-
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP
TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
(Universitas Sebelas Maret)
ABSTRACT: This study is conducted to determine the effect of
IFRS convergence and
foreign ownership toward timely loss recognition (TLR) on
companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control
variables such as firm size,
profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is
measured by the ratio of the
large negative net income adopted from Lang et al. (2006). The
sampling procedure is
purposive sampling producing 540 listed companies in the period
2009-2012. The method of
analysis is the logistic regression. The results show that the
convergence of IFRS and foreign
ownership do not have significance association with TLR. In
contrast, firm size and
profitability show a significant association with TLR.
Keywords: conditional conservatism, foreign ownership, IFRS
convergence, timely loss
recognition.
Pendahuluan
Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder)
menggunakan laporan
keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan.
Investor, kreditur, suplier,
pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya untuk kepentingan
investasi, pemberian
kredit, analisis keberlangsungan usaha dan evaluasi kinerja.
Oleh karena itu, penyediaan
informasi yang berkualitas sangat penting agar pengambilan
keputusan dilakukan dengan
tepat.
-
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, informasi yang
disajikan dengan benar
saja tidak cukup. Perusahaan harus menyajikan informasi dengan
cara yang mudah
dimengerti dan dapat dibandingkan, minimal dengan perusahaan
dengan karakteristik sejenis.
Globalisasi juga menyebabkan investasi asing dan ekspansi ke
luar negeri bertambah,
sehingga masalah bahasa pun menjadi unsur penting dalam
penyajian laporan keuangan agar
dapat dipahami. Munculnya International Financial Reporting
Standard (IFRS) yang
diterbitkan International Accounting Standard Board (IASB)
sebagai organisasi internasional
yang independen menjadi solusi atas kebutuhan laporan keuangan
yang berkualitas. IASB
mengembangkan dan membuat standar baru yang menjanjikan kualitas
yang lebih baik pada
laporan keuangan.
Seiring dengan banyaknya negara-negara di Eropa dan Asia yang
menerapkan IFRS
dan mengadopsinya menjadi standar akuntansi di negara mereka,
Indonesia pun dituntut
untuk menerapkan standar Internasional. Sebagai negara yang
tergabung dalam Group of 20
Leaders (G20) dan anggota International Federation of
Accountants (IFAC), Indonesia
memiliki kewajiban untuk mematuhi Statement Membership
Obligation (SMO) untuk
menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi dan menyatakan
komitmennya untuk
menerapkan IFRS secara penuh pada tahun 2012. Namun dalam
penerapannya, Indonesia
mengalami kendala, terutama kendala sumber daya dan bahasa.
Tidak seperti negara-negara
lain yang bahasa negaranya berupa bahasa inggris, Indonesia
kesulitan mencari padanan kata
yang tepat untuk mengartikan standar IFRS. Selain itu juga
terdapat beberapa standar yang
tidak relevan seperti IFRS 1 tentang First-time adoption of
International Financial Reporting
Standard dan beberapa standar mengalami modifikasi seperti IFRIC
15 tentang Agreements
for the Construction of Real Estate dan IAS 27 tentang
Consolidated and Separate Financial
Statements. Dengan adanya beberapa perubahan tersebut, daripada
dikatakan mengadopsi,
-
Indonesia menerapkan IFRS dengan konvergensi karena standar yang
diterapkan tidak 100%
sama dengan standar aslinya.
Dengan adanya komitmen Indonesia menerapkan standar
internasional, menjadikan
Indonesia semakin diminati investor asing karena Indonesia
memiliki pangsa pasar yang
banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Banyak investor asing
yang mulai berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia atau melakukan ekspansi
di Indonesia. Sejalan
dengan hasil penemuan De Fond et al. (2011) yang menemukan
adanya peningkatan pada
foreign mutual fund dengan adanya penerapan IFRS. Selain
meningkatkan pendapatan
negara, adanya investor asing juga meningkatkan kinerja
perusahaan dengan tata kelola
perusahaan yang semakin baik. Tata kelola yang semakin baik akan
meningkatkan kualitas
laporan keuangan (Fanani, 2009).
Salah satu karakteristik kualitatif pelaporan keuangan yang
terdapat dalam rerangka
konseptual IFRS adalah timeliness. Timeliness merupakan salah
satu komponen yang
dipertimbangkan dalam konservatisme. Konservatisme merupakan
prinsip yang menyatakan
bahwa pengakuan suatu peristiwa ekonomi harus dilakukan dengan
hati-hati, terutama yang
dapat berdampak pada pengambilan keputusan. Dalam prinsip
konservatisme, penelitian
seperti Basu (1997) menyatakan bahwa bad news akan lebih sering
diakui dengan lebih tepat
waktu (timely fashion) dibandingkan good news, yang dalam hal
ini bad news mengacu pada
kerugian dan good news mengacu pada keuntungan. Sedangkan
Kuspratiwi (2014)
menggambarkan konservatisme dengan mengakui rugi lebih cepat
(timely) daripada laba.
Dengan mengakui kerugian lebih cepat, perusahaan mengantisipasi
potensi kerugian di masa
mendatang.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada TLR pernah diteliti
sebelumnya. Seperti
ukuran perusahaan (Arum, 2013; Outa 2011; Francis & Martin,
2010; Chua et al., 2012;
Jayaraman, 2012; Lang et al., 2006; Sun et al., 2011; Ball &
Shivakumar, 2005; Sianipar &
-
Marsono, 2013; Barth et al., 2008; Nikolaev, 2006), leverage
(Cohen, 2003; Nikolaev, 2006;
Arum, 2013, Barth et al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013;
Ball & Shivakumar, 2005; Sun et
al., 2011; Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010; Chua
et al., 2012; Outa, 2011), kualitas
audit (Basu et al., 2001; Ball & Shivakumar, 2005; dan
Jayaraman, 2012), profitabilitas
(Jayaraman, 2012) dan penerapan standar baru di suatu negara
(Jayaraman, 2012; Paglietti,
2009; dan Barth et al., 2008). Ukuran perusahaan berpengaruh
pada TLR karena
berhubungan dengan agency cost. Begitu pula dengan leverage.
