Top Banner
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION Asfarina Irfani Fadila (Universitas Sebelas Maret) ABSTRACT: This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and foreign ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as firm size, profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured by the ratio of the large negative net income adopted from Lang et al. (2006). The sampling procedure is purposive sampling producing 540 listed companies in the period 2009-2012. The method of analysis is the logistic regression. The results show that the convergence of IFRS and foreign ownership do not have significance association with TLR. In contrast, firm size and profitability show a significant association with TLR. Keywords: conditional conservatism, foreign ownership, IFRS convergence, timely loss recognition. Pendahuluan Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan laporan keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan. Investor, kreditur, suplier, pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya untuk kepentingan investasi, pemberian kredit, analisis keberlangsungan usaha dan evaluasi kinerja. Oleh karena itu, penyediaan informasi yang berkualitas sangat penting agar pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat.
23

Pengaruh Konvergensi Ifrs dan Kepemilikan Asing Terhadap Timely Loss Recognition

Nov 09, 2015

Download

Documents

This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and foreign ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as firm size, profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured by the ratio of the large negative net income adopted from Lang et al. (2006). The sampling procedure is purposive sampling which produce 540 listed companies in the period 2009-2012. The method of analysis is the logistic regression. The results show that the convergence of IFRS and foreign ownership do not have significance association with TLR. In contrast, firm size and profitability show a significant association with TLR.
Keywords: conditional conservatism, foreign ownership, IFRS convergence, timely loss
recognition.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP

    TIMELY LOSS RECOGNITION

    Asfarina Irfani Fadila

    (Universitas Sebelas Maret)

    ABSTRACT: This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and

    foreign ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia

    Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as firm size,

    profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured by the ratio of the

    large negative net income adopted from Lang et al. (2006). The sampling procedure is

    purposive sampling producing 540 listed companies in the period 2009-2012. The method of

    analysis is the logistic regression. The results show that the convergence of IFRS and foreign

    ownership do not have significance association with TLR. In contrast, firm size and

    profitability show a significant association with TLR.

    Keywords: conditional conservatism, foreign ownership, IFRS convergence, timely loss

    recognition.

    Pendahuluan

    Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan laporan

    keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan. Investor, kreditur, suplier,

    pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya untuk kepentingan investasi, pemberian

    kredit, analisis keberlangsungan usaha dan evaluasi kinerja. Oleh karena itu, penyediaan

    informasi yang berkualitas sangat penting agar pengambilan keputusan dilakukan dengan

    tepat.

  • Dengan semakin berkembangnya globalisasi, informasi yang disajikan dengan benar

    saja tidak cukup. Perusahaan harus menyajikan informasi dengan cara yang mudah

    dimengerti dan dapat dibandingkan, minimal dengan perusahaan dengan karakteristik sejenis.

    Globalisasi juga menyebabkan investasi asing dan ekspansi ke luar negeri bertambah,

    sehingga masalah bahasa pun menjadi unsur penting dalam penyajian laporan keuangan agar

    dapat dipahami. Munculnya International Financial Reporting Standard (IFRS) yang

    diterbitkan International Accounting Standard Board (IASB) sebagai organisasi internasional

    yang independen menjadi solusi atas kebutuhan laporan keuangan yang berkualitas. IASB

    mengembangkan dan membuat standar baru yang menjanjikan kualitas yang lebih baik pada

    laporan keuangan.

    Seiring dengan banyaknya negara-negara di Eropa dan Asia yang menerapkan IFRS

    dan mengadopsinya menjadi standar akuntansi di negara mereka, Indonesia pun dituntut

    untuk menerapkan standar Internasional. Sebagai negara yang tergabung dalam Group of 20

    Leaders (G20) dan anggota International Federation of Accountants (IFAC), Indonesia

    memiliki kewajiban untuk mematuhi Statement Membership Obligation (SMO) untuk

    menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi dan menyatakan komitmennya untuk

    menerapkan IFRS secara penuh pada tahun 2012. Namun dalam penerapannya, Indonesia

    mengalami kendala, terutama kendala sumber daya dan bahasa. Tidak seperti negara-negara

    lain yang bahasa negaranya berupa bahasa inggris, Indonesia kesulitan mencari padanan kata

    yang tepat untuk mengartikan standar IFRS. Selain itu juga terdapat beberapa standar yang

    tidak relevan seperti IFRS 1 tentang First-time adoption of International Financial Reporting

    Standard dan beberapa standar mengalami modifikasi seperti IFRIC 15 tentang Agreements

    for the Construction of Real Estate dan IAS 27 tentang Consolidated and Separate Financial

    Statements. Dengan adanya beberapa perubahan tersebut, daripada dikatakan mengadopsi,

  • Indonesia menerapkan IFRS dengan konvergensi karena standar yang diterapkan tidak 100%

    sama dengan standar aslinya.

    Dengan adanya komitmen Indonesia menerapkan standar internasional, menjadikan

    Indonesia semakin diminati investor asing karena Indonesia memiliki pangsa pasar yang

    banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Banyak investor asing yang mulai berinvestasi

    pada perusahaan-perusahaan di Indonesia atau melakukan ekspansi di Indonesia. Sejalan

    dengan hasil penemuan De Fond et al. (2011) yang menemukan adanya peningkatan pada

    foreign mutual fund dengan adanya penerapan IFRS. Selain meningkatkan pendapatan

    negara, adanya investor asing juga meningkatkan kinerja perusahaan dengan tata kelola

    perusahaan yang semakin baik. Tata kelola yang semakin baik akan meningkatkan kualitas

    laporan keuangan (Fanani, 2009).

