Page 1
1
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH
RENCANA PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) KELURAHAN SEMBULANG
SEMBULANG KECAMATAN GALANG KOTA BATAM TAHUN 2014
Oleh
NANDA WAHYU AKBAR
NIM: 100565201177
Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kelurahan merupakan awal atau dasar
perencanaan dalam perencanaan pembangunan.Permasalahan yang terjadi hari ini,
Musyawarah cenderung tidak efektif, hasil yang didapat dari musrenbang-pun akhirnya
hanya menjadi hasil yang diinginkan oleh pihak pemerintah yang kadangkala bukanlah
hal-hal substantif seperti yang dibutuhkan masyarakat. Khususnya di Kelurahan
Sembulang, yang mana dari pandangan penulis masyarakat di Kelurahan Sembulang tidak
begitu antusias terhadap perencanaan pembangunan maupun pembangunan langsung di
daerahnya.Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah pondasi
penting bagi perkembangan pembagunan daerah. Yang mana masyarakat dituntut untuk
aktif memberikan ide dan gagasan untuk keberlangsungan pembangunan di daerahnya.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Dengan penelitian bersifat deskriptif ini
penulis langsung melakukan observasi di lapangan sesuai dengan permasalahan pada
penelitian, yaitu partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan musrenbang tingkat
kelurahan di kelurahan sembulang kecamatan galang kota batam. Penelitian ini
pengumpulan data menggunakan wawancara/ interview, pengumpulan data dengan
dokumen, studi pustaka dan lapangan. Dari proses penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan di Kelurahan Sembulang tahun 2015 masih sangat rendah dan terkesan
apatis, dilihat dari bentuk partisipasi masyarakat, kewenangan dalam pengambilan
keputusan serta cara metode penyampaian usulan.
Kata Kunci : Partisipasi Politik, Perencanaan Pembangunan
Page 2
2
ABSTRACT
Planning Meeting village level is the beginning or the basis for planning in development
planning. problems that occur today, Congress tends to be ineffective, the results of the
deliberations was eventually just be the result desired by the government are sometimes
not the substantive matters as required by the community. Especially in the Village of
Sembulang, which of the author's view of society in the Village of Sembulang not so
enthusiastic about the development planning as well as direct development in their
regions. Community participation in development planning is an important foundation for
the development of regional development. In which people are required to actively provide
ideas and ideas for sustainable development in the region. This study uses a qualitative
method. With descriptive research, the writer direct observation in the field according to
the research problem, namely community participation in the implementation of
community meetings sembulang, the city of Batam. This research data collection using
interviews / interviews, data collection with documents, library research and field. From
the research that has been conducted by researchers, it can be concluded that the
Community Participation in Development Planning in the Village of Sembulang 2015 is
still very low and seem apathetic, viewed from a public participation in decision-making
authority as well as the way the proposed delivery methods.
Keywords: Political Participation, Development Planning
A. PENDAHULUAN
Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahaan yang baik (Good
Governance) adalah dibukanya peluang bagi masyarakat dalam turut serta dalam
pengambilan keputusan pembangunan, termasuk aspek perencanaan. Ruang yang
disiapkan bagi keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah
Musrenbang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari desa sampai tingkat nasional.
Kegiatan musrenbang tidak hanya menjadi wadah bagi penyusunan rencana kegiatan
akan dilaksanakan. Musrenbang harus dipandang sebagai saluran resmi yang dipersiapkan
untuk mengkanalisasi aspirasi masyarakat dalam rangka memperoleh akses yang memadai
dalam kebijakan penganggaran pembangunan. Untuk itu, maka mutu proses dan mutu hasil
Musrenbang akan sangat menentukan efektifitas penyaluran aspirasi dan kebutuhan
masyarakat.
Musrenbang hendaknya dipandang sebagai wadah yang dipersiapkan untuk
melakukan upaya harmonisasi dan singkronisasi berbagai kutub perencanaan tersebut,
sehingga aspirasi masyarakat dapat turut mewarnai hasil perencanaan teknokratis dan
perencanaan politis.
Page 3
3
Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) kelurahan adalah forum
musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) kelurahan untuk
menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang kelurahan
dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan dengan
mengacu/memperhatikan pada yang telah disusun untuk 5 tahun kedepan.
Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan
oleh lembaga publik yaitu pemerintah kelurahan bekerjasama dengan warga dan para
pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas
pemerintah kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,pembangunan dan
kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga
komponen tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau
berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi
bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan.
Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum musrenbang bersifat partisipatif
dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah jelas berarti
merupakan forum untuk merembukkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan
kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Bukan seminar atau sosialisasi
informasi. Proses musrenbang jangan sampai disusun sebagai suatu acara seremonial yang
separuh atau sebagian besar dari waktunya diisi dengan sambutan-sambutan atau pidato-
pidato. Inti dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga.
Musrenbang kelurahan adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku
kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan
yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbang kelurahan, pemerintah kelurahan dan warga
berembug dalam menyusun program tahunan di kelurahan, musrenbang kelurahan menjadi
media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di
wilayah kelurahan, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah,
menjadi bagian Renja SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain
yang relevan dengan usulan yang ada.
Dari paparan latar belakang dan mekanisme di atas maka ada beberapa gejala yang
ditemukan antara lain:
1. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musrenbang.
2. Paradigma masyarakat yang masih berfikir apatis.
3. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap musrenbang kelurahan sangat rendah,
dibandingkan dengan musrenbang yang lebih tinggi tingkatannya.
Page 4
4
Berangkat dari kerangka berpikir tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
meningkatkan mutu pelaksanaan musrenbang Kelurahan. Petunjuk Pelaksanaan
Musrenbang ini disusun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu Musrenbang
tingkat Kelurahan Kecamatan Galang.
Kecamatan Galang adalah salah satu kecamatan yang ada di Kota Batam yang
berada di daerah pesisir kota Batam. Masih banyak masalah yang terjadi disana seperti
sarana dan infrastruktur yang kurang memadai, seperti yang dilansir di media online Sinar
Media Kepri menyatakan bahwa Sarana prasarana menjadi kebutuhan mendasar dalam
berbagai aktivitas keseharian di kecamatan Galang masih terbilang minim seperti
Pelabuhan Tambatan Perahu, Jembatan, Sekolah dan Puskesmas, kemudian masalah
tenaga pembangkit litrik, serta program rehap rumah tidak layak huni juga tidak maksimal
(http://www.sinarmediakepri.com/). Hal demikian menjadi sorotan penulis mengingat
pentingnya perencanaan pembanguan pada kecamatan Galang ini, mengingat jumlah
masyarakatnya sudah mulai ramai mestinya keikutsertaan masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan daerah tingkat kecamatan diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang aktif.
Penulis dalam hal ini melakukan penelitian terhadap kecamatan Galang yaitu pada
kelurahan sembulang, yang mana kelurahan sembulang merupakan Kelurahan Sembulang
merupakan wilayah yang paling dekat dengan Kantor Kecamatan karena jaraknya kurang
dari 1 Km. Sedangkan untuk ke Pusat Pemerintahan Kota Batam jarak tempuhnya
mencapai 56,67 Km.Tentunya informasi terhadap masyarakatnya lebih cepat dan menjadi
sorotan penulis apakah informasi yang lebih cepat didapat sejalan dengan partisipasi
masyarakatnya terhadap kegiatan-kegiatan pemerintah dalam hal ini musrenbang.
