-
i
SAMPUL
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP
PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa
Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)
SKRIPSI
Oleh:
Laras Iriyanti
15.0305.0067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
-
ii
JUDUL
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP
PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa
Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)
SKRIPSI
Oleh:
Laras Iriyanti
15.0305.0067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
-
iii
HALAMAN PENEGAS
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DENGAN MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP
PENINGKATAN PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN (Penelitian pada Siswa
Kelas V di SD Negeri Kowangan Temanggung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Studi
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Magelang
Oleh:
Laras Iriyanti
15.0305.0067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
-
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
-
v
HALAMAN PENGESAHAN
-
vi
HALAMAN PERNYATAAN
-
vii
HALAMAN MOTTO
HALAMAN MOTTO
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan
jalan keluar
baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka,
dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah
baginya,
Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah
menjadikan untuk
setiap sesuatu kadarnya,”
(QS.Ath-Thalaq: 2-3).
-
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan seluruh rasa syukurku atas
kehadirat Allah Rabbiku, skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Bapakku Budi Iriyanto dan Ibuku
Ponijem, sebagai penyemangat utama dan
pendukungku dengan kasih sayang
mereka.
2. Almamaterku tercinta Universitas
Muhammadiyah Magelang.
-
ix
ABSTRAK
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN
MEDIA MINIATUR EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN
PEMAHAMAN RANTAI MAKANAN
(Penelitian Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kowangan
Temanggung)
Laras Iriyanti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran
Problem Based Learning dengan media miniatur ekosistem terhadap
peningkatan
pemahaman rantai makanan pada siswa kelas V di SD Negeri
Kowangan
Kabupaten Temanggung .
Desain penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi
Experimental)
dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Subjek
penelitian adalah 47
siswa kelas V SD Negeri Kowangan tahun ajaran 2017/2018 yang
terbagi menjadi
dua kelompok yaitu kelas VA sebagai kelompok eksperimen dengan
jumlah siswa
24 dan kelas VB sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 23.
Teknik
pengambilan sampel yang digunakan Nonprobality sampling dengan
model
sampling jenuh. Teknik pengumpulan data berupa tes soal
pemahaman. Uji
prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan uji
homogenitas serta analisis
data yang digunakan uji Mann Whitney U dengan bantuan program
IBM Statistic
versi 24 for windows.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
Problem
Based Learning dengan media miniatur ekosistem berpengaruh
positif terhadap
pemahaman rantai makanan. Hasil analisis uji Mann Whitney U
0,000 < 0,05.
Peningkatan dari hasil tes pemahaman dengan rata-rata pretest
dan postest
kelompok kontrol sebesar 7,9 sedangkan pada kelompok eksperimen
sebesar 9,8.
Kata kunci: pembelajaran Problem Based Learning, Pemahaman
rantai
makanan.
-
x
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING WITH
MINIATURE ECOSYSTEM MEDIA ON IMPROVING
THE UNDERSTANDING OF THE FOOD CHAIN
(Research on V grade students at Kowangan Elementary School,
Temanggung)
Laras Iriyanti
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of
Problem Based
Learning using miniature ecosystem media on improving the
understanding of the
food chain in V graders of Kowangan Elementary School,
Temanggung Regency.
The research design used quasi-experimental (Quasi-Experimental)
with
the form of Nonequivalent Control Group Design. The research
subjects were 47
fifth graders of Kowangan Public Elementary School in the school
year
2017/2018. They were divided into two groups namely VA class as
an
experimental group which consists of 24 students and VB classes
as the control
group which consists of 23 students. The sampling techniques
used nonprobability
sampling with saturated sampling model. The data collection
technique is in the
form of tests about understanding. The analysis prerequisite
test used the
normality test and homogeneity test and data analysis using the
Mann Whitney U
test with the help of IBM Statistic version 24 for Windows.
The conclusion of the research results shows that Problem Based
Learning
with miniature ecosystem media has a positive effect on
understanding the food
chain. The results of the Mann Whitney test U 0,000
-
xi
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat kesehatan
dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi
dengan tepat waktu.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka dari
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Eko Muh Widodo, MT selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah
Magelang.
2. Drs. Tawil, M.Pd., Kons selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang.
3. Ari Suryawan, M.Pd selaku Kaprodi PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang.
4. Drs. Tawil, M.Pd., Kons selaku pembimbing I dan Rasidi, M.Pd
selaku
pembimbing II, yang penuh dengan kesabaran telah membimbing
peneliti
sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Susilowati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kowangan
yang membantu
dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
pada kelas V.
6. Rahyuni, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri Kowangan yang
membantu
dalam pelaksanaan kegiatan dan memberikan ijin.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh
karena itu
diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, semoga
bermanfaat bagi
kita semua.
Magelang, 7 Januari 2019
Penulis
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
.................................................................................................................
i
JUDUL
....................................................................................................................
ii
HALAMAN PENEGAS
........................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
...............................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN
................................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN
................................................................................
v
HALAMAN MOTTO
...........................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
..........................................................................
viii
ABSTRAK
.............................................................................................................
ix
ABSTRACT
............................................................................................................
x
KATA PENGANTAR
...........................................................................................
xi
DAFTAR ISI
.........................................................................................................
xii
DAFTAR
TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR
GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................
1
A. Latar Belakang
................................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
........................................................................................
5
C. Batasan Masalah
.............................................................................................
6
D. Rumusan Masalah
...........................................................................................
6
E. Tujuan Penelitian
............................................................................................
6
F. Manfaat Penelitian
..........................................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
..................................................................................
8
A. Peningkatan Hasil Belajar IPA
.......................................................................
8
1. Pengertian Hasil Belajar
............................................................................
8
2. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA
..................................................... 22
3. Pemahaman Rantai Makanan
...................................................................
24
B. Pembelajaran Problem Based Learning dan Media Miniatur
Ekosistem ..... 27
1. Pengertian Problem Based Learning
....................................................... 27
-
xiii
2. Karakteristik Problem Based Learning
................................................... 28
3. Kelebihan Problem Based Learning
........................................................ 29
4. Kekurangan Problem Based Learning
..................................................... 30
5. Media Pembelajaran Miniatur Ekosistem
................................................ 31
6. Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
................................................................................................
34
7. Kelebihan Problem Based Learning (PBL) dengan Media
Miniatur
Ekosistem
................................................................................................
36
C. Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media
Miniatur
Ekosistem
......................................................................................................
37
D. Penelitian yang Relevan
................................................................................
40
E. Kerangka Pemikiran
......................................................................................
42
F. Hipotesis Penelitian
......................................................................................
43
BAB III METODE
PENELITIAN........................................................................
44
A. Desain Penelitian
..........................................................................................
44
B. Identifikasi Variabel Penelitian
.....................................................................
45
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
...................................................... 45
D. Subjek Penelitian
..........................................................................................
47
E. Setting Penelitian
..........................................................................................
47
F. Metode Pengumpulan Data
...........................................................................
48
G. Instrumen Penelitian
.....................................................................................
48
H. Validitas dan Reliabilitas
..............................................................................
49
I. Prosedur Penelitian
.......................................................................................
55
J. Metode Analisis Data
....................................................................................
56
BAB IV PEMBAHASAN
.....................................................................................
59
A. Hasil Penelitian
.............................................................................................
59
1. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
.............................................................
59
2. Deskripsi Data Penelitian
.......................................................................
68
3. Perbandingan Pengukuran Awal (Pretest) dan Pengukuran
Akhir
(Postest) Kelompok Eksperimen-Kelompok Kontrol
............................. 70
4. Uji Prasyarat Analisis
..............................................................................
71
-
xiv
5. Uji
hipotesis.............................................................................................73
B.
Pembahasan................................................................................................74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
................................................................
79
A. Kesimpulan
...................................................................................................
79
B. Saran
.............................................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
81
LAMPIRAN...........................................................................................................83
-
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Sintaks Problem Based Learning
.............................................................
