran seseorang.4 Sedangkan

menurut Anton Nomia pengetahuan metakognitif

mengacu pada bagaimana seseorang memperoleh

pengetahuan tentang proses kognitif, yaitu

pengetahuan yang dapat digunakan orang tersebut

untuk mengontrol proses kognitifnya. Jadi dalam

hal ini metakognitif merupakan ketrampilan

4 Isjoni, Pembelajaran Virtual: Perpaduan Indonesia-malaysia, (Yogyakarat: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 94

10

Page 11: proposal kuantitatif

peserta didik dalam mengatur dan mengontrol

proses berfikirnya.

Menurut Woolfolk dalam Hamzah, metakognitif

meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu:

1. Ketrampilan pemecahan masalah (problem

solving), yakni suatu ketrampilan seorang

peserta didik dalam menggunakan proses

berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui

pengumpulan fakta, analisis informasi,

menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan

memilih pemecahan masalah yang paling

efektif.

2. Ketrampilan pengambilan keputusan (decision

making), yakni ketrampilan seseorang

menggunakan proses berpikirnya untuk memilih

suatu keputusan yang terbaik dari beberapa

pilihan yang ada melalui pengumpulan

informasi, perbandingan kebaikan, dan

kekurangan dari setiap alternatif, analisis

informasi, dan pengambilan keputusan yang

terbaik berdasarkan alasan yang rasional.

3. Ketrampilan berpikir kritis (critical

thinking), yakni ketrampilan seseorang dalam

mengggunakan proses berfikirnya untuk

menganalisis argumen dan memberikan

interpretasi berdasarkan presepsi yang shahih

melalui logikal reasoning, analisis asumsi,

dan bisa dari argumen dan intrepetasi logis.

11

Page 12: proposal kuantitatif

4. Ketrampilan berfikir kreatif (creative

thinking), yakni ketrampilan seseorang dalam

menggunakan proses berfikirnya untuk

menghasilkan suatu ide yang baru dan

konstruktif baik berdasarkan konsep-konsep,

prrinsip-prinsip yang rasional, maupun

persepsi dan intuisi.5

Berdasarkan beberapa definisi yang telah

dikemukakan di atas dapat diidentifikasi pokok-

pokok pengertian tentang metakognitif sebagai

berikut:6

1. Metakognitif merupakan kemampuan jiwa yang

termasuk dalam kelompok kognitif.

2. Metakognitif merupakan kemampuan untuk

menyadari dan mengetahui proses kognitif yang

terjadi pada diri sendiri.

3. Metakognitif merupakan kemampuan untuk

mengarahkan proses kognitif yang terjadi pada

diri sendiri.

4. Metakognitif merupakan kemampuan belajar

bagaimana mestinya belajar dilakukan yang

meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan

evaluasi.

5 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, hlm.130-134

6 Kuntjoyo, Metakognitif dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik, 2009, dalam http:ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognitif-dan-keeberhasilan-belajar-peserta-didik/,hlm.1

12

Page 13: proposal kuantitatif

Jadi metakognitif merupakan aktivitas

berfikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian

karena aktivitas ini mampu mengontrol proses

berfikir yang sedang berlangsung pada diri

sendiri.

b. Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif

Mengetahui perkembangan metakognitif dapat

dilakukan dengan cara peserta didik dituntut

untuk mengobservasi tentang apa yang mereka

ketahui, kerjakan, dan untuk merefleksi tentang

apa yang telah mereka observasi. Sementara

mengajar ketrampilan metakognitif dapat

dilakukan dengan menggunakan komponen regulasi

kognitif, yaitu:

1) Planning yaitu kemampuan merencanakan

aktivitas belajar peserta didik untuk

memecahkan masalah terutama dalam pelajaran

fisika

2) Information management strategies yaitu

kemampuan strategi mengelola informasi

berkenaan dengan proses belajar yang

dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam

pelajaran fisika.