Leverage yang tinggi
cenderung meningkatkan agency cost karena ketatnya pengawasan
oleh kreditur sehingga
pengakuan rugi cenderung lebih tepat waktu (Cohen, 2003). Ukuran
auditor berhubungan
dengan TLR karena independensi yang dimilikinya. Semakin besar
auditor, akan semakin
tinggi tingkat independensinya karena auditor harus menjaga
kualitas. Sedangkan penerapan
standar yang baru berkaitan dengan kesiapan perangkat dan
regulasi di suatu negara. Apabila
tidak ada kesiapan, baik dari perusahaan maupun regulator, maka
efektivitas standar yang
baru tidak akan tercapai. Dengan begitu kualitas informasi
akuntansi pun tidak menjadi lebih
baik.
Penelitian lain terkait TLR banyak dilakukan, seperti pengaruh
penerapan IFRS pada
TLR. Beberapa penelitian berfokus pada pengujian apakah terdapat
perbaikan kualitas
pelaporan dan kualitas informasi setelah diterapkannya IFRS.
Dari hasil penelitian
sebelumnya, beberapa penelitian menyatakan terdapat peningkatan
kualitas laporan keuangan
setelah menerapkan IFRS seperti Barth et al. (2008), Chua et al.
(2012), Outa (2011, dan
Arum (2013). Namun ada juga penelitian yang menyatakan tidak ada
peningkatan kualitas
antara sebelum dengan sesudah penerapan IFRS seperti penelitian
yang dilakukan oleh
Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), dan Sianipar &
Marsono (2013). Dalam hal ini,
Paglietti (2009) berpendapat bahwa:
although the higher association between accounting numbers and
share prices after IFRS adoption demonstrates that investors
consider accounting information useful
-
for their economic decisions, the persistence (or even the
worsening) of earnings
management practices probably suggests that the inherent
flexibility in principle-based
IFRS do not lead managers towards the issue of financial
statements characterized by
improved accounting quality,
sedangkan Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa
kurangnya infrastruktur, seperti
financial accounting standard setter, kondisi peraturan
perundang-uandangan yang belum
bisa mengakomodasi standar IFRS menjadi faktor penerapan IFRS
belum maksimal,
sehingga kualitas informasi yang diharapkan belum tercapai. Pada
penelitian lain terkait
TLR, Ball & Shivakumar (2005) menemukan bahwa private firms
melaporkan kualitas laba
yang rendah dengan mengakui rugi lebih lambat daripada laba.
Penelitian menemukan bahwa
hal itu dikarenakan adanya permintaan pasar yang rendah, yaitu
adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dan investor untuk tidak mengakui
rugi lebih cepat. Lang et
al. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh rekonsiliasi
laporan akuntansi pada
perusahaan cross-listing terhadap TLR dan beberapa variabel
kualitas laba lain dan
menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih lambat pada
perusahaan crosslisted.
Dengan adanya berbagai pertentangan dari penelitian TLR,
peneliti pun tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, dalam literatur
TLR, belum banyak penelitian
yang menghubungkan pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR.
Perbaikan kualitas
timeliness setelah penerapan IFRS juga masih banyak yang belum
dapat membuktikannya,
sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh IFRS terhadap
TLR.
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition
Konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai suatu prinsip
kehati-hatian dalam
pengakuan suatu kejadian ekonomi. Menurut Ball & Shivakumar
(2005), terdapat dua macam
konservatisme, yaitu unconditional conservatism dan conditional
conservatism.
Unconditional conservatism diartikan sebagai adanya bias
akuntansi pada pelaporan nilai
-
buku dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan menunda
mengakui pendapatan pada
suatu periode atau mengurangi pengakuan pendapatan secara
konstan untuk setiap periode.
Sedangkan conditional conservatism lebih menekankan pada
pengakuan rugi yang lebih tepat
waktu daripada pengakuan laba sering disebut sebagai asimetri
pengakuan rugi sehingga
banyak peneliti yang menjadikannya sebagai ukuran dari kualitas
laporan keuangan.
Kinerja yang baik seringkali dinilai dari perolehan laba atau
pencapaian target laba oleh
manajer. Adanya dorongan terhadap manajer untuk memperlihatkan
kinerja yang baik pun
membuat manajer memiliki insentif untuk memanipulasi laba.
Akibatnya, informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan menjadi tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya dan
penuh dengan unsur kepentingan. Dengan mengakui kerugian lebih
tepat waktu dibandingkan
dengan mengakui laba, manajer mengesampingkan kepentingannya dan
memberikan
informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Disamping itu,
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (timely loss recognition)
bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajer dan kreditur.
Bagi manajer, pengakuan
rugi yang lebih tepat waktu dapat membuat keputusan akuisisi
yang lebih menguntungkan
(Francis & Martin, 2010), mendorong manajer untuk segera
mengambil tindakan atas potensi
kerugian, dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan
principal, dengan begitu,
mengurangi potensi konflik keagenan (Ball & Shivakumar,
2005). Bagi kreditur, informasi
manajemen yang mengakui rugi lebih tepat waktu dapat membantu
kreditur untuk membuat
kontrak kredit yang lebih baik dan menguntungkan (Ball &
Shivakumar, 2005).
International Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS
di Indonesia
IFRS atau standar pelaporan akuntansi internasional merupakan
standar akuntansi yang
banyak diadopsi dan dijadikan referensi di berbagai negara di
dunia. IFRS dibuat oleh IASB
sebagai jawaban atas kebutuhan informasi yang dapat dipahami dan
diperbandingkan.
Kebutuhan standar yang sama dalam skala internasional muncul
dengan semakin hilangnya
-
batas antar negara dan memungkinkan perdagangan dan investasi
dilakukan di seluruh dunia.
Alfredson et al. (2007) menyatakan bahwa dimulai dari tahun
1960-an batas pasar modal
antar negara mulai menipis, dan terus meningkat di tahun 1970-an
hingga tahun 1980-an dan
memicu investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan
lainnya mengajukan keluhan
dengan adanya perbedaan antara informasi akuntansi yang
dihasilkan antara satu negara
dengan negara lain sehingga sulit diperbandingkan. Selain itu,
informasi yang disajikan
perusahaan seringkali sulit dipahami dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) dan dalam hal ini, IASB terbukti
menghasilkan standar yang
berkualitas tinggi karena hingga kini IFRS telah diadopsi dan
diterapkan di 138 negara di
dunia.
Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Perkembangan globalisasi dan pesatnya pertumbuhan ekonomi
menuntut tersedianya
informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan akutabilitas
dari manajemen perusahaan
(Prasetya, 2012). Investor ingin mengetahui bagaimana
investasinya dikelola dan kreditur
ingin mengetahui bagaimana perusahaan dapat mengembalikan
pinjamannya. Dimulai pada
tahun 2006, dilakukan harmonisasi standar akuntansi di Indonesia
menuju IFRS.
Dalam melakukan harmonisasi standar IFRS, Indonesia tidak
melakukan proses adopsi
seperti banyak negara lain, tetapi melakukan konvergensi standar
akuntansi dengan
mengubah standar akuntansi yang ada sebelumnya menjadi berbasis
IFRS dan mengadakan
sedikit perubahan agar sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi
Indonesia, serta tidak
mengadopsi standar yang tidak relevan. Proses konvergensi IFRS
dimulai tahun 2006 dan
hingga tahun 2012, Indonesia telah memiliki 62 standar akuntansi
berbasis IFRS.
Perumusan Hipotesis
Penerapan IFRS di Indonesia didorong tidak hanya oleh penerapan
IFRS di negara-
negara Eropa dan negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Singapura, dan Australia, tetapi
-
juga karena adanya keinginan untuk menyajikan laporan keuangan
yang lebih berkualitas
seperti yang tertuang dalam Framework for the Preparation and
Presentation of Financial
Statements yang diterbitkan oleh IASC (sekarang berganti menjadi
IASB). Dalam rerangka
tersebut dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya IASC adalah untuk
membuat standar pelaporan
keuangan yang berkualitas dan dapat diterima.
Berdasarkan tujuan IASC, dibuatlah standar pelaporan keuangan
yang berdasarkan
principle based dan menghilangkan standar yang dapat memicu
alternatif penggunaan standar
untuk kepentingan manajemen, serta menganjurkan penggunaan
metode akuntansi yang dapat
meningkatkan transparansi informasi oleh perusahaan. IFRS dibuat
berdasarkan beberapa
kriteria tersebut. Pada principle based, perusahaan menerapkan
metode akuntansi
berdasarkan prinsipnya, bukan teknisnya karena adanya perbedaan
karakteristik di setiap
jenis industri sehingga memungkinkan informasi yang dihasilkan
perusahaan lebih
mencerminkan kondisi perusahaan. Kemudian IFRS menghilangan
standar yang berpotensi
memberikan manajemen alternatif untuk menggunakan metode
akuntansi yang hanya
didasarkan kepentingan, bukannya transparansi. Oleh karena itu,
dengan adanya pelaporan
yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan, laporan dan
informasi yang dihasilkan lebih
berkualitas, dan salah satu kualitas laporan keuangan yang
meningkat, yaitu pada
ketepatanwaktu (timeliness) yang diterapkan pada pengakuan
rugi.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh IFRS pada
timely loss
recognition (TLR) dan menemukan adanya pengaruh signifikan
positif. Seperti hasil
penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan
Chua et al. (2012) menemukan
adanya pengakuan rugi yang lebih tepat waktu setelah penerapan
IFRS. Namun ada juga
beberapa penelitian yang tidak menemukan adanya peningkatan TLR
setelah penerapan IFRS
seperti penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa
(2011), dan Sun et al. (2011).
Walaupun terdapat hasil penelitian yang menemukan tidak adanya
peningkatan TLR,
-
Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa perbaikan
kualitas laporan keuangan belum
akan terlihat pada early adopter dikarenakan belum siapnya
regulasi dan perangkat yang
mendukung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berpendapat
bahwa konvergensi IFRS
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan pengakuan
rugi yang lebih tepat
waktu, sehingga hipotesis pertama dirumuskan sebagai
berikut:
H1: IFRS berpengaruh positif pada peningkatan timely loss
recognition.
Hipotesis kedua terkait pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR.
Teori institusional
mengemukakan adanya proses peniruan dan penerapan suatu budaya
atau norma yang
dianggap baik dan melegitimasinya menjadi aturan yang berlaku di
suatu organisasi
(DiMaggio & Powell, 1983). Institutional theory sendiri
merupakan teori yang mendasari
fenomena perubahan suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor institusional yang
menekan suatu organisasi untuk menjadi isomorphic. Isomorphic
merupakan fenomena
dimana suatu organisasi menjadi homogen, yaitu dalam hal norma
atau konsep organisasi dan
juga standar operasionalnya menjadi sama dengan organisasi lain
yang menghadapi kondisi
lingkungan serupa (DiMaggio & Powell, 1983).