34
Tabel 2 Problem Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem
................. 35
Tabel 3 Perbedaan Problem Based Learning dan
................................................. 39
Tabel 4 Nonequivalent Control Group Design
..................................................... 44
Tabel 5 Kisi-kisi Soal
............................................................................................
49
Tabel 6 Nilai r Product Moment
...........................................................................
51
Tabel 7 Hasil Reliabilitas
......................................................................................
52
Tabel 8 Kriteria Daya Pembeda Soal
....................................................................
53
Tabel 9 Kriteria tingkat kesukaran
........................................................................
54
Tabel 10 Hasil dari kegiatan
pretest......................................................................
60
Tabel 11 Tabel Perbedaan setiap treatment
.......................................................... 62
Tabel 12 Tabel Hasil
Postest.................................................................................
67
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas
..............................................................................
72
Tabel 14 Hasil Uji Homogenitas
...........................................................................
73
Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis
.................................................................................
74
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Alur Kerangka Pikir
.............................................................................
42
Gambar 2 Hasil Validasi butir soal
.......................................................................
51
Gambar 3 Daya pembeda
soal...............................................................................
53
Gambar 4 Hasil kesukaran soal
.............................................................................
54
Gambar 5 Hasil Pretest
.........................................................................................
69
Gambar 6 Hasil Postest
.........................................................................................
69
Gambar 7 Perbandingan Hasil Pretest dan Postest
............................................... 70
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Observasi pra-Penelitian
................................................... 84
Lampiran 2 Surat Ijin Validasi
.............................................................................
85
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
..........................................................................
86
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian
.............................................................
87
Lampiran 5 Surat Keterangan validasi Dosen
...................................................... 88
Lampiran 6 Surat Keterangan validasi Guru
........................................................ 89
Lampiran 7 Jadwal Penelitian
..............................................................................
90
Lampiran 8 Kisi-kisi Instrumen Soal
...................................................................
91
Lampiran 9 Soal Pretest – Postest
.......................................................................
92
Lampiran 10 Daftar nama siswa kelas kontrol
..................................................... 99
Lampiran 11 Daftar nama siswa kelas Eksperimen
...........................................100
Lampiran 12 Instrumen Penelitian
.....................................................................101
Lampiran 13 Hasil Pekerjaan siswa
...................................................................153
Lampiran 14 Daftar nilai Pretest-Postest Kelas Kontrol
...................................154
Lampiran 15 Daftar nilai Pretest-Postest Kelas Eksperimen
............................155
Lampiran 16 Hasil Pretest-Postest kelas eksperimen dan kelas
kontrol ...........156
Lampiran 17 Hasil validasi Dosen
.....................................................................157
Lampiran 18 Hasil validasi Guru
.......................................................................168
Lampiran 19 Hasil Uji validasi Soal
..................................................................179
Lampiran 20 Hasil uji validasi butir Soal pilihan ganda
....................................180
Lampiran 21 Hasil uji Reliabilitas
.....................................................................181
Lampiran 22 Hasil uji Daya beda soal
...............................................................182
Lampiran 23 Hasil tingkat kesukaran soal
.........................................................183
Lampiran 24 Hasil uji Normalitas
......................................................................184
Lampiran 25 Hasil uji Homogenitas
..................................................................185
Lampiran 26 Hasil uji Hipotesis
........................................................................186
Lampiran 27 Dokumentasi Kegiatan kelas Eksperimen
....................................187
Lampiran 28 Dokumentasi kegiatan kelas Kontrol
............................................189
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar menurut (UU Nomor
20 Tahun
2003 pasal 1 angka 20). Proses interaksi peserta didik dengan
pendidik
mempunyai arti bahwa pembelajaran terjadi bila ada tatap muka
dan
komunikasi 2 arah yang saling berhubungan untuk menyalurkan
sebuah
informasi atau pengetahuan, proses ini diimbangi dengan
penggunaan sumber
belajar untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran dengan
kondisi
lingkungan belajar yang baik.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari variasi guru dengan
tujuan
membuat proses belajar mengajar lebih menarik. Variasi yang
digunakan
meliputi penggunaan media, pendekatan, metode dan model
pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang bervariasi diharapkan memperbaiki
sistem
pendidikan menjadi lebih baik. Kurikulum 2013 mendorong guru
berfikir lebih
kreatif, memfasilitasi kebutuhan siswa sehingga berperan aktif
pada
pembelajaran. Pendekatan scientific telah banyak digunakan guru
guna
menunjang kemudahan siswa dalam menerima materi. Kondisi
lingkungan
yang baik mampu mendorong keberhasilan pembelajaran terutama
mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran pokok
di
Sekolah Dasar yang mengangkat tentang penemuan, teori dan
berhubungan
dengan lingkungan sekitar. Mata Pelajaran menyenangkan bagi
beberapa siswa
yang memiliki kecerdasan naturalis tetapi belum tentu menjadi
hal
-
2
menyenangkan bagi siswa lain, masih banyak siswa yang
menganggap
Mata Pelajaran IPA sulit bahkan setiap sekolah memberikan KKM
(Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang tinggi. Hasil Ujian Nasional
menunjukkan bahwa
terjadi penurunan pada setiap tahunnya dengan hasil yang tidak
sesuai
harapan.
Pembelajaran IPA tidak terlepas dari sebuah pembuktian, penemuan
dan
teori. Siswa sering mengeluhkan keadaan ini, pemberian informasi
dengan hal
penyampaian (ceramah) menjadi kendala terutama pada siswa
Sekolah Dasar.
Setiap siswa memiliki kecerdasan masing-masing dan memiliki
kesulitan yang
bertingkat dari cara membuktikan, menemukan dan memahami secara
teori.
Maka dari itu perlu adanya variasi yang dilakukan guru menjadi
salah satu
keberhasilan untuk membantu siswa memahami mata pelajaran
yang
disampaikan.
Berdasarkan observasi pra-penelitian tanggal 7 November 2018 di
SD
Negeri Kowangan diperoleh informasi bahwa hasil belajar Ujian
Nasional pada
mata pelajaran IPA mengalami penurunan hal ini ditunjukkan
dengan Hasil
rata-rata UN 3 Tahun Terakhir pada tahun 2015/2016 dengan hasil
74,13.
Tahun 2016/2017 dengan hasil 80,58 dan Tahun 2017/2018 dengan
hasil 65.
Terjadi penurunan pada Tahun 2017/2018. Selain penurunan
terhadap nilai UN
hasil observasi menunjukkan kurangnya pemahaman materi, didukung
dengan
Nilai KKM untuk Mata Pelajaran IPA adalah 70. Nilai Kognitif
(pengetahuan)
masih rendah dan nilai keterampilan dengan tanya jawab belum
terpenuhi
masih banyak siswa mendapatkan nilai di bawah standar yang
ditentukan.
-
3
Materi Ekosistem yang sekarang terombak pada Tema 5 kelas 5
menjadi
salah satu mata pelajaran yang mudah, namun butuh ketelitian dan
logika
untuk menjawab dengan tepat. Kesalahan yang sering terjadi
ketika siswa
menganalisis hewan konsumen tingkat satu, siswa sering
mengganggap bahwa
konsumen tingkat satu hanyalah hewan tikus, belalang dan ulat
sebenarnya
hewan konsumen tingkat satu banyak sekalinya macamnya. Belum
efektifnya
media dan model pembelajaran yang digunakan pada materi
ekosistem dan
rantai makanan membuat kurangnya pemahaman siswa.
Media yang digunakan guru berupa gambar print out,
memberikan
penugasan secara individu maupun kelompok, metode tanya jawab
untuk
menguji pemahaman siswa dan guru terkadang membawa siswa keluar
kelas
untuk mengamati dan menjawab permasalahan. Usaha yang telah
dilakukan
guru untuk memberikan pemahaman materi ekosistem dan rantai
makanan
yaitu menggunakan hewan secara alami seperti membawa belalang
diberi
makan rumput untuk memberikan contoh produsen dan konsumen
tingkat satu.