3) Comprehension monitoring merupakan kemampuan

dalam memonitor proses belajar peserta didik

dan hal-hal yang berhubungan dengan proses

tersebut. Dalam hal ini proses yang dimaksud

13

Page 14: proposal kuantitatif

adalah bagaimana peserta didik mampu

memfokuskan beberapa opsi-opsi kedalam

komponen-komponen pembelajaran fisika,

yaitu:

4) Debugging strategies yaitu strategi yang

digunakan untuk membetulkan tindakan-

tindakan yang salah dalam belajar.

5) Evaluation yaitu kemampuan mengevaluasi

efektivitas strategi belajar peserta didik,

apakah ia akan mengubah strateginya,

menyerah kepada keadaan, atau mengakhiri

kegiatan tersebut

c. Strategi Metakognitif

Strategi kognitif merupakan salah satu

kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai

oleh seorang peserta didik dalam belajar atau

memecahkan masalah. Dalam hal ini, ranah atau

domain kognitif dapat digambarkan dalam

kemampuan berfikir intelektual dari yang

sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:7

Tabel 3

Ranah Kognitif

Perubahan Kemampuan Internal Kata Kerja

OperasionalKnowledge Menyebutkan kembali Menyebutkan kembali

7 Bermawy Munthe, Desein Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insani Madani,2009), hlm. 40-42

14

Page 15: proposal kuantitatif

(Pengetahuan) informasi (istilah,

fakta, aturan, dan

metode)

Menghafal

Menunjukkan

Menggarisbawahi

MenyatakanComprehension

(Pemahaman)

Menjelaskan

informasi dengan

bahasa sendiri

Menerjemahkan

Memperkirakan

Menentukan

(metode/prosedur)

Memahami

(konsep/kaidah/prins

ip, kaitan antara

fakta, isi pokok)

Menjelaskan

Membuat pertanyaan

ulang

Menguraikan

Menerangkan

Mengubah

Memberi contoh

Application

(Penerapan)

Menginterpretasikan

(tabel, grafik,

bagan)

Mengaplikasikan

pengetahuan atau

generalisasi baru

Memecahkan masalah

yang formulatif

Mengoperasikan

Mendemonstrasikan

Menghitung

Menghubungkan

Membuktikan

Menghasilkan

Menunjukkan

Analysis

(Analisis)

Menguraikan

pengetahuan ke

bagan-bagan dan

menunjukkan hubungan

Membandingkan

Mempertentangkan

Memisahkan

Menghubungkan

15

Page 16: proposal kuantitatif

di antara bagan-

bagan tersebut

Menganalisis

(struktur dasar,

bagan-bagan,

hubungan sementara)

Mennjukkan hubungan

mempertanyakan

Synthesis

(Sintesa)

Memadukan bagan-

bagan pengetahuan

menjadi satu

keutuhan dan

membentuk hubungan

ke dalam situasi

yang baru

Menghasilkan

(klasifikasi,

kerangka teoritis)

Menyusun (rencana,

skema, program

kerja)

Mengategorikan

Mengkombinasikan

Mengarang/

menciptakan

Mendesein/merancang

Merangkaikan

Menyimpulkan

Membuat pola

Evaluation

(evaluasi)

Membuat penilaian

berdasarkan kriteria

Menilai berdasarkan

norma internal dan

eksternal

Mempertimbangkan

(baik buruk, untung

rugi)

