Page 1
Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi
Volume 15 Issue 2 Article 3
2020
Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur Di Indonesia Manufaktur Di Indonesia
Eko Adi Priyanto Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Riatu Mariatul Qibthiyyah Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke
Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,
and the Urban Studies and Planning Commons
Recommended Citation Recommended Citation Priyanto, Eko Adi and Qibthiyyah, Riatu Mariatul (2020) "Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 15 : Iss. 2 , Article 3. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Page 2
1
Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Eko Adi Priyanto1, Riatu Mariatul Qibthiyyah
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Abstract
This study analyzes the influence of the level of company ownership and also analyzes further
about evaluating the requirements of foreign capital ownership as a Negative Investment List
(NIL). This study uses a panel of Indonesian manufacturing companies 2007-2014 with the
estimated GMM method of Arellano-Bond. The estimation results show an increase achieved
with foreign ownership, but after reaching a certain point the increase or increase as intended
inverted U. Required to achieve optimal needs. Then further analysis showed that NIL
Regulations were approved by foreign capital ownership, NIL companies' foreign capital
ownership was lower than Non-NIL companies, but the increase in NIL companies on average
was lower.
Keywords: Company Performance; Foreign Ownership; Foreign Capital Restriction
Regulations
JEL classifications: F2, G32, L25
Abstrak
Studi ini bertujuan menganalisa pengaruh tingkat kepemilikan asing dan kinerja perusahaan
serta menganalisa lebih lanjut pengaruh tersebut sebagai akibat adanya regulasi pembatasan
kepemilikan modal asing berupa Negative Investment List (NIL). Penelitian ini menggunakan
panel perusahaan manufaktur Indonesia 2007-2014 dengan metode estimasi GMM Arellano-
Bond. Hasil estimasi menunjukkan kinerja awalnya meningkat dengan kepemilikan asing,
namun setelah mencapai titik tertentu kinerja menurun atau pengaruh tersebut berbentuk U-
terbalik. Ini mengindikasikan kepemilikan domestik diperlukan untuk mencapai kinerja
optimal. Kemudian analisa lebih lanjut menunjukkan Regulasi-NIL menekan kepemilikan
modal asing, kepemilikan modal asing perusahaan NIL lebih rendah dibandingkan perusahaan
Non-NIL, namun kinerja perusahaan NIL rata-rata lebih rendah.
Kata Kunci: Kinerja Perusahaan; Kepemilikan Asing; Regulasi Pembatasan Modal
Asing
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan
antarperusahaan begitu tinggi. Perusahaan
harus selalu dapat meningkatkan kinerjanya
agar dapat tetap bersaing dan mampu
mempunyai pasar atau bahkan menguasai
pasar, serta dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,
perusahaan akan berusaha untuk
memaksimalkan kinerjanya melalui
1 Alamat korespondensi: [email protected]
berbagai macam cara, antara lain melalui
efisiensi baik dalam produksi, sumber daya
manusia, maupun keuangannya. Alokasi
aset produktif berupa kepemilikan modal
oleh asing telah menjadi teori penting
dalam memaksimalkan kinerja perusahaan
(Asiedu & Esfahani, 2001; Raff, Ryan, &
StΓ€hler, 2009; Karabay, 2010). Hal ini
dikarenakan kepemilikan modal oleh asing
memengaruhi insentif investor untuk
1
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 3
2
menerapkan sumber daya mereka sebagai
input pada perusahaan. Kepemilikan modal
memengaruhi biaya modal, tingkat
investasi, tingkat transfer teknologi, dan
pembagian keuntungan dari investasi asing.
Selain itu, kepemilikan asing menentukan
sejauh mana perusahaan asing dapat
mengendalikan anak perusahaannya dan
melindungi aset perusahaan.
Studi-studi sebelumnya telah membangun
teori bagaimana perusahaan melakukan
pertimbangan dalam memilih struktur
kepemilikan untuk afiliasi di luar negeri
agar memaksimalkan kinerjanya. Apakah
itu akan mengalokasikan seluruh
kepemilikannya atau harus berbagi
kepemilikan saham dengan mitra lokal. Jika
memilih kepemilikan bersama, seberapa
besar bagiannya agar memaksimalkan
kinerja baik untuk perusahaan asingnya
atau mitra lokal maupun dalam kondisi
equilibrium. Menurut Asiedu & Esfahani
(2001); Raff, Ryan, & StΓ€hler (2009);
Karabay (2010) pilihan struktur
kepemilikan berupa kepemilikan bersama
mensyaratkan jika asumsi berikut dipenuhi:
(i) mitra lokal dapat memberikan aset yang
berpotensi bernilai bagi proyek investasi,
seperti pengetahuan khusus pasar domestik,
jaringan distribusi domestik, atau kontak
berharga dengan pelanggan dan pemasok
potensial di pasar domestik; (ii) sama
halnya dengan mitra lokal, perusahaan
asing memberikan aset yang berpotensinya
proyek investasi, berupa teknologi dan
pengetahuan yang lebih maju, dan jaringan
distribusi pasar internasional, (iii) nilai
aset-aset tersebut adalah informasi pribadi
yang hanya dimiliki oleh perusahaan lokal
dan perusahaan asing. Teori menunjukkan
bahwa dalam keseimbangan, kinerja
meningkat dalam kepemilikan asing
tergantung kondisi nilai aset produktifnya
dan seberapa pentingnya nilai aset tersebut.
Studi-studi sebelumnya yang dilakukan
oleh Aitken dan Harrison (1999),
BlomstrΓΆm dan SjΓΆholm (1999), Chhibber
dan Majumdar (1999), Dimelis dan Louri
(2002) dan Takii (2004) menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan dengan
tingkat kepemilikan asing yang berbeda
dapat berperforma berbeda. BlomstrΓΆm dan
SjΓΆholm (1999) menunjukkan bahwa
apakah perusahaan tersebut mayoritas atau
minoritas dimiliki oleh orang asing tidak
memengaruhi produktivitas tenaga kerja
yang lebih tinggi. Sebaliknya, Dimelis dan
Louri (2002) menemukan bahwa
keunggulan produktivitas di Yunani berasal
dari perusahaan asing yang dimiliki
sepenuhnya dan mayoritas. Chhibber dan
Majumdar (1999) mencapai kesimpulan
yang sama untuk perusahaan India. Takii
(2004) menunjukkan bahwa perusahaan
Indonesia yang sepenuhnya dimiliki asing
cenderung menjadi yang paling produktif.
Aitken dan Harrison (1999) menganalisis
sejauh mana tingkat partisipasi ekuitas
asing memengaruhi kinerja pabrik
manufaktur Venezuela dan menemukan
efek positif hanya untuk pabrik kecil.
Kelemahan dari penelitian-penelitian yang
sebelumnya, mereka membagi perusahaan
menjadi milik asing dan domestik dengan
hanya menggunakan kategori-kategori
kepemilikan (asing-domestik, mayoritas-
2
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 4
3
minoritas, atau JV-WOS), dan
membandingkan kinerja di antara
keduanya, mengabaikan heterogenitas
berupa data kepemilikan secara kontinu
yang menjadi ciri perusahaan milik asing.
Jika dilakukan disagregasi pada data Survei
Industri Besar dan Sedang (IBS), diketahui
bahwa terdapat variasi rata-rata produksi
yang relatif berbeda antara perusahaan
dengan kepemilikan modal asing 1%β29%
dan 30%β49%.
Kemudian dari penelitian-penelitan
sebelumnya tersebut belum memberikan
investigasi yang mampu menggambarkan
sifat yang tepat dan mungkin non-
monotonisitas dalam hubungan
kepemilikan modal asing dan kinerja
perusahaan. Berdasarkan studi dari
Javorcik dan Saggi (2010) menunjukkan
bahwa di negara-negara Eropa Timur, yang
merupakan penerima manfaat terbesar dari
investasi asing adalah perusahaan dengan
kepemilikan asing sebesar 59% dari semua
kepemilikan modal perusahaan; dan
Greenaway, Guariglia, dan Yu (2014)
menunjukkan bahwa di China, perusahaan
akan mempunyai produktivitas tertinggi
dengan kepemilikan asing 47β61%.
Berdasarkan gap dari penelitian
sebelumnya tersebut, studi ini akan
mengukur kepemilikan modal asing
sebagai rasio modal perusahaan yang
dimiliki oleh investor asing. Kemudian
dengan menggunakan teori dan model
Greenaway, Guariglia, dan Yu (2014) studi
ini akan menyelidiki sifat hubungan antara
kepemilikan asing dan kinerja perusahaan
dan menemukan sebuah hubungan
berbentuk U-terbalik untuk perusahaan
manufaktur Indonesia. Dengan
menggunakan beberapa ukuran kinerja
perusahaan dari aspek finansial dan
produktivitas untuk menguji bahwa kinerja
perusahaan dengan struktur berupa sharing
modal akan memiliki kinerja yang optimal.
