BAB 3 ANALISA KASUS Kasus Seorang perempuan berumur 68 tahun tinggal bersama keluarganya, klien mengalami fraktur panggul 2 tahun yang lalu sehingga berjalan dengan pincang sambil berpegangan pada dinding sekitarnya. Hasil pengkajian perawat yang datang berkunjung ke rumah klien di dapatkan data kaki kiri atropi dan kontraktur, kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri, kekuatan otot klien adalah 5555 5555 5555 4344 Lingkungan rumah tampak berantakan dan gelap. Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh saat berjalan, tapi tetap tidak mau diam, semua aktivitas ingin dilakukan secara mandiri. Pengkajian (Friedman) I. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bapak T 2. Usia Kepala Keluarga : 49 tahun 3. Alamat : Jln. SM Raja No. 80, Tiga Baru, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi 4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA 5. Pekerjaan Kepala Keluarga : PNS 31
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 3
ANALISA KASUS
Kasus
Seorang perempuan berumur 68 tahun tinggal bersama keluarganya, klien
mengalami fraktur panggul 2 tahun yang lalu sehingga berjalan dengan pincang
sambil berpegangan pada dinding sekitarnya. Hasil pengkajian perawat yang
datang berkunjung ke rumah klien di dapatkan data kaki kiri atropi dan
kontraktur, kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri, kekuatan otot klien
adalah
5555 55555555 4344
Lingkungan rumah tampak berantakan dan gelap. Keluarga mengatakan klien
beberapa kali jatuh saat berjalan, tapi tetap tidak mau diam, semua aktivitas ingin
dilakukan secara mandiri.
3.1. Pengkajian (Friedman)
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bapak T
2. Usia Kepala Keluarga : 49 tahun
3. Alamat : Jln. SM Raja No. 80, Tiga Baru,
Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Pekerjaan Kepala Keluarga : PNS
6. Komposisi Keluarga
No.
Nama
Jenis Kelamin
Hubungan dengan KK
Usia Pendidikan
Pekerjaan
1. Ibu R Perempuan
Istri 49 tahun
SPK Ibu Rumah Tangga
2. Anak S
Perempuan
Anak pertama
26 tahun
S1 Belum kerja
3. Anak E
Perempuan
Anak kedua
21 tahu
SMA Mahasiswa
31
32
n4. Anak
ISLaki-laki Anak
ketiga18 tahun
SMP Pelajar
5. Anak IA
Laki-laki Anak keempat
15 tahun
SD Pelajar
Genogram:
7. Tipe Keluarga
Keluarga inti (Nuclear Family). Dengan ayah, ibu, dua orang anak
perempuan dan dua orang anak laki-laki.
8. Suku
Keluarga Bapak T berasal dari suku Batak. Saat ii bapak T tinggal
bersama istri dan dua orang anaknya, yaitu Anak IS dan Anak IA.
Sementara untuk Anak S dan Anak E telah meninggalkan rumah
untuk kepentingan pendidikan. Bapak T dan keluarganya biasa
menggunakan bahasa Batak dan Indonesia saat berkomunikasi
dengan orang lain.
9. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Bapak T adalah Kristen
Protestan sehingga nilai-nilai yang diyakini dalam keluarga ini
adalah nilai-nilai kekristenan. Bapak T dan keluarganya biasanya
beribadah setiap hari Minggu di Gereja Kristen Protestan
Simalungun. Ibu R aktif mengikuti kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitarnya. Anak IA setiap hari Rabu mengikuti ibadah
Anak D, 10 th
An E, 21thAn S, 26 th
Ibu R, 49 thBapak T, 49 th
Keterangan: Laki-laki
: Perempuan
An In, 18 th An IA, 15 th
33
kebaktian bersama dengan anak-anak Sekolah Minggu. Sementara
Anak IS kurang aktif dalam mengikuti kegiatan beribadah.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Keluarga Bapak T merupakansalah satu keluarga dengan status
ekonomi mengengah ke atas, dengan penghasilan suami Rp.
4.230.000,00. Bapak T bekerja di Puskesmas Tiga Baru dan selalu
pulang pukul 14.00-15.00 WIB. Untuk menambah penghasilan
keluarga Ibu R membuka toko grosir, khususnya menjual sembako.
Selain itu, Ibu R juga membuka jasa catering nasi dan kue untuk
acara-acara tertentu. Ibu R bertanggung jawab mengelola keuangan
dalam keluarga. Keluarga Bapak T mempunyai tabungan. Rumah
keluarga yang ditempati saat ini adalah rumah sendiri, dengan luas
120m2, dengan tiga kamar tidur, dua kamar mandi, satu ruang
tamu. Berlantai keramik. Ventilasi baik. Oleh karena itu, keluarga
tidak ingin berpindah tempat tinggal karena sudah merasa nyaman.