Mempertahankan

Mengkategorikan

Mengkombinasikan

Mengarang

Menciptakan

Mendesain

Mengatur

16

Page 17: proposal kuantitatif

Presseley dalam Santrock mengemukakan bahwa

kunci pendidikan adalah membantu peserta didik

mempelajari serangkaian strategi yang dapat

menghasilkan solusi problem/masalah. Pemikir

yang baik menggunakan strategi secara rutin

untuk memecahkan masalah. Pemikir yang baik

juga tahu kapan dan di mana mesti menggunakan

strtegi (pengetahuan metakognitif tentang

strategi). Memahami kapan dan dimana harus

menggunakan strategi sering muncul dari

aktivitas monitoring yang dilakukan peserta

didik terhadap situasi pembelajaran.8

Jadi, strategi metakognitif merupakan

pengetahuan tentang penggunaan proses kognitif

itu sendiri dan strategi khusus serta kemampuan

mengontrol dan mengevaluasi penggunaanya. Oleh

karena itu, ketrampilan metakognitif sering

disebut juga ketrampilan eksekutif, ketrampilan

menejerial, dan ketrampilan mengontrol.9

Kemampuan mengontrol berpikir diri sendiri

itu juga ada dalam tiap tahapan dalam problem

solving (pemecahan masalah). Pada tiap tahap

dalam menyelesaikan masalah peserta didik harus

memonitor berfikirnya sekaligus membuat

keputusan-keputusan dalam melaksanakan tahapan

yang dipilihnya itu agar masalah dapat

terselesaikan dengan baik. Bahkan pada tahap

8 Adensi, Pengembangan Ketrampilan Metakognitif, hlm. 19 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, hlm. 176

17

Page 18: proposal kuantitatif

akhir, peserta didik harus mempertanyakan

kembali atas jawaban yang dibuatnya apakah

jawabannya benar-benar telah sesuai dan apakah

memungkinkan ada cara lain yang lebih efektif

dalam menyelesaikan masalah yang diberikan itu.

Pugalee dalam Anton Noornia menguraikan

ragam kemampuan strategi metakognitif dalam

tiap tahapan penyelesaian masalah adalah

sebagai berikut:

1) Tahap Orientasi

Pada tahap ini peserta didik membutuhkan

kemampuan linguistik untuk mengerti kalimat

pertanyaan yang berkaitan dengan pemecahan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku metakognitif yang berhubungan

dengan kategori ini meliputi:

a) Reading yaitu membaca syatu bahan bacaan

agar peserta didik memiliki gambaran

secara umum tentang isi yang ada di bahan

bacaan tersebut

b) Pengenalan dan penyajian bagian-bagian

c) Analisa kondisi-kondisi dan infornasi

d) Penilaian terhadap tingkat kesukaran soal

2) Tahap Organisasi

Pada tahap ini peserta didik mampu

mengidentifikasi sasaran antara pernyataan

dengan tujuan utama, perencanaan globlal,

perencanaan lokal diperlukan guna

18

Page 19: proposal kuantitatif

menyelesaikan rencana globlal. Perilaku

metakognitif yang berhubungan dengan

kategori ini meliputi:

a) Identifikasi sasaran antara pernyataan-

pernyataan dengan tujuan untuk

menggabungkan pernyataan-pernyataan ke

dalam suatu representasi yang berkaitan

secara logis dan memiliki pengetahuan

secara sistematis untuk mampu

menyelesaikan pemecahan masalah.

b) Membuat dan menerapkan rencana global

c) Organisasi data. Perilaku umum ini

membantu peserta didik dalam pemahaman

bagaimana informasi pada masalah

berhubungan dengan tugas pemecahan

masalah, mencakup perumusan tujuan dan

rencana.

3) Tahap Executio

Pada tahap ini peserta didik mampu

pencapaian tindakan lokal, monitoring

kemajuan rencana global dan lokal, dan

membuat keputusan. Perilaku metakognitif

yang berhubungan dengan kategori ini

meliputi:

a) Mengadakan tujuan lokal

b) Membuat kalkulasi

c) Monitoring tujuan

d) Pengalihan rencana

19

Page 20: proposal kuantitatif

4) Tahap Verifikasi

Pada tahap ini peserta didik mampu

mengevaluasi keputusan dan hasil rencana

yang diekskusi.

Peneliti menentukan bahwa empat kategori

perilaku ini berdampak pada penyelesaian suatu

tugas fisika yang luas. Perilaku metakognitif

yang berhubungan dengan kategori ini meliputi:

keputusan mengevaluasi dan keputusan hasil.

Schoenfeld dalam Daniel mujis dan David

Reynold mengusulkan sejumlah teknik untuk

mengajarkan strategi metakognitif kepada

peserta didik:

a) Mengembangkan kesadaran tentang proses

berfikir kepada peserta didik.

b) Menyelesaikan masalahnya di papan tulis

dengan mempresentasikan revolusi masalahnya

secara keseluruhan dan bukan hanya

menunjukkan solusi rapinya

c) Biarkan seluruh kelas menyelesaikan suatu

masalah, dan guru mengambil peran moderator

di dalam diskusi peserta didiknya.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan berasal dari kata mampu yang

berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu.