Berdasarkan teori institusional tersebut, dengan masuknya
investor asing akan
membawa konsekuensi pada praktik manajemen perusahaan untuk
mengikuti praktik
manajemen di negara asal karena dianggap lebih baik dan
mengarahkan manajemen untuk
menerapkan aturan, sistem pelaporan internal, dan prinsip
pengungkapan pelaporan yang
sama. Menurut Chevalier et al. (2006), masuknya invetor asing
dalam suatu perusahaan dapat
meningkatkan praktik corporate governance menjadi lebih baik.
Namun demikian, tidak
semua tipe investor asing berpengaruh pada peningkatan corporate
governance. Investor
asing yang berinvestasi bisa saja dimiliki atau mempunyai
hubungan istimewa dengan
Indonesia sehingga best practice yang diterapkan tidak berbeda
dan tidak ada peningkatan.
Kepemilikan domestik pada perusahaan asing yang kemudian
menanamkan kembali
-
modalnya di Indonesia biasanya dilakukan untuk menghindari pajak
sehingga banyak
perusahaan Indonesia yang kemudian menanamkan modalnya di tax
haven country, dengan
begitu, pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu
juga terdapat insentif untuk
menutupi pemilik utama perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa
kepemilikan asing akan
berpengaruh pada praktik corporate governance yang lebih baik
dan dengan begitu, kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih berkualitas
sehingga peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan asing berpengaruh positif pada timely loss
recognition.
Metode Penelitian
Sampel
Peneliti melakukan observasi terhadap 1748 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2009 sampai dengan 2012.
Data diperoleh dari website
Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD). Dari
populasi data yang terdaftar di BEI, sebanyak 151 perusahaan
pada tahun 2009, 136
perusahaan pada tahun 2010, 126 perusahaan pada tahun 2011 dan
127 perusahaan pada
tahun 2012 yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh
peneliti. Peneliti
menggunakan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling
dengan kriteria
sebagai berikut.
1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012,
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2012,
3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di
industri perbankan dan
berstatus BUMN,
-
4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross
listing), karena peraturan yang
digunakan perusahaan cross listing menggunakan dasar peraturan
yang berlaku di luar
negeri sehingga peraturan yang digunakan berbeda,
5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada
periode sampel,
6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember,
karena perbedaan
periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai keuangan yang
dilaporkan,
7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
Pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan metode
purposive sampling
adalah sebagai berikut.
---------------TABEL 1---------------
Variabel Penelitian
Pengukuran pada timely loss recognition diukur dengan Large
Negative Net Income
(LNEG) merujuk pada penelitian Lang et al. (2005). Dalam
penelitian yang dilakukan Ball et
al. (2000) menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam isu
internasional adalah kesediaan
perusahaan untuk mengakui rugi yang besar pada periode
terjadinya dan bukannya mengakui
kerugian secara bertahap. Perusahaan cenderung menyebarkan
efeknya di beberapa periode,
dengan begitu perusahaan bermaksud meratakan perolehan
keuntungannya. Hal tersebut
dapat dikategorikan sebagai perataan laba (earning smoothing),
yang dalam kasus ini,
pengakuan laba yang besar akan sangat jarang terjadi. Oleh
karena itu, penelitian yang
dilakukan Lang et al. (2006) menggunakan pengakuan laba yang
besar pada suatu periode
akuntansi untuk mengukur TLR sebagai salah satu indikator
kualitas laba. Lang et al (2006)
mengukur TLR dengan membagi laba bersih dengan total aset.
Apabila hasilnya kurang dari -
0.20 akan diberi kode 1 dan selain itu akan diberi kode 0.
Persamaannya adalah sebagai
berikut.
-
12
Peneliti kemudian memasukkan variabel IFRS serta kepemilikan
asing, yang dalam hal
ini, kepemilikan asing diukur dengan dua proksi. Model 1 pada
variabel kepemilikan asing
akan menggunakan persentase kepemilikan saham asing (FRG1),
sedangkan pada model 2
akan menggunakan genuine (FRG2). Penggunaan pengukuran yang
berbeda dikarenakan
keaslian investor asing dapat berpengaruh pada kualitas
corporate governance, sehingga
sangat penting untuk melihat apakah investor asing benar-benar
dimiliki oleh perusahaan atau
perorangan asing dan tidak berasal dari perusahaan yang
berdomisili di area tax haven
country. Oleh karena itu, diperoleh dua model regresi logistik
sebagai berikut.
Model 1: (1)
Model 2: (2)
Keterangan:
LNEG = Large Negative Net Income, diukur dengan membagi laba
bersih dengan total aset.
Apabila hasilnya < -0,20 diberi kode 1, selain itu diberi
kode 0
IFRS = perusahaan yang telah menerapkan SAK konvergensi IFRS
diberi kode 1,
sedangkan yang belum mengadopsi diberi kode 0
FRG1 = persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak
asing
FRG2 = sama dengan 1 apabila kepemilikan saham oleh asing
>20% dan bukan merupakan
negara tax haven, kemudian kode 0 untuk kepemilikan saham 20%
yang berada di negara tax haven
SIZE = diukur dengan total aset perusahaan
-
13
DER = rasio leverage dengan membagi total liabilitas dengan
total ekuitas
ROA = Return on Assets, laba bersih setelah pajak dibagi dengan
rata-rata total aset
AUD = sama dengan 1 apabila auditor independen perusahaan
merupakan anggota BIG 4,
selain itu diberi kode 0
Hasil Penelitian
Hasil Pengujian Deskriptif dan Uji Beda
-----------TABEL 2----------
Dari hasil uji deskriptif, standar deviasi tertinggi dimiliki
oleh variabel ukuran
perusahaan. Hal itu karena sampel yang digunakan tidak dibatasi
dan variasi ukuran
perusahaan yang digunakan sebagai sampel sangat beragam, dari
perusahaan yang hanya
memiliki aset 2,9 Milyar, hingga perusahaan dengan aset 78.879,5
Milyar. Sedangkan pada
hasil uji beda rata-rata variabel independen, hanya variabel ROA
yang memiliki signifikansi
kurang dari 0.05, yang berarti, hanya variabel ROA yang memiliki
nilai rata-rata yang sama
secara signifikan terhadap TLR.