    Salah satu karakteristik kualitatif pelaporan keuangan yang terdapat dalam rerangka

    konseptual IFRS adalah timeliness. Timeliness merupakan salah satu komponen yang

    dipertimbangkan dalam konservatisme. Konservatisme merupakan prinsip yang menyatakan

    bahwa pengakuan suatu peristiwa ekonomi harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang

    dapat berdampak pada pengambilan keputusan. Dalam prinsip konservatisme, penelitian

    seperti Basu (1997) menyatakan bahwa bad news akan lebih sering diakui dengan lebih tepat

    waktu (timely fashion) dibandingkan good news, yang dalam hal ini bad news mengacu pada

    kerugian dan good news mengacu pada keuntungan. Sedangkan Kuspratiwi (2014)

    menggambarkan konservatisme dengan mengakui rugi lebih cepat (timely) daripada laba.

    Dengan mengakui kerugian lebih cepat, perusahaan mengantisipasi potensi kerugian di masa

    mendatang.

    Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada TLR pernah diteliti sebelumnya. Seperti

    ukuran perusahaan (Arum, 2013; Outa 2011; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012;

    Jayaraman, 2012; Lang et al., 2006; Sun et al., 2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar &

  • Marsono, 2013; Barth et al., 2008; Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003; Nikolaev, 2006;

    Arum, 2013, Barth et al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball & Shivakumar, 2005; Sun et

    al., 2011; Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Outa, 2011), kualitas

    audit (Basu et al., 2001; Ball & Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012), profitabilitas

    (Jayaraman, 2012) dan penerapan standar baru di suatu negara (Jayaraman, 2012; Paglietti,

    2009; dan Barth et al., 2008). Ukuran perusahaan berpengaruh pada TLR karena

    berhubungan dengan agency cost. Begitu pula dengan leverage. Leverage yang tinggi

    cenderung meningkatkan agency cost karena ketatnya pengawasan oleh kreditur sehingga

    pengakuan rugi cenderung lebih tepat waktu (Cohen, 2003). Ukuran auditor berhubungan

    dengan TLR karena independensi yang dimilikinya. Semakin besar auditor, akan semakin

    tinggi tingkat independensinya karena auditor harus menjaga kualitas. Sedangkan penerapan

    standar yang baru berkaitan dengan kesiapan perangkat dan regulasi di suatu negara. Apabila

    tidak ada kesiapan, baik dari perusahaan maupun regulator, maka efektivitas standar yang

    baru tidak akan tercapai. Dengan begitu kualitas informasi akuntansi pun tidak menjadi lebih

    baik.

    Penelitian lain terkait TLR banyak dilakukan, seperti pengaruh penerapan IFRS pada

    TLR. Beberapa penelitian berfokus pada pengujian apakah terdapat perbaikan kualitas

    pelaporan dan kualitas informasi setelah diterapkannya IFRS. Dari hasil penelitian

    sebelumnya, beberapa penelitian menyatakan terdapat peningkatan kualitas laporan keuangan

    setelah menerapkan IFRS seperti Barth et al. (2008), Chua et al. (2012), Outa (2011, dan

    Arum (2013). Namun ada juga penelitian yang menyatakan tidak ada peningkatan kualitas

    antara sebelum dengan sesudah penerapan IFRS seperti penelitian yang dilakukan oleh

    Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), dan Sianipar & Marsono (2013). Dalam hal ini,

    Paglietti (2009) berpendapat bahwa:

    although the higher association between accounting numbers and share prices after IFRS adoption demonstrates that investors consider accounting information useful

  • for their economic decisions, the persistence (or even the worsening) of earnings

    management practices probably suggests that the inherent flexibility in principle-based

    IFRS do not lead managers towards the issue of financial statements characterized by

    improved accounting quality,

    sedangkan Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa kurangnya infrastruktur, seperti

    financial accounting standard setter, kondisi peraturan perundang-uandangan yang belum

    bisa mengakomodasi standar IFRS menjadi faktor penerapan IFRS belum maksimal,

    sehingga kualitas informasi yang diharapkan belum tercapai. Pada penelitian lain terkait

    TLR, Ball & Shivakumar (2005) menemukan bahwa private firms melaporkan kualitas laba

    yang rendah dengan mengakui rugi lebih lambat daripada laba. Penelitian menemukan bahwa

    hal itu dikarenakan adanya permintaan pasar yang rendah, yaitu adanya kesamaan

    kepentingan antara manajemen dan investor untuk tidak mengakui rugi lebih cepat. Lang et

    al. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh rekonsiliasi laporan akuntansi pada

    perusahaan cross-listing terhadap TLR dan beberapa variabel kualitas laba lain dan

    menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih lambat pada perusahaan crosslisted.

    Dengan adanya berbagai pertentangan dari penelitian TLR, peneliti pun tertarik untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, dalam literatur TLR, belum banyak penelitian

    yang menghubungkan pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR. Perbaikan kualitas

    timeliness setelah penerapan IFRS juga masih banyak yang belum dapat membuktikannya,

    sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh IFRS terhadap

    TLR.

    Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

    Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition

    Konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai suatu prinsip kehati-hatian dalam

    pengakuan suatu kejadian ekonomi. Menurut Ball & Shivakumar (2005), terdapat dua macam

    konservatisme, yaitu unconditional conservatism dan conditional conservatism.

    Unconditional conservatism diartikan sebagai adanya bias akuntansi pada pelaporan nilai

  • buku dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan menunda mengakui pendapatan pada

    suatu periode atau mengurangi pengakuan pendapatan secara konstan untuk setiap periode.

    Sedangkan conditional conservatism lebih menekankan pada pengakuan rugi yang lebih tepat

    waktu daripada pengakuan laba sering disebut sebagai asimetri pengakuan rugi sehingga

    banyak peneliti yang menjadikannya sebagai ukuran dari kualitas laporan keuangan.