Partisipasi menjadi sangat penting kedudukannya dalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program. Partisipasi masyarakat dalam
perencanaan merupakan hal yang utama karena perencanaan merupakan tahap awal dalam
proses pembangunan. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan
program agar program yang disusun dapat mengakomodasi segala kebutuhan dan
permasalahan masyarakat. Program pembangunan yang disusun hendaknya berdasarkan
keinginan masyarakat bukan berdasarkan kelompok tertentu (Hariyanto,2013).
Dari gejala-gejala yang disebutkan di atas maka Penulis tertarik untuk meneliti
tentang judul : “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Musyawarah Rencana
Pembangunan (MUSRENBANG) Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam
Tahun 2014”
Page 5
5
Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka dipandang perlu untuk di kaji
secara mendalam dan akan segera dipaparkan secara ilmiah dengan perumusan masalah
dalam penulisan ini yaitu: “ Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan (MUSRENBANG) serta faktor yang menghambat partisipasi masyrakat di
Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam Tahun 2014”?
B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan kualitatif. Arikunto (2006:16) menyebutkan bahwa
“Penelitian kualitatif mengutamakan proses dari pada hasil. Penelitian kualitatif lebih
ditekankan pada bagian gejala tersebut muncul, dengan kata lain penulis bukan mencari
jawaban atas pertanyaan “apa” tetapi “mengapa”. Dengan penelitian bersifat deskriptif ini
penulis langsung melakukan observasi di lapangan sesuai dengan permasalahan pada
penelitian, yaitu partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan musrenbang tingkat
kelurahan di Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota
Batam. Alasan penulis tertarik dengan lokasi ini karena ingin melihat tentang sejauh mana
partisipasi dan peran masyarakat terhadap musrenbang tahunan yang diadakan dikelurahan
Sembulang, Kelurahan Sembulang merupakan kelurahan yang terletak di ibukota
Kecamatan Galang, alasan lain yakni partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan
musrenbang tingkat kelurahan perlu dikaji demi tercapainya demokrasi yang baik, mulai
dari tingkat kelurahan sampai ke tingkat nasional.
3. Jenis dan sumber data
Jenis data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan dan menganalisa data
sebagai berikut :
a. Data primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang diteliti
untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan yang dilakukan
dengan datang langsung ke lokasi penelitian dengan cara melakukan wawancara
terhadap subyek dalam penelitian.
b. Data sekunder yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui buku-
buku, jurnal, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini
4. Narasumber/Informan
Page 6
6
Informan adalah orang-orang dalam latar belakang penelitian yang bisa memberikan
informasi yang dibutuhkan di dalam suatu penelitian Informan atau orang yang dimintai
keterangan dalam penelitian ini akan dipilih berdasarkan kriteria terkait unit analisis data
yang akan di paparkan pada tabel di bawah.
Adapun yang akan menjadi informan dalam penelitian ini antara lain:
No Nama Unsur
1
M. Yusuf. B. Ama.
Pd Lurah Kelurahan Sembulang
2 Dian Nurhuda
Pegawai kelurahan Seksi Pembangunan
Kesejahterahan Rakyat
3 Rusli Ketua LPM
4 Safi’i Ketua Rukun Warga
5 Sumarno Ketua Rukun Tetangga
6 Mustafa Tokoh Masyarakat
7 Ardi Ketua Karang Taruna
8 Salim Masyarkat Nelayan
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah melakukan wawancara
mendalam terhadap key informant yakni dengan mekanisme pertanyaan yang sudah
disusun dan bisa keluar dari konsep jika berkaitan dengan yang ingin diteliti atau bisa juga
disebut dengan wawancara non-tersturktur.
Penelitian deskriptif kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada peelitian kualitatf tidak dikenal adanya populasi
dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan
secara sengaja.
b. Alat Pengumpulan data
Page 7
7
Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah kamera, telpon genggam,
alat perekan dan alat tulis.
C. KERANGKA TEORITIK
1. Partisipasi Masyarakat
Konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki pengertian yang beragam walaupun
dalam beberapa hal ia memiliki kesamaan. Partisipasi dalam kamus besar Bahasa
Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Partisipasi
dari asal katanya berasal dari bahasa latin ialah partisipare yang mempunyai arti bagian
atau turut serta. Menurut White, partisipasi adalah keterlibatan komunitas psetempat secara
aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan proyek-proyek pembangunan (Safi’I,
2008:74).
Menurut Juliantara, partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara
yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat
merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif. Sementara
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi (Deviyanti, 2013).
Partisipasi Menurut Adisasmita dalam Suhardiman, (2006:38) Partisipasi
masyarakat dapat didefenisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program pembangunan. Adisasmita juga mengatakan peningkatan
partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social
empowerment) secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang
dilakukan dalam masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan
efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:
a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan teknologi)
b. Aspek proses (pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan)
Page 8
8
c. Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi)
Sedangkan menurut Rasyid (Waluyo 2007:125) ”Pemerintah yang baik akan terus
memperkuat legitimasinya dengan cara memberi inspirasi kepada rakyat tentang
bagaimana mengejar kemajuan, memberi pelayanan yang adil dan menyelesaikan konflik-
konflik kepentingan yang besar, serta memberi arahan tentang cara-cara terbaik untuk
mempercepat terwujudnya cita-cita kemasyarakatan yang sejahtera lahir dan batin”. Dari
teori diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa Ilmu Pemerintahan adalah suatu ilmu yang
mempelajari cara koordinasi dan memberi arahan antara yang memerintah dengan yang
diperintah untuk mempercepat proses kesejahteraan masyarakat.
Secara singkat Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan
yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk
menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat
yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat itu sendiri.
2. Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)
Salah satu sarana yang disediakan oleh pemerintah kepada setiap masyarakat untuk
berperan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah melalui pelaksanaan
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) berdasarkan Undang-Undang
nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang
melembagakan Musrenbang di semua peringkat pemerintahan untuk membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.
Pelaksanaan Musrenbang yang berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, hingga dibawa ke tingkat nasional merupakan
kesempatan emas bagi masyarakat untuk dapat terlibat dalam perencanaan pembangunan.
Akan tetapi dalam penyelenggaraannya kerap kurang memperhatikan aspek partisipasi
secara luas, dan masih terbatas pada seremonial dan acara rutin belaka. Peran lembaga
daerah dalam hal ini pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya dalam forum Musrenbang mutlak
diperlukan sebagai salah satu usaha menuju pemerintahan daerah yang lebih baik.
Ditetapkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana
pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan
(Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah
(5 tahun) maupun jangka pendek atau tahunan (1 tahun), serta Undang-Undang No. 32
Page 9
9
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bab VII pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).