Dengan imbuhan “kee-an” kata mampu menjadi

kemampuan yaitu kesanggupan atau kecakapan.

20

Page 21: proposal kuantitatif

Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya dlam

Herman Hudojo yaitu sebagai upaya mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan

yang tidak dengan segera dapat dicapai.10

3. Efektivitas pembelajaran dengan Pendekatan

Ketrampilan Metakognitif

Sejalan dengan adanya perkembangan kurikulum

dalam proses pembelajaran Fisika pasti perlu

adanya perbaikan yang esensial sesuai dengan

tuntutan kurikulum dan perkembangan zaman. Dalam

hal ini, peneliti menawarkan suatu ketrampilan

pembelajaran denagn pendekatan metakognitif dalam

pembelajaran fisika diharapkan dapat mengatasi

kesulitan belajar peserta didik dan sebagai

alternatif untuk meningkatkan kemampuan

metakognitif dan hasil belajar peserta didik.

Pendekatan tersebut diharapkan dapat

memberikan pengetahuan tentang strategi yang tepat

untuk memahami materi fisika. Khusus pada proposal

skripsi ini peneliti mengangkat materi pokok suhu

dan kalor. Dimana materi tersebut sangat erat

dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik

dapat menganalisis objek-objek yang terkaji dalam

materi tersebut. Materi ini juga merupakan materi

10 Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Efective Teaching, terj. Daniel Muijis dan David Reynold, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),hlm. 191-192

21

Page 22: proposal kuantitatif

pokok yang akan dikaji peserta didik di kelas X

semester gasal.

Melalui pendekatan ketrampilan metakognitif,

peserta didik diajak untuk menanamkan kesadaran

tentang apa yang mereka ketahui, apa yang

diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana

melakukannya, menitikberatkan pada kreatifitas

belajar peserta didik, membantu dan membimbing

peserta didik jika dalam kesulitan belajar serta

membantu peserta didik untuk menemukan konsep yang

tepat dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini,

ketrampilan metakognitif juga akan memberikan

suatu petunjuk kepada diri kita untuk mengetahui

kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri kita

sehingga kita dapat mengetahui atau mengukur

seberapa besar kemampuan yang kita miliki.

Belajar akan lebih bermakna jika mengalami

penggunaan pengetahuan pemecahan masalah dalam

dunia nyata jika dijadikan sebagai konteks bagi

peserta didik untuk berpikir kritis dalam

memecahkan masalah serta untuk mengetahui dan

konsep yang essensial dari matapelajaran yang bisa

berfikir tingkat tinggi.

Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa dengan

adannya pendekatan ketrampilan metakognitif dapat

memberikan pengaruh terhadap peserta didik kelas X

terutama dalam kemampuan memecahkan masalah materi

pokok suhu dan kalor.

22

Page 23: proposal kuantitatif

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban

sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Hpotesis dalam penelitian ini adalah hasil pemecahan

masalah dalam pembelajaran dengan pendekatan

ketrampilan metakognitif lebih baik darippada hasil

pemecahan masalah pada pembelajaran ekspositori pada

matri pokok suhu dan kalor di MAN 1 Sraagen tahun

pelajaran 2012/2013

III. PROSEDUR PENELITIANA. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Metode eksperimen yang akan dilakukan

berdesein “Postest-only control design”, karena tujuan

dalam penelitian ini untuk mencari pengaruh treatment

1. Desain pola eksperimen

O1 X1 O2

O3 X2 O4

Keterangan :

O1 dan O3 : Hasil belajar peserta didik pada saat

mid semester

O2 : Hasil belajar peserta didik setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

23

Page 24: proposal kuantitatif

keterampilan metakognitif, LKS, dan LKPD (

Lembar Kerja Peserta Didik)

O4 : Hasil belajar peserta didik setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

konvensional, LKS, dan LKPD

X1 : Treatment kelas eksperimen berupa

pembelajarn dengan pendekatan keterampilan

metakognitif, LKS, dan LKPD

X2 : Treatment kelas kontrol berupa pembelajaran

dengan konvensional.

