19
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1) IDENTITAS
Identitas pasien
Nama
: an. A
TTL/umur
: 25 maret 2014 / 16 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat: Jl. Gandaria II Blok F9 NO 1, Sukatani, Tapos. Depok.
Jakarta Barat.
Tanggal masuk: 21/06/15
Pukul
: 02.03 WIB
Identitas orang tua
Nama ayah
: Tn. D
Usia
: 32 tahun
Pendidikan terakhir: S1
Pekerjaan
: wiraswasta
Agama
: islam
Identitas Ibu
: Ny. A
Usia
: 25 tahun
Pendidikan terakhir: D3
Pekerjaan
: wiraswasta
Agama
: islam
2) DATA DASAR
ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa terhadap ibu
pasien pada tanggal 22.06.15 pukul 08.45 WIB di bangsal pediatric
:
Keluhan Utama
: Kejang dengan demam 2 Hari SMRSKeluhan tambahan
: Demam, batuk dan pilekRiwayat Penyakit Sekarang:
2 hari SMRS pasien mengalami panas dan batuk pilek, pasien oleh
ibunya segera diberikan parasetamol syrup dan panasnya mereda. 1
hari SMRS pasien panas lagi dan tidak kunjung turun, 6 jam setelah
demam pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh selama kurang
lebih 3-5 menit. Setelah itu pasien dibawa ke dokter klinik di
dekat rumah. Dokter memberikan obat parasetamol syrup dan obat
puyer. Setelah dilakukan pengobatan panas turun sebentar namun naik
lagi. 5 jam setelah kejang pertama pasien mengalami kejang kembali
pada seluruh tubuh selama kurang lebih 2-3 menit. Saat kejang dan
kedua mulut pasien mengatup rapat, mata mendelik ke atas, kejang di
seluruh tubuh. Sebelum kejang pasien sadar dan tidak ada
kelumpuhan, selama kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar, langsung menangis dan tidak ada kelumpuhan. Pada saat
kejang pasien sedang demam tinggi namun tidak diukur suhunya.
Pada saat demam tidak disertai keluar cairan dari telinga dan
sebelumnya juga tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga juga
tidak terdapat ruam-ruam pada kulit. Pasien tidak memiliki riwayat
perdarahan seperti bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah dan buang air besar berdarah. Tidak ada
keluhan perut kembung dan muntah. Ibu pasien mengatakan, pasien
buang air besar lancar, biasanya satu kali sehari, tinja
padat-lunak, berwarna kuning dan tidak ada darah. Buang air kecil
juga lancar, warna jernih, tidak menangis saat buang air kecil. Ibu
pasien juga mengatakan bahwa pasien masih batuk dan pilek.
Setelah kejang yang kedua pasien dibawa oleh orangtuanya ke UGD
dan diberikan pengobatan berupa cairan infus dan parasetamol yang
dimasukan lewat anus dan masuk ke bangsal anak pukul 00:05:49
WIB.
Penyakit sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang :
Pasien pernah mengalami kejang saat demam 1 kali pada 5 bulan
yang lalu dan 1 kali lagi pada 1 bulan yang lalu.
Riwayat trauma kepala disangkal.
Riwayat penyakit dalam keluarga/sekitarnya yang ada hubungannya
dengan penyakit sekarang :
Ayah pasien mengaku waktu kecil sering kejang saat demam.
Tidak ada riwayat epilepsi di keluarga.
