Top Banner
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran di SMK Islam Ruhama) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh GUSTINI NIM:105016100497 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
75

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

Nov 09, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI

TERHADAP SIKAP SISWA

PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran di SMK Islam Ruhama)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

GUSTINI NIM:105016100497

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap

Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat, yang disusun oleh Gustini, NIM :

105016100497, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi

Pendidikan Biologi telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah

yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan fakultas.

Jakarta, Juni 2010

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si NIP. 19540310 198803 1001

Pembimbing II

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 19790510 200604 2001

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

Skripsi yang berjudul ”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KONSIDERASI TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH

DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di SMK

Islam Ruhama)” disusun oleh Gustini, NIM 105016100497, diajukan kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dinyatakan LULUS pada Ujian Munaqosah tanggal 8 Maret 2011 di hadapan

Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.) pada bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 8 Maret 2011

Panitian Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda tangan

Ketua (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc. NIP. 19700209 200003 2 001

...............

.......................

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.pd. NIP. 19790510 200604 2001

................

........................

Penguji I

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 19520609 198103 1 004

..................

.........................

Penguji II

Eny S. Rosyidatun, MA NIP. 19750924 200604 2 001

..................

.........................

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. DedeRosyada, MA NIP. 19571005 198703 1003

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI

TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

di SMK Islam Ruhama)

Gustini

105016100497

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh model konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas berupa model konsiderasi (X) dan variabel terikat berupa sikap siswa pada kesehatan (Y). penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Ruhama-Cirendeu pada bulan Mei tahun 2010 dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 47 siswa, 23 siswa di kelas eksperimen dan 24 siswa di kelas kontrol. Analisis data menggunakan teknik statistik parametrik dengan uji hipotesanya menggunakan uji t. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dengan thitung sebesar 2,06 dan ttabel sebesar 2,02 pada df 45. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu model pembelajaran konsiderasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Kata kunci: Model konsiderasi, Sikap siswa pada kesehatan

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

THE CONSIDERATION MODEL INFLUENCE ON STUDENT

ATTITUDE TOWARDS HEALTHY AND CLEAN LIFE STYLE

(Quasi Experiment in Environmental Pollution Concept

at Islamic Vocational High School Ruhama)

Gustini

105016100497

Biology Discipline Science Department

Faculty of Tarbiyah and Education

State Islamic University Syarif Hidayatullah

Jakarta

ABSTRACT

This research aim to measure the consideration model influence on student attitude towards healthy and clean life style. This research included two variables. The consideration model is independent variable (X) and the attitude toward healthy and clean life style is dependent variable (Y). This research has been done at SMK Islam Ruhama Cirendeu in May 2010, using quasi experimental method with subject posttest only design. The sum of sample that was used is 47 person, 23 person in experiment class and 24 person in control class. The data analysis technique used statistic parametric with t test to proof of hypothesis was done at significant level 0,05, to = 2,06 and ttable = 2,02 with df = 45. The conclusion of this research is that consideration model influences student attitude positively and significantly on student attitude toward healthy and clean life style. Keyword: Consideration model, Student attitude towards health

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi

Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I atas

bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis

selama penyusunan skripsi

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,

pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5. Bapak Irwan Taka, SE., selaku Kepala Sekolah SMK Islam Ruhama atas

izinnya memperbolehkan penulis melakukan penelitian

6. Umi, Bapak, Liyah, Nabil yang tercinta atas semua kasih sayang, dukungan

moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis

7. Suamiku, Ir. Untung Zulkarnaen yang tercinta atas dukungan moril maupun

materil serta doa yang selalu menyertai penulis

8. Siswa-siswi kelas XI Smk Islam Ruhama tahun ajaran 2009/2010 serta tata

usaha SMK Islam Ruhama

9. Fitriyani, Khuzaiyyatun niswah dan seluruh teman-teman biologi angkatan

2005 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa,

dukungan serta sarannya yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

ii

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari

Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Ciputat, Januari 2011

Penulis

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah .................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 5

D. Perumusan Masalah ........................................................ 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi teoretis ............................................................ 6

1. Model Pembelajaran Konsiderasi .............................. 6

a. Model Pembelajaran ............................................. 6

b. Latar Belakang Model Pembelajaran Konsiderasi 10

c. Tujuan Model Pembelajaran Konsiderasi .............. 12

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran

Konsiderasi........................................................... 12

e. Kriteria Keberhasilan Penerapan Model

Pembelajaran Konsiderasi .................................... 13

2. Hakekat Sikap ........................................................... 14

a. Pengertian Sikap .................................................... 14

b. Komponen Sikap ................................................... 16

c. Ciri-ciri Sikap ........................................................ 18

d. Jenis Sikap ............................................................ 19

e. Pembentukan dan Perubahan Sikap........................ 20

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

iv

f. Pengukuran sikap .................................................. 27

3. Hakekat Pola Hidup Bersih dan Sehat ....................... 31

4. Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi

Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan

Sehat ......................................................................... 34

5. Penelitian Yang Relevan ........................................... 35

B. Kerangka Pikir ................................................................ 37

C. Hipotesis Penelitian ......................................................... 39

BAB III METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 40

B. Metode dan Desain Penelitian ......................................... 40

C. Populasi dan Sampel ....................................................... 41

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 41

E. Instrumen Penelitian........................................................ 41

F. Kalibrasi Instrumen Angket ............................................ 43

G. Teknik Analisis Data ....................................................... 44

H. Hipotesis Statistik ........................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................... 47

1. Deskripsi data………………………………………. . 47

2. Pengujian Persyaratan Analisis……………………... 50

3. Analisis Uji Hipotesis………………………………. . 52

4. Hasil Wawancara…………………………………… . 53

5. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran

Konsiderasi…………………………………………. . 53

6. Hasil Catatan Lapangan............................................... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………. 55

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

v

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………… 58

B. Saran…………………………………………………….. 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. . 60

LAMPIRAN..................................................................................................... 63

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Visualisasi Pengertian Model Pembelajaran ................................ 8

Gambar 2.2. Diagram proses terbentuknya sikap dan reaksi ............................ 24

Gambar 2.3. Kerangka pikir pengaruh model pembelajaran konsiderasi pada

konsep pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat............................................................................. 38

Gambar 4.1. Persentase Sikap Kelas Eksperimen Terhadap Pola Hidup

Bersih dan Sehat ......................................................................... 48

Gambar 4.2. Persentase Sikap Kelas Kontrol Terhadap Pola Hidup Bersih

dan Sehat .................................................................................... 49

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian ......................................................................... 40

Tabel 3.2. Pedoman kategorisasi sikap siswa pada

pola hidup bersih dan sehat .......................................................... 45

Tabel 4.1. Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat ................. 47

Tabel 4.2. Persentase kategori sikap kelas eksperimen .................................... 48

Tabel 4.3. Persentase kategori sikap kelas kontrol ........................................... 49

Tabel 4.4. Perbandingan persentase sikap siswa pada kelas kontrol dan

eksperimen ...................................................................................... 49

Tabel 4.5. Hasil uji kai-kuadrat kelas eksperimen ............................................ 50

Tabel 4.6. Hasil uji kai-kuadrat kelas kontrol .................................................. 50

Tabel 4.7. Hasil uji Fisher ............................................................................... 51

Tabel 4.8. Hasil uji t ........................................................................................ 52

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP kelas eksperimen ................................................................. 67

Lampiran 2. RPP kelas kontrol ........................................................................ 87

Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen ...................................................................... 102

Lampiran 4. Angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat .................. 104

Lampiran 5. Pedoman wawancara siswa ......................................................... 107

Lampiran 6. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran

konsiderasi (pertemuan I) ........................................................... 108

Lampiran 7. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran

konsiderasi (pertemuan II) .......................................................... 113

Lampiran 8. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran

konsiderasi (pertemuan III) ......................................................... 118

Lampiran 9. Validitas angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan

Sehat .......................................................................................... 123

Lampiran 10. Reliabilitas angket sikap siswa pada pola hidup bersih

dan sehat ..................................................................................... 124

Lampiran 11. Hasil wawancara ....................................................................... 125

Lampiran 12. Skor angket sikap kelas kontrol ................................................. 129

Lampiran 13. Skor angket sikap kelas eksperimen .......................................... 130

Lampiran 14. Distribusi frekuensi dan uji normalitas kelas kontrol ................. 131

Lampiran 15. Distribusi frekuensi dan uji normalitas kelas eksperimen ........... 132

Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 133

Lampiran 17. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t ..................... 136

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati

antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras,

agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya1.

Saat ini terdapat lima fenomena utama yang berpengaruh terhadap

pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan-perubahan pada dinamika

kependudukan yang mendorong lahirnya transisi demografi dan epidemiologi.

Kedua, temuan-temuan ilmu dan teknologi (IPTEK) kedokteran yang

membuka wawasan baru. Ketiga, tantangan global sebagai akibat kebijakan

perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi.

Keempat, perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya

kesehatan. Kelima, demokratisasi, yang menuntut pemberdayaan dan

kemitraan.2 Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian kepada

fenomena keempat, yaitu perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap

derajat dan upaya kesehatan.

Menurut data departemen kesehatan tahun 2003, ada sepuluh penyakit

utama di rumah sakit di Indonesia yang terkait dengan lingkungan dan

menyebabkan pasien harus menjalani rawat jalan, yaitu infeksi saluran nafas

bagian atas (8,5%), tuberkulosis paru (3,7%), diabetes mellitus (3,4%),

penyakit kulit (2,9%), Diare dan gastroentritis infeksi tertentu (Colitis

infekasi) (2,7%), cedera YDT, YTT dan daerah badan multipel (2,4%),

hipertensi esensial (2,3%), gastritis duodentis (1,7%), penyakit pulpa dan

periaptikal (1,6%), dispesia (1,5%). Rendahnya kesadaran akan kebersihan

dan kesehatan, menyebabkan berbagai penyakit dengan mudahnya muncul dan

1 Supratman Sukowati, Shinta, Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah

Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat (Artikel Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003), h. 31

2 Ibid, h. 32

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

2

menyebar. Tentu hal ini pun mendapat perhatian dari dunia pendidikan,

khususnya sekolah, agar siswa-siswi sekolah dapat lebih peduli akan

kesehatan diri dan lingkungannya.

Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang

kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari

polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman

yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta

terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong. Perilaku

masyarakat Indonesia sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat

proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko

terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi

aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.3

Untuk mewujudkan perilaku Indonesia sehat 2010 yang bersifat

proaktif tersebut tentu tidak lepas dari peran pendidikan. Di sekolah, siswa

mendapat pengetahuan dan dididik agar bersikap dan berperilaku baik.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik, agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Rumusan tujuan pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap.

Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. Sikap erat

kaitannya dengan nilai yang dimiliki individu.5 Nilai (value), yaitu norma-

norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Sikap yang dimiliki individu

disebabkan nilai yang dimiliki individu tersebut.6 Sikap inilah yang berperan

dalam pembentukan perilaku yang proaktif, baik dalam bidang kesehatan,

lingkungan, maupun yang lainnya.

3 Ibid 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta:Kencana, 2010), h. 273 5 ibid. h. 71 6 ibid. h. 70-71

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

3

Tetapi dalam praktiknya hingga saat ini, proses pembelajaran di

sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan

aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk

pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu. Sementara,

pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan afektif

tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin

hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau menjadi hidden

curriculum yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu

pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotor.7

Secara konseptual maupun empirik, diyakini bahwa aspek afektif

memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan

seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski

demikian, pembelajaran afektif justru lebih banyak dilakukan dan

dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Salah satunya yang sangat

populer adalah model pelatihan kepemimpinan ESQ ala Ari Ginanjar.8

Praktik pendidikan formal saat ini, dapat dikatakan memenuhi kriteria

banking system of education, yang tidak dapat membebaskan peserta didik

dari ketertindasan. Pendidikan pada tingkat dasar dan menengah, misalnya,

cenderung berorientasi pada pengajaran yang mengutamakan penguasaan

materi pelajaran (content oriented) dari pada kebutuhan perkembangan siswa

(student oriented) (Mulyana, 2004:116)9

Model pembelajaran yang hanya mementingkan aspek kognitif dengan

mengabaikan aspek nilai afektif mengakibatkan peserta didik kurang memiliki

kemandirian dan kepedulian (self awareness) serta tidak memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Dampak negatif

yang lain dari ketidakseimbangan dan ketidakstabilan dalam pengembangan

7 Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran Afektif (sikap), (tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/model-pembelajaran-afektif-sikap/.), 26 Jan 2009

8 Ibid. 9 Moh. Muslih, Strategi Pendidikan Nilai Moral (Jurnal Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1,

juni 2007), h. 28.

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

4

potensi peserta didik akan membahayakan tidak saja bagi peserta didik sendiri,

akan tetapi pada masyarakat secara keseluruhan.10

Suyanto (2001:154) mengatakan bahwa pengabaian kawasan afektif

merugikan perkembangan peserta didik secara individual maupun masyarakat

secara keseluruhan. Tendensi yang ada ialah peserta didik tahu banyak tentang

sesuatu, namun mereka kurang memiliki sikap, minat, sistem nilai, maupun

apresiasi secara positif terhadap apa yang mereka ketahui. Hasil akhirnya ialah

mereka tidak dapat menunjukkan kinerja ataupun perilaku sesuai dengan apa

yang mereka ketahui secara kognitif dalam kapasitas optimal.11

Salah satu model yang mentitik beratkan sisi afektif sebagai hasil

belajar yaitu model konsiderasi. Mc. Phail dan C. Rogers menciptakan model

pembelajaran konsiderasi dengan tujuan ingin mengembangkan kepribadian

anak menjadi manusia yang otentik dan kreatif, sehingga anak menjadi lebih

peduli.12 Dilihat dari tujuannya tersebut, model pembelajaran konsiderasi

dapat diterapkan pada konsep-konsep yang berhubungan dengan kepedulian

siswa baik pada diri sendiri, masyarakat ataupun lingkungan. Salah satu

konsep yang menuntut kepedulian siswa yaitu pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan dapat berdampak pada manusia dan lingkungan,

sehingga menuntut kepedulian siswa kepada diri dan lingkungannya.

Dengan penerapan model konsiderasi pada konsep pencemaran

lingkungan diharapkan agar siswa tidak hanya tinggi pengetahuannya pada

konsep pencemaran lingkungan, tetapi juga memiliki kepedulian yang tinggi

terhadap lingkungan sehingga para siswa dapat menjaga kesehatan secara

proaktif dalam upaya kesehatan dan Indonesia sehat 2010 dapat tercapai

dengan baik.

Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh

Model Pembelajaran Konsiderasi Pada Konsep Pencemaran lingkungan

Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat”

10 Ibid. 11 Ibid. 12 Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi,

2007), h. 84

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

5

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka peneliti berusaha

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Banyak terdapat model pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar,

antara lain model think pare share, two stay two stray, inquiry, contextual

learning, konsiderasi, dll.

b. Sikap siswa terkait dengan pola hidup bersih dan sehat dapat dipengaruhi

oleh lingkungan hidup, pembiasaan anak, lingkungan sekolah, pendidikan

di rumah dan sekolah, bahkan segi ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, yang akan diteliti hanya model

pembelajaran konsiderasi dan sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

yang dipengaruhi kebiasaan siswa baik di lingkungan sekolah maupun di

rumah

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: "Apakah model

pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan berpengaruh

terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat?"

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan

sehat, dan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca, agar pembaca

dapat memilah-milah model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam

pembelajaran di sekolah dan tidak hanya menekankan sisi kognitif saja

sebagai hasil belajarnya.

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

6

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Model Pembelajaran Konsiderasi

a. Model Pembelajaran

Istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.

Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno (2004:15) mengartikan model

merupakan gambaran tentang keadaan nyata1 dan Dewi Salma

Prawiradilaga mengartikan model sebagai tampilan grafis, prosedur

kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat

uraian atau penjelasan berikut saran.2

Dengan demikian, model dapat diartikan sebagai kerangka

konseptual berupa tampilan grafis atau prosedur kerja yang teratur dan

sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu

kegiatan.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar

mengajar. Model pembelajaran atau model mengajar juga diartikan

sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur

materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas

dalam setting pengajaran.3 Hal ini serupa dengan pendapat Soekamto

dkk dalam Trianto 2007 yang mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

1 Suprayetkti, Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA di SD

(tersedia: http://www.teknologipendidikan.net.2005). 29 mei 2009 2 Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain Pembelajaran (Jakarta:Kencana, 2007), h.

33 3 Suprayekti. Op.cit.

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

7

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar.”4

Kemudian Joyce (1992) dalam Trianto (2007) menambahkan,

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.5

Sedangkan Arends (1997) menyatakan “The term teaching

model refers to a particular approach to instruction that includes its

goals, syntax, environment, and management system.” Maksudnya,

istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya,

dan sistem pengelolaannya.6

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu

perencanaan atau pola pembelajaran yang menggambarkan kegiatan

pembelajaran yang di dalamnya terkandung tujuan, aktifitas,

pendekatan dan seluruh perangkat pembelajaran yang ada. Jika

dihubungkan dengan pendekatan, strategi, metode dan teknik

pembelajaran, penulis sependapat dengan Akhmad Sudrajat yang

mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru.

4 Ibid. h. 5 5Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 5 6 Ibid. h. 5-6

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

8

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus

atau bingkai dari penerapan pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran.7 Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.1 Visualisasi Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,

metode, atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (2000), ciri-ciri

tersebut ialah:

1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya, maksudnya bahwa istilah model pembelajaran

meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan

menyeluruh.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model-model

pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan

belajarnya.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai8

7 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model

Pembelajaran (tersedia: http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.2008), 28 April 2009

8 Trianto.Op.cit. h. 6

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

9

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut

Nieveen (1999) dalam Trianto (2007), suatu model pembelajaran

dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1)

apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional

teoretik yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal.

2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli

dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan tersebut

telah diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang

dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

3. Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen

memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi

berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut

efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan

hasil sesuai dengan yang diharapkan.9

Menurut Khabibah (2006) dalam Trianto (2007), bahwa untuk

melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek

validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model

pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan

dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk

melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga

untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat

pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model

pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula

instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.10

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gelar sarjana

sehingga model pembelajaran yang digunakan merupakan model yang

telah diuji kevalidan dan kepraktisannya oleh para ahli, pada penelitian

ini hanya menerapkan model yang sudah ada sehingga pada penelitian

ini, model yang digunakan tidak diuji kembali kevalidan dan

kepraktisannya.

9 Ibid. h. 8 10 Ibid. h. 8-9

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

10

b. Latar Belakang Model Pembelajaran Konsiderasi

Model konsiderasi (The Consideration Model) diciptakan oleh

Mc. Phail dan C. Rogers yang ingin mengembangkan kepribadian anak

menjadi manusia yang otentik dan kreatif. Mereka dengan tegas

berkeberatan terhadap pendidikan moral yang terlampau rasional dan

kognitif. Moralitas dipandangnya lebih bersifat sebagai gaya

kepribadian daripada gaya berpikir. Moralitas ialah hidup bersama

dalam keharmonisan dengan sesama. Pembelajaran etika/moral

bertujuan untuk membantu siswa agar mempedulikan dan

mengindahkan orang lain, memperhatikan perasaan dan pribadi orang

lain.11

Model konsiderasi dapat digolongkan ke dalam rumpun model

”kepedulian moral”. Kepedulian (caring) melibatkan emosi, apabila

kita mempedulikan seseorang, kita akan merasa perlu memahami dan

membantunya. Dengan demikian, kepedulian ini lebih dari sekedar

perasaan hangat dan spirit kasih sayang, di dalamnya terlibat suatu

kualitas pemikiran dan penilaian seberapa jauh kita peduli dalam

situasi tertentu, akan tergantung pada seberapa jauh kita memahami

makna pengalaman orang lain dan seberapa mungkin tindakan bantuan

sebagai wujud aksi kepedulian dan pemahaman kita.12

Model ini dikembangkan oleh Mc. Phail atas dasar

penelitiannya terhadap 800 orang siswa menengah pertama yang

menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling penting adalah

bergaul dengan baik dengan orang lain, untuk mencintai dan dicintai.

Asumsi yang mendasarinya antara lain:

1. Pendidikan moral harus memperhatikan kepribadian secara

menyeluruh, khususnya yang berkaitan dengan interaksi kita

dengan orang lain, perilaku atau etika kita.

11 Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi,

2007), h.84 12 Puspa Djuwita, Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PPKN

Bagi Siswa Kelas II.A SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu (Laporan Penelitian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, 2001), h. 6

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

11

2. Siswa-siswa menghargai orang dewasa yang memperagakan model

standar pertimbangan (konsiderasi) moral yang tinggi. Siswa lebih

banyak belajar moralitas dari ”bagaimana” guru berperilaku dan

siapa guru itu sebagai seorang pribadi, daripada ”apa” yang

diajarkannya.

3. Moralitas tidak dapat diajarkan melalui bujukan terhadap siswa

secara rasional untuk menganalisis konflik nilai-nilai dalam

membuat keputusan. Kepada siswa harus diajarkan melalui

peragaan (modeling).13

Sejalan dengan Dani Rahmadani, Puspa Djuwita pun

mengemukakan asumsi yang mendasari model konsiderasi, yaitu: (1)

perilaku moral merupakan penguatan diri (self-reinforcing), (2)

pendidikan moral harus ditujukan kepada kepribadian secara utuh (the

total personality), (3) siswa menghargai orang dewasa yang

menjadikan dirinya ”tauladan kepedulian” (consideration), (4) siswa

terbuka terhadap belajar, tetapi membenci otoritarianisme, dominasi,

kekangan, (5) remaja secara bertahap berkembang ke arah kematangan

dalam hubungan sosial (kemampuan mempedulikan dan membantu

orang lain).14

Atas dasar asumsi di atas, guru harus menjadi model di dalam

kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat,

menjauhi sikap otoriter. Guru perlu menciptakan kebersamaan, saling

membantu, saling menghargai, dan lain sebagainya.

