Top Banner
SUTRISNO Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Kampung Wisata (Studi Kasus Kampung Wisata Santan) ABSTRACT This study aimed to analyze predisposi- tion (readiness), especially understanding and attitudes towards the tourist village program and to analyze community participation in the declaration and plan of participation in the program tourist village. The experiment was conducted in the village (Kampung) Santan Village Guwosari, Pajangan Bantul. Respondents are determined by the census. The results showed general cognitive understanding people’s understanding of the tourist village, the knowledge of the planning and launching of Kampung Dusun Santan as Tourism is still largely lacking (only know a little bit). This is due to the constraints of socialization and domina- tion of the village leaders in planning the tourist village less evenly involve villagers. Once people get the socialization though still very limited, affective response was very positive and support the tourist village. They hoped that Kampung Santan be more advanced and increased economy. Public participation in the tourist village program showed improved symptoms, ranging from participa- tion since the planning, at the time of the declaration and the time after the launching. Forms of participation can be seen from the amount of involve- ment of communities themselves and plan the most desirable programs. Tourism Village program were most interested in the community is the provision of infrastructure, because the program is expected to bring direct benefits to the community. It is recommended that the socialization and solidarity of citizens needs to be improved so that participation can be improved. Keywords: predisposition, response, participation, tourist village. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis predisposisi (kesiapan), terutama pemahaman dan sikap masyarakat terhadap program kampung wisata, serta menganalisis partisipasi masyarakat dalam pencanangan dan rencana partisipasi dalam program kampung wisata. Penelitian dilaksanakan di Dusun (Kampung) Santan, Desa Guwosari, Pajangan Kabupaten Bantul. Responden ditentukan secara sensus. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum pemahaman kognitif masyarakat terhadap pengertian kampung wisata, pengetahuan akan perencanaan dan pencanangan Dusun Santan sebagai Kampung Wisata masih kurang (hanya tahu sedikit). Hal ini disebabkan terdapatnya kendala sosialisasi dan dominasi para tokoh kampung dalam perencanaan kampung wisata yang kurang melibatkan warga kampung secara merata. Setelah masyarakat mendapatkan sosialisasi meskipun masih sangat terbatas, respon afektifnya sangat positif dan mendukung program kampung wisata. Masyarakat berharap agar Kampung Santan bisa lebih maju dan meningkat perekonomiannya. Partisipasi masyarakat dalam program kampung
14

Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

SUTRISNOProgram Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah [email protected]

Predisposisi Partisipasi Masyarakatdalam Perencanaan KampungWisata (Studi Kasus KampungWisata Santan)

ABSTRACTThis study aimed to analyze predisposi-tion (readiness), especially understandingand attitudes towards the tourist villageprogram and to analyze communityparticipation in the declaration and planof participation in the program touristvillage. The experiment was conducted inthe village (Kampung) Santan VillageGuwosari, Pajangan Bantul. Respondentsare determined by the census. The resultsshowed general cognitive understandingpeople’s understanding of the touristvillage, the knowledge of the planningand launching of Kampung Dusun Santanas Tourism is still largely lacking (onlyknow a little bit). This is due to theconstraints of socialization and domina-tion of the village leaders in planning thetourist village less evenly involve villagers.

Once people get the socialization though still very limited, affective responsewas very positive and support the tourist village. They hoped that KampungSantan be more advanced and increased economy. Public participation in thetourist village program showed improved symptoms, ranging from participa-tion since the planning, at the time of the declaration and the time after thelaunching. Forms of participation can be seen from the amount of involve-ment of communities themselves and plan the most desirable programs.Tourism Village program were most interested in the community is theprovision of infrastructure, because the program is expected to bring directbenefits to the community. It is recommended that the socialization andsolidarity of citizens needs to be improved so that participation can beimproved.Keywords: predisposition, response, participation, tourist village.

INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis predisposisi (kesiapan), terutamapemahaman dan sikap masyarakat terhadap program kampung wisata, sertamenganalisis partisipasi masyarakat dalam pencanangan dan rencanapartisipasi dalam program kampung wisata. Penelitian dilaksanakan di Dusun(Kampung) Santan, Desa Guwosari, Pajangan Kabupaten Bantul. Respondenditentukan secara sensus. Hasil penelitian menunjukkan, secara umumpemahaman kognitif masyarakat terhadap pengertian kampung wisata,pengetahuan akan perencanaan dan pencanangan Dusun Santan sebagaiKampung Wisata masih kurang (hanya tahu sedikit). Hal ini disebabkanterdapatnya kendala sosialisasi dan dominasi para tokoh kampung dalamperencanaan kampung wisata yang kurang melibatkan warga kampung secaramerata. Setelah masyarakat mendapatkan sosialisasi meskipun masih sangatterbatas, respon afektifnya sangat positif dan mendukung program kampungwisata. Masyarakat berharap agar Kampung Santan bisa lebih maju danmeningkat perekonomiannya. Partisipasi masyarakat dalam program kampung

user
Typewriter
DOI: 10.18196/agr.2124
user
Typewriter
user
Typewriter
Page 2: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

37Vol.2 No.1 Januari 2016

wisata menunjukkan gejala yang meningkat, mulai daripartisipasi dalam perencanaan, pada saat pencanangan, danpada saat pasca pencanangan. Program Kampung Wisatayang paling diminati masyarakat adalah penyediaan saranaprasarana, karena program ini diharapkan mendatangkankeuntungan langsung pada masyarakat. Pemerataansosialisasi dan kekompakan warga perlu diupayakan agarpartisipasi dapat ditingkatkan.Kata kunci: predisposisi, respon, partisipasi, kampungwisata.

PENDAHULUANDusun Santan, merupakan salah satu pedusunan yang

terletak di pusat Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan,Kabupaten Bantul, Propinsi DIY; yang berjarak kuranglebih 6 km dari pusat kabupaten dan sekitar 25 km daripusat propinsi DIY. Dusun dengan luas wilayah sekitar14, 2115 ha, terdiri atas tanah pekarangan (10,1960 ha),tanah tegalan (10,905), tanah sawah (2,2115 ha) dantanah wakaf (0,7135 ha); berbatasan dengan DusunKarangber di sebelah utara, Dusun Wijirejo di sebelahselatan, Dusun Kalakijo di sebelah barat dan DusunGilangharjo di sebelah timur.

Penduduk Dusun Santan berjumlah 516 jiwa, yangterdiri atas 270 orang laki-laki dan 246 orang perempuan;terbagi dalam 138 KK, yang tersebar di 4 (empat) RT.Pendidikan masyarakat di Dusun Santan relatif bagus,pada tahun 2013 terdapat 192 orang lulusan SD, 87 orangSMP, 132 orang SMA, 22 orang PT dan 83 orang tidakatau belum tamat SD. Mata pencaharian pendudukterbanyak petani, disusul buruh dan wiraswasta. Jenisternak yang dominan dipelihara masyarakat DusunSantan, antara lain sapi (11 ekor), kambing (42 ekor) danayam buras (sumber: Kepala Dusun Santan).