Riwayat Kehamilan : Pasien merupakan anak ke-1 dari ibu P1A0
dengan usia kehamilan 37 minggu, melakukan pemeriksaan kehamilan ke
bidan satu kali sebulan sampai usia kehamilan 6 bulan, setelah
memasuki kehamilan 7 bulan pemeriksaan dilakukan dua kali. Ibu
pasien mengatakan tidak pernah sakit selama kehamilan, tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan. Riwayat
abortus dan lahir mati tidak ada. Riwayat Kelahiran :
Pasien merupakan anak kandung
Lahir spontan di Rumah Bersalin dengan bidan sebagai
penolong
Berat badan lahir 2,7 kg dengan pajang badan 48 cm
Lahir cukup bulan dan langsung menangis
Tidak ada kelainan bawaanRiwayat perkembangan :
Pertumbuhan gigi I: 9 bulan Duduk
: 9 bulan Berjalan
: 14 bulan Bicara
: 9 bulan Membaca dan menulis belum bisa
Kesan : perkembangan anak sesuai dengan usiannya.Riwayat
imunisasi :
MacamDasarUlangan
IIIIIIIV
BCG1 bulan
Hepatitis B1 bulan2 bulan6 bulan
DPT2 bulan4 bulan6 bulan
Polio1 bulan2 bulan4 bulan6 bulan
Campak9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar telah lengkap dilaksanakan.Riwayat
makanan :
Umur (bulan)ASI/PASIBuah/BiskuitBubur susuNasi timMakanan
keluarga/makanan yang di cincang kasar
0-2ASI----
2-4ASI----
4-6ASIPisang/ Biskuit --
6-8ASIPisang/ Biskuit --
8-10ASI/Susu FormulaPisang, alpukat/ Biskuit -
10-12ASI/Susu FormulaPisang, alpukat/ Biskuit --
12-16ASI/Susu formula-Terkadang
0-2ASI kurang lebih 1 jam 2 x
2-4ASI: 1 jam 2-3 x
4-6ASI + pisang + bubur susuKurang lebih 2-3
sendok(lumat/halus)
6-8ASI +pisang/biskuit 2x+ bubur susu 2xKurang lebih setengah
gelas aqua kecil setiap kali makan ( terkadang biskuit dipegang
sendiri)
8-10ASI/Susu Formula @ kurang lebih 200ml 3x+ pisang / biskuit /
alpukat 1 x +bubur tim 1x + bubur susu 1xKurang lebih 1 gelas aqua
kecil ( makanan lembek )
10-12ASI/Susu Formula @ kurang lebih 200 ml 3x+
pisang/alpukat/biskuit 2x + bubur tim 2-3 xTakaran makanan sekali
makan kurang lebih 1 gelas aqua kecil
12-16ASI/Susu formula+ pisang/alpukat/apel/melon 2x + makanan
keluarga 3XTakaran makan tetap sama, kurang lebih 1 gelas aqua
kecil
Jenis MakananFrekuensi
NasiSetiap hari, 3x sehari, @ 1 centong nasi tidak penuh
SayurSetiap hari, 2x sehari @1 mangkok kecil
Daging2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong kecil
Telur3 x seminggu, 2x/hari @ 1/2 butir telur
Ikan2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong kecil
TahuHampir setiap hari 1 potong kecil
TempeHampir setiap hari 1 potong kecil
SusuBebelac 6 botol/hari @ 100 ml
Buah-buahan1 hari 1-2 kali (alpukat, melon, apel dan pisang)
Kesan : kualitas makanan cukup dan kuantitas makanan cukup
Riwayat keluarga : keadaan anak
G0P1A0NoTanggal Lahir (umur)KelaminHidupLahir
matiAbortusMatiKeterangan kesehatan
109/09/09 (16 bulan)Laki-laki(---Pasien
Anggota keluarga lain yang serumah :
Nenek pasienMasalah dalam keluarga :
Ayah pasien perokok aktif, merokok sejak umur 20 tahun dan satu
hari menghabiskan 1 bungkus rokok. Kontak TB (-)
Status tempat tinggal :
Rumah orangtuaData orang tuaAyahIbu
Umur sekarang32 th25 th
Perkawinan keII
Umur saat menikah32 th25 th
Pendidikan terakhirS1D3
AgamaIslamIslam
Suku bangsaJawaJawa
Keadaan kesehatanBaikBaik