Menggunakan media sederhana seperti gambar untuk menjelaskan
siklus rantai
makanan dan pertanyaan tanya jawab untuk mengulas pemahaman
siswa,
usaha yang pernah dilakukan hasilnya belum optimal.
Dibutuhkan terobosan baru yaitu Model Pembelajaran Problem
Based
Learning dengan Media Miniatur Ekosistem diharapkan mampu
memberikan
kemudahan siswa dalam memahami sebuah materi sehingga guru akan
optimal
dalam menggunakan model dan media serta peran siswa ikut andil
pada
praktek pembelajaran. Problem Based Learning digunakan untuk
membantu
siswa memahami materi, Problem Based Learning merupakan
model
-
4
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik mampu
mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah sekaligus
memiliki
keterampilan memecahkan masalah. Problem Based Learning telah
banyak
diterapkan dalam pembelajaran sains, namun untuk memberikan
variasi dan
kemudahan maka model pembelajaran Problem Based Learning
diimbangi
dengan penggunaan media untuk memahamkan siswa. Problem
Based
Learning memiliki sintaks orientasi, organisasi, membimbing,
mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisa dan
mengevaluasi.
Penggunaan Media Miniatur Ekosistem sebagai variasi baru dalam
proses
pembelajaran. Memiliki keunggulan dengan penggunaan benda
kongkrit
berupa gambar dan replika. Jadi siswa tidak perlu datang ke
lapangan untuk
mengamati langsung cukup praktek menggunakan media, siswa
dapat
menyusun rantai makanan dengan konsumen dan produsen yang
berbeda.
Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
memiliki langkah seperti orientasi berupa penjelasan dengan
gambar,
organisasi dengan pengelompokkan, membimbing dengan cara
pemutaran
video untuk menganalisa kesulitan, mengembangkan dan menyajikan
hasil
dengan pembuatan miniatur ekosistem serta menganalisa dan
mengevaluasi
untuk pemahaman terhadap ekosistem, rantai makanan dan
jaring-jaring
makanan.
SD Negeri Kowangan terletak di Jalan Stadion Bhumi Phala nomor
13A
Kabupaten Temanggung. Tidak jauh dari keramaian kendaraan
umum,
berdekatan dengan Stadion Bhumi Phala, Taman Kota, Lahan
perkebunan dan
-
5
sawah serta permukiman warga. Letak secara geografis ini mampu
mendukung
pembelajaran siswa termasuk dalam pemahaman rantai makanan
dengan model
pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Hal ini
mendukung
kemandirian siswa supaya mampu memecahkan masalah secara
mandiri, selain
itu potensi secara akademik dan non akademik yang mumpuni dengan
bukti
perolehan juara lomba yang diikuti siswa, namun untuk
keterampilan proses
IPA belum optimal termasuk dalam pemahaman siswa dalam
menjawab
pertanyaan seputar rantai makanan.
Perlu diuji apakah Problem Based Learning berpengaruh
terhadap
pemahaman materi rantai makanan di kelas V sehingga disusun
Judul
“Pengaruh Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
terhadap Peningkatan Pemahaman Rantai Makanan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan maka dapat
diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penggunaan model pembelajaran, sehingga
Problem
Based Learning digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses
IPA
siswa khususnya dalam pemahan materi rantai makanan.
2. Belum optimalnya penggunaan media, sehingga digunakan media
Miniatur
Ekosistem untuk mempermudah penyampaian sebuah materi.
3. Belum adanya tindak lanjut terhadap kurangnya pemahaman
Rantai
Makanan pada siswa, sehingga digunakan model pembelajaran
Problem
Based Learning dan Media Miniatur Ekosistem.
-
6
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah maka
perlu
pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada pemahaman
rantai
makanan melalui penggunaan media Miniatur Ekosistem dengan siswa
yang
diajarkan menggunakan metode Problem Based Learning. Hasil
Pemahaman
yang dimaksud perubahan pada analisis siswa terhadap pemecahan
sebuah
masalah pada siswa kelas V SD Negeri Kowangan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan Masalah maka dapat dirumusan masalah
sebagai
berikut. Apakah terdapat pengaruh Problem Based Learning dengan
media
Miniatur Ekosistem terhadap peningkatan Pemahaman rantai makanan
pada
siswa kelas V?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dituliskan tujuan
penelitian
sebagai berikut. Mengetahui pengaruh Problem Based Learning
dengan media
Miniatur Ekosistem terhadap peningkatan Pemahaman rantai makanan
pada
siswa kelas V.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun
praktis.
1. Manfaat secara teoritis diharapkan dapat menambah variasi
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah
baik dengan
menggunakan metode maupun media yang bervariasi. Penelitian ini
juga
sebagai bahan kajian untuk penelitian lain yang sebidang.
-
7
2. Praktis
a. Bagi siswa, diharapkan mampu membantu siswa dalam hal
meningkatkan pemahaman materi pada siswa kelas V Sekolah
Dasar.
b. Bagi guru, diharapkan bisa menjadi pedoman guru dalam
merancang
metode dan media pembelajaran yang lebih bervariasi yang
dapat
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah.
c. Bagi Sekolah, diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pendidikan dan
mampu meningkatkan akreditasi.
d. Bagi Dinas Pendidikan, diharapkan mampu meningkatkan
kualitas
kinerja dinas pendidikan dan masukkan untuk kebijakan.
e. Bagi Peneliti, diharapkan mampu menjadi sumber acuan dan
variasi
dalam pembuatan karya selanjutnya.
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan Hasil Belajar IPA
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu
yang
menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya.
Hasil
merupakan pencapaian dari hal yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan penghargaan dari usaha yang telah dilakukan. Hasil
dapat
berupa perilaku bahkan hal yang bernilai.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena
interaksi
individu dengan lingkungan dan pengalaman (Arifin, 2012: 10).
Belajar
sebagai perubahan siswa dengan hasil berupa perubahan tingkah
laku
karena adanya sebuah pertemuan dan komunikasi atau interaksi
terhadap
alam sekitar atau lingkungan meliputi keadaan masyarakat, letak
geografis
dan sebagainnya sedangkan pengalaman mendorong perubahan
untuk
menjadi baik maupun buruk.
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam
semesta
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur,
dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan
kesimpulan
(Susanto, 2013: 167). Sains merupakan ilmu yang berhubungan
dengan
lingkungan atau alam, lingkungan menyajikan kebutuhan untuk
manusia
bahkan saat ini banyak ditemui penemuan baru yang berasal dari
alam.Sains
atau IPA sebenarnya berbahaya namun, IPA akan berhasil jika
dipenuhi
atau dilengkapi dengan 3 unsur yaitu teknologi, sosial dan
lingkungan. Jika
-
9
teknologi dapat mereduksi dan memberikan dampak yang kecil serta
bisa
diterima oleh lingkungan maka dapat dikatakan Sains atau IPA
berhasil.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah
melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Kegiatan belajar
sebagai
sebuah proses dalam menerima informasi atau materi, proses
belajar akan
memberikan hasil berupa keterampilan (psikomotorik), sikap
(afektif)
maupun pengetahuan (kognitif). Hasil dapat di ambil dari sebuah
evaluasi
berupa test maupun non test.
Hasil belajar IPA merupakan ketercapaian dari usaha siswa
belajar
mengenai IPA. Hasil belajar IPA sebagai tolok ukur guru mengukur
tingkat
penguasaan atau pemahaman siswa, ketika tujuan belum tercapai
akan
menjadi pertimbangan guru untuk melakukan evaluasi proses
pembelajaran.
Evaluasi sebagai proses seberapa jauh penyampaian informasi
guna
memfasilitasi kebutuhan siswa, hasilnya sebagai pertimbangan
dalam
meningkatkan maupun membuat pembaharuan dari proses
pembelajaran.
Mampu menyelesaikan sebuah permasalahan adalah sebagai hasil
bekerja
secara mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkunga serta
memecahkan
masalah secara kritis.
a. Hakikat pembelajaran IPA
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu
ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap
(Agustiana,
2014: 434-435).