Pembangunan yang baik akan terselenggara apabila diawali dengan perencanaan
yang baik pula, sehingga mampu dilaksanakan oleh seluruh pelaku pembangunan serta
memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu, maka proses perencanaan memerlukan
keterlibatan masyarakat, diantaranya melalui konsultasi publik atau musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang). Musrenbang merupakan forum konsultasi para
pemangku kepentingan untuk menghasilkan kesepakatan perencanaan pembangunan di
daerah yang bersangkutan sesuai tingkatan wilayahnya. Penyelenggaraan musrenbang
meliputi tahap persiapan, diskusi dan perumusan prioritas program/kegiatan, formulasi
kesepakatan musyawarah dan kegiatan pasca musrenbang (Satries,2011).
3. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Sulaiman (Huraerah, 2008: 103), dimana partisipasi dalam kegiatan perencanaan
pembangunan adalah:
a. Bentuk partisipasi
Pada tahapan ini bentuk partisipasi masyarakat yang bisa disumbangkan dalam
perencanaan pembangunan berbentuk tingkat kehadiran, memberikan ide atau gagasan
dalam penentuan usulan prioritas. Ide atau gagasan disampaikan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan, dan hasil ide-ide tersebut akan diusulkan dalam penetapan
usulan. Bentuk partisipasi masyarakat diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, saran,
usulan maupun kritik dalam pertemuan atau rapat yang diadakan untuk membicarakan
kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Kewenangan pengambilan keputusan
Peran masyarakat Perencanaan pembangunan sangat penting, diskusi intensif
antara pihak berkepentingan (stakeholders), baik dari unsur pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha terkait perlu diselenggarakan untuk dapat saling melengkapi
informasi dan menyamakan persepsi tentang kebijakan yang akan diputuskan oleh aparat
tersebut.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan hendaknya masyarakat
tidak dipandang sebagai obyek semata, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif dalam
pembangunan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
Page 10
10
Selanjutnya hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah hendaknya masyarakat
dapat menikmati hasil pembangunan secara proposional sesuai dengan peranannya
masing-masing.
c. Metode/cara pemberian usulan
Salah satu ciri perencanaan partisipatif adalah terfokus pada kepentingan
masyarakat, Dan juga berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat.
Untuk menjawab kebutuhan dan permasalahan tersebut maka dilakukan identifikasi dan
penetapan permasalahan, menggali dan mengumpulkan masalah-masalah dan kebutuhan
masyarakat.
Selanjutnya mengenai mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan di kota
Batam berdasarkan Peraturan Walikota Batam Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Penyelenggaraan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Batam pada Bab III tentang Tata Cara Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat Kelurahan, paragragaf ke-empat pasal 9
menyebutkan :
1. Mekanisme pelaksnaan Musrenbang tingkat kelurahan terdiri dari agenda persiapan
dan agenda pelaksanaan.
2. Agenda persiapan meliputikegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan panitia penyelenggaraan musyawarah tingkat kelurahan.
b. Mengumumkan secara terbuka agenda dan tempat minimal 7 hari sebelum
kegiatan dilakukan
c. Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta musrenbang tingkat
kelurahan maupun kelompok masyarakat
d. Menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk penyelenggara
musrenbang tingkat kelurahan.
3. Agenda Pelaksanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Pendaftaran peserta
b. Pemaparan camat atas prioritas kegiatan pembangunan di Kecamatan yang
bersangkutan.
c. Pemaparan camat atas hasil evaluasi pembangunan tahun sebelumnya, dengan
memuat jumlah usulan yang dihasilkan pada tahun sebelumnya.
d. Pemaparan lurah atas Prioritas kegiatan untuk tahun berikutnya yang bersumber
dari RPJM kelurahan.
Page 11
11
e. Penjelasan tentang permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat oleh
beberapa perwakilan masyarakat.
f. Pemisahan permasalahan yang akan diselesaikan sendiri di tingkat kelurahan
dan menjadi tanggungjawab SKPD.
g. Perumusan prioritas kegiatan berdasarkan cara mengatasi permasalahan oleh
peserta musrenbang tingkat kelurahan
h. Penetapan prioritas kegiatan pembangunan sesuai dengan potensi dan
permasalahan di kelurahan.
i. Penetapan daftar nama delegasi untuk menghadiri musrenbang tingkat
kecamatan.
Selanjutnya keluaran dari musrenbang tingkat kelurahan menurut pasal 11 adalah
dokumen rencana kerja pembagunan kelurahan yang berisi:
1. Prioritas kegiatan pembangunan untuk diusulkan ke musrenbang tingkat kecamatan
dan akan dilaksanakan oleh SKPD.
2. Prioritas kegiatan pembangunan skala kelurahan yang akan didanai oleh alokasi
Dana Bantuan Pembangunan Kelurahan dan atau swadaya masyarakat.
3. Daftar nama delegasi untuk mengikuti ke musrenbang kecamatan.
4. Berita acara musrenbang tingkat kelurahan.
Adapun peserta musrenbang tingkat kelurahan menurut Perwako tersebut terdiri
dari beberapa unsur:
1. DPRD Kota Batam yang berasal dari daerah pemilihan setempat.
2. SKPD dilingkungan Pemerintahan kota Batam.
3. Muspika.
4. Lurah.
5. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
6. Pemerintah kelurahan.
7. Pengurus RT/RW
8. Pengusaha tingkat kelurahan
9. Sektor informasi tingkat kelurahan.
10. Organisasi perempuan
11. Organisasi Kemasyarakatan
12. Oraganisasi Pemuda
13. LSM.
Page 12
12
D. KONSEP OPRASIONAL
Beberapa hal atau aspek yang menjadi indikator dalam menjelaskan partisipasi
masyarakat dan faktor pendorong serta faktor penghambat dalam musrenbang, yaitu:
1. Bentuk Partisipasi
a. Tingkat kehadiran masyarakat dalam musyawarah musrenbang.
b. Keaktifan masyarakat dalam memberikan usulan dan gagasan maupun kritik dan
saran terhadap perencanaan pembangunan.
2. Kewenangan dalam pengambilan keputusan
a. Peran dan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pada rapat atau
proses perencanaan pembangunan.
3. Metode/cara pemberian usulan
a. Metode atau cara masyarakat dalam memberikan usulan baik itu secara tertulis
dalam sebuah proposal perencaaan pembangunan dan kegiatan ataupun bersifat
lisan dalam proses rapat perencanaan pembangunan.
4. Faktor Penghambat Partisipasi
a. Faktor internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat meliputi faktor-
faktor yang berasal dari individu responden sendiri, meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.
b. Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat meliputi semua
pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program kecuali
masyarakat. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah peran pemerintah dalam pembinaan
dan pemberian informasi kepada masyarakat, dan peranan pihak swasta.
E. HASIL DAN ANALISIS
A. Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana Pembangunan di
Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam Tahun 2014
Musrenbang tingkat kelurahan merupakan awal atau dasar perencanaan dalam
perencanaan pembangunan, karena dalam musrenbang tingkat kelurahan pemerintah
kelurahan berperan sebagai fasilitator, sementara motor penggerak kegiatan ini adalah
Page 13
13
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Tujuan dari Musrenbang tingkat
kelurahan adalah membuat dokumen rencana kerja pembangunan kelurahan baik yang
didanai secara swadaya masyakat maupun yang akan didanai dana kelurahan. Serta
prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui SKPD (Indrajat, 2012:
39).