Penyakit bila adaTidak adaTidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 22/06/15pukul 02.03 WIB
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran
: composmentisTanda-tanda vital
Nadi
: 84 x/menit reguler, kuat, isi cukupSuhu
: 37,7 0C (axilla)
Pernafasan
: 46 x/menit, abdomino-thorakal, teratur, kedalaman normal
Panjang badan: 80 cm Berat badan
: 11 kg
BB ideal
: 10,5 kgLLA
: 15 cm
LK
: 46,5 cmStatus Lokalis
Kepala
Bentuk kepala
: normocephal (lingkar kepala 47 cm)
Rambut: rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabutUbun-ubun: ubun-ubun besar sudah menutupMuka: raut muka
normalMata
: Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterikTelinga
: Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang, sekret tidak
ada, nyeri tekan tidak ada
Hidung
: bentuk normal, ada sekret berwarna jernih di kedua lubang
hidungMulut
: bibir lembab, faring hiperemis, tidak ada stomatitis, tonsil
T1-T1 tenang
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar getah beningThorax
: normochest
Paru-paru
Inspeksi
: pergerakan simetris saat statis dan dinamis, retraksi tidak
ada
Palpasi
: fremitus vokal dan taktil simetris kanan-kiri
Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: suara napas bronkovesikuler pada seluruh lapang paru(inspirasi
dan ekspirasi sama panjang), tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing,
slem(+/+)Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis pada ICS V midclavicula sinistraPerkusi
: batas jantung kiri di ics iv midclavicula sinistra, batas
jantung kanan di mid sternal ics iv, batas atas jantung kanan di
ics III midclavicula sinistra. Auskultasi
: BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi
: simetris, cembung, tdak ada kelainan di kulitAuskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati dan
limpa, turgor kulit cukupPerkusi
: Timpani di seluruh abdomenEkstremitas ATASBAWAH
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangatHangathangatHangat
Kekuatan normalNormalnormalNormal
Edema----
Perfusi baikBaikbaikBaik
Refleks fisiologis :
1. Bisep
2. Trisep
3. Patella
4. Achilles + (normal)+ (normal)
+ (normal)+ (normal)
+ (normal)+ (normal)+ (normal)+ (normal)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 22/06/15Jenis pemeriksaanHasilNilai
Rujukan
Hematologi
Hb
Ht
Eritosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC10,7334.716.000*343.000
71
233213 - 18 g/dl
40 52 %
4,3 - 6,0 jt/uL
4800 - 10800/L
150000 - 400000/L
80 96 fl
27 32 pg
32 36 g/dL
Kesan hasil laboratorium : Leukositosis
Trakea intak ditengah
Cor: CTR 38,50C) Makan Lunak 1250 kcal7) PROGNOSIS
Quad ad vitam
: ad bonam
Quad ad functionam: ad bonam
Quad ad sanationam: dubia ad bonam8) FOLLOW
UP22/06/1523/06/1524/06/15
Spasien masih demam, batuk pilek masih ada, pasien tidak
mengalami kejang lagi, tidak ada mual dan muntah, makan dan minum
pasien sedikit.Stidak ada kejang, demam masih ada, terdapat batuk
dan pilek namun sudah berkurang, makan dan minum masih
sedikitSsejak semalam pasien tidak demam, pagi hari jam 04.30 WIB
pasien demam namun tak lama turun lagi. Batuk dan pilek masih ada
namun berkurang. Dari semalam belum BAB, BAK (+) normal, minum
banyak, makan kurang bernafsu, tidak ada mual dan muntah.