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga.
Keluarga biasanya suka menonton TV di rumah untuk menghibur
diri atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh masing-masing
keluarga. Keluarga juga kadang-kadang pergi ke tempat hiburan
atau wisata pada akhir tahun. Komunikasi keluarga selama ini
berjalan cukup baik dan terbuka antar anggota keluarga. Selain itu,
arisan keluarga dan perkumpulan keluarga juga menjadi ajang
untuk mengurangi stress dalam keluarga.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini: Keluarga berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak meninggalkan rumah.
1. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi:
Menurut Friedman (1998), tugas perkembangan yang ditempuh
keluarga adalah:
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
34
Seluruh anggota keluarga Bapak T dapat melakukan aktivitas
secara mandiri seperti memasak, pergi ke tempat kerja, pergi
sekolah, dan lain-lain. Anggota keluarga kadang-kadang tidak
mau hanya diam di rumah dan ingin melakukan semua
aktivitas secara mandiri.
b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Penghasilan dari toko grosir Ibu R tergantung dari hasil panen
masyarakat sekitar yang mayoritas bekerja sebagai petani. Jiak
hasil panen masyarakat petani menurun maka penghasilan Ibu
R pun juga menurun. Namun hal ini tidak menjadi masalah
karena Bapak T mempunyai gaji yang tetap untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Bapak T, Ibu R, Anak S dan Anak IA
memiliki kartu BPJS yang akan digunakan untuk meringankan
biaya perawatan di pelayanan kesehatan.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
Keluarga Bapak T masih utuh karena masih dapat
mempertahankan status perkawinan.
d. Pemeliharaan ikatan keluarga
Hubungan Bapak T dan Ibu R dengan anak IS kurang baik
karena Anak IS sulit untuk dibina. Sementara hubungan
dengan Anak IA terjalin baik. Untuk hubungan dengan kedua
anaknya yang merantau yaitu Anak S dan Anak E terjalin
dengan baik. Anak S dan Anak E pulang ke rumah ketika
liburan semester.
2. Riwayat Keluarga Inti.
Keluarga ini terbentuk saat Bapak T menikahi istrinya, yaitu Ibu R.
Menurut Ibu R, pertemuan Ibu R dan Bapak T terjadi ketika
keduanya bekerja di suatu instansi rumah sakit yang sama. Setelah
menikah, Ibu R berhenti dari pekerjaannya dan membuka bisnis,
yaitu toko grosir dan jasa katering. Dari pernikahannya, Ibu R
dikaruniai empat orang anak, yatu dua orang anak perempuan
berusia 26 tahun dan 21 tahun dan dua anak laki-laki yang berusia
Keterangan:: Pintu
: Jendela
35
18 tahun dan 15 tahun. Dari awal pernikahan sampai sekarang
keluarga bertempat tinggal dirumah sendiri, dan akan terus
menetap disana. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa dengan
demikian dapat mengurangi biaya hidup setiap bulannya.
3. Riwayat Keluarga Sebelumya (Pihak Suami dan Istri)
Menururt Ibu R, riwayat keluarga dari Bapak T atau dari Ibu R
sebelumnya tidak pernah ada penyakit yang serius.
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah.
Rumah Bapak T yang ditempati adalah rumah pribadi pada lahan
berukuran 120 m2 dengan jenis rumah permanen. Rumah ini
terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tamu, ruang keluarga,
tiga kamar tidur, dua toilet dan dapur. Atap rumah terbuat dari
genteng. Penerangan dengan listrik. Lantai berkeramik.
Lingkungan rumah tampak bersih dan terang. Sumber api yang
digunakan sehari-hari berasal dari tabung gas. Sumber air yang
digunakan berasal dari PAM. Jarak tempat penampungan air
dengan septikteng lebih dari 10 meter. Di depan rumah Bapak T
terdapat jalan yang cukup ramai. Di kampung ini, antara rumah
penduduk tidak memiliki jarak sehingga saling menempel.
Denah Rumah:
Toilet dapur
amar kamar
ruang keluarga
halaman
kamar ruang tamu
36
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas.
Rumah keluarga Bapak T terletak di pemungkiman yang agak
padat. Antara rumah penduduk tidak ada jarak dan menempel
antara rumah. Warga biasanya menggunakan fasilitas kesehatan
seperti puskesmas untuk berobat atau ke rumah sakit
langganannya. Di pemukiman ini terdapat lapangan yang biasanya
digunakan untuk kegiatan warga seperti lomba-lomba pada hari
tertentu.
