PROPOSAL SKRIPSI “PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4,5,6, SDN AENGTONGTONG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 M” Oleh : HADI SUDIRFAN NIM : 200596032344 NIMKO : 2005.4.037.0101.1.00621 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUA SUMENEP MADURA 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL SKRIPSI
“PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4,5,6,
SDN AENGTONGTONG KECAMATAN SARONGGI
KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 M”
Oleh :
HADI SUDIRFANNIM : 200596032344
NIMKO : 2005.4.037.0101.1.00621
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN
(IDIA)
PRENDUA SUMENEP MADURA 2009
Nama : Hadi Sudirfan
Semester : VIII
NIM : 200596032344
NIMKO : 2005.4.037.0101.1.00621
Fakultas : Tarbiyah / PAI
PENGARUH PENERAPAN KTSP TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS 4,5,6 SDN AENGTONGTONG
KECAMATAN SARONGGI
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia dengan dibekali berbagai macam perasaan
(feeling). Salah satunya adalah perasaan “Ingin Tahu (idle courocity)” dan
perasaan “Tidak Puas” terhadap sesuatu yang ia miliki. Dengan rasa
keingintahuannya ia berusaha untuk mendapatkan berbagai macam informasi
yang banyak, dan dengan rasa ketidakpuasannya ia ingin memiliki sesuatu yang
lebih. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang cemerlang, sejahtera, dan bahagia dalam arti yang luas, baik
lahiriah maupun bathiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita tersebut tidak
mungkin tercapai dan terwujud jika manusia itu sendiri tidak berusaha seoptimal
mungkin dalam meningkatkan kemampuannya melalui proses kependidikan,
karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan
perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
2
Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era masa
sekarang ini. Sejauh kita memandang maka sejauh itu pulalah kita harus
memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Pendidikan merupakan
kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka merubah keadaan
hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandang hidup mereka.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Lodge (dalam Zuhairini, 2004:10)
mengemukakan pengertian pendidikan dalam arti yang luas, yaitu “life is
education, and education is life“, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Jadi pendidikan bagi manusia
merupakan kebutuhan sepanjang hidupnya yang dapat memberikan pengaruh baik
dalam menata masa depan yang cemerlang, sejahtera dan bahagia.
Selanjutnya dalam arti yang sempit Lodge menjelaskan pengertian
pendidikan sebagai berikut :
“ in the narrower sense, education is restricted to that functions, its background,
and its outlook to the member of the rising generations. In practice identical with
schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions “.
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang
terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke generasi yang
sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di
3
sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol.
Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat kita pahami bahwa
pendidikan formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan
informal secara umum, tapi pendidikan formal merupakan pendidikan inti yang
sangat urgen dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. Pertama, pendidikan
formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya
berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kedua, pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang
lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah pendidikan sekolah diawali karena
ketidakmampuan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih
tinggi dan mendalam. Ketiga, karena memiliki rancangan atau kurikulum secara
formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana,
sistematis, dan lebih mendasar. (Sukmadinata, 2009:2). Jadi pendidikan formal
lebih bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal
dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga
secara umum pendidikan dapat mengarahkan peserta didik terhadap peningkatan
penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan
nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik
tersebut, dan tujuan pendidikan yang meliputi kepentingan, kemaslahatan dan
4
kesejahteraan peserta didik dan masyarakat bahkan tuntutan lapangan kerjapun
akan mudah tercapai.
Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya
proses pendidikan yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak
dilakukan bahkan tidak lepas dari apa yang namanya proses belajar mengajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
yang dirancang dan dijalankan secara professional (Fathurrahman, 2007:8).
Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar mengajar tidak dapat disepelekan dan
diabaikan dalam dunia pendidikan.
Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan perlu
dibuat sebuah kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau
kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
nasional. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar (Sukmadinata,
2009:5). Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum juga merupakan komponen pendidikan yang
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan pendidikan. Karena kurikulum
ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian khusus dalam pelaksanaan dan
pengembangannya sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, sosial
5
budaya masyarakat dan karakteristik siswa. Upaya pengembangan kurikulum
yang senantiasa dilakukan oleh pemerintah dari tahun ke tahun melahirkan sebuah
kurikulum baru yang merupakan pengembangan kurikulum sebelumnya, yakni
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan
pendidikan (Mulyasa, 2007:21). Paradigma baru ini memberikan otonomi luas
pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru
dituntut untuk mampu mengubah sumber pembelajaran (Learning Resource)
menjadi bahan ajar (Teaching Material), sehingga materi yang diajarkan kepada
peserta didik tidak monoton pada buku yang menjadi pegangan di sekolah
tersebut serta hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa saat belajar. Dengan
demikian proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru bisa
memberikan pelajaran dengan bahan ajar dan metode yang variatif sehingga
peserta didik merasa nyaman dan materi yang diajarkan menarik untuk dipahami
yang pada akhirnya peserta didik bisa terhindar dari kejenuhan. Jika hal ini terjadi
disetiap proses belajar mengajar diberbagai lembaga pendidikan maka tujuan
pembelajaran bisa tercapai juga, yakni pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi
yang akurat sehingga tatanan kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil
sebagaimana yang diharapkan tenaga edukatif pada umumnya.