    Kinerja yang baik seringkali dinilai dari perolehan laba atau pencapaian target laba oleh

    manajer. Adanya dorongan terhadap manajer untuk memperlihatkan kinerja yang baik pun

    membuat manajer memiliki insentif untuk memanipulasi laba. Akibatnya, informasi yang

    dihasilkan dalam laporan keuangan menjadi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan

    penuh dengan unsur kepentingan. Dengan mengakui kerugian lebih tepat waktu dibandingkan

    dengan mengakui laba, manajer mengesampingkan kepentingannya dan memberikan

    informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Disamping itu,

    pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (timely loss recognition) bermanfaat dalam

    pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajer dan kreditur. Bagi manajer, pengakuan

    rugi yang lebih tepat waktu dapat membuat keputusan akuisisi yang lebih menguntungkan

    (Francis & Martin, 2010), mendorong manajer untuk segera mengambil tindakan atas potensi

    kerugian, dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan principal, dengan begitu,

    mengurangi potensi konflik keagenan (Ball & Shivakumar, 2005). Bagi kreditur, informasi

    manajemen yang mengakui rugi lebih tepat waktu dapat membantu kreditur untuk membuat

    kontrak kredit yang lebih baik dan menguntungkan (Ball & Shivakumar, 2005).

    International Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS di Indonesia

    IFRS atau standar pelaporan akuntansi internasional merupakan standar akuntansi yang

    banyak diadopsi dan dijadikan referensi di berbagai negara di dunia. IFRS dibuat oleh IASB

    sebagai jawaban atas kebutuhan informasi yang dapat dipahami dan diperbandingkan.

    Kebutuhan standar yang sama dalam skala internasional muncul dengan semakin hilangnya

  • batas antar negara dan memungkinkan perdagangan dan investasi dilakukan di seluruh dunia.

    Alfredson et al. (2007) menyatakan bahwa dimulai dari tahun 1960-an batas pasar modal

    antar negara mulai menipis, dan terus meningkat di tahun 1970-an hingga tahun 1980-an dan

    memicu investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan lainnya mengajukan keluhan

    dengan adanya perbedaan antara informasi akuntansi yang dihasilkan antara satu negara

    dengan negara lain sehingga sulit diperbandingkan. Selain itu, informasi yang disajikan

    perusahaan seringkali sulit dipahami dan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh pemangku

    kepentingan (stakeholder) dan dalam hal ini, IASB terbukti menghasilkan standar yang

    berkualitas tinggi karena hingga kini IFRS telah diadopsi dan diterapkan di 138 negara di

    dunia.

    Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia

    Perkembangan globalisasi dan pesatnya pertumbuhan ekonomi menuntut tersedianya

    informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan akutabilitas dari manajemen perusahaan

    (Prasetya, 2012). Investor ingin mengetahui bagaimana investasinya dikelola dan kreditur

    ingin mengetahui bagaimana perusahaan dapat mengembalikan pinjamannya. Dimulai pada

    tahun 2006, dilakukan harmonisasi standar akuntansi di Indonesia menuju IFRS.

    Dalam melakukan harmonisasi standar IFRS, Indonesia tidak melakukan proses adopsi

    seperti banyak negara lain, tetapi melakukan konvergensi standar akuntansi dengan

    mengubah standar akuntansi yang ada sebelumnya menjadi berbasis IFRS dan mengadakan

    sedikit perubahan agar sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi Indonesia, serta tidak

    mengadopsi standar yang tidak relevan. Proses konvergensi IFRS dimulai tahun 2006 dan

    hingga tahun 2012, Indonesia telah memiliki 62 standar akuntansi berbasis IFRS.

    Perumusan Hipotesis

    Penerapan IFRS di Indonesia didorong tidak hanya oleh penerapan IFRS di negara-

    negara Eropa dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia, tetapi

  • juga karena adanya keinginan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas

    seperti yang tertuang dalam Framework for the Preparation and Presentation of Financial

    Statements yang diterbitkan oleh IASC (sekarang berganti menjadi IASB). Dalam rerangka

    tersebut dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya IASC adalah untuk membuat standar pelaporan

    keuangan yang berkualitas dan dapat diterima.

    Berdasarkan tujuan IASC, dibuatlah standar pelaporan keuangan yang berdasarkan

    principle based dan menghilangkan standar yang dapat memicu alternatif penggunaan standar

    untuk kepentingan manajemen, serta menganjurkan penggunaan metode akuntansi yang dapat

    meningkatkan transparansi informasi oleh perusahaan. IFRS dibuat berdasarkan beberapa

    kriteria tersebut. Pada principle based, perusahaan menerapkan metode akuntansi

    berdasarkan prinsipnya, bukan teknisnya karena adanya perbedaan karakteristik di setiap

    jenis industri sehingga memungkinkan informasi yang dihasilkan perusahaan lebih

    mencerminkan kondisi perusahaan. Kemudian IFRS menghilangan standar yang berpotensi

    memberikan manajemen alternatif untuk menggunakan metode akuntansi yang hanya

    didasarkan kepentingan, bukannya transparansi. Oleh karena itu, dengan adanya pelaporan

    yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan, laporan dan informasi yang dihasilkan lebih

    berkualitas, dan salah satu kualitas laporan keuangan yang meningkat, yaitu pada

    ketepatanwaktu (timeliness) yang diterapkan pada pengakuan rugi.

    Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh IFRS pada timely loss

    recognition (TLR) dan menemukan adanya pengaruh signifikan positif. Seperti hasil

    penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al. (2012) menemukan

    adanya pengakuan rugi yang lebih tepat waktu setelah penerapan IFRS. Namun ada juga

    beberapa penelitian yang tidak menemukan adanya peningkatan TLR setelah penerapan IFRS

    seperti penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011), dan Sun et al. (2011).

    Walaupun terdapat hasil penelitian yang menemukan tidak adanya peningkatan TLR,

  • Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa perbaikan kualitas laporan keuangan belum

    akan terlihat pada early adopter dikarenakan belum siapnya regulasi dan perangkat yang

    mendukung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berpendapat bahwa konvergensi IFRS

    dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan pengakuan rugi yang lebih tepat

    waktu, sehingga hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:

    H1: IFRS berpengaruh positif pada peningkatan timely loss recognition.