Sejak awal tahun 2000, terjadi peningkatan
pesat dalam investasi lintas batas wilayah
atau negara, dan sebagian besar transaksi
tersebut melibatkan pembelian perusahaan
di negara berkembang, dengan sebagian
besar modal berasal dari negara maju
(UNCTAD, 2016). Dengan pesatnya
perkembangan investasi asing, lintas batas
wilayah atau negara, pemerintah merasa
perlu menetapkan regulasi berupa
pembatasan kepemilikan untuk menjaga
perkembangan perusahaan lokal mereka,
meskipun hal ini dapat menghambat
investasi asing tersebut. Lembaga atau
institusi negara tujuan investasi mendorong
perusahaan untuk memperdagangkan
kepemilikan modal asing mereka sesuai
dengan legitimasi di kondisi lingkungan
lokal/domestik. Sehingga hal ini akan
menekan perusahaan untuk menjadi joint
venture (JV).
Pemerintah Indonesia telah membuat
regulasi berupa daftar sektor-sektor yang
akan ditutup atau hanya terbuka secara
kondisional untuk investasi asing. Daftar
sektor-sektor tersebut disebut sebagai
Negative Investment List (NIL) dan
regulasi ini dirilis sejak tahun 2000 dan
telah berulang kali direvisi. Pada tahun
2000, presiden mengeluarkan Keputusan
Presiden 96/2000, yang intinya terletak
3
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 5
4
pada apa yang disebut NIL. Kemudian NIL
direvisi pada tahun 2007 dalam Keputusan
Presiden 77/2007. Regulasi baru ini
menggantikan daftar pada NIL 2000 yang
tidak jelas dan mencantumkan sektor
dengan pengkodean KBLI terperinci pada
tingkat lima digit untuk pertama kalinya.
Revisi NIL berikutnya pada tahun 2010
dengan Keputusan Presiden 36/2010,
dengan menghapus dan menambahkan
beberapa sektor lain ke NIL. Kemudian
revisi terbaru pada tahun 2014 dan 2016
menghapus banyak sektor dari daftar dan
jelas mengurangi tingkat regulasi.
Dalam tinjauan kebijakan perdagangannya
tentang Indonesia, WTO menyoroti bahwa
NIL yang terperinci dengan transparansi
yang lebih tinggi dapat memberikan
manfaat. Namun dengan menutup atau
secara kondisional membuka sektor-sektor
tertentu untuk investasi asing kemungkinan
akan mengurangi manfaat dari investor
asing (World Trade Organization, 2013).
Dalam hal ini regulasi NIL ini dapat sebagai
langkah proteksionis perusahaan-
perusahaan lokal dengan menambah lebih
banyak sektor atau melibatkan lebih banyak
kondisi. NIL mencakup sektor-sektor
manufaktur, pertanian, dan jasa, dengan
beberapa kategori kondisi standar. Menurut
kondisi-kondisi ini, sektor-sektor mungkin
benar-benar tertutup bagi investasi asing,
atau hanya diperbolehkan bagi perusahaan
kecil dan menengah, dalam bentuk
kemitraan, hingga batas tertentu
kepemilikan modal asing, di lokasi tertentu
atau mungkin memerlukan lisensi oleh
kementerian yang bertanggung jawab.
Pemerintah Indonesia telah membuat
regulasi berupa Negative Investment List
(NIL) agar perusahaan asing melakukan
sharing kepemilikan modalnya dengan
perusahaan lokal/domestik atau menekan
perusahaan asing untuk menjadi joint
venture (JV). Namun dengan semakin
bertambahnya kategori industri yang
termasuk dalam NIL, jumlah perusahaan
JV di Indonesia tidak mengalami
penambahan jumlah yang signifikan.
Secara persentase perusahaan yang
termasuk dalam industri yang diatur dalam
peraturan NIL tahun 2000β2014, terus
meningkat. Pada tahun 2000β2006,
persentase perusahaan yang termasuk
dalam industri yang diatur dalam peraturan
NIL sekitar 3 (tiga) persen kemudian pada
tahun 2007β2014 meningkat menjadi 30
persen. Namun selama tahun 2000β2014,
jumlah perusahaan dengan struktur JV
relatif stabil sedangkan perusahaan dengan
keseluruhan kepemilikan modalnya
dimiliki oleh asing (WOS) yang relatif yang
terus meningkat jumlahnya.
TINJAUAN REFERENSI
Teori yang berkembang tentang pemilihan
kepemilikan modal asing dalam
memaksimalisasi kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa kinerja semakin
meningkat dengan meningkatnya
kepemilikan modal oleh asing (Asiedu &
Esfahani, 2001; Raff, Ryan, & StΓ€hler,
2009; Karabay, 2010). Menurut Asiedu &
Esfahani (2001) kinerja perusahaan akan
meningkat dengan semakin meningkatnya
kepemilikan modal oleh asing selama
4
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 6
5
perusahaan asing mampu terus
meningkatkan input pribadinya berupa
teknologi dan pengetahuan yang lebih maju
kepada perusahaan dan infrastruktur negara
tujuan investasi yang tinggi. Oleh Karabay
(2010), teori Asiedu & Esfahani (2001)
dikembangkan lagi dan menunjukkan
bahwa kebijakan pembatasan kepemilikan
modal asing juga akan memengaruhi
kepemilikan modal asing dalam
memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Raff, Ryan, & StΓ€hler (2009) melihat selain
dari kondisi perusahaan setelah berinvestasi
tetapi juga melihat adanya pengaruh dari
induk perusahaan asingnya. Raff, Ryan, &
StΓ€hler (2009) menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan akan meningkat dengan
semakin tingginya bagian kepemilikan
asing, asalkan produktivitas induk
perusahaan multinasionalnya tinggi.
Kemudian studi ini menunjukkan bahwa
kepemilikan oleh asing tidak tergantung
pada ukuran pasar lokal tetapi akan
meningkat dengan upah lokal yang kecil.
Untuk membentuk model dalam penelitian
ini mengikuti model Greenaway, Guariglia,
dan Yu (2014). Pada model tersebut,
produktivitas perusahaan tergantung pada
struktur kepemilikan modal asing.
Asumsikan pasar terdiri dari perusahaan
dengan subscript i (i = 1, ..., I), yang
masing-masing menghasilkan produk yang
berbeda, juga diberi label dengan i. Dengan
ππ dan π0 menunjukkan produk perusahaan
i dan barang numeraire yang dipasok secara
kompetitif. Konsumen memaksimalkan
fungsi utilitas:
Maksimalisasi utilitas menghasilkan kurva
permintaan berikut:
dengan ππ mewakili harga barang i, dan π΄π
adalah exogenous demand shifter. Tenaga
kerja adalah satu-satunya faktor produksi,
dan teknologi menunjukkan skala
pengembalian konstan, dengan total biaya
tenaga kerja yang diberikan oleh ππ =
πππ€ π£πβ , dengan π€ adalah upah
(umum/sama untuk semua perusahaan) dan
π£π produktivitas (spesifik atau unik untuk
setiap perusahaan).
Setiap perusahaan berpotensi menjadi
perusahaan patungan antara pemilik asing
(F) dan domestik (D). Tahapan
pengambilan keputusan sebagai berikut,
tahap 0, masing-masing pihak, F dan D,
dapat menyumbangkan input yang masing-
masing diberi label x dan y, yang
memengaruhi produktivitas usaha patungan
(π£π). Kedua belah pihak secara bersamaan
memilih tingkat upaya mereka untuk
memaksimalkan profit mereka. Pada tahap
1, dengan produktivitas tertentu,
perusahaan JV memaksimalkan total laba.
Pihak F dan D, masing-masing, menerima
bagian S dan (1 β S) dari profit yang
dimaksimalkan.
Yang terpenting, hubungan antara input
masing-masing pihak yang tidak dapat
dikontrakan dan produktivitas perusahaan
didefinisikan sebagai bentuk fungsional
πΌ = ππ + β πΈππππ
π=π , π < π, πΈπ > π (1)
ππ = π¨πππβπ, π β‘
π
πβπ> π, π¨π β‘
(πΈππ)π (2)
π = (π + π)πΆ(π + π)π· π β₯ π, π β₯π, πΆ + π· = π (3)
5
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 7
6
(Cobb β Douglas) berikut (untuk
kesederhanaan):
x dan y mewakili input yang disediakan
oleh masing-masing F dan D. x dapat
diartikan sebagai upaya pemilik asing
dalam meningkatkan kualitas desain
produk, atau bentuk lain dari modal
pengetahuan atau teknologi; y dapat dilihat
sebagai upaya pemilik dalam negeri untuk
mempromosikan penjualan dan pemasaran
produk di pasar lokal, atau dalam
memfasilitasi hubungan politik dengan
pemerintah. Kedua input lebih besar atau
sama dengan 0 (mis. x β₯ 0 dan y β₯ 0).