3. Mobilitas Geografis Keluarga.
Keluarga Bapak T memiliki satu motor. Motor tersebut digunakan
Bapak T untuk bekerja dan mengantar anak ke sekolah dan istrinya
ke tempat usaha. Selain dwngan menggunakan sepeda motor,
keluarga Bapak T juga menggunakan jasa angkutan umum.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat.
Anggota keluarga berkumpul pada malam hari setelah Bapak T
pulang bekerja dan Anak IA pulang ibadah, khususnya pada hari
Rabu. Selain itu, keluarga dengan keluarga yang lain biasanya
berkumpul setiap hari akibat rumah antar keluarganya saling
berdekatan. Interaksi keluarga dengan masyarakat juga cukup baik
karena masing-masing menjalani perannya dengan baik di
lingkungan sosial. Perkumpulan yang sering diikuti anggota
keluarga adalah arisan marga di sekitar rumah, juga latihan paduan
suara dari Gereja.
5. Sistem Pendukung Keluarga.
Anak S dan Anak E tinggal terpisah dengan Bapak T untuk urusan
pendidikan. Apabila memerlukan bantuan kesehatan, tetangga atau
keluarga jauh yang tinggal di perkampungan tersebut juga akan
senang hati akan membantu. Jarak fasilitas kesehatan terdekat,
yaitu klinik dan rumah sakit yang dibuka 24 jam sekitar 1 km.
IV. Struktur Keluarga
37
1. Pola Komunikasi Keluarga.
Masing-masing anggota keluarga dapat dengan bebas
berkomunikasi satu dengan yang lain, tanpa perlu menunggu waktu
tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan yang kurang
harmonis khususnya dengan Anak IS. Dalam menghadapi suatu
permasalahan biasanya dilakukan semacam musyawarah kecil
sebelum memutuskan suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan
dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan bahasa batak
saat berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan seluruh
anggota keluarga berasal dari suku batak.
2. Struktur Kekuatan Keluarga.
Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah Bapak T. Namun
Bapak T juga sering terlebih dahulu menceritakan hal-hal yang
perlu diputuskan tersebut kepada Ibu R dan Ibu R biasanya sepakat
dengan keputusan yang diambil Bapak T.
3. Struktur Peran (Formal dan Informal)
a. Bapak T berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, dan
pengambil keputusan.
b. Ibu R berperan sebagai pencari nafkah, pengambil keputusan,
dan pengatur rumah tangga.
4. Nilai atau Norma Keluarga.
Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku
dan agama yang mereka anut. Selain itu sesuai juga dengan nilai
dan norma masyarakat sekitarnya. Peraturan-peraturan yang
terdapat dalam keluarga ini, diantaranya adalah adanya acara
makan malam bersama dan adanya peraturan untuk anak terkait
dengan jam keluar malam, yaitu jam sepuluh malam.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif.
38
Keluarga cukup rukun. Ibu R tampak sangat memperhatikan
keseluruhan kondisi keluarga. Masing-masing anggota keluarga
saling memperhatikan kebutuhan anggota yang lain.
2. Fungsi Sosialisasi.
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Bapak T berjalan dengan baik.
Bapak T dan keluarga sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh
RT setempat. Keluarga ini juga merupakan orang yang senang
mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Adik Ibu R sering datang
berkunjung ke rumah Ibu R.
3. Fungsi Perawatan Keluarga.
Keluarga sudah cukup memahami masalah-masalah kesehatan pada
keluarga. Menurut Ibu R, kondisi mobilisasi Anak IS merupakan
hal yang umum terjadi pada remaja. Keluarga belum memutuskan
untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan.
Karena anggota keluarga cukup sehat. Keluarga juga belum pernah
melakukan modifikasi lingkungan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan. Keluarga akan membawa anggota keluarga
yang sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan. Tingkat ekonomi dan
transportasi yang dimiliki keluarga Bapak T mencukupi untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Fungsi Ekonomi.
Penghasilan keluarga berasal dari Bapak T yang bekerja di
puskesmas dan penghasilan Ibu R dari usaha toko dan kateringnya.
Keluarga mempunyai dana khusus untuk kesehatan. Apabila ada
anggota keluarga yang sakit, keluarga menggunakan dana yang ada
dan menggunakan kartu BPJS.
5. Fungsi Reproduksi.
Bapak T danIbu R memiliki dua anak perempuan dan dua orang
laki-laki.