6
Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk
menentukan sukses tidaknya prestasi belajar siswa dalam sebuah pembelajaran
yang mengacu pada sistem pembelajaran KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. (Mulyasa, 2007:20).
Prestasi merupakan hasil yang memuaskan dari segala usaha yang dicapai
manusia secara maksimal. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2008:13).
Sementara yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Tu'u, 2004:75). Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto (1976:767)
menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya
menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan
atau dilakukan. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini prestasi
belajar siswa dapat diketahui dari nilai raport peserta didik yang meliputi ketiga
aspek diatas sebagai hasil dari sebuah pembelajaran di sekolah.
Jadi peningkatan prestasi belajar siswa yang meliputi ketiga ranah tersebut
(kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan orientasi yang diprioritaskan dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan diberbagai sekolah.
7
Sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam
dengan mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
Kecamatan Saronggi Tahun 2009 “.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada paparan diatas, maka diambil beberapa rumusan masalah
guna pembahasan sebagai batasan penelitian, antara lain :
1. Apakah penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
2. Sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan
terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal yang akan dicapai oleh
kegiatan penelitian (Dhofir, 2000:21).
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini adalah :
1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
2. Ingin mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
8
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah follow up penggunaan informasi yang tertera
dalam kesimpulan (Dhofir, 2000:21)
Dari setiap penelitian yang dilakukan dipastikan dapat memberi manfaat
baik bagi objek, atau peneliti khususnya dan juga bagi seluruh komponen yang
terlibat didalamnya. Manfaat atau nilai guna yang bisa diambil dari penulisan
skripsi ini adalah :
1. Segi Teoritis
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin
pendidikan bahwa penerapan dan pengembangan kurikulum sangat
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar yang efektif di lembaga
pendidikan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Untuk memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan kurikulum
yang baik dapat memicu kreatifitas siswa dalam berprestasi.
2. Segi Praktis
a. Dengan adanya penerapan dan pengembangan kurikulum yang baik dapat
mewujudkan lembaga pendidikan yang efektif, produktif, dan berprestasi,
serta dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berprestasi khususnya di
SDN Aengtongtong.
b. Sebagai bahan munaqosyah dan bahan dokumen untuk penelitian lebih
lanjut.
9
E. Alasan Pemilihan Judul
Alasan penulis mengangkat judul ini adalah karena memiliki dua alasan,
yakni :
1. Secara Subjektif
a. Lokasi penelitian yang dapat dijangkau dengan mudah
b. Pada tahun ini kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sudah
diberlakukan disetiap satuan pendidikan termasuk di SDN Aeng tongtong
c. Judul penelitian sesuai dengan disiplin ilmu yang diambil oleh peneliti
yaitu Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
2. Secara Objektif
a. Sejauh pengamatan penulis, judul ini belum pernah ada yang meneliti
b. Keberhasilan dalam belajar merupakan idaman setiap orang, karena itulah
perlu kejelasan cara meraih sukses melalui penelitian
c. Penelitian ini akan bermanfaat sekali untuk pengembangan penerapan
kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap kreatifitas siswa berprestasi
dalam belajar di SDN Aengtongtong
F. Asumsi atau Postulat
Asumsi atau anggapan dasar disebut juga postulat. Menurut Prof. Dr.
Winarno Surakhmad M. Sc., Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran
10
yang kebenarannya diterima oleh penyelidik (Dhofir, 2000:23). Namun hal ini
masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa anggapan dasar yang
muncul baik dari diri peneliti pribadi atau dari orang lain ataupun dari praktisi
pendidikan.
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu wujud
reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan
dan kebutuhan masing-masing (Mulyasa, 2007:21).
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif,
dan berprestasi (Mulyasa, 2007:20).
3. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar (http://sunartombs.wordpress.com
/2009/05/15/PAKEM Science fu).
4. Menurut penulis, penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
berdasarkan pada karakteristik dan potensi siswa di sekolah, memungkinkan
dapat memicu dan memacu terhadap prestasi belajar siswa secara optimal.
G. Hipotesis
11
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 1998:67).
Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada
tidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul, yakni :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
2. Hipotesis Nihil (Hi)
Tidak ada pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDNAengtongtong
H. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi skripsi ini,
maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Materi
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi
belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong kecamatan saronggi kabupaten
sumenep.
12
Maka untuk mempermudah penulis dalam membahas penelitian ini, perlu
kiranya penulis membuat batasan ruang lingkup materi. Adapun permasalahan
yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua
variable, yakni :
Variabel X : Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
No Sub Variabel Indikator
01 Penerapan KTSP
1. Prinsip Pelaksanaan
2. Prinsip Pengembangan KTSP
3. Pengembangan Program
02 Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pre Test
2. Pembentukan Kompetensi
3. Post Test
Variable Y : Prestasi Belajar
No Sub Variabel Indikator
01 Hasil raport - Dicari angka dalam raport
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Maka
dari ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
kecamatan saronggi kabupaten sumenep.
3. Ruang Lingkup Lokasi
13
Lokasi adalah tempat sesuatu berada. Maka dalam hal ini adalah tempat
subjek berada. Jadi lokasi penelitian ini adalah di desa Aengtongtong
kecamatan saronggi kabupaten sumenep.
4. Ruang Lingkup Waktu
Waktu adalah masa kapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini waktu penelitian
adalah pada tahun 2009 M.
I. Batasan Istilah dalam Judul
Judul penelitian ini adalah "Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 4,5,6 SDN
Aengtongtong Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Tahun 2009 M ".
Sedangkan untuk memperjelas maksud dari judul tersebut dan dalam upaya untuk
menghindari kesalahpahaman serta kekeliruan penafsiran tentang judul tersebut,
maka penulis ketengahkan arti kata atau istilah yang terdapat dalam judul yang
berdasarkan pada pengertian dalam kamus dan standar pengertian umum yang
berlaku dengan batasan-batasan.
Kata dan istilah yang perlu penulis ketengahkan sebagai berikut :
1. Pengaruh : Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dsb)
yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dsb). (Purwadarminto,
1976:731).
2. KTSP : Adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006:10).
14
3. Prestasi : Adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya) (Purwadarminto, 1976:768).
4. Belajar : Adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor (Djamarah, 2008:13).
J. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Teoritis tentang Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengertian Kurikulum
Sebelum penulis memaparkan pengertian kurikulum tingkat satuan
pendidikan alangkah lebih baiknya apabila penulis mengutarakan
pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan.
Pada zaman yunani kuno, kurikulum dianggap sebagai kumpulan mata-
mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa.
Bahkan dalam ligkungan atau hubungan tertentu pandangan lama ini
masih dipakai sampai sekarang. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru
kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang
studi atau mata-mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum
diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
15
Pendapat-penadapat yang muncul selanjutnya dari sebagian ahli
yang mengartikan kurikulum dalam pengertian yang lebih luas, yakni
"Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah", atau sejumlah
pengalaman yang potensial dapat diberikan oleh sekolah dengan tujuan
agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan berbuat menurut kelompok
atau masyarakat tempat ia hidup", yang kemudian lebih dipersingkat
sebagai "Suatu cara mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi
sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat", atau "segala kegiatan
dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam
pendidikannya" (Alipandie, 1984:117).
Pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan tidak hanya
terbatas pada dinding-dinding kelas belaka, melainkan lebih diperluas lagi
pada luar sekolah. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa segala
sesuatu yang mempunyai dampak positif terhadap tingkah laku peserta
didik baik yang datang dari sekolah, keluarga maupun masyarakat dapat
dipandang bagian dari kurikulum.
Hal ini selaras dengan penafsiran Ronald C. Doll (Dalam
Sukmadinata, 2009:4) yang menyatakan :
The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school…
16
Definisi Doll ini tidak hanya menunjukkan adanya perubahan
penekanan dari isi kepada proses atau lebih memberikan tekanan pada
pengalaman, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari
konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Hal ini menunjukkan
bahwa yang dimaksud pengalaman siswa dalam belajar yang diajarkan
ataupun menjadi tanggug jawab sekolah mengandung makna yang cukup
luas, yakni mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya
pengalaman tersebut dan memfasilitasinya.
Dalam kaitannya konsep kurikulum yang ditegaskan oleh Ronald
Doll, Mauritz Johnson masih dalam buku yang sama mengajukan
keberatan terhadap apa yang dikemukakan oleh Doll. Kemudian Johnson
membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua
yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan
isi, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan
kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan
oleh siswa.
Berbeda dengan Hilda Taba, dia berpendapat bahwa ada perbedaan
antara kurikulum dan pengajaran, menurutnya bukan terletak pada
implementasinya tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan
dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum,
17
sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran