Top Banner
i SAMPUL PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung) SKRIPSI Oleh: Laras Iriyanti 15.0305.0067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2019
79

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING …eprintslib.ummgl.ac.id/77/1/15.0305.0067_BAB 1_BAB...iii HALAMAN PENEGAS PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA MINIATUR

Feb 14, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    SAMPUL

    PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

    DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP

    PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Laras Iriyanti

    15.0305.0067

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

    2019

  • ii

    JUDUL

    PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

    DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP

    PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Laras Iriyanti

    15.0305.0067

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

    2019

  • iii

    HALAMAN PENEGAS

    PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

    DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP

    PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi

    pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Magelang

    Oleh:

    Laras Iriyanti

    15.0305.0067

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

    2019

  • iv

    HALAMAN PERSETUJUAN

  • v

    HALAMAN PENGESAHAN

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN

  • vii

    HALAMAN MOTTO

    HALAMAN MOTTO

    “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar

    baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang

    siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya,

    Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk

    setiap sesuatu kadarnya,”

    (QS.Ath-Thalaq: 2-3).

  • viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

    Dengan seluruh rasa syukurku atas

    kehadirat Allah Rabbiku, skripsi ini penulis

    persembahkan untuk:

    1. Bapakku Budi Iriyanto dan Ibuku

    Ponijem, sebagai penyemangat utama dan

    pendukungku dengan kasih sayang

    mereka.

    2. Almamaterku tercinta Universitas

    Muhammadiyah Magelang.

  • ix

    ABSTRAK

    PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN

    MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN

    PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN

    (Penelitian Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)

    Laras Iriyanti

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

    Problem Based Learning dengan media miniatur ekosistem terhadap peningkatan

    pemahaman rantai makanan pada siswa kelas V di SD Negeri Kowangan

    Kabupaten Temanggung .

    Desain penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi Experimental)

    dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Subjek penelitian adalah 47

    siswa kelas V SD Negeri Kowangan tahun ajaran 2017/2018 yang terbagi menjadi

    dua kelompok yaitu kelas VA sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa

    24 dan kelas VB sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 23. Teknik

    pengambilan sampel yang digunakan Nonprobality sampling dengan model

    sampling jenuh. Teknik pengumpulan data berupa tes soal pemahaman. Uji

    prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas serta analisis

    data yang digunakan uji Mann Whitney U dengan bantuan program IBM Statistic

    versi 24 for windows.

    Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Problem

    Based Learning dengan media miniatur ekosistem berpengaruh positif terhadap

    pemahaman rantai makanan. Hasil analisis uji Mann Whitney U 0,000 < 0,05.

    Peningkatan dari hasil tes pemahaman dengan rata-rata pretest dan postest

    kelompok kontrol sebesar 7,9 sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 9,8.

    Kata kunci: pembelajaran Problem Based Learning, Pemahaman rantai

    makanan.

  • x

    ABSTRACT

    THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING WITH

    MINIATURE ECOSYSTEM MEDIA ON IMPROVING

    THE UNDERSTANDING OF THE FOOD CHAIN

    (Research on V grade students at Kowangan Elementary School, Temanggung)

    Laras Iriyanti

    ABSTRACT

    The purpose of this research is to determine the effect of Problem Based

    Learning using miniature ecosystem media on improving the understanding of the

    food chain in V graders of Kowangan Elementary School, Temanggung Regency.

    The research design used quasi-experimental (Quasi-Experimental) with

    the form of Nonequivalent Control Group Design. The research subjects were 47

    fifth graders of Kowangan Public Elementary School in the school year

    2017/2018. They were divided into two groups namely VA class as an

    experimental group which consists of 24 students and VB classes as the control

    group which consists of 23 students. The sampling techniques used nonprobability

    sampling with saturated sampling model. The data collection technique is in the

    form of tests about understanding. The analysis prerequisite test used the

    normality test and homogeneity test and data analysis using the Mann Whitney U

    test with the help of IBM Statistic version 24 for Windows.

    The conclusion of the research results shows that Problem Based Learning

    with miniature ecosystem media has a positive effect on understanding the food

    chain. The results of the Mann Whitney test U 0,000

  • xi

    KATA PENGANTAR

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat kesehatan dan

    karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

    dengan tepat waktu.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari

    itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Ir. Eko Muh Widodo, MT selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

    Magelang.

    2. Drs. Tawil, M.Pd., Kons selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang.

    3. Ari Suryawan, M.Pd selaku Kaprodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang.

    4. Drs. Tawil, M.Pd., Kons selaku pembimbing I dan Rasidi, M.Pd selaku

    pembimbing II, yang penuh dengan kesabaran telah membimbing peneliti

    sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    5. Susilowati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kowangan yang membantu

    dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada kelas V.

    6. Rahyuni, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri Kowangan yang membantu

    dalam pelaksanaan kegiatan dan memberikan ijin.

    7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

    keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu

    diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, semoga bermanfaat bagi

    kita semua.

    Magelang, 7 Januari 2019

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SAMPUL ................................................................................................................. i

    JUDUL .................................................................................................................... ii

    HALAMAN PENEGAS ........................................................................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ v

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    ABSTRACT ............................................................................................................ x

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5

    C. Batasan Masalah ............................................................................................. 6

    D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

    F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 8

    A. Peningkatan Hasil Belajar IPA ....................................................................... 8

    1. Pengertian Hasil Belajar ............................................................................ 8

    2. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA ..................................................... 22

    3. Pemahaman Rantai Makanan ................................................................... 24

    B. Pembelajaran Problem Based Learning dan Media Miniatur Ekosistem ..... 27

    1. Pengertian Problem Based Learning ....................................................... 27

  • xiii

    2. Karakteristik Problem Based Learning ................................................... 28

    3. Kelebihan Problem Based Learning ........................................................ 29

    4. Kekurangan Problem Based Learning ..................................................... 30

    5. Media Pembelajaran Miniatur Ekosistem ................................................ 31

    6. Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem ................................................................................................ 34

    7. Kelebihan Problem Based Learning (PBL) dengan Media Miniatur

    Ekosistem ................................................................................................ 36

    C. Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem ...................................................................................................... 37

    D. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 40

    E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 42

    F. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 43

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 44

    A. Desain Penelitian .......................................................................................... 44

    B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 45

    C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 45

    D. Subjek Penelitian .......................................................................................... 47

    E. Setting Penelitian .......................................................................................... 47

    F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 48

    G. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 48

    H. Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 49

    I. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 55

    J. Metode Analisis Data .................................................................................... 56

    BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 59

    A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 59

    1. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan ............................................................. 59

    2. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 68

    3. Perbandingan Pengukuran Awal (Pretest) dan Pengukuran Akhir

    (Postest) Kelompok Eksperimen-Kelompok Kontrol ............................. 70

    4. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 71

  • xiv

    5. Uji hipotesis.............................................................................................73

    B. Pembahasan................................................................................................74

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 79

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 79

    B. Saran ............................................................................................................. 80

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

    LAMPIRAN...........................................................................................................83

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Sintaks Problem Based Learning ............................................................. 34

    Tabel 2 Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem ................. 35

    Tabel 3 Perbedaan Problem Based Learning dan ................................................. 39

    Tabel 4 Nonequivalent Control Group Design ..................................................... 44

    Tabel 5 Kisi-kisi Soal ............................................................................................ 49

    Tabel 6 Nilai r Product Moment ........................................................................... 51

    Tabel 7 Hasil Reliabilitas ...................................................................................... 52

    Tabel 8 Kriteria Daya Pembeda Soal .................................................................... 53

    Tabel 9 Kriteria tingkat kesukaran ........................................................................ 54

    Tabel 10 Hasil dari kegiatan pretest...................................................................... 60

    Tabel 11 Tabel Perbedaan setiap treatment .......................................................... 62

    Tabel 12 Tabel Hasil Postest................................................................................. 67

    Tabel 13 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 72

    Tabel 14 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 73

    Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 74

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Alur Kerangka Pikir ............................................................................. 42

    Gambar 2 Hasil Validasi butir soal ....................................................................... 51

    Gambar 3 Daya pembeda soal............................................................................... 53

    Gambar 4 Hasil kesukaran soal ............................................................................. 54

    Gambar 5 Hasil Pretest ......................................................................................... 69

    Gambar 6 Hasil Postest ......................................................................................... 69

    Gambar 7 Perbandingan Hasil Pretest dan Postest ............................................... 70