VI. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor yang Dimiliki.
39
Stressor yang dimiliki Bapak T dan Ibu R adalah kondisi anak IS
yang susah dibina.
2. Kemampuan Keluarga Berespons terhadap Situasi/Stresor.
Keluarga memiliki kemampuan yang baik untuk merespon
berbagai masalah yang terjadi di rumahnya. Keluarga memiliki
empati yang besar antara satu anggota keluarga dengan anggota
keluarga lainnya. Menurut Keluarga, mereka sudah menasehati
anak IS untuk berperilaku baik.
3. Strategi Koping yang Digunakan.
Bapak T dan Ibu R merasa kondisi anak IS ini merupakan kondisi
yang diakibatkan oleh pergaulan. Keluarga akan menasehati Anak
IS.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ditemukan adanya cara-cara
penyelesaian masalah selain musyawarah dan mediasi.
VII. Harapan Keluarga
Dengan hadirnya perawat, keluarga berharap dapat lebih tahu tentang
kesehatan, dan anggota keluarganya bisa lebih sehat dengan
berperilaku sehat. Dan dengan adanya perawat dapat membantu
6. Abdomen Perut terlihat bersih Warna kulit kecoklatan Tidak ada pembesaran
organ Suara bising usus
normal
Perut terlihat bersih Warna kulit kecoklatan Tidak ada pembesaran
organ Suara bising usus
normal
Perut terlihat bersih Warna kulit kecoklatan Tidak ada pembesaran
organ Suara bising usus
normal
Perut terlihat bersih Warna kulit kecoklatan Tidak ada pembesaran
organ Suara bising usus
normal7. Genitalia Normal Normal Normal Normal 9. Rektal Tidak ada impaksi fekal Tidak ada impaksi fekal Tidak ada impaksi fekal Tidak ada impaksi fekal10. Ekstremitas Warna kulit kecoklatan
Tangan kanan dan kiri simetris.
Kaki kanan dan kiri simetris
Tidak terdapat varises di kaki
Teraba arteri brakhialis.
Warna kulit kecoklatan Tangan kanan dan kiri
simetris. Kaki kanan dan kiri
simetris Tidak terdapat varises
di kaki Teraba arteri brakhialis.
Warna kulit kecoklatan Tangan kanan dan kiri
simetris. Kaki kanan dan kiri
simetris Tidak terdapat varises
di kaki Teraba arteri brakhialis.
Warna kulit kecoklatan Tangan kanan dan kiri
simetris. Kaki kanan dan kiri
simetris Tidak terdapat varises
di kaki Teraba arteri brakhialis.
42
Tidak terdapat edema Kulit lembab dan elastis Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot baik)
Tidak terdapat edema Kulit lembab dan elastis Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot baik)
Tidak terdapat edema Kulit lembab dan elastis Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot baik)
Tidak terdapat edema Kulit lembab dan elastis Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot baik)
3.3. Analisa Data
No
.
Data Masalah Keperawatan
1. DS: Nenek N mengatakan bahwa ingin
melakukan seluruh aktivitas secara mandiri.
Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh
saat berjalan.
DO: Nenek N memiliki riwayat fraktur panggul
2 tahun yang lalu. Kaki kiri Nenek N
mengalami atrofi dan kontrkatur. Kaki kanan
lebih panjang 5 cm dari kaki kiri. Kekuatan otot
ekstrimitas kiri bawah menurun.
Ganggungan mobilitas
fisik pada keluarga
Bapak B, khususnya
Nenek N.
2. DS: Keluarga mengatakan tidak melakukan
modifikasi lingkungan atau perawatan khusus
untuk Nenek N. Keluarga mengatakan klien
beberapa kali jatuh saat berjalan.
DO: Nenek N memiliki riwayat fraktur panggul
2 tahun yang lalu.
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
pada keluarga Bapak B,
khususnya Nenek N.
3. DS: Nenek N mengaku malu untuk beraktivitas
di luar rumah karena Nenek N berjalan dengan
pincang.
DO: Nenek N hanya mengobrol dengan
tetangga di depan rumahnya.
Gangguan citra tubuh
keluarga Bapak B,
khususnya Nenek N.
4. DS: Keluarga mengatakan klien beberapa kali
jatuh saat berjalan.
DO: Nenek N melakukan semua aktivitas ingin
melakukan secara mandiri. Rumah Nenek N
tampak gelap dan berantakan.
Resiko jatuh pada
keluarga Bapak B,
khususnya Nenek N.
31
44
44
3.4. Skoring Masalah Keperawatan
Diagnose keperawatan 1:
Ganggungan mobilitas fisik pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N
(NANDA, 2012).