    Hipotesis kedua terkait pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR. Teori institusional

    mengemukakan adanya proses peniruan dan penerapan suatu budaya atau norma yang

    dianggap baik dan melegitimasinya menjadi aturan yang berlaku di suatu organisasi

    (DiMaggio & Powell, 1983). Institutional theory sendiri merupakan teori yang mendasari

    fenomena perubahan suatu organisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor institusional yang

    menekan suatu organisasi untuk menjadi isomorphic. Isomorphic merupakan fenomena

    dimana suatu organisasi menjadi homogen, yaitu dalam hal norma atau konsep organisasi dan

    juga standar operasionalnya menjadi sama dengan organisasi lain yang menghadapi kondisi

    lingkungan serupa (DiMaggio & Powell, 1983).

    Berdasarkan teori institusional tersebut, dengan masuknya investor asing akan

    membawa konsekuensi pada praktik manajemen perusahaan untuk mengikuti praktik

    manajemen di negara asal karena dianggap lebih baik dan mengarahkan manajemen untuk

    menerapkan aturan, sistem pelaporan internal, dan prinsip pengungkapan pelaporan yang

    sama. Menurut Chevalier et al. (2006), masuknya invetor asing dalam suatu perusahaan dapat

    meningkatkan praktik corporate governance menjadi lebih baik. Namun demikian, tidak

    semua tipe investor asing berpengaruh pada peningkatan corporate governance. Investor

    asing yang berinvestasi bisa saja dimiliki atau mempunyai hubungan istimewa dengan

    Indonesia sehingga best practice yang diterapkan tidak berbeda dan tidak ada peningkatan.

    Kepemilikan domestik pada perusahaan asing yang kemudian menanamkan kembali

  • modalnya di Indonesia biasanya dilakukan untuk menghindari pajak sehingga banyak

    perusahaan Indonesia yang kemudian menanamkan modalnya di tax haven country, dengan

    begitu, pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu juga terdapat insentif untuk

    menutupi pemilik utama perusahaan.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa kepemilikan asing akan

    berpengaruh pada praktik corporate governance yang lebih baik dan dengan begitu, kualitas

    laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih berkualitas sehingga peneliti

    merumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H2: Kepemilikan asing berpengaruh positif pada timely loss recognition.

    Metode Penelitian

    Sampel

    Peneliti melakukan observasi terhadap 1748 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2009 sampai dengan 2012. Data diperoleh dari website

    Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Dari

    populasi data yang terdaftar di BEI, sebanyak 151 perusahaan pada tahun 2009, 136

    perusahaan pada tahun 2010, 126 perusahaan pada tahun 2011 dan 127 perusahaan pada

    tahun 2012 yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti

    menggunakan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan kriteria

    sebagai berikut.

    1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,

    2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,

    3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di industri perbankan dan

    berstatus BUMN,

  • 4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross listing), karena peraturan yang

    digunakan perusahaan cross listing menggunakan dasar peraturan yang berlaku di luar

    negeri sehingga peraturan yang digunakan berbeda,

    5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada periode sampel,

    6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember, karena perbedaan

    periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai keuangan yang dilaporkan,

    7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel penelitian.

    Pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan metode purposive sampling

    adalah sebagai berikut.

    ---------------TABEL 1---------------

    Variabel Penelitian

    Pengukuran pada timely loss recognition diukur dengan Large Negative Net Income

    (LNEG) merujuk pada penelitian Lang et al. (2005). Dalam penelitian yang dilakukan Ball et

    al. (2000) menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam isu internasional adalah kesediaan

    perusahaan untuk mengakui rugi yang besar pada periode terjadinya dan bukannya mengakui

    kerugian secara bertahap. Perusahaan cenderung menyebarkan efeknya di beberapa periode,

    dengan begitu perusahaan bermaksud meratakan perolehan keuntungannya. Hal tersebut

    dapat dikategorikan sebagai perataan laba (earning smoothing), yang dalam kasus ini,

    pengakuan laba yang besar akan sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, penelitian yang

    dilakukan Lang et al. (2006) menggunakan pengakuan laba yang besar pada suatu periode

    akuntansi untuk mengukur TLR sebagai salah satu indikator kualitas laba. Lang et al (2006)

    mengukur TLR dengan membagi laba bersih dengan total aset. Apabila hasilnya kurang dari -

    0.20 akan diberi kode 1 dan selain itu akan diberi kode 0. Persamaannya adalah sebagai

    berikut.

  • 12

    Peneliti kemudian memasukkan variabel IFRS serta kepemilikan asing, yang dalam hal

    ini, kepemilikan asing diukur dengan dua proksi. Model 1 pada variabel kepemilikan asing

    akan menggunakan persentase kepemilikan saham asing (FRG1), sedangkan pada model 2

    akan menggunakan genuine (FRG2). Penggunaan pengukuran yang berbeda dikarenakan

    keaslian investor asing dapat berpengaruh pada kualitas corporate governance, sehingga

    sangat penting untuk melihat apakah investor asing benar-benar dimiliki oleh perusahaan atau

    perorangan asing dan tidak berasal dari perusahaan yang berdomisili di area tax haven

    country. Oleh karena itu, diperoleh dua model regresi logistik sebagai berikut.

    Model 1: (1)

    Model 2: (2)

    Keterangan:

    LNEG = Large Negative Net Income, diukur dengan membagi laba bersih dengan total aset.

