Page 1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nomor CM : 153361
Nama : Ny. E W
Umur : 38 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku : Jawa
Golongan darah : O+
Agama : Islam
Alamat : Jalan Bacang RT 005/ RW 001 No. 363 Jakarta Timur
Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama
Tanggal Masuk : 26 Mei 2015
II. IDENTITAS SUAMI PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 41 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku : Jawa
Golongan darah : A+
Agama : Islam
Alamat : Jalan Bacang RT 005/ RW 001 No. 363 Jakarta Timur
Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama
1
Page 2
III. ANAMNESIS
( Autoanamnesis pada hari Selasa, 26 Mei 2015 Pkl 16.00 WIB )
Keluhan Utama :
Pasien wanita mengeluhkan nyeri pada daerah perut bagian atas ketika terjadi
kontraksi ± 1 jam SMRS.
Keluhan Tambahan :
Keluhan nyeri tersebut diakui pasien lebih dirasakan ketika pasien berjalan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah perut bagian atas ketika terjadi kontraksi.
Keluhan tersebut awal dirasakan ± 1 jam SMRS. Pasien mengakui sedang hamil kedua
dengan usia kehamilan saat ini 30 minggu. Kontraksi dirasakan pasien terjadi setiap 10
menit sekali dengan lamanya frekuensi setiap kontraksi 1-2 menit. Ketika kontraksi
terjadi pasien sulit untuk melakukan kegiatan dan hanya bisa terduduk untuk mengurangi
rasa nyeri tersebut hingga kontraksi selesai. Pasien mengakui rajin mengkonsumsi
vitamin yang diberikan oleh dokter dan pasien mengakui rajin memeriksakan
kandungannya ke dokter spesialis kandungan. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal
serupa pada kehamilan yang pertama. Keluhan tersebut tidak disertai keluhan mual atau
muntah, keluar cairan ataupun keluar lendir darah dari kemaluan pasien. BAK dan BAB
diakui pasien dalam batas normal.
Riwayat Haid :
o Menarche : Usia 15 tahun
o Haid : Teratur
o Siklus : 28 hari
o Lama haid : 5-7 hari
o Banyaknya haid : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari
o Nyeri haid : tidak ada (-)
o Riwayat keputihan : tidak ada (-)
2
Page 3
o HPHT : 23 Oktober 2014
o Taksiran partus : 30 Juli 2015
Riwayat Obstetri :
No.Tanggal Partus
Tempat Partus
Umur Kehamilan
Jenis Partus
Penolong PenyulitJK
AnakBBL(gr)
PB(cm)
Keadaan saat ini
1 20 Sept 2013 RS 40 minggu SC DokterInfertilitas
PrimerL 3250 51 Sehat
2Hamil
sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal
Maag Kronis disangkal
Infeksi saluran kemih disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat alergi makanan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat keganasan disangkal
III . PEMERIKSAAN FISIK
(Selasa, 26 Mei 2015 Pkl 16.00 WIB)
Status Generalis
o Keadaan umum : Baik
o Kesadaran : Compos Mentis
o Tinggi Badan : 162 cm
o Berat Badan : 65 kg
3
Page 4
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 84x/menit, teratur
o Pernapasan : 20x/menit, teratur
o Suhu : 36,7° C
o Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) , Sklera Ikterik (-/-)
o Jantung : BJ I-II Regular, Murmur (-), Gallop (-)
o Paru : Suara Napas Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
o Abdomen : cembung, BU + normal, supel, nyeri tekan (-)
o Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2”
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 28 cm
Leopold II : Teraba punggung janin pada bagian kiri.
Leopold III : Teraba bagian kepala janin.
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul (5/5).
DJJ : 142 denyut dalam 1 menit
His : 1x/10 menit
Genitalia
Inspeksi : Vulva dan urethra tenang
Inspekulo : Porsio licin, ostium uteri eksternum tertutup, spotting (-), fluor albus (-)
Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Rencana pemeriksaan
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan CTG
4
Page 5
V. RESUME
Wanita berusia 38 tahun, mengakui sedang hamil yang kedua dengan usia
kehamilan saat ini 30 minggu datang dengan keluhan nyeri saat kontraksi yang diawali ±
1 jam SMRS, keluhan tersebut dirasakan memberat jika pasien berjalan. Pasien pernah
mengalami hal serupa pada kehamilan yang pertama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien dalam keadaan baik dan
status generalis pasien didapatkan dalam batas normal.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Ibu
G2P1A0 Hamil 30 minggu 5 hari dengan Kontraksi.
Diagnosis Janin
Janin tunggal hidup dengan presentasi kepala.
VII. PROGNOSIS
Prognosis ibu
o Ad vitam : ad bonam
o Ad fungsionam : ad bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
Prognosis janin
o Ad vitam : dubia ad bonam
o Ad fungsionam : dubia ad bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
VIII. PENATALAKSANAAN AWAL
Pasien diistirahatkan dan diperhatikan pemeriksaan tanda-tanda vital
Rencana Terapi
o Pemberian Tokolitik : Tab Nifedipin 4 x 10 mg
5
Page 6
Rencana Edukasi : Edukasi tanda-tanda inpartu
IX. ANALISA KASUS
Pada kasus ini didapatkan pasien wanita berusia 38 tahun dengan G2P1A0 Hamil
30 minggu 5 hari datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan nyeri saat terjadi
kontraksi ±1 jam SMRS. Kontraksi dirasakan pasien terjadi setiap 10 menit sekali dengan
lamanya frekuensi setiap kontraksi 1-2 menit. Ketika kontraksi terjadi pasien sulit untuk
melakukan kegiatan dan hanya bisa terduduk untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
hingga kontraksi selesai. Pasien mengakui rajin memeriksakan kandungannya ke dokter
spesialis kandungan. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa pada kehamilan
yang pertama. Keluhan tersebut tidak disertai keluhan mual atau muntah, keluar cairan
ataupun keluar lendir darah dari kemaluan pasien. BAK dan BAB diakui pasien dalam
batas normal. Hari pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 23 Oktober 2014.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa kehamilan pasien sudah memasuki
minggu ke 30. Menurut Alvarez dan Caldeyro-Barcia, uterus sudah mengalami kontraksi
yang tidak teratur sejak trimester pertama kehamilan dan normalnya kontraksi tersebut
tidak nyeri. Pada trimester kedua, kontraksi-kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Karena yang pertamakali memperhatikan fenomena ini adalah J.
Braxton Hicks pada tahun 1972, maka kontraksi ini dikenal sesuai namanya. Timbulnya
kontraksi ini tidak dapat diperkirakan dan bersifat sporadic, biasanya tidak ritmik, dan
intensitasnya bervariasi. Sampai bulan terakhir kehamilan, kontraksi Braxton Hicks tidak
sering terjadi tetapi frekuensinya akan meningkat selama satu atau dua minggu terakhir.
Pada kehamilan lanjut, kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak enak dan
menyebabkan apa yang disebut dengan persalinan palsu. Aktivitas uterus meningkat
secara bertahap setelah 30 minggu dan penting untuk diketahui bahwa kontraksi Braxton
Hicks juga meningkat intensitas dan frekuensinya. Peningkatan aktivitas uterus lebih
lanjut merupakan hal yang khas pada minggu-minggu terakhir kehamilan, yang bisa juga
disebut dengan prapersalinan. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa keluhan lain yang
dapat memperberat keadaan seperti keluar cairan atau lendir darah dari daerah kemaluan
pasien disangkal.
6
Page 7
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan keadaan pasien dalam keadaan
yang stabil. Dari pemeriksaan palpasi abdomen diketahui tinggi fundus uteri 28 cm
dengan janin tunggal hidup letak punggung sebelah kiri dan presentasi kepala. Pada
pemeriksaan Doppler diketahui Denyut Jantung Janin 142 denyut per menit. Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan portio licin, ostium uteri eksternum dalam keadaan
tertutup, keputihan tidak ditemukan, dan bercak darah tidak ditemukan. Dari pemeriksaan
ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan pada ibu maupun
pada janin.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, pasien di
diagnosis dengan G2P1A0 hamil 30 minggu 5 hari dengan Kontraksi. Tatalaksana yang
dilakukan adalah posisikan pasien dalam keadaan istirahat dan senyaman mungkin.