Selanjutnya, persamaan (3) menyiratkan
decreasing returns to scale x dan y (π£π₯π₯ <
0, π£π¦π¦ < 0).
Parameter πΌ(π½) merupakan βrelative
importanceβ kontribusi π₯(π¦) terhadap
produktivitas. Relatif marginal return
untuk x:
yang positif meningkat jika πΌ meningkat.
Semakin besar πΌ, semakin besar kontribusi
x terhadap produktivitas perusahaan. Dalam
kasus ekstrim dengan πΌ = 0, x sama sekali
'tidak penting' dalam memengaruhi v, yang
murni hanya ditentukan oleh y. Parameter
π(π) secara terbalik menangkap βabsolute
indispensabilityβdari π₯(π¦): semakin rendah
π(π), semakin besar marginal return π₯(π¦).
Dalam kasus ekstrim dengan π = 0 (π =
0), π£ = 0 jika π₯ = 0 (π¦ = 0),
menunjukkan bahwa π₯(π¦) benar-benar
βsangat diperlukanβ, karena π₯(π¦) harus
benar-benar positif dalam mencapai
produktivitas yang positif.
Selanjutnya diasumsikan bahwa biaya
implisit yang ditanggung oleh masing-
masing pihak untuk meningkatkan input
mereka, dinyatakan sebagai:
diasumsikan bahwa kondisi ini tidak terjadi
pada perusahaan JV, tetapi hanya terjadi di
perusahaan WOS. Pada JV, perusahaan
asing mungkin perlu meluangkan waktu
untuk memantau tim penjualan lokalnya,
sehingga menimbulkan adanya biaya yang
jadi satu atau saling berbagi. Untuk
penyerdehanaan, fungsi biaya x dan y
adalah simetris (r = t) dan linier (k = 1).
Setiap laba perusahaan adalah π(π£) =
ππ β π. Maksimalisasi laba mengarah pada
harga optimal: π = ππ€ (π β 1)β ,
menghasilkan laba optimal:
F dan D masing-masing kepemilikan
perusahaan sebesar S dan (1 β S) dari total
laba. Masing-masing secara bersamaan
memilih input yang dikontribusikannya
untuk memaksimalkan hasil laba dari tiap
individu, yaitu
ππ£ ππ₯β
ππ£ ππ¦β=
πΌ
1 β πΌ
π¦ + π
π₯ + π
π = π΅π£πβ1, π΅ β‘ π΄π€1βπ(π β1)πβ1πβπ β¦...... (5)
πΊπΉ(π₯) =ππ₯π
π, πΊπ·(π¦) =
π‘π¦π
π π β₯
1, π > 0, π‘ > 0 ....... (4)
πΉ: πππ₯π₯[ππ(π₯, π¦) β πΊπΉ(π₯)] ......(6)
π·: πππ₯π¦[(1 β π)π(π₯, π¦) β πΊπ·(π¦)]......(7)
6
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 8
7
First-order condition untuk maksimalisasi
masing-masing pihak:
dengan π§ β‘ 1 β π½(π β 1), π’ β‘ πΌ(π β 1)
dan π β‘ πβ1[π΅(π β 1)]. Persamaan (8)
dan (9) mendefinisikan fungsi respons
terbaik dari pihak F dan D, di mana masing-
masing pihak secara strategis memilih
inputnya, tergantung pada pilihan input
yang dibuat oleh pihak yang lain.
Selanjutnya, untuk memastikan bahwa
second-order conditions untuk
masalahoptimisasi masing-masing pihak
berlaku, studi mengasumsikan π < 2
(Greenaway, Guariglia, dan Yu, 2014).
Dalam kondisi ini, persamaan (8) dan (9)
masing-masing mendefinisikan y, masing-
masing, sebagai fungsi convex dan concave
dari x; dan y secara monoton meningkat
dalam x pada kedua fungsi. Nilai-nilai
keseimbangan (unik) dari x dan y, π₯β dan π¦β
:
dengan π β‘ π½1βπ§πΌπ§π dan π β‘ π½1βπ’πΌπ’π.
Inspeksi dari kedua persamaan ini
mengungkapkan bahwa π₯β dan π¦β adalah
fungsi dari S yang berbentuk U-terbalik
[(ππ₯1β ππβ ) β₯ (<)0, ππππ π β€
(>)π§; πππ (ππ¦1β ππβ ) β₯ (<)0, ππππ π β€
(>)π’] . Berfokus pada S dan x, intuisi
dibalik hubungan ini dapat dengan mudah
dijelaskan. Menurut pengaturan model
studi ini, peningkatan S memiliki dua efek
yang berlawanan pada x. Di satu sisi, ketika
bagian dalam total laba (S) meningkat,
pihak F cenderung memberikan lebih
banyak input x, karena hal ini
meningkatkan imbalannya. Ini adalah 'efek
berbagi'. Di sisi lain, peningkatan S berarti
penurunan pangsa untuk D dalam total laba
(1 - S), yang mengarah ke penurunan input
dari D, yang cenderung mengurangi
produktivitas dan karenanya total laba. Ini
mengurangi pengembalian marjinal ke
input F, dan mendorong F untuk
memberikan lebih sedikit. Ini adalah 'efek
strategis'. Efek keseluruhan tergantung
pada nilai S: ketika S rendah (tinggi), 'efek
berbagi' ('efek strategis') mendominasi,
yang mengarah ke hubungan positif
(negatif) antara S dan x.
Persamaan (10) dan (11) menyiratkan π₯1β
dan π¦1β bisa negatif. Namun, kami
mengasumsikan bahwa x maupun y tidak
dapat kurang dari nol. Karena itu
Perhatikan bahwa π₯1β (π¦1
β) secara monoton
meningkat dalam S (1 - S). Dengan asumsi
non-negatif dan menggabungkan
ππππ π₯1β < 0, π₯ = 0 β π¦ = π¦2
β β‘ππππππ₯
π¦[(1 β π)π(0, π¦) β ππ¦] =
[π½(1 β π)ππ’π]1 π§β β π .........(12)
πΉ: ππΌ(π₯ + π)π’β1(π¦ + π)1βπ§ =πβ1......(8)
π·: (1 β π)π½(π₯ + π)π’(π¦ + π)βπ§ = πβ1 ......(9)
π₯1β = ππ§ (2βπ)β (1 β
π)(1βπ§) (2βπ)β π1 (2βπ)β β π......(10)
π¦1β = ππ’ (2βπ)β (1 β
π)(1βπ’) (2βπ)β π1 (2βπ)β β π.....(11)
ππππ π¦1β < 0, π¦ = 0 β π₯ = π₯2
β β‘ππππππ₯
π₯[ππ(π₯, 0) β ππ₯] =
[πΌππ1βπ§π]1 (1βπ’)β β π.........(13)
π₯β = {π₯1β(π), π₯1
β > 0, π¦1β > 0
π₯2β(π), π₯2
β > 0, π¦1β > 0
0, ππ‘βπππ€ππ π
........ (14) π¦β = {π¦1β(π), π₯1
β > 0, π¦1β > 0
π¦2β(π), π¦2
β > 0, π¦1β > 0
0, ππ‘βπππ€ππ π
.........(15)
7
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 9
8
persamaan (10) β (13), tingkat
keseimbangan input π₯β dan π¦β menjadi
Substitusikan persamaan (14) dan (15) ke
persamaan (3), diperoleh nilai
keseimbangan produktivitas sebagai fungsi
dari S, yaitu
dari persamaan (16), dapat diketahui bahwa
(ππ£1β ππβ ) β₯ (<)0 jika π β€ (>)πΌ. Dengan
kata lain, π£1β adalah fungsi S berbentuk U-
terbalik, π£1β dimaksimalkan pada π = πΌ.
Selanjutnya, (ππ£2β ππβ ) < 0, (ππ£3
β ππβ ) >
0, dan (ππ£4β ππβ ) = 0.
Berdasarkan persamaan (14)β(16), π₯β, π¦β
dan π£β dapat dihubungkan dengan S dengan
baik dalam bentuk hubungan berupa U-
terbalik, secara monoton meningkat atau
menurun di S, maupun independen dari S.
Ini menyiratkan bahwa, secara umum,
dampak S pada π₯β, π¦β dan π£β adalah
ambigu. Namun, di bawah rentang
parameter yang masuk akal, model ini
menghasilkan prediksi yang jelas tentang
hubungan antara kepemilikan asing (S) dan
produktivitas perusahaan (π£β) yang secara
luas sesuai dengan menggunakan hasil
empiris. Gambar 1(a) dan 1(b),
menggambarkan bentuk hubungan nilai π₯β,
π¦β dan π£β terhadap S.