1. Bentuk Partisipasi
Pada tahapan ini bentuk partisipasi masyarakat yang bisa disumbangkan dalam
perencanaan pembangunan berbentuk tingkat kehadiran, memberikan ide atau gagasan
dalam penentuan usulan prioritas. Ide atau gagasan disampaikan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan, dan hasil ide-ide tersebut akan diusulkan dalam penetapan
usulan. Bentuk partisipasi masyarakat diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, saran,
usulan maupun kritik dalam pertemuan atau rapat yang diadakan untuk membicarakan
kegiatan yang akan.dilakukan.
Selanjutnya untuk melihat bentuk partisipasi masyarakat Musrenbang di kelurahan
sembulang pada tahun 2014, di awal sekali penulis menayakan perihal siapa saja yang
mengikuti kegiatan musrenbang di kelurahan Sembulang dan bagaimana seberapa penting
kehadiran mereka dalam musyawarah perencanaan pembangunan di ditingkatan kelurahan
yaitu kelurahan sembulang, berikut pernyataam dari bapak M. Yusuf selaku lurah dari
kelurahan Sembulang:
“Pihak yang terlibat dalam perencanaan pembangunan adalah lurah sendiri,
perangkat kelurahan, pemangku kepentingan dan pastinya masyarakat kelurahan
sembulang.”
Kemudian ditambahkan oleh pegawai kelurahan yaitu ibu Dian Nurhuda:
“Aturannya, yang ikut berpartisipasi dalam musrenbang tingkat kelurahan ini
adalah semua elemen masyarakat baik dr tokoh masyarakat, tokoh pemuda,
lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di kelurahan sembulang ini, selain itu
aparatur kelurahan, kemudian wakil-wakil rakyat yang pada dasarnya berasal dari
dapil sini, serta pemangku kepentingan. Namun dari elemen masyarakat masih
sedikit yang hadir.”
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya peserta musrenbang di
kelurahan Sembulang yang disampaikan lurah dan pegawainya sesuai dengan isi dari
Peraturan Walikota no 6 tahun 2006 tentang Tentang Penyelenggaraan dan Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam, yang
disebutkan oleh keduanya sejalan dengan peraturan tersebut.
Page 14
14
Selanjutnya masih mengenai peserta musrenbang, penulis menanyakan hal serupa
kepada Ketua Karang Taruna yaitu Bapak Ardi, berikut tanggapannya:
“Kalau saya melihat pada musrenbang itu, yang hadir kebanyakan dari aparatur
kelurahan, kemudian sekcam, kemudian aparatur pemerintahan, dinas-dinas, kalau
untuk masayarakat ada dari kalangan guru-guru, kemudian RT dan RW, untuk
tokoh masyarakat ada beberapa tapi Cuma sedikit, lebih banyak yang dari
pegawai-pegawai kelurahan dan dinas-dinas.”
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan, bahwa peserta musrenbang dikelurahan
Sembulang kebanyakan di hadiri oleh aparatur pemerintahan saja, dari perangkat
kelurahan, perangkat kecamatan serta SKPD yang berkepentingan serta masyarakat dari
kalangan akademisi.
Selanjutnya terkait tingkat kehadiran masyarakat dalam berpartisipasi pada
kegiatan musrenbang di kelurahan Sembulang yang kemudian dijelaskan oleh pak lurah
Sembulang:
“Tingkat paritsipasi masyarakat dikelurahan sembulang masih tergolong
rendah.karena masyarakat yang hadir dalam musrenbangdes orang-orangnya itu-itu
aja. Yaitu para aparat kelurahan dan perangkat-perangkatnya, sedangkan dari
masyarakat sendiri saya lihat kurang berpartisipasi dalam mengikuti musrenbang
yang diadakan di kelurahan sembulang ini.”
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa ada permasalahan pada tingkat
partisipasi di kelurahan Sembulang pada tahun 2014, dilihat dari rendahnya kehadiran
masyarakat dalam kegiatan tersebut. Pada dasarnya kegiatan Musrenbang adalah suatu
kegiatan yang mana kegiatan tersebut merrupakan wadah masyarakat untuk
menyampaikan keluh kesah mereka di tempat tinggal mereka, namun kesempatan tersebut
tidak digunakan dan terkesan menerima apapun keputusan dari hasil musrenbang tersebut.
Sasaran dari musrenbang adalah menampung aspirasi masyarakat di kelurahan
tersebut namun masyarakat sendiri tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan tersebut hal
ini sangat ironis dan merupakan suatu kemunduran demi pembangunan yang efektif dan
efisien di kelurahan Sembulang, karena yang seharusnya lebih paham tentang lingkungan
dan kebutuhan mereka adalah mereka sendiri.
Berikut pernyataan dari Ketua LPM dari kelurahan Sembulang yaitu Bapak Rusli
terkait seberapa penting kehadiran masyarakat dalam kegiatan tahunan yaitu musrenbang
kelurahan Sembulang:
“Tentu kehadiran masyarakat sangat dibutuhkan karena dalam kehadiran dan
keikutsertaan aktif masyarakat pada saat musrenbang merupakan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Sebab pembangunan yang akan
dilaksanakan nantinya bukan hanya bagian dari proyek pemerintah tetapi adanya
Page 15
15
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sebagai subjek dan objek
pembangunan dan pihak-pihak terkait. Untuk itulah dibutuhkan partisipasi disemua
tahap-tahap pembangunan khususnya dimulai dari perencanaan ini untuk
menentukan apa yang menjadi prioritas utama perencanaan pembangunan
nantinya”.
Selanjutnya ditambahkan oleh Tokoh masyrakat Kelurahan Sembulang yaitu bapak
Mustafa:
“Dalam setiap Musrenbang di kelurahan ini masyarakat memang kurang
berpartisipasi. Karena masyarakat menilai tanpa mengikuti pun semuanya tetap
berjalan. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembangunan
dan belum merasa ada tanggung jawab dalam pelaksanaannya.”
Dari pemaparan jawaban dari dua narasumber di atas menjelaskan bahwa
kehadiran masyarakat dalam musrenbang sangatlah penting, karena pembangunan yang
akan dilaksanakan nantinya yang merupakan hasil dari musrenbang tersebut akan
membutuh peran masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan, tentu dalam hal ini
kehadiran masyarakat sangat dibutuhkan agar sinkronisasi antara kebutuhan masyarakat
dan perencanaan pembangunan yang dihasilkan dari musrenbang dapat berjalan dan sesuai
dengan apa yang memang dibutuhkan masyarakat.