OKu/ Kes : tampak sakit sedang, composmentis
TTV : HR : 80x/menit, RR : 34x/menit, Suhu : 38,40C
Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar sudah menutup
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna
jernihMulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis,
T1-T1 tenang Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga
lapang, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak adaLeher : KGB tidak
teraba membesar
Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba
Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema,
perfusi baik
Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal
Refleks triseps (+/+) normal
Refleks patella (+/+) normal
Refleks achilles (+/+) normal
Refleks Patalogis
Refleks Babinski (-)
Refleks Oppenheim (-)
OKu/ Kes : tampak sakit sedang, composmentis
TTV : N : 80 x/menit, RR : 35 x/menit, Suhu : 37,5 0CKepala :
normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,
ubun-ubun besar sudah menutup
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna jernih
Mulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis (-),
T1-T1 tenang
Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang,
sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba
Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema,
perfusi baik
Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal
Refleks triseps (+/+) normal
Refleks patella (+/+) normal
Refleks achilles (+/+) normal
Refleks Patalogis
Refleks Babinski (-)
Refleks Oppenheim (-)OKu/ Kes : tampak sakit sedang,
composmentis
TTV : N : 120 x/menit, RR : 28 x/menit, Suhu : 37,9 0C
Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna jernih
berkurang
Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang,
sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Mulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis (-),
T1-T1 tenang
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada
gallop
Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba
Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema,
perfusi baik
Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal
Refleks triseps (+/+) normal
Refleks patella (+/+) normal
Refleks achilles (+/+) normal
Refleks Patalogis
Refleks Babinski (-)
Refleks Oppenheim (-)
Akejang demam kompleks
ISPAAkejang demam kompleks
ISPAAriwayat kejang demam kompleks
ISPA teratasi
P IVFD D5 saline 1100 cc/24 jam
Injeksi cefotaxim 3x250 mg IV Mucopect 1/6 tab + cetirizin 1 mg
: 2x1 pulv Sanmol 4x1 cth Diazepam 3x1 mg pulv Makan Lunak 1250
kcal Ekstra nebulizer : NaCl 0,9%P IVFD D5 saline 1100 cc/24
jam
Injeksi cefotaxim 3x250 mg IV Mucopect 1/6 tab + cetirizin 1 mg
: 2x1 pulv Sanmol 4x1 cth Diazepam 3x1 mg pulv Makan Lunak 1250
kcalP Aff infus
Injeksi cefotaxime stop, ganti dengan cefalexime 3x125 mg
p.o
Pulv batuk dilanjutkan
Sanmol 4x1 cth (k/p)
Diazepam 3x1 mg
pulv p.o
Diet MB 3x/hari
Bila sampai siang
demam (-) :
boleh pulang siang
BAB IIANALISA KASUS1. Anamnesis :
Dari anamnesis didapatkan pada saat kejang pasien sedang demam
tinggi dan tidak ada penurunan kesadaran baik sebelum maupun
sesudah kejang, hal itu menunjukkan demam pada saat kejang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Hal-hal tersebut
mendukung ditegakkannya diagnosis kejang demam sesuai dengan
Konsensus penatalaksanaan kejang demam IDAI.
Selain itu usia pasien juga memperkuat kejang demam karena
menurut kepustakaan mengatakan biasanya kejang demam terjadi pada
usia 6 bulan 5 tahun dan puncaknya pada usia 14 18 bulan. Pasien
mengalami kejang berulang sebanyak 2 kali, selama 3-5 menit dalam
24 jam, kejang berhenti sendiri, kejang bersifat umum. Hal tersebut
diatas mendukung ditegakkannya diagnosis kejang demam kompleks
karena sesuai dengan klasifikasi kejang demam kompleks menurut
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI.
Pada anamnesis juga didapatkan pasien menderita batuk dan pilek
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan secret yang keluar
jernih sehingga ditegakkan juga diagnosis Infeksi Saluran Napas
Akut bagian atas. Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang diderita
oleh pasien ini sebagai proses ektrakranial yang bisa memicu
terjadinya kejang demam pada pasien ini.
Pada saat demam tidak disertai keluar cairan dari telinga dan
sebelumnya juga tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga
melemahkan diagnosis Otitis Media Akut.
Tidak terdapat ruam-ruam pada kulit, tidak memiliki riwayat
perdarahan seperti bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah dan buang air besar berdarah. Hal itu
melemahkan diagnosis demam dengue dan demam berdarah dengue. Tidak
adanya riwayat trauma pada kepala dan riwayat epilepsy di keluarga
melemahkan diagnosis epilepsi.2. Pemeriksaan fisik :
Suhu tubuh pasien pada saat diperiksa 37,7oC, hal tersebut
menunjukan bahwa suhu tubuh pasien berada diatas normal ( N axila=
34,7 37,30C).
Nadi 84 x/menit reguler, kuat, isi cukup masih dalam batas
normal (80-150x/menit) Pada pemeriksaan hidung ditemukan sekret
berwarna jernih dan pada pemeriksaan mulut didapatkan faring
hiperemis. Hal-hal tersebut mendukung ditegakkannya diagnosis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menjadi penyebab terjadinya
kejang demam pada pasien ini.