Berikan edukasi mengenai kontraksi yang dialaminya tersebut dan berikan obat tokolitik
untuk mengurangi frekuensi terjadinya kontraksi. Target utama adalah pasien bebas dari
kontraksi. Pasien di observasi selama 6 jam dan setelah target tercapai, pasien dapat
dipulangkan dengan sebelumnya diberikan edukasi untuk tanda-tanda terjadinya inpartu
dan diberikan motivasi untuk rutin dalam pemeriksaan antenatal care.
7
Page 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Kontraksi atau His adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara
bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan
lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu. Kontraksi menyebabkan serviks membuka
secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu
dengan rahim.
Perubahan ini memungkinkan janin bisa melewati jalan lahir dan Pembukaan
serviks His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah)
tanggal perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak
diketahui. Mungkin karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh
kelenjar hipofisa dan menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan). Persalinan
biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan
pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam). Show (sejumlah kecil
darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya merupakan petunjuk bahwa
persalinan segera dimulai; tetapi show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi dimulai.
Kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban mengalir
melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokter atau bidan.
Sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan
spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai
dan keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi
resiko infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim. Infeksi bisa
menyerang ibu maupun bayinya. Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan
oksitosin atau obat yang serupa. Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa
merasakan his palsu atau kontrksi rahim yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi
8
Page 9
Braxton Hicks. Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada
sore hari.
Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari his palsu. Biasanya his palsu
tidak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui
perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam. Pada
pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandakan
dimulainya proses persalinan.
B. KONTRAKSI MASA HAMIL
kontraksi tidak hanya terjadi menjelang persalinan. Banyak jenis kontraksi yang terjadi
selama kehamilan itu sendiri berlangsung. Berikut adalah beberapa jenis kontraksi yang
terjadi selama masa kehamilan:
1. Kontraksi Dini. Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal-awal kehamilan atai saat
trimester pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang dalam
proses penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. Kontraksi
terjadi akibat meregangnya ligamen di sekitar rahim biasanya diikuti oleh perut
kembung, konstipasi dan dehidrasi. Tetapi bila kontraksi berlanjut dan disertai dengan
pengeluaran pervaginan maka di perlukan :
PENATALAKSANAAN :
Bedrest
Pemberian TOKOLITIK berkolaborasi dengan Dokter OBGYN seperti
Duvadilan tab atau injeksi
Proluton depot
Pemeriksaan darah dan urine
Pemberian pengobatan bila ada kelainan pada hasil pemeriksaan tetap
berkolaborasi dengan dokter OBGYN
9
Page 10
2. Kontraksi Palsu. Jenis kontraksi ini biasa disebut dengan istilah Braxton-Hicks.
Kontraksi ini ditemukan pada tahun 1872 oleh ahli kebidanan Inggris, John Braxton
Hicks. Kontraksi braxton hicks adalah kontraksi otot rahim selama 30-60 detik atau
selama 2 menit. Braxton-hiks disebut juga 'latihan kontraksi' karena kontraksi ini
akan menyiapkan ibu untuk kontraksi yang sebenarnya. Ibu juga bisa berlatih
bernapas ketika kontraksi ini datang.Braxton-hicks umumnya terjadi pada trimester
kedua namun lebih umum terjadi pada trimester ketiga.