Hasil Pengujian Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen
Tabel 3 menunjukkan hasil regresi logistik antara variabel
dependen dengan variabel
independen serta variabel kontrol. Hasil pengujian regersi
logistik pada Model 1 maupun
Model 2 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara konvergensi
IFRS dengan TLR. Hasil
ini didukung oleh hasil Uji Mann-Whitney U. Hal ini tidak sesuai
dengan Hipotesis 1 yang
berarti H1 ditolak. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung
beberapa penelitian terdahulu
seperti Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua
et al. (2012) yang menemukan
adanya pengaruh positif yang signifikan.
Namun hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian
terdahulu seperti
penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011),
dan Sun et al. (2011) yang tidak
menemukan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya IFRS. Hal
ini menunjukkan
-
14
bahwa regulasi dan perangkat yang mendukung jalannya IFRS masih
belum berfungsi
dengan baik. Selain itu perusahaan juga terlihat belum siap
menghadapi perubahan standar
akuntansi. Dalam penelitian yang dilakukan Christensen et al.
(2007) dan Paananen & Lin
(2009) menemukan adanya pengaruh pada peningkatan TLR pada IFRS
voluntary adopter,
namun tidak pada forced adopter. Selain itu, pada hasil regresi
penelitian ini juga
menunjukkan adanya arah yang negatif walaupun tidak berpengaruh
signifikan. Hal ini
menunjukkan adanya indikasi penurunan TLR setelah konvergensi
IFRS yang mengarah pada
penurunan kualitas informasi akuntansi. Dalam hal ini, Paananen
& Lin (2009) mengatakan
bahwa adanya penurunan kualitas akuntansi yang semakin menurun
bukan dikarenakan
adanya perusahaan yang menerapkan IFRS, tetapi karena adanya
perubahan standar.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerapkan IFRS per 1
Januari 2012, sehingga
memaksakan perusahaan untuk sudah menerapkan standar konvergensi
IFRS per tahun 2012.
Namun tampaknya hal itu tidak dibarengi dengan kesiapan
perusahaan untuk memahami dan
menerapkan standar yang baru. Pemahaman yang kurang akhirnya
membuat penerapan
standar IFRS tidak maksimal dan tidak ada peningkatan pada
kualitas informasi akuntansi.
-----------TABEL 3----------
Kemudian pada variabel kepemilikan asing, hasil pengujian tidak
menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap TLR yang berarti H2 ditolak.
Hasil tersebut sesuai dengan
hasil uji beda T-Test dan U-Test pada variabel kepemilikan
asing. Keberadaan pemilik asing
berdasarkan persentase tidak berpengaruh pada peningkatan
pengakuan rugi yang semakin
tepat waktu, begitu pula dengan keaslian dan keberadaan pemilik
asing di jajaran manajemen
perusahaan.
Tujuan dari mengaburkan kepemilikan atau penempatan perusahaan
di negara-negara
tax haven biasanya adalah untuk mengurangi pembayaran pajak.
Indonesia menetapkan pajak
tidak hanya pada penghasilan, namun juga keuntungan. Tentunya
sebagai seorang pengusaha
-
15
ataupun perusahaan yang beroriantasi pada laba, mereka
menginginkan pengorbanan sekecil-
kecilnya dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Di sisi lain,
perusahaan ingin terlihat
menarik di mata investor dan kreditur agar pihak-pihak tersebut
mau berinvestasi di
perusahaan sehingga stockholder dan manajemen memiliki
kepentingan yang sama untuk
menyajikan informasi lebih menarik. Dengan adanya insentif
tersebut, manajemen akan
menghindari pengakuan rugi yang besar di suatu periode dan
memilih untuk meratakannya
(smooth) di periode-periode berikutnya (Lang et al., 2006), yang
berarti tingkat asimetri
antara pengakuan rugi dan laba semakin kecil. Ball &
Shivakumar (2005) menyatakan bahwa
perusahaan yang sangat berfokus pada perpajakan, dividen, dan
kebijakan lainnya
mengarahkan pada permintaan yang rendah pada informasi yang
berkualitas, dalam hal ini
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu dibandingkan dengan
pengakuan laba.
Selain itu, terdapat kelemahan pada metode penelusuran
berdasarkan keaslian yang
diterapkan oleh peneliti. Peneliti melakukan penilaian bahwa
dengan adanya saham yang
ditempatkan di negara-negara tax haven diasumsikan bahwa
ultimate owner merupakan orang
Indonesia yang bertujuan mengurangi pajak. Hal itu menyebabkan
judgement peneliti pada
pemilik perusahaan yang berbasis di tax haven country adalah
tidak asli. Padahal terdapat
kemungkinan bahwa pemilik yang berbasis di tax haven country
tersebut adalah benar-benar
orang atau organisasi asing. Hasil penelitian pun akhirnya
menjadi bias dan menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan.
Walau tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, baik FRG1
maupun FRG2
menunjukkan arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan kepemilikan asing
mengarah pada perbaikan kualitas informasi akuntansi yang
semakin baik, sesuai dengan
institutional theory. Teori ini mengungkapkan adanya proses
legitimasi pada praktik atau
aturan yang dianggap baik. Dengan masuknya pemilik asing yang
telah berhasil di negara
-
16
asal diharapkan mampu memperbaiki kinerja perusahaan di negara
berkembang ini, dan
mengarahkan pada kualitas informasi akuntansi yang semakin
baik.
Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan variabel IFRS dan kepemilikan asing
tidak berpengaruh
pada TLR, baik pada Model 1 maupun Model 2. Hasil ini tidak
mendukung penelitian
sebelumnya seperti penelitian Christensen et al. (2007), Barth
et al. (2008), dan Chua et al.
(2012) yang mengatakan terdapat pengaruh signifikan antara
konvergensi IFRS dan
kepemilikan asing terhadap perbaikan kualitas akuntansi, dalam
hal ini peningkatan
pengakuan rugi yang tepat waktu.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama; peneliti
hanya menguji variabel
TLR dengan LNEG yang berfokus pada pengakuan rugi yang besar
oleh perusahaan, padahal
indikator ketepatan waktu pengakuan rugi bisa dilihat tidak
hanya dari pengakuan rugi yang
besar, tetapi juga bisa terlihat dari indikator lain, seperti
penerapan akuntansi berbasis akrual
(Ball & Shivakumar, 2005). Kedua; peneliti menggunakan
sampel periode tahun 2009-2012,
dengan menggunakan cut off konvergensi pada tahun 2011. Hal ini
mungkin menjadikan
variabel IFRS tidak berpengaruh karena standar IFRS baru saja
diterapkan sehingga belum
terlihat adanya perubahan kualitas informasi akuntansi. Standar
akuntansi juga belum
diterapkan secara efektif karena penerapannya yang bertahap,
sehingga terdapat
kemungkinan bahwa belum seluruh standar berbasis IFRS diterapkan
oleh perusahaan sampai
dengan mandatory full adoption di tahun 2012. Ketiga; peneliti
hanya menelusur kepemilikan
asing dengan kriteria yang telah ditentukan dan tidak sampai
pada ultimate ownership.
Padahal dengan tidak dilakukannya penelusuran sampai dengan
ultimate ownership akan
membuat judgment peneliti mengenai keaslian pemilik asing
menjadi lemah. Hal ini karena
terdapat kemungkinan bahwa ultimate owner memang benar-benar
orang atau organisasi
asing. Penelusuran tidak dilakukan karena sumber yang resmi
sulit diperoleh. Walaupun
-
17
terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pemegang saham perusahaan
sampai pada tingkat
individu, banyak perusahaan yang tidak mematuhinya dan tidak
mengungkapkan pemilik
saham akhirnya dalam annual report. Akibatnya penelusuran
pemegang saham akhir pun
tidak dapat dilakukan.
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut, peneliti
memberikan beberapa saran
untuk penelitian selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya pada
variabel TLR, peneliti dapat
menggunakan alat ukur lain seperti Accrual-based test (Ball
& Shivakumar, 2005), Basus
stock return model (Bushman et al., 2011), dan Skewness of EPS
(Lang et al., 2006) untuk
melakukan pengujian lebih lanjut. Apabila melakukan penelitian
mengenai kualitas informasi
akuntansi setelah konvergensi IFRS, peneliti sebaiknya
menggunakan sampel perusahaan
diatas tahun 2012. Selain regulasi yang lebih matang,
infrastruktur pendukung penerapan
standar yang baru juga diperkirakan telah mendukung sehingga
kualitas laporan keuangan
yang dihasilkan perusahaan menjadi lebih baik. Pada variabel
kepemilikan asing, peneliti
dapat melakukan penelitian tingkat keaslian pemilik asing sampai
pada ultimate ownership di
perusahaan melalui sumber yang lebih resmi, misalnya akta
notaris perusahaan sehingga hasil
penelitian dapat lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Aflatooni, A., & Mokarami, M. (2013). Real Earnings
Management and Timely Loss
Recognition. Research Journal of Recent Sciences, 2(12),
28-37.
Aisbitt, S. (2006). Assessing the Effect of the Transition to
IFRS on Equity: The Case of the
FTSE 100. Accounting in Europe, 3, 117-133.
Alfredson, K., Leo, K., Picker, R., Pacter, P., Radford, J.,
& Wise, V. (2007). Appliying
International Financial Reporting Standard. Queensland: John
Willey & Sons
Australia.
Arum, E. D. (2013). Implementation of International Financial
Reporting Standards (IFRS)
and the Quality of Financial Statement Information in Indonesia.
Research Journal of
Finance and Accounting, 4(19), 200-209.
Ball, R., & Shivakumar, L. (2005). Earnings Quality in U.K.
Private Firms: Comparative
Loss Recognition Timeliness. Journal of Accounting and
Economics, 39(1), 83-128.
-
18
Ball, R., Kothari, S. P., & Robin, A. (2000). The Effect of
International Institutional Factors
on Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and
Economics, 29(1),
1-51.
Ball, R., Robin, A., & Sadka, G. (2008). Is Financial
Reporting Shaped by Equity Markets or
by Debt Markets? An International Study of Timeliness and
Conservatism. Review of
Accounting Studies, 13(2-3), 168-205.
Ball, R., Robin, A., & Wu, J. S. (2000). Accounting
Standards, the Institutional Environment
and Issuer Incentives: Effect on Timely Loss Recognition in
China. Asia-Pacific
Journal Accounting, 7, 71-96.
Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H. (2008).
International Accounting Standards
and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3),
467-498.
Basu, S. (1997). The Conservatism Principle and the Assymetric
Timeliness of Earnings.
JJournal of Accounting and Economics, 24(1), 3-37.
Basu, S., Hwang, L.-S., & Jan, C.-L. (2001). Differences in
Conservatism between Big Eight
and Non-Big Eight Auditors. Working Paper, Temple University,
Seoul National
University, and California State University.