No
.
Kriteria Bobot Pebenaran
1. Sifat masalah
Skala: aktual
3/3 x 1 = 1 Nenek N berjalan dengan
berpincang dambil berpegangan
pada dinding.
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah:
mudah
2/2 x 2 = 2 Nenek N masih memiliki anak-
anak dan seorang cucu. Anak
pertama sekarang tinggal bersama
Nenek N di rumah Nenek N.
Rumah Nenek N tidak jauh dari
fasilitas kesehatan.
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala: tinggi
3/3 x 1 =1 Nenek N masih mau melakukan
aktivitas secara mandiri.
4. Menonjolkan masalah
Skala: masalah berat,
harus segera ditangani
2/2 x 1 = 1 Kondisi Nenek N saat ini
berdampak negative terhadap
kualitas hidupnya sehingga Nenek
N tidak mampu melakukan
aktivitas yang bermanfaat lagi.
Diagnose keperawatan 2:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak B, khususnya
Nenek N (NANDA, 2012).
45
No
.
Kriteria Bobot Pebenaran
1. Sifat masalah
Skala: aktual
3/3 x 1 = 1 Kaki kiri Nenek N mengalami atrofi dan kontraktur.
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah:
mudah
2/2 x 2 = 2 Nenek N masih memiliki anak-anak dan seorang cucu. Anak pertama sekarang tinggal bersama Nenek N di rumah Nenek N. Rumah Nenek N tidak jauh dari fasilitas kesehatan.
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala: tinggi
2/3 x 1 =2/3 Kondisi Nenek N sudah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu dan keluarga tidak melakukan perawatan.
4. Menonjolkan masalah
Skala: ada masalah,
tetapi tidak perlu
segera ditangani
1/2 x 1 = 1/2 Menurut keluarga masalah belum perlu segera ditangani.
Diagnosa keperawatan 3:
Gangguan citra tubuh keluarga Bapak B, khususnya Nenek N (NANDA, 2012).
No
.
Kriteria Bobot Pebenaran
1. Sifat masalah
Skala: actual
3/3 x 1 = 1 Nenek N lebih sering berada di
dalam rumah dari pada di luar
rumah.
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah:
sebagian
1/2 x 2 = 1 Anak yang tinggal bersama Nenek
N di rumah hanya berada di rumah
sibuk bekerja. Tingkat ekonomi
Nenek N dan anak-anaknya cukup
untuk melakukan perawatan.
3. Potensial masalah
untuk dicegah
1/3 x 1 =1/3 Nenek N sudah 2 tahun jarang
keluar rumah.
46
Skala: sedang
4. Menonjolkan masalah
Skala: Masalah tidak
dirasakan.
0/2 x 1 = 1 Keluarga tidak melihat masalah
tersebut
Diagnosa keperawatan 4:
Resiko jatuh pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N.
No
.
Kriteria Bobot Pebenaran
1. Sifat masalah
Skala: resiko
2/3 x 1 = 2/3 Rumah keluarga Nenek N tampak
gelap dan berantakan. Anak
terakhir Nenek N menyadari hal
ini namun tidak memiliki waktu
yang cukup untuk melakukan
pemeliharaan rumah.
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah:
sebagian
1/2 x 2 = 1 Anak yang tinggal bersama Nenek
N di rumah hanya berada di rumah
sibuk bekerja. Tingkat ekonomi
Nenek N dan anak-anaknya cukup
untuk melakukan perawatan.
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala: sedang
2/3 x 1 =1/3 Kondisi rumah Nenek N yang
gelap dan tidak terawat belum
dicoba untuk diatasi oleh keluarga
di rumah Nenek N. Masalah ini
berlangsung sudah lama.
4. Menonjolkan masalah
Skala: masalah berat,
harus segera ditangani
2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan klien
beberapa kali jatuh saat berjalan.
47
3.5. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BAPAK B
KHUSUSNYA NENEK N DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi IntervensiKriteria Standar
Ganggungan mobilitas fisik pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N
Setelah dilakukan pertemuan 3x30 menit, Nenek N melaporkan pengontrolan tingkat nyeri yang adekuat dan menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional mobilisasi.
Setelah dilakukan pertemuan 1x30 menit, keluarga:1. Mampu mengenal
masalah fraktur panggul dengan:Menyebutkan pengertian.
Respon verbal
Frkatur panggul adalah terputusnya struktur truktur tulang panggul.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian fraktur panggul.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Menyebutkan penyebab timbulnya fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 penyebab fraktur panggul: Osteoporosis Jatuh atau
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya fraktur panggul.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga
31
48
49
tubrukan yang kuat
Kurang asupan kalsium dan vitamin D
mengenai penyebab fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Menyebutkan tanda dan gejala fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 tanda gejala fraktur panggul, yaitu:
Tidak mampu bergerak setelah jatuh
Nyeri hebat di pinggul atau paha
Kekakuan, memar, dan pembengkakan di daerah sekitar pinggul
Kaki di sisi pinggul yang terluka lebih pendek
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala fraktur panggul.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
50
Mengidentifikasi anggota keluarga yang terkena fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga mengidentifikasi Nenek N menderita fraktur panggul berdasarkan tanda dan gejala.
a. Tanyakan kepada keluarga apakah tanda dan gejala fraktur panggul dialami oleh anggota keluarga.
b. Berikan reinforcement positif atas apa yang dikemukakan keluarga.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan fraktur panggul, dengan:Menyebutkan akibat fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebabkan 2 dari 4 akibat fraktur panggul: Bekuan darah
di kaki atau tulang
Luka baring Infeksi saluran
urin Pneumonia
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat fraktur panggul.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Mengambil keputusan untuk mengatasi fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga mengatakan akan mengatasi fraktur panggul.
a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya masalah fraktur panggul dalam keluarga.
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
51
c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil.
3. Mampu melakukan perawatan sederhana anggota keluarga dengan fraktur panggul, dengan:Menyebutkan cara pencegahan fraktur panggul.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara pencegahan fraktur panggul, yaitu: Olahraga ringan
yang teratur (misal jalan cepat atau jogging minimal 30 menit sebanyak 3 kali seminggu)
Kurangi konsumsi kafein
Tidak merokok dan meminum alkohol
Atur furniture di rumah agar tidak tersandung
Pastikan lantai tidak licin
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat fraktur panggul dirasakan dan bagaimana hasilnnya.
b. Diskusikan cara pencegahan fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
c. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
d. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Menyebutkan perawatan anggota
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan fraktur panggul.
52
keluarga yang mengalami
3 cara perawatan fraktur panggul: Kompres Latihan Range
of Motion (ROM)
Penggunaan alat bantu jalan (walker)
b. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
c. Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara perawatan fraktur panggul.
d. Berikan reinforcement positif pada keluarga.
Setelah dilakukan pertemuan kedua selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:Kompres Dingin Respon
psikomotorAnggota keluarga mampu melakukan kompres dingin untuk mengurangi nyeri akut atau pembengkakan akibat cidera tiba-tiba, yaitu: Gunakan
kantong berisi es batu/air es atau handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.
Kompres di dekat lokasi nyeri, disisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan
a. Diskusikan cara kompres dingin untuk mengurangi nyeri akut atau pembengkakan akibat cidera tiba-tiba.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres dingin untuk mengurangi nyeri akut atau pembengkakan akibat cidera tiba-tiba.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
53
Kompres Hangat Respon psikomotor
dengan lokasi nyeri, atau dilokasi yang terletak antara otak dan lokasi nyeri.
Lakukan dalam waktu <5 menit, 5-10 menit dan 20-30 menit atau setiap 2 jam sekali tergantung pada tingkat nyeri dan pembengkakan
. Anggota keluarga mampu melakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot akibat cidera lama, yaitu: Tempelkan
kantong karet/ botol yang berisi air hangat atau handuk yang telah dicelupkan ke dalam air hangat dengan temperatur 40-50ºC (jangan
a. Diskusikan cara kompres hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot akibat cidera lama.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot akibat cidera lama.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
54
Latihan Range of Motion (ROM) Pasif
Respon psikomotor
sampai terlalu panas atau sesuaikan panasnya dengan kenyamanan yang akan dikompres) ke bagian tubuh yang nyeri.
Peras kain yang digunakan untuk mengkompres agar tidak terlalu basah.
Lakukan kompres hangat selama sekitar 15-20 menit atau dapat diperpanjang.
Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.
Anggota keluarga mampu melakukan latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot serta
a. Diskusikan cara latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan
55
mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian, yaitu:a. Berbaring
dalam posisi yang nyaman.
b. Anjurkan bernapas normal selama latihan.
c. Lakukan gerakan fleksi (menekuk persendian), ekstensi (meluruskan persendian), abduksi (satu anggota tubuh kearah mendekati aksis tubuh), adduksi (satu anggota tubuh kea rah menjauhi aksis tubuh), rotasi (memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis tubuh), pronasi (memutar ke bawah), supinasi
dan kelenturan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
56
Setelah dilakukan pertemuan kedua selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:Penggunaan alat bantu jalan (walker)
Respon psikomotor
(memutar ke atas), inverse (gerakan ke dalam), dan eversi (gerakan ke luar).