13 Dani Rahmadani, Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Mata Kuliah Dasar Umum

(MKDU) (Disertasi Program Pascasarjana UPI, 2005), h. 90-91 14 Puspa Djuwita, op.cit. h. 6-7

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

12

c. Tujuan Model Pembelajaran Konsiderasi

Jika dilihat dari nama model ini, tujuan yang diharapkan ialah

agar kita menaruh “konsiderasi” atau pertimbangan, dalam arti tertentu

dapat juga disebut kepedulian atau “tepo seliro” terhadap orang lain.15

Dani Rahmadani dalam disertasinya mengemukakan bahwa tujuan

model konsiderasi adalah membantu membentuk perilaku siswa

menjadi matang, melaksanakan hubungan-hubungan sambil

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.16 Sehingga

dengan penerapan model pembelajaran konsiderasi ini dalam

penelitian, tujuan yang diharapkan peneliti adalah siswa menjadi lebih

peduli dengan kesehatan baik kesehatan diri maupun kesehatan

lingkungannya.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konsiderasi

Tahapan dalam penerapan model pembelajaran konsiderasi

adalah sebagai berikut:

1. Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung

konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan

situasi “seandainya siswa ada dalam masalah tersebut”

2. Meminta siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat

bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam

permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan, dan

kepentingan orang lain.

3. Meminta siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap

permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat

menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar respon orang

lain untuk dibandingkan.

4. Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta

membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa.

15 Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi,

2007), h. 84 16 Dani Rahmadani, Op.cit. h. 91

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

13

5. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari

setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa

diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul

sehubungan dengan tindakannya. Guru perlu menjaga agar siswa

dapat menjelaskan argumennya secara terbuka serta dapat saling

menghargai pendapat orang lain. Diupayakan agar perbedaan

pendapat tumbuh denganbaik sesuai dengan titik pandang yang

berbeda.

6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai

sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah wawasan agar

mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang

dimilikinya.

7. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus

dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya

sendiri. Guru hendaknya tidak menilai benar atau salah atas pilihan

siswa. Yang diperlukan adalah guru dapat membimbing mereka

menentukan pilihan yang lebih matang sesuai dengan

pertimbangannya sendiri.17

e. Kriteria Keberhasilan Penerapan Model Konsiderasi

Indikator keberhasilan penerapan model pembelajaran konsiderasi

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya minat siswa dalam belajar biologi, dilihat dari

keseriusan dan gairah siswa pada saat pembelajaran berlangsung

2. Meningkatnya keterlibatan siswa, dilihat dari keaktifan siswa pada

saat diskusi antar siswa, siswa dengan guru, pada saat tanya jawab

antara guru dan siswa

3. Internalisasi nilai dilihat dari perubahan sikap serta tingkah laku

siswa di kelas dan di lingkungan sekolah.18

17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta:Kencana, 2010), h. 280-281 18 Puspa Djuwita, Op.cit. h.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

14

2. Hakekat Sikap

a. Pengertian Sikap

Secara sederhana dapat diuraikan bahwa sikap adalah cara

seseorang melihat ‘sesuatu’ secara mental (dari dalam hati) yang

mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, objek

maupun kelompok tertentu. Sikap juga merupakan cerminan jiwa

seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan

perasaannya kepada orang lain (melalui perilaku). Jika perasaan

seseorang terhadap ‘sesuatu’ adalah positif maka akan terpancar pula

perilaku positif dari individu bersangkutan menyikapi ‘sesuatu’ yang

dihadapinya itu, dan sebaliknya.19 Sikap merupakan suatu kemampuan

internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan (action),

lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau

tersedia beberapa alternatif.20

Menurut Bruno (1987) dalam Muhibbin Syah (2007), sikap

(attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi

dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau barang

tertentu.21 Pendapat serupa dikemukakan oleh Ngalim Purwanto yang

menjelaskan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi

dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang

dihadapi.22 Reaksi yang timbul bisa berupa penerimaan atau penolakan

tehadap suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau

tidak baik.

Sedangkan menurut Mar’at (1981) dalam Sholahuddin (2002),

sikap tidak hanya sebagai suatu kecenderungan untuk bereaksi atau

bertindak tetapi juga sebagai kesiapan dan kesediaan untuk bertindak

terhadap suatu objek tertentu sebagai hasil interaksi sosial.23

19 Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian (Jakarta:Indeks, 2007) h. 51 20 Wina Sanjaya, op. cit. h. 277 21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 120 22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.

141 23 Sarifudin, Pembelajaran Biologi Dalam Pembentukan Sikap Positif dan Etika

Lingkungan (Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 9, Nomor 1, Mei 2002)

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

15

Hal serupa diungkapkan Gordon Allport dalam Vanda

Rossdiana (2005), sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu,24 yang sependapat

dengan Azjen yang menyatakan “An attitude is a disposition to

respond favourably or unfavourably to an object, person, institution or

event25.

Sedangkan Eagly dan Chaiken dalam Inge Hutagalung

berpendapat bahwa sikap merupakan sebuah kecenderungan psikologis

yang cepat dalam penilaian suatu fakta yang sungguh-sungguh ada

dengan beberapa persetujuan secara positif ataupun negatif. Pernyataan

ini didukung oleh Myers yang menyatakan “Attitude is favourable or

unfavourable evaluative reaction toward something or someone,

exhibited in one’s belief, feeling or intended behavior26. Maksud dari

kedua pendapat ahli tersebut sama, bahwa sikap merupakan suatu

penilaian.

Pendapat lain lagi dikemukakan Ellis S. Robert dalam Ngalim

Purwanto yang menyatakan bahwa sikap meliputi pengetahuan dan

situasi. Bagaimanapun, aspek yang mendasar dari suatu sikap yaitu

berdiri di atas fakta seperti karakteristik perasaan atau emosi yang

cenderung bereaksi dalam pergaulan.27

Dari berbagai pendapat tentang pengertian sikap tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sikap merupakan kesediaan, kesiapan dan

kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu,

reaksi tersebut bisa secara negatif (penolakan) atau pun positif

(peneriamaan). Dengan demikian, sikap terhadap kesehatan merupakan

respons (kesediaan, kesiapan dan kecenderungan) seseorang untuk

bereaksi terhadap suatu objek (dalam penelitian ini kesehatan) yang

24 Vanda Rossdiana, Program Intervensi Sosial untuk Meningkatkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat pada Siswa Kelas IV SDN Pulorejo Mojokerto (Tesis Fakultas Psikologi UI, 2005), h. 40

25 Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 52 26 Ibid 27 M. Ngalim purwanto, Loc.cit

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

16

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan.

b. Komponen Sikap

Sears, Freeman dan Peplau menyatakan tiga komponen sikap,

yaitu: (1). cognition, (2). affection, dan (3). behavior, sejalan dengan

pendapat Krech, Krutcfield, dan Ballachey, yang mengemukakan

bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu: (1). komponen

kognitif, (2). perasaan, (3). kecenderungan bertindak (action tendency).

Dengan adanya tiga komponen tersebut, Malim dan Birch yang dikutip

oleh Nento menyatakan bahwa, respon seseorang terhadap suatu obyek

disebabkan pula oleh tiga macam, yaitu: (1). Respon kognitif, yaitu

persepsi tentang sesuatu atau kepercayaan, (2). Respon afektif, yaitu

perasaan atau motivasi yang diarahkan terhadap suatu obyek, (3).

Respon konatif atau behavioral, yaitu respon perilaku yang berkaitan

dengan obyek atau perhatian perilaku lainnya.28

Ketiga komponen sikap tersebut diuraikan dalam Ikhwan

Luthfi dkk sebagai berikut:

a. Komponen kognitif

Mann (1969, dalam Azwar) menjelaskan bahwa komponen

kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki

individu mengenai sesuatu. Sering kali komponen kognitif ini

dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek

sikap dan menyangkut masalah emosi.

c. Komponen konasi atau psikomotor

Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak

atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

28 Neneng Laila Hasanah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan

Sikap terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor (Skripsi:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007) h. 15

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

17

Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.29

Pendapat serupa dikemukakan Inge Hutagalung yang

menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif

(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku).30

Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang

diyakini dan apa yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap

tertentu-fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen

afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap

objek, terutama penilaian. Pendapat ini didukung oleh Roger Giner-

Sorolla yang menyatakan “the affective component consist of emotions

and feelings associated with the objek, as apposed either to overall

evaluation”,31 Seung Lee Do dan Diane Lemonnier Schallert

menambahkan bahwa sikap mencakup emosi, suasana hati dan

beberapa aspek dari proses motivasi.32 Sedangkan komponen perilaku

terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan

untuk bertindak terhadap objek.

Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan

mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap

tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecenderungan perilakunya.33

Sehingga ketika pengetahuan dan perasaan siswa sudah baik, maka

perilaku kesehatannya diharapkan akan baik pula.

29 Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),

h. 60-61 30 Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 53 31 Roger Giner-Sorolla, Guilty Pleasures and Grim Necessities: Affective Attitudes in

Dilemmas of Self-Contol (Jurnal of Personality and Social Psychology 2001, vol. 80. No. 2. 206-221)

32 Seung Lee Do dan Diane Lemonnier Schallert, Emotions and Classroom talk: Toward a Model of the Role of Affect in Students’ Experiences of Classrom Discussions (Jurnal of Educational Psychology 2004, vol 96. No. 4. 619-634)

33 .Inge Hutagalung, Op.Cit. h. 53

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

18

c. Ciri-ciri Sikap (Attitude)

Menurut W.A. Gerungan (2004), ciri-ciri attitude, diantaranya:

1). Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan

dengan objeknya

2). Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari

orang; atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehinnga

attitude-attitude dapat berubah pada seseorang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

berubahnya attitude pada orang itu.

3). Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude terbentuk,

dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas

4). Objek attitude dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5). Attitude mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan.

Sifat inilah yang membedakan attitude dari kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.34

Pendapat serupa juga dikemukakan Sarwono dalam Neneng

Laila Hasanah (2007), yang menyatakan ciri-ciri sikap sebagai berikut,

yaitu:

1) Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek . obyek.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk

melalui pengalaman-pengalaman.

3) Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai

dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan

pada saat yang berbeda-beda.

4) Dalam sikap tersangkut juga faktor-faktor motivasi dan perasaan.

5) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.

34 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung:PT. Refika Aditama, 2004) h. 163-164

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

19

6) Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat

bermacammacam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat

menjadi perhatian orang yang bersangkutan.35

Pendapat lain dikemukakan Inge Hutagalung yang menyatakan

ciri khas sikap adalah (1) mempunyai objek tertentu (orang, perilaku,

konsep, benda, dll) dan (2) mengandung penilaian (setuju-tidak setuju,

suka-tidak suka).36

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat kita ketahui bahwa sikap

dapat berubah-ubah, bisa positif maupun negatif, dan sikap dapat

dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. Sehingga

ketika siswa mengetahui dan sadar akan pentingnya kesehatan,

kemudian dibantu dengan proses pembelajaran yang mengedepankan

nilai kesehatan, maka sikap siswa akan berubah menjadi lebih peduli

terhadap kesehatan.

d. Jenis Sikap

Sikap dapat dibedakan atas bentuknya menjadi sikap positif

dan sikap negatif.

1). Sikap Positif

Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang

memperhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih

mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang

menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada

keputusasaan. Sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk

selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk

menyatakan sikap positif, seseorang tidak hanya

mengekspresikannya melalui wajah, tetapi juga dapat melalui

bagaimana cara ia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan cara

menghadapi masalah.37

35 Neneng Laila Hasanah, Op.Cit. h. 14 36 Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 52 37 Inge Hutagalung. op. cit. h. 56

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

20

Usaha yang dapat dilakukan untuk menuju sikap positif

adalah (1) tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat.

Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan

diperoleh dari kebiasaan baru, 92) jangan biarkan perkecualian

sebelum kebiasaan baru mengakar di kehidupan pribadi, (3)

berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan, tanpa rasa

jenuh dan bosan.38

2). Sikap Negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan

seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin

pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang

tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan,

ketidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.39

Untuk menghilangkan sikap negatif adalah (1) belajar

mengenali sifat diri, bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah pada

seseorang yang dipercaya dan dihormati mengenai sifat negatif

diri, (2) akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan.40

e. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap

sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada

individu masing-masing. Faktor tersebut adalah perbedaan dalam

bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan

situasi lingkungan.41

Di dalam kehidupan manusia, sikap selalu mengalami

perubahan dan perkembangan. Peranan pendidikan dalam

pembentukan sikap pada anak didik adalah sangat penting. Menurut

Ellis, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan

pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam

pendidikan ialah: kematangan (maturation), keadaan fisik siswa,

38 Ibid. 39 Inge Hutagalung. op. cit. h. 56-57 40 Inge Hutagalung. op. cit. h. 57 41 M. Ngalim Purwanto, loc.cit.

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

21

pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, pendidik,

kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar42

Menurut W.A. Gerungan, dalam pembentukan dan perubahan

attitude itu terdapat faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.

Faktor internal di dalam diri manusia yaitu selektivitasnya sendiri,

daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya.

Sedangkan faktor eksternal antara lain sifat, isi pandangan baru yang

ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang

menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana

pandangan itu diterangkan, dalam dalam situasi bagaimana attitude

baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang

sendirian, dan lain-lain).43

Menurut Inge Hutagalung, sikap terbentuk melalui proses

pembiasaan (conditioning). Lebih sering kebiasaan dilakukan, semakin

melekat dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Usaha untuk

mengembangkan kebiasaan baru dapat dilakukan dengan (1)

tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat untuk merubah

kebiasaan buruk, (2) setiap kali akan bertindak, pikirkan untung-

ruginya, (3) antusias-positive thinking, (4) belajar meyakini diri

sendiri, (5) kurangi rasa khawatir diri, meragukan diri, iri hati, tidak

bisa membuat diri senang dalm situasi dan kondisi yang dihadapi, (6)

tingkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan

diri, (7) berlatih, berlatih dan berlatih pada setiap kesempatan.44

Pendapat tersebut didukung oleh Wina Sanjaya yang

menyatakan bahwa proses pembentukan sikap dapat dilakukan melalui

pola kebiasaan dan modeling

42 M. Ngalim Purwanto, op. cit. h. 142 43 W.A. Gerungan. op.cit. h. 167-168 44 Ibid.

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

22

1). Pola Pembiasaan

Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari

maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa

melalui proses pembiasaan. Misalnya, perilaku mengejek atau

perilaku yang menyinggung perasaan anak, maka lama-kelamaan

akan timbul rasa benci dari anak tersebut; dan perlahan-lahan anak

akan mengalihkan sikap negatif itu bukan hanya kepada gurunya

itu sendiri, akan tetapi juga kepada mata pelajaran yang diasuhnya.

Kemudian, untuk mengembalikannya pada sikap positif bukanlah

pekerjaan mudah.45

Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga

dilakukan oleh Skinner melalui teorinya operant conditioning.

Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan

Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan

Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan

pada proses peneguhan respons anak. Setiap kali anak

menunjukkan prestasi yang baik, diberikan penguatan

(reinforcement) dengan memberikan hadiah atau perilaku yang

menyenangkan. Lama-kelamaan, anak berusaha meningkatkan

sikap positifnya.46

2). Modeling

Proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses

asimilasi atau proses mencontoh. Salah satu karakteristik anak

didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk

melakukan peniruan (imitasi). Prinsip peniruan ini yang dimaksud

dengan modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap

orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya.47

Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui

proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh,

namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan.

45 Wina Sanjaya. Op. Cit. H. 277-278 46 Ibid. h. 278 47 Ibid

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

23

Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar

didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem

nilai.48

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang

harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dalam objek

psikologi.

2. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Contoh pada sikap

orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu

tersebut dibesarkan

3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Others)

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya

penting.

4. Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik. massa, adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan

sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada

gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam

menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

48 Ibid. h. 279

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

24

6. Faktor Emosional49

Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai

semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime

pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap

(persisten/tahan lama).

Berikut ini disajikan diagram proses terbentuknya sikap dan

reaksi menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo:50

Gambar 2.2. Diagram proses terbentuknya sikap dan reaksi

Berdasarkan diagram di atas, sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Tetapi sikap tertutup tersebut dapat berubah menjadi tingkah

laku yang terbuka. Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu

proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.

Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau

mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap.

1. Pengetahuan (kognitif)

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia

harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut

bagi dirinya atau keluarganya. Penelitian ini mengukur sikap siswa

pada kesehatan sehingga akan disampaikan indicator-indikator

yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau

kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:

49 Neneng Laila Hasanah, Op.cit. h. 18-19 50 Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta:PT. Rineka Cipta,

2003), h. 125

Stimulus rangsangan

Proses stimulus

Sikap (tertutup)

Reaksi

Tingkah laku

(terbuka)

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

25

a) pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit,

bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan,

bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya

termasuk imunisasi dan sebagainya

b) pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara

hidup sehat, meliputi: jenis-jenis makanan yang bergizi,

manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya, pentingnya

olah raga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya-

bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba dan

sebagainya, pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan

sebagainya bagi kesehatan dan sebagainya

c) pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi:, manfaat

air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk

pembuangan kotoran yang sehat dan sampah, manfaat

pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, akibat polusi

(polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.

2. Sikap (afektif)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek (dalam hal ini

adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit), proses selanjutnya

akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan

tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga

sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni

a) Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap:

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara

penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

b) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Yang

dimaksud disini adalah pendapat atau penilaian terhadap

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

26

makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat) atau

istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatan.

c) Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan

dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau

penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan

sebagainya.

3. Praktik atau tindakan (konatif)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan

atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai

baik). Oleh sebab itu indicator praktik kesehatan juga mencakup

hal-hal di atas (pengetahuan dan sikap), yakni:

a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup: a. pencegahan penyakit,

misalnya: mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan

bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu

bekerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya, dan b.

penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk

dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.

b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup: mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur,

tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan

sebagainya.

c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di

jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah,

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

27

menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan

sebagainya.51

Secara teori memang perubahan perilaku atau afektif itu

mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui

proses perubahan kognitif – afektif – konatif. Beberapa penelitian telah

membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan

bahwa proses perubahan sikap tidak selalu seperti teori.

f. Pengukuran Sikap

Sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk mengetahui

bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, haruslah

melihat melalui ketiga komponen sikap, yaitu pengetahuan (kognisi),

perasaan (afeksi), dan perilaku (konasi).

Menurut Inge Hutagalung, teknik mengukur sikap ada beberapa

jenis, yaitu:

1). Teknik Perbandingan Fisik (Judgement Technique)

Teknik ini masih menggunakan perbandingan fisik untuk

menentukan sikap terhadap objek sikap tertentu (misalnya, A lebih

berat dari B, X lebih keras dari Y, dan sebagainya). Menurut

Thurstone, penilaian (judgement) orang sebagai hasil

memperbandingkan ini dapat diukur dalam bentuk skala.52

2). Teknik Psikologi (Method of Summated Ratings)

Teknik pengukuran ini sepenuhnya psikologik. Yaitu, teknik

yang tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap terlalu

rumit. Dasar dari teknik ini adalah bahwa evaluasi seseorang

terhadap sebuah objek sikap dapat diskalakan tanpa harus membuat

perbandingan fisik terlebih dahulu. Caranya adalah dengan

mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu sikap.

Pernyataan-pernyataan ini terdiri atas pernyataan positif maupun

negatif dan meliputi komponen kognitif (misalnya, X adalah

sesuatu yang bermanfaat, X memudahkan saya melakukan Y, X

51 Ibid. h. 128-131 52Inge Hutagalung. Op.cit. h. 58

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

28

berbahaya jika dalam keadaan Z, dan sebagainya), komponen

afektif (misalnya, saya suka X, atau saya tidak senang Y), dan

komponen konatif (misalnya, saya berusaha mendapatkan X, atau

saya menghindari Y). selanjutnya, melalui prosedur tertentu, dari

sejumlah pernyataan tertentu itu dipilih mana yang valid, dan mana

yang tidak valid. Butir-butir pernyataan yang valid dirangkai dalam

suatu alat ukur. Hasil pengukuran adalah skor rata-rata dari

jawaban subjek terhadap setiap pernyataan. Makin tinggi skor,

makin positif sikapnya dan makin kecil skornya, makin negatif

sikapnya. Teknik ini dikembangkan oleh Likert (1932) dan

dinamakan method of summated ratings.53

3). Teknik Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale)

Gabungan dari pengukuran fisik dan psikologik terdapat pada

skala Bogardus. Teknik yang dikembangkan dalam ilmu sosiologi

ini dinamakan skala jarak sosial, yang dimaksud disini adalah skala

untuk mengukur sikap antar ras. Misal, orang pribumi di Indonesia

diajukan pertanyaan apakah yang bersangkutan setuju bahwa orang

Arab menjadi warga negara Indonesia, apakah ia mau bekerja satu

kantor dengan orang Arab. Makin banyak jawaban ’ya’ yang

diberikan, makin dekat jarak sosial antara subjek dengan orang

Arab. Makin dekat jarak sosial, makin positif sikap seseorang

terhadap ras yang dimaksud.54

4). Teknik Skala Guttman

Penilaian sikap dengan menggunakan pengukuran fisik dan

psikologik juga dilakukan oleh Guttman. Teknik ini dinamakan

skala Guttman dengan dasar pemikiran bahwa sejumlah perilaku

terhadap sebuah objek sikap dapat disusun dalam peringkat.

Sebuah perilaku pada peringkat paling bawah dilakukan oleh

hampir semua orang. Perilaku pada peringkat lebih atas dari

peringkat sebelumnya akan dilakukan oleh lebih sedikit orang.

Demikian seterusnya, makin tinggi peringkat makin sedikit yang

53 Ibid. h. 58-59 54 Ibid. h. 59

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

29

melakukannya, dan pada peringkat tertinggi hanya sebagian kecil

orang yang melakukan. Sikap seseorang dapat dilihat pada

peringkat mana perilakunya berada terhadap objek sikap tertentu.55

Sedangkan Ikhwan Luthfi dkk menguraikan metode

pengukuran sikap sebagai berikut:

a. Observasi Perilaku

Untuk dapat mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu, kita

dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah

satu indikator setiap individu. Pengukuran dengan metode ini

dilakukan dengan mengamati tindakan yang ditampilkan. Teknik

observasi yang dapat dilakukan adalah observasi secara langsung

maupun tidak langsung.

b. Pertanyaan Langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung untuk

mengungkap sikap adalah bahwa individu adalah pihak yang

paling tahu mengenai dirinya sendiri

c. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi ke metode

observasi perilaku, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan

lagi perilaku yang tampak disadari dan disengaja dilakukan

seseorang tetapi reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali

orang tersebut

d. Pengungkapan langsung

Dalam hal ini responden diminta menjawab langsung suatu

pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju, penyajian

dan pemberian respon yang dilakukan diusahakan untuk individu

menyetakan sikap secara lebih jujur dengan cara tidak perlu

menuliskan nama dan identitasnya. Ada beberapa bentuk yang

dikembangkan teknik ini, pengukuran dengan teknik ini

menggunakan bentuk skala, yaitu alat pengukuran yang disusun

dengan teknik ilmiah.

55 Ibid.

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

30

1. Self-rating scale. Skala ini berisi tentang pertanyaan-

pertanyaan evaluative terhadap suatu topik tertentu. Untuk

masing-masing pertanyaan disediakan juga jawaban

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih satu

kemungkinan jawaban yang tersedia.

2. Skala likert. Skala yang diperkenalkan oleh Rensis Likert pada

tahun 1932. Model ini juga menyediakan pilihan jawaban bagi

subjek yang akan diukur sikapnya. Perbedaannya terletak pada

tipe jawaban yang tersedia, yaitu terbatas pada tingkat

persetujuan terhadap pernyataan yang ada.

3. Bedaan semantik (semantik-differential). Dengan menggunakan

model ini, responden diminta untuk menilai suatu objek atau

konsep pada suatu skala yang mempunyai dua kata berlawanan.

Menurut Osgood, skala bipolar ini mengandung tiga unsur,

yaitu unsur evaluasi, unsur potensi, dan unsur aktifitas dari

objek atau konsep yang diukur.

4. Jarak sosial (social distance). Skala ini digunakan untuk

menentukan lemungkinan perlakuan suatu kelompok terhadap

kelompok lain yang berbeda (baik secara etnik, gender, ras,

agama maupun hal lainnya).56

Diantara alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, yang

lebih sering digunakan dalam kuisioner respon tertutup seperti rating

scale atau kuisioner tipe likert. Pengukuran tipe likert lebih sering

digunakan untuk memperoleh informasi dengan cepat, tipe likert juga

mudah digunakan untuk menilai dan jika digunakan untuk keperluan

yang sudah terbukti, tipe likert dapat menyelesaikan tugasnya dengan

tepat sebagaimana yang diharapkan.

56 Ikhwan Luthfi, dkk, Op.cit. h. 62-64

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

31

3. Hakekat Pola Hidup Bersih dan Sehat

Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan

yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan

pola/perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS adalah singkatan Pola Hidup

Bersih dan Sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan,

kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan

untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal untuk menolong dirinya

sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, perilaku hidup sehat adalah

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini

mencakup antara lain:

a. Makan dengan menu seimbang (approprieate diet). Menu seimbang di

sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan

tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara

kualitas, di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima

sempurna.

b. Olah raga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas

dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga.

c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan

berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya

di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50 % penduduk

Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar

15 % remaja telah merokok.

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba.

e. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat

tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan

orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu

untuk istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

f. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan

akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stress tidak dapat kita

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

32

hindari, maka yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan

kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress

dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya:

tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri

kita dengan lingkungan, dan sebagainya.57

Sedangkan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi

indikator PHBS tatanan rumah tangga dan indikator PHBS tatanan institusi

pendidikan.

1. Indikator PHBS tatanan rumah tangga

Indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur untuk

menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga.

Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari enam indikator

perilaku dan empat indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai

berikut:

a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya

c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)

d. Anggota keluarga tidak merokok

e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur

f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap

hari)

g. Tersedia air bersih

h. Tersedia jamban

i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

j. Lantai rumah bukan dari tanah

57 Soekidjo Notoatmodjo, op.cit. h. 118-119

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

33

2. Indikator PHBS tatanan institusi pendidikan

Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa

dengan indikator:

a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa

b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas

c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang

bersih dan serasi

d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik

e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)

f. Siswa pada umumnya (60%) kukunya pendek dan bersih

g. Siswa tidak merokok

h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan

sekolah (minimal 10 orang)58

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif

dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

4. Olahraga yang teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk

6. Tidak merokok di sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

8. Membuang sampah pada tempatnya59

58 Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Pedoman Pengembangan

Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Makasar: Subdin Promosi dan Kesehatan Masyarakat, 2006), h. 29-30

59 Prabasita umi, Pola Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah . 23 september 2010.

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

34

Indikator-indikator di atas lah yang dijadikan indikator dalam

pembuatan angket sikap siswa pada kesehatan dalam penelitian ini, namun

tidak seluruh indikator dicantumkan dalam angket penelitian ini, yang

dicantumkan hanya indikator yang menurut peneliti sesuai dengan

penelitiannya.

4. Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa

Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat

Model konsiderasi merupakan salah satu model pembelajaran yang

menekankan sisi afektif (sikap) sebagai hasil belajar. Model ini termasuk

salah satu model dari pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan proses

perubahan keyakinan, sikap, dan nilai ke arah tindakan yang benar,

sehingga proses pendidikan ini dapat memunculkan sisi afektif (sikap)

yang meliputi ketiga komponennya, yaitu kognisi (perbuatan), afeksi

(perasaan), dan konasi (perbuatan).

Secara umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu

peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta

mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Dalam proses

pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik

dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti

dikemukakan komite APEID (Asia and the Pasific Programme of

Educational Innovation for Development), pendidikan nilai secara khusus

ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak; (b)

menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan; dan

(c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai tersebut.60 Dengan

demikian, tujuan pendidikan nilai secara khususpun adalah tercapainya

suatu sikap yang meliputi ketiga komponen sikap yang ada.

Langkah awal dari penerapan model konsiderasi yaitu

menghadapkan siswa pada posisi yang problematis atau penuh konflik

dalam kehidupan sehari-hari, menempatkan siswa pada posisi seakan-akan

dia berada dalam posisi tersebut. Langkah pertama ini tentu mendorong

sisi afeksi (perasaan) siswa agar lebih peka dan peduli sehingga siswa

60 Moh. Muslih, Strategi Pendidikan Nilai Moral (Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1, Juni 2007), h. 35

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

35

dapat mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan, dan pada tahap

akhir penerapan model ini yaitu mendorong siswa menentukan sendiri

sikap yang akan diambilnya sesuai nilai yang dimilikinya. Dari tahapan

penerapan model konsidersai pada proses belajar mengajar tersebut terlihat

jelas bahwa hasil belajar model ini menekankan pada sisi afektif (sikap).

Sebagaimana diungkapkan Inge Hutagalung, ciri-ciri khusus sikap

yaitu mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, benda, dll) dan

mengandung penilaian.61 Objek sikap pada penelitian ini yaitu pola hidup

bersih dan sehat, dan penilaian terhadap objek sikap tersebut ditumbuhkan

melalui proses belajar mengajar menggunakan model konsiderasi.

5. Penelitian yang relevan

1. Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PPKN

Bagi Siswa Kelas II.A. SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu.

Laporan Penelitian Tindakan Kelas dari Dra. Puspa Djuwita , M.Pd.

tahun 2001. Universitas Bengkulu. Kesimpuan penelitian ini yaitu:

a. dampak intruksional meliputi terbinanya aspek social, intelektual

dan emosional, siswa memiliki kemampuan mengembangkan sikap

empati, toleransi dan tepo seliro terhadap apa yang dialami orang

lain melalui analisis situasi, diskusi-diskusi dan pemeranan.

Disamping itu pula siswa dibiasakan untuk mampu mengendalikan

egonya dan bersikap demokrasi.

b. Dengan model konsiderasi siswa dapat mengapresiasikan

pendapatnya sendiri, serta mampu memahami dan

mengapresiasikan perasaan-perasaan orang lain.

c. Hal-hal yang menjadi hambatan yaitu pola pengakaran guru yang

tidak sejalan dalam pegelolaan PBM model konsiderasi, latar

belakangpengetahaun dan pengalaman guru masih kurang dalam

mengembangkan strategi belajar mengajar dan memanfaatkan

pendekatan pendidikan nilai.

61 Inge Hutagalung, Op.Cit.

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

36

2. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap

Terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor. Skripsi dari

Neneng Laila Hasanah, tahun 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan kesimpulan penelitian: ada hubungan positif dan signifikan

antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap

kesehatan, hubungan tersebut mengandung makna bahwa semakin

tinggi pengetahuan tentang mikrobiologi maka akan semakin positif

sikap siswa terhadap kesehatan. Dalam hal ini ditemukan bahwa

kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap siswa

terhadap kesehatan adalah sebesar 25%.

3. Implementasi Model Pembelajaran Konsiderasi Pada Konsep

Pencemaran Lingkungan Di SMAN 2 Pamulang. Laporan Praktek

Profesi Keguruan Terpadu yang ditulis oleh Gustini, tahun 2009. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kesimpulan penelitian:

Implementasi model pembelajaran konsiderasi mendapat penerimaan

dan respon positif, sehinnga layak digunakan dalam proses belajar

mengajar. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan sangat

memotivasi siswa untuk menjaga lingkungan.

4. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Nilai

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa pada

Konsep Ekologi. Tesis dari Meti Maspupah, tahun 2007, Sekolah

Pascasarjana UPI Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran pendidikan nilai pada konsep ekologi pada

kelas X MA menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang

signifikan antara rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen dengan kelas

kontrol (P< 0,05). Terjadi peningkatan rata-rata gain hasil belajar pada

kedua kelompok siswa setelah diberikan perlakuan.

Melalui wawancara dengan siswa diketahui bahwa semua siswa

menyatakan pembelajaran pendekatan nilai sangat menarik dan

dianggap dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pada

konsep ekologi. Dari kuisioner yang disebarkan kepada empat orang

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

37

guru yang bertindak sebagai pengamat dalam penerapan pembelajaran,

diketahui pembelajaran ini direspon sangat positif oleh guru. Guru

sangat menyenangi pembelajaran ini.

5. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Sains di

Madrasah Tsanawiyah. Tesis dari Trisnahada, Tahun 2007, Sekolah

Pascasarjana UPI. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa bahan ajar

yang dikembangkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai dapat

meningkatkan hasil belajar dan mengubah sikap dan perilaku siswa.