    Apabila hasilnya < -0,20 diberi kode 1, selain itu diberi kode 0

    IFRS = perusahaan yang telah menerapkan SAK konvergensi IFRS diberi kode 1,

    sedangkan yang belum mengadopsi diberi kode 0

    FRG1 = persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing

    FRG2 = sama dengan 1 apabila kepemilikan saham oleh asing >20% dan bukan merupakan

    negara tax haven, kemudian kode 0 untuk kepemilikan saham 20% yang berada di negara tax haven

    SIZE = diukur dengan total aset perusahaan

  • 13

    DER = rasio leverage dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas

    ROA = Return on Assets, laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset

    AUD = sama dengan 1 apabila auditor independen perusahaan merupakan anggota BIG 4,

    selain itu diberi kode 0

    Hasil Penelitian

    Hasil Pengujian Deskriptif dan Uji Beda

    -----------TABEL 2----------

    Dari hasil uji deskriptif, standar deviasi tertinggi dimiliki oleh variabel ukuran

    perusahaan. Hal itu karena sampel yang digunakan tidak dibatasi dan variasi ukuran

    perusahaan yang digunakan sebagai sampel sangat beragam, dari perusahaan yang hanya

    memiliki aset 2,9 Milyar, hingga perusahaan dengan aset 78.879,5 Milyar. Sedangkan pada

    hasil uji beda rata-rata variabel independen, hanya variabel ROA yang memiliki signifikansi

    kurang dari 0.05, yang berarti, hanya variabel ROA yang memiliki nilai rata-rata yang sama

    secara signifikan terhadap TLR.

    Hasil Pengujian Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

    Tabel 3 menunjukkan hasil regresi logistik antara variabel dependen dengan variabel

    independen serta variabel kontrol. Hasil pengujian regersi logistik pada Model 1 maupun

    Model 2 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara konvergensi IFRS dengan TLR. Hasil

    ini didukung oleh hasil Uji Mann-Whitney U. Hal ini tidak sesuai dengan Hipotesis 1 yang

    berarti H1 ditolak. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung beberapa penelitian terdahulu

    seperti Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al. (2012) yang menemukan

    adanya pengaruh positif yang signifikan.

    Namun hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian terdahulu seperti

    penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011), dan Sun et al. (2011) yang tidak

    menemukan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya IFRS. Hal ini menunjukkan

  • 14

    bahwa regulasi dan perangkat yang mendukung jalannya IFRS masih belum berfungsi

    dengan baik. Selain itu perusahaan juga terlihat belum siap menghadapi perubahan standar

    akuntansi. Dalam penelitian yang dilakukan Christensen et al. (2007) dan Paananen & Lin

    (2009) menemukan adanya pengaruh pada peningkatan TLR pada IFRS voluntary adopter,

    namun tidak pada forced adopter. Selain itu, pada hasil regresi penelitian ini juga

    menunjukkan adanya arah yang negatif walaupun tidak berpengaruh signifikan. Hal ini

    menunjukkan adanya indikasi penurunan TLR setelah konvergensi IFRS yang mengarah pada

    penurunan kualitas informasi akuntansi. Dalam hal ini, Paananen & Lin (2009) mengatakan

    bahwa adanya penurunan kualitas akuntansi yang semakin menurun bukan dikarenakan

    adanya perusahaan yang menerapkan IFRS, tetapi karena adanya perubahan standar.

    Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerapkan IFRS per 1 Januari 2012, sehingga

    memaksakan perusahaan untuk sudah menerapkan standar konvergensi IFRS per tahun 2012.

    Namun tampaknya hal itu tidak dibarengi dengan kesiapan perusahaan untuk memahami dan

    menerapkan standar yang baru. Pemahaman yang kurang akhirnya membuat penerapan

    standar IFRS tidak maksimal dan tidak ada peningkatan pada kualitas informasi akuntansi.

    -----------TABEL 3----------

    Kemudian pada variabel kepemilikan asing, hasil pengujian tidak menunjukkan

    pengaruh yang signifikan terhadap TLR yang berarti H2 ditolak. Hasil tersebut sesuai dengan

    hasil uji beda T-Test dan U-Test pada variabel kepemilikan asing. Keberadaan pemilik asing

    berdasarkan persentase tidak berpengaruh pada peningkatan pengakuan rugi yang semakin

    tepat waktu, begitu pula dengan keaslian dan keberadaan pemilik asing di jajaran manajemen

    perusahaan.

    Tujuan dari mengaburkan kepemilikan atau penempatan perusahaan di negara-negara

    tax haven biasanya adalah untuk mengurangi pembayaran pajak. Indonesia menetapkan pajak

    tidak hanya pada penghasilan, namun juga keuntungan. Tentunya sebagai seorang pengusaha

  • 15

    ataupun perusahaan yang beroriantasi pada laba, mereka menginginkan pengorbanan sekecil-

    kecilnya dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Di sisi lain, perusahaan ingin terlihat

    menarik di mata investor dan kreditur agar pihak-pihak tersebut mau berinvestasi di

    perusahaan sehingga stockholder dan manajemen memiliki kepentingan yang sama untuk

    menyajikan informasi lebih menarik. Dengan adanya insentif tersebut, manajemen akan

    menghindari pengakuan rugi yang besar di suatu periode dan memilih untuk meratakannya

    (smooth) di periode-periode berikutnya (Lang et al., 2006), yang berarti tingkat asimetri

    antara pengakuan rugi dan laba semakin kecil. Ball & Shivakumar (2005) menyatakan bahwa

    perusahaan yang sangat berfokus pada perpajakan, dividen, dan kebijakan lainnya

    mengarahkan pada permintaan yang rendah pada informasi yang berkualitas, dalam hal ini

    pengakuan rugi yang lebih tepat waktu dibandingkan dengan pengakuan laba.

    Selain itu, terdapat kelemahan pada metode penelusuran berdasarkan keaslian yang

    diterapkan oleh peneliti. Peneliti melakukan penilaian bahwa dengan adanya saham yang

    ditempatkan di negara-negara tax haven diasumsikan bahwa ultimate owner merupakan orang

    Indonesia yang bertujuan mengurangi pajak. Hal itu menyebabkan judgement peneliti pada

    pemilik perusahaan yang berbasis di tax haven country adalah tidak asli. Padahal terdapat

    kemungkinan bahwa pemilik yang berbasis di tax haven country tersebut adalah benar-benar

    orang atau organisasi asing. Hasil penelitian pun akhirnya menjadi bias dan menunjukkan

    pengaruh yang tidak signifikan.