Tidak ada secret pada liang telinga melemahkan diagnosis otitis
media akut.
Tidak ada pembesaran hati melemahkan salah satu kriteria
diagnosis DBD.
Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya peningkatan
refleks fisiologis, tidak ditemukan adanya refleks patologis. Hal
ini membuktikan adanya proses ekstrakranial yang memicu kejang
demam dan tidak didapatkannya deficit neurologis setelah demam. Hal
tersebut juga melemahkan diagnosis epilepsi.
Tidak adanya bunyi wheezing, hal ini menyingkirkan diagnosis
bronkiolitis
Tidak adanya defisit neurologis setelah demam menunjukan bahwa
prognosis pada pasien baik.
3. Pemeriksaan penunjang :
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah didapatkan leukosit meningkat yang menunjukkan kemungkinan
besar adanya proses infeksi oleh bakteri.
Hematokrit tidak meningkat dan trombosit dalam batas normal
melemahkan kriteria laboratorium diagnosis DBD.
Untuk pemeriksaan lumbal pungsi dan pecitraan kurang dibutuhkan
pada pasien ini, Karena indikasi pungsi lumbal adalah menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Bila pasti bukan
meningitis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pemeriksaan
elektroensefalografi (EEG) pada pasien ini tidak perlu dilakukan
karena sesuai dengan kepustakaan, EEG dilakukan pada pasien dengan
kejang demam yang tidak khas misalnya : kejang demam kompleks pada
anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
Sedangkan pencitraan dilakukan hanya atas indikasi seperti
adanya kelainan neurologik fokal yang menetap, paresis nervus VI
dan papiledema.
Untuk tatalaksana ISPA seharusnya dilakukan kultur terlebih
dahulu untuk memberikan antibiotik sebagai tatalaksananya4.
Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan :
A. IVFD Dextrose 5% - Saline 1100 cc/ 24 jam. Normal salin
(saline 0,9%) mempunyai osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Jika konsentrasi ion Na+ lebih rendah daripada serum maka cairan
akan bersifat hipotonik yang menyebabkan cairan keluar dari dalam
pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Terapi cairan hipotonik yang
cepat dapat menyebabkan terjadinya efek merusak seperti hemolisis.
Penambahan dekstrosa 5% akan menyebabkan cairan infus mempunyai
osmolaritas yang sama atau lebih tinggi dari plasma, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah.9 Pada pasien ini pemberian infus sangat dianjurkan
karena untuk mencegah terjadinya hiperpireksia yang dapat
mengakibatkan kehilangan cairan yang berlebihan. Penambahan
dekstrosa 5% ini juga merupakan sumber kalori, dimana 5% dextrose
berarti mengandung 200 kalori. Penentuan kebutuhan cairan menurut
Holiday-Segar : Sampai 10 kg( 100 ml/ kgBB
11- 20 kg
( 1000 ml + 50 ml/kgBB
> 20 kg
( 1500 ml + 20 ml/kgBB
Maka kebutuhan cairan pada pasien ini (BB 11 kg) adalah :
1000 ml + (1 x 50)ml = 1050 ml/24 jamPasien mendapat terapi
cairan sebanyak 1100 cc melalui infus, hal ini kurang lebih sesuai
dengan penghitungan rumus kebutuhan cairan Holiday Segar.A. Diet
makanan lunak 1250 kcal.
Dengan perhitungan kalori menggunakan RDA Calorie :
Usia : 16 bulan (1 tahun 4 bulan), kebutuhan menurut RDA Calorie
adalah 100 kcal.
BB sekarang : 11 kg
Kebutuhan kalori : 11 x 100 = 1100 kcal
Pada pasien ini terdapat kenaikan suhu 1oC ( kenaikan 1oC ~
kenaikan 13 % kebutuhan kalori) = 1 x 13 %x 1100 kcal = 143
kcal
Total kebutuhan kalori = 1100 kcal + 143 kcal = 1243 kcal ~ 1250
kcal.
Jumlah tersebut sesuai dengan yang diberikan terhadap pasien.B.
