Komoditi Kelapa Sawit III - 1 3.1. Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911. Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Palmaceae Sub keluarga : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x 435B; 34C x 43C), Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x 571), Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Komoditi Kelapa Sawit
III - 1
3.1. Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.
Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil
dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman
ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit
pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan
kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada
tahun 1911.
Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Palmaceae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk
jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul
hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x 435B; 34C x 43C),
Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x 571),
Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 2
G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal
dari Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur).
Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak
untuk ditanam antara lain sebagai berikut:
• Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan
• Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula
• Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah
• Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.
Ilustrasi beberapa jenis varietas bibit kelapa sawit yang dikategorikan memenuhi syarat seperti pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bibit Kelapa Sawit yang Memenuhi Syarat
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua
berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu
prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 %
pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA.
Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 %
(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah).
Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar-benar murni dan tidak
bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
DXP Simalungun
DXP Lame
DXP Langkat
DXP Bah Jambi
DXP Dlk sinumbah
DXP SP 1
DXP Yangambi
DXP Marihat
DXP Avros
DXP SP 1
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 3
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain
itu, ada beberapa faktor yang langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti di
bawah ini :
� Free Fatty Acid (FFA)
(As Palmitic)
� Moisture % impurities (M&I)
� Peroxide value
� Iodine value
� DOBI
� Melting Point
� Cloud Point
� M.Pt (AOCS Cc3-25)
� Colour (5 1/4" Lovibond Cell)
� Saponifiable Matter
� Dirt
� Fibre
� Profat
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari
pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
• Crude Palm Oil
• Crude Palm Stearin
• RBD Palm Oil
• RBD Olein
• RBD Stearin
• Palm Kernel Oil
• Palm Kernel Fatty Acid
• Palm Kernel
• Palm Kernel Expeller (PKE)
• Palm Cooking Oil
• Refined Palm Oil (RPO)
• Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)
• Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
• Palm Kernel Pellet
• Palm Kernel Shell Charcoal
Selain standar mutu sesuai dengan standar Dirjen Perkebunan berikut kualitas CPO yang baik:
(sesuai Standar Produksi SP 10-1975)
a. kadar minyak minimum 48 % cara pengujian AP-SMP-13-1975
b. kadar air maksimum 8,5 % cara pengujian SP-SMP-7-1975
c. kontaminasi maksimum 4 % cara pengujian SP-SMP-31-1975
d. kadar inti pecah maksimum 15 % cara pengujian SP-SMP-31-1975.
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 4
3.2. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit
Kelapa sawit sangat bermanfaat, mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Data
selengkapnya mengenai produk dan penggunaan minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
Pemanfaatan Keterangan
Industri makanan Mentega, shortening, coklat, additive, es cream, pakan ternak, minyak goreng.
Produk obat – obatan dan kosmetik Krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene. Industri berat dan ringan Industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan
terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam.
Industri kimia Bahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun, dan minyak. Sisa - sisa dari industri minyak sawit, dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur.
Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi
untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan
penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai
alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan
kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %. Ada beberapa
alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu sebagai pupuk kompos, merupakan bahan
organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
• Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
• Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
• Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
• Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah.
• Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium karena abu tandan tersebut
memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO, dan 3 % MgO. Selain itu juga
mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot, dll.
• Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E
• Batang pohon dapat dijadikan “Fiber Board” untuk bahan baku mebel, kursi, meja, lemari dan
sebagainya.
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 5
• Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan
sebagainya.
3.3. Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan Ikutannya
Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan kelapa sawit ternyata masih
banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:
1. Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat
rumah direksi, rumah administratur, rumah kepala kebun, rumah mandor, asrama karyawan,
poliklinik, tempat ibadah. Jumlah bangunan disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
3. Sarana listrik dan air bersih.
Untuk kebutuhan penyediaan harus didukung dengan penyediaan generator yang cukup besar,
hal ini terkait dengan peruntukkannya sebagai sumber energi di lokasi kebun.
4. Dermaga dan Tangki Timbun
Dipersiapkan sebagai tempat penimbunan hasil CPO sebelum dikapalkan. Untuk ini tentunya
juga diperlukan pencadangan lahan dermaga.
5. Alat Angkutan
Untuk mendukung mobilitas proyek termasuk kendaraan kepala kantor, kepala afdeling, para
asisten, alat angkut sarana produksi serta truk tangki dan lain-lain. Jenis dan jumlah alat
angkut/kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Alat Berat
Pengadaan alat berat dimaksudkan untuk mempermudah kegiatan pembangunan kebun seperti
membangun jalan, merawat jalan, land clearing, pembuatan dan perawatan drainase dan dapat
juga sebagai sarana angkut pada saat kondisi jalan rusak berat yang tidak dapt dilalui oleh
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 18
kendaraan lain. Jenis alat berat yang diperlukan adalah Bulldozer, Grader, Excavator, Dump
Truck Compactor, dan Farm Tractor.
7. Pembangunan Prasarana Lainnya
Instalasi penunjang yang harus ada dalam perkebunan meliputi pompa air, tangki BBM, alat
pemadam kebakaran, genset, mesin las, compressor, jaringan listrik, jaringan air dan
perlengkapan perbengkelan. Pengadaan prasarana penunjang tersebut dilakukan paralel dengan
pembangunan kebun.
Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Komoditi Kelapa Sawit
III - 19
...............................1 3.1. Penggolongan/Klasifikasi dalam Komoditi Kelapa Sawit.....................1 3.2. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit ...................................................4 3.3. Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan
Ikutannya ...........................................................................................................5 3.4. Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit...................................................5 3.5. Skala Usaha Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ...............................15 3.6. Kebutuhan Fasilitas Prasarana Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ....16
Tabel 3.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia ...........................4 Tabel 3.2. Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian ......................6 Tabel 3.3. Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun untuk Luas
Lahan 6.000 Ha ..........................................................................................................15
Gambar 3.1. Bibit Kelapa Sawit yang Memenuhi Syarat.........................................2 Gambar 3.2. Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit............................................12 Gambar 3.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit ..........................................................13 Gambar 3.4. Susunan Mesin dan Peralatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit........14