Selanjutnya sebagai ketua Rukun Tetangga di keluraha Sembulang yaitu bapak
Sumarno menyampaikan pendapatnya terkait dengan hambatan-hambatan yang menjadi
alasan masyarakat tidak dapat menghadiri kegiatan musrenbang di kelurahan Sembulang,
berikut penjelasannya:
“Saya melihat masayarakat kurang aktif ya dalam mengkuti acara seperti ini,
padahal saya dan tokoh-tokoh masayarakat lainnya sudah mensosialisasikan juga
kepada masyarakat saya, tapi mungkin karena banyak yang tidak bisa
meninggalkan pekerjaan mereka, jadinya mereka memilih tidak hadir dari pada
tidak bekerja”
Selanjutnya ditambahkan oleh ketua Rukun Warga yaitu Bapak Safi’i:
“Aparat Kelurahan selalu mengajak masyarakat untuk mengikuti rapat penetapan
kebijakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di kelurahan. Pertama
sekali sebelum mengajak masyarakat terlebih dahulu melakukan sosialisasi tentang
pentingnya pembangunan bagi masyarakat, dengan dilakukannya sosialisasi ini
harapannya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka dapat mendorong keikutsertaan masyarakat
dalam pembangunan. Namun harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan
dimana hanya sedikit masyarakat yang mau ikut aktif dalam proses pembangunan
di kelurahan, terutama dalam keterlibatan penetapan kebijakan program
pembangunan.”
Page 16
16
Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa perangkat kelurahan dan tokoh-tok
masyarakat dalam hal ini RT dan RW sudah giat mensosialisasikan tentang kegiatan
musrenbang tersebut kepada masyarakat namun masyarakat juga tidak merespon dengan
baik atas informasi tersebut, hal itu di dikarenakan masyarakat lebih memilih melaut
ataupun bertani dibandingkan dengan datang mengikuti musyawarah tersebut, hal tersebut
tidak mengherankan mengingat hampir 70% masyarakat di kelurahan Sembulang adalah
nelayan dan petani.
Sosialisasi tentang adanya kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan di
kelurahan Sembulang terbilang cukup intens mengingat perangkat kelurahan dan di bantu
oleh RT dan RW untuk bersama-sama mengajak dan menghimbau kepada masyarakat agar
mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut karena musyawarah tersebut akan membahas
segala kebutuhan-kebutuhan masyarakat di kelurahan Sembulang baik dari segi
pembangunan dan kesejahteraan. Berikut tambahan dari pak Lurah mengenai upaya-upaya
sosialisasi mengenai kegiatan musrenbang:
“Pihak kelurahan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan misalnya dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam
musyawarah pembangunan kelurahan dan juga dalam pelaksanaan pembangunan
yang akan dilakukan, upaya lain juga dilakukan yaitu dengan mengadakan
sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat, sehingga masyarakat
pun mau ikut berpartisipasi.”
Kemudian di tambahkan oleh Pegawai Kelurahan Sembulang:
“Iya, saya selaku aparat kelurahan tentunya harus mensosialisasikan kepada
masyarakat akan pentingnya pembangunan demi kemajuan kelurahan ini seperti
kami mengadakan rapat. Namun masyarakat disini kurang peduli dengan kegiatan
seperti ini karena adanya kepentingan-kepentingan lain bagi masyarakat.”
Berdasarkan pendapat dari narasumber di atas, menunjukkan bahwa pihak
kelurahan sudah berupaya untuk mengajak langsung masyarakat dengan melakukan
sosialisasi tentang pembangunan dan kemajuan kelurahan ini bagi masyarakat dengan
harapan masyarakat tertarik dan menaruh simpati terhadap pentingnya kehadiran mereka
dalam kegiatan musrenbang.
Sosialisasi tersebut merupakan langkah persuasif dari pihak kelurahan, yang mana
pihak kelurahan mau terjun langsung ke masyarakat untuk menemui langsung
masyarakatnya dengan harapan ada iktikad baik masyarakat untuk hadir. Namun hal
tersebut seolah tidak di amini masyarakat, dan seakan masyarakat tidak peduli dengan
Page 17
17
kegiatan tersebut dengan alasan lebih mementingkan kegiatan lain yang bersifat lebih
penting bagi kehidupan individual mereka.
Setelah berbicara mengenai tentang bagaimana bentuk sosialisasi terhadap
musrenbang dan tingkat kehadiran msyarakat dalam musrenbang di kelurahan sembulang,
selanjutnya penulis mencoba menggambarkan situasi yang terjadi di dalam kegiatan
musrenbang di kelurahan Sembulang, terkait keaktifan masyarakat dan pemangku
kepentingan dalam kegiatan musyawarah tersebut. Berikut tanggapan bapak Mustafa:
“Kalau saya melihat pada musrenbang kemarin, untuk masyarakat biasa sedikit ya
yang aktif memberi usulan, kebanyakan dari tokoh pemuda dan LPM ,karena
mungkin masyarakat masih malu menyampaikan usulan, biasanya yang
mewakilinya itu RT ataupun RW nya, karena sebelumnya kan sudah mengadakan
rapat bersama di RT dan RW masing-masing.”
Selanjutnya di tambahakan oleh Pak M. Yusuf:
“Untuk usulan ataupun saran perencanaan pembangunan yag disampaikan
masyarakat, saya kira ada beberapa, dan yang diusulkan biasanya hampir sama
dengan musrenbang tahun lalu, ya terkait pengaspalan jalan, drainase, alat tangkap
nelayan dan lain-lain”
Selanjutnya ditambahkan oleh Ketua RT:
“Yang paling menonjol dalam acara itu pastinya tokoh-tokoh masyarkat yang
memang dianggap sesepuh atau di tuakan disini, dan juga banyak masukan dari
pegawai-pegawai, ada dari kelurahan, dari guru-guru, ada juga dari masyarakat
biasa tapi tidak banyak, karena selalu disanggah oleh peserta lainnya”
Berdasarkan pernyataan di atas, keaktifan masyarakat hanya didominasi oleh
segilintir orang saja, untuk masyarakat sendiri sangat kurang aktif hal ini disadari bahwa
sebelumnya sudah melakukan rapat di tingkatan RT dan RW masing-masing. Namun
dalam musyawarah perencanaan pembangunan, biasanya ada penyampaian dan perdebatan
atas usulan-usulan dari peserta kegiatan, diharapakan menjadi perhatian masyarakat karena
rapat di tingkatan RT tidak selalu sama ataupun sejalan dengan kegiatan musrenbang
tersebut karena dalam rangakaian kegiatan musrenbang juga memaparkan hasil kegiatan
tahun sebelumnya sehingga keaktifan masyarakat dalam mengoreksi perencanaan
pembangunan yang belum berjalan sesuai dengan harapan.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam proses
Musrenbang hanya memilih sebagai pendengar saja. Dan tidak banyak memberikan
kontribusi dalam hal masukan atau apapun. Ini berarti kemauan dan kemampuan
masyarakat yang terlibat untuk mengemukakan pendapatnya belum optimal. Hal tersebut
Page 18
18
di dasari bahwa sebagian besar masyarakat di kelurahan Sembulang kebanyakan tidak
tamat sekolah dasar dan jauh dari pemahaman tentang pembangunan.