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Surat Ijin Observasi pra-Penelitian ................................................... 84

    Lampiran 2 Surat Ijin Validasi ............................................................................. 85

    Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 86

    Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 87

    Lampiran 5 Surat Keterangan validasi Dosen ...................................................... 88

    Lampiran 6 Surat Keterangan validasi Guru ........................................................ 89

    Lampiran 7 Jadwal Penelitian .............................................................................. 90

    Lampiran 8 Kisi-kisi Instrumen Soal ................................................................... 91

    Lampiran 9 Soal Pretest – Postest ....................................................................... 92

    Lampiran 10 Daftar nama siswa kelas kontrol ..................................................... 99

    Lampiran 11 Daftar nama siswa kelas Eksperimen ...........................................100

    Lampiran 12 Instrumen Penelitian .....................................................................101

    Lampiran 13 Hasil Pekerjaan siswa ...................................................................153

    Lampiran 14 Daftar nilai Pretest-Postest Kelas Kontrol ...................................154

    Lampiran 15 Daftar nilai Pretest-Postest Kelas Eksperimen ............................155

    Lampiran 16 Hasil Pretest-Postest kelas eksperimen dan kelas kontrol ...........156

    Lampiran 17 Hasil validasi Dosen .....................................................................157

    Lampiran 18 Hasil validasi Guru .......................................................................168

    Lampiran 19 Hasil Uji validasi Soal ..................................................................179

    Lampiran 20 Hasil uji validasi butir Soal pilihan ganda ....................................180

    Lampiran 21 Hasil uji Reliabilitas .....................................................................181

    Lampiran 22 Hasil uji Daya beda soal ...............................................................182

    Lampiran 23 Hasil tingkat kesukaran soal .........................................................183

    Lampiran 24 Hasil uji Normalitas ......................................................................184

    Lampiran 25 Hasil uji Homogenitas ..................................................................185

    Lampiran 26 Hasil uji Hipotesis ........................................................................186

    Lampiran 27 Dokumentasi Kegiatan kelas Eksperimen ....................................187

    Lampiran 28 Dokumentasi kegiatan kelas Kontrol ............................................189

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

    sumber belajar pada suatu lingkungan belajar menurut (UU Nomor 20 Tahun

    2003 pasal 1 angka 20). Proses interaksi peserta didik dengan pendidik

    mempunyai arti bahwa pembelajaran terjadi bila ada tatap muka dan

    komunikasi 2 arah yang saling berhubungan untuk menyalurkan sebuah

    informasi atau pengetahuan, proses ini diimbangi dengan penggunaan sumber

    belajar untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran dengan kondisi

    lingkungan belajar yang baik.

    Proses pembelajaran tidak terlepas dari variasi guru dengan tujuan

    membuat proses belajar mengajar lebih menarik. Variasi yang digunakan

    meliputi penggunaan media, pendekatan, metode dan model pembelajaran.

    Proses belajar mengajar yang bervariasi diharapkan memperbaiki sistem

    pendidikan menjadi lebih baik. Kurikulum 2013 mendorong guru berfikir lebih

    kreatif, memfasilitasi kebutuhan siswa sehingga berperan aktif pada

    pembelajaran. Pendekatan scientific telah banyak digunakan guru guna

    menunjang kemudahan siswa dalam menerima materi. Kondisi lingkungan

    yang baik mampu mendorong keberhasilan pembelajaran terutama mata

    pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

    Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran pokok di

    Sekolah Dasar yang mengangkat tentang penemuan, teori dan berhubungan

    dengan lingkungan sekitar. Mata Pelajaran menyenangkan bagi beberapa siswa

    yang memiliki kecerdasan naturalis tetapi belum tentu menjadi hal

  • 2

    menyenangkan bagi siswa lain, masih banyak siswa yang menganggap

    Mata Pelajaran IPA sulit bahkan setiap sekolah memberikan KKM (Kriteria

    Ketuntasan Minimal) yang tinggi. Hasil Ujian Nasional menunjukkan bahwa

    terjadi penurunan pada setiap tahunnya dengan hasil yang tidak sesuai

    harapan.

    Pembelajaran IPA tidak terlepas dari sebuah pembuktian, penemuan dan

    teori. Siswa sering mengeluhkan keadaan ini, pemberian informasi dengan hal

    penyampaian (ceramah) menjadi kendala terutama pada siswa Sekolah Dasar.

    Setiap siswa memiliki kecerdasan masing-masing dan memiliki kesulitan yang

    bertingkat dari cara membuktikan, menemukan dan memahami secara teori.

    Maka dari itu perlu adanya variasi yang dilakukan guru menjadi salah satu

    keberhasilan untuk membantu siswa memahami mata pelajaran yang

    disampaikan.

    Berdasarkan observasi pra-penelitian tanggal 7 November 2018 di SD

    Negeri Kowangan diperoleh informasi bahwa hasil belajar Ujian Nasional pada

    mata pelajaran IPA mengalami penurunan hal ini ditunjukkan dengan Hasil

    rata-rata UN 3 Tahun Terakhir pada tahun 2015/2016 dengan hasil 74,13.

    Tahun 2016/2017 dengan hasil 80,58 dan Tahun 2017/2018 dengan hasil 65.

    Terjadi penurunan pada Tahun 2017/2018. Selain penurunan terhadap nilai UN

    hasil observasi menunjukkan kurangnya pemahaman materi, didukung dengan

    Nilai KKM untuk Mata Pelajaran IPA adalah 70. Nilai Kognitif (pengetahuan)

    masih rendah dan nilai keterampilan dengan tanya jawab belum terpenuhi

    masih banyak siswa mendapatkan nilai di bawah standar yang ditentukan.

  • 3

    Materi Ekosistem yang sekarang terombak pada Tema 5 kelas 5 menjadi

    salah satu mata pelajaran yang mudah, namun butuh ketelitian dan logika

    untuk menjawab dengan tepat. Kesalahan yang sering terjadi ketika siswa

    menganalisis hewan konsumen tingkat satu, siswa sering mengganggap bahwa

    konsumen tingkat satu hanyalah hewan tikus, belalang dan ulat sebenarnya

    hewan konsumen tingkat satu banyak sekalinya macamnya. Belum efektifnya

    media dan model pembelajaran yang digunakan pada materi ekosistem dan

    rantai makanan membuat kurangnya pemahaman siswa.

    Media yang digunakan guru berupa gambar print out, memberikan

    penugasan secara individu maupun kelompok, metode tanya jawab untuk

    menguji pemahaman siswa dan guru terkadang membawa siswa keluar kelas

    untuk mengamati dan menjawab permasalahan. Usaha yang telah dilakukan

    guru untuk memberikan pemahaman materi ekosistem dan rantai makanan

    yaitu menggunakan hewan secara alami seperti membawa belalang diberi

    makan rumput untuk memberikan contoh produsen dan konsumen tingkat satu.

    Menggunakan media sederhana seperti gambar untuk menjelaskan siklus rantai

    makanan dan pertanyaan tanya jawab untuk mengulas pemahaman siswa,

    usaha yang pernah dilakukan hasilnya belum optimal.

    Dibutuhkan terobosan baru yaitu Model Pembelajaran Problem Based

    Learning dengan Media Miniatur Ekosistem diharapkan mampu memberikan

    kemudahan siswa dalam memahami sebuah materi sehingga guru akan optimal

    dalam menggunakan model dan media serta peran siswa ikut andil pada

    praktek pembelajaran. Problem Based Learning digunakan untuk membantu

    siswa memahami materi, Problem Based Learning merupakan model

  • 4

    pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah

    melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik mampu mempelajari

    pengetahuan yang berhubungan dengan masalah sekaligus memiliki

    keterampilan memecahkan masalah. Problem Based Learning telah banyak

    diterapkan dalam pembelajaran sains, namun untuk memberikan variasi dan

    kemudahan maka model pembelajaran Problem Based Learning diimbangi

    dengan penggunaan media untuk memahamkan siswa. Problem Based

    Learning memiliki sintaks orientasi, organisasi, membimbing,

    mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisa dan mengevaluasi.

    Penggunaan Media Miniatur Ekosistem sebagai variasi baru dalam proses

    pembelajaran. Memiliki keunggulan dengan penggunaan benda kongkrit

    berupa gambar dan replika. Jadi siswa tidak perlu datang ke lapangan untuk

    mengamati langsung cukup praktek menggunakan media, siswa dapat

    menyusun rantai makanan dengan konsumen dan produsen yang berbeda.

    Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    memiliki langkah seperti orientasi berupa penjelasan dengan gambar,

    organisasi dengan pengelompokkan, membimbing dengan cara pemutaran

    video untuk menganalisa kesulitan, mengembangkan dan menyajikan hasil

    dengan pembuatan miniatur ekosistem serta menganalisa dan mengevaluasi

    untuk pemahaman terhadap ekosistem, rantai makanan dan jaring-jaring

    makanan.

    SD Negeri Kowangan terletak di Jalan Stadion Bhumi Phala nomor 13A

    Kabupaten Temanggung. Tidak jauh dari keramaian kendaraan umum,

    berdekatan dengan Stadion Bhumi Phala, Taman Kota, Lahan perkebunan dan

  • 5

    sawah serta permukiman warga. Letak secara geografis ini mampu mendukung

    pembelajaran siswa termasuk dalam pemahaman rantai makanan dengan model

    pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Hal ini mendukung

    kemandirian siswa supaya mampu memecahkan masalah secara mandiri, selain

    itu potensi secara akademik dan non akademik yang mumpuni dengan bukti

    perolehan juara lomba yang diikuti siswa, namun untuk keterampilan proses

    IPA belum optimal termasuk dalam pemahaman siswa dalam menjawab

    pertanyaan seputar rantai makanan.

    Perlu diuji apakah Problem Based Learning berpengaruh terhadap

    pemahaman materi rantai makanan di kelas V sehingga disusun Judul

    “Pengaruh Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    terhadap Peningkatan Pemahaman Rantai Makanan”

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan maka dapat diidentifikasi

    beberapa masalah sebagai berikut :

    1. Belum optimalnya penggunaan model pembelajaran, sehingga Problem

    Based Learning digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses IPA

    siswa khususnya dalam pemahan materi rantai makanan.

    2. Belum optimalnya penggunaan media, sehingga digunakan media Miniatur

    Ekosistem untuk mempermudah penyampaian sebuah materi.

    3. Belum adanya tindak lanjut terhadap kurangnya pemahaman Rantai

    Makanan pada siswa, sehingga digunakan model pembelajaran Problem

    Based Learning dan Media Miniatur Ekosistem.

  • 6

    C. Batasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah maka perlu

    pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada pemahaman rantai

    makanan melalui penggunaan media Miniatur Ekosistem dengan siswa yang

    diajarkan menggunakan metode Problem Based Learning. Hasil Pemahaman

    yang dimaksud perubahan pada analisis siswa terhadap pemecahan sebuah

    masalah pada siswa kelas V SD Negeri Kowangan.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan Batasan Masalah maka dapat dirumusan masalah sebagai

    berikut. Apakah terdapat pengaruh Problem Based Learning dengan media

    Miniatur Ekosistem terhadap peningkatan Pemahaman rantai makanan pada

    siswa kelas V?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dituliskan tujuan penelitian

    sebagai berikut. Mengetahui pengaruh Problem Based Learning dengan media

    Miniatur Ekosistem terhadap peningkatan Pemahaman rantai makanan pada

    siswa kelas V.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun

    praktis.

    1. Manfaat secara teoritis diharapkan dapat menambah variasi dalam

    melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah baik dengan

    menggunakan metode maupun media yang bervariasi. Penelitian ini juga

    sebagai bahan kajian untuk penelitian lain yang sebidang.

  • 7

    2. Praktis

    a. Bagi siswa, diharapkan mampu membantu siswa dalam hal

    meningkatkan pemahaman materi pada siswa kelas V Sekolah Dasar.

    b. Bagi guru, diharapkan bisa menjadi pedoman guru dalam merancang

    metode dan media pembelajaran yang lebih bervariasi yang dapat

    diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah.

    c. Bagi Sekolah, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan

    mampu meningkatkan akreditasi.

    d. Bagi Dinas Pendidikan, diharapkan mampu meningkatkan kualitas

    kinerja dinas pendidikan dan masukkan untuk kebijakan.

    e. Bagi Peneliti, diharapkan mampu menjadi sumber acuan dan variasi

    dalam pembuatan karya selanjutnya.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Peningkatan Hasil Belajar IPA

    1. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang

    menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya. Hasil

    merupakan pencapaian dari hal yang dilakukan seseorang untuk

    mendapatkan penghargaan dari usaha yang telah dilakukan. Hasil dapat

    berupa perilaku bahkan hal yang bernilai.

    Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi

    individu dengan lingkungan dan pengalaman (Arifin, 2012: 10). Belajar

    sebagai perubahan siswa dengan hasil berupa perubahan tingkah laku

    karena adanya sebuah pertemuan dan komunikasi atau interaksi terhadap

    alam sekitar atau lingkungan meliputi keadaan masyarakat, letak geografis

    dan sebagainnya sedangkan pengalaman mendorong perubahan untuk

    menjadi baik maupun buruk.

    Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta

    melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,

    dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan

    (Susanto, 2013: 167). Sains merupakan ilmu yang berhubungan dengan

    lingkungan atau alam, lingkungan menyajikan kebutuhan untuk manusia

    bahkan saat ini banyak ditemui penemuan baru yang berasal dari alam.Sains

    atau IPA sebenarnya berbahaya namun, IPA akan berhasil jika dipenuhi

    atau dilengkapi dengan 3 unsur yaitu teknologi, sosial dan lingkungan. Jika

  • 9

    teknologi dapat mereduksi dan memberikan dampak yang kecil serta bisa

    diterima oleh lingkungan maka dapat dikatakan Sains atau IPA berhasil.

    Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

    melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Kegiatan belajar sebagai

    sebuah proses dalam menerima informasi atau materi, proses belajar akan

    memberikan hasil berupa keterampilan (psikomotorik), sikap (afektif)

    maupun pengetahuan (kognitif). Hasil dapat di ambil dari sebuah evaluasi

    berupa test maupun non test.

    Hasil belajar IPA merupakan ketercapaian dari usaha siswa belajar

    mengenai IPA. Hasil belajar IPA sebagai tolok ukur guru mengukur tingkat

    penguasaan atau pemahaman siswa, ketika tujuan belum tercapai akan

    menjadi pertimbangan guru untuk melakukan evaluasi proses pembelajaran.

    Evaluasi sebagai proses seberapa jauh penyampaian informasi guna

    memfasilitasi kebutuhan siswa, hasilnya sebagai pertimbangan dalam

    meningkatkan maupun membuat pembaharuan dari proses pembelajaran.

    Mampu menyelesaikan sebuah permasalahan adalah sebagai hasil bekerja

    secara mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkunga serta memecahkan

    masalah secara kritis.

    a. Hakikat pembelajaran IPA

    Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu

    tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu

    pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu

    ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap (Agustiana,

    2014: 434-435).

  • 10

    Pertama, Ilmu Pengetahuan sebagai produk, yaitu kumpulan hasil

    penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep

    yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis.

    Bentuk IPA sebagai produk, yaitu:

    1) Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda

    yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar

    terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.

    2) Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-

    fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta

    yang ada hubungannya.

    3) Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di antara

    konsep-konsep IPA.

    4) Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima

    meskipun juga bersifat tentatif (sementara, akan tetapi karena

    mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam

    bersifat kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat

    dan logis.

    5) Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-

    fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.

    Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk

    menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA

    merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan

    proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh

    ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan

  • 11

    keterampilan proses sains (science process skills) adalah keterampilan

    yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur,

    mengklarifikasikan, dan menyimpulkan.

    Mengamati (Observasi) adalah mengumpulkan semua informasi

    dengan pancaindra. Adapun penarikan kesimpulan (inferensi) adalah

    kesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan

    yang dimiliki sebelumnya. Di samping kedua komponen ini sebagai

    keterampilan proses sains masih ada komponen lainnya seperti

    investigasi dan eksperimen. Akan tetapi, yang menjadi dasar

    keterampilan proses ialah merumuskan hipotesis dan

    menginterpretasikan data melalui prosedur-prosedur tertentu seperti

    melakukan pengukuran dan percobaan.

    Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah harus

    dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap

    yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian

    dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Sikap ilmiah itu

    dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran

    IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi dan kegiatan

    proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar

    memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifmya.

    Disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA memiliki 3

    klasifikasi yaitu produk, proses dan sikap. Produk bisa dikatakan

    sebagai penjabaran dari ranah psikomotor atau keterampilan, produk

    merupakan hasil penemuan yang digunakan sebagai kajian membuat

  • 12

    sebuah teori yang dapat diterima dan dikembangkan untuk membuat

    penemuan baru.