-
10
Pertama, Ilmu Pengetahuan sebagai produk, yaitu kumpulan
hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk
konsep
yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan
analitis.
Bentuk IPA sebagai produk, yaitu:
1) Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda
yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar
terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.
2) Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-
fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta
yang ada hubungannya.
3) Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di antara
konsep-konsep IPA.
4) Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah
diterima
meskipun juga bersifat tentatif (sementara, akan tetapi
karena
mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam
bersifat kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat
dan logis.
5) Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari
fakta-
fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.
Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk
menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA
merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan
proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi
oleh
ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan
-
11
keterampilan proses sains (science process skills) adalah
keterampilan
yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati,
mengukur,
mengklarifikasikan, dan menyimpulkan.
Mengamati (Observasi) adalah mengumpulkan semua informasi
dengan pancaindra. Adapun penarikan kesimpulan (inferensi)
adalah
kesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan
pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya. Di samping kedua komponen ini
sebagai
keterampilan proses sains masih ada komponen lainnya seperti
investigasi dan eksperimen. Akan tetapi, yang menjadi dasar
keterampilan proses ialah merumuskan hipotesis dan
menginterpretasikan data melalui prosedur-prosedur tertentu
seperti
melakukan pengukuran dan percobaan.
Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah
harus
dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan
sikap
yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian
dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Sikap ilmiah itu
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam
pembelajaran
IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi dan
kegiatan
proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah di sekolah
dasar
memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifmya.
Disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA memiliki 3
klasifikasi yaitu produk, proses dan sikap. Produk bisa
dikatakan
sebagai penjabaran dari ranah psikomotor atau keterampilan,
produk
merupakan hasil penemuan yang digunakan sebagai kajian
membuat
-
12
sebuah teori yang dapat diterima dan dikembangkan untuk
membuat
penemuan baru.
Proses sebagai pejabaran dari ranah kognitif atau
pengetahuan,
proses merupakan tahap peneliti menemukan sebuah kesimpulan
teori
yang dapat diterima dengan keterampilan proses. Sikap
sebagai
penjabaran dari ranah afektif, sikap dikembangkan dari kegiatan
yang
dilakukan untuk mengkomunikasikan penemuan.
b. Hasil belajar IPA dari 3 ranah
Sistem pendidikan nasional memiliki rumusan tujuan
pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom dkk yang secara
garis
besar membagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif
(cognitive
domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah
psikomotor
(psychomotor domain) (Abdullah, 2012: 19).
Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun
menjadi
beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang mudah sampai
dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai
dengan
hal yang sukar dan mulai dari hal yang kongkrit sampai dengan
hal
yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut (Arifin, 2012:
21-23)
adalah:
1) Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki
enam
jenjang kemampuan, yaitu:
-
13
a) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, prisip fakta atau istilah tanpa
harus mengerti atau dapat menggunakannya.
b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti
tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat
memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan
hal-hal yang lain.
c) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam
situasi baru dan konkret.
d) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut
peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan
tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen
pembentuknya.
e) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
f) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu
situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan
kriteria
tertentu.
-
14
2) Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap
yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila
peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,
kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari
dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
a) Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu.
b) Kemampuan menanggapi atau menjawab (responding), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak
hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi
terhadap salah satu cara.
c) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau
tingkah laku tertentu secara konsisten.
d) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem
nilai.
3) Domain Psikomotor (psychomotor domain),yaitu kemampuan
peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau
bagian-
bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan
gerakan yang kompleks.
-
15
Disimpulkan bahwa hasil belajar IPA menurut 3 ranah mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap ranah memiliki
tingkat
yang berbeda untuk menganalisis keberhasilan siswa dengan
kualifikasi masing-masing. Ranah kognitif memiliki 6 kualifikasi
yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Ranah afektif memiliki 4 kualifikasi yaitu menerima, menanggapi
atau
menjawab, menilai dan organisasi. Ranah psikomotorik memiliki
6
kualifikasi yang berhubungan dengan gerak yaitu gerakan
refleks,
gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan, gerakan
trampil, gerakan indah dan terampil.
c. Kognitif Pembelajaran IPA
Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan
keterampilan intelektual dengan tingkatan ingatan,
pemahaman,
penerapan atau aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi.
Indikator kognitif
dapat dipilah menjadi indikator proses dan produk (Prastowo,
2015:
162).
Menciptakan proses belajar yang menarik dan menyenangkan
buka
hal yang mudah maka dari itu guru harus memiliki suatu
kompetensi
yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
Terutama aspek kognitif sebagai tolok ukur keberhasilan guru
dalam
mengajar siswa. Pembelajaran merupakan sistem komunikasi
antara
guru dengan siswa atau siswa dengan siswa maka terjadilah
sistem
komunikasi dua arah yang saling bertukar informasi, sehingga
proses
pembelajaran penting dalam pemberian dan penerimaan
informasi.
-
16
Bloom membagi ranah kognisi ke dalam 6 tingkatan (level),
yang
tediri dari (Ismet dan Hariyanto, 2014: 12-13):
1) Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan pengingatan data seta
informasi
yang lain.Pengetahuan merupakan kemampuan seorang
individu untuk menggali atau mencari tahu informasi yang
diterima dan mengingat istilah, definisi atau arti dari
sebuah
kalimat, fakta-fakta atau bukti yang berhubungan dengan
gagasan atau pendapat sehingga menciptakan pola, urutan yang
mengacu pada metodologi atau dasar sebuah informasi dengan
prinsip dasar dan pengingatan data serta informasi lain yang
di
terima dari berbagai sumber.
2) Pemahaman (Comprehension)
Memahami makna, translasi, membuat interpolasi dan
menafsirkan pembelajaran dan dapat menyatakan masalah
dengan bahasanya sendiri. Pemahaman merupakan kegiatan
untuk memahami makna atau arti sehingga membuat interpolasi
atau menentukan nilai dari sebuah informasi dan menafsirkan
atau menyatakan suatu tindakan pembelajaran serta menyatakan
masalah dengan menggunakan bahasa sendiri maka dari itu
siswa mampu menyimpulkan dengan adanya pemahaman yang
baik.
-
17
3) Aplikasi (Application)
Seorang siswa memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan lain-lain di
dalam
kondisi pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa-apa yang
dipelajari dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama
sekali di tempat kerja. Aplikasi merupakan kegiatan dari
keberhasilan siswa karena kemampuan untuk menerapkan
gagasan atau pendapat siswa, metode atau cara yang digunakan
rumus atau cara untuk menemukan dan teori atau dasar untuk
memperkuat dan sebagainya dalam keadaan pembelajaran.
siswa mampu menerapkan kegiatan yang sudah dipelajari di
dalam kelas pada kegiatan yang baru saja dilakukan.
4) Analisis (Analysis)
Seorang siswa akan mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Siswa
mampu membedakan antara fakta dan simpulan. Analisis
merupakan tahap siswa untuk menganalisa informasi yang
diterima dan membagi informasi ke dalam bagian kecil untuk
mengenali pola hubungannya dan mampu membedakan faktor
sebab akibat dari sebuah rencana yang disusun rumit dengan
tujuan siswa mampu membedakan fakta dan kesimpulan.
-
18
5) Sintesis (Synthesis)
Mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah
skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali
data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan. Siswa dapat menempatkan bagian-
bagian bersama-sama menjadi suatu keseluruhan dengan
penekanan menciptakan makna baru dari suatu struktur.
Sintesis
merupakan kegiatan siswa mampu menjelaskan sebuah rencana
yang sebelumnya tidak terlihat atau tidak diketahui dan
mengenali data dari sebuah informasi yang didapat sebagai
hasil solusi yang dibutuhkan. Siswa dapat menempatkan
bagian-bagian menjadi keseluruhan utuh dengan penekanan
untuk menciptakan makna atau arti baru dari sebuah struktur
secara garis besar.
6) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, prosedur kerja dan lain-lain dengan
mengunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Mampu membuat
pertimbangan tentang nilai-nilai suatu gagasan atau bahan-
bahan kajian. Evaluasi merupakan kegiatan untuk memberikan
penilaian dan solusi dari pendapat atau gagasan
mempertimbangkan metodologi atau dasar pengetahuan sesuai
dengan prosedur kerja dengan menggunakan kriteria atau
-
19
golongan yang cocok sesuai dengan standar batasan untuk
memastikan nilai keefektivitas manfaat. Siswa mampu
membuat pertimbangan mengenai nilai dari gagasan atau bahan
sebuah kajian.
Lorin dan Anderson dan Karthwohl pada tahun 2001 telah
membuat revisi pada taksonomi Bloom dalam tataran high order
thinking skills, sehingga menjadi (Ismet dan Hariyanto, 2014:
12-13):
1) Mengingat (Remembering), Mampu mengingat bahan-bahan
yang baru saja dipelajari.
2) Memahami (Understanding), Memahami makna, translasi,
interpolasi dan penafsiran bahan ajar dan masalah.
3) Menerapkan (Applying), Mampu menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori dan lain-lain, di dalam
kondisi
pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa yang dipelajari
dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama sekali di
tempat kerja.
4) Menganalisis (Analysing), Mampu menganalisis informasi
yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
5) Menilai (Evaluating), Mampu memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi, prosedur kerja dan lain-lain
dengan
-
20
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
6) Menciptakan (Creating), Menempatkan unsur-unsur bersama-
sama untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren dan
berfungsi, mengorganisasikan kembali unsur-unsur menjadi
suatu pola batu atau struktur baru melalui membangkitkan,
merencanakan atau menghasilkan sesuatu.
Hasil revisi menunjukkan hilangnya sintesis menjadi kreasi
(menciptakan), perubahan dari ranah yang menyatakan dalam
kata
benda menjadi kata kerja. Sesuai dengan semangat pada
pembelajaran
yeng terpenting adalah semangat siswa dalam mengerjakan
sesuatu.
Disimpulkan bahwa ranah kognitif mengacu pada proses
pembelajaran terhadap aspek pengetahuan dan pemahaman, ranah
kognitif terdiri dari indikator proses dan produk. Setiap point
dari
ranah kognitif memiliki masing-masing kualifikasi yang berbeda
di
setiap tingkatannya. Ranah kognitif terbagi menjadi 6
kualifikasi (C1
sampai C6).
d. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar IPA
Hasil belajar yang dicapai merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal
maupun
faktor eksternal (Susanto, 2013: 12). Secara perinci, uraian
mengenai
faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
-
21
1) Faktor Internal
Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor
internal meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi
fisik
dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada
2
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan
faktor yang berasal dari diri sendiri yang mempengaruhi
kemampuan
dalam belajarnya untuk itu adanya pengawasan dari orang tua
perlu
diperhatikan untuk mengembangkan kemampuan siswa.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
keadaan,
lingkungan sebagai salah satunya maka perlu pengawasan dan
penyaringan terhadap lingkungan yang baik dan tidak baik.
Kedua
faktor ini memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan
belajar
siswa jika salah satu faktor tidak terpenuhi dengan baik maka
hasil
belajar siswa akan rendah.
-
22
2. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA
Hasil belajar merupakan proses ketercapaian siswa dalam
menerima,
memahami dan menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru,
hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
(dari dalam
diri sendiri) dan faktor eksternal (dari luar), kedua faktor ini
sebagai proses
siswa dalam menerima informasi ketika salah satu faktor tidak
baik maka
hasil belajar siswa akan rendah.
Selain itu kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti cara
penyampaian materi oleh guru menjadi salah satu faktor
keberhasilan
belajar siswa. Perkembangan teknologi saat ini mendorong guru
untuk
membuat suasana belajar lebih menarik tetapi kendala yang dirasa
oleh guru
lama membuat pembelajaran berbasis teknologi menjadi hal sulit
karena
kurang bisanya mengoperasikan kecanggihan teknologi sehingga,
proses
belajar yang dilakukan seperti biasa menggunakan metode ceramah
dan
praktek di dalam kelas.
Peran media dan model pembelajaran yang bervariasi belum
terlaksana
dengan baik mengingat penggunaan Kurikulum 2013 dengan durasi
satu
hari untuk menyelesaikan pembelajaran, belum efektifnya
penggunakan
model dan media karena waktu yang terbatas dan perlunya
persiapan yang
matang. Usaha yang pernah dilakukan yaitu kegiatan praktek siswa
untuk
mendalami dan mencari jawaban secara nyata belum terlaksana
dengan baik
waktu yang dibutuhkan kurang karena setiap pembelajaran terdiri
dari
beberapa mata pelajaran yang harus selesai dalam sehari.
-
23
Persiapan yang matang diperlukan untuk penggunaan media dan
model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Salah satu
model pembelajaran yang efektif digunakan yaitu pembelajaran
Problem
Based Learning, pembelajaran ini memuat kegiatan siswa untuk
menyelesaikan masalah dan mendorong siswa untuk berpikir kritis
secara
mandiri dan kelompok. Problem Based Learning sebagai upaya
kegiatan
siswa berperan aktif untuk mengkombinasikan penemuan dengan
teori yang
sudah ada, kegiatan ini mendorong pengetahuan yang ditemukan
bisa selalu
diingat.
Upaya peningkatan hasil belajar melalui kegiatan yang
menyenangkan
dengan perlunya penggunaan media dan model pembelajaran
memiliki
pengaruh yang kuat. Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang
menyukai
kegiatan diluar kelas dan penggunaan benda kongkrit membuat
peran media
dan model pembelajaran menjadi hal yang penting.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari adanya perubahan dari
kebiasaan
belajar mereka yang menjadi semakin aktif, keterampilan yang
dihasilkan
lebih kreatif dari biasanya, kebiasaan mendengarkan berubah
menjadi
pengamatan dari praktek untuk mendapatkan sebuah kebenaran
teori,
berpikir lebih luas untuk menghubungkan faktor pendukung satu
dengan
faktor pendukung lainnya, berpikir secara kritis dan rasional
(masuk akal)
menjadi keberhasilan siswa dalam menanggulangi permasalahan
yang
dihadapi, sikap yang ditunjukkan lebih baik, mengurangi kegiatan
yang
dirasa tidak penting untuk dilakukan, kemajuan untuk menghargai
pendapat
orang lain dan perubahan tingkah laku setiap individunya.
-
24
3. Pemahaman Rantai Makanan
a. Pemahaman Rantai Makanan menurut KI dan KD
Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang
materi
pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya
tanpa
harus menghubungkannya dengan hal-hal lain (Arifin, 2012:
21).
Pemahaman atau penilaian dimaksudkan untuk kepentingan
pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada apanya
(development) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang
dihadapinya
(Rahardjo dan Gudnanto, 2011: 3).
Uraian dari dua pendapat dapat disimpulkan bahwa pemahaman
adalah proses peserta didik dalam mencerna, menerima dan
mengolah
informasi yang disampaikan oleh guru sehingga memberikan hasil
berupa
pemikiran secara kritis, memecahkan masalah di lingkungan
sekitar dan
beradaptasi dengan situasi serta kondisi yang dihadapi.
KI dan KD sebagai indikator pencapaian sebuah keberhasilan
kegiatan Belajar Mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator
menjadi
operasionalisasi dari Kompetensi Dasar. Operasionalisasi ini
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi
oleh guru, indikator merupakan pengembangan dari KD. Indikator
adalah
ukuran tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran yang
tersyarat
maupun tersirat dalam kompetensi dasar. Indikator menjadi acuan
dalam
penelitian pembelajaran (Prastowo, 2015: 162).
-
25
Kompetensi inti adalah pengikat berbagai kompetensi dasar
yang
harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta
berfungsi
sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. Kompetensi
Inti
adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata
pelajaran
tertentu. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi
peserta
didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi.