Penerapan pendidikan nilai melalui pembelajaran sains, menunjukkan

respon dari semua siswa. Dari hasil proses pembelajaran, para siswa

sudah menampakkan kesungguhan untuk selalu mengikuti dan

memperhatikan materi ajar yang disampaikan guru, berperilaku baik,

pada waktu di kelas, lingkungan sekolah, bahkan di masyarakat. Selain

itu sudah terdapat perilaku siswa, sopan santun baik pada waktu masuk

ruangan kantor, bertemu di jalan dan dalam pertemuan lainnya,

menunjukkan sikap hormat. Penerapan pendidikan nilai dalam

pembelajaran sains ini memperlihatkan adanya suatu perubahan ke

arah yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran konsiderasi merupakan salah satu bentuk model

dari pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan proses transformasi dari

suatu keyakinan, sikap dan nilai terhadap tindakan yang benar. Pendidikan

nilai merupakan suatu proses yang memunculkan tiga komponen afektif dalam

prilaku manusia, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan

psikomotor (perbuatan).

Sebagaimana teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

model konsiderasi memiliki banyak keunggulan, yaitu membentuk manusia

yang otentik, kreatif, peduli, memperhatikan perasaan dan pribadi orang lain,

dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, sehingga dapat

meningkatkan sikap anak menjadi lebih baik, dari negatif menjadi positif.

Sedangkan sikap sendiri merupakan suatu reaksi terhadap stimulus yang ada.

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

38

Dalam penelitian ini, stimulus diberikan melalui suatu kegiatan pembelajaran

menggunakan model konsideraasi yang diterapkan pada konsep dampak

pencemaran lingkungan.

Di sekolah, siswa belajar tentang pencemaran lingkungan dan

dampaknya bagi manusia dan lingkungan, tetapi hanya sedikit siswa yang

menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupannya. Banyak siswa yang belum

menjaga kebersihan dan kesehatannya dengan baik, apalagi ikut menjaga

kebersihan dan kesehatan keluarganya dengan cara memberi informasi yang

telah diperolehnya di sekolah tentang kebersihan dan gangguan kesehatan

akibat pencemaran.

Disinilah dituntut peran pendidikan yang tidak hanya memfokuskan

hasil belajar pada sisi kognitif dan psikomotor saja, tetapi juga berfokus pada

sisi afektif (sikap siswa). Untuk membentuk sikap positif siswa pada pola

hidup bersih dan sehat tentunya tidak cukup hanya dengan pemberian materi,

tetapi juga diperlukan model, pendekatan atau metode yang tepat agar tujuan

dari pembelajaran dapat tercapai.

Gambar 2.3. Kerangka pikir pengaruh model pembelajaran konsiderasi pada

konsep pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih

dan sehat.

Model konsiderasi Memperhatikan

perasaan dan pribadi orang lain

Pengetahuan tentang dampak

pencemaran terhadap kesehatan

Sikap pola hidup bersih dan sehat

Membentuk manusia yang otentik

Membentuk kreatifitas

Membentuk kepedulian

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

Sikap

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

39

Sehingga diharapkan bahwa dengan diterapkannya model

pembelajaran konsiderasi pada konsep dampak pencemaran lingkungan akan

memperbaiki sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Siswa menjadi

lebih peduli dengan kebersihan dan kesehatan dirinya secara khusus dan

peduli terhadap kebersihan dan kesehatan sekelilingnya secara umum.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: "terdapat pengaruh model pembelajaran

konsiderasi pada konsep dampak pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat"

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010, di SMK Islam

Ruhama, yang beralamat di jalan Tarumanegara No. 67 Cirendeu Ciputat

Timur-Tangerang Selatan. Telp. (021) 7411724.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Metode kuasi eksperimen adalah metode eksperimen, akan tetapi

tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya

penelitian.

Desain penelitiannya menggunakan subject postest only. Untuk

pelaksanaannya diperlukan dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan

model konsiderasi

2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang diajar dengan model

ekspositori.

Tabel 3.1. Desain penelitian

Kelompok Perlakuan Angket

E X O

K - O

Keterangan:

E = Kelompok Eksperimen

K = Kelompok Kontrol

X = Perlakuan pada kelompok eksperimen

O = Angket yang sama pada kedua kelompok

Berdasarkan judul yang diambil maka terdapat variabel-variabel

penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas : model pembelajaran konsiderasi

Variabel terikat : sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

41

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan individu yang dijadikan penelitian,

sedangkan sampel yaitu sejumlah individu yang dijadikan objek ataupun

subjek dalam penelitian yang akan dilakukan.

Dalam penelitian ini, populasi meliputi seluruh siswa SMK Islam

Ruhama. Sampel meliputi siswa SMK Islam Ruhama kelas XI. Sampel yang

diambil sebanyak dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang terdiri

dari 23 siswa dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 24

siswa. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling,

yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu

kemampuan siswa yang hampir sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh model

pembelajaran konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan

sehat, teknik pengumpulan data untuk mengukur sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat adalah secara non tes menggunakan angket berupa skala

likert. Selain menggunakan angket, data sikap siswa pada pola hidup bersih

dan sehat ditunjang melalui data wawancara dan observasi/pengamatan.

Pengamatan dalam penelitian ini menggunakan catatan lapangan yaitu

pencatatan terus-menerus (continuos observation) dan lembar observasi

pembelajaran konsiderasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket berupa skala likert, pedoman wawancara, catatan lapangan dan lembar

observasi penerapan model konsiderasi yang diuraikan sebagai berikut:

a. Angket skala Likert

Penggunaan angket bertujuan untuk memperoleh data sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat. Angket yang digunakan berupa skala

Likert dengan empat skala yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju

(TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pada pemberian skor pernyataan

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

42

positif yaitu 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS.

Sedangkan skor untuk pernyataan negatif yaitu 1 untuk SS, 2 untuk S, 3

untuk TS, dan 4 untuk STS. Data yang diperoleh dari angket ini dijadikan

data utama penelitian.

b. Pedoman wawancara

Penggunaan pedoman wawancara bertujuan untuk memperoleh

data tambahan atau data penunjang bagi data yang diperoleh dari angket

tentang sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat, baik kebersihan dan

kesehatan tubuh maupun kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah

dan rumah. Pedoman wawancara yang digunakan pada penelitian ini

adalah pedoman wawancara tidak tersusun (instructured) berjumlah 10

pertanyaan untuk kelas eksperimen dan 9 pertanyaan untuk kelas kontrol.

Satu pertanyaan yang membedakan jumlah pertanyaan kelas kontrol dan

eksperimen yaitu pertanyaan tentang model pembelajaran konsiderasi pada

kelas eksperimen.

c. Lembar observasi penerapan model pembelajaran konsiderasi

Penggunaan lembar observasi penerapan model pembelajaran

konsiderasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian praktik di kelas

dengan rencana pembelajaran model pembelajaran konsiderasi, sehingga

data observasi ini dapat dijadikan data penunjang untuk mengetahui

keberhasilan penerapan model konsiderasi yang berperan positif dalam

pembentukan sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat.

d. Catatan lapangan

Penggunaan cataan lapangan bertujuan untuk mengamati kejadian

yang terjadi di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Hasil catatan

lapangan merupakan data pendukung lembar observasi penerapan model

pembelajaran konsiderasi karena catatan lapangan ini tidak terpatok pada

pernyataan-pernyataan yang harus diisi observer sebagaimana lembar

observasi.

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

43

Untuk validitas instrumen, digunakan validitas empiris untuk angket

dan validitas konstruk untuk pedoman wawancara dan lembar observasi. Kisi-

kisi instrumen angket terdapat pada lampiran 3, angket yang digunakan pada

lampiran 4, pedoman wawancara pada lampiran 5 dan lembar observasi pada

lampiran 6,7 dan 8.

F. Kalibrasi Instrumen Angket

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan

mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi

beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria

valid dan reliabel. Oleh karena itu, agar kesimpulan tidak keliru dan tidak

memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya

diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam

penelitian.

1. Validitas

Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya.1

Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas empiris

menggunakan rumus korelasi product moment untuk validasi angket.

Untuk menghitung validitas angket digunakan rumus korelasi product

moment2 sebagai berikut:

rxy = N∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y )

√ { N∑X2 - ( ∑X )2} {N∑Y2 – ( ∑Y )2}

Keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi .r. product moment N = Jumlah responden ∑XY = Jumlah hasil perkalian atara skor x dan y ∑X = jumlah skor X ∑Y = Jumlah skor Y

1 Ahmad sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta:UIN

Jakarta Press, 2006), h. 105 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), h.

72

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

44

Untuk menguji kevalidan angket maka angket diujicobakan kepada

kelas XII yang telah mendapat konsep pencemaran lingkungan. Dari 30

pernyataan yang diujikan, terdapat 20 pernyataan yang valid, dan ke-20

pernyataan ini lah yang digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada

subjek yang sama.3 Untuk menghitung reliabilitas angket digunakan rumus

Alpha Cronbach4

r11 = k

k-1

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = Total varians butir

σt2 = Total varians

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas angket sebesar

0,82.

G. Teknik Analisis Data

Data yang akan diolah adalah data hasil angket, untuk data hasil

wawancara, observasi dan catatan lapangan hanya dideskripsikan saja sebagai

data pendukung.

Setelah angket dinyatakan valid dan reliabel, kemudian angket tersebut

digunakan dalam pengumpulan data. Hasil dari pengumpulan data tersebut

akan diuji normalitas dan uji homogenitas, dan dari skor angket tersebut, sikap

siswa pada pola hidup bersih dan sehat akan dikategorisasikan.

3 Ibid, h. 90 4 Azuar juliandi, Uji ReliabilitasInstrumen Penelitian dengan Cronbach Alpha (manual)

(tersedia:http://www.azuarjuliandi.com)

∑ σb2 1 – σt2

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

45

Sebagai gambaran untuk mengetahui sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat, digunakan pedoman kategorisasi yang merujuk pada lima

interval yang disusun berdasarkan skor item terendah sampai tertinggi. Skor

dari masing-masing item yaitu 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk

jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban setuju dan 4 untuk jawaban sangat

setuju. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh subjek pada

skala tersebut adalah 20 (yaitu 20 x 1) dan skor tertinggi adalah 80 (yaitu 20 x

4). Maka rentang skor skala sebesar 60 (yaitu 80-20). Maka dapat diperoleh

hasil interpretasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat sebagaimana

disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Pedoman kategorisasi sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat

Interval Kategori

20 – 45 Sangat Buruk

46 – 55 Buruk

56 – 65 Cukup baik

66 – 75 Baik

76- 80 Sangat baik

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu

kai kuadrat,5 dengan rumus X2 = ∑ (fo – ft)2 / ft.