    Proses sebagai pejabaran dari ranah kognitif atau pengetahuan,

    proses merupakan tahap peneliti menemukan sebuah kesimpulan teori

    yang dapat diterima dengan keterampilan proses. Sikap sebagai

    penjabaran dari ranah afektif, sikap dikembangkan dari kegiatan yang

    dilakukan untuk mengkomunikasikan penemuan.

    b. Hasil belajar IPA dari 3 ranah

    Sistem pendidikan nasional memiliki rumusan tujuan pendidikan,

    baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

    klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom dkk yang secara garis

    besar membagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif (cognitive

    domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor

    (psychomotor domain) (Abdullah, 2012: 19).

    Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu

    kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi

    beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang mudah sampai

    dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan

    hal yang sukar dan mulai dari hal yang kongkrit sampai dengan hal

    yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut (Arifin, 2012: 21-23)

    adalah:

    1) Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam

    jenjang kemampuan, yaitu:

  • 13

    a) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau

    mengetahui adanya konsep, prisip fakta atau istilah tanpa

    harus mengerti atau dapat menggunakannya.

    b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan

    yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti

    tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat

    memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan

    hal-hal yang lain.

    c) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,

    tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam

    situasi baru dan konkret.

    d) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

    peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan

    tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen

    pembentuknya.

    e) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang

    baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.

    f) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu

    situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria

    tertentu.

  • 14

    2) Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang

    menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila

    peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,

    kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari

    dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.

    a) Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan

    yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi

    fenomena atau rangsangan tertentu.

    b) Kemampuan menanggapi atau menjawab (responding), yaitu

    jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak

    hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi

    terhadap salah satu cara.

    c) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

    peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau

    tingkah laku tertentu secara konsisten.

    d) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang

    berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem

    nilai.

    3) Domain Psikomotor (psychomotor domain),yaitu kemampuan

    peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-

    bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan

    gerakan yang kompleks.

  • 15

    Disimpulkan bahwa hasil belajar IPA menurut 3 ranah mencakup

    ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap ranah memiliki tingkat

    yang berbeda untuk menganalisis keberhasilan siswa dengan

    kualifikasi masing-masing. Ranah kognitif memiliki 6 kualifikasi yaitu

    pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

    Ranah afektif memiliki 4 kualifikasi yaitu menerima, menanggapi atau

    menjawab, menilai dan organisasi. Ranah psikomotorik memiliki 6

    kualifikasi yang berhubungan dengan gerak yaitu gerakan refleks,

    gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan, gerakan

    trampil, gerakan indah dan terampil.

    c. Kognitif Pembelajaran IPA

    Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan

    keterampilan intelektual dengan tingkatan ingatan, pemahaman,

    penerapan atau aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Indikator kognitif

    dapat dipilah menjadi indikator proses dan produk (Prastowo, 2015:

    162).

    Menciptakan proses belajar yang menarik dan menyenangkan buka

    hal yang mudah maka dari itu guru harus memiliki suatu kompetensi

    yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

    Terutama aspek kognitif sebagai tolok ukur keberhasilan guru dalam

    mengajar siswa. Pembelajaran merupakan sistem komunikasi antara

    guru dengan siswa atau siswa dengan siswa maka terjadilah sistem

    komunikasi dua arah yang saling bertukar informasi, sehingga proses

    pembelajaran penting dalam pemberian dan penerimaan informasi.

  • 16

    Bloom membagi ranah kognisi ke dalam 6 tingkatan (level), yang

    tediri dari (Ismet dan Hariyanto, 2014: 12-13):

    1) Pengetahuan (Knowledge)

    Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

    peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,

    metodologi, prinsip dasar dan pengingatan data seta informasi

    yang lain.Pengetahuan merupakan kemampuan seorang

    individu untuk menggali atau mencari tahu informasi yang

    diterima dan mengingat istilah, definisi atau arti dari sebuah

    kalimat, fakta-fakta atau bukti yang berhubungan dengan

    gagasan atau pendapat sehingga menciptakan pola, urutan yang

    mengacu pada metodologi atau dasar sebuah informasi dengan

    prinsip dasar dan pengingatan data serta informasi lain yang di

    terima dari berbagai sumber.

    2) Pemahaman (Comprehension)

    Memahami makna, translasi, membuat interpolasi dan

    menafsirkan pembelajaran dan dapat menyatakan masalah

    dengan bahasanya sendiri. Pemahaman merupakan kegiatan

    untuk memahami makna atau arti sehingga membuat interpolasi

    atau menentukan nilai dari sebuah informasi dan menafsirkan

    atau menyatakan suatu tindakan pembelajaran serta menyatakan

    masalah dengan menggunakan bahasa sendiri maka dari itu

    siswa mampu menyimpulkan dengan adanya pemahaman yang

    baik.

  • 17

    3) Aplikasi (Application)

    Seorang siswa memiliki kemampuan untuk menerapkan

    gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan lain-lain di dalam

    kondisi pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa-apa yang

    dipelajari dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama

    sekali di tempat kerja. Aplikasi merupakan kegiatan dari

    keberhasilan siswa karena kemampuan untuk menerapkan

    gagasan atau pendapat siswa, metode atau cara yang digunakan

    rumus atau cara untuk menemukan dan teori atau dasar untuk

    memperkuat dan sebagainya dalam keadaan pembelajaran.

    siswa mampu menerapkan kegiatan yang sudah dipelajari di

    dalam kelas pada kegiatan yang baru saja dilakukan.

    4) Analisis (Analysis)

    Seorang siswa akan mampu menganalisis informasi yang

    masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke

    dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

    hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor

    penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Siswa

    mampu membedakan antara fakta dan simpulan. Analisis

    merupakan tahap siswa untuk menganalisa informasi yang

    diterima dan membagi informasi ke dalam bagian kecil untuk

    mengenali pola hubungannya dan mampu membedakan faktor

    sebab akibat dari sebuah rencana yang disusun rumit dengan

    tujuan siswa mampu membedakan fakta dan kesimpulan.

  • 18

    5) Sintesis (Synthesis)

    Mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah

    skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali

    data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan

    solusi yang dibutuhkan. Siswa dapat menempatkan bagian-

    bagian bersama-sama menjadi suatu keseluruhan dengan

    penekanan menciptakan makna baru dari suatu struktur. Sintesis

    merupakan kegiatan siswa mampu menjelaskan sebuah rencana

    yang sebelumnya tidak terlihat atau tidak diketahui dan

    mengenali data dari sebuah informasi yang didapat sebagai

    hasil solusi yang dibutuhkan. Siswa dapat menempatkan

    bagian-bagian menjadi keseluruhan utuh dengan penekanan

    untuk menciptakan makna atau arti baru dari sebuah struktur

    secara garis besar.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,

    gagasan, metodologi, prosedur kerja dan lain-lain dengan

    mengunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

    memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Mampu membuat

    pertimbangan tentang nilai-nilai suatu gagasan atau bahan-

    bahan kajian. Evaluasi merupakan kegiatan untuk memberikan

    penilaian dan solusi dari pendapat atau gagasan

    mempertimbangkan metodologi atau dasar pengetahuan sesuai

    dengan prosedur kerja dengan menggunakan kriteria atau

  • 19

    golongan yang cocok sesuai dengan standar batasan untuk

    memastikan nilai keefektivitas manfaat. Siswa mampu

    membuat pertimbangan mengenai nilai dari gagasan atau bahan

    sebuah kajian.

    Lorin dan Anderson dan Karthwohl pada tahun 2001 telah

    membuat revisi pada taksonomi Bloom dalam tataran high order

    thinking skills, sehingga menjadi (Ismet dan Hariyanto, 2014: 12-13):

    1) Mengingat (Remembering), Mampu mengingat bahan-bahan

    yang baru saja dipelajari.

    2) Memahami (Understanding), Memahami makna, translasi,

    interpolasi dan penafsiran bahan ajar dan masalah.

    3) Menerapkan (Applying), Mampu menerapkan gagasan,

    prosedur, metode, rumus, teori dan lain-lain, di dalam kondisi

    pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa yang dipelajari

    dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama sekali di

    tempat kerja.