Kemauan berpartisipasi berhubungan dengan motivasi untuk mengadakan
perubahan, sedangkan kemampuan berpartisipasi berhubungan dengan sumber daya
manusia dan kemampuan belajar. Dengan adanya sumbangan masukan berarti partisipasi
telah memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak
masyarakat, serta mengembangkan potensi dan prakarsa lokal. Hak dan tindakan
masyarakat menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan pemerintah, tujuannya adalah
mempengaruhi kebijakan pemerintah maupun menentukan agenda bersama untuk
penetapan usulan prioritas kelurahan.
2. Kewenangan Dalam Pengambilan Keputusan
Peran masyarakat Perencanaan pembangunan sangat penting, diskusi intensif
antara pihak berkepentingan (stakeholders), baik dari unsur pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha terkait perlu diselenggarakan untuk dapat saling melengkapi
informasi dan menyamakan persepsi tentang kebijakan yang akan diputuskan oleh aparat
tersebut.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan hendaknya masyarakat
tidak dipandang sebagai obyek semata, tetapi harus dilibatkan sebagai pelaku aktif dalam
pembangunan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
Selanjutnya hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah hendaknya masyarakat
dapat menikmati hasil pembangunan secara proposional sesuai dengan peranannya
masing-masing.
Selanjutnya mengenai keterlibatan ataupun kewenangan masyarakat dalam
pengambilan keputusan perencanaan pembangunan di kelurahan Sembulang. Karena pada
dasarnya yang menjadi sasaran untuk menikmati hasil pembangunan adalah masyarakat
tentunya hasil keputusan ataupun hasil musyawarah terkait usulan pembangunan haruslah
masyarakat ikut andil dalam kewenangan memutuskan keputusann. Berikut pernyataan
Lurah:
“Dalam rapat musyawarah pembangunan di Kelurahan Sembulang masyarakat
selalu dilibatkan. Apalagi disini setiap tahun ada kebijakan dari pemerintah daerah
untuk menampung aspirasi masyarakat terkait pembangunan, hal ini dinamakan
dengan Sistem jemput bola/ musrenbang. Masyarakat yang memberikan secara
langsung ide-ide atau pemikiran mereka”
Page 19
19
Selanjutnya ditambahakan oelh pegawai kelurahan:
“Dalam penetapan program pembangunan masyarakat selalu dilibatkan, namun
kendalanya adanya pada masyarakat itu sendiri, dimana seringkali hanya sedikit
masyarakat yang terlibat dalam penetapan kebijakan pembangunan. hal ini
dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari
untuk mencari nafkah. Ya sebagai masukan buat pemerintah daerah yang terlibat
dalam pembangunan kelurahan harapannya mengadakan rapat tidak pada waktu
masyarakat lagi beraktifitas atau mengerjakan pekerjaan sehari-hari, karena hal ini
sangat mempengaruhi tingkat kehadiran masyarakat dalam proses penetapan dan
pelaksanaan program pembangunan. Padahal kita ketahui bahwa kehadiran
masyarakat sangat penting, karena hal ini mempengaruhi tingkat keberhasilan
pembangunan yang dilaksanakan di kelurahan ini.”
Dari hasil wawancara di atas oleh pihak kelurahan, bahwa kelurahan dalam hal ini
sebagai penyelenggara kegiatan musrenbang di kelurahan Sembulang telah memberikan
kesempatan kepada masyarakat dan telah melibatkan masyarakat dalam proses
menetapkan usulan prioritas apa yang akan disampaikan pada tingkatan musrenbang
selanjutnya. kemudian dari pernyataan di atas juga ada harapan dari pihak kelurahan untuk
menyesuaikan waktu musyawarah perencanaan dengan waktu kesediaan masyarakat untuk
hadir. Karena kebanyakan ketidakhadiran masyarakat sangat dipengaruhi oleh waktu
pelaksanaan kegiatan musrenbang yang seharusnya mereka gunakan untuk bekerja.
Selanjutnya terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam memutuskan usulan-
usulan apa saja yang di jadikan prioritas kelurahan untuk sama-sama dipresentasikan ke
tingkatan musrenbang di tingkat kecamatan, berikut tanggapan megenai ketua LPM
mengenai batasan keterlibatan masyarakat pada hasil dari perencanaan pembangunan yang
telah di anggarkan, berikut tanggapannya:
“Betul, masyarakat dilibatkan dalam pembangunan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pemeliharaan pembangunan yang telah dilakukan.
Tapi, mengenai dana-dana untuk pembangunan kami sebagai masyarakat tidak
tahu, yang kami ketahui hanyalah mengenai pembangunannya saja, misalnya dalam
pembangunan atau perbaikan jalan dan jembatan, saluran air bersih dan lain-lain.”
Kemudian dilanjutkan oleh Pak Salim:
“Ada masyarakat yang diikutkan dalam pengambilan keputusan, yang saya ingat
ada perwakilan dari yang datang itu untuk mewakili kelurahan ini untuk
musrenbang di kecamatan, ada beberapa orang kalau tidak salah.”
Selanjutnya ditambahkan oleh Pak Safi’i:
“Harusnya ada, tapi tetap saja semua tergantung aparturnya, karena masyarakat
sendiri sebenarnya tidak paham mengenai perencanaan ini, jadi meskipun
Page 20
20
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tetap saja mereka mengikuti saran dari
pihak kelurahan. Kebanyakan kan masyarakat, maaf cakap banyak masyarakat
yang tidak paham karena faktor pendidikan, jadi wajar saja, kalau dilibatkan juga
tidak mempengaruhi hasilnya.”
Hasil wawancara di atas menunjukkan adanya keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan namun ada beberapa hal yang tidak diikutsertakan karena memang
untuk masalah penganggaran adalah kewenangan pemerintah untuk menetapkan anggaran,
namun tetap saja pihak pemerintah harus menginformasikan kepada msayarakat mengenai
keterbukaan informasi publik tentang penggunaan dana pembangunan tersebut sehingga
masyarakat tidak apatis dan kecewa perihal ketidakbukaan pemerintah dalam penyaluran
dana pembangunan di kelurahan.
Kemudian terlihat dari pemaparan di atas bahwa ada beberapa perwakilan
masyarakat yang di utus untuk mengikuti musrenbang di tingkat kecamatan untuk
membawa hasil usulan dari musrenbang kelurahan dan juga ada beberapa situasi dimana
masyarakat hanya mengikuti saja pendapat dari pihak kelurahan karena keterbatasan
pemahaman dari masyarakat dalam hal perencanaan pembangunan.
Berdasarkan pemaparan di atas jelas sekali bahwa pengambilan keputusan dalam
menentukan usulan prioritas pembangunan kelurahan adalah mufakat dari masyarakat dan
pemerintah kelurahan. Dimana aktor utama dalam menentukan program yang akan
dilaksanakan adalah masyarakat dan pemerintah kelurahan. Namun kenyataannya di
lapangan menunjukkan bahwa peran masyarakat dalam usulan dan saran masih kurang
optimal, karena kurangnya kemampuan dalam menyampaikan saran dan gagasan tersebut.
Selain itu, perbandingan prioritas kegiatan dari usulan masyarakat dan pemerintah daerah
tidak sebanding.