Kerajinan tempurung kelapa, merupakan salah satuusaha kerajinan yang saat ini dikembangkan masyarakatdi Kampung Santan. Bermula dari satu rumah tanggayang merintis usaha kerajinan tempurung pada tahun1992, sekarang terdapat 10 rumah tangga yangmengandalkan mata pencahariannya dari kerajinantempurung kelapa (bathok). Dimulai dari perdaganganyang hanya bersifat lokal, pada tahun 1995 salah satupengrajin, yaitu UKM Cumplung Aji, melakukanterobosan ekspor ke beberapa negara yaitu Jepang, Timur-Tengah, Perancis dan Malaysia, meskipun masihmenggunakan jasa trader internasional.

Banyaknya pembeli (buyer) dari dalam maupun

dari luar negeri yang datang langsung ke Dusun Santanuntuk membeli produk kerajinan tempurung telahmenjadikan Kampung Santan terlihat ramai. Ramainyaorang yang datang ini telah memancing kesadaran wargauntuk memanfaatkan monentum kunjungan tamudengan menyediakan beberapa fasilitas seperti warungmakan, penginapan dan fasilitas lain. Kondisi inimenggugah keinginan warga untuk menjadikan DusunSantan sebagai Kampung Wisata berbasis kerajinantempurung. Bertepatan dengan kunjungan Bapak FadelMuhammad (Menteri Perikanan dan Kelautan tahun2010) muncullah gagasan untuk mensosialisasikan DusunSantan sebagai Kampung Wisata. Pencanangan KampungWisata (soft lounching) baru dilakukan pada 29 Mei 2011dengan memanfaatkan media internet oleh PemdaKabupaten Bantul (Dinas Pariwisata).

Perbincangan tentang kampung wisata melandaseluruh elemen masyarakat baik di Dusun Santan, dusunsekitar bahkan meluas lewat media masa. KampungWisata Santan mendapat respon yang sangat beragam.Hal ini terlihat jelas adanya perbedaan partisipasimasyarakat mulai dari pencanangan sampai pascapencanangan sebagai Kampung Wisata. Apakah variasipartisipasi ini terjadi karena perbedaan pemahaman(persepsi) dan sikap berbagai elemen masyarakat tentangKampung Wisata? Secara teoritis pemahaman, persepsidan sikap merupakan predisposisi seseorang sebelummelakukan tindakan partisipasi. Perbedaan pemahamandan sikap ini akan menimbulkan perbedaan perilaku(partisipasi) masyarakat dalam merespon gagasanpengembangan Kampung Wisata. Tidak jarang perbedaanini menimbulkan gagalnya komunikasi sosial terutamadalam pengelolaan sehingga merugikan pengembanganKampung Wisata. Oleh karena itu, kajian tentangpredisisposisi atau kesiapan masyarakat menjadi pentingdalam merencanakan Kampung Wisata.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisispredisposisi (kesiapan) terutama pemahaman dan sikapmasyarakat terhadap program kampung wisata sertamenganalisis partisipasi masyarakat dalam pencanangandan perencanaan program kampung wisata. Jikagambaran predisposisi masyarakat dapat diketahui baikmenyangkut pemahaman, persepsi dan sikap; makaperilaku masyarakat, dalam hal ini partisipasi masyarakat,dapat diarahkan pada tujuan program Kampung Wisatadengan cara memodifikasi berbagai faktor yang masihkurang dipahami atau dipersepsi dan disikapi secaranegatif oleh masyarakat. Jika perilaku masyarakat dapat

Page 3: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

38Jurnal AGRARIS

diarahkan, maka perencanaan kampung wisata akanmenjadi lebih mudah untuk mencapai tujuan yangdiharapkan. Meskipun penelitian ini merupakan studikasus, namun hasilnya diharapkan dapat menjadireferensi pengembangan kampung atau desa wisata,mengingat di Kabupaten Bantul saja terdapat sekitar 26desa wisata dengan tingkat perkembangan yang sangatbervariasi. Secara keilmuan hasil penelitian diharapkanini akan memperkaya wacana dan ilmu pengetahuan,khususnya tentang perencanaan dan manajemenpariwisata

Pedesaan atau kampung memiliki peluang yang besarjika dikembangkan menjadi obyek wisata, karenamenjanjikan brand image yang berbeda. Dimasa yang akandatang branding wisata akan lebih kompleks, setelahbranding tempat menjadi mudah tergantikan dan sulitdibedakan (Pike, 2005). Pengembangan wisata pedesaan(rural tourism) sudah sejak lama menjadi topik kajian,termasuk di Amerika (Gartner, 2004)

Desa wisata adalah suatu wilayah yang menawarkansuasana keaslian pedesaan, baik dari segi sosial budaya,adat istiadat, arsitektur tradisional, serta mempunyaipotensi kerajinan yang dapat dikembangkan menjadisebuah tujuan pariwisata. Desa wisata merupakanpengembangan suatu wilayah dengan memanfaatkanunsur–unsur yang ada dalam masyarakat desa yangberfungsi sebagai atribut produk wisata, menjadi suaturangkaian aktivitas pariwisata yang terpadu dan memilikitema. Di dalam desa tersebut juga mampu menyediakandan memenuhi serangkaian kebutuhan suatu perjalananwisata, baik dari aspek daya tarik maupun berbagaifasilitas pendukungnya (Nugroho, 2011)

Untuk menjadi tujuan wisata dan dapat menarikuntuk dikunjungi oleh wisatawan, suatu daerah harusmemiliki 3 syarat. Pertama, suatu daerah harusmempunyai “something to see”, artinya di tempat tersebutharus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbedadengan yang dimiliki daerah lain, yang menjadi daya tarikkhusus. Kedua, di daerah tersebut harus tersedia “some-thing to do”, artinya di samping banyak yang dapat dilihat,harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapatmembuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempatitu. Ketiga, di daerah tersebut harus ada “something tobuy”, artinya di tempat itu harus ada fasilitas untuk dapatberbelanja, terutama souvenir kerajinan

Suatu daerah bisa menjadi objek pariwisata karenadaerah tersebut mempunyai atraksi wisata, di mana dalamatraksi tersebut mempunyai beberapa aspek historis,

aspek nilai, aspek keaslian, dan aspek handicraft. Pasal 29Bab IV Undang–Undang No. 9 Tahun 1990 TentangKepariwisataan menyebutkan bahwa kawasan pariwisatamerupakan suatu usaha yang kegiatannya membangunatau mengelola kawasan dengan luas tertentu untukmemenuhi kebutuhan pariwisata.

Kampung wisata harus didesain mengarah padasustainable tourism sehingga perlu direncanakan sebaik-baiknya dengan melibatkan masyarakat. Menurut Lansingdan De Vries (2007) kampung wisata adalah konseppariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Konsep inidiklaim sebagai konsep baru yang mampu mengatasipersoalan pengembangan wisata secara konvensional.Ada tiga hal penting dalam konsep kampung wisata,pertama pemanfaatan sumber daya lingkungan secaraoptimal dengan menjaga proses-proses ekologi utama danmemelihara warisan alam serta biodiversitasnya; keduamenghargai aspek sosial budaya masyarakat asli danwisatawan; dan ketiga dalam jangka panjang menjaminkemudahan penyediaan manfaat sosial ekonomi bagimasyarakat (Welford dan Yttrhus, 2004; Lansing dan DeVries, 2007). Wisata berbasis pedesaan sesuai dengankonsep community base tourism yang juga merupakan salahsatu model sustainable tourism (Blackstok, 2005).