    4) Menganalisis (Analysing), Mampu menganalisis informasi yang

    masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke

    dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

    hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor

    penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

    5) Menilai (Evaluating), Mampu memberikan penilaian terhadap

    solusi, gagasan, metodologi, prosedur kerja dan lain-lain dengan

  • 20

    menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

    memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

    6) Menciptakan (Creating), Menempatkan unsur-unsur bersama-

    sama untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren dan

    berfungsi, mengorganisasikan kembali unsur-unsur menjadi

    suatu pola batu atau struktur baru melalui membangkitkan,

    merencanakan atau menghasilkan sesuatu.

    Hasil revisi menunjukkan hilangnya sintesis menjadi kreasi

    (menciptakan), perubahan dari ranah yang menyatakan dalam kata

    benda menjadi kata kerja. Sesuai dengan semangat pada pembelajaran

    yeng terpenting adalah semangat siswa dalam mengerjakan sesuatu.

    Disimpulkan bahwa ranah kognitif mengacu pada proses

    pembelajaran terhadap aspek pengetahuan dan pemahaman, ranah

    kognitif terdiri dari indikator proses dan produk. Setiap point dari

    ranah kognitif memiliki masing-masing kualifikasi yang berbeda di

    setiap tingkatannya. Ranah kognitif terbagi menjadi 6 kualifikasi (C1

    sampai C6).

    d. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar IPA

    Hasil belajar yang dicapai merupakan hasil interaksi antara

    berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun

    faktor eksternal (Susanto, 2013: 12). Secara perinci, uraian mengenai

    faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

  • 21

    1) Faktor Internal

    Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

    didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

    internal meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

    belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik

    dan kesehatan.

    2) Faktor Eksternal

    Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

    mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan

    masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil

    belajar siswa.

    Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2

    yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

    faktor yang berasal dari diri sendiri yang mempengaruhi kemampuan

    dalam belajarnya untuk itu adanya pengawasan dari orang tua perlu

    diperhatikan untuk mengembangkan kemampuan siswa.

    Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar keadaan,

    lingkungan sebagai salah satunya maka perlu pengawasan dan

    penyaringan terhadap lingkungan yang baik dan tidak baik. Kedua

    faktor ini memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan belajar

    siswa jika salah satu faktor tidak terpenuhi dengan baik maka hasil

    belajar siswa akan rendah.

  • 22

    2. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA

    Hasil belajar merupakan proses ketercapaian siswa dalam menerima,

    memahami dan menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru, hasil

    belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam

    diri sendiri) dan faktor eksternal (dari luar), kedua faktor ini sebagai proses

    siswa dalam menerima informasi ketika salah satu faktor tidak baik maka

    hasil belajar siswa akan rendah.

    Selain itu kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti cara

    penyampaian materi oleh guru menjadi salah satu faktor keberhasilan

    belajar siswa. Perkembangan teknologi saat ini mendorong guru untuk

    membuat suasana belajar lebih menarik tetapi kendala yang dirasa oleh guru

    lama membuat pembelajaran berbasis teknologi menjadi hal sulit karena

    kurang bisanya mengoperasikan kecanggihan teknologi sehingga, proses

    belajar yang dilakukan seperti biasa menggunakan metode ceramah dan

    praktek di dalam kelas.

    Peran media dan model pembelajaran yang bervariasi belum terlaksana

    dengan baik mengingat penggunaan Kurikulum 2013 dengan durasi satu

    hari untuk menyelesaikan pembelajaran, belum efektifnya penggunakan

    model dan media karena waktu yang terbatas dan perlunya persiapan yang

    matang. Usaha yang pernah dilakukan yaitu kegiatan praktek siswa untuk

    mendalami dan mencari jawaban secara nyata belum terlaksana dengan baik

    waktu yang dibutuhkan kurang karena setiap pembelajaran terdiri dari

    beberapa mata pelajaran yang harus selesai dalam sehari.

  • 23

    Persiapan yang matang diperlukan untuk penggunaan media dan model

    pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu

    model pembelajaran yang efektif digunakan yaitu pembelajaran Problem

    Based Learning, pembelajaran ini memuat kegiatan siswa untuk

    menyelesaikan masalah dan mendorong siswa untuk berpikir kritis secara

    mandiri dan kelompok. Problem Based Learning sebagai upaya kegiatan

    siswa berperan aktif untuk mengkombinasikan penemuan dengan teori yang

    sudah ada, kegiatan ini mendorong pengetahuan yang ditemukan bisa selalu

    diingat.

    Upaya peningkatan hasil belajar melalui kegiatan yang menyenangkan

    dengan perlunya penggunaan media dan model pembelajaran memiliki

    pengaruh yang kuat. Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang menyukai

    kegiatan diluar kelas dan penggunaan benda kongkrit membuat peran media

    dan model pembelajaran menjadi hal yang penting.

    Hasil belajar siswa dapat dilihat dari adanya perubahan dari kebiasaan

    belajar mereka yang menjadi semakin aktif, keterampilan yang dihasilkan

    lebih kreatif dari biasanya, kebiasaan mendengarkan berubah menjadi

    pengamatan dari praktek untuk mendapatkan sebuah kebenaran teori,

    berpikir lebih luas untuk menghubungkan faktor pendukung satu dengan

    faktor pendukung lainnya, berpikir secara kritis dan rasional (masuk akal)

    menjadi keberhasilan siswa dalam menanggulangi permasalahan yang

    dihadapi, sikap yang ditunjukkan lebih baik, mengurangi kegiatan yang

    dirasa tidak penting untuk dilakukan, kemajuan untuk menghargai pendapat

    orang lain dan perubahan tingkah laku setiap individunya.

  • 24

    3. Pemahaman Rantai Makanan

    a. Pemahaman Rantai Makanan menurut KI dan KD

    Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang

    menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi

    pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa

    harus menghubungkannya dengan hal-hal lain (Arifin, 2012: 21).

    Pemahaman atau penilaian dimaksudkan untuk kepentingan

    pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada apanya

    (development) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya

    (Rahardjo dan Gudnanto, 2011: 3).

    Uraian dari dua pendapat dapat disimpulkan bahwa pemahaman

    adalah proses peserta didik dalam mencerna, menerima dan mengolah

    informasi yang disampaikan oleh guru sehingga memberikan hasil berupa

    pemikiran secara kritis, memecahkan masalah di lingkungan sekitar dan

    beradaptasi dengan situasi serta kondisi yang dihadapi.

    KI dan KD sebagai indikator pencapaian sebuah keberhasilan

    kegiatan Belajar Mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator menjadi

    operasionalisasi dari Kompetensi Dasar. Operasionalisasi ini

    menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi

    oleh guru, indikator merupakan pengembangan dari KD. Indikator adalah

    ukuran tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran yang tersyarat

    maupun tersirat dalam kompetensi dasar. Indikator menjadi acuan dalam

    penelitian pembelajaran (Prastowo, 2015: 162).

  • 25

    Kompetensi inti adalah pengikat berbagai kompetensi dasar yang

    harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi

    sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. Kompetensi Inti

    adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran

    tertentu. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta

    didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Kompetensi

    inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element)

    kompetensi dasar (Prastowo, 2015: 119).

    Sebagai pendukung pencapaian kompetensi inti yang di dukungnya

    yaitu pertama, kelompok kompetensi dasar spiritual (mendukung KI-1)

    atau kelompok 1, kedua; kedua, kelompok kompetensi dasar sikap sosial

    (mendukung KI-2) atau kelompok 2; ketiga, kelompok kompetensi dasar

    pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3; dan keempat,

    kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung KI-4) atau

    kelompok 4. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang

    terdiri atas sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersumber pada

    kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik (Prastowo, 2015: 129-

    130).

    Pemahaman Ekosistem dan Rantai Makanan berhubungan dengan

    KI 3 yaitu Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

    metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan

    mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan

    Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

    sekolah, dan tempat bermain.

  • 26

    Disimpulkan bahwa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai

    pengukur keberhasilan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang

    telah dibuat. Kompetensi Dasar sebagai penjabaran dari Kompetensi Inti

    yang memuat 3 ranah penting sesuai dengan penomoran, sedangkan

    Indikator sebagai penjabaran dari Kompetensi Dasar yang memuat

    rancangan-rancangan untuk mencapai tujuan dari Kompetensi Dasar.

    Indikator memuat beberapa kata kerja operasional.

