BAB I PENDAHULUAN Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh- pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatosit) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma). Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah, yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tertinggi hepatitis virus. HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah endemik infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua populasi, kasus HCC laki-laki lebih banyak (dua-empat kali lipat) daripada kasus HCC perempuan. Faktor risiko penyebab HCC yang tersering adalah hepatitis B kronik, hepatitis C kronik, sirosis hati, aflatoksin dan Tyrosinemia herediter. Sedangkan kontrasespsi oral, steroid anabolik, alkohol dan 1-antytripsin defciency merupukan faktor risiko yang mungkin menyebabkan HCC. Gejala 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati.
Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel
yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan
sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatosit) membentuk sampai
80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90
sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular
cancer) atau Karsinoma (carcinoma).
Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di negara berkembang seperti Asia
Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah, yang diketahui sebagai wilayah dengan
prevalensi tertinggi hepatitis virus. HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di
wilayah endemik infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua
populasi, kasus HCC laki-laki lebih banyak (dua-empat kali lipat) daripada kasus HCC
perempuan.
Faktor risiko penyebab HCC yang tersering adalah hepatitis B kronik, hepatitis C
kronik, sirosis hati, aflatoksin dan Tyrosinemia herediter. Sedangkan kontrasespsi oral,
steroid anabolik, alkohol dan 1-antytripsin defciency merupukan faktor risiko yang
mungkin menyebabkan HCC. Gejala klinis HCC pada stadium awal biasanya
asimtomatis, pada stadium lanjut tidak dikenal tanda patognomonis, keluhan dapat berupa
penurunan berat badan, nyeri abdomen, fatique, anoreksia, mual, sebah dan nafsu makan
menurun.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari
hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari
tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-
pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati
(hepatosit) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-
kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut
kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma).
Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel
hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan.
Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim
atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
2.2 Epidemiologi
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta menempati
peringkat kelima pada laki-laki dan peringkat kesembilan pada perempuan sebagai
kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran cerna setelah
kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematian HCC juga sangat tinggi,
urutan kedua setelah kanker prankeas.
Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di negara berkembang seperti
Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah, yang diketahui sebagai
wilayah dengan prevalensi tertinggi hepatitis virus. HCC jarang ditemukan pada
usia muda, kecuali di wilayah endemik infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi
HBV perinatal. Pada semua populasi, kasus HCC laki-laki lebih banyak (dua-empat
kali lipat) daripada kasus HCC perempuan.
2.3 Etiologi
2
A. Infeksi Hepatitis B
Peran infeksi virus hepatitis B (HBV) dalam menyebabkan kanker hati telah
ditegakkan dengan baik. Beberapa bukti menunjukkan hubungan yang kuat.
Seperti dicatat lebih awal, frekwensi kanker hati berhubungan dengan (berkorelasi
dengan) frekwensi infeksi virus hepatitis B kronis. Sebagai tambahan, pasien-
pasien dengan virus hepatitis B yang berada pada risiko yang paling tinggi untuk
kanker hati adalah pria-pria dengan sirosis, virus hepatitis B dan riwayat kanker
hati keluarga. Mungkin bukti yang paling meyakinkan, bagaimanapun, datang dari
suatu studi prospektif yang dilakukan pada tahun 1970 di Taiwan yang melibatkan
pegawai-pegawai pemerintah pria yang berumur lebih dari 40 tahun. Pada studi-
studi ini, penyelidik-penyelidik menemukan bahwa risiko mengembangkan
kanker hati adalah 200 kali lebih tinggi diantara pegawai-pegawai yang
mempunyai virus hepatitis B kronis dibandingkan dengan pegawai-pegawai tanpa
virus hepatitis B kronis.
Pada pasien-pasien dengan keduanya virus hepatitis B kronis dan kanker
hati, material genetik dari virus hepatitis B seringkali ditemukan menjadi bagian
dari material genetik sel-sel kanker. Diperkirakan, oleh karenanya, bahwa daerah-
daerah tertentu dari genom virus hepatitis B (kode genetik) masuk ke material
genetik dari sel-sel hati. Material genetik virus hepatitis B ini mungkin kemudian
mengacaukan/mengganggu material genetik yang normal dalam sel-sel hati,
dengan demikian menyebabkan sel-sel hati menjadi bersifat kanker.
B. Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan perkembangan
kanker hati. Di Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai dengan 75% dari
kasus-kasus kanker hati. Seperti dengan virus hepatitis B, kebanyakan dari pasien-
pasien virus hepatitis C dengan kanker hati mempunyai sirosis yang berkaitan
dengannya. Pada beberapa studi-studi retrospektif-retrospektif (melihat
kebelakang dan kedepan dalam waktu) dari sejarah alami hepatitis C, waktu rata-
rata untuk mengembangkan kanker hati setelah paparan pada virus hepatitis C
adalah kira-kira 28 tahun. Kanker hati terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun setelah
3
perkembangan sirosis pada pasien-pasien ini dengan hepatitis C. Beberapa studi –
studi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati pada
pasien-pasien virus hepatitis C yang ber-sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per
tahun.
Pada pasien-pasien cirus hepatitis C, factor – factor risiko mengembangkan
kanker hati termasuk kehadiran sirosis, umur yang lebih tua, jenis kelamin laki,
kenaikkan tingkat dasar alpha-fetoprotein (suatu penanda tumor darah),
penggunaan alkohol, dan infeksi berbarengan dengan virus hepatitis B. Beberapa
studi-studi yang lebih awal menyarankan bahwa genotype 1b (suatu genotype
yang umum di Amerika) virus hepatitis C mungkin adalah suatu faktor risiko,
namun studi-studi yang lebih akhir ini tidak mendukung penemuan ini.
Caranya virus hepatitis C menyebabkan kanker hati tidak dimengerti dengan
baik. Tidak seperti virus hepatitis B, material genetik virus hepatitis C tidak
dimasukkan secara langsung kedalam material genetik sel-sel hati. Diketahui,
bagaimanapun, bahwa sirosis dari segala penyebab adalah suatu faktor risiko
mengembangkan kanker hati. Telah diargumentasikan, oleh karenanya, bahwa
virus hepatitis C, yang menyebabkan sirosis hati, adalah suatu penyebab yang
tidak langsung dari kanker hati.
Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis
C kronis yang menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah disarankan bahwa
protein inti (pusat) dari virus hepatitis C adalah tertuduh pada pengembangan
kanker hati. Protein inti sendiri (suatu bagian dari virus hepatitis C) diperkirakan
menghalangi proses alami kematian sel atau mengganggu fungsi dari suatu gen
(gen p53) penekan tumor yang normal. Akibat dari aksi-aksi ini adalah bahwa sel-
sel hati terus berlanjut hidup dan reproduksi tanpa pengendalian-pengendalian
normal, yang adalah apa yang terjadi pada kanker.
C. Alkohol
Sirosis yang disebabkan oleh konsumsi alkohol yang kronis adalah
hubungan yang paling umum dari kanker hati di dunia (negara – negara) yang
telah berkembang.
4
Tatacara yang biasa adalah suatu individu dengan sirosis akhoholik yang
telah menghentikan minum untuk waktu 10 tahun, dan kemudian
mengembangkan kanker hati. Itu agaknya tidak umum untuk pecandu minuman
alkohol yang minum secara aktif untuk mengembangkan kanker hati. Yang terjadi
adalah bahwa ketika minum alkohol dihentikan, sel-sel hati mencoba untuk
sembuh dengan regenerasi/reproduksi. Adalah selama regenerasi yang aktif ini
bahwa suatu perubahan genetik (mutasi) yang menghasilkan kanker dapat terjadi,
yang menerangkan kejadian kanker hati setelah minum alkohol dihentikan.
Pasien – pasien yang minum secara aktif adalah lebih mungkin untuk
meninggal dari komplikasi – komplikasi yang tidak berhubungan dengan kanker
dari penyakit hati alkoholik (contohnya gagal hati). Tentu saja, pasien-pasien
dengan sirosis alkoholik yang meninggal dari kanker hati adalah kira-kira 10
tahun lebih tua daripada pasien-pasien yang meninggal dari penyebab-penyebab
yang bukan kanker. Akhirnya, seperti dicatat diatas, alkohol menambah pada
risiko mengembangkan kanker hati pada pasien-pasien dengan infeksi-infeksi
virus hepatitis C atau virus hepatitis B yang kronis.
D. Aflatoxin B1
Aflatoxin B1 adalah kimia yang diketahui paling berpotensi membentuk
kanker hati. Ia adalah suatu produk dari suatu jamur yang disebut Aspergillus
flavus, yang ditemukan dalam makanan yang telah tersimpan dalam suatu
lingkungan yang panas dan lembab. Jamur ini ditemukan pada makanan seperti
kacang tanah, beras, kacang kedelai, jagung, dan gandum. Aflatoxin B1 telah
dilibatkan pada perkembangan kanker hati di China Selatan dan Afrika Sub-
Sahara. Ia diperkirakan menyebabkan kanker dengan menghasilkan perubahan-
perubahan (mutasi-mutasi) pada gen p53. Mutasi-mutasi ini bekerja dengan
mengganggu fungsi-fungsi penekan tumor yang penting dari gen.