Dari informasi tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat kurang mampu dalam
mengidentifikasi prioritas kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Usulan kegiatan
yang disampaikan tidak didasarkan pada prioritas kebutuhannya, tapi hanya sekedar
pengulangan usulan program yang sudah dilaksanakan sebelumnya, sehingga penentuan
program kegiatan lebih banyak ditentukan oleh orang berkepentingan.
3. Metode/Cara Pemberian Usulan
Salah satu ciri perencanaan partisipatif adalah terfokus pada kepentingan
masyarakat, Dan juga berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat.
Untuk menjawab kebutuhan dan permasalahan tersebut maka dilakukan identifikasi dan
Page 21
21
penetapan permasalahan, menggali dan mengumpulkan masalah-masalah dan kebutuhan
masyarakat.
Pada bagian ini, penulis mencoba menggambarkan mekanisme pemberian usulan
yang dilakukan peserta musrenbang kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam.
Pemberian usulan pada dasarnya terdiri dua cara yaitu dengan cara lisan dan dengan cara
tulisan atau berbentuk proposal. Berikut pernyataan Pak Yusuf:
“Dua-duanya ada, ada yang bersifat lisan dan tulisan, dan pada intinya usulannya
sama, dan tidak jauh jauh dari usulan yang sebelum-sebelumnya, ya tapi
kebanyakan usulan secara lisanlah, paling Cuma beberapa saja yang memakai
proposal ataupun bersifat tulisan”
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa ada beberapa cara yang
dilakukan oelh peserta musrenbang, dalam hal ini untuk masyarakat kelurahan sembulang
memberikan usulan dengan lisan dan juga dalam bentuk tulisan, namun kebanyakan
masyarakat memberikan usulan secara lisan.
Pemberian usulan dengan cara tulisan, tentunya adalah usulan yang telah
disiapakan terlebih dahulu oleh masyarakat dengan melihat kondisi dilingkungan
masyarakatnya, namun pada kondisi tertentu usulan secara lisan dapat digunakan karena
banyak usulan dari pihak lain yang mungkin masyarakat dapat memberikan pendapatnya.
Situasi seperti merupakan komunikasi yang aktif dimana ada peran sebagian
masyarakat yang mampu memberikan usulan baik secara tulisan maupun lisan, namun
tetap saja yang menjadi kendala adalah hanya sebagian masyarakat yang menyampaikan
usulan. Berikut tambahan dari Ketua Karang Taruna:
“Kami dari pemuda untuk usulan hanya melalui lisan, pada waktu itu kami
mengusulkan tribun untuk lapangan bola, ya untuk sarana olahraga pastinya,
karena kamikan mewakili pemuda tentunya kami lebih focus dengan sarana
prasarana untuk para pemuda dan adik-adik kami”
Kemudian ditambahkan oleh Ketua LPM:
“Secara tertulis atau proposal, karena memang kami jauh-jauh hari sudah
mendengar hal ini, jadi tentunya sebagai tokoh pemuda masyarakat yang lebih
dekat dengan pihak kelurahan, kami harus lebih matang untuk pemberian usulan
dan semua rekan-rekan sudah menyiapakan semuanya, dilihat dari apa yang
dibutuhkan sebenarnya dari masyarakat kelurahan sembulang ini, terutama
penerangan jalan, perlengkapan nelayan, dermaga, dalan jalan tentunya”
Hasil wawancara narasumber di atas menunjukkan adanya campuran anatara
pemberian usulan dari masyarakat baik secara tulisan maupun secara lisan. Namun dari
Page 22
22
keduanya yang lebih dominan adalah pemberian usulan secara lisan. Hal ini dipengaruhi
keterbatasan masyarakat dalam membuat usulan secara administratif.
Berdasarkan hal tersebut bahwa metode pemberian usulan dalam kegiatan
musrenbang kelurahan Sembulang, menggunakan metode usulan secara lisan dan tulisan.
Hal tersebut dianggap suatu kewajaran, karena hal terpenting dalam suatu musyawarah
perencanaan pembangunan adalah keaktifan masyarakat dalam memberikan usulan, baik
itu secara lisan maupun secara tulisan. Hal tersebuat semata-mata demi perencanaan
pembangunan yang efektif dan efisien untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat di
kelurahan sembulang.
B. Faktor Yang Menghambat Partisipasi Masyarakat Di Kelurahan Sembulang
Kecamatan Galang Kota Batam Tahun 2014
1. Faktor Internal
Faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri,
yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu
berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri
individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Berikut pernyataan Pak Lurah:
“Saya fikir, karena sebagian masyarakat disini nelayan, jadi mereka lebih
mengutamakan melaut dari pada ikut berpartisipasi dalam musrenbang, padahal
sudah jauh-jauh hari kami pihak kelurahan sudah menginformasikan akan adanya
kegiatan musrenbang ini, tapi kenyataanya tetap saja hanya beberapa yang
mewakili dari masayarakat, yang hadir juga memang orang-orang yang punya
jabatan di tempatnya, seperti RT, RW, LPM tokoh-tokoh yang dituakan dan dan
beberapa guru.”
Selanjutnya ditambahkan oleh Ketua Karang Taruna:
“Pada dasarnya dikelurahan ini kebanyakan masyarakatnya tidak berpendidikan,
maksudnya bisa dihitunglah yang tamat sekolahnya itu SMP ataupun SMA, jadi
mereka tidak tahu persis bahwa kehadiran mereka itu sangat berpengaruh itu
pembangunan di lingkungan ini, saya kira seperti itu jadinya mereka malas mau
datang, ditambah lagi masalah pekerjaan mereka yang tidak bisa ditinggalkan.”
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pulalah tingkat
kesadaran untuk melakukan upaya pembangunan, sebaliknya rendahnya tingkat
pendidikan seseorang berakibat pada rendahnya kesadaran untuk membangun. Di
Page 23
23
kelurahan Sembulang tingkat pendidikan masyarakat sangat rendah sekali hal ini dapat
dilahat pada bab sebelumnya yang kebanyaan dari masyarakat ada tamatan SD (sekolah
dasar) ditambah dengan yang tidak tamat SD.
2. Faktor Ekternal
Faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu Dalam hal
ini stakeholder yang mempunyai kepentingan dalam program ini adalah pemerintah
daerah, pengurus desa/kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat/adat dan
konsultan/fasilitator. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program (Deviyanti,2013).
Berikut pernyataan dari Pak Safi’i:
“Kalau masalah jumlah yang hadir saya kira, sama saja dengan tahun sebelumnya,
orangnya itu-itu saja yang hadir, banyak yang bekerja dan banyak yang tidak mau
datang karena kecewa mungkin karena tidak ada perubahan juga bagi mereka,jadi
kesannya apatis, apalagi kegiatannya di hari kerja, mungkin ada pekerjaan mereka
yang tidak bisa ditinggalkan, atau sedang sakit atau memang tidak tahu kalau ada
kegiatan musrenbang ini”
Kemudian ditambahkan oleh Ketua LPM:
“Mungkin sosialisasinya kurang, karena sosialisasinnya cuma beberapa hari
sebelum kegiatan, jadi mungkin masyarakat kurang peka untuk datang, kedepannya
saya kira untuk meningkatkan partisipasi masyrakat, harus jauh-jauh hari dan peran
RT dan RW dan kita semua lebih maksimal untuk menginformasikan kegiatan ini,
kan kegiatan ini juga untuk kita juga. Jadi perlu pendekatan yang lebih supaya
masyarakat lebih aktif.”