Tourism adalah kegiatan besar dan bersifat global,sehingga diperlukan perencanaan yang spesifik.Perencana harus mengumpulkan banyak pengalamandalam pendekatan metode perencanaan. Penelitian yangberkelanjutan dan percobaan dibutuhkan khususnyauntuk menentukan bentuk optimum dari pengembanganyang dilakukan (Inskeep, 1988). Perencanaan tourism jugabisa dilakukan dengan pendekatan 4 A yaitu : attractions,actors, actions dan atmospheres (Echtner, 2002).

Inskeep (1988) juga menyatakan bahwa komponenpenting dalam proses perencanaan wisata antara lain: i)sajian dan aktivitas wisata; ii) fasilitas akomodasi danpelayanan, fasilitas pendukung seperti biro tour & travel,rumah makan, fasilitas kesehatan, keamanan, pos, bankdan money changer, fasilitas transportasi, infrastrukturpendukung seperti penyediaan air, telekomunikasi dansumber energi (daya listrik); iii) kelembagaan pemasaran,pendidikan dan pelatihan, kebijakan dan peraturanpemerintah, serta kebijakan dan bentuk investasi, baikpemerintah maupun swasta.

Dalam implementasi perencanaan model diperlukanmonitoring dan evaluasi untuk perbaikan perencanaan.Evaluasi dapat dilakukan dengan studi kelayakan yangmemuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi

Page 4: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

39Vol.2 No.1 Januari 2016

jika suatu perencanaan dijalankan dan kemungkinanuntuk mengatasinya secara efektif. Menurut Warnell(1986) dalam Damanik & Weber (2006), studi kelayakandilakukan untuk mengevaluasi kondisi nyata suatuproduk atau jasa, mengevaluasi peluangpengembangannya, mengevaluasi peluang penciptaanproduk dan jasa baru dan mengeidentifikasi penyandangdana yang potensial untuk suatu proyek. Menurut Steck(1999) dalam Damanik & Weber (2006), studi kelayakankampung wisata dapat diarahkan untuk menjawabpertanyaan: tujuan apa dan kepentingan siapa yang harusdicapai dalam proyek dan pelaku kampung wisata?Kelayakan menunjuk pada kepatutan secara ekonomi,sosial, budaya dan teknologi? Apakah kondisi lingkungan,sosial dan budaya lokal benar-benar mampu mendukungpengembangan kampung wisata? Apakah kondisi dasarsosial, politik dan kelembagaan setempat cukup kuatsehingga memungkinkan keuntungan kampung wisatadapat digunakan atau dinikmati oleh kelompok sasaran?

Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang ProgramPerencanaan Nasional Pariwisata mengamanatkan bahwapariwisata diharapkan turut mempercepat pemulihanekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia didunia internasional. Namun, penugasan ini semakin sulitakibat terjadinya tragedi 11 September 2001 di AmerikaSerikat dan ancaman terorisme. Subsektor pariwisatadiharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karenadianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, saranadan prasarana dibandingkan dengan sektor usahalainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu strategipemberdayaan masyarakat melalui pengembanganpariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-basedtourism development.

Prospek pariwisata ke depan memberikan peluangbesar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraanjumlah wisatawan internasional (inbound tourism)berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orangpada tahun 2010 dan 1,602 milyar orang pada tahun2020, masing-masing 231 juta dan 438 juta orang beradadi kawasan Asia Timur dan Pasifik. Angka ini mampumenciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliunpada tahun 2020. Berdasarkan angka perkiraan tersebutmaka, para pelaku pariwisata Indonesia perlu melakukanperencanaan yang matang dan terarah untuk menangkappeluang tersebut. Diperlukan “re-positioning” pariwisataIndonesia mulai dari pembuatan produk pariwisata,investasi, promosi, jaringan pemasaran internasional, danpenyiapan sumber daya manusia yang berkualitas.

Disamping jumlah wisman yang makin meningkat,saat ini telah terjadi perubahan consumers-behaviour patternatau pola konsumsi dari para wisatawan. Pergeseran initerjadi dari wisata yang hanya bersantai (plesure), ke jeniswisata santai sambil menikmati produk atau kreasibudaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage) sertanature atau keindahan alam dari suatu daerah ataunegara. Perubahan pola wisata ini perlu disikapi olehmasyarakat dengan berbagai strategi pengembanganproduk pariwisata. Pemerintah daerah perlu melakukanperubahan skala prioritas kebijakan, sehingga peranmasyarakat dan swasta lebih optimal.

Sejak bulan Juli 2000, Bank Dunia melontarkangagasan menanggulangi masalah kemiskinan melaluisektor pariwisata yang kemudian dikenal dengan commu-nity-based tourism (CBT). Tiga kegiatan pariwisata yangdapat mendukung konsep CBT yakni adventure travel,cultural travel dan ecotourism. Yang perlu mendapatkanperhatian khusus dalam konsep CBT adalah wisatawandomestik (wisnus). Obyek-obyek wisata yang sering danpadat dikunjungi oleh wisnus akan memperoleh manfaatlebih besar. Makin banyak wisnus berkunjung, makinterkenal obyek wisata tersebut dan pada akhirnyamerupakan promosi untuk menarik datangnya wisman(Santosa, 2002).

METODE PENELITIANPenelitian dilakukan di Kampung Santan Desa

Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul.Tahapan pertama dilakukan survei pendahuluanberdasarkan data atau informasi dasar. Studi ekspolarasidilakukan untuk penentuan lokasi dan penentuanresponden penelitian. Lokasi penelitian ditentukansecara sengaja dengan pertimbangan kampung tersebutakan dijadikan wilayah dampingan dalam ProgramPemberdayaan Masyaraka oleh pihak UMY melaluiProgram Desa Mitra yang akan dilaksanakan mulai tahun2013 – 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifekploratif yang dilakukan dengan metode survei.Penelitian dilakukan secara sensus terhadap kepalakeluarga dengan pertimbangan bahwa kepala keluargamasih memiliki peran sentral dalam menentukantindakan anggota keluarganya baik menyangkutkepentingan individu maupun kepetingan sosialkemasyarakatan. Jumlah responden dalam penelitian iniadalah 137 orang, dengan sebaran 30 orang di RT 01, 35

Page 5: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

40Jurnal AGRARIS

orang di RT 02, 35 orang di RT 03, dan 27 orang di RT04. Pengambilan data primer dilakukan denganwawancara (interview) menggunakan kuisioner ataupanduan pertanyaan. Data primer yang diambil meliputidata tentang profil responden, pemahaman, sikap danpartisipasi responden terhadap program kampung wisatadi lokasi penelitian. Pengukuran data kualitatif dilakukandengan metode skor yang kemudian dianalisis denganbantuan tabel silang dan distribusi frekuensi yangdianalisis secara deskriptif.