E. Obat-Obat Terlarang, Obat-Obatan, dan Kimia-Kimia
Tidak ada obat-obat yang menyebabkan kanker hati, namun hormon-
hormon wanita (estrogens) dan steroid-steroid pembentuk protein (anabolic)
dihubungkan dengan pengembangan hepatic adenomas. Ini adalah tumor-tumor
hati yang ramah/jinak yang mungkin mempunyai potensi untuk menjadi ganas
5
(bersifat kanker). Jadi, pada beberapa individu-individu, hepatic adenoma dapat
berkembang menjadi kanker.
Kimia-kimia tertentu dikaitkan dengan tipe-tipe lain dari kanker yang
ditemukan pada hati. Contohnya, thorotrast, suatu agen kontras yang dahulu
digunakan untuk pencitraan (imaging), menyebabkan suatu kanker dari
pembuluh-pembuluh darah dalam hati yang disebut hepatic angiosarcoma. Juga,
vinyl chloride, suatu senyawa yang digunakan dalam industri plastik, dapat
menyebabkan hepatic angiosarcomas yang tampak beberapa tahun setelah
paparan.
F. Sirosis
Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada pada
risiko yang meningkat mengembangkan kanker hati. Sebagai tambahan pada
kondisi-kondisi yang digambarkan diatas (hepatitis B, hepatitis C, alkohol, dan
hemochromatosis), kekurangan alpha 1 anti-trypsin, suatu kondisi yang
diturunkan/diwariskan yang dapat menyebabkan emphysema dan sirosis, mungkin
menjurus pada kanker hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat dengan
tyrosinemia keturunan, suatu kelainan biokimia pada masa kanak-kanak yang
berakibat pada sirosis dini.
Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan dengan
kanker hati daripada penyebab-penyebab lainnya. Contohnya, kanker hati jarang
terlihat dengan sirosis pada penyakit Wilson (metabolisme tembaga yang
abnormal) atau primary sclerosing cholangitis (luka parut dan penyempitan
pembuluh-pembuluh empedu yang kronis). Begitu juga biasanya diperkirakan
bahwa kanker hati adalah jarang ditemukan pada primary biliary cirrhosis (PBC).
Studi-studi akhir ini, bagaimanapun, menunjukan bahwa frekwensi kanker hati
pada PBC adalah sebanding dengan yang pada bentuk-bentuk lain sirosis.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme hepatokarsinogenesis tidak sepenuhnya dipahami . Namun ,
seperti kebanyakan tumor solid lainnya, pengembangan dan perkembangan kanker
hati yang diyakini disebabkan oleh akumulasi perubahan genetik yang
6
mengakibatkan perubahan ekspresi pada gen yang terkait kanker , seperti onkogen
atau gen supresor tumor , serta gen lainnya yang terlibat dalam jalur regulasi.
Karsinoma hepatoseluler merupakan salah satu tumor dengan faktor etiologi
yang paling dikenal. Karsinoma hepatoseluler umumnya merupakan perkembangan
dari hepatitis kronis atau sirosis di mana ada mekanisme peradangan terus menerus
dan regenerasi dari sel hepatosit.18 Cedera hati kronis yang disebabkan oleh HBV,
HCV, konsumsi alkohol yang kronis, steatohepatitis alkohol, hemokromatosis
genetik, sirosis bilaris primer dan adanya defisiensi α-1 antitrypsin menyebabkan
kerusakan hepatosit permanen yang diikuti dengan kompensasi besar-besaran oleh
sel proliferasi dan regenerasi dalam menanggapi stimulasi sitokin. Akhirnya,
fibrosis dan sirosis berkembang dalam pengaturan remodelling hati secara
permanen, terutama didorong oleh sintesis komponen matriks ekstraseluler dari sel-
sel stellata hati.
Dalam lingkungan yang bersifat karsinogenik, perkembangan nodul
hiperplastik dan displastik akan segera menjadi kondisi pre-neoplastik. Namun,
diduga akumulasi dari berbagai peristiwa molekuler yang berurutan pada berbagai
tahap penyakit hati ( jaringan normal hati , hepatitis kronis , sirosis , nodul
hiperplastik dan displastik dan kanker ) hanya dipahami secara parsial saja.