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman

    Faktor yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar

    siswa (Djamarah dan Zain, 2010: 109) adalah sebagai berikut:

    1) Faktor Internal (dari diri sendiri) adalah pertama, faktor jasmaniah

    (fisiologi) meliputi keadaan panca indera yang sehat, sakit atau

    perkembangan yang tidak sempurna. Kedua faktor psikologis

    meliputi keintelektualan (kecerdasan), minat, bakat dan potensi

    prestasi yang dimiliki. Ketiga, faktor kematangan fisik dan psikis.

    2) Faktor Eksternal (dari luar diri) adalah faktor sosial meliputi

    lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok

    dan lingkungan masyarakat, kemudian faktor budaya meliputi adat

    istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

    Disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal

    mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa untuk

    memfasilitasi kebutuhan pemahaman siswa perlu adanya faktor dukungan

    dari guru maupun orang tua untuk mengontrol dan memantau kegiatan

    belajar siswa serta memfasilitasi kebutuhan sesuai dengan kecerdasan

  • 27

    yang dimiliki karena setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda.

    Faktor internal terdiri dari faktor fisiologi dan faktor psikologis yang

    mendorong pemahaman dengan baik. Faktor eksternal berhubungan

    dengan sosial masyarakat dan keadaan lingkungan sekitar.

    B. Pembelajaran Problem Based Learning dan Media Miniatur Ekosistem

    1. Pengertian Problem Based Learning

    Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan

    masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structure) dan bersifat

    terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan

    keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

    membangun pengetahuan baru (Rusman, 2011: 232).

    Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

    melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-

    tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan

    yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

    keterampilan untuk memecahkan masalah (Amir, 2009: 22).

    Pengertian Problem Based Learning menurut dua pendapat di atas dapat

    disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan pembelajaran

    yang mendukung siswa untuk memecahkan sebuah permasalahan yang ada

    di lingkungan sekitar, proses ini akan menjadikan siswa mampu berpikir

    kritis dalam menyelesaikan masalah serta mendapatkan pengetahuan baru

    dari kegiatan yang dilakukan secara nyata dan mandiri dari setiap siswanya.

  • 28

    2. Karakteristik Problem Based Learning

    Karakteristik Problem Based Learning (Rusman, 2011: 232-233) adalah

    sebagai beikut:

    a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

    b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

    nyata yang tidak terstruktur

    c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

    d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

    sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

    kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

    e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

    f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,

    dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

    dalam PBL

    g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif

    h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

    pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

    dari sebuah permasalahan

    i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari

    sebuah proses belajar dan

    j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

    belajar

    Disimpulkan bahwa karakteristik Problem Based Learning, merupakan

    pembelajaran sesuai dengan keadaan disekitar secara nyata (real).

  • 29

    Permasalahan mampu menjadi point awal untuk siswa belajar berpikir kritis

    dan memecahkan masalah sesuai dengan keadaan lingkungan diharapkan

    memberikan solusi terhadap permasalahan. Lingkungan sekitar menjadi

    sumber pengetahuan sehingga pengalaman akan menjadi sebuah proses

    belajar yang menyenangkan.

    3. Kelebihan Problem Based Learning

    Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan

    kelemahan. Berikut ini merupakan keunggulan penerapan model

    pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu sebagai berikut

    (Sanjaya, 2006: 220):

    a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

    menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

    b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

    c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk

    memahami masalah dunia nyata.

    d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

    bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

    e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

    mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan dengan

    pengetahuan baru.

    f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan

    pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

    g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar

    sekalipun balajar pada pendidikan formal telah berakhir.

  • 30

    h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari

    guna memecahkan masalah dunia nyata.

    Disimpulkan bahwa Problem Based Learning memiliki kelebihan

    memfasilitasi kebutuhan siswa terhadap pengaplikasian pengetahuan secara

    nyata, mendorong siswa mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah

    sesuai dengan lingkungan, menumbuhkan motivasi siswa untuk selalu

    mencoba dan mendorong aktifitas siswa untuk berperan aktif, mendorong

    untuk mendapatkan pengetahuan baru serta dapat di terapkan pada kondisi

    nyata di lingkungan, meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap kegiatan

    yang telah terlaksana.

    4. Kekurangan Problem Based Learning

    Adapun kelemahan-kelemahan dari penggunaan model Problem Based

    Learning (PBL), adalah sebagai berikut (Abbudin, 2009: 250):

    a. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai

    dengan tingkat berpikir para siswa.

    b. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan

    penggunaan metode konvensional.

    c. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari

    yang semula belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal

    informasi yang disampaikan oleh guru, menjadi belajar dengan cara

    mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkan

    masalahnya sendiri.

    Disimpulkan bahwa kekurangan Problem Based Learning untuk siswa

    dalam kesulitan berpikir dan menentukan permasalahan yang harus

  • 31

    diselesaikan, waktu yang dibutuhkan cukup lama jika persiapan kurang

    matang, kesulitan dalam mengubah kegiatan belajar seperti biasanya.

    Pembelajaran ini memerlukan praktik, kegiatan langsung siswa dengan

    kondisi lingkungan.

    5. Media Pembelajaran Miniatur Ekosistem

    a. Pengertian Media

    Kata Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

    berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media

    adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

    pesan. (Arsyad, 2014: 3).

    Media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat digunakan

    sebagai penyampaian pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media

    berfungsi dan berperan mengatur hubungan efektif guru dan siswa dalam

    proses pembelajaran (Wati, 2016: 2-3).

    Disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu dalam proses

    pembelajaran sebagai penyampaian informasi untuk mencapai tujuan.

    Media atau yang berarti perantara, media digunakan sebagai pengantar

    dalam menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima

    pesan sistem dari media adanya komunikasi 2 arah sehingga adanya

    timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Ada berbagai jenis

    media yaitu media cetak (koran majalah), transparansi (OHD), audio

    (suara), video, multimedia, E-learning dll. Manfaat menggunakan media

    membantu pengajar lebih mudah dalam menyampaikan sebuah materi

    atau informasi, mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera.

  • 32

    Media yang digunakan memiliki peranan penting dalam

    keberhasilan belajar siswa. Media memiliki daya tarik tersendiri untuk

    siswa khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Siswa akan senang ketika

    proses pembelajaran dipadukan dengan media yang bersifat kongkrit,

    sehingga siswa akan paham dan secara langsung mengamati. Media

    sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa belajar lebih giat selain

    itu media juga dapat membuat siswa berfikir lebih kreatif dan kritis

    dalam menghadapi sebuah permasalahan.

    b. Pengertian Ekosistem

    Ekosistem adalah Interaksi antara makhluk hidup dan benda-benda

    tak hidup pada sebuah lingkungan (Karitas, 2017: 3). Ekosistem adalah

    kesatuan lingkungan hidup tempat berlangsungnya hubungan timbal

    balik (interaksi) antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

    Disimpulkan bahwa ekosistem merupakan hubungan atau interaksi

    makhluk hidup dengan lingkungan. Ekosistem dibedakan menjadi 2

    macam yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami

    ialah ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa adanya campur tangan

    manusia. Ekosistem alami dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem darat

    dan ekosistem perairan, contoh dari ekosistem darat adalah ekosistem

    sawah dan contoh dari ekosistem perairan adalah ekosistem sungai.

    Sedangkan eksosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh

    manusia.

  • 33

    c. Media Miniatur Ekosistem

    Media pembelajaran Miniatur Ekosistem dibuat untuk memudahkan

    siswa dalam memahami materi yang disampaikan, miniatur ekosistem

    memang dirancang mirip dengan ekosistem aslinya dengan perpaduan

    warna dan replika hewan serta tumbuhan. Sehingga siswa akan mudah

    memahami proses terjadinya rantai makanan. Media miniatur ekosistem

    menggunakan media visual dengan permainan bentuk, gambar, warna

    yang mendorong ketertarikan siswa untuk belajar.

    Media miniatur ekosistem terbuat dari bahan-bahan sekitar yang

    mudah di temui, papan media berbentuk balok terbuat dari bahan triplek.

    Bagian isi media menggunakan print out gambar hewan dengan kertas

    foto dilapisi isolasi besar supaya gambar media awet digunakan, replika

    yang lain seperti gunung api terbuat dari botol dan kertas bekas yang

    diberi warna menggunakan cat air, tumbuhan atau pepohonan

    menggunakan miniatur pohon terbuat dari plastik dan kawat.