Jika data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji

homogenitas yang digunakan untuk membuktikan apakah sampel yang

diambil berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan

yaitu uji fisher,6 dengan rumus sebagai berikut:

5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

2004), h. 389 6 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung:PT. Tarsito Bandung, 2005), h. 249

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

46

F = S2 b

S2 k

Keterangan:

F = koefisien F test

Sb = Varian kelompok yang besar

Sk = Varian kelompok yang kecil

Jika data yang diperoleh normal dan homogen, maka digunakan uji

parametrik yaitu uji t dalam pengujian hipotesisnya, dengan rumus sebagai

berikut:

t =

Keterangan:

X1 = rata-rata kelompok kelas kontrol

X2 = rata-rata kelompok kelas eksperimen

n1 = jumlah kelompok kontrol

n2 = jumlah kelompok eksperimen

Sg = varians gabungan7

H. Hipotesis Statistik

Ho = µA = µB

H1 = µA > µB

Keterangan:

Ho = Tidak ada perbedaan rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola

hidup bersih dan sehat antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

H1= Terdapat perbedaan rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

µA= Rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

yang diajar menggunakan model pembelajaran konsiderasi

µB= Rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

yang diajar tidak menggunakan model konsiderasi

7 Ibid, h. 239

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian mulai dari deskripsi

data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesa, pembahasan dan pelbagai

permasalahan yang ditemui dalam penelitian lapangan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berkenaan dengan sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat yang diukur melalui angket, sedangkan data

kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan lembar observasi penerapan pembelajaran konsiderasi.

1. Deskripsi Data

a. Hasil Angket Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh

skor hasil angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang

diajar menggunakan model konsiderasi (kelas eksperimen) dan skor

hasil angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diajar

menggunakan model ekspositori (kelas kontrol).

1) Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

Tabel 4.1. Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan

sehat

Statistik Kelas eksperimen Kelas kontrol

n (jumlah siswa) 23 24

Skor maksimal 73 76

Skor minimal 54 48

Mean 74,4 71,85

Median 65 60

Modus 61 60

Standar deviasi 3,36 5,12

Varians 11,29 26,21 50

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

48

Berdasarkan data tersebut, rata-rata skor angket sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat kelas eksperimen lebih tinggi

dibanding kelas kontrol dengan selisih skor sebesar 2,55.

2) Kategorisasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

Tabel 4.2. Persentase kategori sikap kelas eksperimen

No Interval Kategori Jumlah n Prosentase

1 20 – 45 Sangat buruk 0 0.0% 2 46 – 55 Buruk 1 4.4% 3 56 – 65 Cukup baik 15 65.2% 4 66 – 75 Baik 7 30.4% 5 76 – 80 Sangat baik 0 0.0%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 65,2%

siswa termasuk dalam interval 56 – 65, yaitu sebanyak 15 orang,

sehingga 65,2% siswa kelas eksperimen memiliki sikap yang

cukup baik terhadap pola hidup bersih dan sehat. Sedangkan yang

sudah memiliki sikap yang baik terhadap pola hidup bersih dan

sehat sebesar 30,4%.

Lebih jelasnya, data kategori sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat dapat digambarkan dalam diagram pie seperti

tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.1. Persentase Sikap Kelas Eksperimen Terhadap Pola

Hidup Bersih dan Sehat

Sedangkan hasil persentase untuk kelas kontrol diperoleh

hasil sebagai berikut:

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

49

Tabel 4.3. Persentase kategori sikap kelas kontrol

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 54% siswa termasuk dalam interval 56

bersih dan sehat hanya 21%.

Lebih jelasnya, data kategori sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat dapat digambarkan dalam diagram pie seperti

tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.2. Persentase Sikap Kelas Kontrol Terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat

Berdasarkan data persentase yang diperoleh, dapat

disimpulkan bahwa sikap siswa kelas eksperimen lebih baik dari

pada sikap siswa kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4. Perbandingan persentase sikap siswa pada kelas kontrol

dan eksperimen

No. Interval Kategori Jumlah N prosentase

1 20 – 45 Sangat buruk 0 0% 2 46 – 55 Buruk 6 25% 3 56 – 65 Cukup baik 13 54% 4 66 – 75 Baik 5 21% 5 76 – 80 Sangat baik 0 0%

No. Interval Kategori Prosentase

Kls. Kontrol

Kls. Eksperimen

1 20 – 45 Sangat buruk 0% 0.0% 2 46 – 55 Buruk 25% 4.4% 3 56 – 65 Cukup baik 54% 65.2% 4 66 – 75 Baik 21% 30.4% 5 76 – 80 Sangat baik 0% 0.0%

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

50

2. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini, pengujian persyaratan analisis yang

digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data

dilakukan menggunakan uji Kai Kuadrat sedangkan uji homogenitasnya

menggunakan uji Fisher.

a. Uji normalitas

Untuk mengetahui sampel yang diambil berdistribusi normal

atau tidak, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan uji Kai Kuadrat untuk pengujian normalitas sampel yang

diambil.

Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian normalitas kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.5. Hasil uji kai-kuadrat kelas eksperimen

Statistik Kelas eksperimen

N 23

Lo 12,32

Lt (α = 0,01) 13,227

Kesimpulan Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan uji kai-kuadrat, diperoleh hasil

Lo < Lt (12,32 < 13,227), maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang

diambil untuk kelas eksperimen berdistribusi normal.

Tabel 4.6. Hasil uji kai-kuadrat kelas kontrol

Statistik Kelas kontrol

N 24

Lo 5,919

Lt (α = 0,05) 9,488

Kesimpulan Ho diterima

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

51

Berdasarkan hasil perhitungan uji kai-kuadrat kelas kontrol

diperoleh hasil Lo < Lt (5,919 < 9,488), maka dapat disimpulkan

bahwa sampel yang diambil untuk kelas kontrol berdistribusi normal.

Penyebaran data dari skor sikap siswa pada pola hidup bersih

dan sehat adalah normal, baik kelas kontrol maupun eksperimen. Maka

dilanjukan dengan uji homogenitas sebagaimana yang akan disajikan.

b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui sampel yang diambil homogen atau tidak

digunakan uji homogenitas. Uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan uji Fisher. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian uji

Fisher

Tabel 4.7. Hasil uji Fisher

Statistik Nilai S1

2 11,29 S2

2 26,21 Fo 2,32

Ft (α = 0,01) 2,702 Kesimpulan Ho diterima

Berdasarkan hasil uji Fisher yang telah dilakukan diperoleh Fo

sebesar 2,32, sehingga Fo < Ft (2,32 < 2,72), maka data sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat adalah homogen.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dan uji

homogenitas diketahui bahwa data sikap siswa pada pola hidup bersih

dan sehat adalah normal dan homogen, sehingga untuk pengujian

hipotesisnya dilakukan menggunakan uji parametrik berupa uji t

sebagaimana yang akan disajikan.

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

52

3. Analisis Uji Hipotesis

Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis yang

dirumuskan dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. berikut ini

disajikan tabel hasil uji t.

Tabel 4.8. Hasil uji t

Statistik Nilai

X1 74,4

X2 71,85

S12 11,29

S22 26,21

df 45

thitung 2,06

ttabel (α = 0,05) 2,02

Kesimpulan Ha diterima

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa thitung sebesar 2,06.

Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis yang dirumuskan,

maka terlebih dahulu nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Apabila

nilai thitung lebih besar dibandingkan nilai ttabel maka hipotesis nol (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Nilai ttabel pada taraf level of

significant 5% ( = 0,05) dengan degree freedom (df) = 45 adalah sebesar

2,02. Dengan demikian jika dibandingkan maka thitung > t tabel (2,06 > 2,02),

ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain model

pembelajaran konsiderasi berpengaruh terhadap sikap siswa pada pola

hidup bersih dan sehat.

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

53

4. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang, tiga orang

perwakilan dari kelas kontrol dan tiga orang lagi perwakilan dari kelas

eksperimen. Ketiga orang tersebut terdiri dari satu orang perwakilan dari

tiap kategori sikap yang telah ditentukan. Dari hasil kategorisasi sikap

siswa melalui hasil angket, maka diambil satu orang dengan kategori sikap

buruk, satu orang dengan kategori sikap cukup baik dan satu orang dari

kategori sikap baik.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa merasa belum puas

dengan keadaan sekolah saat ini, menurut mereka masih banyak yang

harus dibenahi berkenaan dengan kebersihan dan kesehatan sekolah,

walaupun ada siswa yang acuh tak acuh terhadap lingkungan sekolahnya.

Dilihat dari sisi kesehatan diri, mereka cukup bisa menjaga kesehatannya

walaupun ada beberapa halangan yang salah satunya faktor ekonomi.

Dilihat dari sisi kesehatan rumah dan keluarga, masih banyak anggota

keluarga siswa bahkan siswa tersebut terutama laki-laki yang merokok dan

tidak memiliki ventilasi yang cukup.

Pencemaran di lingkungan sekolah pun membuat mereka kurang

nyaman untuk belajar, mereka sadar akan pengaruhnya terhadap kesehatan

dan untuk itu mereka memiliki saran-saran yang membangun yang perlu

diperhatikan oleh sekolah dan seluruh anggota sekolah.

5. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Konsiderasi

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dibantu pihak

sekolah, pembelajaran menggunakan model konsiderasi terlihat lebih aktif

dan mendorong siswa untuk tidak hanya memahami perasaan diri sendiri

tetapi juga memahami perasaan orang lain sehingga tidak hanya menyadari

akan pentingnya kesehatan tetapi merumuskan sendiri apa yang bisa

direalisasikan untuk mengurangi pencemaran yang ada sehingga kesehatan

bisa terus terjaga baik kesehatan diri, keluarga, sekolah, maupun

lingkungan.

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

54

Dengan pembelajaran konsiderasipun menumbuhkan sikap

toleransi dan menghargai pendapat orang lain karena pada sesi diskusi

diberi kesempatan mengungkapkan perasaan yang dirasakan sehingga

lebih menghargai perasaan orang lain.

Dilihat dari sisi guru, pembelajaran menggunakan model

konsiderasi mendorong guru untuk lebih mampu memfokuskan perhatian

siswa, memilih kesesuaian situasi yang diberikan dengan kehidupan siswa

dan tidak otoriter dalam penentuan sikap siswa untuk menjaga kebersihan

dan kesehatan.

6. Hasil Catatan Lapangan

Pertemuan pertama, masih banyak yang bingung pada langkah

kedua dan ketiga model pembelajaran konsiderasi, siswa yang mengobrol

dengan temannya pun kurang lebih ada enam orang dan ketika diberi

pertanyaan mereka tidak bisa menjawab.

Pada pertemuan kedua, siswa sudah dapat mengerti apa yang

disampaikan guru dan siswa yang pada pertemuan sebelumnya mengobrol

lebih diperhatikan sehingga masih bisa terkontrol.

Pada pertemuan ketiga, siswa sudah mengerti apa yang harus

dilakukan sehingga siswa lebih kooperatif dan memperhatikan, sehingga

diskusi kelas menjadi lebih hidup.

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

55

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh data bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor angket kelas kontrol dengan

kelas eksperimen. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang

artinya bahwa model konsiderasi berpengaruh signifikan terhadap sikap siswa

pada pola hidup bersih dan sehat.