Anggota keluarga mampu melakukan penggunaan alat bantu jalan walker, yaitu:a. Walker harus
selalu berada di keempat kaki saat berhenti.
b. Posisi tubuh yang benar harus dipertahankan, yaitu postur tegak, siku sedikit menekuk, pergelangan tangan memanjang, dan bahu santai.
c. Sepatu yang kuat, nyaman, dan bersol keras harus dipakai.
d. Walker dan kaki yang cedera harus pindah
a. Diskusikan cara penggunaan alat bantu jalan walker.
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara penggunaan alat bantu jalan walker.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
57
bersama-sama.e. Waspada
dengan bahaya seperti permukaan yang tidak rata atau lantai basah.
Melakukan cara perawatan fraktur panggul.
Respon afektif
Keluarga melakukan cara perawatan fraktur panggul
a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan fraktur panggul.
b. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
4. Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita fraktur panggul, dengan:Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita fraktur panggul.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita fraktur panggul, yaitu: Menambahkan
karpet anti slip untuk menghindari lantai licin.
Meningkatkan pencahayaan ruangan dengan
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita fraktur panggul.
b. Jelaskan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita fraktur panggul.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan.
d. Tanyakan kepada keluarga materi yang belum jelas.
e. Jelaskan kepada keluarga materi yang belum dimengerti.Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
58
menambahkan lampu.
Memasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.
Menyingkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas.
Mendemonstrasikan peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu..
Respon psikomotor
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara modifikasi lingkungan dengan peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
a. Diskusikan dengan keluarga cara peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
b. Demonstrasikan cara peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang diajarkan mengenai peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
d. Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukan.
e. Berikan reinsforcement positif atas upaya keluarga
Melakukan cara modifikasi lingkungan.
Respon afektif
Keluarga melakukan cara modifikasi lingkungan.
a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam modifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan fraktur panggul.
b. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
59
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan fraktur panggul, dengan:Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: Puskesmas Rumah sakit Klinik dokter
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit fraktur panggul.
Respon afektif
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan fraktur panggul dengan
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
60
menunjukkan kartu kesehatan.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi IntervensiKriteria Standar
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N
Setelah dilakukan pertemuan 2x30 menit, Nenek N mengkonsumsi kebutuhan diet dan mendemonstrasikan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko dampak osteoporosis.
Setelah dilakukan pertemuan 1x30 menit, keluarga:1. Mampu mengenal
masalah osteoporosis dengan:Menyebutkan pengertian.
Respon verbal
Osteoporosis adalah proses bertahap kehilangan masa tulang yang mempengaruhi semua orang dewasa dengan berbagai derajat dan merupakan faktor predisposisi lansia untuk mengalami fraktur.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian osteoporosis.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Menyebutkan penyebab timbulnya osteoporosis.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab osteoporosis: Penurunan
hormon estrogen
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya osteoporosis.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab osteoporosis
61
Pertambahan usia
Riwayat keluarga
Diet rendah kalsium dan vitamin D
Merokok dan minum alkohol
dengan menggunakan leaflet.d. Berikan kesempatan keluarga bertanya
tentang materi yang disampaikan.e. Berikan penjelasan ulang tentang materi
yang belum dimengerti. f. Motivasi keluarga untuk mengulangi
materi yang telah dijelaskan.g. Berikan reinforcement atas usaha
keluarga.Menyebutkan tanda dan gejala osteoporosis
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda gejala osteoporosis, yaitu:
Nyeri pada tulangKelainan bentuk
tulangPatah tulangPenyembuhan
patah tulang lambat
Postur bungkukKelelahan
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala osteoporosis.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Mengidentifikasi anggota keluarga yang terkena osteoporosis.
Respon verbal
Keluarga mengidentifikasi Nenek N menderita osteoporosis berdasarkan tanda dan gejala.
a. Tanyakan kepada keluarga apakah tanda dan gejala osteoporosis dialami oleh anggota keluarga.
b. Berikan reinforcement positif atas apa yang dikemukakan keluarga.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota
62
keluarga dengan masalah kesehatan osteoporosis, dengan:Menyebutkan akibat osteoporosis.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebabkan 2 dari 4 akibat osteoporosis: Tulang mudah
patah Rasa nyeri Radang sendi Deformasi
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat osteoporosis.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Mengambil keputusan untuk mengatasi osteoporosis
Respon verbal
Keluarga mengatakan akan mengatasi osteoporosis
a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya masalah osteoporosis dalam keluarga.