    Walau tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, baik FRG1 maupun FRG2

    menunjukkan arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan kepemilikan asing

    mengarah pada perbaikan kualitas informasi akuntansi yang semakin baik, sesuai dengan

    institutional theory. Teori ini mengungkapkan adanya proses legitimasi pada praktik atau

    aturan yang dianggap baik. Dengan masuknya pemilik asing yang telah berhasil di negara

  • 16

    asal diharapkan mampu memperbaiki kinerja perusahaan di negara berkembang ini, dan

    mengarahkan pada kualitas informasi akuntansi yang semakin baik.

    Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian

    Hasil penelitian menunjukkan variabel IFRS dan kepemilikan asing tidak berpengaruh

    pada TLR, baik pada Model 1 maupun Model 2. Hasil ini tidak mendukung penelitian

    sebelumnya seperti penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al.

    (2012) yang mengatakan terdapat pengaruh signifikan antara konvergensi IFRS dan

    kepemilikan asing terhadap perbaikan kualitas akuntansi, dalam hal ini peningkatan

    pengakuan rugi yang tepat waktu.

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama; peneliti hanya menguji variabel

    TLR dengan LNEG yang berfokus pada pengakuan rugi yang besar oleh perusahaan, padahal

    indikator ketepatan waktu pengakuan rugi bisa dilihat tidak hanya dari pengakuan rugi yang

    besar, tetapi juga bisa terlihat dari indikator lain, seperti penerapan akuntansi berbasis akrual

    (Ball & Shivakumar, 2005). Kedua; peneliti menggunakan sampel periode tahun 2009-2012,

    dengan menggunakan cut off konvergensi pada tahun 2011. Hal ini mungkin menjadikan

    variabel IFRS tidak berpengaruh karena standar IFRS baru saja diterapkan sehingga belum

    terlihat adanya perubahan kualitas informasi akuntansi. Standar akuntansi juga belum

    diterapkan secara efektif karena penerapannya yang bertahap, sehingga terdapat

    kemungkinan bahwa belum seluruh standar berbasis IFRS diterapkan oleh perusahaan sampai

    dengan mandatory full adoption di tahun 2012. Ketiga; peneliti hanya menelusur kepemilikan

    asing dengan kriteria yang telah ditentukan dan tidak sampai pada ultimate ownership.

    Padahal dengan tidak dilakukannya penelusuran sampai dengan ultimate ownership akan

    membuat judgment peneliti mengenai keaslian pemilik asing menjadi lemah. Hal ini karena

    terdapat kemungkinan bahwa ultimate owner memang benar-benar orang atau organisasi

    asing. Penelusuran tidak dilakukan karena sumber yang resmi sulit diperoleh. Walaupun

  • 17

    terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pemegang saham perusahaan sampai pada tingkat

    individu, banyak perusahaan yang tidak mematuhinya dan tidak mengungkapkan pemilik

    saham akhirnya dalam annual report. Akibatnya penelusuran pemegang saham akhir pun

    tidak dapat dilakukan.

    Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran

    untuk penelitian selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya pada variabel TLR, peneliti dapat

    menggunakan alat ukur lain seperti Accrual-based test (Ball & Shivakumar, 2005), Basus

    stock return model (Bushman et al., 2011), dan Skewness of EPS (Lang et al., 2006) untuk

    melakukan pengujian lebih lanjut. Apabila melakukan penelitian mengenai kualitas informasi

    akuntansi setelah konvergensi IFRS, peneliti sebaiknya menggunakan sampel perusahaan

    diatas tahun 2012. Selain regulasi yang lebih matang, infrastruktur pendukung penerapan

    standar yang baru juga diperkirakan telah mendukung sehingga kualitas laporan keuangan

    yang dihasilkan perusahaan menjadi lebih baik. Pada variabel kepemilikan asing, peneliti

    dapat melakukan penelitian tingkat keaslian pemilik asing sampai pada ultimate ownership di

    perusahaan melalui sumber yang lebih resmi, misalnya akta notaris perusahaan sehingga hasil

    penelitian dapat lebih relevan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aflatooni, A., & Mokarami, M. (2013). Real Earnings Management and Timely Loss

    Recognition. Research Journal of Recent Sciences, 2(12), 28-37.

    Aisbitt, S. (2006). Assessing the Effect of the Transition to IFRS on Equity: The Case of the

    FTSE 100. Accounting in Europe, 3, 117-133.

    Alfredson, K., Leo, K., Picker, R., Pacter, P., Radford, J., & Wise, V. (2007). Appliying

    International Financial Reporting Standard. Queensland: John Willey & Sons

    Australia.

    Arum, E. D. (2013). Implementation of International Financial Reporting Standards (IFRS)

    and the Quality of Financial Statement Information in Indonesia. Research Journal of

    Finance and Accounting, 4(19), 200-209.

    Ball, R., & Shivakumar, L. (2005). Earnings Quality in U.K. Private Firms: Comparative

    Loss Recognition Timeliness. Journal of Accounting and Economics, 39(1), 83-128.

  • 18

    Ball, R., Kothari, S. P., & Robin, A. (2000). The Effect of International Institutional Factors

    on Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and Economics, 29(1),

    1-51.

    Ball, R., Robin, A., & Sadka, G. (2008). Is Financial Reporting Shaped by Equity Markets or

    by Debt Markets? An International Study of Timeliness and Conservatism. Review of

    Accounting Studies, 13(2-3), 168-205.

    Ball, R., Robin, A., & Wu, J. S. (2000). Accounting Standards, the Institutional Environment

    and Issuer Incentives: Effect on Timely Loss Recognition in China. Asia-Pacific

    Journal Accounting, 7, 71-96.

    Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H. (2008). International Accounting Standards

    and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3), 467-498.

    Basu, S. (1997). The Conservatism Principle and the Assymetric Timeliness of Earnings.

    JJournal of Accounting and Economics, 24(1), 3-37.

    Basu, S., Hwang, L.-S., & Jan, C.-L. (2001). Differences in Conservatism between Big Eight

    and Non-Big Eight Auditors. Working Paper, Temple University, Seoul National

    University, and California State University.