Kontraksi braxton-hicks adalah kontraksi yang :
memiliki intensitas ireguler
tidak teratur
tidak dapat dipredikasi
tidak ritmik
lebih seperti tidak nyaman dibandingkan sakit
tidak meningkat baik intensitas maupun frekuensi
kontraksi ini perlahan-lahan akan menghilang
Kontraksi braxton-hicks diperkirakan berkaitan dengan tonus otot rahim dan aliran
darah ke plasenta (ari-ari). Beberapa pakar menyatakan bahwa kontraksi ini tidak
berhubungan dengan dilatasi serviks (pelebaran leher rahim) namun berhubungan
dengan melunaknya leher rahim. Beberapa pemicu yang dapat menyebabkan
kontraksi braxton-hicks adalah :
Pada saat bayi anda sedang aktif
Ketika kandung kecing penuh
Setelah berhubungan intim (sperma mengandung Prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi ).
Dehidrasi atau kekurangan cairan.
Keletihan setelah membawa beban berat.
Yang dapat ibu lakukan ketika kontraksi ini terjadi adalah :
Rubahlah posisi ibu; berbaringlah bila sebelumnya ibu sedang berdiri atau
berjalanlah bila sebelumnya ibu sedang duduk / berbaring
10
Page 11
Mandi air hangat selama 30 menit / lebih
Minumlah segelas air karena kontraksi dapat disebabkan oleh dehidrasi
Minum segelas air teh hangat / susu hangat
Bila kontraksi berlanjut dan usia kehamilan kurang dari 36 minggu maka
penanganananya seperti pada kontraksi dini.
3. Kontraksi Sebenarnya. Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan. Kontraksi
berlangsung selama 40-60 detik, terjadi di setiap 10 samai 20 menit atau satu jam,
kemudian kontraksi terjadi menjadi lebih sering. Kontraksi sebenarnya akan diikuti
oleh pembukaan mulut rahim, keluarnya cairan atau lendir yang bercampur darah
yang berwarna kecoklatan yang merupakan sebagai sumbatan lendir atau mukus pada
leher rahim.
C. KONTRAKSI MASA PERSALINAN
Kontraksi di atas termasuk ke dalam kontraksi normal dan biasa terjadi pada masa
kehamilan. Dan biasanya akan merujuk pada persalinan normal.
1. Kontraksi normal yaitu :
a. Tonus otot rahim di luar his tidak seberapa tinggi lalu meningkat pada waktu
his.Pada kala pembukaan serviks ada dua fase yang digambarkan pada
servikogram menurut Friedman yaitu :
Fase laten
Fase aktif
b. Kontraksi otot rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau
sebelah kiri, lalu menjalar ke seluruh otot rahim.
c. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian -
bagian lain. Bagian tengah berkontraksi lebih lambat, singkat an tidak sekuat
fundus uteri. Bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau
hanya berkontraksi sangat lemah.
11
Page 12
d. Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya atau relaksasinya serta
sakitnya. (Hanifah Winkjosastro, 2007)
2. Pembagian –pembagian dan sifat-sifatnya :
a. Kontraksi ( his ) pendahuluan
His tidak kuat atau tidak teratur
Menyebabkan show
b. His pembukaan (kala I)
His pembukaan servik sampai terjadi lengkap 10 cm
Mulai kuat, teratur dan sakit
c. His pengeluaran (kala II)
Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, sangat lama
His untuk mengeluarkan janin, koordinasi bersama antara : his kontraksi otot
perut, kontraksi diafragma dan ligament
d. His pelepasan uri (kala III)
Kontraksi sedang untuk pelepasan dan melahirkan plasenta.
e. His pengiring (kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam
atau hari. (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 2002)
Namun ada beberapa jenis kontraksi abnormal yang terjadi menjelang persalinan,
Kelainan his terutama ditemukan pada prigmigrapida tua. Pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herrediter mungkin memegang
peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh factor emosi(ketakutan dan lain-
lain) mempengaruhi kelainan his. Belum ada persesuaian paham antara para ahli. Satu
sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian
bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada
kelainan letak janin atau pada disproporsi sevalopelvik. Peregangan rahim yang
berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat nerupakan penyebab
dari inersia uteri yang murni. gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional,
misalnya uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi
12
Page 13
pada sebagian besar kasus, kurang lebih separuhnya penyebab inersia uteri ini tidak
diketahui.