Bhattacharjee, D., & Rudra, T. (2012). Does IFRs Influence
Earnings Management?
Evidence from India. Journal of Management Research , 4(1).
Biddle, G. C., Hilary, G., & Verdi, R. S. (2009). How Does
Financial Reporting Quality
Relate to Investment Efficiency? Journal of Accounting and
Economics, 48(2), 112-
131.
Bopkin, G. A., & Isshaq, Z. (2009). Corporate Governance,
Disclosure and Foregn Share
Ownership on the Ghana Stock Exchange. Managerial Auditing
Journal, 24(7), 688-
703.
Bozcuk, A. E. (2012). Performance Effects of Early IFRS Adoption
by Turkish Firms. World
of Accounting Science, 14(3), 1-12.
BPKP, T. C. (2014, Nopember 20). Good Corporate Governance.
Retrieved from Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan:
http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good-corporate.bpkp
Brauer, S., Leuschner, C.-F., & Westermann, F. (2011). Does
the Introduction of IFRS
Change the Timeliness of Loss Recognition? Evidence from German
Firms. Working
Paper, Osnabrueck University.
Bushman, R., Piotroski, J. D., & Smith, A. J. (2011).
Capital Allocation and Timely
Accounting Recognition of Economic Losses. Journal of Business
Finance and
Accounting, 38(1-2), 1-33.
Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2012). Adopsi IFRS dan
Relevansi Nilai Informasi
Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 105-115.
Chevalier, A., Prasetyantoko, A., & Rokhim, R. (2006).
Foreign Ownership and Corporate
Governance Practices in Indonesia. Working Paper, Ecole Normale
Suprieure de
Lyon, European School of Management Paris, Bisnis Indonesia
Daily Jakarta.
Christensen, H. B., Lee, E., & Walker, M. (2007). Incentives
or Standards: What Determine
Accounting Quality Changes Around IFRS Adoption? Working Paper,
Manchester
Business School.
-
19
Chua, Y. L., Cheong, C. S., & Gould, G. (2012). The Impact
of Mandatory IFRS Adoption
on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of
International Accounting
Research, 11(1), 119-146.
Clements, C., Neill, J., & Stovall, O. (2010). Cultural
Diversity, Country Size, and The IFRS
Adoption Decision. Journal of Applied Business Research,
115-126.
Cohen, D. A. (2003). Quality of Financial Reporting Choice:
Determinants and Economic
Consequence. Working Paper, Nortwestern University.
DeFond, M., Hu, X., Hung, M., & Li, S. (2011). The Impact of
Mandatory IFRS Adoption on
Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability.
Journal of Accounting
and Economics, 51, 240-258.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The Iron Cage
Revisited: Institutional
Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields.
American
sociological review, 48(2), 147-160.
Djati, B. P. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Pusat Penerbitan Akademi
Akuntansi YKPN.
Easton, P. D., Nikolaev, V., & Lent, L. (2009). Price
Convexity, Debt-Related Agency Costs,
and Timely Loss Recognition. Working Paper, University of
Chicago, University of
Notre Dame, and Tilburg University.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and
Review. Academy of
Management Review, 14(1), 57-74.
Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor
Penentu Konsekuensi
Ekonomis . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 20-45.
Francis, J. R., & Wang, D. (2008). The Joint Effect of
Investor Protection and Big 4 Audits
on Earnings Quality Around the World. Contemporary Accounting
Research, 25 (1),
157-191.
Francis, J., & Martin, X. (2010). Acquisition Profitability
and Timely Loss Recognition.
Journal of Accounting and Economics, 49(1), 161-178.
Gaston, S. C., Garcia, C. F., Jarne, J. I., & Gadea, J. A.
(2010). IFRS Adoption in Spain and
the United Kingdom: Effects on Accounting Numbers and Relevance.
Advances in
Accounting, Incorporating Advances in International Accounting
26, 304-313.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax
Purposes. (2013). Tax
Transparancy 2013; Report on Progress. Paris: OECD.
Gormley, T. A., Kim , B. H., & Martin, X. (2012). Do Firms
Adjust Their Timely Loss
Recognition in Response to Changes in the Banking Industry?
Journal of Accounting
Research, 50(1), 159-196.
Hill, C. W., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder-Agency
Theory. Journal of Management
Studies, 29(2), 131-154.
Horton, J., Serafeim, G., & Serafeim, I. (2013). Does
Mandatory IFRS Adoption Improve the
Information Environtment? Contemporary Accounting Research,
30(1), 388-423.
-
20
Houqe, M. N., Zijl, T. v., Dunstan, K., & Karim, W. (2012).
The Effect of IFRS Adoption
and Investor Protection on Earnings Quality Around the World.
The International
Journal of Accounting, 47(3), 333-355.
Imhof, M. J. (2014). Timely Loss Recognition, Agency Cost and
the Cash Flow Sensitivity of
Firm Investment. Academy of Accounting and Financial Studies
Journal, 18(3).
Institute for Economic and Financial Research. (2010).
Indonesian Capital Market Directory
2010. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2011).
Indonesian Capital Market Directory
2011. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2012).
Indonesian Capital Market Directory
2012. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2013).
Indonesian Capital Market Directory
2013. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Jayaraman, S. (2012). The Effect of Enforcement on Timely Loss
Recognition: Evidence
from Insider Trading Laws. Journal of Accounting and Economics,
53(1), 77-97.
Jeanjean, T., & Stolowy, H. (2008). Do Accounting Standards
Matter? An Exploratory
Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption.
Journal of
Accounting and Public Policy, 480-494.
Juan, N. E., & Wahyuni, E. T. (2012). Panduan Praktis
Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Kuspratiwi, I. (2014). Pengaruh Konvergensi IFRS dan Kepemilikan
Saham Asing terhadap
Konservatisme Akuntansi. Skripsi, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Lang, M., Raedy, J. S., & Wilson, W. (2006). Earnings
Management and Cross Listing: Are
Reconciled Earnings Comparable to US Earnings? Journal of
Accounting and
Economics, 42(1), 255-283.