Patogenesis secara molekul dari karsinoma hepatoseluler melibatkan genetik atau
terjadi penyimpangan epigenetik yang berbeda dan terdapat perubahan dalam
beberapa jalur sinyal yang mengarah pada heterogenitas penyakit dalam hal
biologis dan perilaku klinis. Bukti saat ini menunjukkan bahwa dalam
hepatokarsinogenesis, terdapat dua mekanisme utama yang terlibat, yaitu sirosis
dan yang berhubungan dengan regenerasi hati setelah adanya kerusakan hati kronis
yang disebabkan oleh beberapa faktor (infeksi hepatitis, toksin atau gangguan
metabolisme), serta adanya sejumlah mutasi DNA yang menyebabkan gangguan
dari keseimbangan onkogenesis-onkosupresor dari sel yang mengarah ke
perkembangan sel-sel neoplastik. Beberapa jalur penting dari sinyal seluler telah
diamati menjadi bagian dari keterlibatan onkogenetic pada karsinoma
hepatoseluler. Jalur sinyal utama pada karsinoma hepatoseluler adalah RAF /
Cirrhosis hepatis dengan HCC (beberapa dengan necrosis central) dan abundant ascites,
splenomegali, serta pembentukan tumor trombus pada vena porta tanpa tanda-tanda
hipertensi porta.
Resume
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan perut terasa membesar sejak 4
bulan SMRS. Pasien mengeluh melena sejak 5 hari yang lalu. Pasien merasa sesak, serta
edema pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan fisik terdapat konjungtiva anemis dan
asites. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan penurunan Hb, 9.9 g/dl, penurunan
albumin 2,51 g/dl dan peningkatan ureum 81,1 g/dl. Pada pemeriksaan USG Abdomen
terdapat gambaran sirosis hepatis dengan HCC, abundan asites, splenomegalidan
pembentukan tumor trombus pada vena porta.
ANALISA KASUSDaftar Masalah
26
Karsinoma Hepatoseluler
Atas Dasar
• Terdapat keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites, melena, dan
edema pada tungkai
• Pada hasil kimia darah, terdapat penurunan albumin
• Pada USG abdomen, terdapat gambaran HCC, splenomegali, abundant asites
Assessment
• Karsinoma Hepatoseluler
Planing
• Tumor marker (Alfa-fetoprotein), CT-scan
• Terapi :
– Spironolakton 1 x1
– Furosemid 3 x 2
– Tindakan bedah atau non-bedah
Anemia
Atas Dasar
• Riwayat BAB hitam sejak 5 hari
• Anemis
• Kadar Hb 9,9
Assessment
• Anemia e.c Melena
Planing
• Hb Rutin
• Terapi :
– Transfusi
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Rifai A., 1996. Karsinoma Hati. dalam Soeparman (ed). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Singgih B., Datau E.A., 2006, Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal. Diakses dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_150_HepatomaHepatorenal.pdf/08_150_HepatomaHepatorenal.html
3. Jacobson R.D., 2009. Hepatocelluler Carcinoma. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/369226-overview
4. Anonym, 2009. Kanker Hati. Diakses dari http://www.totalkesehatananda.com/kankerhati.html
5. Bangfad, 2008. Hepatoma. Diakses dari http://info-medis.blogspot.com/2008/11/hepatoma-karsinoma-hepatoseluler.html
6. Abdul Rasyad. 2006. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer. USU Press. Sumatra.
7. Tariq Parvez., Babar Parvez., and Khurram Parvaiz et al. Screening for Hepatocellular Carcinoma. Jounal JCPSP September 2004 Volume 14 No. 09.
8. Soresi M., Maglirisi C., Campgna P., et al. Alphafetoprotein in the diagnosis of hepatocellular carcinoma. Anticancer Research. 2003;23;1747-53.
9. Rasyid A. Temuan Ultrasonografi Kanker Hati Hepato Selular (Hepatoma). The Journal of Medical School University of Sumatera Utara. Vol 39. No 2 Juni 2006.
10. Richard L. Baron, M.D. and Mark S. Peterson M.D. Screening the Cirrhotic Liver for Hepatocellular Carcinoma with CT and MR Imaging: Opportunities and Pitfalls. RSNA 2001 Volume 21: 117 – 132.
11. Bolondi L., Gaiani S., Celli N., Golfieri R., et al. Characterization of small nodules in cirrhosis by assessment of vascularity: The problem of hypovascular hepatocellular carcinoma. Hepatology 2005; 42: 27 – 34.
12. S. D. Ryder. Guidelines for the diagnosis and treatment of hepatocellular carcinoma (HCC) in adults. Gut 2003; 52 – 56.
13. Abdul Rasyid. Satu Kasus Karsinoma Hepato Selular Diameter Lebih dari 10 cm Diagnostik dan Terapi. Majalah Radiologi Indonesia Thn III No. 1 1994.
14. Rasad S., 2005. Radiologi Diagnostik. FKUI; Jakarta.