Untuk melakukan konfirmasi atas data yang telahdikumpulkan dan untuk memantapkan kesimpulandilakukan diskusi terfokus (FGD). Hasil FGD akanmenjadi dasar perencanaan program kampung wisata.Secara skematis tahapan dan kerangka berpikirpenelitian dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1. Tahapan Penelitian dan Kerangka Berpikir Penelitian PredisposisiPartisipasi dalam Perencanaan Kampung Wisata

HASIL DAN PEMBAHASANPredisposisi partisipasi masyarakat terhadap

pencanangan Kampung Wisata Dusun Santan dianalisisdari pengetahuan (pemahaman kognitif) dan sikapafektif; sedangkan partisipasi dilihat dari keikutsertaanmasyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaanpencanangan desa wisata, serta bentuk-bentuk programyang diminati dalam pengelolaan kampung wisata.

PENGETAHUAN ATAU PEMAHAMAN (SIKAPKOGNITIF) MASYARAKAT TENTANG KAMPUNGWISATA

Sikap kognitif berupa pengetahuan atau pemahamanmasyarakat tentang Kampung Wisata Dusun Santan,

secara umum masih kurang. Dari Tabel 1 dapat dicermatibahwa hampir separuh masyarakat hanya tahu sedikitbahkan tidak tahu sama sekali adanya musyawarahperencanaan Dusun Santan sebagai kampung wisata(45%) maupun diresmikannya Kampung Wisata Santanpada tahun 2010 (50%).

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa 52 persenmasyarakat Dusun Santan hanya tahu sedikit mengenaiapa yang dimaksud dengan kampung wisata, 29 persentahu sebagian besar, dan 10 persen tidak tahu samasekali; sedangkan yang tahu secara lengkap hanya 9persen. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besarwarga masih belum mengerti arti dari kampung wisata.Masyarakat yang tahu secara lengkap (13 orang) arti darikampung wisata adalah para tokoh penggagas kampungwisata, baik tokoh formal maupu tokoh non formal. Jikadilihat lebih jauh lagi, dari 13 orang yang tahu secaramendetil arti kampung wisata, 9 orang diantaranyaberdomisili di RT 03 yang menjadi pusat informasi dankegiatan kampung wisata di Dusun Santan. Hal iniberarti, masyarakat yang tinggal di dekat pusat kegiatandapat menangkap informasi lebih banyak dibandingkandengan warga yang tinggal atau berdomisili dengan jaraklebih jauh.

Sebagian besar masyarakat (44%) hanya tahu sedikitmengenai perencanaan pencanangan Kampung WisataDusun Santan; sedangkan yang mengetahui secaralengkap hanya 11 persen. Hal tersebut menggambarkanbahwa sebagian besar masyarakat Dusun Santan masihkurang informasi mengenai adanya musyawarahpencanangan Kampung Wisata Dusun Santan. Sebagianbesar (8 orang) warga yang mengetahui secara lengkapmengenai adanya musyawarah pencanangan kampungwisata Santan berada di RT 03, yaitu para pengrajinbathok kelapa yang menjadi pelopor gagasan berdirinyakampung wisata. Pada awalnya, ide menjadikan DusunSantan memang datang dari para pengrajin bathok kelapayang kebanyakan tinggal di RT 03 Dusun Santan.

Sebanyak 36 persen masyarakat Dusun Santanmengetahui banyak tentang peresmian Dusun Santansebagai kampung wisata, sedangkan 35 persen masyarakatmengetahui sedikit tentang adanya peresmian tersebut.Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat DusunSantan yang memperoleh sedikit informasi tentangadanya peresmian Kampung Wisata Santan. Jumlahterbanyak warga yang mengetahui secara lengkapmengenai peresmian Kampung Wisata Santan berada diRT 03, yaitu 12 orang. Hal ini terjadi karena pusat

Page 6: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

41Vol.2 No.1 Januari 2016

TABEL 1. DISTRIBUSI FREKUENSI PEROLEHAN SKOR BERDASARKAN SIKAP KOGNITIF

Keterangan skor:a. Tahu secara lengkap b. Tahu sebagian besar c. Tahu sedikit d. Tidah tahu sama sekali

TABEL 2. DISTRIBUSI FREKUENSI PEROLEHAN SKOR BERDASARKAN SIKAP AFEKTIF

Keterangan Skor:a. Sangat senang / mendukung b. Senang / Mendukung c. Kurang Senang / Mendukung

d. Tidak senang / setuju sama sekali

Page 7: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

42Jurnal AGRARIS

kegiatan pencanangan kampung wisata berada di RT 03,informasi bersumber dari RT 03 kemudian menyebar keRT yang lain. Pencangan kampung wisata pada akhirnyadiambil alih oleh pengurus kampung, sehinggamelibatkan banyak elemen masyarakat mulai daripengurus kampung, para pengrajin bathok, ibu-ibu PKK,kelompok kesenian dan lain sebagainya. Yangdisayangkan masih banyak masyarakat yang hanya tahusecara sekilas atau sedikit tentang pencanangan Santansebagai kampung wisata, yaitu anggota masyarakat yangkurang aktif, terutama yang jarak tempat tinggalnya cukupjauh dari pusat kegiatan peresmian tersebut.

Berdasarkan ketiga indikator sikap kognitif tersebutdapat disimpulkan bahwa informasi mengenai kampungwisata belum menyebar secara merata, yang dapat dilihatdari sebagian besar masyarakat Dusun Santan yangkurang tahu tentang kampung wisata, pencanangankampung wisata sampai peresmian Kampung WisataSantan. Warga yang mengetahui secara lengkap mengenaiKampung Wisata Santan adalah para tokoh masyarakatatau mereka yang berdomisili di lokasi pusat informasiatau pusat kegiatan kampung wisata. Masyarakat yangtinggal di lokasi lebih jauh memiliki informasi yang lebihsedikit dibandingkan dengan masyarakat yang berasaldari wilayah pusat informasi.

SIKAP AFEKTIF MASYARAKAT TERHADAPPENCANANGAN KAMPUNG WISATA

Sifat afektif dalam penelitian ini adalah perasaan atauemosi masyarakat terhadap pencanangan KampungWisata Santan. Walaupun masyarakat kurang mendapatinformasi tentang pencanangan Dusun Santan sebagaikampung wisata, hampir semua masyarakat (100%)mendukung bahkan sangat mendukung diresmikannyaKampung Wisata Santan (Tabel 2).

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa 62 persenmasyarakat setuju dengan pencanangan kampung wisataDusun Santan, sedangkan 36 persen yang lain sangatsetuju, dan hanya 1 persen yang kurang setuju dan tidaksetuju terhadap pencanangan kampung wisata DusunSantan. Sebagian besar masyarakat Dusun Santan setujudengan pencanangan Kampung Wisata Santan, karenamasyarakat berharap pencanangan kampung wisata akanmemberikan dampak yang positif bagi warga DusunSantan. Masyarakat berharap Dusun Santan akan lebihmaju dan mengangkat perekonomian masyarakatsetempat. Akan tetapi diantara banyaknya masyarakat

yang setuju, tetap terdapat satu dua orang yang tidaksetuju terhadap pencanangan Kampung Wisata Santan.Warga yang tidak setuju memiliki persepsi bahwa denganmenjadi kampung wisata, Dusun Santan akan menjadiramai dan kurang bersih. Masyarakat yang tidak setujukebanyakan adalah pemuka agama yang merasa takutakan terjadi pergaulan bebas jika Dusun Santan menjadikampung wisata.