    Bhattacharjee, D., & Rudra, T. (2012). Does IFRs Influence Earnings Management?

    Evidence from India. Journal of Management Research , 4(1).

    Biddle, G. C., Hilary, G., & Verdi, R. S. (2009). How Does Financial Reporting Quality

    Relate to Investment Efficiency? Journal of Accounting and Economics, 48(2), 112-

    131.

    Bopkin, G. A., & Isshaq, Z. (2009). Corporate Governance, Disclosure and Foregn Share

    Ownership on the Ghana Stock Exchange. Managerial Auditing Journal, 24(7), 688-

    703.

    Bozcuk, A. E. (2012). Performance Effects of Early IFRS Adoption by Turkish Firms. World

    of Accounting Science, 14(3), 1-12.

    BPKP, T. C. (2014, Nopember 20). Good Corporate Governance. Retrieved from Badan

    Pengawas Keuangan dan Pembangunan:

    http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good-corporate.bpkp

    Brauer, S., Leuschner, C.-F., & Westermann, F. (2011). Does the Introduction of IFRS

    Change the Timeliness of Loss Recognition? Evidence from German Firms. Working

    Paper, Osnabrueck University.

    Bushman, R., Piotroski, J. D., & Smith, A. J. (2011). Capital Allocation and Timely

    Accounting Recognition of Economic Losses. Journal of Business Finance and

    Accounting, 38(1-2), 1-33.

    Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi

    Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 105-115.

    Chevalier, A., Prasetyantoko, A., & Rokhim, R. (2006). Foreign Ownership and Corporate

    Governance Practices in Indonesia. Working Paper, Ecole Normale Suprieure de

    Lyon, European School of Management Paris, Bisnis Indonesia Daily Jakarta.

    Christensen, H. B., Lee, E., & Walker, M. (2007). Incentives or Standards: What Determine

    Accounting Quality Changes Around IFRS Adoption? Working Paper, Manchester

    Business School.

  • 19

    Chua, Y. L., Cheong, C. S., & Gould, G. (2012). The Impact of Mandatory IFRS Adoption

    on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting

    Research, 11(1), 119-146.

    Clements, C., Neill, J., & Stovall, O. (2010). Cultural Diversity, Country Size, and The IFRS

    Adoption Decision. Journal of Applied Business Research, 115-126.

    Cohen, D. A. (2003). Quality of Financial Reporting Choice: Determinants and Economic

    Consequence. Working Paper, Nortwestern University.

    DeFond, M., Hu, X., Hung, M., & Li, S. (2011). The Impact of Mandatory IFRS Adoption on

    Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability. Journal of Accounting

    and Economics, 51, 240-258.

    DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The Iron Cage Revisited: Institutional

    Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields. American

    sociological review, 48(2), 147-160.

    Djati, B. P. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pusat Penerbitan Akademi

    Akuntansi YKPN.

    Easton, P. D., Nikolaev, V., & Lent, L. (2009). Price Convexity, Debt-Related Agency Costs,

    and Timely Loss Recognition. Working Paper, University of Chicago, University of

    Notre Dame, and Tilburg University.

    Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of

    Management Review, 14(1), 57-74.

    Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu Konsekuensi

    Ekonomis . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 20-45.

    Francis, J. R., & Wang, D. (2008). The Joint Effect of Investor Protection and Big 4 Audits

    on Earnings Quality Around the World. Contemporary Accounting Research, 25 (1),

    157-191.

    Francis, J., & Martin, X. (2010). Acquisition Profitability and Timely Loss Recognition.

    Journal of Accounting and Economics, 49(1), 161-178.

    Gaston, S. C., Garcia, C. F., Jarne, J. I., & Gadea, J. A. (2010). IFRS Adoption in Spain and

    the United Kingdom: Effects on Accounting Numbers and Relevance. Advances in

    Accounting, Incorporating Advances in International Accounting 26, 304-313.

    Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:

    Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes. (2013). Tax

    Transparancy 2013; Report on Progress. Paris: OECD.

    Gormley, T. A., Kim , B. H., & Martin, X. (2012). Do Firms Adjust Their Timely Loss

    Recognition in Response to Changes in the Banking Industry? Journal of Accounting

    Research, 50(1), 159-196.

    Hill, C. W., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder-Agency Theory. Journal of Management

    Studies, 29(2), 131-154.

    Horton, J., Serafeim, G., & Serafeim, I. (2013). Does Mandatory IFRS Adoption Improve the

    Information Environtment? Contemporary Accounting Research, 30(1), 388-423.

  • 20

    Houqe, M. N., Zijl, T. v., Dunstan, K., & Karim, W. (2012). The Effect of IFRS Adoption

    and Investor Protection on Earnings Quality Around the World. The International

    Journal of Accounting, 47(3), 333-355.

    Imhof, M. J. (2014). Timely Loss Recognition, Agency Cost and the Cash Flow Sensitivity of

    Firm Investment. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 18(3).

    Institute for Economic and Financial Research. (2010). Indonesian Capital Market Directory

    2010. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.

    Institute for Economic and Financial Research. (2011). Indonesian Capital Market Directory

    2011. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.

    Institute for Economic and Financial Research. (2012). Indonesian Capital Market Directory

    2012. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.

    Institute for Economic and Financial Research. (2013). Indonesian Capital Market Directory

    2013. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.

    Jayaraman, S. (2012). The Effect of Enforcement on Timely Loss Recognition: Evidence

    from Insider Trading Laws. Journal of Accounting and Economics, 53(1), 77-97.

    Jeanjean, T., & Stolowy, H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An Exploratory

    Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of

    Accounting and Public Policy, 480-494.

    Juan, N. E., & Wahyuni, E. T. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan.

    Jakarta: Salemba Empat.

    Kuspratiwi, I. (2014). Pengaruh Konvergensi IFRS dan Kepemilikan Saham Asing terhadap

    Konservatisme Akuntansi. Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Lang, M., Raedy, J. S., & Wilson, W. (2006). Earnings Management and Cross Listing: Are

    Reconciled Earnings Comparable to US Earnings? Journal of Accounting and

    Economics, 42(1), 255-283.

    Lang, M., Raedy, J. S., & Yetman, M. H. (2003). How Representative Are Firms That Are

    Cross-Listed in the United States? An Analysis of Accounting Quality. Journal of

    Accounting Research, 41(2), 363-386.

    Major, E., & Marques, A. (2009). IFRS Introduction, Corporate Govenance and Firm

    Performance: Evidence from Portugal. Journal of Applied Management Accounting

    Research, 7(2), 55-70.

    Nikolaev, V. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition. Working

    Paper, Tilburg University.

    Nobes, C. W., & Stadler, C. (2014). The Qualitative Characteristics of Financial Information,

    and Managers Accounting Decisions Evidence from IFRS Policy Changes. Working Paper, London University and Sidney University.

    Outa, E. R. (2011). The Impact of International Financial Repoting Standards (IFRS)

    Adoption on Accounting Quality of Listed Companies in Kenya. International

    Journal of Accounting and Financial Reporting, 1(1), 212-241.

    Paananen, M., & Lin, H. (2009). The Development of Accounting Quality of IAS and IFRS

    Over Time: the Case of Germany. Journal of International Accounting Research,

    8(1), 31-55.

  • 21

    Paglietti, P. (2009). Earnings Management, Timely Loss Recognition and Value Relevance in

    Europe Following the IFRS Mandatory Adoption: Evidence from Italian Listed

    Companies. International Business Review, 4, 97-117.

    Perramon, J., & Amat, O. (2006). IFRS Introduction and Its Effect on Listed Companies in

    Spain. Working Paper, Pompeu Fabra University.

    Prasetya, F. D. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jurnal

    Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(4), 113-117.

    Rohaeni, D., & Aryati, T. (2012). Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Income Smoothing

    dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Simposium Nasional

    Akuntansi, 15, 1-26.

    Sekaran, U. (2011). Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis.

    Jakarta: Salemba Empat.

    Sianipar, G. A., & Marsono. (2013). Analisis Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi

    Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia. Diponegoro Journal of

    Accounting, 2(3), 1-11.

    Sodan, S., & Barac, Z. A. (2013). Asymmetric Timeliness of Earnings across Corporate Life-

    Cycle Stages. Journal of American Business Review, 1(2), 143-149.

    Stent, W., Bradbury, M., & Hooks, J. (2010). IFRS in New Zealand: Effects on Financial

    Statements and Ratios. Pacific Accounting Review, 22(2), 92-107.

    Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

    Sun, J., Cahan, S., & Emanuel, D. (2011). How Would the Mandatory Adoption of IFRS

    Affect the Earnings Quality of U.S. Firms? Evidence from Cross-Listed Firms in the

    U.S. Accounting Horizons, 25(4), 837-860.

    Tendeloo, B. V., & Vanstraelen, A. (2005). Earnings Management under German GAAP

    versus IFRS. European Accounting Review Vol. 14 (1), 155-180.

    Valeri, N. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition. Working

    Paper, Tilburg University.

    Widagdo, A. K. (2014). Audit Committee Rules in Indonesia: Determinants of Compliance

    and There Association with Restatements. Doctoral Disertation, University of

    Malaya.

  • 22

    LAMPIRAN

    TABEL 1. Prosedur Pengambilan Sampel

    Kriteria Jumlah

    2009 2010 2011 2012

    Perusahaan yang terdaftar di BEI 402 428 446 472

    Perusahaan Perbankan dan BUMN (41) (41) (45) (49)

    Perusahaan cross listing (1) (0) (0) (0)

    Perusahaan delisted pada periode sampel (5) (5) (6) (8)

    Perusahaan cut off selain Desember (4) (6) (6) (7)

    Perusahaan yang datanya tidak lengkap (200) (240) (263) (281)

    Total sampel penelitian per Tahun 151 136 126 127

    Total sampel penelitian 540

    Sumber: data diolah

    TABEL 2. Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda

    N Min Max Mean Std. Dev. Sig.

    T-Test

    Sig.

    U-Test

    IFRS 540 0 1 .47 .499 .459

    FRG1 540 .000 .993 .294 .304 .800

    FRG2 540 0 1 .23 .423 .958

    SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642 .897

    DER 540 -51.309 12833.417 25.522 552.242 .624

    ROA 540 -1.729 1.055 -.015 .171 .000

    AUD 540 0 1 .23 .422 .474

    Valid N

    (listwise) 540

    Sumber: Data diolah

    Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS: kategorial perusahaan yang

    menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham perusahaan oleh

    pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing yang berdomisili di

    negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total liabilitas dibagi dengan total

    ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset, AUD: indikator

    kualitas audit.

    TABEL 3. Tabel Variables in the Equation

    Model 1

    B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

    Step 1a IFRS -1.012 .652 2.411 1 .121 .364

    FRG1 1.593 .915 3.030 1 .082 4.918

    SIZE .000 .000 3.917 1 .048 1.000

    DER -.007 .028 .066 1 .798 .993

    ROA -25.241 3.806 43.982 1 .000 .000

    AUD .680 .700 .944 1 .331 1.975

    Constant -5.982 .841 50.616 1 .000 .003

  • 23

    Model 2

    B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

    Step 1a IFRS -.832 .627 1.760 1 .185 .435

    FRG2 .634 .614 1.064 1 .302 1.885

    SIZE .000 .000 2.807 1 .094 1.000

    DER -.005 .027 .039 1 .844 .995

    ROA -24.699 3.634 46.185 1 .000 .000

    AUD .591 .696 .721 1 .396 1.805

    Constant -5.535 .721 58.954 1 .000 .004

    Sumber: Data diolah

    Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS: kategorial perusahaan yang

    menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham perusahaan oleh

    pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing yang berdomisili di

    negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total liabilitas dibagi dengan total

    ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset, AUD: indikator

    kualitas audit.