    Penggunaan media miniatur ekosistem dapat dibongkar pasang

    sesuai dengan materi yang disampaikan ketika penggolongan hewan

    maka hewan-hewan yang ada dalam miniatur dapat dikelompokkan

    menjadi 3 jenis penggolongan hewan, ketika materi rantai makanan

    dapat dikombinasikan antara tumbuhan, hewan herbivora, karnivora,

    omnivora dan anak panah untuk menunjukkan proses rantai makanan

    sehingga memudahkan siswa memahaminya, selain rantai makanan

    media dapat digunakan untuk menjelaskan jaring-jaring makanan karena

  • 34

    sesuai dengan pemahaman siswa terkait ekosistem dan rantai makanan

    yang telah dipelajari.

    Media miniatur ekosistem dirancang sesuai dengan keadaan sekitar

    untuk mempermudah siswa memahami rantai makanan sehingga siswa

    tidak perlu datang langsung ke lapangan untuk mengamati proses

    terjadinya rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Ketika

    pemahaman siswa secara teori sudah baik maka siswa akan bisa

    mempraktikkannya dan cara praktek seperti ini efektif karena

    pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman akan lebih lama teringat

    atau tersimpan dalam memori otak.

    6. Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    a. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

    Rusman (2011: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah

    Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

    Tabel 1 Sintaks Problem Based Learning

    Fase Indikator Tingkah Laku Guru

    1 Orientasi siswa pada

    masalah

    Menjelaskan tujuan pembelajaran,

    menjelaskan logistik yang

    diperlukan, dan memotivasi siswa

    terlibat pada aktivitas pemecahan

    masalah.

    2 Mengorganisasi

    siswa untuk belajar

    Membantu siswa mendefinisikan dan

    mengorganisasikan tugas belajar

    yang berhubungan dengan masalah

    tersebut.

    3 Membimbing

    pengalaman

    individual/kelompok

    Mendorong siswa untuk

    mengumpulkan informasi yang

    sesuai, melaksanakan eksperimen

    untuk mendapatkan penjelasan dan

    pemecahan masalah.

    4 Mengembangkan

    dan menyajikan hasil

    karya

    Membantu siswa dalam

    merencanakan dan menyiapkan

    karya yang sesuai seperti laporan,

    dan membantu mereka untuk

  • 35

    berbagai tugas dengan temannya.

    5 Menganalisa dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Membantu siswa untuk melakukan

    refleksi atau evaluasi terhadap

    penyelidikan mereka dan proses

    yang mereka gunakan.

    b. Langkah pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem.

    Penelitian ini menggunakan pembelajaran Problem Based Learning

    dengan Media Miniatur ekosistem beberapa tahapan yang akan

    dilakukan:

    Tabel 2 Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    Fase Indikator Hasil Perilaku siswa

    1 Orientasi siswa

    pada masalah

    Penjelasan dan pemberian

    motivasi terhadap

    permasalahan yang akan

    disajikan dengan

    menggunakan media

    gambar. Hal ini

    mendorong siswa untuk

    berpikir kritis dan tingkat

    rasa ingin tahunya tinggi.

    Siswa mampu

    memahami inti

    permasalahan

    yang disajikan.

    2 Mengorganisasi

    siswa untuk

    belajar

    Menyajikan sebuah video

    tentang proses rantai

    makanan pada sebuah

    ekosistem kemudian

    membagi siswa menjadi

    beberapa kelompok

    diskusi untuk

    menyelesaikan sebuah

    permasalahan dan siswa

    mampu menyusun proses

    rantai makanan.

    Siswa mampu

    bekerjasama

    dalam

    menyelesaikan

    masalah.

    3 Membimbing

    pengalaman

    individual/kelom

    pok

    Melakukan pengawasan

    untuk membimbing siswa

    dalam kesulitan

    menganalisis sebuah

    permasalahan dengan

    teknik eksperimen dan

    penggunaan media gambar

    dan media miniatur

    ekosistem.

    Siswa mampu

    menganalisis

    dan mengetahui

    jawaban dari

    permasalahan.

  • 36

    4 Mengembangkan

    dan menyajikan

    hasil karya

    Membantu dalam

    merencanakan pembuatan

    media miniatur ekosistem

    kemudian menuliskan dan

    melaporkan hasil yang

    telah dibuat adanya kritik

    dan saran dari masing-

    masing kelompok sesuai

    dengan kinerja yang telah

    dilaksanakan.

    Siswa mampu

    membuat hasil

    karya dan

    mengkomunika-

    sikannya.

    5 Menganalisa dan

    mengevaluasi

    proses

    pemecahan

    masalah

    Refleksi dan evaluasi

    terhadap penyelidikan

    proses yang digunakan,

    proses penyampaian

    kekurangan dan

    ketercapaian kegiatan yang

    telah dilakukan.

    Siswa mampu

    menyimpulkan

    jawaban dari

    kegiatan yang

    dilakukan

    mengenai

    pemeecahan

    masalah.

    Adapun perbedaan antara pembelajaran Problem Based Learning

    dan Pembelajaran Problem Based Learning dengan media miniatur

    ekosistem yaitu terletak pada penggunaan media dan hasil yang

    diharapkan dalam setiap fase.

    7. Kelebihan Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    Adapun kelebihan Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem yaitu memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk

    memahami ekosistem dan siklus rantai makanan. Tahap ini membuat siswa

    berperan aktif dan kerjasama antar siswa untuk menyelesaikan masalah,

    selain itu siswa akan paham bahwa ekosistem memiliki keragaman serta

    komponen yang ada pada tahap rantai makanan.

    Langkah kegiatan Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem berbeda dengan langkah kegiatan Problem Based Learning.

    Perbedaan terletak pada penggunaan media dan kegiatan yang dilakukan

    pada tahap akhir siswa akan diberikan sebuah proyek untuk membuat media

  • 37

    miniatur ekosistem sehingga kegiatan yang telah terlaksana memberikan

    hasil yang baik.

    Langkah kegiatan sama namun hasil yang diharapkan berbeda untuk

    orientasi siswa pada masalah menggunakan media gambar berupa ekosistem

    laut dan ekosistem darat untuk membedakan komponen penyusun di dalam

    ekosistem, mengorganisasi siswa untuk belajar dengan menggunakan video

    interaktif sehingga siswa mampu berdiskusi dan menganalisa materi yang

    disampaikan, membimbing pengalaman individual atau kelompok dengan

    melakukan pengawasan dan pemberian bantuan tentang kesulitan siswa

    dalam menganalisa pemecahan masalah yang disajikan dan menggunakan

    media gambar serta media miniatur ekosistem untuk mempermudah siswa,

    mengembangkan dan menyajikan hasil sebagai hasil akhir dalam

    pelaksanaan kegiatan siswa diajak untuk membuat media miniatur

    ekosistem sebagai kegiatan membuktikan teori dan hal yang telah dilakukan

    secara praktek, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

    merupakan tahap terakhir setelah pembuatan media maka dilakukan tahap

    evaluasi untuk mengetahui kekurangan kegiatan yang belum dilakukan

    sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

    C. Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur

    Ekosistem

    Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang baik

    digunakan untuk kegiatan pembelajaran IPA pada materi ekosistem dan rantai

    makanan (Tema 5 Kurikulum 2013). Problem Based Learning menekankan

    pada kegiatan pemecahan masalah dengan tujuan mendorong siswa berpikir

  • 38

    kritis dalam mendapatkan penemuan secara nyata dengan kegiatan unjuk kerja

    atau praktik.

    Kelebihan pembelajaran ini mampu mendorong siswa untuk berperan

    aktif dalam kegiatan pemecahan masalah sesuai dengan keadaan lingkungan,

    mendorong siswa untuk saling bekerjasama satu sama lain untuk mendapatkan

    sebuah kebenaran informasi sesuai dengan teori yang telah dipelajari dan

    mendorong siswa berpikir kritis untuk mengambil keputusan yang rasional

    atau masuk akal.

    Problem Based Learning juga memiliki kekurangan yaitu kegiatan guru

    dalam membimbing dan memotivasi dalam penyusunan hipotesis serta

    keterlibatan aktif siswa dirasa masih kurang namun, kekurangan yang terdapat

    dalam kegiatan ini peneliti akan berusaha memadukan pembelajaran Problem

    Based Learning dengan media miniatur ekosistem untuk meningkatkan

    pemahaman seputar rantai makanan pada kelas V di SD Negeri Kowangan

    Kabupaten Temanggung.

    Pembelajaran IPA yang awalnya konvensional seperti biasanya membuat

    siswa pasif dan bosan dalam pembelajaran untuk itu adanya terobosan baru

    yang dilakukan peneliti dengan bantuan pihak guru untuk memunculkan

    kegiatan belajar yang lebih menyenangkan mengenai pembelajaran IPA

    dengan perpaduan media miniatur ekosistem. Media miniatur ekosistem

    dirancang sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar dengan macam-macam

    hewan agar mempermudah siswa dalam memahami materi rantai makanan dan

    jaring-jaring makanan.