Kompetensi
inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element)
kompetensi dasar (Prastowo, 2015: 119).
Sebagai pendukung pencapaian kompetensi inti yang di
dukungnya
yaitu pertama, kelompok kompetensi dasar spiritual (mendukung
KI-1)
atau kelompok 1, kedua; kedua, kelompok kompetensi dasar sikap
sosial
(mendukung KI-2) atau kelompok 2; ketiga, kelompok kompetensi
dasar
pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3; dan keempat,
kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung KI-4) atau
kelompok 4. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi
yang
terdiri atas sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersumber
pada
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik (Prastowo,
2015: 129-
130).
Pemahaman Ekosistem dan Rantai Makanan berhubungan dengan
KI 3 yaitu Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya,
dan
mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di
sekolah, dan tempat bermain.
-
26
Disimpulkan bahwa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
sebagai
pengukur keberhasilan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang
telah dibuat. Kompetensi Dasar sebagai penjabaran dari
Kompetensi Inti
yang memuat 3 ranah penting sesuai dengan penomoran,
sedangkan
Indikator sebagai penjabaran dari Kompetensi Dasar yang
memuat
rancangan-rancangan untuk mencapai tujuan dari Kompetensi
Dasar.
Indikator memuat beberapa kata kerja operasional.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman
Faktor yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar
siswa (Djamarah dan Zain, 2010: 109) adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal (dari diri sendiri) adalah pertama, faktor
jasmaniah
(fisiologi) meliputi keadaan panca indera yang sehat, sakit
atau
perkembangan yang tidak sempurna. Kedua faktor psikologis
meliputi keintelektualan (kecerdasan), minat, bakat dan
potensi
prestasi yang dimiliki. Ketiga, faktor kematangan fisik dan
psikis.
2) Faktor Eksternal (dari luar diri) adalah faktor sosial
meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok
dan lingkungan masyarakat, kemudian faktor budaya meliputi
adat
istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal
mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa untuk
memfasilitasi kebutuhan pemahaman siswa perlu adanya faktor
dukungan
dari guru maupun orang tua untuk mengontrol dan memantau
kegiatan
belajar siswa serta memfasilitasi kebutuhan sesuai dengan
kecerdasan
-
27
yang dimiliki karena setiap siswa memiliki kecerdasan yang
berbeda.
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologi dan faktor
psikologis yang
mendorong pemahaman dengan baik. Faktor eksternal
berhubungan
dengan sosial masyarakat dan keadaan lingkungan sekitar.
B. Pembelajaran Problem Based Learning dan Media Miniatur
Ekosistem
1. Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structure)
dan bersifat
terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk
mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta
sekaligus
membangun pengetahuan baru (Rusman, 2011: 232).
Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-
tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah (Amir, 2009: 22).
Pengertian Problem Based Learning menurut dua pendapat di atas
dapat
disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan
pembelajaran
yang mendukung siswa untuk memecahkan sebuah permasalahan yang
ada
di lingkungan sekitar, proses ini akan menjadikan siswa mampu
berpikir
kritis dalam menyelesaikan masalah serta mendapatkan pengetahuan
baru
dari kegiatan yang dilakukan secara nyata dan mandiri dari
setiap siswanya.
-
28
2. Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning (Rusman, 2011: 232-233)
adalah
sebagai beikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia
nyata yang tidak terstruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBL
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
solusi
dari sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi
dari
sebuah proses belajar dan
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses
belajar
Disimpulkan bahwa karakteristik Problem Based Learning,
merupakan
pembelajaran sesuai dengan keadaan disekitar secara nyata
(real).
-
29
Permasalahan mampu menjadi point awal untuk siswa belajar
berpikir kritis
dan memecahkan masalah sesuai dengan keadaan lingkungan
diharapkan
memberikan solusi terhadap permasalahan. Lingkungan sekitar
menjadi
sumber pengetahuan sehingga pengalaman akan menjadi sebuah
proses
belajar yang menyenangkan.
3. Kelebihan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berikut ini merupakan keunggulan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu sebagai
berikut
(Sanjaya, 2006: 220):
a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dunia nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan dengan
pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar
sekalipun balajar pada pendidikan formal telah berakhir.
-
30
h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang
dipelajari
guna memecahkan masalah dunia nyata.
Disimpulkan bahwa Problem Based Learning memiliki kelebihan
memfasilitasi kebutuhan siswa terhadap pengaplikasian
pengetahuan secara
nyata, mendorong siswa mampu berpikir kritis dan memecahkan
masalah
sesuai dengan lingkungan, menumbuhkan motivasi siswa untuk
selalu
mencoba dan mendorong aktifitas siswa untuk berperan aktif,
mendorong
untuk mendapatkan pengetahuan baru serta dapat di terapkan pada
kondisi
nyata di lingkungan, meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap
kegiatan
yang telah terlaksana.
4. Kekurangan Problem Based Learning
Adapun kelemahan-kelemahan dari penggunaan model Problem
Based
Learning (PBL), adalah sebagai berikut (Abbudin, 2009: 250):
a. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang
sesuai
dengan tingkat berpikir para siswa.
b. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan
dengan
penggunaan metode konvensional.
c. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar
dari
yang semula belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal
informasi yang disampaikan oleh guru, menjadi belajar dengan
cara
mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan
memecahkan
masalahnya sendiri.
Disimpulkan bahwa kekurangan Problem Based Learning untuk
siswa
dalam kesulitan berpikir dan menentukan permasalahan yang
harus
-
31
diselesaikan, waktu yang dibutuhkan cukup lama jika persiapan
kurang
matang, kesulitan dalam mengubah kegiatan belajar seperti
biasanya.
Pembelajaran ini memerlukan praktik, kegiatan langsung siswa
dengan
kondisi lingkungan.
5. Media Pembelajaran Miniatur Ekosistem
a. Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa
Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima
pesan. (Arsyad, 2014: 3).
Media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat
digunakan
sebagai penyampaian pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Media
berfungsi dan berperan mengatur hubungan efektif guru dan siswa
dalam
proses pembelajaran (Wati, 2016: 2-3).
Disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu dalam proses
pembelajaran sebagai penyampaian informasi untuk mencapai
tujuan.
Media atau yang berarti perantara, media digunakan sebagai
pengantar
dalam menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada
penerima
pesan sistem dari media adanya komunikasi 2 arah sehingga
adanya
timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Ada berbagai
jenis
media yaitu media cetak (koran majalah), transparansi (OHD),
audio
(suara), video, multimedia, E-learning dll. Manfaat menggunakan
media
membantu pengajar lebih mudah dalam menyampaikan sebuah
materi
atau informasi, mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya
indera.
-
32
Media yang digunakan memiliki peranan penting dalam
keberhasilan belajar siswa. Media memiliki daya tarik tersendiri
untuk
siswa khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Siswa akan senang
ketika
proses pembelajaran dipadukan dengan media yang bersifat
kongkrit,
sehingga siswa akan paham dan secara langsung mengamati.
Media
sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa belajar lebih
giat selain
itu media juga dapat membuat siswa berfikir lebih kreatif dan
kritis
dalam menghadapi sebuah permasalahan.
b. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah Interaksi antara makhluk hidup dan
benda-benda
tak hidup pada sebuah lingkungan (Karitas, 2017: 3). Ekosistem
adalah
kesatuan lingkungan hidup tempat berlangsungnya hubungan
timbal
balik (interaksi) antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Disimpulkan bahwa ekosistem merupakan hubungan atau
interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan. Ekosistem dibedakan menjadi
2
macam yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem
alami
ialah ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa adanya campur
tangan
manusia. Ekosistem alami dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem
darat
dan ekosistem perairan, contoh dari ekosistem darat adalah
ekosistem
sawah dan contoh dari ekosistem perairan adalah ekosistem
sungai.
Sedangkan eksosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat
oleh
manusia.