2. Prosedur penelitian

a. Pengambilan data nilai mid fisika pada peserta

didik kelas X semeseter genap tahun pelajaran

2012/2013 untuk mengetahui kemampuan awal peserta

didik. Pengambilan hanya dilakukakan pada kelas

yang menjadi sampel.

b. Menganalisis data nilai mid fisika pada peserta

didik kelas X semester genap tahun pelajaran

2012/2013 dengan uji normalitas dan uji

homogenitas. Pengujian ini digunakan untuk

mengetahui apakah sampel berangkat dari kondisi

awal yang sama.

c. Menentukan sampel, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol dengan menggunakan Cluster Random

Sampling. Teknik Cluster Random Sampling ini

dpilih karena peserta didik berada pada tingkat

yang sama yaitu kelas X, semester yang sama dan

diajar dengan kurikulum yang sama. Sampel yang

24

Page 25: proposal kuantitatif

terpilih adalah kelas X C dan X D. Peneliti juga

menentukan kelas uji coba untuk mengujikan soal-

soal sebelum diteskan ke kelas eksperimen dan

kelas kontrol yaitu kelas X F.

d. Menyusun kisi-kisi soal yang akan diujikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol

e. Menyusun soal-soal tes akhir

f. Menguji cobakan soal tes tersebut pada kelas uji

coba

g. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk

mengetahui validitas, realiabilitas, taraf

kesukaran, dan daya beda

h. Menentukan soal-soal yang akan diuji cobakan pada

kelas eksperimen dan kontrol

i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

j. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen

dengan pembelajaran pendekatan ketrampilan

metakognitif, LKS, dan LKPD sedangkan di kelas

kontrol dilakukan dengan pemeblajaran

konvensional, LKS, dan LKPD

k. Melaksanakan tes akhir pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol

l. Menganalisis hasil tes

m. Menyusun laporan hasil penelitian

Uraian di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut

Prosedur Penelitian

25

Data mid semester gasal kelas X di MAN 1 Sragen kecuali kelas X A dan X B

Page 26: proposal kuantitatif

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wialyah generalisasi yang

terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

26

Secara cluster random sampling dipilih 3 kelas,terdiri dari 2 kelas untuk uji kesamaan dua rata-

Uji normalitas dan homogenitas

Kelas X Ddengan modelpembelajaranmetakognitif

Kelas X Cdengan modelpembelajarankonvensional

Kelas X Esebagai kelas

uji coba

Penyusunan RPPPenyusunankisi-kisi

InstrumenKBM pada materi pokok Suhu dan

kalor

Analisis hasil tes tentangmateri pokok suhu dan kalor

Tes tentang materi pokok Suhudan Kalor

Uji cobainstrumen tes

Membandingkan tes tentangmateri suhu dan kalor dari

kelas eksperimen dengan kelas

Laporan

Analisis untukmenentukan

Page 27: proposal kuantitatif

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah

peserta didik kelas X di MAN 1 Sragen yang berjumlah

177 orang, terbagi dalam 6 kelas yaitu:

a. Kelas X A bejumlah 30

b. Kelas X B berjumlah 31

c. Kelas X C berjumlah 29

d. Kelas X D berjumlah 30

e. Kelas X E berjumlah 28

f. Kelas X F berjumlah 29

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi.11 Sampel dalam

penelitian ini adalah dua kelas X MAN 1 Sragen Tahun

Pelajaran 2012/2013 yaitu kelas X D sebagai kelas

eksperimen dan kelas X C sebagai kelas kontrol.

Dalam hal ini, teknik pengambilan sampel yang

digunakan adlah Cluster Random Sampling. Pengambilan

sampel tidak dilakukan pada masing- masing individu

melainkan kelompk atau pemilihan teknik Cluster

Random Sampling, disebabkan karena kompetensi tiap-

tiap kelas hampir sama. Cara yang digunakan dalam

Cluster Random Sampling ini adalah dengan cara

undian terhadap kelas X yang terdiri dari 4 kelas.

Adapun cara pengambilan sampel dengan cara undian,

yaitu:12

11 Sugiono, Statistik untuk Penelitian, hlm. 6212 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:

PT Rineka Cipta,2006), hlm. 124

27

Page 28: proposal kuantitatif

a. Disiapkan potongan kertas kecil dan masing-masing

potongan kertas dikasih nama kelas

b. Kertas tersebut digulung dan ditaruh di dalam

kotak

c. Kemudian di undi dan didapatkan kelas X C sebagai

kelas kontrol, kelas X D sebagai kelas eksperimen,

dan kelas X F sebagai kelas uji coba

C. Variabel dan Indikator Penelitian

1. Variabel penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang

menjadi objek penelitian. Variabel penelitian ini

adalah hasil kemampuan pemecahan masalah peserta

didik pada pembelajaran fisika dengan pendekatan

ketrampilan metakognitif.

2. Indikator penelitianIndikator-indikator penelitian ini adalaha. Peserta didik mampu memahami masalah yang ada

pada materi Suhu dan Kalorb. Peserta didik mampu mengelompokkan

data/informasidari amsalah yang adac. Peserta didik mampu memilih pendekatan dan

metode yang sesuai dengan amsalah yang ada pada

materi duhu dan kalor

d. Peserta didik mampu mengembangkan dan

menerapkan strategi strategi untuk

menyekesaikan masalah yang ada pada materi suhu

dan kalor

28

Page 29: proposal kuantitatif

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode dalam pengumpulan data

dengan cara berikut:

1. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu cara menghimpun bahan-

bahan keterangan yang dilaksanakan dengan

melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang

telah ditentukan.

Tujuan peneliti menggunakan metode wawancara

adalah untuk mendapatkan hasil yng lebih lengkap

dan mendalam karena peneliti dapat melakukan

kontak secara langsung dengan objek yang akan

diteliti, baik guru maupun peserta didik.

Dalam hal ini, peneliti mewancarai Drs.

Tugiman (Kepala Sekolah MAN 1 Sragen) untuk

mendapatkan informasi tentang jumlah peserta didik

di MAN 1 Sragen, Suryanto, M.Pd. (Guru Fisika

kelas X) tentang kondisi peserta didik di kelas X

MAN 1 Sragen.

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang

artinya barang- barang tertulis.

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk

memperoleh data penelitian tentang hal-hal atau

variabel tentang jumlah peserta didik, nama

29

Page 30: proposal kuantitatif

peserta didik, nilai ulangan harian yang diperoleh

peserta didik pada materi pokok perbandingan serta

foto kegiatan belajar mengajar.

3. Metode Tes

Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu

atau kelompok.

Peneliti menggunakan metode tersebut untuk

mendapatkan data tentang kemampuan pemecahan

masalah pada materi pokok perbandingan dengan

menggunakan tes uraian sehingga peserta didik

dapat mengorganisir, menginterpetasi,

menghubungkan pengertian-pengertian yang telah

dimiliki. Sehingga menuntut peserta didik untuk

dapat mengingat-ingat atau mengenal kembali dan

mempunyai daya reativitas tinggi.

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan

istrumen tes adalah sebagai berikut:

a) Pembahasan terhadap bahan yang akan diteskan

b) Menentukan waktu dan alokasi waktu

c) Menentukan jumlah soal

d) Menentukan tipe soal

e) Menentukan kisi-kisi soal

30

Page 31: proposal kuantitatif

sebelum posttest, soal terlebih dahulu

diujicobakan pada kelas uji coba di kelas X F

untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Kemudian

setelah tes diperbaiki dan dapat diketahui

kevalidannya, soal tersebut diberikan kepada

kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu X C dan

kelas X D.