Model konsiderasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

sikap siswa sudah dapat terlihat dari langkah-langkah model pembelajaran

konsiderasi sendiri. Pada langkah-langkah pembelajaran ini, siswa diposisikan

pada suatu keadaan yang menuntut afektifnya, bagaimana perasaan siswa jika

berada pada posisi tertentu, pada penelitian ini mereka diposisikan dalam

keadaan sakit. Setelah itu siswa mengungkapkan apa yang dirasakannya di

depan kelas, dengan demikian siswa bisa tahu apa yang dirasakan orang lain

yang mungkin tidak dirasakannya sehingga timbul rasa toleransi dan empati

sehingga lebih menghargai kesehatan yang selama ini kurang mereka

perhatikan. Pada pembelajaran inipun siswa tidak dituntut untuk mengambil

keputusan sesuai keinginan guru tetapi diberi kebebasan untuk menentukan

tindakan apa yang akan diambil sehingga tidak ada otoriter guru dalam

pengambilan keputusan. Dengan demikian siswa mengambil keputusannya

sendiri tanpa paksaan dan hal ini tentunya akan membentuk afektif siswa

secara lebih kuat karena berasal dari keinginannya sendiri.

Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model ekspositori

lebih terfokus kepada ceramah materi ajar sehingga lebih menekankan ke

kognitif siswa. Walaupun pada proses pembelajaran terdapat nasihat guru agar

lebih menjaga kesehatan namun karena hal itu hanya sebatas anjuran guru

maka hanya beberapa siswa yang mengindahkannya. Hal ini dapat terlihat dari

prosentase kategori sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat.

Model pembelajaran konsiderasi berpengaruh signifikan terhadap

sikap siswa hal ini sesuai dengan tujuan Mc. Phail dan C. Rogers sebagai

pencipta model ini yang ingin mengembangkan kepribadian anak yang peduli

sehingga tidak mementingkan sisi kognitif saja.

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

56

Dilihat dari perkembangannya, model konsiderasi awalnya diterapkan

pada pembelajaran moral seperti PKn, namun berkembang sehingga

penerapannya lebih meluas. Salah seorang yang telah menerapkan model

konsiderasi pada pelajaran biologi yaitu Meti Maspupah pada tahun 2007

dalam penelitian tesisnya. Meti Maspupah menerapkan model konsiderasi

pada konsep ekologi dan ternyata model ini dapat meningkatkan tidak hanya

sikap tetapi minat dan hasil belajar siswa pun meningkat.1

Aspek sikap (afektif) memiliki kontribusi yang cukup besar dalam

penentuan kesuksesan seseorang dibanding aspek kognitif dan psikomotor. 80

% kesuksesan seseorang ditentukan dari aspek afektifnya.2 Tentunya hal ini

menjadi salah satu keunggulan model konsiderasi yang memfokuskan tujuan

pembelajaran pada sisi afektif yang berarti bahwa ketika tujuan model

pembelajaran ini tercapai maka sudah ikut berkontribusi dalam kesuksesan

siswanya.

Model pembelajaran hanya salah satu faktor eksternal pembentuk

sikap siswa, ada salah satu faktor pembentuk sikap siswa yang tidak kalah

penting yaitu guru atau pendidik dan bagaimana cara guru atau pendidik

tersebut mengajar. Dalam model pembelajaran konsiderasi tidak hanya

berorientasi pada siswa yang harus baik sikapnya tetapi pendidik pun harus

lebih baik karena penerapan model ini menuntut guru harus menjadi model di

dalam kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat, menjauhi

sikap otoriter. Guru harus menciptakan kebersamaan, saling membantu, saling

menghargai dan sebagainya. Model ini pun menuntut guru dalam hal

bagaimana cara mengajar menggunakan model ini. Pada tahap awal

pembelajaran konsiderasi guru dituntut untuk dapat membawa perasaan

siswanya dalam posisi tertentu, dan hal ini dirasakan penulis tidak mudah,

butuh keahlian yang cukup untuk mengajak pikiran dan perasaan siswa terlibat

dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil catatan lapangan pada

pertemuan pertama, khususnya langkah kedua dan ketiga model pembelajaran

1 Meti Maspupah, Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Nilai

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa pada Konsep Ekologi (Tesis:Pascasarjana UPI Bandung, 2007)

2 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006), h. 13

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

57

konsiderasi masih banyak siswa yang bingung tentang apa yang harus

dituliskan dalam kertas yang telah disediakan.

Peneliti meyakini bahwa ketika seorang pendidik sudah mempunyai

keterampilan yang baik dalam membawa pikiran dan perasaan siswa ikut

dalam pembelajaran model ini maka hasil yang lebih signifikan akan tercapai.

Hal ini telah terbukti melalui ESQ ala Ari Ginanjar yang dapat mensugesti

banyak orang untuk meraih kesuksesan dalam hidup walaupun hanya satu kali

ikut serta.

Faktor lain yang diduga menjadi penyebab berbedanya skor sikap

siswa pada pola hidup bersih dan sehat yaitu faktor lingkungan baik

lingkungan sekolah maupun rumah atau keluarga. Dilihat dari hasil

wawancara kepada perwakilan kelas eksperimen diketahui bahwa lingkungan

sekolah belum cukup mendukung untuk berperilaku sehat dan masih banyak

siswa yang di lingkungan keluarganya pun belum mendukung berperilaku

hidup bersih dan sehat, dan belum mendukungnya lingkungan sekolah dan

keluarga tersebut ternyata tidak lepas dari masalah ekonomi.

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran konsiderasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap siswa pada pola hidup

bersih dan sehat dengan nilai thitug 2,06 > ttabel 2,02 pada taraf signifikansi 0,05

dan df 45. Hal ini didukung melalui data hasil wawancara dan observasi

bahwa sikap siswa di kelas eksperimen lebih peduli terhadap kebersihan dan

kesehatan dari pada kelas kontrol yang bersikap acuh tak acuh terhadap

kebersihan dan kesehatan, baik kebersihan dan kesehatan diri, sekolah, rumah,

maupun lingkungan dan pada proses pembelajaranpun kelas eksperimen lebih

aktif, fokus dan memiliki toleransi terhadap temannya dibandingkan dengan

kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka disarankan

sebagai berikut:

1. Guru dalam proses belajar mengajar khususnya biologi sebaiknya

menggunakan model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada

aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif.

2. Untuk penelitian lebih lanjut tentang model konsiderasi hendaknya dapat

memposisikan siswa pada situasi tertentu secara lebih kreatif, misalnya

dengan bermain peran atau langsung terjun ke lapangan jika

memungkinkan.

3. Untuk mewujudkan sikap atau perilaku siswa yang bersih dan sehat dapat

dimulai dengan membenahi lingkungan sekolah agar lebih mendukung

terciptanya kesehatan sekolah dan masyarakat sekolah sehingga

kenyamanan belajar akan tercipta.

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

59

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdul Ghani Kanesan dan Azizah Binti Ismail. 2008. Teachers

Knowledge, Attitude, and Awareness of Sustainnable development Education Among Urban Malaysian School (Anima, Indonesian Psychological Journal 2008, Vol. 23, No. 2, 159-164)

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. Brockway, Jennifer Howard, et all. Development and Validation of Scale for

Measuring Cynical Attitudes Toward College (Jurnal of Educational Psychology 2001, No. 1. 210-224)

Curriculum Corporation. 2003. Value Education Study Final Report. Australia:

Department of Education, Science and Training. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. 2006. Pedoman

Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Makasar: Subdin Promosi dan Kesehatan Masyarakat.

Djuwita, Puspa. 2001. Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar

Mengajar PPKN Bagi Siswa II.A SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu. Laporan Penelitian. Universitas Bengkulu.

Do, Seung Lee dan Diane Lemonnier Schallert, Emotions and Classroom talk:

Toward a Model of the Role of Affect in Students’ Experiences of Classrom Discussions (Jurnal of Educational Psychology 2004, vol 96. No. 4. 619-634)

Fernandez-Manzanal, Rosario, at. all. 2008. Evaluation of Environmental

Attitudes: Analisys and Result of a Scale Applied to University Student. Wiley InterScience: Jornal of Sciens Education DOI 10.1002/sce.

Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Giner-Sorolla, Roger. Guilty Pleasures and Grim Necessities: Affective Attitudes

in Dilemmas of Self-Control (Jurnal of Personality and Social Psychology 2001, vol. 80. No. 2. 206-221)

Hasanah, Neneng Laila. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang

Mikrobiologi Dengan Sikap terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

60

Hanurawan, Fattah dan Peter Waterworth. 2004. Applying Critical Thinking to Value Education. Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 11, No. 2.

Heryawan, Iwan. 2007. Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Tidak

Mungkin Berjalan Sendirian. Majalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Indeks. Luthfi, Ikhwan, dkk. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga penelitian UIN

Jakarta. Maspupah, Meti. 2007. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan

Pendekatan Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa Pada Konsep Ekologi. Tesis tidak diterbitkan. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Muslih, Moh. 2007. Strategi Pendidikan Nilai Moral (Jurnal Forum Tarbiyah vol.

5, No. 1, juni 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Pangabean, Yusri, dkk. 2007. Strategi, Model, dan Evaluasi. Bandung: Bina

Media Informasi. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip desain Pembelajaran. Jakarta:

Kencana. Prentice, William E. 2004. Get Fit Stay Fit. New York: The McGraw-Hill

Companies. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Rahmadani, Dani. 2005. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Mata Kuliah

Dasar Umum (MKDU) (Studi Kasus Pada Jurusan MKDU-FPIPS-UPI). Disertasi tidak diterbitkan. Program Pascasarjana UPI.

Rena, Ravinder. 2006. Value-Based Education for Human Development-Eritrean

Perspective (A Quarterly Journal Published By The Department of Education, at The University of South Carolina.Vol. 18, Fall, pp. 1-7).

Rossdiana, Vanda. 2005. Program intervensi sosial untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi UI. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

61

Sarifudin. 2002. Pembelajaran Biologi Dalam Pembentukan Sikap Positif dan Etika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 9, Nomor 1, Mei.

Shaluhiyah, Zahroh. 2007. Socio-Cultural And Socio-Sexsual Factors Influence

The Premarital Sexsual Behavior of Javanese Youth In The Era of HIV/AIDS (Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.2 / No. 2 / Agustus 2007).

Shephard, Kerry. 2008. Higher Education for Sustainability:Seeking Affective

Learning Outcomes (International Journal of Sustainability in Higher Education, V 9 n 1 p 87-98 2008).

Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.

Jakarta: UIN Jakarta Press

Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Model Pembelajaran Afektif (sikap). Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/model-pembelajaran-afektif-sikap/. [26 Jan 2009]

--------. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan

Model Pembelajaran. Tersedia: http//www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran. [28 April 2009]

Sukowati, Supratman dan Shinta. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam

Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat. Artikel Media litbang Kesehatan Volume XIIi Nomor 2 Tahun 2003.

Supranto, J. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Suprayetkti. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata

Pelajaran IPA di SD. Tersedia: http://www.teknologipendidikan.net.2005). [29 mei 2009]

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. Tilarso, Hario. 2005. Panduan Peningkatan Kesehatan Santri. Jakarta: CV.

Kutabuloh Manunggal. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI …

62

Trisnahada. 2006. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Sains Di Madrasah Tsanawiyah. Tesis tidak diterbitkan. Sekolah Pascasarjana UPI.

Tumanggor, Rusmin, dkk. 2005. Wanita dan Kesehatan. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.