Tabel 2 menunjukkan bahwa 70 persen masyarakatDusun Santan senang dengan diresmikankanya DusunSantan menjadi kampung wisata, bahkan ada 29 persenmerasa sangat senang dengan pencanangan kampungwisata Dusun Santan; sedangkan yang kurang senanghanya 1 persen saja. Tidak ada satupun warga yangmenolak atau tidak senang dengan adanya pencanangankampung wisata Dusun Santan. Meskipun berdasarkaneksplorasi sebelumnya banyak warga yang belum tahutentang pengertian kampung wisata, tetapi setelahmendapatkan gambaran pemahaman yang cukup, merekasetuju dan merasa sangat senang dengan pencananganDusun Santan sebagai kampung wisata. Masyarakatmerasa senang karena dengan menjadi kampung wisata,Dusun Santan menjadi lebih maju dan masyarakatnyamenjadi lebih produktif. Hanya satu orang yang merasakurang senang, yaitu salah satu warga RT 01 denganalasan bahwa masyarakat Dusun Santan dianggap masihkurang kompak sehingga belum siap untuk dijadikankampung wisata.

Dari Tabel 2 dapat dilihat 68 persen masyarakatDusun Santan setuju mengenai perlunya perencanaankampung wisata yang sebaik-baiknya, sisanya 32 persensangat setuju dengan hal tersebut. Dengan kata lain wargaDusun Santan setuju dan tidak ada yang kurang setujuatau tidak setuju dengan perlunya perencanaan kampungwisata yang sebaik-baiknya. Masyarakat Dusun Santanmemiliki keinginan untuk membangun kampung wisatayang berhasil sehingga program-programnya pun harusdirencanakan dengan sebaik-baiknya agar terkonsep dantersusun dengan rapi. Selain dari pada itu masyarakatingin agar pendapat masyarakat Dusun Santan dapatditampung dan didiskusikan dengan baik agarmenghasilkan program-program berkualitas sesuaidengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

Tabel 2 menunjukan bahwa 100 persen wargamendukung pogram Kampung Wisata. Masyarakat DusunSantan memberikan dukungan terhadap programkampung wisata demi kemajuan Kampung WisataSantan, masyarakat juga bangga bahwa lokasinya telah

Page 8: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

43Vol.2 No.1 Januari 2016

mengalami kemajuan dengan menjadi sebuah kampungwisata. Masyarakat berharap jika Kampung Wisata Santanmaju, maka usaha masyarakatnya pun akan ikut majusehingga perekonomian masyarakat setempat akan naik.

Berdasarkan keempat komponen sikap afektifmasyarakat Dusun Santan mengenai pencanangankampung wisata Dusun Santan dapat disimpulkan bahwasebagian besar warga senang dan setuju terhadapdicanangkannya Dusun Santan sebagai kampung wisata.Masyarakat merasa bahwa daerahnya berubah menjadilebih baik setelah dusun santan diresmikan menjadikampung wisata, baik dilihat dari segi ekonomi maupunsosial. Pasca tragedi gempa bumi besar yang melandaKabupaten Bantul pada tahun 2006 banyak masyarakatyang terpuruk dan menjadi malas bekerja, hal tersebutberangsur menjadi lebih baik setelah Dusun Santandicanangkan menjadi kampong wisata. MasyarakatSantan cenderung menjadi lebih semangat bekerja danaktif dalam berbagai kegiatan sosial. Masyarakat DusunSantan juga memikirkan akan keberhasilan kampungwisata di daerahnya, hal tersebut terbukti denganbanyaknya masyarakat yang setuju dengan perlunyaperencanaan kampung wisata Dusun Santan yang sebaik-

baiknya.

PARTISIPASI MASYARAKATPartisipasi dalam penelitian ini adalah kecenderungan

tindakan atau keterlibatan masyarakat dalam pencana-ngan kampung wisata. Walaupun tidak banyakmasyarakat yang terlibat secara penuh dalam pencana-ngan Dusun Santan sebagai kampung wisata, namunnampak adanya peningkatan keterlibatan seiring berja-lannya program. Jika pada kegiatan perencanaan kurangdari 10% warga yang terlibat penuh, pada acara peres-mian warga yang terlibat penuh meningkat menjadi 14%,dan menjadi 20% setelah program berjalan (Tabel 3).

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar (36,7%)masyarakat tidak terlibat dalam musyawarah KampungWisata Dusun Santan, 25 persen masyarakat terlibatsedikit dalam musyawarah. Hanya 9,6 persen warga yangsecara penuh dan yang terlibat sebagian besar hanya28,7%. Sebagian besar ketidak ikut sertaan masyarakatDusun Santan disebabkan karena sikap kognitifmasyarakat yang rendah, masyarakat tidak tahu mengenaiadanyanya musyawarah kampung wisata, sehinggamasyarakat banyak yang tidak terlibat karena merasa tidak

TABEL 3. DISTRIBUSI FREKUENSI PARTISIPASI MASYARAKAT DUSUN SANTAN

Keterangan skor:a. Terlibat secara penuh; b. Terlibat sebagian besar; c. Terlibat sebagian kecil; d. Tidak terlibat

Page 9: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

44Jurnal AGRARIS

diundang dalam musyawarah. Sebagian yang lainmengetahui adanya musyawarah kampung wisata, tetapimemiliki kegiatan lain yang harus dilakukan sehinggatidak dapat turut andil dalam kegiatan musyawarah.

Masyarakat yang paling banyak terlibat dalammusyawarah adalah masyarakat yang berasal dari RT 03.Hal tersebut disebabkan karena RT 03 adalah pusatinformasi dan kegiatan, sehingga sikap kognitifmasyarakat RT 03 cenderung lebih tinggi dari RT yanglain, yang akhirnya berdampak pada keterlibatan dalammusyawarah kampung wisata. Masyarakat RT 04 banyakyang tidak terlibat dalam musyawarah karena lokasinyayang paling jauh dari pusat informasi dan kegiatan.

Keterlibatan warga dalam peresmian Kampung WisataDusun Santan berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa31 persen masyarakat tidak terlibat dalam peresmiankampung wisata, 28 persen hanya mengikuti sebagiankecil, sedangkan yang terlibat sebagian besar hanya 27persen dan yang terlibat secara penuh hanya 14 persensaja. J ika dilihat dari tabel distribusi frekuensi partisipasimasyarakat, maka akan terlihat bahwa masyarakat RT 03mendominasi masyarakat yang terlibat dalam peresmian.Hal tersebut karena lokasi RT 03 menjadi pusatinformasi dan kegiatan, sehingga masyarakat yang beradadi RT 03 memiliki informasi lebih banyak mengenaiacara peresmian kampung wisata. Masyarakat yangmemiliki lokasi rumah lebih jauh akan lebih sedikitmenerima informasi dan lebih segan untuk datangdibandingkan dengan masyarakat yang memiliki rumahdekat dengan lokasi informasi dan kegiatan.