-
33
c. Media Miniatur Ekosistem
Media pembelajaran Miniatur Ekosistem dibuat untuk
memudahkan
siswa dalam memahami materi yang disampaikan, miniatur
ekosistem
memang dirancang mirip dengan ekosistem aslinya dengan
perpaduan
warna dan replika hewan serta tumbuhan. Sehingga siswa akan
mudah
memahami proses terjadinya rantai makanan. Media miniatur
ekosistem
menggunakan media visual dengan permainan bentuk, gambar,
warna
yang mendorong ketertarikan siswa untuk belajar.
Media miniatur ekosistem terbuat dari bahan-bahan sekitar
yang
mudah di temui, papan media berbentuk balok terbuat dari bahan
triplek.
Bagian isi media menggunakan print out gambar hewan dengan
kertas
foto dilapisi isolasi besar supaya gambar media awet digunakan,
replika
yang lain seperti gunung api terbuat dari botol dan kertas bekas
yang
diberi warna menggunakan cat air, tumbuhan atau pepohonan
menggunakan miniatur pohon terbuat dari plastik dan kawat.
Penggunaan media miniatur ekosistem dapat dibongkar pasang
sesuai dengan materi yang disampaikan ketika penggolongan
hewan
maka hewan-hewan yang ada dalam miniatur dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis penggolongan hewan, ketika materi rantai
makanan
dapat dikombinasikan antara tumbuhan, hewan herbivora,
karnivora,
omnivora dan anak panah untuk menunjukkan proses rantai
makanan
sehingga memudahkan siswa memahaminya, selain rantai makanan
media dapat digunakan untuk menjelaskan jaring-jaring makanan
karena
-
34
sesuai dengan pemahaman siswa terkait ekosistem dan rantai
makanan
yang telah dipelajari.
Media miniatur ekosistem dirancang sesuai dengan keadaan
sekitar
untuk mempermudah siswa memahami rantai makanan sehingga
siswa
tidak perlu datang langsung ke lapangan untuk mengamati
proses
terjadinya rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Ketika
pemahaman siswa secara teori sudah baik maka siswa akan bisa
mempraktikkannya dan cara praktek seperti ini efektif karena
pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman akan lebih lama
teringat
atau tersimpan dalam memori otak.
6. Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
a. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning
Rusman (2011: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah
Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Sintaks Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang
diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah.
2 Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3 Membimbing
pengalaman
individual/kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4 Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk
-
35
berbagai tugas dengan temannya.
5 Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan.
b. Langkah pembelajaran Problem Based Learning dengan Media
Miniatur
Ekosistem.
Penelitian ini menggunakan pembelajaran Problem Based
Learning
dengan Media Miniatur ekosistem beberapa tahapan yang akan
dilakukan:
Tabel 2 Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
Fase Indikator Hasil Perilaku siswa
1 Orientasi siswa
pada masalah
Penjelasan dan pemberian
motivasi terhadap
permasalahan yang akan
disajikan dengan
menggunakan media
gambar. Hal ini
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan tingkat
rasa ingin tahunya tinggi.
Siswa mampu
memahami inti
permasalahan
yang disajikan.
2 Mengorganisasi
siswa untuk
belajar
Menyajikan sebuah video
tentang proses rantai
makanan pada sebuah
ekosistem kemudian
membagi siswa menjadi
beberapa kelompok
diskusi untuk
menyelesaikan sebuah
permasalahan dan siswa
mampu menyusun proses
rantai makanan.
Siswa mampu
bekerjasama
dalam
menyelesaikan
masalah.
3 Membimbing
pengalaman
individual/kelom
pok
Melakukan pengawasan
untuk membimbing siswa
dalam kesulitan
menganalisis sebuah
permasalahan dengan
teknik eksperimen dan
penggunaan media gambar
dan media miniatur
ekosistem.
Siswa mampu
menganalisis
dan mengetahui
jawaban dari
permasalahan.
-
36
4 Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Membantu dalam
merencanakan pembuatan
media miniatur ekosistem
kemudian menuliskan dan
melaporkan hasil yang
telah dibuat adanya kritik
dan saran dari masing-
masing kelompok sesuai
dengan kinerja yang telah
dilaksanakan.
Siswa mampu
membuat hasil
karya dan
mengkomunika-
sikannya.
5 Menganalisa dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Refleksi dan evaluasi
terhadap penyelidikan
proses yang digunakan,
proses penyampaian
kekurangan dan
ketercapaian kegiatan yang
telah dilakukan.
Siswa mampu
menyimpulkan
jawaban dari
kegiatan yang
dilakukan
mengenai
pemeecahan
masalah.
Adapun perbedaan antara pembelajaran Problem Based Learning
dan Pembelajaran Problem Based Learning dengan media
miniatur
ekosistem yaitu terletak pada penggunaan media dan hasil
yang
diharapkan dalam setiap fase.
7. Kelebihan Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
Adapun kelebihan Problem Based Learning dengan Media
Miniatur
Ekosistem yaitu memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk
memahami ekosistem dan siklus rantai makanan. Tahap ini membuat
siswa
berperan aktif dan kerjasama antar siswa untuk menyelesaikan
masalah,
selain itu siswa akan paham bahwa ekosistem memiliki keragaman
serta
komponen yang ada pada tahap rantai makanan.
Langkah kegiatan Problem Based Learning dengan Media
Miniatur
Ekosistem berbeda dengan langkah kegiatan Problem Based
Learning.
Perbedaan terletak pada penggunaan media dan kegiatan yang
dilakukan
pada tahap akhir siswa akan diberikan sebuah proyek untuk
membuat media
-
37
miniatur ekosistem sehingga kegiatan yang telah terlaksana
memberikan
hasil yang baik.
Langkah kegiatan sama namun hasil yang diharapkan berbeda
untuk
orientasi siswa pada masalah menggunakan media gambar berupa
ekosistem
laut dan ekosistem darat untuk membedakan komponen penyusun di
dalam
ekosistem, mengorganisasi siswa untuk belajar dengan menggunakan
video
interaktif sehingga siswa mampu berdiskusi dan menganalisa
materi yang
disampaikan, membimbing pengalaman individual atau kelompok
dengan
melakukan pengawasan dan pemberian bantuan tentang kesulitan
siswa
dalam menganalisa pemecahan masalah yang disajikan dan
menggunakan
media gambar serta media miniatur ekosistem untuk mempermudah
siswa,
mengembangkan dan menyajikan hasil sebagai hasil akhir dalam
pelaksanaan kegiatan siswa diajak untuk membuat media
miniatur
ekosistem sebagai kegiatan membuktikan teori dan hal yang telah
dilakukan
secara praktek, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
merupakan tahap terakhir setelah pembuatan media maka dilakukan
tahap
evaluasi untuk mengetahui kekurangan kegiatan yang belum
dilakukan
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
C. Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media
Miniatur
Ekosistem
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
baik
digunakan untuk kegiatan pembelajaran IPA pada materi ekosistem
dan rantai
makanan (Tema 5 Kurikulum 2013). Problem Based Learning
menekankan
pada kegiatan pemecahan masalah dengan tujuan mendorong siswa
berpikir
-
38
kritis dalam mendapatkan penemuan secara nyata dengan kegiatan
unjuk kerja
atau praktik.
Kelebihan pembelajaran ini mampu mendorong siswa untuk
berperan
aktif dalam kegiatan pemecahan masalah sesuai dengan keadaan
lingkungan,
mendorong siswa untuk saling bekerjasama satu sama lain untuk
mendapatkan
sebuah kebenaran informasi sesuai dengan teori yang telah
dipelajari dan
mendorong siswa berpikir kritis untuk mengambil keputusan yang
rasional
atau masuk akal.
Problem Based Learning juga memiliki kekurangan yaitu kegiatan
guru
dalam membimbing dan memotivasi dalam penyusunan hipotesis
serta
keterlibatan aktif siswa dirasa masih kurang namun, kekurangan
yang terdapat
dalam kegiatan ini peneliti akan berusaha memadukan pembelajaran
Problem
Based Learning dengan media miniatur ekosistem untuk
meningkatkan
pemahaman seputar rantai makanan pada kelas V di SD Negeri
Kowangan
Kabupaten Temanggung.
Pembelajaran IPA yang awalnya konvensional seperti biasanya
membuat
siswa pasif dan bosan dalam pembelajaran untuk itu adanya
terobosan baru
yang dilakukan peneliti dengan bantuan pihak guru untuk
memunculkan
kegiatan belajar yang lebih menyenangkan mengenai pembelajaran
IPA
dengan perpaduan media miniatur ekosistem. Media miniatur
ekosistem
dirancang sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar dengan
macam-macam
hewan agar mempermudah siswa dalam memahami materi rantai
makanan dan
jaring-jaring makanan.
-
39
Tabel 3 Perbedaan Problem Based Learning dan
Problem Based Learning dengan media miniatur ekosistem
Fase Indikator
Problem Based
Learning
Problem Based
Learning dengan media
miniatur ekosistem
Tingkah Laku Guru Hasil
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan
pembelajaran,
menjelaskan logistik
yang diperlukan, dan
memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
Penjelasan dan
pemberian motivasi
terhadap permasalahan
yang akan disajikan
dengan menggunakan
media gambar. Hal ini
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan
tingkat rasa ingin
tahunya tinggi.
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah tersebut.
Menyajikan sebuah
video tentang proses
rantai makanan pada
sebuah ekosistem
kemudian membagi
siswa menjadi beberapa
kelompok diskusi untuk
menyelesaikan sebuah
permasalahan dan siswa
mampu menyusun
proses rantai makanan.
3 Membimbing
pengalaman
individual/kelompok
Mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen untuk
mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan masalah.
Melakukan pengawasan
untuk membimbing
siswa dalam kesulitan
menganalisis sebuah
permasalahan dengan
teknik eksperimen dan
penggunaan media
miniatur ekosistem.
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
Membantu siswa
dalam merencanakan
dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti
laporan, dan
membantu mereka
untuk berbagai tugas
dengan temannya.
Membantu dalam
merencanakan
pembuatan media
miniatur ekosistem
kemudian menuliskan
dan melaporkan hasil
yang telah dibuat
adanya kritik dan saran
dari masing-masing
kelompok sesuai
dengan kinerja yang
telah dilaksanakan.
-
40
5 Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa
untuk melakukan
refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan
mereka dan proses
yang mereka gunakan.
Refleksi dan evaluasi
terhadap penyelidikan
proses yang digunakan,
proses penyampaian
kekurangan dan
ketercapaian kegiatan
yang telah dilakukan.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu
penelitian oleh Muhamad Iqbal dalam skripsinya tahun 2018 dengan
judul
“Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses
IPA Kelas
IV Kurikulum 2013 SD N 2 Sumberagung, Jetis, Bantul” dengan
hasil
peningkatan 11,43. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
adanya
keberhasilan dari penerapan Problem Based Learning, namun
peneliti belum
menggunakan media sebagai alat bantu dalam mengukur proses
Keterampilan
IPA.
Penelitian yang dilakukan oleh Durotun Nafisah dalam skripsinya
tahun
2018 dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
dengan
Media Visual Diorama Terhadap Hasil Belajar IPA Penelitian pada
Siswa
Kelas IV SD Negeri Banyakan Mertoyudan, Magelang” dengan
hasil
peningkatan 7,7. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
adanya
peningkatan penggunaan model dan media sudah memiliki
keberhasilan dalam
pengukuran hasil belajar siswa.
Penelitian oleh Rifka Anisaunnafi‟ah dalam skripsinya tahun 2015
dengan
judul “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar
Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas IV SD Negeri Grojogan
Tamanan
Banguntapan Bantul” dengan hasil peningkatan 12,00. Penelitian
yang
-
41
dilakukan menunjukkan adanya peningkatan penggunaan model namun
belum
diimbangi dengan media yang digunakan padahal jika model
diimbangi dengan
media maka hasilnya akan lebih baik.
Penelitian oleh Desvian Halim Ilon Wicaksono dalam skripsinya
tahun
2014 dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri
Panjunan 02”
dengan hasil peningkatan 16,27%. Penelitian yang dilakukan
menunjukkan
adanya peningkatan penggunaan model namun belum diimbangi
dengan
penggunaan media sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas
belajar IPA
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menunjukkan hasil
bahwa
pengaruh pembelajaran Problem Based Learning memberikan hasil
yang lebih
baik terhadap peningkatan pembelajaran IPA. Namun penggunaan PBL
dengan
media miniatur ekosistem belum ada yang menerapkannya sebagai
penunjang
pemahaman siswa untuk itu dibuatlah penelitian mengenai
“Pengaruh
Pembelajaran Problem Based Learning dengan Media Miniatur
Ekosistem
terhadap Peningkatan Pemahaman Rantai Makanan” sebagai terobosan
baru.
Keunggulan dari metode dan media yang digunakan miniatur
ekosistem
sebagai gambaran atau tiruan dari lingkungan habitat asli
sehingga siswa
nantinya mampu menyusun proses rantai makanan dengan media tanpa
harus
datang langsung ke alam.
-
42
E. Kerangka Pemikiran
Alur Kerangka berpikir penelitian ini digambarkan dalam bagan
sebagai
berikut. gka PikirPikir
Gambar 1 Alur Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA tidak terlepas dari lingkungan dan
membutuhkan
beberapa metode dan media pembelajaran yang mendukung sehingga,
siswa
akan lebih mudah dalam memahami sebuah materi. Belum
optimalnya
penggunaan metode dan media pembelajaran memberikan dampak
siswa
kurang aktif dalam pembelajaran dan cenderung diam karena belum
paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil pemahaman siswa masih rendah sehingga mempengaruhi
hasil
belajar. Pembelajaran yang bervariasi perlu digunakan sebagai
penunjang
ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang bervariasi
membuat
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Treatment
1.Kurangnya pemahaman siswa
2.Siswa kurang berperan aktif
3.Hasil pemahaman siswa rendah
1. PBL dengan Media Mini Kos untuk
pemahaman Ekosistem
2. PBL dengan Media Mini Kos untuk
pemahaman Rantai Makanan
3. PBL dengan Media Mini Kos untuk
pemahaman Jaring-jaring Makanan
1.Meningkatnya pemahaman siswa
2.Siswa berperan aktif
3.Hasil pemahaman siswa meningkat
-
43
siswa akan lebih senang dan aktif seperti pembelajaran Problem
Based
Learning yang menunjang siswa untuk berpikir kritis dan memahami
sebuah
permasalahan yang harus dipecahkan secara baik.
Penelitian ini akan dilakukan pada 2 kelas, peneliti akan
memberikan
treatment pembelajaran Problem Based Learning untuk kelas
aksperimen dan
tidak ada treatment untuk kelas kontrol. Treatment 1 membahas
mengenai
pemahaman ekosistem, treatment 2 membahas materi pemahaman
Rantai
Makanan dan treatment 3 membahas materi Jaring-jaring Makanan.
Tindakan
ini akan dilakukan pada Tema 5 yaitu Ekosistem, diharapkan
mampu
meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa mengenai rantai
makanan.
Diharapkan guru mampu menggunakan metode dan media yang
bervariasi saat
proses pembelajaran.
Melalui treatment yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa
Problem
Based Learning dengan Media Miniatur Ekosistem mampu
meningkatkan
pemahaman siswa mengenai rantai makanan.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir di atas maka
hipotesis dari
penelitian ini adalah Ada Pengaruh positif dari pembelajaran
Problem Based
Learning dengan Media Miniatur Ekosistem Terhadap
Peningkatan
Pemahaman Rantai Makanan pada Siswa Kelas V di SD Negeri
Kowangan,
Temanggung.
-
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen.
Penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2013:
51). Adapun
desain yang dipilih adalah quasi experimental design. Desain ini
mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
me