Berdasarkan. Pertama, perusahaan JV yang
berkinerja terbaik lebih produktif daripada
perusahaan yang dimiliki sepenuhnya
asing, (WOS) yang pada gilirannya
mengungguli perusahaan murni dalam
negeri. Ini dapat dinyatakan sebagai
Menurut persamaan (16), π£β(0) = π£2β(0),
π£β(1) = π£3β(1), dan π£β(πΌ) = π£1
β(πΌ). Pola
produktivitas di atas mensyaratkan bahwa
input pihak asing dan domestik sangat
penting untuk kinerja produktivitas
perusahaan JV, dengan input pihak asing
relatif lebih penting. Ini konsisten dengan
fakta bahwa, di negara-negara berkembang,
pihak asing biasanya menyediakan
teknologi dan pengetahuan, yang sering
dianggap sebagai input utama untuk
produksi dan untuk produktivitas.
METODE
Dengan mengacu pada kerangka
konseptual yang telah dijelaskan dan tujuan
dari penelitian ini, spesfikasi model yang
akan digunakan adalah sebagai berikut
π£^ β=
{
π£1
β = π£(π₯1β, π¦1
β) = [ππΌ(1 β π)π½πΌπΌπ½π½π]1 (2βπ)β
, π₯1β > 0, π¦1
β > 0
π£2β = π£(0, π¦2
β) = ππΌ(π¦2β + π)π½ = ππΌ[π½(1 β π)ππ’π]π½ π§β , π₯1
β < 0, π¦2β > 0
π£3β = π£(π₯2
β, 0) = (π₯2β + π)πΌππ½ = [πΌππ1βπ§π]πΌ (1βπ’)β ππ½, π¦1
β < 0, π₯2β > 0
π£4β = π£(0,0) = ππΌππ½ , ππ‘βπππ€ππ π
.........(15)
ππππππππ = π½0 + π½1 β ππππππ(π‘β1)
π + π½2β πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘ + π½3β ππππππππππ’ππ‘π¦πππ‘
2 + π½4
β ππππππ‘ + π½5β ππππ_ππ π ππ‘π πππ‘ + π½6β ππππ_π βππππππ‘ + π½7β πππ₯ππππ‘πππ‘ + π½π β ππππ‘π
π
+ ππππ‘π
β¦ . . (πππππ 1)
8
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 10
9
dengan subscript k menunjukkan jenis
kinerja (return on sales/ROS; return on
assets/ROA; labor productifty; total factor
productivity/TFP), i menunjukkan
perusahaan, j menunjukkan industri dan t
waktu. πππππππ‘π menunjukkan indikator
kinerja perusahaan. Variabel
πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘ dan πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘2
untuk memperhitungkan adanya non-
linearitas antara πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘ dan
πππππππ‘π .
Studi ini menambahkan variabel kontrol
untuk mengendalikan sebanyak mungkin
heterogenitas yang tidak teramati (Blalock
dan Gertler 2008). Karakteristik perusahaan
meliputi ukuran perusahaan berupa
kepemilikan aset dan tenaga kerja dan firm
share, yang diukur dengan jumlah aset dan
karyawan serta market power perusahan
digunakan untuk mengontrol fakta bahwa
perusahaan besar dapat mengambil manfaat
dari skala ekonomi dan akses yang lebih
baik ke keuangan eksternal, yang dapat
meningkatkan kinerja (Chhibber dan
Majumdar, 1999). Demikian pula,
perusahaan dengan koneksi ke pasar
internasional cenderung untuk memiliki
kinerja yang lebih tinggi (Setiawan, 2019
dan Suyanto et al., 2009). Dikarenakan
karakteristik kinerja finansial (ROS dan
ROA) dan riil (Labor Productifty dan TFP)
berbeda maka dalam model, variabel
kontrol yang digunakan akan berbeda
(Z_ijtl^k).
Perusahaan yang termasuk dalam industri
atau sektor NIL akan didorong pemerintah
agar perusahaan asing melakukan sharing
kepemilikan modalnya dengan perusahaan
lokal/domestik atau menekan perusahaan
asing untuk mejadi joint venture (JV),
sehingga perusahaan diharapkan akan
memiliki kinerja perusahaan dengan
struktur JV. Berdasarkan hal itu dalam
penelitian ini diajukan pertanyaan
penelitian kedua, kemudian untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang
kedua tersebut digunakan model empiris
sebagai berikut:
Pada Model 2, menggunakan dummy NIL
(πππππππ‘) perusahaan i industri j tahun t,
bernilai satu (1) jika perusahaan i termasuk
dalam sektor/industri j yang diatur dalam
NIL dan nol (0) untuk sebaliknya. Dummy
ini digunakan untuk menangkap adanya
perbedaan kinerja perusahaan dan
perbedaan pengaruh kepemilikan modal
oleh asing (πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘). Pada
Model 2, perusahaan NIL akan memiliki
kinerja yang berbeda dengan perusahaan
Non-NIL jika dummy NIL signifikan
memengaruhi kinerja perusahaan.
Kemudian pengaruh kepemilikan modal
oleh asing (πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘) terhadap
kinerja perusahaan bagi perusahaan NIL
akan berbeda dengan perusahaan Non-NIL
ππππππππ = π½0 + π½1 β ππππππ(π‘β1)
π +
π½2 β πππππππ‘ + π½3 β
πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘ + π½4 β
πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘2 + π½5 β πππππππ‘ β
πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘ + π½6 β πππππππ‘ β
πππππππ_πππ’ππ‘π¦πππ‘2 + π½7 β ππππππ‘ +
π½8 β ππππ_ππ π ππ‘π πππ‘ + π½9 β
ππππ_π βππππππ‘ + π½10 β πππ₯ππππ‘πππ‘ +
π½π β ππππ‘ππ + ππππ‘
π (Model 2)
9
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 11
10
jika interaksi antara dummy NIL dan
kepemilikan modal oleh asing signifikan
memengaruhi kinerja perusahaan.
Berdasarkan spesifikasi model yang
digunakan diketahui bahwa model yang
digunakan merupakan model dinamis,
variabel tidak hanya dipengaruhi oleh
variabel-variabel eksogen akan tetapi juga
dipengaruhi variabel endogen pada waktu
sebelumnya. Oleh karena itu, semua
persamaan diestimasi dalam first-
differences, untuk mengontrol efek
spesifik-perusahaan dan waktu-invarian.
Dengan adanya endogenitas dari lag
dependent variable, maka digunakan
metode estimasi Generalized Method of
Moments (GMM) Arellano dan Bond
(1991).
Untuk mengevaluasi apakah variabel
lag/instrumen yang digunakan sudah tepat
dan benar dalam model, penelitian ini
menggunakan uji untuk second-order serial
correlation dari residu dalam differenced
equation (m2). Uji ini memberikan
pemeriksaan pada spesifikasi dan legitimasi
variabel lag t-2 sebagai instrumen dalam
differenced equation. Seperti dalam Benito
(2003), kami tidak bergantung pada tes
Sargan untuk pembatasan overidentifying,
karena ketika sampel dengan dimensi cross-
sectional yang sangat besar digunakan, ini
cenderung untuk menolak secara
berlebihan null validitas instrumen (juga
lihat Blundell, Bond, dan Windmeijer 2000;
Becker dan Sivadasan 2010; Guariglia, Lia,
dan Song 2011).
Penelitian ini akan menggunakan data
Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang
(IBS) dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
data sektor atau industri yang termasuk
dalam regulasi pembatasan kepemilikan
asing atau regulasi industri yang termasuk
dalam Negative Investment List (NIL) yang
berasal dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Data yang digunakan
adalah data panel, yang menggabungkan
data time series berupa data tahunan dari
2000β2014 dan data cross section berupa
data level perusahaan 5 digit ISIC.
Survei Tahunan IBS mencakup informasi
dasar perusahaan, diantaranya kode
identifikasi spesifik perusahaan, klasifikasi
sektor/industri, tahun memulai produksi,
dan lokasi. Selain itu termasuk persentase
kepemilikan modal dalam dan luar negeri,
informasi produksi (output, jumlah tenaga
kerja dalam produksi dan non-produksi,
nilai modal tetap dan investasi, bahan baku,
dan konsumsi energi), dan informasi
lainnya (persentase produksi yang diekspor,
nilai bahan baku impor, dan pengeluaran
lainnya). Survei Tahunan IBS telah
dilakukan sejak tahun 1975, dan data
terbaru yang tersedia adalah untuk tahun
2015. Namun, penelitian ini hanya
menggunakan periode data dari tahun 2007
hingga 2014. Tahun 2007 dipilih sebagai
tahun awal regulasi pembatasan
kepemilikan asing menggunakan
klasifikasi industri data pada daftar
sektor/industri yang dibatasi. Tahun 2015
dikecualikan karena BPS tidak menyajikan
kode identifikasi khusus perusahaan
(PSID). Begitu pula dikarenakan untuk
10
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 12
11
mencukupi observasi dalam analisis secara
inferensial, dalam analisis inferensial
menggunakan data tahun 2007 sampai
dengan 2014.
HASIL DAN ANALISIS
Untuk melihat gambaran secara statistik
dari variabel-variabel yang akan digunakan,
dalam penelitan ini akan membagi
observasi perusahaan menjadi enam
kategori berdasarkan kepemilikan modal
yang dimiliki oleh asing di setiap tahun.
Pertama meliputi perusahaan tanpa
kepemilikan modal asing (Wholly
Domestic Owned) dengan sampel sebesar
89,16 persen dari keseluruhan sampel.
Kedua meliputi perusahaan dengan
kepemilikan modal asing kurang dari 30
persen dengan sampel sebesar 0,39 persen
dari keseluruhan sampel; ketiga,
perusahaan dengan kepemilikan modal
asing lebih dari sama dengan 30 persen tapi
kurang dari 50 persen (0,65% dari sampel);
keempat, perusahaan dengan kepemilikan
modal asing lebih dari sama dengan 50
persen tapi kurang dari 80 persen (1,76%
dari sampel); kelima, perusahaan dengan
kepemilikan modal asing lebih dari sama
dengan 80 persen tapi kurang dari 100
persen (1,90% dari sampel); dan keenam,
perusahaan dengan kepemilikan modal
asing sama dengan 100 persen (6,12% dari
sampel).
Tabel 4.1 menyajikan ringkasan statistik
untuk enam kategori kepemilikan modal
oleh asing. Untuk kinerja riil yaitu Labor
Productivity dan TFP, cenderung
meningkat dengan tingkat kepemilikan
asing, tetapi turun pada perusahaan dengan
kepemilikan modal yang 100% dimiliki
asing. Rata-rata Labor Productivity paling
tinggi pada kepemilikan modal Joint
Venture (80-99%) dan paling rendah pada
kepemilikan modal Wholly Domestic
Owned. Rata-rata TFP paling tinggi pada
kepemilikan modal Joint Venture (30-49%)
dan paling rendah pada kepemilikan modal
Wholly Domestic Owned.
Sedangkan kinerja finansial yaitu ROS dan
ROA cenderung berfluktuatif dengan
tingkat kepemilikan asing. Rata-rata ROS
paling tinggi pada kepemilikan modal
Wholly Foreign Owned dan paling rendah
pada kepemilikan modal Joint Venture (1-
29%). Rata-rata ROA paling tinggi pada
kepemilikan modal Joint Venture (30-49%)
Tabel 4.1 Rata-rata Kinerja Perusahaan dan Rasio Kepemilikan Modal Oleh Asing
Berdasarkan Kategori Struktur Kepemilikan Modal Oleh Asing
Variabel
Wholly
Domestic
Owned
Joint
Venture (1-
29%)
Joint
Venture
(30-49%)
Joint
Venture
(50-79%)
Joint
Venture
(80-99%)
Wholly
Foreign
Owned
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ROS -0.91 -1.04 -0.94 -0.87 -0.94 -0.82
ROA 0.38 0.57 0.83 0.54 0.46 0.72
Labor Productivity 11.02 12.47 12.48 12.37 12.51 12.03
TFP 10.38 12.30 12.30 12.12 12.22 11.90
Foreign Equity 0 0.14 0.41 0.62 0.91 1
11
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 13
12
dan paling rendah pada kepemilikan modal
Wholly Domestic Owned.
Oleh karena adanya perbedaan perilaku
antara kinerja finansial (ROS dan ROA)
dan kinerja riil (Labor Productivity dan
TFP), hasil estimasi antara kinerja finansial
dan kinerja riil dibedakan dengan
menggunakan variabel kontrol yang
disesuaikan. Berikut hasil estimasi
pengaruh kepemilikan modal asing
terhadap kinerja perusahaan.
Tabel 4.2 ditampilkan hasil estimasi kinerja
finansial perusahaan: ROS dan ROA; dan
Tabel 4.3 ditampilkan hasil estimasi kinerja
riil perusahaan: Labor Productivity dan
TFP dengan menggunakan metode estimasi
panel dinamis GMM Arellano dan Bond.
Untuk spesifikasi kinerja perusahaan:
ROA, Labor Productivity, dan TFP,
foreign_equity memiliki koefisien positif
dan signifikan secara statistik, sementara
(foreign_equity)2 memiliki koefisien
negatif dan signifikan secara statistik.
Namun untuk kinerja ROS, pengaruh
foreign_equity dan (foreign_equity)2 tidak
signifikan secara statistik.
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Pengaruh Kepemilikan Modal Asing terhadap Kinerja
Finansial Perusahaan
ROS ROA (1) (2)
Lagged dep. variable 0.143*** 0.113*** (0.0172) (0.00700)
Foreign Equity 0.0694 0.878*** (0.317) (0.338)
(Foreign Equity)2 -0.0977 -0.889** (0.323) (0.346)
Age 0.0161*** 0.0600*** (0.00176) (0.00216)
Firm Aset 0.0222*** -0.991*** (0.00508) (0.00596)
Firm Share -25.45*** 163.7***
(7.894) (25.46)
Wages 0.0139*** 0.0671***
(0.00277) (0.00361)
Dummy Export -0.0444*** -0.147***
(0.0160) (0.0187)
Turning Points β 49.39%
m1 -15.82 -41.94
m2 2.67 -3.69
Observations 61,954 63,803
Number of firm 12,606 12,947
Keterangan:
Semua spesifikasi model diestimasi menggunakan GMM first-difference estimator. Angka-angka dalam tanda
kurung adalah standard error. m1 (m2) adalah tes untuk korelasi seri orde kedua (pertama) dalam residu yang
berbeda pertama, variabel lag/instrumen yang digunakan sudah tepat dan benar dalam model.
β Menunjukkan signifikansi pada level 10%.
ββ Menunjukkan signifikansi pada level 5%.
βββ Menunjukkan signifikansi pada level 1%.
12
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 14
13
Berdasarkan hasil estimasi tersebut
diketahui bahwa pengaruh kepemilikan
modal oleh asing dan kinerja perusahaan
dihubungkan oleh hubungan berbentuk U-
terbalik. Kinerja ROA, Labor Productivity,
dan TFP cenderung meningkat dengan
tingkat kepemilikan asing, tetapi turun pada
perusahaan dengan kepemilikan modal
yang 100 persen dimiliki asing. Dengan
hubungan berbentuk U-terbalik dapat
diketahui bahwa kinerja perusahaan
meningkat ketika partisipasi asing atau
kepemilikan modal yang dimiliki oleh asing
meningkat hingga 49,39 persen untuk
ROA; 50,99 persen untuk Labor
Productivity; dan 54,80 persen untuk TFP
dan kinerja perusahaan akan menurun
setelahnya.
Dengan kondisi tersebut, hal ini
menunjukkan bahwa sharing kepemilikan
modal antara domestik dan asing
diperlukan dalam mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Girma, Gong, dan GΓΆrg (2008)
dan Hsieh dan Klenow (2009) menyatakan
bahwa perusahaan domestik memiliki
pengetahuan tentang pasar dalam negeri,
lingkungan hukum dan politik; sementara
perusahaan asing membawa modal,
teknologi modern tata kelola perusahaan
yang lebih baik, serta keterampilan
manajerial dan jaringan internasional. Oleh
karena itu, perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki asing tidak akan mencapai kinerja
yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
joint venture, karena pengetahuan yang
lebih terbatas tentang pasar dalam negeri,
hukum, peraturan dan lingkungan birokrasi;
dan sikap pekerja terhadap insentif, serta
kurangnya koneksi politik dengan
pemerintah daerah, yang sering dianggap
sebagai kunci penentu kinerja.
Berdasarkan pengaruh variabel kontrol
terhadap kinerja perusahaan, umur
perusahaan menampilkan koefisien positif
dan signifikan secara statistik. Begitu pula
dengan kontribusi perusahaan di dalam
industri perusahaan tersebut atau market
power, umumnya menampilkan koefisien
positif dan signifikan secara statistik
kecuali untuk kinerja ROS. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama
perusahaan tersebut beroperasi atau
berpengalaman dan semakin tinggi market
power, semakin tinggi kinerja perusahaan
tersebut. Namun untuk perusahaan yang
13
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 15
14
melakukan ekspor cenderung berkinerja
lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan
kondisi ekonomi global yang sedang dalam
masa krisis. Sehingga perusahaan yang
melakukan ekspor cenderung akan
menurun kinerjanya. Berdasarkan tes m2,
dari keseluruhan spesifikasi model,
menunjukkan bahwa variabel
lag/instrumen yang digunakan sudah tepat
dan benar dalam model.
Dengan pengaruh kepemilikan modal asing
terhadap kinerja perusahaan berbentuk U-
terbalik, berikutnya dengan hubungan
tersebut digunakan untuk menganalisa
dampak Regulasi NIL. Regulasi NIL
bertujuan untuk menekan kepemilikan
modal asing, agar kontribusi perusahaan
Tabel 4.3 Hasil Estimasi Pengaruh Kepemilikan Modal Asing terhadap Kinerja Riil
Perusahaan
Labor Productivity TFP (1) (2)
Lagged dep. variable 0.252*** 0.283*** (0.0129) (0.0110)
Foreign Equity 0.732** 0.579* (0.296) (0.311)
(Foreign Equity)2 -0.717** -0.528* (0.304) (0.319)
Age 0.0513*** 0.0776*** (0.00164) (0.00216)
Production Labor Ratio 0.0401** 0.0892*** (0.0176) (0.0322)
Non Production Labor Ratio β 0.0268**
β (0.0134)
Firm Aset 0.0239*** -0.0742***
(0.00499) (0.00696)
Firm Labor -0.390*** β
(0.0181) β
Firm Share 102.4*** 66.78**
(37.54) (26.21)
Dummy Export -0.151*** -0.178***
(0.0182) (0.0199)
Energy Expenditure Ratio β -0.0454***
β (0.00771)
Turning Points 50.99% 54.80%
m1 -27.96 -45.46
m2 6.75 5.19
Observations 75,354 57,129
Number of firm 12,607 11,595
Keterangan:
Semua spesifikasi model diestimasi menggunakan GMM first-difference estimator. Angka-angka dalam tanda
kurung adalah standard error. m1 (m2) adalah tes untuk korelasi seri orde kedua (pertama) dalam residu yang
berbeda pertama, variabel lag/instrumen yang digunakan sudah tepat dan benar dalam model. β Menunjukkan signifikansi pada level 10%.
ββ Menunjukkan signifikansi pada level 5%.
βββ Menunjukkan signifikansi pada level 1%.
14
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 16
15
domestik dapat berkembang dan mampu
meningkatkan kinerja perusahaan.
Tabel 4.4 menyajikan ringkasan statistik
untuk perusahaan yang termasuk dalam
NIL/Non-NIL. Kinerja untuk semua
perusahaan secara rata-rata relatif berbeda
sedikit, sedangkan rasio kepemilikan modal
oleh asing relatif sama antara perusahaan
NIL maupun Non-NIL. Kinerja ROS,
ROA, Labor Productivity, dan TFP
perusahaan NIL secara rata-rata relatif lebih
rendah. Begitu pula jika dilihat dari sebaran
perusahaan dan pola sebarannya pada
Gambar 4.7, untuk semua kinerja
perusahaan ROS, ROA, Labor
Productivity, dan TFP diketahui bahwa
pola sebaran antara perusahaan yang
termasuk dalam NIL (nil) relatif sedikit
berbeda dibandingkan perusahaan yang
termasuk dalam NIL (non nil).
Pada Tabel 4.5 dan 4.6 ditampilkan hasil
estimasi pengaruh kepemilikan modal asing
terhadap kinerja perusahaan dengan
membedakan akibat adanya regulasi NIL.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan
bahwa secara statistik rata-rata kinerja
perusahaan yang termasuk dalam NIL
memiliki kinerja yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak termasuk dalam NIL (Non-NIL).
Namun untuk kinerja Labor Productivity
secara statistik tidak signifikan.
Untuk kinerja ROS diketahui bahwa secara
rata-rata perubahan kinerja ROS yang
termasuk dalam NIL lebih rendah 0,14
persen dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak termasuk dalam NIL dan
pengaruh kepemilikan modal asing tetap
tidak memengaruhi baik perusahaan NIL
maupun Non-NIL. Sedangkan perubahan
kinerja ROA perusahaan NIL secara rata-
rata lebih rendah 0,07 persen dibandingkan
dengan perusahaan Non-NIL dan rasio
kepemilikan modal asing berpengaruh dan
berbeda antara perusahaan NIL dan Non-
Tabel 4.4 Rata-rata Kinerja Perusahaan dan Rasio Kepemilikan Modal Oleh Asing
Berdasarkan Kategori Struktur Kepemilikan Modal Oleh Asing dan NIL/Non NIL
Variabel
Kategori
NIL / Non
NIL
Wholly
Domestic
Owned
Joint
Venture
(1-29%)
Joint
Venture
(30-
49%)
Joint
Venture
(50-
79%)
Joint
Venture
(80-
99%)
Wholly
Foreign
Owned
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
ROS Non NIL -0.92 -1.02 -0.93 -0.80 -0.95 -0.81
NIL -0.90 -1.08 -0.96 -1.11 -0.91 -0.85
ROA Non NIL 0.52 0.68 0.75 0.67 0.66 0.99
NIL 0.30 0.53 0.85 0.51 0.36 0.64
Labor
Productivity
Non NIL 10.85 12.45 12.54 12.79 12.62 12.08
NIL 11.11 12.48 12.46 12.25 12.48 12.01
TFP Non NIL 10.26 12.21 12.47 12.30 12.37 11.95
NIL 10.45 12.33 12.23 12.07 12.15 11.88
Foreign
Equity
Non NIL 0 0.14 0.41 0.63 0.91 1
NIL 0 0.15 0.41 0.62 0.91 1
15
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 17
16
NIL. Bagi perusahaan Non-NIL hubungan
kepemilikan modal asing dengan ROA
memiliki bentuk U-terbalik, dengan titik
baliknya sebesar 48,33 persen, namun
untuk perusahaan NIL titik baliknya lebih
rendah sebesar 17,63 persen. Kinerja ROA
baik perusahaan NIL dan Non-NIL
menurun seiring dengan peningkatan
kepemilikan asing namun setelah melewati
titik tertentu kenaikan kepemilikan asing
justru menurunkan kinerja ROA.
Kinerja Labor Productivity secara rata-rata
tidak berbeda antara perusahaan NIL dan
Non-NIL tapi kepemilikan modal asing
berpengaruh dan berbeda antara perusahaan
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Pengaruh Kepemilikan Modal Asing terhadap Kinerja Finansial Perusahaan: Membedakan Dampaknya Akibat Adanya Regulasi NIL
ROS ROA (1) (2)
Lagged dep. variable 0.144*** 0.113*** (0.0171) (0.00699)
Dummy NIL -0.135*** -0.0729***
(0.0294) (0.0225)
Foreign Equity 0.185 1.305*** (0.402) (0.381)
(Foreign Equity)2 -0.252 -1.349*** (0.411) (0.394)
NIL - Foreign Equity -0.351 -1.324**
(0.489) (0.573)
NIL - (Foreign Equity)2 0.444 1.404**
(0.500) (0.583)
Age 0.0168*** 0.0610*** (0.00173) (0.00219)
Firm Aset 0.0220*** -0.991*** (0.00509) (0.00596)
Firm Share -24.95*** 164.0***
(7.963) (25.45)
Wages 0.0137*** 0.0668***
(0.00276) (0.00361)
Dummy Export -0.0450*** -0.147***
(0.0160) (0.0186)
Dummy perusahaan baru masuk NIL (Non-NIL
pada t-1 menjadi NIL pada t) -0.0119 0.0395*
(0.0222) (0.0219)
m1 -15.85 -41.94
m2 2.75 -3.69
Observations 61,954 63,803
Number of firm 12,606 12,947
Keterangan:
Semua spesifikasi model diestimasi menggunakan GMM first-difference estimator. Angka-angka dalam
tanda kurung adalah standard error. m1 (m2) adalah tes untuk korelasi seri orde kedua (pertama) dalam
residu yang berbeda pertama, variabel lag/instrumen yang digunakan sudah tepat dan benar dalam
model.
β Menunjukkan signifikansi pada level 10%.
ββ Menunjukkan signifikansi pada level 5%.
βββ Menunjukkan signifikansi pada level 1%.
16
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 18
17
NIL dan Non-NIL. Bagi perusahaan Non-
NIL hubungan kepemilikan modal asing
dengan Labor Productivity memiliki bentuk
U-terbalik, dengan titik baliknya sebesar
49,83 persen, namun untuk perusahaan NIL
titik baliknya lebih rendah sebesar 24,46
persen. Sama halnya dengan kinerja ROA,
Labor Productivity untuk perusahaan NIL
dan Non-NIL menurun seiring dengan
peningkatan kepemilikan asing namun
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Pengaruh Kepemilikan Modal Asing terhadap Kinerja Riil
Perusahaan: Membedakan Dampaknya Akibat Adanya Regulasi NIL Labor Productivity TFP (1) (2)
Lagged dep. variable 0.255*** 0.282*** (0.0127) (0.0110)
Dummy NIL -0.0139 -0.0934***
(0.0249) (0.0217)
Foreign Equity 1.054*** 0.855** (0.335) (0.342)
(Foreign Equity)2 -1.058*** -0.835** (0.346) (0.354)
NIL - Foreign Equity -1.095** -1.045**
(0.530) (0.518)
NIL - (Foreign Equity)2 1.142** 1.133**
(0.543) (0.528)
Age 0.0521*** 0.0787*** (0.00163) (0.00216)
Production Labor Ratio 0.0468*** 0.0914*** (0.0176) (0.0321)
Non Production Labor Ratio β 0.0256*
β (0.0134)
Firm Aset 0.0241*** -0.0741***
(0.00499) (0.00696)
Firm Labor -0.390*** 66.97**
(0.0182) (26.28)
Firm Share 102.4*** -0.178***
(37.58) (0.0199)
Dummy Export -0.150*** -0.0456***
(0.0182) (0.00771)
Energy Expenditure Ratio β 0.119***
β (0.0266)
Dummy perusahaan baru masuk NIL (Non-NIL
pada t-1 menjadi NIL pada t) 0.144*** 66.97**
(0.0293) (26.28)
m1 -27.73 -45.40
m2 6.73 5.14
Observations 75,354 57,129
Number of firm 12,607 11,595
Keterangan:
Semua spesifikasi model diestimasi menggunakan GMM first-difference estimator. Angka-angka dalam tanda
kurung adalah standard error. m1 (m2) adalah tes untuk korelasi seri orde kedua (pertama) dalam residu yang
berbeda pertama, variabel lag/instrumen yang digunakan sudah tepat dan benar dalam model.
β Menunjukkan signifikansi pada level 10%.
ββ Menunjukkan signifikansi pada level 5%.
βββ Menunjukkan signifikansi pada level 1%.
17
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 19
18
setelah melewati titik tertentu kenaikan
kepemilikan asing justru menurunkan
kinerja Labor Productivity.
Perubahan kinerja TFP perusahaan NIL
secara rata-rata lebih rendah 0,09 persen
dibandingkan dengan perusahaan Non-NIL
dan rasio kepemilikan modal asing
berpengaruh dan berbeda antara perusahaan
NIL dan Non-NIL. Bagi perusahaan Non-
NIL hubungan kepemilikan modal asing
dengan ROA memiliki bentuk U-terbalik,
dengan titik baliknya sebesar 51,20 persen,
namun untuk perusahaan NIL titik baliknya
lebih rendah sebesar 31,93 persen. Sama
halnya dengan kinerja ROA dan Labor
Productivity, TFP untuk perusahaan NIL
dan Non-NIL menurun seiring dengan
peningkatan kepemilikan asing namun
setelah melewati titik tertentu kenaikan
kepemilikan asing justru menurunkan
kinerja TFP.
Berdasarkan hasil estimasi diatas diketahui
bahwa Regulasi NIL memberikan dampak
pada penurunan kepemilikan modal oleh
asing dan secara rata-rata kinerja
perusahaan NIL lebih rendah dibandingkan
dengan kinerja perusahaan Non-NIL, hasil
ini konsisten dengan hasil analisa yang
dilakukan oleh Genthner dan Kis-katos
(2017). Studi yang dilakukan oleh oleh
Genthner dan Kis-katos (2017)
menggunakan data perusahaan manufaktur
di Indonesia pada tahun 2000β2014
menunjukkan bahwa akibat Regulasi NIL
akan menurunkan kepemilikan modal asing
dan terjadi penurunan yang cukup besar
dari produktivitas bagi perusahaan-
perusahaan yang masuk ke dalam Regulasi
NIL.
SIMPULAN
Penelitian ini menggunakan panel
perusahaan manufaktur Indonesia selama
periode 2007β2014 untuk menganalisis
hubungan antara kepemilikan modal asing
dan kinerja perusahaan. Dengan ukuran
kinerja yang digunakan adalah return on
sales (ROS), return on assets (ROA),
produktivitas tenaga kerja, dan total factor
productivity (TFP), hasil estimasi
menunjukkan bahwa kepemilikan asing dan
kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia
memiliki hubungan berbentuk-U terbalik
kecuali untuk ukuran kinerja ROS yang
secara statistik kepemilikan modal asing
tidak memengaruhi kinerja ROS. Secara
khusus, kinerja perusahaan meningkat
ketika partisipasi asing atau kepemilikan
modal yang dimiliki oleh asing meningkat
hingga kisaran 48β55%, tergantung pada
ukuran kinerja yang digunakan dan
menurun setelahnya.
Dengan bentuk pengaruh seperti U-terbalik
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur akan mencapai kinerja
optimum ketika perusahaan melakukan
sharing kepemilikan modal antara
perusahaan domestik dan asing. Kondisi
tersebut menunjukkan fakta bahwa pihak
domestik dan asing akan saling membawa
input penting untuk mencapai kinerja
tinggi. Secara khusus, pihak domestik
berkontribusi untuk pengetahuan tentang
pasar dalam negeri dan lingkungan hukum,
serta koneksi politik dengan pemerintah
18
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 20
19
daerah; dan pihak asing berkontribusi
dalam teknologi modern, modal, tata kelola
perusahaan yang lebih baik, dan
keterampilan jaringan manajerial dan
internasional.
Tujuan pemerintah dengan menetapkan
regulasi berupa Negative Investment List
(NIL) adalah untuk menekan kepemilikan
modal asing, agar kontribusi perusahaan
domestik dapat berkembang dan mampu
meningkatkan kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa
secara rata-rata, kinerja perusahaan yang
termasuk dalam NIL memiliki kinerja yang
lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak termasuk dalam NIL
(Non-NIL).
Kemudian Regulasi NIL juga memberikan
dampak pada penurunan kepemilikan
modal oleh asing. Kepemilikan modal oleh
asing perusahaan NIL lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan NIL. Hal
ini juga menunjukkan bahwa titik balik
perusahaan NIL lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan Non-NIL. Pada
perusahaan NIL partisipasi asing atau
kepemilikan modal yang dimiliki oleh asing
akan meningkat hingga kisaran 48β52%,
tergantung pada ukuran kinerja yang
digunakan dan menurun setelahnya.
Sedangkan perusahaan Non-NIL memiliki
titik balik lebih rendah sebesar 17β32%.
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa
diperlukannya kontribusi domestik dalam
mencapai kinerja perusahaan yang
maksimal. Oleh karena itu pemerintah
memang sudah tepat dengan menetapkan
suatu regulasi berupa NIL bahwa bagi
perusahaan asing jika ingin berinvestasi
harus melibatkan perusahaan domestik.
Dari hasil analisa, secara statistik Regulasi
NIL sudah dapat menekan kepemilikan
modal asing, kepemilikan modal asing bagi
perusahaan NIL lebih rendah dibandingkan
perusahaan Non-NIL. Namun bagi
perusahaan yang termasuk dalam NIL
secara rata-rata kinerjanya tidak lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak diatur dalam NIL. Dengan demikian
hal ini dapat menunjukkan bahwa
perusahaan domestik sudah mampu
didorong untuk berkontribusi, namun
perusahaan asing belum sepenuhnya dapat
memberikan manfaat. Oleh karena itu
pemerintah harus lebih mendorong
peraturan tersebut agar lebih efektif,
dengan lebih mendorong kontribusi
perusahaan asing dengan memberikan
input-input pentingnya seperti teknologi
modern, tata kelola perusahaan yang lebih
baik, serta keterampilan manajerial dan
jaringan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Aitken, B., and A. Harrison. (1999). Do
domestic firms benefit from direct
foreign investment? American
Economic Review 89, no. 3: 605β18.
Arellano, M., and S. Bond. (1991). Some
tests of specification for panel data:
Monte Carlo evidence and an
application to employment equations.
Review of Economic Studies 58, no. 2:
277β98.
19
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 21
20
Asiedu, E., Esfahani, H.S. (2001).
Ownership structure in foreign direct
investment projects. Review of
Economics and Statistics 83, 647β
662.
Becker, B., and J. Sivadasan. (2010). The
effects of financial development on
the investment-cash flow
relationship: Crosscountry evidence
from Europe. B.E. Journal of
Economic Analysis & Policy
(Advances) 10, no. 1: 1β47.
Benito, A. (2003). The capital structure
decisions of firms: Is there a pecking
order? Bank of Spain.Working Paper
No. 0310.
Benito, G., & Welch, L. (1994). Foreign
market servicing: Beyond choice of
entry mode. Journal of International
Marketing, 2(2), 7β27.
Birkinshaw, J. (2000). Entrepreneurship in
the global firm. London: Sage.
Blalock, G., & Gertler, P. J. (2008).
Welfare gain from foreign direct
investment through technology
transfer to local suppliers. Journal of
International Economics, 74(2), 402β
421.
BlomstrΓΆm, M., and F. SjΓΆholm. (1999).
Technology transfers and spillovers:
Does local participation with
multinationals matter? European
Economic Review 43, nos. 4β6: 915β
23.
Blundell, R., S. Bond, and F.Windmeijer.
(2000). Estimation in dynamic panel
data models: Improving on the
performance of the standard GMM
estimators. In Nonstationary panels,
panel cointegration, and dynamic
panels, ed. B. Baltagi. Advances in
econometrics, vol. 15 (53β92).
Amsterdam: JAI Press, Elsevier.
Buckley, P., Clegg, J., Cross, A., Liu, X.,
Voss, H., & Zheng, P. (2007). The
determinants of Chinese outward
foreign direct investment. Journal of
International Business Studies, 38(4),
499β518.
Chang, S.-J., Chung, J., & Moon, J. J.
(2013). When do wholly owned
subsidiaries perform better than joint
ventures? Strategic Management
Journal, 34(3), 317β337.
Chen, S-F. (2008). The motives for
international acquisitions: Capability
Procurements, Strategic
Considerations, and the role of
Ownership Structures. Journal of
International Business Studies 39:3,
454-471.
Chen, Y.-R., Yang, C., Hsu, S.-M., &
Wang, Y. D. (2009). Entry mode
choice in Chinaβs regional
distribution markets: Institution vs.
transaction costs perspectives.
Industrial Marketing Management,
38(7), 702β713.
Chhibber, P., and S. Majumdar. (1999).
Foreign ownership and profitability:
Property rights, control and the
performance of firms in Indian
industry. Journal of Law and
Economics 42, no. 1: 209β39.
Dimelis, S., and H. Louri. (2002). Foreign
ownership and production efficiency:
20
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 22
21
A quantile regression analysis.
Oxford Economic Papers 54, no. 3:
449β69.
Genthner, R., & Kis-katos, K. (2017). The
impact of foreign investment
regulation on firm productivity and
employment in Indonesia. Working
Paper.
Girma, S., Y. Gong, and H. GΓΆrg. (2008).
Foreign direct investment, access to
finance and innovation activity in
China. World Bank Economic Review
22, no. 2: 367β82.
Greenaway, D., Guariglia, A., & Yu, Z.
(2014). The more the betterβ―? Foreign
ownership and corporate
performance in China, 4364.
https://doi.org/10.1080/1351847X.20
12.671785
Guariglia, A., X. Liu, and L. Song. (2011).
Internal finance and growth:
Microeconometric evidence on
Chinese firms. Journal of
Development Economics 96, no. 1:
79β94.
Guthrie, D. (2005). Organizational
Learning and Productivity: State
Structure and Foreign Investment in
the Rise of the Chinese Corporation.
Management and Organization
Review, 1(2), 165β195.
Hill, H. (1996). Indonesiaβs industrial
policy and performance: βOrthodoxyβ
vindicated. Economic Development
and Cultural Change, 45(1), 147β
174.
Hsieh, C.T., and P. Klenow. (2009).
Misallocation and manufacturing
TFP in China and India. Quarterly
Journal of Economics 124, no. 4:
1403β48.
Hult, G. T. M., Ketchen, D. J., Jr., Griffith,
D. A., Chabowski, B. R., Hamman,
M. K., Johnson Dykes, B., et al.
(2008). An assessment of the
measurement of performance in
international business research.
Journal of International Business
Studies, 39(6), 1064β1080.
Indonesia, R. (2000). Keputusan Presiden
No 96 Th 2000 tentang Bidang Usaha
Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan
Tertentu Bagi Penanaman Modal.
Indonesia, R. (2007). Peraturan Presiden
No 77 Th 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman
Modal.
Indonesia, R. (2010). Peraturan Presiden
No 36 Th 2010 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman
Modal.
Indonesia, R. (2014). Peraturan Presiden
No 39 Th 2014 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman
Modal.
Indonesia, R. (2016). Peraturan Presiden
No 44 Th 2016 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan
21
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020
Page 23
22
Persyaratan Di Bidang Penanaman
Modal.
Javorcik, B.S., and K. Saggi. (2010).
Technological asymmetry among
foreign investors and mode of entry.
Economic Inquiry 48, no. 2: 415β33.
Jiang, B-B, J. Laurenceson, and K. Tang.
(2008). Share reform and the
performance of Chinaβs listed
companies. China Economic Review
19, no. 3: 489β501.
Johanson, J., & Vahlne, J.-E. (2013). The
Uppsala model on evolution of the
multinational business enterpriseβ
from internalization to coordination
of networks. International Marketing
Review, 30(3), 189β210.
Karabay, B., (2010). Foreign direct
investment and host country policies:
a rationale for using ownership
restrictions. J. Dev. Econ. 93 (2),
218β225.
Kedia, B., Gaffney, N., & Clampit, J.
(2012). EMNEs and knowledge-
seeking FDI. Management
International Review, 52(2), 155β
173.
Knight, G. A., & Cavusgil, S. T. (1996).
The born global firm: A challenge to
traditional internationalization
theory. Advances in International
Marketing, 8, 11β26.
Levinsohn, J., and A. Petrin. (2003).
Estimating production functions
using inputs to control for
unobservables. Review of Economic
Studies 70, no. 2: 317β42.
Li, P. P. (2010). Toward a learning-based
view of internationalization: The
accelerated trajectories of cross-
border learning for latecomers.
Journal of International
Management, 16(1), 43β59.
Lindblad, J. T. (2015). Foreign Direct
Investment in Indonesia: Fifty Years
of Discourse. Bulletin of Indonesian
Economic Studies, 51(2):217β237.
Liu, X., & Zou, H. (2008). The impact of
greenfield FDI and mergers and
acquisitions on innovation in Chinese
high-tech industries. Journal of
World Business, 43(3), 352β364.
Luo, Y., & Tung, R. L. (2007).
International expansion of emerging
market enterprises: A springboard
perspective. Journal of International
Business Studies, 38(5), 481β498.
Mathews, J. A. (2006). Dragon
multinationals: New players in 21st
century globalization. Asia Pacific
Journal of Management, 23(1), 5β27.
Nguyen, Q. (2011). The empirical literature
on multinational enterprises,
subsidiaries and performance.
Multinational Business Review,
19(1), 47β64.
Raff, H., Ryan, M., & StΓ€hler, F. (2009).
International Journal of Industrial
Organization Whole vs. shared
ownership of foreign affiliates β, 27,
572β581.
Ramamurti, R. (2009). What we have
learned about emerging-market
MNEs? In R. Ramamurti & J. V.
Singh (Eds.), Emerging
22
Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 3
https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/3
Page 24
23
multinationals in Emerging Markets.
New York: Cambridge University
Press.
Setiawan, M. (2019). International Review
of Applied Economics Dynamic
productivity growth and its
determinants in the Indonesian food
and beverages industry. International
Review of Applied Economics,
00(00), 1β15.
Suyanto, Salim, R. A., & Bloch, H. (2009).
Does Foreign Direct Investment Lead
to Productivity Spilloversβ―? Firm
Level Evidence from Indonesia.
World Development, 37(12), 1861β
1876.
Takii, S. (2004). Productivity differentials
between local and foreign plants in
Indonesian manufacturing, 1995.
World Development 32, no. 11:
1957β69.
Teixeira, A. A. C., & Grande, M. (2012).
Entry mode choices of multinational
companies (MNCs) and host
countriesβ corruptionβ―. African
Journal of Business Management
Vol. 6(1), pp. XXX-XXX, July, 2012.
Tian, L., and S. Estrin. (2008). Retained
state ownership in Chinese PLCs:
Does government ownership always
reduce corporate value? Journal of
Comparative Economics 36, no. 1:
74β89.
United Nations Conference on Trade And
Development (UNCTAD). (2016).
World Investment Report 2016:
Investor Nationality: Policy
Challenges. Geneva: United Nations.
Welch, D. E., & Welch, L. S. (1995). The
internationalization process and
networks: A strategic management
perspective. Journal of International
Marketing, 4(3), 11β28.
World Trade Organization (1998). Trade
Policy Review Indonesia 1998 -
Report by the Secretary. Geneva :
WTO.
World Trade Organization (2013). Trade
Policy Review Indonesia 2013 -
Report by the Secretary. Geneva :
WTO.
Yiu, D., & Makino, S. (2002). The Choice
Between Joint Venture and Wholly
Owned Subsidiary: An Institutional
Perspective, (October 2017).
https://doi.org/10.1287/orsc.13.6.667
.494
Young, Stephan, J. Hamill, C. Wheeler and
J. R. Davies (1989), International
Market Entry and Development:
Strategies and Management.
Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Zhao, Hongxin, Luo, Yadong and Suh,
Taewon. (2004). Transaction cost
determinants and ownership-based
entry mode choiceβ―: a meta-analytical
review, 35(6), 524β544.
23
Priyanto and Qibthiyyah: Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Published by UI Scholars Hub, 2020