Tabel 3 menunjukkan bahwa 37 persen masyarakatterlibat sebagian besar, sedangkan 30 persen masyarakathanya terlibat sebagian kecil, kemudian 22 persen terlibatsecara penuh dan 11 persen tidak terlibat sama sekalipada program Kampung Wisata setelah pencanangan.Berdasarkan dari ketiga komponen dapat disimpulkanbahwa masyarakat Dusun Santan kurang terlibat dalampencanangan kampung wisata Dusun Santan, baik ketikamusyawarah untuk pencanangan maupun ketikaperesmian kampung wisata itu sendiri. Meskipundemikian, setelah program kampung wisata telahdilaksanakan masyarakat cukup banyak yang terlibatsebagian besar, begitu pula yang terlibat secara lengkapjuga terbilang cukup banyak. Hanya sedikit masyarakatyang tidak terlibat sama sekali.

Pemahaman kampung wisata yang kurang dapatmenyebabkan masyarakat menjadi takut dan berpikiranburuk, sehingga banyak masyarakat yang tidak senang

atau tidak setuju terhadap program kampung wisata. Akantetapi setelah program telah berjalan masyarakat mulaimerasakan manfaat dari kampung wisata, sehinggamasyarakat yang tadinya tidak senang atau tidak setujudengan kampung wisata menjadi senang dan turutberpartisipasi.

TABEL 4. DISTRIBUSI FREKUENSI PROGRAM KAMPUNG WISATA YANGPALING DIMINATI

Tabel 4 menjelaskan bahwa 41 persen masyarakatlebih berminat berpartisipasi pada sarana wisata.Partisipasi dalam sarana wisata tersebut meliputipengadaan homestay bagi para pengunjung wisata.Kemudian minat yang selanjutnya adalah kerajinan yangtidak lain adalah kerajinan bathok kelapa yaitu sebesar 22persen, disusul dengan kuliner 16 persen dan pertanian 7persen. Banyaknya peminat terhadap sarana wisatadikarenakan masyarakat dapat memanfaatkan rumahpribadinya sebagai homestay, disaat ada pengunjung yangmenginap di Kampung Wisata Santan, sehingga dapatdijadikan sebagai pemasukan tambahan bagi keluarga disamping pekerjaan utama. Masyarakat yang memilihkerajinan bathok kelapa adalah para perajin bathok kelapa,karena memang pekerjaan itulah yang menjadi pekerjaanpokok masyarakat tersebut. Presentase minat yang palingkecil adalah terhadap pertanian, hal tersebut dikarenakanmasyarakat yang masih menjadi petani murni memangsudah tidak banyak.

HARAPAN MASYARAKATHarapan masyarakat pada penelitian ini adalah

sesuatu yang ingin dicapai oleh masyarakat denganadanya pencanangan kampung wisata. Dalam hal iniharapan masyarakat dikelompokan menjadi tiga yangdigambarkan dalam sebuah diagram ven (Gambar 2).

Page 10: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

45Vol.2 No.1 Januari 2016

Masyarakat memiliki harapan bahwa denganperesmian kampung wisata akan menimbulkan manfaatbagi penduduk Dusun Santan. Berdasarkan data yangtertera pada Gambar 2 dapat dilihat berbagai macamvariasi pendapat masyarakat mengenai sumberkeuntungan yang akan didapat dari pengunjung kampungwisata Dusun Santan. Sebagian besar (63%) masyarakatmemiliki harapan bahwa setiap orang yang datang untukmenikmati keindahan, kerajinan bathok, dan kebudayaan,akan menginap satu malam. Sementara 23 persenmasyarakat lainnya memiliki harapan, bahwa setiap orangyang datang untuk menikmati keindahan, kerajinan, dankebudayaan kemudian pulang. Terdapat 14 persen wargayang memiliki harapan, bahwa setiap orang yang datanghanya menikmati keindahan alam dan lokasi wisatakemudian langsung pulang.

GAMBAR 2. DIAGRAM VEN PERSENTASE HARAPAN WARGA TERHADAPPENGUNJUNG KAMPUNG WISATA SANTAN

Keterangan :a. Orang datang menikmati keindahan alam dan lokasi

wisata kemudian langsung pulang

b. Orang datang menikmati keindahan alam, kerajinan

bathok, dan kebudayaan kemudian pulang

c. Orang datang menikmati keindahan, kerajinan

bathok, dan kebudayaan dengan menginap 1 malam

kemudian pulang

d. Orang datang menikmati keindahan alam, kerajinan

bathok,kebudayaan dan kalau bisa terlibat dalam

kegiatan masyarakat yang khas (unik) menginap lebih

dari 1 malam

Merujuk kepada Gambar 3, sebagian besar (73%)masyarakat mengatakan bahwa tarif biaya berwisata keDusun Santan perlu dilakukan, sedangkan 27 persen yanglain mengatakan tidak perlu menetapkan tarif biaya

berwisata. Dengan adanya pencanangan kampung wisatasantan masyarakat tetap menginginkan timbal balik dariusaha yang telah dilakukan, pendapatan yang didapatkandari kampung wisata diharapkan dapat kembali kepadamasyarakat Dusun Santan.

Gambar 3. Pendapat Warga berkaitan Dengan Tarif Berwisata ke KampungWisata Santan

GAMBAR 4. HARAPAN MASYARAKAT TENTANG HAK PENDAPATANKAMPUNG WISATA

Gambar 4 menunjukkan bahwa 71 persen masyarakatmemiliki harapan bahwa hasil dari pendapatan kampungwisata adalah untuk kas warga, 16 persen yang lainberpendapat hasil dari kampung wisata sebaiknya untukwarga yang terlibat saja, sedangkan 10 persen masyarakatyang lain lagi mengatakan bahwa hasil dari kampungwisata adalah untuk pengelola. Berdasarkan hasilpenelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakatmenginginkan keuntungan dari kampung wisatadigunakan untuk kesejahteraan masyarakat Dusun Santansendiri guna memperbaiki infrastruktur yang nantinyaakan digunakan oleh warga setempat.

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK,SOSIAL DAN RESPON MASYARAKAT

Dalam penelitian ini diteliti juga bagaimanahubungan faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungansosial terhadap respon masyarakat Dusun Santan. Faktorlingkungan fisik dilihat dari jarak domisili rumahmasyarakat dengan lokasi pusat kegiatan dan informasi.

Page 11: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

46Jurnal AGRARIS

Pusat kegiatan terletak pada RT 03, sehingga rumahwarga yang berada di RT 03 memiliki jarak paling dekatdengan pusat informasi dan kegiatan. Lokasi RT 03berada di antara RT 01dan RT 02 sehingga lokasi yangpaling jauh adalah RT 04. Hubungan faktor lingkunganfisik terhadap respon masyarakat Dusun Santan dapatdilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat berbagai macam variasijumlah skor respon sesuai dengan rumah wargaberdasarkan rukun tetangga (RT). Jumlah rata-rata sikapkognitif berkisar antara 1 sampai dengan 4, begitu puladengan sikap afektif dan partisipasi. Berdasarkan jumlahrata-rata skor respon, diperoleh total respon yang terdiridari jumlah skor sikap kognitif, afektif, dan partisipasi.Jumlah total skor respon masyarakat yang tertinggiterdapat pada RT 03, yaitu berjumlah 8,7; diikuti denganjumlah skor respon RT 01 berjumlah 7,8; kemudianjumlah skor respon RT 02 berjumlah 7,4; dan yangterakhir sekaligus yang terjauh adalah jumlah respon RT04 yaitu berjumlah 7,3.

Berdasarkan data tersebut, dilakukan pula analisiskorelasi rank spearman untuk mengetahui korelasi antarafaktor lingkungan fisik dan respon masyarakat. Hasilkorelasi dapat dilihat pada Tabel 6.

TABEL 6. KORELASI PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN RESPONMASYARAKAT DUSUN

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat

hubungan (korelasi) antara jarak domisili warga denganrespon masyarakat dalam hal ini sikap kognitif, afektifdan partisipasi. Korelasi antara jarak domisili wargadengan sikap kognitif adalah negatif, demikian jugakorelasi antara jarak domisili warga dengan sikap afektifdan partisipasinya.

Secara parsial dapat dinyatakan bahwa korelasi jarakdomisili warga dengan sikap kognitif menunjukan nilaikoefisien korelasi -0,200. Artinya bahwa makin jauh jarak(skor semakin besar) maka sikap kognitifnya semakinrendah atau sebaliknya. Dalam hal ini makin jauh jarakdomisili warga dengan pusat kegiatan kampung wisatamaka pengetahuan warga terhadap kampung wisatasemakin rendah atau semakin kecil. Hasil yang keduamenyatakan bahwa korelasi jarak domisili warga dengansikap afektif menunjukan nilai koefisien korelasi -0,224.Artinya bahwa makin jauh jarak (skor semakin besar)maka sikap afektif semakin rendah atau sebaliknya.Dalam hal ini makin jauh jarak domisili warga denganpusat kegiatan kampung wisata maka perasaan senangatau persetujuan warga terhadap warga terhadap kampungwisata semakin rendah atau semakin kecil. Hasil analisisdata yang ketiga menyatakan bahwa ada hubungan yangrendah antara jarak dengan partisipasi. Hasil uji korelasimenunjukan nilai koefisien korelasi -0,299. Berdasarkanhasil analisis korelasi tersebut menunjukkan terdapathubungan negatif yang signifikan antara jarak danpartisipasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapatdisimpulkan bahwa jarak antara rumah warga denganpusat informasi dan kegiatan desa wisata memilikihubungan yang signifikan dengan arah korelasi negatifdengan keseluruhan respon masyarakat terhadappencanangan kampung wisata Dusun Santan.Keseluruhan respon yang dimaksud adalah sikap kognitif,afektif dan partisipasi. Berdasarkan arah korelasi yang

TABEL 5. HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN RESPON MASYARAKAT DUSUN SANTAN

Page 12: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

47Vol.2 No.1 Januari 2016

negatif dapat dijelaskan bahwa semakin dekat rumahwarga dengan pusat informasi dan kegiatan kampungwisata maka sikap kognitif, sikap afektif dan partisipasiwarga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karenamasyarakat pedesaan masih menggunakan modelkomunikasi interpersonal, dalam model ini masyarakatmemperoleh informasi secara langsung dari sumbernyadengan cara melihat, mendengar, atau merasakan sendirisecara lansung kejadian atau peristiwa yang menjadipesan komunikasi. Informasi yang didapat akanmempengaruhi pengetahuannya kemudian pengetahuanakan mempengaruhi sikap dan pada akhirnya akanmempengaruhi tindakan dalam hal ini adalah partisipasi.

Berbagai informasi yang kemungkinan didapat olehwarga berupa berbagai hal, mulai dari pengetahuanmengenai definisi kampung wisata, pengetahuanmengenai perencanaan pencanangan kampung wisata,pengetahuan mengenai peresmian kampung wisatasampai dengan informasi tentang program-programkampung wisata. Meskipun sosialisasi telah dilakukanterhadap seluruh warga melalui pertemuan-pertemuan,namun mayoritas warga akan lebih memahami,merasakan dan timbul motivasi untuk berpartisipasi jikawarga mengetahui atau mendapatkan informasi secaralangsung.

Pengetahuan yang diperoleh masyarakat berdampak

pada sikap afektif dan partisipasi masyarakat. Semakinbesar informasi yang diperoleh masyarakat, makamenimbulkan perasaan senang dan persetujuan yangsemakin besar pula didalam diri para warga kampungDusun Santan. Masyarakat yang memahami maknakampung wisata akan mengetahui manfaat-manfaat yangakan ditimbulkan dengan adanya pencanangan kampungwisata. Masyarakat akan memiliki pemikiran yangsemakin maju seiring dengan adanya program kampungwisata dan memiliki keinginan untuk memperbaikiekonomi keluarganya kearah yang semakin baik darisebelumnya. Pemikiran tersebut akhirnya memancingmasyarakat untuk berpartisipasi dalam program KampungWisata Santan.

Pada penelitian ini faktor lingkungan sosial dapatdilihat dari kekompakan masyarakat berdasarkanpandangan para tokoh dengan partisipasi padakenyataannya. Lokasi yang dinilai paling kompak adalahRT 03, kemudian diikuti oleh RT 01, RT 02, dan yangterakhir adalah RT 04. Faktor lingkungan sosial dapatdigambarkan pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat jumlah skor responsesuai dengan kekompakan masyarakat di tingkat RTmenurut penilaian para tokoh. Jumlah rata-rata sikapkognitif berkisar antara 1 sampai dengan 4, begitu puladengan sikap afektif dan partisipasi. Semakin mendekati

TABEL 7. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESPON MASYARAKAT DUSUN SANTAN

TABEL 8. HASIL KORELASI FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN RESPON MASYARAKAT

* Terdapat korelasi lemah tapi pasti

Page 13: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

48Jurnal AGRARIS

angka 1 maka respon yang ditunjukan semakin kecil,begitu pula sebaliknya, semakin mendekati angka 4 makasemakin tinggi respon yang ditunjukan. Total responadalah jumlah dari rata-rata skor sikap kognitif, sikapafektif dan partisipasi. Jika ditarik kesimpulan secaragaris besar berdasarkan tabel di atas, lokasi yang dinilaimemiliki kekompakan paling tinggi adalah RT 03memiliki total jumlah skor respon yang paling tinggi jugayaitu 8,7; kemudian diikuti oleh lokasi yang dinilai palingkompak selanjutnya RT 01 yaitu sebesar 7,8; dilanjutkanoleh RT 02 yaitu sebesar 7,4 dan yang terakhir RT 01dengan penilaian kekompakan paling rendah yaitu 7,3.

Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapathubungan (korelasi) antara kekompakan warga denganrespon masyarakat dalam hal ini sikap kognitif, afektifdan partisipasi. Korelasi antara kekompakan wargadengan sikap kognitif adalah positif, demikian jugakorelasi antara kekompakan warga dengan sikap afektifdan partisipasinya.

Secara parsial dapat dinyatakan bahwa korelasikekompakan warga dengan sikap kognitif menunjukannilai koefisien korelasi 0,239 Artinya bahwa semakinkompak (skor semakin besar) maka sikap kognitifnyasemakin tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini semakinkompak warga dalam sebuah RT maka pengetahuanwarga terhadap kampung wisata semakin tinggi. Hasilyang kedua menyatakan bahwa korelasi kekompakanwarga dengan sikap afektif menunjukan nilai koefisienkorelasi 0,215 bernilai positif. Artinya bahwa semakinkompak (skor semakin besar) maka sikap afektifnyasemakin tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini semakinkompak warga dalam sebuah RT maka perasaan senangatau persetujuan warga terhadap kampung wisata semakintinggi.

Hasil analisis data yang ketiga menyatakan bahwa adahubungan yang rendah antara kekompakan warga denganpartisipasi. Hasil uji korelasi menunjukkan nilaikoefisien korelasi 0,257. Hasil analisis korelasi tersebutmenunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikanantara kekompakan warga dan partisipasi. Berdasarkananalisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kekompakanmasyarakat dapat mempengaruhi penyebaran informasidiantara masyarakat Dusun Santan. Lokasi yang dinilaimemiliki kekompakan lebih tinggi di bandingkan lokasilain memungkinkan masyarakatnya lebih sering bertemudan bertegur sapa sehingga informasi akan lebih cepatmenyebar luas. Masyarakat pedesaan cenderung masihmenggunakan sistem komunikasi interpersonal saja,

sehingga informasi yang didapat adalah dengan carasaling bertemu dan berbicara secara langsung.Pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang kompakakan kampung wisata akan lebih matang dibandingkandengan lokasi yang kurang kompak.

Dengan adanya kekompakan maka akan timbulkebersamaan, sehingga dengan adanya kebersamaan yangterjalin dapat menimbulkan rasa senang di kalanganmasyarakat. Masyarakat yang lebih kompak akan senangterhadap program dan agenda kampung wisata DusunSantan dibanding dengan masyarakat yang kurangkompak. Jika rasa senang dan persetujuan telah muncul,maka masyarakat akan lebih mudah untuk berpartisipasitanpa adanya paksaan. Rasa senang dan rasa segan yangmuncul diantara individu akan mendorong masyarakanuntuk lebih aktif dan simpati diantara sesama, selain daripada itu rasa nyaman terhadap sesama akanmenimbulkan sikap tenggang rasa dan toleransi diantarasatu warga dengan warga yang lainnya.

KESIMPULANPredisposisi atau kesiapan masyarakat dalam

perencanaan kampung wisata ditunjukkan olehpemahaman, sikap dan partisipasi masyarakat mulai dariperencanaan (persiapan), pencanangan (peresmian)maupun pasca pencanangan kampung wisata. Secaraumum pemahaman kognitif masyarakat terhadappengertian kampung wisata, pengetahuan akanperencanaan dan pencanangan Dusun Santan sebagaikampung wisata sebagian besar masih kurang (hanya tahusedikit). Hal ini karena kendala sosialisasi dan dominasipara tokoh kampung dalam perencanaan kampung wisatayang kurang melibatkan warga kampung secara merata.Sikap afektif masyarakat terhadap pencanangan kampungwisata Santan menunjukkan kecenderungan persetujuan,rasa senang dan mendukung. Setelah masyarakatmendapatkan sosialisasi meskipun masih sangat terbatas,respon afektifnya sangat positif dan mendukung programkampung wisata. Masyarakat berharap agar Dusun Santanbisa lebih maju dan meningkat perekonomiannya.

Partisipasi masyarakat pada program kampung wisatamenunjukkan gejala yang meningkat, mulai daripartisipasi sejak perencanaan, pada saat pencanangan danpada saat pasca pencanangan. Bentuk partisipasi dapatdilihat dari jumlah keterlibatan diri masyarakat danrencana program yang paling diminati. Program kampungwisata yang paling diminati masyarakat adalah

Page 14: Predisposisi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan ...

49Vol.2 No.1 Januari 2016

penyediaan sarana prasarana, karena program inidiharapkan mendatangkan keuntungan langsung padapelaksana. Terdapat hubungan yang signifikan antaradomisili dan kekompakan warga dengan responmasyarakat terhadap program kampung wisata.

Sosialisasi tentang program kampung wisataperlu terus dilakukan misalnya dengan penyebaranbrosur, menempel pamflet atau secara langsung dalamforum-forum pertemuan masyarakat seperti pertemuanRT, atau pertemuan ibu PKK. Peningkatan volumesosialisasi diyakini dapat meningkatkan pemahaman,sikap dan partisipasi masyarakat dalam program kampungwisata. Predisiposisi (kesiapan) masyarakat dalamperencanaan kampung wisata menunjukan gejala yangpositif dapat dimanfaatkan sebagai modal sosialmasyarakat dalam perencanaan program kampung wisataDusun Santan dimasa yang akan datang. Kekompakanwarga perlu ditingkatkan, terutama peningkatan peranpara tokoh dalam mendorong partisipasi warga, misalnyadalam bentuk gerakan gotong royong.

DAFTAR PUSTAKAAwang, S.A.; H. Santoso; W.T. Widayati; Y. Nugroho;

Kustomo; Sapardiono. 2001. Gurat hutan rakyat di

kapur selatan. Yogyakarta: Debut Press.

Blackstock, K. 2005. A critical look at community base

tourism. Community Development Journal 40(1): 39 – 49.

Echtner, C. M. 2002. The content of the third world

tourism marketing: a 4A Approach. International

Journal of Tourism Research 4: 413-434.

Damanik, J. & H. F. Weber. 2006. Perencanaan Kampung

Wisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Pusat Studi

Pariwisata dan Penerbit Andi.

Gartner, W. C. 2004. Rural tourism development in the

USA. International Journal of Tourism Research 6: 151 –

164.

Lansing, P., and P. De Vries. 2007. Sustainable tourism:

ethical alternative or marketing ploy?. Journal of

Business Ethics 72:77-85.

Nugroho, I. (2011). Ekowisata dan Pembangunan

Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pike, S. 2005. Tourism destination branding complexity.

The Journal of Product and Brand Management 14(4): 258

– 259.

Pinel, D. P. 1998. Create A Good Fit: A Community-

Based Tourism Planning Model. Pinel & Association

Research & Planning, Canada.

Santosa, S. P. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia.

www.google.com. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2009.

Simon, H. 1999. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Coop-

erative Forest Management). Teori dan Aplikasi pada Hutan

Jati di Jawa. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Welford, R. dan B. Ytterhus. 2004. Suistainable develop-

ment and tourism destination management: A case

study of the Lillahammer region, Norwey. International

Journal of Sustainable Development and World Ecology,

11:410 – 422.