Lang, M., Raedy, J. S., & Yetman, M. H. (2003). How
Representative Are Firms That Are
Cross-Listed in the United States? An Analysis of Accounting
Quality. Journal of
Accounting Research, 41(2), 363-386.
Major, E., & Marques, A. (2009). IFRS Introduction,
Corporate Govenance and Firm
Performance: Evidence from Portugal. Journal of Applied
Management Accounting
Research, 7(2), 55-70.
Nikolaev, V. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely
Loss Recognition. Working
Paper, Tilburg University.
Nobes, C. W., & Stadler, C. (2014). The Qualitative
Characteristics of Financial Information,
and Managers Accounting Decisions Evidence from IFRS Policy
Changes. Working Paper, London University and Sidney
University.
Outa, E. R. (2011). The Impact of International Financial
Repoting Standards (IFRS)
Adoption on Accounting Quality of Listed Companies in Kenya.
International
Journal of Accounting and Financial Reporting, 1(1),
212-241.
Paananen, M., & Lin, H. (2009). The Development of
Accounting Quality of IAS and IFRS
Over Time: the Case of Germany. Journal of International
Accounting Research,
8(1), 31-55.
-
21
Paglietti, P. (2009). Earnings Management, Timely Loss
Recognition and Value Relevance in
Europe Following the IFRS Mandatory Adoption: Evidence from
Italian Listed
Companies. International Business Review, 4, 97-117.
Perramon, J., & Amat, O. (2006). IFRS Introduction and Its
Effect on Listed Companies in
Spain. Working Paper, Pompeu Fabra University.
Prasetya, F. D. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(4), 113-117.
Rohaeni, D., & Aryati, T. (2012). Pengaruh Konvergensi IFRS
terhadap Income Smoothing
dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Simposium Nasional
Akuntansi, 15, 1-26.
Sekaran, U. (2011). Research Methods for Business: Metodologi
Penelitian untuk Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Sianipar, G. A., & Marsono. (2013). Analisis Komparasi
Kualitas Informasi Akuntansi
Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia.
Diponegoro Journal of
Accounting, 2(3), 1-11.
Sodan, S., & Barac, Z. A. (2013). Asymmetric Timeliness of
Earnings across Corporate Life-
Cycle Stages. Journal of American Business Review, 1(2),
143-149.
Stent, W., Bradbury, M., & Hooks, J. (2010). IFRS in New
Zealand: Effects on Financial
Statements and Ratios. Pacific Accounting Review, 22(2),
92-107.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sun, J., Cahan, S., & Emanuel, D. (2011). How Would the
Mandatory Adoption of IFRS
Affect the Earnings Quality of U.S. Firms? Evidence from
Cross-Listed Firms in the
U.S. Accounting Horizons, 25(4), 837-860.
Tendeloo, B. V., & Vanstraelen, A. (2005). Earnings
Management under German GAAP
versus IFRS. European Accounting Review Vol. 14 (1),
155-180.
Valeri, N. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss
Recognition. Working
Paper, Tilburg University.
Widagdo, A. K. (2014). Audit Committee Rules in Indonesia:
Determinants of Compliance
and There Association with Restatements. Doctoral Disertation,
University of
Malaya.
-
22
LAMPIRAN
TABEL 1. Prosedur Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah
2009 2010 2011 2012
Perusahaan yang terdaftar di BEI 402 428 446 472
Perusahaan Perbankan dan BUMN (41) (41) (45) (49)
Perusahaan cross listing (1) (0) (0) (0)
Perusahaan delisted pada periode sampel (5) (5) (6) (8)
Perusahaan cut off selain Desember (4) (6) (6) (7)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap (200) (240) (263)
(281)
Total sampel penelitian per Tahun 151 136 126 127
Total sampel penelitian 540
Sumber: data diolah
TABEL 2. Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda
N Min Max Mean Std. Dev. Sig.
T-Test
Sig.
U-Test
IFRS 540 0 1 .47 .499 .459
FRG1 540 .000 .993 .294 .304 .800
FRG2 540 0 1 .23 .423 .958
SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642 .897
DER 540 -51.309 12833.417 25.522 552.242 .624
ROA 540 -1.729 1.055 -.015 .171 .000
AUD 540 0 1 .23 .422 .474
Valid N
(listwise) 540
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS:
kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan
saham perusahaan oleh
pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing
yang berdomisili di
negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total
liabilitas dibagi dengan total
ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata
total aset, AUD: indikator
kualitas audit.
TABEL 3. Tabel Variables in the Equation
Model 1
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -1.012 .652 2.411 1 .121 .364
FRG1 1.593 .915 3.030 1 .082 4.918
SIZE .000 .000 3.917 1 .048 1.000
DER -.007 .028 .066 1 .798 .993
ROA -25.241 3.806 43.982 1 .000 .000
AUD .680 .700 .944 1 .331 1.975
Constant -5.982 .841 50.616 1 .000 .003
-
23
Model 2
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -.832 .627 1.760 1 .185 .435
FRG2 .634 .614 1.064 1 .302 1.885
SIZE .000 .000 2.807 1 .094 1.000
DER -.005 .027 .039 1 .844 .995
ROA -24.699 3.634 46.185 1 .000 .000
AUD .591 .696 .721 1 .396 1.805
Constant -5.535 .721 58.954 1 .000 .004
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS:
kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan
saham perusahaan oleh
pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing
yang berdomisili di
negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total
liabilitas dibagi dengan total
ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata
total aset, AUD: indikator
kualitas audit.