3. Jenis – Jenis Kelainan Kontraksi (HIS)
a. Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 2010).
1) His Hipotonik ( Inersia Uteri )
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak
pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak
berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his
normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama
dan terjadi pada kala I fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada
kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian
terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang
ditemukan.Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan waktu
persalinan.
13
Page 14
2) His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya
normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio
uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin
dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan
lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah
terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu
singkat.
3) His Yang Tidak Terkordinasi
Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic
Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak
adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan
his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
b. Etiologi
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (2010) penyebab inersia uteri yaitu
1) Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida
tua.
2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
3) Faktor herediter
14
Page 15
4) Faktor emosi dan ketakutan
5) Salah pimpinan persalinan
6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus,
seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik
7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8) Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion
10) Kehamilan postmatur
c. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan yang lama oleh sebab apapun, keadaan wanita
yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama
1) Tekanan darah (TD) diukur setiap empat jam, atau apabila ada gejala
preeklamsi pemeriksaan harus dilakukan dengan lebih sering.
2) DJJ dicatat setiap !/2 jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II
3) Kaji adanya kemungkinan dehidrasi dan asidosis
4) Indikasikan tindakan pembedahan dengan nercosis apabila diperlukan.
5) Pemberian makanan dalam bentuk cairan
6) Pemberian infus larutan glukosa 5% dan larutan nacl isotonic melalui IV
secara bergantian
7) Pemberian pretidin 50 mg dapat diulang untuk mengurangi nyeri Pada kala I
dapat diberikan morfin 10 mg.
8) Pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan meminimalkan resiko infeksi
9) Perhatikan keadaan ketuban sudah pecah atau belum
Inersia Uteri
Periksa keadaan serviks, presentasi dari posisi janin, turunnya bagia terbawah
janin dan keadaan panggul. Kemudian menentukan sikap dan tindakan yang akan
dikerjakan. Misalnya pada letak kepala :
1) Berikan oksitosin drips 5-10 saruan dalam 500 cc dekstrosa 5% dimulai
dengan 12 tetes per menit. tujuannya supaya serviks dapat membuka.
15
Page 16
2) Pemberian oksitosin tidak usah terus-menerus, sebab apabila setelah beberapa
lama pemberian oksitosin tidak memperkuat his maka sebaiknya pemberian
oksitosin dihentikan dan ibu dianjurkan untuk istirahat. pada malam hari
pemberian obat penenang, misalnya valium 10 mg dan keesokan harinya
dapat diulang lagi dengan pemberian oksitosin.
3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya
dilakukan SC
4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah, dan
partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada prigmagravida dan lebih dari
18 jam pada multigravida, pemberian oksitosin drips tidak perlu dilakukan.
sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetric lainnya (ekstrasi vakum atau forsep atau SC)
Uteri His Terlalu Kuat (Tetania)
1) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya jika diindikasikan
janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam)
2) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan
dengan SC
3) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin
lahir dengan tiba-tiba.
4) Pada wanita yang berisiko mengalami partus presipitatus berulang,
sebaiknya wanita dirawat sebelum persalinan. Sehimgga pengawasan
dapat dilakukan dengan baik.pada waktu persalinan, keadaan diawasi
dengan cermat dan episiotomy dilakukan pada waktu yang tepat untuk
menghindari terjadinya rupture perinea.
Incoordinate Uterine Action
1) Untuk mengurangi rasa sakit, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang
(sedative analgesik) seperti morfin, petidin dan valium.
2) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut,
selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan hasil evaluasi,
dengan ekstraksi vakum, forssep dan SC. (Hanifah Winkjosastro, 2005)
16
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, et al. Obstetric William; alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko Suyono,
Brahm U. Pendit; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto et al. Ed. 21. Jakarta:
EGC. 2005.
2. Sarwono Prawiroharjo, Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. 2010.
3. Sarwono Prawiroharjo, Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. 2007.
17