Injeksi Cefotaxime 3x250 mg IV. Obat ini merupakan antibiotik
golongan sefalosporin generasi ketiga. Obat ini sangat aktif
terhadap berbagai kuman Gram-positif maupun Gram-negatif aerobik.
Obat ini juga efektif untuk pengobatan meningitis oleh bakteri
Gram-negatif.10 Pemberian antibiotik ini saya setuju jika melihat
hasil laboratorium yang lebih mengarah ke infeksi bakteri. Namun
hal tersebut masih belum pasti sehingga kemungkinan infeksi akibat
bakteri juga masih besar namun belum diketahui apakah bakteri
Gram-positif atau Gram-negatif sehingga pemberian Cefotaxim sesuai
karena spektrumnya luas. Dosis Cefotaxim pada anak adalah 50-200
mg/kgBB/hari IV dalam 4-6 dosis.
50 mg x 11 kg = 550 mg
200 mg x 11 kg = 2200 mg
Dosis yang bisa diberikan pada pasien ini adalah 550 mg 2200 mg
per hari. Pemberian 3 x 250 mg IV perhari sudah sesuai dan berada
pada rentang dosis yang tepat.
Pada hari ketiga cefotaxim IV diganti dengan cefalexin 3x125mg
p.o., sefaleksin merupakan antibiotic golongan sefalosporin
generasi pertama. Dosis cefalexin adalah 25-50 mg/kgBB/hari dalam 4
dosis.1025 mg x 11 kg = 275 mg/hari
50 mg x 11 kg = 550 mg/hari
Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 275mg 550 mg
perhari. Jika 3x125 mg = 375 mg perhari, maka dosis yang diberikan
sudah tepat karena berada pada rentang dosis yang sesuai. C. Sanmol
(Paracetamol) 4x1cth. Sanmol syrup mengandung 120mg/5ml
parasetamol. 1 cth (sendok teh) = 5 ml. Parasetamol mempunyai efek
sebagai analgesik dan antipiretik.10 Pemberian antipiretik pada
pasien ini sangat dibutuhkan karena jika tidak diberikan
antipiretik di khawatirkan akan terjadi kejang kembali. Dosis
diberikan pada pasien ini berdasarkan konsensus penatalaksanaan
kejang demam tahun 2006 IDAI dosisnya 10-15 mg/kgBB/kali diberikan
3-4 kali sehari. 10 mg x 11 kg = 110 mg
15 mg x 11 kg = 165 mg
Dosis yang dapat diberikan pada pasien ini antara 110 mg 165 mg.
Dosis 1 cth diberikan 4 kali sehari sudah tepat.D. Mucopect 1/6
tablet + cetirizine 1 mg = 2x1 pulv. Mucopect merupakan nama dagang
dari Ambroksol sedangkan cetirizine. Ambroksol merupakan mukolitik
yaitu obat yang dapat mengencerkan sekret saluran nafas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari
sputum.11 Pemberian ambroksol ini sesuai mengingat pasien mengalami
ISPA dengan sekret hidung positif. Dosis ambroksol untuk anak
adalah 1,2 1,6 mg/kgBB/hari.1,2 x 11 kg = 13,2 mg
1,6 x 11 kg = 17,6 mg
Dosis yang dapat diberikan pada pasien ini antara 13,2 mg 17,6
mg per hari. Sediaan tablet yang ada adalah 30 mg. Jika diberikan
1/6 tablet maka dosis yang diberikan adalah 1/6 x 30 = 5mg/kali
diberikan 2x/hari = 10 mg perhari, hal ini menurut saya dirasa
kurang jika melihat rentang dosis yang dapa diberikan.
Cetirizine merupakan antihistamin 1 generasi kedua.10 Cetirizine
menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga
menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang
berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama. Pemberian obat
ini juga sesuai pada pasien yang mengalami ISPA karena bisa
mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh reaksi inflamasi. Dosis
cetirizine untuk anak usia 1-2 tahun adalah 250 mikrogram/kgbb, 2 x
sehari.7 250 mikrogram x 11 kg = 2750 mikrogram (2,75 mg).sediaan
yang ada adalah tablet 10 mg. Jika diberikan 1 mg hal ini menurut
saya dirasa kurang jika melihat dosis yang dibutuhkan sesuai umur
dan berat badan pasien.
Pemberian secara pulv (puyer) dilakukan untuk memudahkan
pemberian kepada pasien mengingat umur pasien yang baru 16 bulan
belum bisa untuk meminum obat tablet. E. Pada hari pertama pasien
diberikan nebulisasi NaCl 0,9%. Tujuan nebulisasi adalah untuk
mengencerkan sekret/dahak di saluran nafas dan paru-paru dengan
menggunakan uap hangat sehingga mudah dikeluarkan. Uap hangat
dihasilkan dari cairan (NaCl 0,9%) yang telah diproses dalam
nebulator. Bila perlu dapat ditambahkan dengan ventolin sebagai
bronkodilator. Idealnya Nebulisasi dilakukan tiap 6 jam bila perlu
sampai tiap 4 jam selama 10-15 menit. Hal ini sesuai untuk pasien
mengingat ISPA yang dialami pasien dengan secret hidung yang
positif.12F. Diazepam 3 x 1 mg pulv. Pada pasien ini diberikan
diazepam sesuai dengan kepustakaan bahwa pemberian diazepam oral
dianjurkan sebagai metode yang efektif dan aman untuk mengurangi
resiko kejang demam berulang. Pada mulanya setiap sakit demam
dengan dosis 0,3 mg/kgBB/8 jam diberikan selama sakit yang biasanya
pemberian 2-3 hari, karena memiliki efek samping yang ringan
dibandingkan antikonvulsan lain, tetapi pemberian diazepam ini
harus diperhatikan karena apabila pemberian dosis yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan efek samping sedasi, ataksia dan
iritabel.0,3 mg x 11kg = 3,3 mg/ 8 jam.
Jika hanya diberikan 1 mg tiap 8 jam menurut saya kurang jika
melihat dosis yang disesuaikan dengan umur dan berat badan
pasien.
5. Kesimpulan analisis kasus
Berdasarkan hasil analisis, saya setuju dengan diagnosis kejang
demam kompelks dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penatalaksanaan
pada pasien ini juga sudah sesuai hanya saja pada beberapa obat ada
yang dirasa dosisnya kurang.
Pemberian rumatan pada pasien ini dipertimbangkan karena kejang
berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Obat pilihan pertama
saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi
2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2
dosis; diberikan selama 1 tahun bebas kejang. Kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan. 6. PrognosisBerdasarkan
perjalanan penyakit dari pasien ini, prognosis dari pasien ini baik
karena tidak ada penurunan kesadaran dan tidak ada defisit
neurologis. Faktor risiko berulangnya kejang demam pada pasien ini
tetap ada walaupun hanya 10-15%. Faktor risiko epilepsi pada pasien
ini juga ada, meskipun hanya 4-6%.
7. Edukasi pada orang tuaa. Meyakinkan bahwa kejang demam
umumnya mempunyai prognosis baik.b. Memberitahukan cara penanganan
kejang.c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali.d. Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif
tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Daftar pustaka
1. Lumbantobing S M. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta
: Balai Penerbit FKUI, 2004.
2. Pusponegoro, Hardiono D.,dkk.Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta:Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia,2006.3. Nelson, Behrman, Kliegman, et al. Kejang-Kejang
pada Masa Anak dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak,Volume 3,edisi 15
,Jakarta:EGC,2000.Hal 2059-2063.4. Staf pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. Kejang Demam. Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:FKUI,2002. Hal :847-855.5. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Balita. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2002
6. Rahajoe Nastiti N, Supriyatno Bambang, Setyanto Darmawan
Budi. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2008.7. Soedarmo Sumarmo S. Poorwo, dkk. Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI. 20088. Soetomenggolo ,Buku Ajar Neurologi
Anak.Jakarta:EGC.1999. Hal 245-2519. Farmakologi dan Terapi ed. 5.
Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta : Gaya Baru, 2007.
BB/U = 02
TB/U= -20
BB/TB= 01
LK= -10
LLA= 01
Kesan Status Gizi : Gizi baik