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil.
3. Mampu melakukan perawatan sederhana anggota keluarga dengan osteoporosis, dengan:Menyebutkan cara pencegahan
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat osteoporosis
63
osteoporosis. minimal 3 dari 5 cara pencegahan osteoporosis, yaitu: Olahraga ringan
yang teratur (misal jalan cepat atau jogging minimal 30 menit sebanyak 3 kali seminggu).
Kurangi konsumsi kafein
Tidak merokok dan meminum alkohol
Jaga berat badan ideal
Lakukan pemeriksaan kepadatan tulang (BMD/Bone Mineral Density)
dirasakan dan bagaimana hasilnnya.b. Diskusikan cara pencegahan
osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
c. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
d. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Menyebutkan perawatan anggota keluarga yang mengalami
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 cara perawatan osteoporosis: Suplemen
kalsium Diet rendah
purin (1500 kkal)
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan osteoporosis.
b. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
c. Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara perawatan osteoporosis.
d. Berikan reinforcement positif pada keluarga.
64
Diet tinggi kalsium (1500 mg) dan vitamin D
Terapi estrogenSetelah dilakukan pertemuan kedua selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:Diet tinggi kalsium dan vitamin D
Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu melakukan diet tinggi kalsium dan vitamin D untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan kalsium dan vitamin D, yaitu: Sarapan: nasi,
tumis sayur campur teri medan, pepes tahu, apel, susu
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
a. Diskusikan dengan keluarga cara mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
b. Demonstrasikan cara mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang diajarkan mengenai pengaturan jadwal harian (activity daily living/ADL).
d. Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukan.
e. Berikan reinsforcement positif atas upaya keluarga
Melakukan cara modifikasi lingkungan.
Respon afektif
Keluarga melakukan cara modifikasi lingkungan.
a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam modifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan osteoporosis.
b. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan osteoporosis,
67
dengan:Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: Puskesmas Rumah sakit Klinik dokter
d. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
e. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit osteoporosis.
Respon afektif
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan osteoporosis dengan menunjukkan kartu kesehatan.
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
68
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dari fungsi fisiologis
karena hal tersebut merupakan hal pokok untuk memelihara kemandirian. Pada lansia,
mobilisasi dipengaruhi oleh perubahan akibat proses menua dan faktor risiko. Perubahan
anatomis dan fisiologis akibat prosesn penuaan antara lain sistem skeletal yaitu
berkurangnya kekuatan otot, keterbatasan dalam gerak persendian dan menurunnya sistem
pendukung lain yang menambah resiko jatuh dan fraktur pada lansia seperti penurunan
penglihatan dan sistem saraf. Selain perubahan tersebut terdapat beberapa gangguan
mobilisasi yang umum terjadi pada lansia yakni fraktur dan jatuh, osteoporosis, dan
arthritis. Pengkajian sistem muskuloskletal diawali menanyakan riwayat kesehatan lansia,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostik. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan dalam pengelolaan kebutuhan mobilisasi lansia antara lain kompres, ROM,
penggunaan alat bantu jalan, serta diet rendah purin dan tinggi kalsium & vitamin D.
Pada kasus Nenek N (68) yang mengalami gangguan mobilisasi akibat sebelumnya
mengalami fraktur panggul sehingga berjalan dengan pincang, kaki kiri atropi dan
kontraktur serta kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri. Intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah kompres hangat didaerah nyeri akibat fraktur, latihan rentang
pergerakan sendi, diet tinggi kalsium rendah purin serta modifikasi lingkungan untuk
mengurangi risiko jatuh seperti menambah pencahayaan, membuat pegangan tangan, serta
menmbahkan karpet anti slip agar tidak licin.
4.2. Saran
Imobilitas merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi pada lansia yang
dapat mendorong kearah konsekuensi fisiologis dan psikolgis yang serius. Perawat harus
mengkaji perubahan yang terjadi pada mobilisasi lansia akibat proses penuaan normal atau
kondisi patologis. Perawat juga perlu mengidentifikasi dan memasukan hal-hal yang secara
fisik dan struktural akan membatasi mobilisasi ke dalam pendidikan kesehatan. Pengkajian
secara hati-hati pada sistem muskuloskeletal dengan tetap menjaga privasi klien penting
bagi perawat untuk membantu lansia mendapatkan tingkat fungsional yang optimal.