Berdasarkan pendapat dari narasumber di atas menunjukkan bahwa ada kekecewaan
yang dirasakan oleh masyarakat mengenai tidak adanya perubahan selama ini meski telah
berpartisipasi dalam musyawarah. Kemudian faktor yang menghambat mereka untuk
hadir adalah ketidaksesuaian waktu musrenbang dengan pekerjaan mereka sehingga
mereka lebih memilih bekerja ketimbang hadir dimusrembang.
Selanjutnya dapat dilihat dari pernyataan di atas bahwa sosialisasi yang dilakukan
kurang maksimal dan terkesan mendadak sehingga tidak efektif dalam menginformasikan
kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi tidak mengherankan ketika masyarakat tidak
menghadiri musrenbang itu.
Pemimpin dituntut harus selalu mengajak masyarakat dalam proses pembangunan
dan juga selalu melakukan sosialisasi, komunikasi dan pemberdayaan terhadap
masyarakat sehingga masyarakat mau terlibat dan merasa bertanggung jawab terhadap
Page 24
24
pembangunan, karena pelibatan masyarakat dalam pembangunan tersebut akan
terciptanya kesesuaian dari program-program pembangunan dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
F. KESIMPULAN
Dari proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan
beberapa hal mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di
Kelurahan Sembulang tahun 2015 yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk Partisipasi
Sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam proses Musrenbang hanya memilih
sebagai pendengar saja. Dan tidak banyak memberikan kontribusi dalam hal masukan atau
apapun. Ini berarti kemauan dan kemampuan masyarakat yang terlibat untuk
mengemukakan pendapatnya belum optimal. Hal tersebut di dasari bahwa sebagian besar
masyarakat di kelurahan Sembulang kebanyakan tidak tamat sekolah dasar dan jauh dari
pemahaman tentang pembangunan.
2. Kewenangan Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam menentukan usulan prioritas pembangunan
kelurahan adalah mufakat dari masyarakat dan pemerintah kelurahan. Dimana aktor utama
dalam menentukan program yang akan dilaksanakan adalah masyarakat dan pemerintah
kelurahan. Namun kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa peran masyarakat
dalam usulan dan saran masih kurang optimal, karena kurangnya kemampuan dalam
menyampaikan saran dan gagasan tersebut. Selain itu, perbandingan prioritas kegiatan dari
usulan masyarakat dan pemerintah daerah tidak sebanding.
3. Metode/Cara Pemberian Usulan
Metode pemberian usulan dalam kegiatan musrenbang kelurahan Sembulang,
menggunakan metode usulan secara lisan dan tulisan. Hal tersebut dianggap suatu
kewajaran, karena hal terpenting dalam suatu musyawarah perencanaan pembangunan
adalah keaktifan masyarakat dalam memberikan usulan, baik itu secara lisan maupun
secara tulisan. Hal tersebuat semata-mata demi perencanaan pembangunan yang efektif
dan efisien untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat di kelurahan sembulang.
4. Faktor Yang Menghambat Partisipasi Masyarakat
a. Faktor internal
Faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri,
yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu
Page 25
25
berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan di kelurahan Sembulang sangat mempengaruhi
partsipasi masyarakat tersebut pada musrenbang.
b. Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal dimaksud adalah dalam hal ini stakeholder yang
mempunyai kepentingan dalam program ini adalah pemerintah daerah, pengurus
desa/kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat/adat dan konsultan/fasilitator yang ada di
kelurahan sembulang. Yang mana dalam hal ini kepemimpinan dari seorang lurah dalam
memenajemenkan organisasi kelurahannya masih belum maksimal sehingga berdampak
pada kegiatan-kegiatan di kelurahan.
Dari kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas maka dapat disampaikan
beberapa saran atau rekomendasi dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam proses perencanaan pembangunan di Kelurahan Sembulang, yaitu sebagai berikut.
1. Sosialisasi baik pelaksanaan tilik dusun maupun musrenbang sebaiknya dilakukan
secara terbuka bukan hanya pada kelompok-kelompok tertentu yang diharapkan hadir saja.
Hal ini untuk memberikan kesempatan masyarakat lain ikut serta dalam proses
perencanaan pembangunan di kelurahannya sendiri.
b. Pemerintah perlu memfasilitasi peningkatan kompetensi SDM di lingkungan pemerintah
tingkat kelurahan maupun masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,
seminar untuk meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat.
c. Masyarakat secara aktif ikut atau membentuk lembaga atau forum-forum
kemasyarakatan sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan bersama
sekaligus sebagai mitra dialog dan konsultasi dengan pemerintah di kelurahan Sembulang.
d. Pihak Kelurahan Sembulang maupun masyarakat perlu membangun suatu komunikasi
melalaui sistem informasi yang dapat mendukung transparansi pemerintahan Kelurahan
Sembulang dan juga sebagai media untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.
Page 26
26
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta, PT.
Rineka Cipta.
Hetifah SJ.Sumarto. 2009. Inovasi Partisipasi dan Good Governance, (Prakarsa inovatif
di Indonesia). Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat Model & Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung. Humaniora
Kaho, Josef Rihu.2007.Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta,
Raja Grapindo Persada.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, PT. Renika Cipta
Sugiyono, 2008, Metode penelitian kuatitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik Sejarah, Definisi dan Perkeembangan Konsep.
Jogjakarta, IRCiSoD
Safi’I, H. M. 2008. Paradigma Baru Kebijakan Ekonomi Daerah. Mojolangu Malang
:Averroes Press.
Slamet. 2003. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Soetomo. 2008. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarto, Hetifah Sj.2009.Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa
inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Syafiie, Inu Kencana. 2003 Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung. Refika
Aditama
---------. 2013. Ilmu Pemerintahan Edisi Revisi Kedua. Bandung, Mandar Maju.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1987. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta,LP3ES.
Wuluyo. 2007. Manajemen Publik. Bandung. Cv. Mandar Maju.
B. Skripsi Dan Jurnal
Suhardiman, 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembanguan Desa di
Desa Sigalapan Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Universitas
Sumatra Utara
Page 27
27
Agusta, ivanok, 2003. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Kualitatif. Makalah
disampaikan dalam pelatihan metode kualitatif di pusat pelatihan Sosial Ekonomi.
Litbang Pertanian Bogor.
Deviyanti, Dea. 2013. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di
Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. Samarinda: Universitas
Mulawarman
Hariyanto, Slamet. 2013. Faktor-Faktor Penghambat Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Pontianak
Tenggara Kota Pontianak Tahun 2013. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Satries, Wahyu Ishardino. 2011. Mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi
Dalam Penyusunan APBD Melalui Pelaksanaan Musrenbang 2010. Bekasi : Jurnal
Kybernan
Indrajat , Himawan, dkk. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Di
Kecamatan Kemiling. Lampung: UNILA
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Musrenbang.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Mendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal