PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais gueneensis) MENGHASILKAN Oleh DEDAH ISMAYANTI A24104044 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
50
Embed
PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA ... · pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elais gueneensis) MENGHASILKAN
OlehDEDAH ISMAYANTI
A24104044
PROGRAM STUDI ILMU TANAHDEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
SUMMARY
DEDAH ISMAYANTI. Determination of Nutrient Range Adequancy NutrientOn Oil Palm Plantation (Elais gueneensis) Generate. Supervised by ATANG SUTANDI and SRI DJUNIWATI.
The agricultural commodity was one of the mainstays as an effort to increase the Country's foreign exchange apart from the sector of oil and gas. One of the priority for the development were oil palm. The problem that emerged the oil palm plantation was the determination of the dosage of fertilization that was not yet optimum. To achieve the optimum fertilization recommendation was determined by the value of the crop nutrient. One of the methods of knowing the status of the crop nutrient that is through the analysis of the crop, the interpretation used the critical value or the range of the adequancy of the nutrient.
This research was aimed to determine criteria the value of the crop nutrient was based on the range of the adequancy of the nutrient to the oil palm (Elaeis guineensis) for the crop produced. This research was used the survey method, that is taking the sample of the oil palm crop randomized to plantations that spread in Riau, Lampung, West Kalimantan, Central Kalimantan and South Sumatra. The sample of the crop came from a pair of leaf to the tail of the lizard from the 17th steam. Then was taken by a third to the middle and was removed palm leaf rib. Samples of these leaves were gathered from 20 trees. The level of nutrient was produced by the analysis of the crop were connected with the growth variabel and the production to determine the range of the adequancy of the nutrient.
The election of the production variable showed that the FFB production better than the average janjang weight. Based on the theory of the range of the adequancy of the nutrient that the distribution of the point that more focuss and conical above had the value of the good adequancy of the range, so as the range variable of the adequacy of the nutrient was based on the production of FFB. Results adequacy burly range determination are as follows; N ranged from 1:41 to 2.53, P elements ranged from 0:08 until 0:18, K elements ranged from 0.86 to 1:26, the elements Ca ranged from 0.85 to 0:42, Mg ranged from 0:16 to 0:41, the elements around Cu from 4.1 to 26.2 and for the elements Zn ranged from 21.67 to 45.65.
Results showed that the interpretation of N and Mg in are in less level, while the elements P, K, Ca and Zn are in the current status and the status of level Cu is high.
RINGKASAN
DEDAH ISMAYANTI. Penetapan Status Hara Berdasarkan Kisaran Kecukupan Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elais gueneensis) Menghasilkan. Dibawah bimbingan Atang Sutandi dan Sri Djuniwati.
Komoditas pertanian adalah salah satu andalan dalam usaha meningkatkan devisa Negara di luar sektor minyak dan gas. Salah satu yang menjadi prioritas untuk pengembangan adalah kelapa sawit. Permasalahan yang muncul diperkebunan kelapa sawit adalah penentuan dosis pemupukan yang belum optimum. Untuk mencapai rekomendasi pemupukan yang optimum ditentukan oleh status hara tanaman. Salah satu cara untuk mengetahui status hara tanaman yaitu melalui analisis tanaman, yang dapat diinterpretasi menggunakan nilai kritis atau kisaran kecukupan hara. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kriteria status hara tanaman berdasarkan kisaran kecukupan hara pada kelapa sawit (Elaeis guineensis) untuk tanaman menghasilkan.
Penelitian ini menggunakan metode survai, yaitu pengambilan sampel tanaman kelapa sawit (TM) dilakukan secara acak pada perkebunan-perkebunan yang menyebar di Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan. Sampel tanaman sawit (TM) berasal dari sepasang daun pada ekor kadal dari pelepah ke-17. Lalu diambil sepertiga pada bagian tengah dan dibuang lidinya. Sampel-sampel daun tersebut dikumpulkan dari 20 pohon. Kadar hara hasil analisis tanaman dihubungkan dengan parameter pertumbuhan dan produksi untuk menetapkan kisaran kecukupan hara.
Pemilihan variabel produksi menunjukan produksi tandan buah segar (TBS)lebih baik dari bobot janjang rata-rata (BJR). Berdasarkan teori kisaran kecukupan hara bahwa sebaran titik yang lebih terpusat dan mengerucut ke atas memiliki nilai kisaran kecukupan yang baik, sehingga variabel kisaran kecukupan hara didasarkan pada produksi TBS. Hasil penetapan kisaran kecukupan hara adalah sebagai berikut ; N berkisar dari 1.41 sampai 2.53, unsur P berkisar dari 0.08 sampai 0.18, unsur K berkisar dari 0.86 sampai 1.26, unsur Ca berkisar dari 0.42 sampai 0.85, Mg berkisar dari 0.16 sampai 0.41, unsur Cu berkisar dari 4.1 sampai 26.2 dan untuk unsur Zn berkisar dari 21.67 sampai 45.65.
Hasil interpretasi menunjukan bahwa unsur N dan Mg ada dalam status kurang, sedangkan unsur P, K, Ca dan Zn dalam status sedang dan untuk unsur Cu ada pada status tinggi.
PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN
KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elais gueneensis) MENGHASILKAN
DEDAH ISMAYANTI
A24104044
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Penelitian : Penetapan Status Hara Berdasarkan Kisaran
Kecukupan Hara Pada Tanaman Sawit (Elais
gueneensis) Menghasilkan
Nama : Dedah Ismayanti
NRP : A24104044
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Ir Atang Sutandi, M.Si
NIP. 130 937 427
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
Dr Ir Sri Djuniwati, M.ScNIP. 130 902 751
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1986 di kota Ciamis, sebagai
putri pertama dari pasangan Bapak Idih dan Ibu Elin Herlina.
Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah SD Negeri 2
Talagasari pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 Kawali pada tahun
2001, Sekolah Menengah Atas 2 Ciamis tahun 2004.
Tahun 2004, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI dan terdaftar sebagai mahasiswi Departemen Tanah Fakultas Pertanian.
Selama perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah pada
tahun 2006, dan pernah menjadi asisten mata kuliah Kimia Tanah pada tahun ajaran
2007/2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si dan Ibu Dr Ir. Sri Djuniwati, M.Sc sebagai
pembimbing, atas segala saran, petunjuk dan arahannya selama ini. Tak lupa penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada orang tua, adik serta seluruh keluarga
yang telah memberikan doa dan dorongan selama ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan skripsi ini, yaitu :
1. Dr. Ir. Iskandar, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.
2. Dr. Ir. Komarudin Idris, M.Sc selaku dosen penguji atas saran dan bantuannya.
3. Para dosen di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
4. Yunita ’Ita’, Mei dan Dewi atas kerjasama dan kebersamaannya selama penelitian.
5. Teman-teman tanah 41 atas saran, kritik dan semangatnya.
6. Nando atas bantuan dan dukungannya.
7. Para staf pegawai laboran program studi ilmu tanah.
8. Dan semua pihak terkait yang telah mendukung atas terlaksananya penelitian ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Bogor, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABE vi
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN
Latar belakang......................................................................................1
Tujuan ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit .............................................................................3
Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi, diabsorpsi dalam
bentuk Ca⁺⁺, terutama melalui mass flow dan intersepsi.
Peranan Kalsium dalam tanaman cukup banyak, diantaranya adalah
sebagai pembentukan protein, membantu pertumbuhan akar, dalam proses
pemanjangan sel. Selain itu kalsium juga berperan dalam pembentukan dan
berfungsinya bintil akar (Leiwakabessy, 1998).
Kekurangan kalsium akan nampak pada bagian yang muda dikarenakan
kalsium merupakan unsur yang tidak mobil, sehingga gejala kekurangan kalsium
akan terlihat pada daun muda yang baru tumbuh di bagian pucuk. Selain itu juga
akan mempengaruhi pertumbuhan akar.
13
Magnesium
Magnesium merupakan unsur yang mobil dalam tanaman, sehingga dapat
ditranslokasikan dari bagian yang lebih tua ke bagian yang lebih muda. Oleh
karena itu gejala defisiensi sering terlihat pada daun yang lebih tua dengan tanda
defisiensi berupa khlorosis (Tisdale dan Nelson, 1975).
Magnesium diambil tanaman dalam bentuk Mg2+ dan merupakan satu-
satunya logam yang menyusun klorofil. Kebutuhan magnesium dapat dipenuhi
melalui aliran massa dan intersepsi. Magnesium dalam tanah berasal dari mineral-
mineral primer (biotit, augit, hornblende, olivine, serpentin), mineral-mineral
sekunder (klorit, ilit, monmorilonit, vermikulit) dan mineral-mineral endapan
seperti dolomit dan epsonit (MgSO4.7H2O) (Leiwakabessy, 1998).
Peranan magnesium dalam tanaman diantaranya ialah terlibat dalam
pembentukan senyawa gula, protein, minyak, sebagai carrier fosfat dalam jaringan
tanaman, mengatur serapan hara lain, sebagai activator dari beberapa enzim
seperti transfosforilase, hidrogenase dan karboksilase. Merupakan penyusun
klorofil yang sangat berfungsi dalam proses fotosintesis (Leiwakabessy, 1998).
Tembaga
Tembaga diambil tanaman dalam bentuk Cu2+ dan bentuk molekul
kompleks organik. Bentuk-bentuk ini juga dapat diambil melalui daun sehingga
untuk mengatasi kekurangan bisa dilakukan dengan penyemprotan pada daun
(Leiwakabessy, 1998).
Gejala defisiensi Cu umum terjadi pada tanah gambut yang
mengakibatkan pertumbuhan tidak normal, seperti pelayuan yang cepat dan
batang-batang yang lemah (Sarief, 1986).
Tembaga berfungsi sebagai aktifator untuk berbagai enzim (Leiwakabessy,
1998). Selain itu Cu juga berperan dalam pembentukan klorofil (Setyamidjaja,
1986).
14
Seng
Sumber Zn dalam tanah terutama adalah mineral-mineral sekunder, dan
diambil tanaman dalam bentuk Zn2+ (Setyamidjaja, 1986). Leiwakabessy (1998)
menambahkan bahwa tanaman juga dapat mengambil seng dalam bentuk
molekuler garam kompleks organic seperti EDTA. Pemberian garam-garam Zn
yang larut maupun Zn kompleks melalui daun merupakan cara yang sering
ditempuh untuk kekurangan Zn.
Gejala defisiensi Zn bervariasi dari tanaman satu ke tanaman lainnya.
Gejala yang umum terjadi adalah; a) timbulnya daerah-daerah berwarna hijau
muda, kuning atau putih diantara tulang-tulang daun terutama daun yang tua di
bagian bawah, b) jaringan-jaringan pada daerah tersebut diatas mati, c)
ruas/batang tanaman memendek sehingga daun-daunnya memberikan bentuk
roset, d) daun menjadi kecil, sempit dan agak tebal. Bentuknya sering tidak
sempurna, e) daun-daun lebih cepat gugur, f) pertumbuhan tertekan, g) bentuk
buah sering tidak sempurna dan kecil atau tidak berbuah sama sekali
(Leiwakabessy, 1998).
15
5. Metoda Garis Batas (Boundary Line Methods)
Tahap pertama dalam metoda garis batas adalah penetapan standar. Satu
set data yang menggambarkan hubungan antara produksi dengan kadar hara diplot
ke dalam diagram sebaran seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Sebar Hubungan Produksi Dengan Kadar Hara N daun
(Walworth dan Sumner, 1986)
Kelompok produksi tinggi merupakan cerminan dari kondisi yang optimal,
yang faktor pembatasnya sudah banyak berkurang dibanding pada kelompok
produksi rendah. Keadaan ini diilustrasikan pada Gambar 4 dibawah ini.
16
Gambar 4. Respon Tanaman terhadap Faktor Pembatas (Walworth dan Sumner,
1987).
Dari gambar tersebut terlihat sejumlah n faktor pembatas yang membatsi
produksi pada tingkat rendah, kemudian semakin dikurangi faktor pembatas
tersebut maka produksi bertambah tinggi (Walworth dan Sumner, 1987).
Boundary line methods adalah metode garis batas, dimana garis
membungkus diagram sebar hubungan antara produksi dan kadar hara. Garis
tersebut membatasi data aktual, sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukan
data terletak diluar garis pembungkus tersebut. Garis batas ini terdapat di bagian
batas sebelah kiri dan kanan sebaran data, serta mengerucut ke atas, artinya
semakin tinggi pertumbuhan atau produksi semakin kecil selang kadar hara atau
ekspresi hara (sumbu x). Dengan kata lain semakin tinggi kadar hara semakin
tinggi produksi sampai tingkat tertentu. Kemudian produksi turun kembali dengan
semakin tingginya kadar hara. Penggambaran seperti ini sangat bermanfaat dalam
mendiagnosis kemungkinan perolehan produksi maksimum yang konsisten
dengan nilai apapun dari faktor pertumbuhan tertentu yang dapat ditentukan
(Walworth, et al,. 1987).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Agustus 2008.
Pengambilan sampel dilakukan di perkebunan kelapa sawit yang menyebar di
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau, Lampung dan Sumatera Barat.
Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian lapang, antara lain
adalah :
1. Label, plastik, Alat tulis,
2. Tali rafia, karung, counter dan meteran
3. Pisau, gunting, tang dll.
Bahan dan alat yang digunakan dalam analisis tanaman antara lain :
1. Sampel daun tanaman kelapa sawit
2. HClO4, HNO3, HCl, H2SO4, NaOH, H3BO3, aquades dan bahan-bahan
kimia lainnya.
3. Alat tulis dan label, AAS, UV-Spektrofotometer, dan alat-alat gelas
lainnya.
Metode Penelitian
1. Pengambilan Sampel Daun
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode survei yaitu
mengambil sampel secara acak dari tiap blok kebun yang dipilih.
Sampel daun yang digunakan untuk penetapan kadar hara tersebut diambil
secara acak dari 20 pohon per blok pada tanaman yang sehat. Pelepah yang di
jadikan sampel adalah pelepah ke-17. Sampel daun diambil dari ekor kadal
pelepah tersebut pada bagian kanan dan kiri. Sampel tersebut diambil dari bagian
18
tengahnya kemudian lidinya dibuang. Sampel daun yang telah diambil sesegera
mungkin dikeringkan dengan alat pengering.
2. Persiapan dan Analisis Sampel Daun
Sebelum dianalisis sampel daun tanaman ditangani dengan baik melalui :
a) Pembersihan dari kotoran yang menempel yaitu dengan melap dengan
larutan detergen (1 %) kemudian dibilas dengan air destilata.
b) Pengeringan untuk menghentikan reaksi enzimatik yaitu dengan
mengoven sample tanaman pada suhu 60° C dengan waktu 24 jam
c) Penggilingan agar mempercepat digestion saat analisis dan yang paling
penting untuk menghomogenkan seluruh jumlah contoh dan seluruh
bagian tanaman.
Setelah dihancurkan maka siap dianalisis. Jenis hara yang dianalisis dan
metodenya tertera pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Jenis Hara, Metode Analisis dan Pengukuran Hara
Jenis Hara Metode Analisis Metode Pengukuran
N Kjeldahl Titrasi
P Spectrofotometer
K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn,
Mn
Pengabuan basah dengan
digestor HNO3 dan
HClO4
Atomic Absorption
Spectrofotometer (AAS)
3. Peneraan Umur Tanaman
Umur kelapa sawit di areal perkebunan tidak sama sehingga untuk
menghilangkan pengaruh umur terhadap variabel yang diamati maka produksi
ditera dengan umur terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Yti = Ỹ + (Yi – Ŷi)
dimana Yti = pertumbuhan / produksi contoh ke i (tera)
Yi = pertumbuhan / produksi contoh ke i
Ỹ = rataan umum contoh
Ŷi = dugaan pertumbuhan / produksi
19
4. Penetapan Kisaran Kecukupan Hara
Penetapan kisaran kecukupan hara dilakukan dengan cara melihat sebaran
kadar hara tertinggi dan terendah hubungannya dengan umur tanaman. Penetapan
ini diperoleh berdasarkan rata-rata persen (%) kadar hara dengan standar deviasi
pada umur tanaman tertentu yang sebelumnya dilakukan peneraan terlebih dahulu.
Peneraan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh umur tanaman.
Pemilihan variabel terbaik dilakukan dengan cara membandingkan
diagram sebaran kadar hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan variabel tandan
buah segar (TBS) dan bobot janjang rata-rata (BJR). Dari dua variabel tersebut
dipilih yang terbaik sebarannya didasarkan pada bentuk diagram yang mengerucut
ke atas (skewness).
Selang kecukupan hara diperoleh dari kalibrasi hara tanaman kelapa sawit
menghasilkan dengan menggunakan sekat produksi. Sekat produksi membagi dua
kelompok yaitu produksi tinggi dan rendah. Pada pengamatan ini sekat produksi
terbaik yang digunakan adalah 40% dari 64 populasi (sampel) yang digunakan.
Nilai selang kisaran kecukupan hara dipeeroleh dari perpotongan garis sekat
produksi dengan garis batas. Garis batas dibuat dari titik terluar sehingga garis
yang dihasilkan sebagai garis yang membungkus data. Garis tersebut memisahkan
antara data yang real dan nonreal (data pencilan), sehingga sangat kecil peluang
ditemukan model data diluar garis tersebut.model persamaan garis batas dipilih
yang paling sesuai dengan titik-titik terluar yaitu dipilih dengan nilai R2 (koefisien
determinasi) yang paling besar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penentuan Kisaran Kecukupan Hara tahapan-tahapan yang perlu
dilakukan diantaranya adalah dengan melihat hubungan umur dengan variabel
produksi dalam rangka menghilangkan pengaruh umur pada variabel yang diamati,
Berdasarkan variabel produksi yang telah ditera maka dilakukan pemilihan variabel
yang sesuai dengan kriteria yaitu sebaran titik-titiknya lebih terpusat dan mengerucut
ke atas. Selanjutnya untuk penentuan kisaran kecukupan hara dilakukan dengan
membandingkan hasil kalibrasi kadar hara dengan standar.
Hubungan Umur Dengan Variabel Produksi
Variabel yang digunakan untuk mengekspresikan produksi pada tanaman
kelapa sawit adalah bobot janjang rata-rata (BJR) dan produksi tandan buah segar
(TBS). Peneraan dilakukan dengan meluruskan garis persamaan regresi antara
produksi tandan buah segar (TBS) maupun bobot janjang rata-rata (BJR) (y) dengan
umur tanaman sejajar dengan sumbu x. Garis peneraan ini merupakan rataan total dari
populasi data secara keseluruhan. Dengan demikian pertumbuhan/produksi tidak lagi
dipengaruhi umur tanaman. Grafik hubungan antara bobot janjang rata-rata (BJR)
dengan umur tanaman Elaeis guineensis disajikan pada Gambar 5 dan peneraanya
pada Gambal 6. Sedangkan untuk grafik hubungan produksi tandan buah segar (TBS)
disajikan pada Gambar 7 dan untuk peneraannya pada Gambar 8.
Hubungan parameter produksi dengan umur tanaman (Gambar 5 dan 7)
ditunjukkan dengan kurva persamaan regresi sebagai berikut : hubungan umur (x)
dengan bobot janjang rata-rata (BJR) (y) dipilih model terbaik dengan melihat
koefisien determinasi (R2) yang terbesar yaitu : y = 0.031x2 + 0.958x + 0.234, R2=
0.763, sedangkan untuk hubungan umur (x) dengan produksi tandan buah segar
(TBS) (y) model terbaiknya adalah : y = -0.145x2 + 4.908x - 10.41, R2= 0.766.
Sedangkan untuk persamaan dari hasil peneraan ditunjukkan oleh Gambar 6 dan 8
data produksi disini sudah tidak lagi dipengaruhi oleh umur.
21
.
Gambar 5. Hubungan BJR dengan Umur Gambar 6. Hubungan BJR Tera dengan
Tanaman Umur Tanaman
Gambar 7. Hubungan Produksi TBS Gambar 8. Hubungan Produksi TBS
Dengan Umur Tanaman Tera Dengan Umur Tanaman
22
Pemilihan Variabel Produksi
Pemilihan variabel produksi berdasarkan pada teori kisaran kecukupan hara
yaitu bahwa kisaran kecukupan hara akan semakin baik apabila sebaran titik-titiknya
lebih terpusat dan mengerucut ke atas, seperti yang ditunjukkan oleh model Farina
(1980) dalam Walworth, et al, (1987) yang telah dikemukakan di Bab 2.
Bentuk kekerucutan ini dilihat dari Grafik hubungan antara kadar hara N, P,
K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan variabel tera ditunjukkan pada Gambar 9 (a, b, c, d, e, f
dan g) untuk variabel Produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan untuk Variabel Bobot
Janjang Rata-rata (BJR) ditunjukkan pada Gambar 10 (a, b, c, d, e, f dan g).
Berdasarkan Gambar 9 dan 10 di atas, penetapan kisaran kecukupan hara
menggunakan data variabel produksi tandan buah segar (TBS) karena Grafik tandan
buah segar (TBS) memiliki kekerucutan yang lebih baik dibanding Grafik variabel
bobot janjang rata-rata (BJR), yaitu memiliki sebaran titik yang terpusat dan
mengerucut ke atas. Artinya bahwa pada keadaan tersebut produksi yang diperoleh
merupakan produksi optimum yaitu komposisi hara dalam keadaan berimbang dan
faktor yang menjadi pembatas semakin sedikit.
Produksi rendah tejadi bilamana kadar hara rendah, demikian pula produksi
rendah terjadi pada kadar hara tinggi. Pada kadar hara rendah bisa disebabkan karena
ada faktor pembatas serapan hara atau tertekan oleh hara lain yang bersifat antagonis.
Pada kadar hara tinggi bisa juga menekan hara lain dan menjadikan antagonis dengan
hara lain, sehingga produksinya menurun.
23
(a) (b)
(a)
(c) (d)
(e) (f)
(a) (b)
(c) (d)
24
(e) (f)
(g)
Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tera dengan
Kadar Hara N (9a), P (9b), K (9c), Ca (9d), Mg (9e), Cu (9f) dan Zn (9g).
25
(a) (b)
(c) (d)
26
(e) (f)
(g)
Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Bobot Janjang Rata-rata (BJR) Tera dengan
Kadar Hara N (10a), P (10b), K (10c),Ca (10d), Mg (10e), Cu (10f) dan Zn (10g).
27
Kisaran Kecukupan Hara
Kisaran kecukupan hara adalah kadar hara yang berada di daerah antara
selang kekurangan dan selang lebih (Munson dan Nelson (1973) ; Dow dan Robert,
(1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004)). Interpretasi hasil analisis tanaman
dilakukan dengan menggunakan metode berdasarkan selang kecukupan hara yaitu
membandingkan kalibrasi kadar hara pada daun dengan referensi standar yang sudah
ditetapkan.
Hasil kalibrasi kadar hara daun berdasar sekat produksi, didapatkan selang kisaran kecukupan hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dari kategori rendah, sedang dan tinggi, yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Selang kisaran kecukupan hara pada parameter Produksi TBS (ton/ha/thn)
Unsur Hara Satuan Renda h Sedang Tinggi
N % <1.41 1.41-2.53 >2.53
P % <0.08 0.08-0.18 >0.18
K % <0.86 0.86-1.26 >1.26
Ca % <0.42 0.42-0.85 >0.85
Mg % <0.16 0.16-0.41 >0.41
Cu ppm <4.10 4.10-26.20 >26.20
Zn ppm <21.67 21.67-45.65 >45.65
Referensi standar selang kecukupan hara makro dan mikro untuk tanaman
kelapa sawit menghasilkan (TM) berdasarkan Von Uexkull, (1992) dalam Pahan,
(2007) tertera pada Tabel 3.
28
Tabel 3. Selang Kecukupan Hara Makro dan Mikro Untuk Tanaman Sawit
Menghasilkan (TM) (Von Uexkull, 1992 dalam Pahan, 2007)
Unsur hara Satuan Rendah Sedang Tinggi
N % <2.3 2.4-2.8 >3.0
P % <0.14 0.15-0.18 >0.25
K % <0.75 0.90-1.20 >1.90
Mg % <0.20 0.30-0.45 >0.70
Ca % <0.25 0.50-0.70 >1.00
Cu ppm <3 5-8 >15
Zn ppm <10 12-18 >81
Mengacu pada referensi standar (Tabel 3), kisaran kecukupan hara pada
variabel produksi TBS (Tabel 2.) menunjukan bahwa pada kategori rendah unsur N, P
dan Mg lebih rendah dari standar Von Uexkull (1992), yaitu <1.41 untuk unsur N,
<0.08 untuk unsur P dan < 0.16 untuk unsur Mg. Sedangkan unsur K, Ca, Cu dan Zn
lebih tinggi dari standar Von Uexkull (1992) dengan nilai berturut-turut sebagai
berikut ; <0.86 untuk unsur K, <0.42 untuk unsur Ca, <4.10 untuk unsur Cu dan
<21.67 untuk unsur Zn.
Pada kategori tinggi unsur N, P, K, Ca, Mg dan Zn bernilai lebih rendah dari
standar Von Uexkull (1992), dengan nilai >2.53 untuk unsur N, >0.18 untuk unsur P,
>1.26 untuk unsur K, >0.85 untuk unsur Ca, >0.41 untuk unsur Mg dan >45.65 untuk
unsur Zn. Sedangkan unsur Cu lebih tinggi dari standar Von Uexkull (1992) yaitu
bernilai >26.20 dari >15.
Dari Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa nilai pada Tabel 2 dominan lebih rendah
dari Tabel 3 (referensi). Berdasarkan Tabel 3, pupuk yang diberikan pada lahan
penelitian belum optimum. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat perbedaan dalam
kondisi lokasi pengambilan sampel. Sehingga mempengaruhi dalam serapan hara.
29
Berdasarkan kisaran kecukupan hara perhitungan dengan kadar hara aktual di
lapangan di dapatkan Boundary Lines masing-masing unsur yang tertera pada Tabel 4
di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Diagnosis Dengan Boundary Lines dan Von Uexkull
Dari Tabel 4 diatas terlihat kisaran kecukupan hara (KKH) berdasarkan
Boundary Line unsur P, Cu dan Zn lebih tinggi di setiap produksi, Ca dan Mg lebih
rendah di setiap produksi, sedangkan unsur K yang nilainya lebih tinggi hanya
terdapat pada produksi 28112.6 dan unsur N bernilai lebih tinggi terdapat pada
produksi 20177.1, 33276.4 dan 37901.9. Berdasarkan Von Uexkull unsur N, P, K,
Ca, Mg dan Zn bernilai lebih rendah tetapi unsur P bernilai lebih tinggi pada produksi
8112.6, sedangkan unsur Cu bernilai tinggi di setiap produksi. Dari Tabel tersebut
dapat dilihat bahwa derdasarkan Boundary lines semakin tinggi produksi maka faktor
yang menjadi pembatas semakin sedikit ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Walworth dan Sumner (1987) pada Bab 2.
30
Berdasarkan variabel produksi tandan buah segar (TBS) menunjukan bahwa N
dan Mg merupakan faktor utama yang perlu ditambahkan. Kedua unsur tersebut
merupakan unsur hara makro yang sangat berperan dalam proses fisiologi akan besar
pengaruhnya terhadap produksi tandan. Sehingga untuk mencapai produksi yang
optimum harus dilakukan penambahan pupuk N dan Mg. Kekurangan tersebut diduga
karena mobilitasnya tinggi atau dosis yang diberikan belum mencukupi untuk
mencapai produksi yang optimum.
31
KESIMPULAN
Hasil penetapan kisaran kecukupan hara yang didasarkan pada variabel
produksi TBS adalah sebagai berikut : N berkisar dari 1.41 sampai 2.53, unsur P
berkisar dari 0.08 sampai 0.18, unsur K berkisar 0.86 sampai 1.86, unsur Ca berkisar
0.42 sampai 0.85, Mg berkisar dari 0.16 sampai 0.41, unsur Cu berkisar dari 4.1
sampai 26.2 dan untuk unsur Zn berkisar dari 21.67 sampai 45.65.
Hasil interpretasi menunjukan bahwa unsur N dan Mg ada dalam status
kurang, sedangkan unsur P, K, Ca dan Zn dalam status sedang dan untuk unsur Cu
ada pada status tinggi.
SARAN
1. Model ini masih perlu validasi dan verifikasi.
2. Untuk mengukur aplikasi kriteria pada setiap data dari zona tanah dan iklim yang
lebih luas.
DAFTAR PUSATAKA
Brady, N. C. 1974. The Nature and Properties of Soils 8th ed. McMillan Publ. Co. Inc. New York.
Fauzi, Y., Y. E. Widiastuti, I. satyawibawa, dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
Jones JB Jr, B Wolf dan HA Mills. 1991. Plant analysis handbook a practical sampling, preparation, analysis, and interpretation guide. United States of America: Micro-macro Publising, Inc.
Leiwakabessy F.M. 1998. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Leiwakabessy F.M dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nelson, L. B. 1976. The Mineral Nutrition of Corn as Related to Its Growth and Culture. Advanced in Agronomy. Academic Press Inc. New York.
Pahan, I. 2007. Panduan Kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta
Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management Soil in the Tropic. John Wiley and Sons. New York.
Sarief E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplex. Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 593 hal.
Suriatna, S. 1951. Pupuk dan Pemupukan. PT Melton Putra. Jakarta.
Tisdale, S.L. W. L. Nelson dan J.D. Beaton.1985. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan Publ. Co. Inc. New York.
Von Vexkull, H.R. 1982. Potassium Nutrition and Plant Disease. Proc. Int. Conf. PI. Prof. In Tropics.
Walworth, J.L., W.S. Letzsch, dan M.E. Sumner. 1986. use of boundary lines in
establishing diagnostic norm. Soil Sci. Am. J. 50: 123:128.
33
33
Walworth, J. L., dan M.E. Sumner. 1987. The diagnosis and recommendation
intergrated system (dris). Adv. Soil.Sci 6 : 149-188.
Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tabel Lampiran 1. Kadar Hara Tanaman Kelapa Sawit
Rataan Rataan Kadar HaraPanjang Pelepah
Luas Daun
Produksi BJRN P K Ca Mg Zn Cu
No Kebun Kode sample Umur
(cm) (m2) t/ha/thn kg % ppm1 Johan Sentosa B26-4-JS 14 603.17 12.21 34.59 21.63 2.22 0.11 1.02 0.6 0.21 46.68 14.742 Johan Sentosa B25-4-JS 14 580.60 12.13 27.89 21.42 1.46 0.13 1.1 0.56 0.2 19.85 23 Kebun Pantai Raya C1-KPR 13 551.50 7.50 19.02 14.13 1.94 0.11 1.19 0.49 0.31 41.32 12.154 Siberida 1 D 26 (ttk 6) 11 606.80 9.85 27.29 9.3 2.21 0.18 1.16 0.76 0.37 42.31 4.985 Siberida 1 D 26 (ttk 16) 11 586.60 9.55 27.29 13.15 2.21 0.14 1.09 0.7 0.34 42.91 4.816 Siberida 1 D 26 (ttk 26) 11 539.10 9.42 27.29 11.25 2.46 0.15 0.99 0.59 0.4 37.41 9.987 Agrita Sari Prima D 14/AG 10 308.50 11.55 15.00 1.46 0.11 0.92 0.65 0.31 44.38 9.868 Agrita Sari Prima D 10-AG 10 503.67 7.03 9.67 2.17 0.13 0.94 0.69 0.32 44.75 9.959 Agrita Sari Prima C18-AG 10 451.25 6.00 9.75 2.09 0.11 0.93 0.62 0.38 37.28 7.44
10 Agrita Sari Prima C24-AG 10 529.20 7.85 13.80 1.97 0.17 1.01 0.59 0.32 39.51 13.611 Agrita Sari Prima C38-AG 9 395.60 4.66 9.40 1.82 0.11 1.06 0.48 0.26 41.05 14.8412 Agrita Sari Prima F34-AG 10.5 449.60 6.48 9.00 1.85 0.13 1.18 0.62 0.37 22.41 9.9613 Agrita Sari Prima F30-AG 10.5 460.20 6.50 9.80 2.02 0.11 0.92 0.58 0.26 41.73 14.7314 Kali Agung Perkasa G2-KP 9 531.00 8.46 16.68 11.59 2.29 0.13 1.01 0.6 0.39 32.15 14.8415 Kali Agung Perkasa F1-KP 9 579.25 9.07 20.78 11.79 2.21 0.15 1.06 0.48 0.28 24.49 7.3516 Kali Agung Perkasa F3-KP 9 525.00 6.61 19.18 11.47 2.16 0.16 1.01 0.63 0.28 36.76 9.817 Siberida 1 D 27 11 502.40 7.82 28.15 8.20 2.34 0.14 1.19 0.6 0.38 29.79 16.2418 Siberida 3 D 27 11 435.20 8.95 28.15 14.40 2.09 0.14 0.99 0.6 0.32 29.18 76.319 Agrita Sari Prima E 2 7 453.20 8.36 8.00 2.22 0.1 0.95 0.59 0.26 34.64 7.4620 Agrita Sari Prima D 40 9.5 491.00 8.09 11.00 2.02 0.1 1.12 0.69 0.4 28.3 9.721 Agrita Sari Prima D 44 9 555.00 9.52 10.90 1.99 0.11 1.02 0.62 0.34 33.75 7.122 Agrita Sari Prima E 56/E 52 2 466.80 6.86 8.00 2.05 0.1 0.95 0.53 0.24 32.08 7.423 Agrita Sari Prima E 38 10 472.40 8.08 14.80 1.75 0.1 1.21 0.5 0.3 24.98 14.9924 Kali Agung Perkasa D 3 8 560.40 8.49 16.09 11.20 2.17 0.13 1.01 0.67 0.32 23.95 14.3725 Kali Agung Perkasa E 3 8 490.00 7.31 16.37 10.91 2.39 0.11 0.99 0.57 0.23 29.7 7.4326 Kali Agung Perkasa E 1 8 513.60 7.59 16.69 11.28 2.4 0.13 0.98 0.74 0.39 40.71 7.47
35
27 Kebun Pantai Raya E 7/E 27 13 611.00 12.60 23.06 17.42 1.97 0.12 1.11 0.65 0.25 36.86 7.3728 Johan Sentosa B 26 14 611.60 13.54 34.59 21.63 2.48 0.11 0.96 0.62 0.24 43.48 2.4229 Johan Sentosa B 25 14 638.20 15.53 27.89 21.42 2.09 0.12 1.03 0.56 0.3 44.03 9.7830 Siberida E 26 I/SBD III 11 552.00 8.42 25.14 13.70 2.09 0.14 0.91 0.68 0.43 41.36 4.8731 Siberida E 26 II/SBD III 11 512.00 7.76 25.14 17.50 1.94 0.16 0.98 0.69 0.28 27.01 7.3732 Siberida E 26 III/SBD III 11 489.00 7.91 25.14 19.90 1.9 0.14 0.92 0.52 0.34 32.56 4.9433 Siberida E 27 I/SBD III 11 464.20 7.11 27.35 14.60 2.07 0.15 0.97 0.72 0.38 22.28 9.934 Siberida E 27 II/SBD III 11 505.60 8.48 27.35 16.00 1.94 0.11 0.94 0.63 0.28 19.8 7.3535 Agrita Sari Prima D 20/ASP 10 546.20 8.74 14.70 2.04 0.13 0.97 0.63 0.24 19.97 9.9936 Agrita Sari Prima E 16/ASP 9.5 543.40 8.76 8.30 1.9 0.11 0.94 0.6 0.23 42.22 12.4437 Agrita Sari Prima F 2/ASP 8 497.00 7.24 8.82 2.1 0.1 1.05 0.47 0.23 38.33 7.1938 Agrita Sari Prima F 6/ASP 8 506.60 6.61 6.56 2.21 0.12 0.92 0.69 0.31 19.55 9.7839 Agrita Sari Prima F 10/ASP 9 568.60 9.91 11.96 2.09 0.13 1.05 0.77 0.37 41.67 10.1240 Agrita Sari Prima F 14/ASP 9 526.60 8.07 10.14 2 0.17 0.96 0.65 0.31 38.95 9.7441 Agrita Sari Prima F 44/ASP 9 494.00 7.10 16.58 2.22 0.11 0.93 0.73 0.29 26.97 12.2642 Agrita Sari Prima F 48/ASP 8 472.60 6.00 13.96 2.84 0.11 1.12 0.4 0.24 29.75 9.2543 Kali Agung Perkasa G 9/KAP 5 538.40 8.91 7.79 8.90 2.22 0.12 0.97 0.65 0.45 43.71 14.5744 Kali Agung Perkasa G 8/KAP 8 517.40 9.96 20.63 10.80 2.36 0.13 0.98 0.63 0.34 43.69 9.7145 Kebun Pantai Raya C 5/KPR 13 584.00 8.91 24.77 16.34 1.56 0.07 1.12 0.41 0.21 36.46 4.8646 Kali Agung Perkasa I 5/KAP 5 459.00 7.24 11.83 8.35 2.19 0.13 0.94 0.4 0.42 38.7 14.5147 Kebun Pantai Raya C 3/KPR 13 612.60 0.00 19.11 14.17 1.83 0.13 1.36 0.54 0.3 34.15 9.7648 Kali Agung Perkasa H 6/KAP 9 498.40 8.15 15.89 12.09 2.24 0.12 1.02 0.72 0.39 21.61 14.4149 Johan Sentosa B 26/JS 14 595.80 13.34 34.59 21.63 1.85 0.12 0.89 0.69 0.28 37.18 2.4850 Kali Agung Perkasa H 8/KAP 8 477.40 8.47 14.07 10.20 1.99 0.14 0.92 0.41 0.42 21.73 7.2451 Kali Agung Perkasa H 9/KAP 5 449.00 5.48 10.80 8.01 1.94 0.14 0.96 0.6 0.27 41.55 14.7752 Agrita Sari Prima E 4/FK/ASP 8 571.60 7.36 14.20 2.07 0.13 1.08 0.6 0.36 37.53 8.0453 Agrita Sari Prima E 12/ASP 8.5 533.00 7.63 8.40 1.84 0.18 0.97 0.66 0.32 47.99 12.1454 Agrita Sari Prima B 24/ASP 9 393.20 3.79 6.20 2.05 0.11 0.86 0.59 0.31 39.43 14.8355 Agrita Sari Prima B 28/ASP 9.5 488.80 6.96 7.32 2.36 0.14 0.95 0.65 0.3 19.21 14.2656 Agrita Sari Prima B 32/ASP 9 445.20 6.06 8.76 1.75 0.07 0.96 0.5 0.28 29.41 12.2557 Agrita Sari Prima B 38/ASP 9 437.20 4.89 6.98 2.22 0.12 0.9 0.56 0.3 26.35 9.6158 Agrita Sari Prima C 38/ASP 9 410.40 5.26 7.36 1.82 0.11 1.06 0.48 0.26 41.05 14.84
36
59 Agrita Sari Prima G 34/ASP 10 453.20 4.69 8.60 1.85 0.12 1.01 0.58 0.38 36.44 7.2960 Kali Agung Perkasa F 8/KAP 8 444.80 6.35 24.05 11.26 2.22 0.13 0.96 0.53 0.3 39.6 14.8561 Kali Agung Perkasa F 5/KAP 8 439.00 5.52 20.56 10.05 2 0.15 1.06 0.59 0.28 27.01 11.762 Kali Agung Perkasa F 7/KAP 8 426.00 5.03 22.12 10.10 2.16 0.13 1.04 0.6 0.24 19.33 12.0863 Kali Agung Perkasa I 3/KAP 5 495.40 7.37 13.40 8.79 2.09 0.11 0.98 0.45 0.3 34.81 7.1864 Kali Agung Perkasa I 1/KAP 5 456.00 6.39 15.88 8.30 2.33 0.14 1.02 0.72 0.35 32.42 14.9665 Kali Agung Perkasa H 1/KAP 9 518.00 9.40 20.27 12.40 1.88 0.1 0.98 0.35 0.24 32.16 9.5166 Kali Agung Perkasa H 3/KAP 9 490.00 7.12 17.56 11.59 2.29 0.1 1.04 0.7 0.3 31.58 9.7267 Johan Santoso B 26/JS 14 556.00 12.44 34.59 21.63 2.13 0.13 0.9 0.63 0.22 29.5 2.4668 Johan Santoso B 25/JS 14 560.00 11.36 27.89 21.42 2.16 0.12 0.94 0.53 0.26 26.88 2.4469 Kebun Pantai Raya D 1/KPR 13 578.00 9.43 26.38 17.13 2.25 0.12 0.98 0.7 0.3 45.7 2.4670 Kebun Pantai Raya D 3/KPR 13 525.00 7.94 27.22 17.15 1.97 0.14 0.93 0.54 0.31 27.11 7.33
71Siberida III KAT (pokok 6) E 24 11 520.40 8.97 32.53 12.50 2.18 0.12 0.9 0.54 0.35 28.58 14.56
72Siberida III KAT(pokok 16) E 24 11 490.60 7.64 32.53 18.14 2.24 0.14 0.95 0.57 0.46 41.98 4.95
73Siberida III KAT (pokok 26) E 24 11 509.20 7.96 32.53 14.60 2.46 0.15 0.99 0.59 0.4 37.41 9.98
74Siberida III KAT (pokok 36) E 25 11 504.60 7.58 32.22 14.20 2.04 0.15 1.16 0.6 0.43 29.06 12.11
75Siberida III KAT (pokok 46) E 25 11 514.40 8.34 32.22 13.70 2.05 0.11 0.96 0.52 0.2 19.87 2.48