Adapun analisis uji coba instrumen tes sebagai

berikut:

a. Analisis Validitas

Untuk mengetahui validitas item soal digunakan

rumus korelasi product moment dengan angka

kasar. Rumus yang digunakan:

rxy=N∑XY−(∑ X ) (∑Y )

√{N∑ X2−(∑X )2}{N∑Y2−(∑Y )2}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

X = skor item

Y = skor total

N = jumlah peserta didik

XY = perkalian antara skor butir soal dan

skor total

∑ X2 = jumlah kuadrat skor butir soal

∑ Y2 = jumlah kuadrat skor total

31

Page 32: proposal kuantitatif

b. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah

kepercayaan dan ketetapan hasil. Suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan

yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan

hasil tetap. Rumus yang digunakan untuk

mencari reliabilitas soal bentuk uraian adalah

rumus Alpha, yaitu:

rH=( kk−1)(1−∑σb

2

σ12 )

c. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran butir soal dapat digunakan

untuk memprediksi alat ukur itu sendiri dan

kemampuan peserta didik dalam memahami materi.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui

tingkat kesukaran soal bentuk uraian, digunakan

rumus sebagai berikut:

p=∑ xSmN

d. Analisis Daya Pembeda

Dalam penelitian ini tes diujicobakan pada

peserta didik yang berjumlah kurang dari 100,

sehingga termasuk dalam kelompok kecil. Daya

pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara peserta didik yang pandai

32

Page 33: proposal kuantitatif

dengan peserta didik yang kurang mampu. Adapun

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

PA=∑ A

(nA.Sm)danPB=

∑B(nB.Sm )

E. Teknik Analisis Data

Untuk analisis data yang telah ada, peneliti

menggunakan teknik analisis data kuantitatif yang

meliputi analisis data tahap awal dan analisis data

tahap akhir. Pda analisis tahap awal terdiri dari

iuji normalitas, uji homogenitas, dan uji satu pihak

(uji pihak kanan)

IV. JADWAL PENELITIAN1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Sragen

dengan mengambil materi Suhu dan Kalor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-

Maret 2014 yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengambilan data dan sebagainya.

V. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan laporan penelitian ini

adalah tentang isi keseluruhan skripsi yang terdiri

dari bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan

bagian akhir skripsi.

33

Page 34: proposal kuantitatif

Bagian awal skripsi berisi tentang : halaman judul

skripsi, deklarasi, halaman pengesahan, halaman nota

pembimbing, abstrak, halaman motto, halaman

persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar

isi, dan halaman lampiran-lampiran.

Bagian inti skrpsi terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang:

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan skripsi, kajian pustaka, metode

penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II adalah landasan teori yang berisi tentang

teori yang melandasi permasalahan skripsi serta

penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang

ditetapkan dalam skripsi, materi pokok yang terkait.

Landasan teori ini meliputi kajian pustaka, kerangka

teoritik, dan rumusan hipotesis.

Bab III adalah metode penelitian yang berisi

tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang

berisi tentang hasil-hasil penelitian dan

pembahasannya dalam karangan deskripsi.

Bab V adalah penutup yang berisi tentang simpulan

hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan

peneliti berdasarkan smpulan.

Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar

riwayat hidup peneliti, dan lampiran-lampiran hasil

penelitian.

34

Page 35: proposal kuantitatif

Semarang,14 Januari 2013 Penulis

Fatihatun Nurrahmah

NIM.103611032

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta

Isjoni. 2008. Pembelajaran virtual: perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Khaeruddin dan Mahfud Junaedi. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasi di Madrasah. jogjakarta: PILAR MEDIA

Kuntodjoyo. 2009. Metakognitif dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik, 2009, dalam http:ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognitif-dan-keeberhasilan-belajar-peserta-didik/

Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insani Madani

Noornia, Anton.2009. Pengaruh Penguasaan Kemampuan Metakognitif Terhadap Penyelesaian Soal Problem Solving, http://karya ilmiah-batang.blogspot.com /2009/11/pengaruh-penguasaan-kemampuan.html.

Setiadi, Bambang. 2006. Teaching English a Foreing Language. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soetjipto, Helly Prajitno dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Efective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Uno, Hamzah B..2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

35

Page 36: proposal kuantitatif

36