  • 39

    Tabel 3 Perbedaan Problem Based Learning dan

    Problem Based Learning dengan media miniatur ekosistem

    Fase Indikator

    Problem Based

    Learning

    Problem Based

    Learning dengan media

    miniatur ekosistem

    Tingkah Laku Guru Hasil

    1 Orientasi siswa pada

    masalah

    Menjelaskan tujuan

    pembelajaran,

    menjelaskan logistik

    yang diperlukan, dan

    memotivasi siswa

    terlibat pada aktivitas

    pemecahan masalah.

    Penjelasan dan

    pemberian motivasi

    terhadap permasalahan

    yang akan disajikan

    dengan menggunakan

    media gambar. Hal ini

    mendorong siswa untuk

    berpikir kritis dan

    tingkat rasa ingin

    tahunya tinggi.

    2 Mengorganisasi siswa

    untuk belajar

    Membantu siswa

    mendefinisikan dan

    mengorganisasikan

    tugas belajar yang

    berhubungan dengan

    masalah tersebut.

    Menyajikan sebuah

    video tentang proses

    rantai makanan pada

    sebuah ekosistem

    kemudian membagi

    siswa menjadi beberapa

    kelompok diskusi untuk

    menyelesaikan sebuah

    permasalahan dan siswa

    mampu menyusun

    proses rantai makanan.

    3 Membimbing

    pengalaman

    individual/kelompok

    Mendorong siswa

    untuk mengumpulkan

    informasi yang sesuai,

    melaksanakan

    eksperimen untuk

    mendapatkan

    penjelasan dan

    pemecahan masalah.

    Melakukan pengawasan

    untuk membimbing

    siswa dalam kesulitan

    menganalisis sebuah

    permasalahan dengan

    teknik eksperimen dan

    penggunaan media

    miniatur ekosistem.

    4 Mengembangkan dan

    menyajikan hasil

    karya

    Membantu siswa

    dalam merencanakan

    dan menyiapkan karya

    yang sesuai seperti

    laporan, dan

    membantu mereka

    untuk berbagai tugas

    dengan temannya.

    Membantu dalam

    merencanakan

    pembuatan media

    miniatur ekosistem

    kemudian menuliskan

    dan melaporkan hasil

    yang telah dibuat

    adanya kritik dan saran

    dari masing-masing

    kelompok sesuai

    dengan kinerja yang

    telah dilaksanakan.

  • 40

    5 Menganalisa dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Membantu siswa

    untuk melakukan

    refleksi atau evaluasi

    terhadap penyelidikan

    mereka dan proses

    yang mereka gunakan.

    Refleksi dan evaluasi

    terhadap penyelidikan

    proses yang digunakan,

    proses penyampaian

    kekurangan dan

    ketercapaian kegiatan

    yang telah dilakukan.

    D. Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

    penelitian oleh Muhamad Iqbal dalam skripsinya tahun 2018 dengan judul

    “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses IPA Kelas

    IV Kurikulum 2013 SD N 2 Sumberagung, Jetis, Bantul” dengan hasil

    peningkatan 11,43. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya

    keberhasilan dari penerapan Problem Based Learning, namun peneliti belum

    menggunakan media sebagai alat bantu dalam mengukur proses Keterampilan

    IPA.

    Penelitian yang dilakukan oleh Durotun Nafisah dalam skripsinya tahun

    2018 dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) dengan

    Media Visual Diorama Terhadap Hasil Belajar IPA Penelitian pada Siswa

    Kelas IV SD Negeri Banyakan Mertoyudan, Magelang” dengan hasil

    peningkatan 7,7. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya

    peningkatan penggunaan model dan media sudah memiliki keberhasilan dalam

    pengukuran hasil belajar siswa.

    Penelitian oleh Rifka Anisaunnafi‟ah dalam skripsinya tahun 2015 dengan

    judul “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar Ilmu

    Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas IV SD Negeri Grojogan Tamanan

    Banguntapan Bantul” dengan hasil peningkatan 12,00. Penelitian yang

  • 41

    dilakukan menunjukkan adanya peningkatan penggunaan model namun belum

    diimbangi dengan media yang digunakan padahal jika model diimbangi dengan

    media maka hasilnya akan lebih baik.

    Penelitian oleh Desvian Halim Ilon Wicaksono dalam skripsinya tahun

    2014 dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk

    Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri Panjunan 02”

    dengan hasil peningkatan 16,27%. Penelitian yang dilakukan menunjukkan

    adanya peningkatan penggunaan model namun belum diimbangi dengan

    penggunaan media sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA

    siswa.

    Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menunjukkan hasil bahwa

    pengaruh pembelajaran Problem Based Learning memberikan hasil yang lebih

    baik terhadap peningkatan pembelajaran IPA. Namun penggunaan PBL dengan

    media miniatur ekosistem belum ada yang menerapkannya sebagai penunjang

    pemahaman siswa untuk itu dibuatlah penelitian mengenai “Pengaruh

    Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem

    terhadap Peningkatan Pemahaman Rantai Makanan” sebagai terobosan baru.

    Keunggulan dari metode dan media yang digunakan miniatur ekosistem

    sebagai gambaran atau tiruan dari lingkungan habitat asli sehingga siswa

    nantinya mampu menyusun proses rantai makanan dengan media tanpa harus

    datang langsung ke alam.

  • 42

    E. Kerangka Pemikiran

    Alur Kerangka berpikir penelitian ini digambarkan dalam bagan sebagai

    berikut. gka PikirPikir

    Gambar 1 Alur Kerangka Pikir

    Pembelajaran IPA tidak terlepas dari lingkungan dan membutuhkan

    beberapa metode dan media pembelajaran yang mendukung sehingga, siswa

    akan lebih mudah dalam memahami sebuah materi. Belum optimalnya

    penggunaan metode dan media pembelajaran memberikan dampak siswa

    kurang aktif dalam pembelajaran dan cenderung diam karena belum paham

    dengan materi yang disampaikan oleh guru.

    Hasil pemahaman siswa masih rendah sehingga mempengaruhi hasil

    belajar. Pembelajaran yang bervariasi perlu digunakan sebagai penunjang

    ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang bervariasi membuat

    Kondisi Awal

    Kondisi Akhir

    Treatment

    1.Kurangnya pemahaman siswa

    2.Siswa kurang berperan aktif

    3.Hasil pemahaman siswa rendah

    1. PBL dengan Media Mini Kos untuk

    pemahaman Ekosistem

    2. PBL dengan Media Mini Kos untuk

    pemahaman Rantai Makanan

    3. PBL dengan Media Mini Kos untuk

    pemahaman Jaring-jaring Makanan

    1.Meningkatnya pemahaman siswa

    2.Siswa berperan aktif

    3.Hasil pemahaman siswa meningkat

  • 43

    siswa akan lebih senang dan aktif seperti pembelajaran Problem Based

    Learning yang menunjang siswa untuk berpikir kritis dan memahami sebuah

    permasalahan yang harus dipecahkan secara baik.

    Penelitian ini akan dilakukan pada 2 kelas, peneliti akan memberikan

    treatment pembelajaran Problem Based Learning untuk kelas aksperimen dan

    tidak ada treatment untuk kelas kontrol. Treatment 1 membahas mengenai

    pemahaman ekosistem, treatment 2 membahas materi pemahaman Rantai

    Makanan dan treatment 3 membahas materi Jaring-jaring Makanan. Tindakan

    ini akan dilakukan pada Tema 5 yaitu Ekosistem, diharapkan mampu

    meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa mengenai rantai makanan.

    Diharapkan guru mampu menggunakan metode dan media yang bervariasi saat

    proses pembelajaran.

    Melalui treatment yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa Problem

    Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem mampu meningkatkan

    pemahaman siswa mengenai rantai makanan.

    F. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir di atas maka hipotesis dari

    penelitian ini adalah Ada Pengaruh positif dari pembelajaran Problem Based

    Learning dengan Media Miniatur Ekosistem Terhadap Peningkatan

    Pemahaman Rantai Makanan pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan,

    Temanggung.

  • 44

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian

    eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi

    terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2013: 51). Adapun

    desain yang dipilih adalah quasi experimental design. Desain ini mempunyai

    kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk me