Page 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHITUNG BENDA
ANAK KELOMPOK B TK AULIA LAWEYAN SURAKARTA
SEMESTER II TAHUN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
YENI SULAIKAH
X8110055
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
Page 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Yeni Sulaikah
NIM : X8110055
Jurusan/Program studi: FKIP/PG-PAUD
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ PENERAPAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MENGHITUNG BENDA ANAK KELOMPOK B TK AULIA LAWEYAN
SURAKARTA SEMESTER II TAHUN 2011/2012 “ ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Yeni Sulaikah
Page 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHITUNG BENDA
ANAK KELOMPOK B TK AULIA LAWEYAN SURAKARTA
SEMESTER II TAHUN 2011/2012
Oleh
YENI SULAIKAH
X8110055
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
Page 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Rukayah, M.Hum Yudianto Sujana,S.Kom,M.KomNIP 195708271982032002 NIP 198106152008121003
Page 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd ____________
Sekretaris : Dra. Yulianti, M.Pd ____________
Anggota I : Dra. Rukayah, M.Hum ____________
Anggota II : Yudianto Sujana, S.Kom,M.Kom ____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a. n Pembantu Dekan 1
Prof. Dr.rer.nat. H. Sajidan, M.Si.
NIP. 196604151901031002
Page 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Yeni Sulaikah. PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHITUNG BENDA ANAK KELOMPOK B TK AULIA LAWEYAN SURAKARTA SEMESTER II TAHUN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda melalui penerapan pendekatan kontekstual pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta Semester II Tahun 2011/2012.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Aulia Laweyan yang berjumlah 12 anak. Sumber data berasal dari guru dan anak. Teknik untuk mengumpulkan data meliputi: observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta Semester II Tahun 2011/2012. Sebelum dilaksanakan tindakan nilai tuntas () pada anak kelompok B yaitu terdapat 3 anak atau sebesar 25%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I menunjukkan terdapat 8 anak atau 66,67% yang mendapat nilai tuntas (). Dengan demikian terdapat peningkatan sebesar 41,67% pada siklus I. Pada siklus II menunjukkan nilai ketuntasan meningkat menjadi 11 anak yang mendapatkan nilai tuntas () atau sebesar 91,67% dibandingkan pada siklus I.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda anak kelonpok B TK Aulia Laweyan Surakarta Semester II Tahun 2011/2012.
Kata kunci : Pendekatan kontekstual, pemahaman konsep menghitung benda.
Page 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Yeni Sulaikah. APPLICATION OF CONTEXTUAL APPROACH IN ATTEMPTS OF IMPROVING THE UNDERSTANDING OF OBJECT COUNTING CONCEPT AMONG KINDERGARTEN CHILDREN OF GROUP B OF TK AULIA OF LAWEYAN, SURAKARTA OF 2ND
SEMESTER OF 2011/2012. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, July. 2012.
Purpose of the research is to improve understanding of object counting concept by using contextual approach among kindergarten children of Group B of TK Aulia of Laweyan, Surakarta of 2nd semester of 2011/2012.
The research is an action classroom research. It is conducted in two cycles and every cycle consists of planning, action, observation, reflection. Subject of the research is kindergarten children of group B of TK Aulia of Laweyan amounting to 12 individuals. Data sources derive from teacher and children. Techniques of data collection used in the research are observation, interview, test and documentation. Data analysis technique of the research is interactive model consisting of three components, namely, data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Results of the research indicated that application of contextual approach can improve understanding of object counting concept among the kindergarten children of group B of TK Aulia of Laweyan, Surakarta of semester II of 2011/2012. Before implementation of the action, completeness score () of children of group B was 25%. After cycle I had been conducted, it was found that 8 children or 66.67% obtained completeness score (). Therefore, it was an increase of 41.67% at cycle I. At cycle II, children with the completeness score () increased to 11 individuals or 91.67% compared to cycle I.
Based on results of the research, it is concluded that application of contextual learning can improve the understanding of object counting concept among kindergarten children of Group B of TK Aulia of Laweyan, Surakarta of semester II of 2011/2012.
Key words: Contextual approach, understanding of object counting concept.
Page 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
# “ Tiadalah kebanggaan selain bagi ahli ilmu, mereka memberi petunjuk kepada
orang yang meminta ditunjukkan. Nilai manusia ialah dengan kebaikan yang
dikerjakannya dan orang-orang bodoh itu ialah musuh ahli ilmu. Menanglah
engkau dengan ilmu, hiduplah lama!. Orang lain mati, ahli ilmu masih terus
hidup ”.
(Ali bin Abi Thalib r.a )
# Semua mimpi akan menjadi kenyataan, jika kita berani untuk mengejarnya.
(Penulis)
Page 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
“ Bapak dan Ibu “
Sangat mulia, engkau merawat menghidupi dan membesarkan, engkau
cuma mau air manis pengikat hati. Sungguh berat beban itu, sungguh mulia kasih
sayangmu, tidak ada yang sebanding denganmu. Sungguh pantas penghargaan
sejati, dari Allah yang maha suci, bahwa surga mengalir dari sela kakimu ibu
yang suci.
” Yatmoko dan Aza “
Terima kasih yang sebanyak-banyaknya dari hati kecil yang mendalam
pada suami dan anak kecilku. Engkau senantiasa mendorong semangatku untuk
selalu terus maju, walau terkadang aku lemah namun engkau selalu
mendampingiku baik disaat aku sedih maupun gembira.
Page 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PENERAPAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MENGHITUNG BENDA ANAK KELOMPOK B TK AULIA LAWEYAN
SURAKARTA SEMESTER II TAHUN 2011/2012 ".
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surkarta
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Rukayah, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Yudianto Sujana, S.Kom, M.Kom selaku Pembimbing II yang telah
memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Uswatun Khasanah, selaku kepala sekolah TK Aulia Laweyan Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Siti Afiatun,SH selaku guru kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta.
Page 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
8. Anak kelompok B TK Aulia Laweyan yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga amal baik semua yang tersebut di atas mendapat balasan dari
Allah SWT.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada penulis khususnya dan para
pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
Page 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. v
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………… vi
MOTTO …………………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ……………………………………………………… 6
1. Pendekatan Kontekstual ……………………………………… 6
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual …..………………… 6
b. Karakteristik Pembelajaran kontekstual ……………….. 7
c. Strategi Pendekatan kontekstual …………………………. 10
d. Landasan Filosofis CTL …………………………………… 13
e. Komponen-komponen CTL ………………………………. 14
f. Tujuan Pembelajaran Kontekstual ………………………. 17
Page 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
g. Langkah-langkah Pembelajaran CTL ……………………. 18
2. Pemahaman Konsep Menghitung Benda pada Pembelajaran
Matematika di TK …………………….............................….. 19
a. Pemahaman konsep Menghitung Benda Anak Tk ……… 19
b. Tujuan Pemahaman Konsep Menghitung Benda Anak TK20
c. Pengertian matematika ……………………………………. 21
d. Pengenalan Pembelajaran Matematika Anak TK ……… 23
e. Tujuan Pembelajaran matematika Anak TK …………… 24
f. Pengenalan Pembelajaran Matematika di TK yang diteliti25
B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………… 26
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 27
D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………… 30
B. Subyek Penelitian ……………………………………………………. 30
C. Data dan Sumber Data ………………………………………………. 30
D. Pengumpulan Data ………………………………………………… 31
1. Wawancara ………………………………………………………. 31
2. Observasi…………………………………………………………. 32
3. Tes………………………………………………………………… 33
4. Dokumentasi……………………………………………………… 33
E. Uji Validitas Data ……………………………………………………. 34
F. Analisis Data ……………………………………………………… 35
G. Indikator Kinerja Penelitian ………………………………………… 37
H. Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 39
1. Tindakan Siklus I………………………………………………… 40
a. Tahap Perencanaan ………………………………………….. 40
b. Tahap Tindakan ……………………………………………… 41
c. Tahap Observasi …………………………………………….. 41
d. Tahap Refleksi ……………………………………………..... 42
2. Siklus Kedua (Siklus II) …………........................................... 42
Page 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
a. Tahap Perencanaan ………………………………………….. 42
b. Tahap Tindakan ……………………………………………… 42
c. Tahap Observasi……………………………………………… 43
d. Tahap Refleksi ……………………………………………….. 44
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ………………………………………………. 45
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………………………… 48
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ……………………….. 67
D. Pembahasan………………………………………………………….. 73
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………… 78
B. Implikasi……………………………………………………………… 78
C. Saran………………………………………………………………….. 79
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 81
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 82
Page 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Alur Kerangka Berfikir ........................................................................ 29
2 Komponen dalam Analisis Data .......................................................... 36
3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 40
4 Grafik Data Nilai Hasil Pembelajaran Berhitung Sebelum Tindakan
Anak Kelompok B TK Aulia Laweyan................................................. 47
5 Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung Benda Siklus I Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan.......................................................... 56
6 Grafik Nilai Pembelajaran Menghitung Benda Siklus II Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan ......................................................... 65
7 Grafik Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Anak
8 Kelompok B TK Aulia Laweyan.......................................................... 71
Page 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Indikator Kinerja Penelitian.................................................................. 39
2 Nilai Kemampuan Tes Awal Sebelum Tindakan Anak Kelompok B
TK Aulia Laweyan ............................................................................. 45
3 Frekuensi Nilai Hasil Pembelajaran Berhitung Anak Kelompok B TK
Aulia Laweyan Sebelum Tindakan....................................................... 46
4 Aktivitas Anak dalam Pembelajaran Siklus I ........................................ 54
5 Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung benda pada Siklus I Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan ........................................................ 55
6 Frekuensi Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung Benda pada Siklus I
Anak Kelonpok B TK Aulia Laweyan.................................................. 56
7 Aktivitas Anak dalam Pembelajaran Siklus II....................................... 63
8 Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung Benda pada Siklus II Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan ......................................................... 64
9 Frekuensi Nilai Pembelajaran Menghitung Benda Siklus II Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan .......................................................... 65
10 Hasil Tes Kognitif Kemampuan Tes Awal, Siklus I, Siklus II Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan .......................................................... 66
11 Frekuensi Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung Benda Anak
kelompok B Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Sikus I ........... 68
12 Hasil Pembelajaran Kognitif Anak Siklus I Sebelum dan Sesudah
Tindakan.............................................................................................. 69
13 Frekuensi Nilai Hasil Pembelajaran Menghitung Benda Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan Siklus II Sebelum dan Sesudah
Tindakan.............................................................................................. 70
14 Hasil Tes Kognitif Siklus II Anak Kelompok B Tk Aulia Laweyan
Sebelum dan Sesudah Tindakan ........................................................... 71
15 Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan Siklus I, Siklus II Anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan ......................................................... 72
16 Perbandingan Hasil Observasi Guru dan Anak pada Siklus I dan siklus
II .......................................................................................................... 73
17 Rekapitulasi Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan Siklus I dan Siklus
II Anak Kelompok B TK Aulia Laweyan ............................................ 75
Page 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jadwal Penelitian ................................................................................. 84
2 Silabus Pembelajaran .......................................................................... 85
3 Hasil Wawancara Anak....................................................................... 89
4 Hasil Wawancara Guru ....................................................................... 90
5 Deskripsi Penilaian Kemampuan Menghitung Benda .......................... 91
6 RKH dan Penilaian Siklus I Pertemuan I .............................................. 92
7 RKH dan Penilaian Siklus I Pertemuan II............................................. 100
8 RKH dan Penilaian Siklus II Pertemuan I............................................. 107
9 RKH dan Penilaian Siklus II Pertemuan II ........................................... 115
10 Kemampuan Tes Awal......................................................................... 123
11 Nilai Tes Sebelum Tindakan .............................................................. 124
12 Nilai Tes Siklus I ............................................................................... 125
13 Nilai Tes Siklus II .............................................................................. 127
14 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I ........................................ 129
15 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II ..................................... 130
16 Aktivitas Anak dalam Pembelajaran Siklus I........................................ 131
17 Aktivitas Anak dalam Pembelajaran Siklus II....................................... 132
18 Bagan Personil TK Aulia Laweyan ..................................................... 133
19 Foto-foto Kegiatan ............................................................................... 134
Page 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pendidikan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (UU pasal 1 ayat 14 Sisdiknas:2003).
Pendidikan anak usia dini merupakan kesiapan untuk menempuh
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Oleh karena itu
semua lingkup perkembangan pada anak usia dini harus ditingkatkan
kualitasnya. Untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran tidaklah
cukup hanya menggunakan salah satu pendekatan saja, melainkan harus
menggunakan beberapa pendekatan. Hal ini dimaksudkan agar materi
pembelajaran dapat dikuasai anak dengan baik, sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Salah satu lingkup perkembangan disekolah taman kanak-kanak
yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah lingkup perkembangan kognitif
yaitu pada kegiatan membilang dengan menunjuk benda (menghitung benda).
Anak usia 5-6 tahun sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase
Pre Operational. Anak belajar terbaik melalui benda-benda nyata. Konsep
pembelajaran menghitung benda anak usia 5-6 tahun adalah melalui belajar
dari benda-benda konkrit. Mengajar angka 1, 2 dan 3 akan lebih baik jika
berkoresponden dengan benda, misalnya satu dengan satu biji, dua dengan dua
biji dan tiga dengan tiga biji (Piaget dalam Suyanto, 2005:136)
Menghitung benda adalah aktivitas yang menarik bagi anak usia dini.
Menghitung benda bagi anak usia dini merupakan kegiatan memindahkan atau
menunjuk benda yang satu kemudian pindah ke benda lainnya dan disertai
dengan pengucapan angkanya. Implementasi di lapangan dalam pembelajaran
menghitung benda kebanyakan anak lebih cepat dalam pengucapan
berhitungnya daripada proses memindahkan atau menunjuk benda. Anak usia
Page 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dini banyak menghafal angka namun belum banyak mengenal konsep arti
jumlah angka yang diucapkannya. Disinilah peran guru sangat diutamakan
untuk meluruskan bagaimana cara menghitung benda yang benar dan sesuai
dengan tahap perkembangan anak.
Karena pentingnya peranan pembelajaran menghitung benda disekolah
taman kanak-kanak, maka sudah semestinya pembelajaran menghitung benda
ini dapat maksimal. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Karena
berdasarkan kenyataan di lapangan, pembelajaran menghitung benda pada
keterampilan dasar menghitung di TK seringkali tidak sesuai, baik dari segi
psikologis, maupun pedagogis sehingga anak tidak mendapatkan hasil yang
optimal. Hal itu juga terjadi di TK Aulia Laweyan, guru dalam menyampaikan
pembelajaran menghitung benda masih menggunakan metode ceramah
(abstrak), guru tidak menggunakan media yang nyata yaitu hanya
menggunakan sebuah buku yang mempunyai gambar kecil-kecil dan dengan
jumlah gambar yang banyak, sehingga anak tidak bisa menghitung gambar
dengan tepat, serta sulit memahami konsep dalam pembelajaran menghitung
benda. Akibatnya pengucapan gambar yang dihitung anak lebih besar
jumlahnya daripada jumlah gambar itu sendiri. Hal ini dikarenakan pengucapan
angka anak lebih cepat sedangkan gambar yang dihitung jumlahnya hanya
sedikit. Pada saat pembelajaran anak-anak terlihat kurang aktif dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran menghitung benda. Beberapa siswa bermain
dengan teman semejanya, terdapat pula anak yang menjahili temannya serta
merasa enggan untuk mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil observasi awal
peneliti di TK Aulia Laweyan pada anak kelompok B hanya beberapa anak saja
yang mampu menghitung benda dengan tepat, dan yang lain masih banyak
yang belum mampu mengerjakan pembelajaran menghitung benda dengan
tepat dan benar.
Dari hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
menghitung benda perlu diperbaiki guna peningkatan kualitas hasil
pembelajaran, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan hasil pembelajaran
Page 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menghitung benda pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta
Semester II Tahun 2011/2012.
Mengingat pentingnya pembelajaran menghitung benda dan sulitnya
permasalahan dalam menghitung benda, idealnya usaha ini dimulai dari
pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menawarkan
suatu pendekatan pembelajaran dengan konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
anak. Selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mewujudkan itu salah satu caranya adalah dengan Penerapan Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL). Pendekatan
kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu para guru untuk
mengaitkan hubungan antara bahan ajarannya dengan situasi dunia nyata anak
dan mendorong anak untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, guru
menghadirkan benda-benda nyata dalam pembelajaran berhitung kemudian
anak menghitungnya satu persatu. Benda-benda tersebut harus berasal dari
lingkungan disekitar anak, sehingga guru juga tidak hanya mengenalkan dalam
pembelajaran berhitung saja, namun dapat juga memperkenalkan warna, ciri
dan bentuk serta keterkaitan-keterkaitan yang berhubungan dengan benda
tersebut.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
pembelajaran menghitung benda akan meningkat jika dalam proses
pembelajarannya digunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model
pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran menghitung benda adalah
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL).
Sehubungan dengan latar belakang di atas, penelitian ini diberi judul “
Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Menghitung Benda Anak Kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta Semester
II Tahun 2011/2012 “.
Page 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
pemahaman konsep menghitung benda anak kelompok B TK Aulia Laweyan
Surakarta Semester II Tahun 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda melalui pendekatan
kontekstual pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta semester II
Tahun 2011/2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang
pembelajaran pemahaman konsep menghitung benda pada anak usia dini,
kelompok B di Taman-Kanak-kanak.
2. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:
a. Bagi anak, dalam proses pembelajaran yaitu: 1) meningkatnya
pemahaman anak dalam konsep menghitung benda; 2) mengaktifkan anak
dalam proses pembelajaran di TK dan menemukan hal baru yang positif; 3)
Meningkatkan motivasi, kemampuan dan prestasi belajar anak.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat: 1) meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan guru untuk mengatasi masalah pembelajaran
pemahaman konsep menghitung benda pada anak dengan pendekatan
kontekstual secara maksimal; 2) mampu menerapkan dan menggunakan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran pemahaman konsep
Page 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menghitung benda dikelas; 3) dapat merancang penyusunan RKH yang
tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman anak dalam
pembelajaran menghitung benda.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini berguna sebagai: 1) sekolah
memiliki sumber daya manusia yang profesional; 2) menjadi pendorong
untuk selalu mengadakan proses pembelajaran kearah yang lebih baik.
Page 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) berasal dari istilah
konteks dari kata kerja latin Contxere yaitu “menjalin bersama”. Kata
“konteks” merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan
yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamaanya (Johnson dalam
Anitah, 2009:49).
Susan GF and Cynthia J.P (2006) Contextual Learning: A Reflective
Learning Intervention for Nursing Education, International Journal of
Nursing Education Scholarship Vol.3, http://faculty.ksu.edu.sa/hisham
/Documents/ Medical%20Education/English/Nursing%20Education/55.pdf
acces 06/06/2012. Context is the foundation upon which knowledge is built.
context is defined as the nature of the world in a given moment and includes
culture, knowledge, underlying assumptions, facts, rules, and principles
shaping how knowledge is constructed.
konteks adalah fondasi pengetahuan yang dibangun. konteks
didefinisikan sebagai dunia alami yang pada saat tertentu dan termasuk
budaya, pengetahuan, asumsi, fakta, aturan, dan prinsip-prinsip yang
membentuk bagaimana pengetahuan dibangun
Dalam psikologi, istilah konteks digunakan untuk menunjukkan
kondisi yang mengelilingi suatu proses mental dan kemudian
mempengaruhi makna atau signifikasinya (Chaplin dalam Desmita,
2006:51). Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang
terbentuk dan transaksi timbal balik antara anak dan konteks
perkembangaan sistem fisik, sosial, kultural dan historis dimana interaksi
tersebut terjadi (Seifert & Hofnung dalam Desmita, 2006:51). Sanjaya
Page 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(2005:109), CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan anak secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong anak untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Suyanto (2005:155), merumuskan CTL merupakan suatu paham
belajar-mengajar yang memandang pentingnya hubungan antara materi
pelajaran dengan dunia nyata. Melihat pentingnya dorongan dan keterliban
anak untuk mampu menghubungkan konsep yang dipelajari dengan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Komalasari (2010:7), merumuskan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata anak
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun
warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya.
Sedangkan menurut Triyono (2005:98), pendidikan kontekstual
adalah konsep yang didalamnya guru menghubungkan isi yang dipelajari
anak dengan situasi dunia nyata kehidupan anak. Guru memotivasi anak
untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajari bersama guru dan kawan-
kawannya dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warganegara, dan lingkungan lainnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning – CTL) merupakan suatu konsep belajar
yang membantu para guru untuk mengaitkan hubungan antara bahan
ajarannya dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan
kehidupan sehari-hari.
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Triyono (2005:100), Karakteristik utama pendidikan
kontekstual adalah ditemukannya makna (discovery of meaning) dari apa
yang dipelajari anak bagi kehidupan sehari-hari dalam dunia nyata.
Page 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Karakteristik tersebut bisa tercapai apabila dirancang pendidikan dengan
menfokuskan pada aspek-aspek : (1) interdisipliner, (2) kebutuhan individu
anak, (3) berdasar pada masalah, (4) menekankan terjadinya self-regulation
pada diri anak, (5) terjadi pada berbagai seting atau konteks, (6) menjangkau
berbagai latar kehidupan anak, (7) menggunakan tim atau struktur kelompok
interdependensi, dan (8) menerapkan asesmen otentik.
Menurut Clifford dan Wilson dalam Suyanto (2005:156),
Mendiskripsikan karakteristik CTL adalah sebagai berikut : (1) Menekankan
adanya pemecahan masalah (problen solving), (2) Pembelajaran terjadi
diperbagai konteks (multiple contexts), (3) Membimbing anak untuk
memonitor hasil belajarnya sehingga ia mampu belajar secara mandiri, (4)
Pembelajaran menggunakan berbagai ragam kehidupan anak sebagai titik
pijak, (5) Mendorong anak untuk saling belajar dengan temannya, (6)
Menerapkan otentik.
1) Menekankan adanya pemecahan masalah (problen solving) yaitu dalam
pembelajaran hendaknya ada persoalan yang dikaji. Persoalan tersebut
hendaknya riil, menarik, menantang, dan bermakna bagi anak. Tiap
kelompok dapat mencari solusi pemecahan dengan cara masing-masing,
sehingga hasilnya akan lebih variatif.
2) Pembelajaran terjadi di berbagai konteks (multiple contexts).
Pembelajaran tidak monoton dikelas. Pembelajaran dapat terjadi
dimana saja, seperti disawah, diladang, dibengkel, diindustri. Pengajar
tidak selalu guru, petani, pedagang, pembuat roti, peternak, dokter, atau
orangtua anak yang memiliki keahlian khusus dapat menjadi pengajar.
3) Membimbing anak untuk memonitor hasil belajarnya sehingga ia
mampu belajar secara mandiri. Anak dibimbing bagaimana cara belajar
(learning how to learn) agar kelak dapat belajar secara mandiri. Bila
anak bertanya suatu istilah, guru tidak harus menjawabnya, tetapi
memberikan kamus dan mengajari anak bagaimana menemukan arti
istilah tersebut.
Page 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4) Pembelajaran menggunakan berbagai ragam kehidupan anak sebagai
titik pijak. Anak berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang
sosial dan budaya yang berbeda. Pengetahuan awal, budaya, cita-cita,
dan tipologi masyarakatnya menjadi modalitas belajar.
5) Mendorong anak untuk saling belajar dengan temannya. Belajar adalah
proses individual, tetapi cara anak belajar dapat dilakukan melalui
kegiatan kelompok agar dapat saling bertukar pikiran, ide, dan rasa
antar anak.
6) Menerapkan otentik. Evaluasi tidak bertujuan memberi nilai dan label
setiap anak. Asesmen bertujuan untuk mengetahui sejauh mana anak
belajar dan bagaimana cara dia belajar paling baik. Dengan demikian
guru dapat memberi bantuan kepada anak untuk mengembangkan
potensinya secara optimal. Dialog antara guru dengan anak akan
kemajuan belajarnya perlu dilakukan agar anak mengevaluasi diri
sendiri. Portofolio hasil presentasi, hasil-hasil lomba dan karya anak
dibangun bersama antara anak dan guru.
Sanjaya (2005:110), terdapat lima karakteristik dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu: (1) Pembelajaran
CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing
knowledge), (2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3)
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (4) Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), (5) Melakukan
refleksi (refleksi knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
1) Pembelajaran CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yang akan diperoleh anak adalah pengetahuan yang utuh
yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
Page 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari
secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami
dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan penglaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan anak, sehingga tampak
perubahan perilaku anak.
5) Melakukan refleksi (refleksi knowledge), terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c. Strategi Pendekatan Kontekstual
Menurut Triyono (2005:103), pengajaran kontekstual bisa ditempuh
dengan menggunakan berbagai strategi-strategi, di antaranya yaitu:
(1)Relating; (2)Experiencing; (3)Applying; (4)Cooperating; (5)Transfering.
Pertama, Strategi menghubung-hubungkan pengalaman lama dengan
pengalaman baru yang berdekatan (Relating). Dalam proses pembelajaran
hendaknya ada keterkaitan (relevance) dengan bekal pengetahuan
(prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri anak, dengan konteks
pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk bekal
bekerja dikemudian hari dalam kehidupan masyarakat. Pengetahuan
prasyarat merupakan relevansi antara faktor internal seperti bekal
pengetahuan, ketrampilan, bakat, minat dengan faktor eksternal seperti
media, metode pembelajaran dan lingkungan luar anak. Dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui anak dengan informasi baru
merupakan kekuatan pendekatan kontekstual yang sekaligus merupakan inti
dari konstruktivisme.
Page 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kedua, Strategi mengalami langsung (Experiencing), pengalaman
langsung dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual karena dalam
proses pembelajaran anak perlu memperoleh pengalaman langsung melalui
kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian
dan lain-lain. Suatu proses pembelajaran dapat berlangsung cepat jika anak
diberi kesempatan untuk ikut memanipulasi peralatan, memanfaatkan
sumber-sumber belajar, serta melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian
lain secara aktif. Disini guru selalu membantu anak membangun
pengetahuan baru dengan menyusun sendiri pengalamannya dikelas. Karena
belajar dapat terjadi cepat ketika anak dapat memanipulasi peralatan dan
bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian.
Ketiga, Strategi menerapkan suatu konsep pada kehidupan nyata
(Applying), anak menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan
pemecahan masalah. Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran
tingkat tinggi, lebih daripada sekedar hafal. Disini guru dapat memotivasi
anak dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan. Kemampuan
anak untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan pada
situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan fakta, konsep, prinsip atau
prosedur pencapaian tujuan pembelajaran. Kemampuan itu dapat
mendorong anak untuk memikirkan karier dan pekerjaan di masa depan
yang mereka minati.
Keempat, strategi bekerja sama dengan pihak lain (Cooperating),
kerja sama dalam konteks saling bertukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama anak, antar anak
dengan guru, antar anak dengan nara sumber, memecahkan masalah dan
tugas bersama adalah strategi pokok dalam pembelajaran kontekstual.
Pengalaman bekerjasama tidak hanya membantu anak belajar menguasai
materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia
nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil naik jika
dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk tim kerja.
Page 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Kelima, Strategi menerapkan untuk bidang lain (Transfering),
pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan anak untuk
mentransfer pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada
situasi lain. Dimana pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki bukan
sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan pada situasi dan kondisi lain.
Menurut Bern dan Erikson dalam Komalasari (2010:23),
mengemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran
kontekstual, yaitu:(1) Pembelajaran berbasis masalah (problem –based
learning), (2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), (3)
Pembelajaran berbasis proyek (project-based-learning), (4) Pembelajaran
pelayanan (service learning), (5) Pembelajaran berbasis kerja (work-based
learning).
1) Pembelajaran berbasis masalah (problem–based-learning), pendekatan
yang melibatkan anak dalam memecahkan masalah dengan
mengintegrasikan berbagai konsep dan ketrampilan dari berbagai
disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan
informasi dan mempresentasikan penemuan.
2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan yang
mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok
belajar kecil di mana anak bekerja bersama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based-learning), pendekatan
yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin,
melibatkan anak dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna
lainnya, mendorong anak untuk bekerja mandiri membangun
pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata.
4) Pembelajaran pelayanan (service learning), pendekatan yang
menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan
dan ketrampilan baru untuk kebutuhan dimasyarakat melalui proyek
dan aktivitas.
Page 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning), pendekatan di
mana tempat bekerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi
dengan materi di kelas untuk kepentingan para anak.
d. Landasan Filosofis CTL
Menurut Triyono (2005:101), pendidikan kontekstual dilaksanakan
berdasar atas tiga prinsip utama, yaitu : 1) interdependensi, artinya anak
sebagai individu dan makhluk sosial harus menyadari bahwa ia hidup di
dunia ini tidak sendiri. Dalam banyak hal persoalan-persoalan harus
dikerjakan bersama-sama. Oleh karena itu, pendidikan kontekstual
menekankan sekali pada pendidikan kolaborasi dan kooperatif. 2)
diferensiasi, artinya pendidikan kontekstual menghargai akan adanya
perbedaan individual. Oleh karena itu ia dirancang untuk memenuhi
kebutuhan setiap anak dalam mengembangkan potensi masing-masing.
Dalam hal ini ditekankan pada adanya perbedaan-perbedaan profil
inteligensi pada setiap anak. 3) self-organization, artinya pendidikan
kontekstual menekankan pada perlunya memperhatikan perubahan-
perubahan pada diri anak. Bahwa anak harus berkembang menjadi individu
yang diharapkan sebagaimana ditekankan pada standar hasil pendidikan.
Menurut Anitah (2009:51), Landasan filosofis CTL adalah
berdasarkan konstruktivisme, yaitu pembelajar mengkonstruksi
(membangun) sendiri informasi yang diterima. Dalam melaksanakan
pendekatan kontekstual, proses pembelajaran berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan peserta didik yang mengerjakan tugas dan
mengalami. Pendekatan ini pernah dicetuskan oleh John Dewey, yaitu
bahwa belajar sebaiknya “melakukan sesuatu” (learning by doing) dan
menekankan pada minat serta pengalaman. Dengan mengalami sesuatu,
maka peserta didik akan memahami makna belajar, mengapa harus belajar,
dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian akan mendorong peserta
didik untuk giat belajar karena apa yang dipelajari berguna bagi
kehidupannya.
Page 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Glasersfeld dalam Komalasari (2010:15), Pembelajaran kontekstual
mendasarkan pada filosofi konstruktivisme. Konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan anak adalah
konstruksi (bentukan) anak sendiri. Dalam proses konstruksi menurut
Glasersfeld diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1)
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2)
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan
dan perbedaan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu
daripada yang lain.
Menurut Komalasari (2010:16), konstruktivisme adalah pengetahuan
dari hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan
mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu
dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau
fenomena yang sesuai. Bahwa pengetahuan itu suatu konstruksi, suatu
bentukan dari seseorang yang mempelajarinya. Pengetahuan tidak ada “di
sana” dan tinggal diambil. Orang harus menciptakannya sendiri dalam
pikirannya (Suparno, 1997:15).
e. Komponen-komponen CTL
Sanjaya (2005:120), CTL sebagai pendekatan pembelajaran
memiliki tujuh komponen CTL, yaitu: (1) Konstruktivisme, (2) Inkuiri, (3)
Bartanya (Questioning), (4) Masyarakat Belajar (Learning Community), (5)
Pemodelan (Modeling), (6) Refleksi (Reflection), (7) Penilaian Nyata
(Authentic Assessment).
1) Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan pengalaman. Bahwa
pengetahuan memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan
dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh
dua faktor, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
Page 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus
dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan anak
dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
3) Bertanya (Questioning) dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu. Dalam proses pembelajaran CTL, guru
tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
anak dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat
penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing
dan mengarahkan anak untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community) yaitu kerja sama saling
memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu
persoalan. Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi
secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan
orang lain, antarteman, antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu
pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi
pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar,
masyarakat yang saling membagi.
5) Pemodelan (Modeling) adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
anak. Proses modeling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan anak yang dianggap memiliki kemampuan.
Misalkan anak yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat
Page 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya,
dengan demikian anak dapat dianggap sebagai model.
6) Refleksi (Reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur
kognitif anak yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi anak akan
memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah
khazanah pengetahuannya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar
yang dilakukan anak. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah
anak benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar anak
memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual
maupun mental anak.
Menurut Triyono (2005:101), Setiap pendidikan kontekstual meliputi
delapan komponen utama, yaitu: 1)membuat hubungan yang penuh makna
2)melakukan kegiatan yang sangat berarti; 3)belajar untuk mengalami
perubahan diri; 4)kolaborasi dan kooperasi; 5)berpikir kritis dan kreatif;
6)memelihara anak sebagai individu; 7)mencoba untuk meraih standar
tinggi; 8)menggunakan asesmen otentik.
Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong anak-anak melihat makna di dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-
keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan
pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan
kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai
Page 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik (Johnson,
2007:67).
f. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Menurut Suyanto (2005:158), Pembelajaran anak usia dini
berdasarkan konteks kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual
menekankan adanya hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan
kehidupan nyata di masyarakat, termasuk dibidang-bidang lain. Dengan
hubungan tersebut diharapkan apa yang dipelajari anak dapat diaplikasikan
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di masyarakat, dan di
tempat lain. Pembelajaran kontekstual sejalan menekankan pentingnya
pengembangan kecakapan hidup (life skill), yaitu membelajarkan siswa agar
dapat hidup secara mandiri.
Kecakapan hidup meliputi dua hal pokok yaitu general life skill dan
specific life skill. General life skill kemampuan umum yang harus
dikembangkan dalam diri setiap anak, mulai dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Kemampuan umum tersebut meliputi kemampuan
berpikir, kemampuan berperilaku, dan berkomunikasi dengan baik.
Sedangkan spesific life skill terdiri atas dua kemampuan yaitu academic skill
dan vocational skill yang lebih cocok untuk anak dewasa. Academic skill
ialah kemampuan keilmuan dan vocational skill yaitu kemampuan
melakukan suatu pekerjaan.
Untuk anak usia dini, kecakapan hidup lebih difokuskan untuk
kegiatan yang akan dipakai anak sepanjang hayat (longlife skills) yaitu
antara lain memakai dan melepas kaos kaki, memakai dan melepas sepatu,
menali sepatu, memasang dan membuka kancing baju, menyisir rambut,
makan dan minum sendiri, mandi sendiri, menyeberang jalan, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Menurut Triyono (2005:100), pendidikan kontekstual, secara umum
untuk membantu anak memberi makna apa yang telah dipelajari secara
akademik di pendidikan formal. Selain itu secara khusus, pendidikan harus
membantu anak dalam : 1) Menemukan makna melalui menghubungkan
Page 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kerja akademik dengan kehidupan sehari-hari; 2) memperoleh prestasi
akademik yang tinggi; 3) memperoleh ketrampilan karier (setidak-tidaknya,
identifikasi karier yang serba luas dan beragam); dan 4) mengembangkan
watak atau karakter melalui menghubungkan etos kerja sekolah dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan diri anak
secara menyeluruh (the whole child). Berbagai kecakapan dilatihkan agar
anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang
dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, sosial,
emosi, kreativitas dan bahasa. Tujuannya adalah agar kelak anak
berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan
akhlak yang mulia, cerdas dan trampil, serta kreatif dan mampu
bekerjasama dengan orang lain dalam hidup berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat.
g. Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Menurut Sugiyanto (2009:22), langkah-langkah pembelajaran CTL
yaitu: (1)mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya,
(2)melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik,
(3)mengembangkan sifat ingin tahu anak dengan bertanya, (4)menciptakan
masyarakat belajar, (5)menghadirkan model sebagai contoh belajar,
(6)melakukan refleksi di akhir penemuan, (7)melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara.
Menurut Sugiyanto ciri kelas yang menggunakan pembelajaran
kontekstual adalah : (1) pengalaman yang nyata, (2) kerja sama, saling
menunjang, (3) gembira, belajar dengan gairah, (4) pembelajaran
terintegrasi, (5) menggunakan berbagai sumber, (6) anak aktif dan kritis, (7)
menyenangkan, tidak membosankan, (8) sharing dengan teman, (9) guru
kreatif.
Page 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Pemahaman Konsep Menghitung Benda Pada Pembelajaran Matematika
Anak TK
a. Pemahaman Konsep Menghitung Benda Anak TK
Menurut Sujiono, dkk. (2007:9.30), Pemahaman adalah
kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi, tanpa perlu
menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Menerjemahkan,
menafsirkan dan memperhitungkan atau meramalkan kemungkinan,
termasuk ketrampilan pemahaman.
Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan,
informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri (Yamin, 2008:34).
Sedang Sanjaya (2005:110), Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi
untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari
yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan
tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman
adalah kemampuan mengingat dan menggunakan informasi yang telah
diketahui untuk dijelaskan kepada orang lain dengan kata-kata sendiri.
Suyanto (2005:136) Konsep pembelajaran menghitung benda anak
usia 5-6 tahun adalah melalui belajar dari benda-benda konkrit. Anak usia 5-
6 tahun menurut Piaget sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pre
Operational. Anak belajar terbaik melalui benda-benda nyata. Mengajar
angka 1,2, dan 3 akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda,
misalnya satu dengan satu biji, dua dengan dua biji dan tiga dengan tiga biji.
Pada tahap ini objek permanency sudah mulai berkembang. Anak dapat
belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya meskipun bendanya
sudah tidak ada. Anak juga mulai mampu menghubungkan sebab-akibat
yang berdampak langsung. Misalnya anak dapat menebak apa yang terjadi
jika suatu beban ditambahkan pada salah satu sisi timbangan (naik atau
turun). Anak juga dapat membuat prediksi berdasarkan hubungan sebab-
akibat yang telah diketahuinya.
Page 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Perkembangan indra yang pesat dan tenaga yang tak pernah habis
memungkinkan anak-anak pada tahap ini untuk selalu bergerak,
membongkar pasang objek, dan menyelidiki segala sesuatu. Berdasarkan
perkembangan anak tersebut, pembelajaran di TK harus dimulai dari benda-
benda kongkrit. Guru dapat memberi persoalan yang menantang anak untuk
melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda.
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep menghitung benda pada anak TK adalah dengan
menggunakan alat peraga benda-benda nyata. Pembelajaran konsep
menghitung pada anak TK bukanlah dengan menghafal angka satu sampai
sepuluh melainkan berkoresponden dengan benda. Sehingga anak dapat
belajar mengingat benda-benda, jumlah dan cirinya meskipun bendanya
sudah tidak ada.
b. Tujuan Pemahaman Konsep Menghitung Benda Anak TK
Pada dasarnya pendidikan anak usia dini bertujuan untuk
mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Berbagai kecakapan
dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri
anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, kognitif, moral,
sosial, emosi, kreativitas dan bahasa. Pada kecakapan bidang kognitif anak
TK dapat dikembangkan melalui pemahaman tentang sesuatu dengan
menggunakan benda dan peristiwa kongkrit, seperti menghitung benda.
Tujuan konsep menghitung benda anak TK secara umum untuk
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti
anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang
selanjutnya yang lebih kompleks. (Depdiknas, 2007:1-2). Sedang tujuannya
secaraa Khusus, yaitu.;
1. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan
terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang
terdapat di sekitar anak.
Page 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan
berhitung.
3. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
tinggi.
4. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di
sekitarnya.
5. Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan.
c. Pengertian Matematika Anak di TK
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan
aritmatika atau berhitung. Padahal Matematika mempunyai cakupan yang
sangat luas daripada aritmatika atau berhitung. Aritmatika adalah
pengetahuan tentang bilangan dan merupakan bagian dari matematika.
Menurut Sujiono, dkk. (2007:11.4), menyimpulkan: “Matematika
adalah sesuatu yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif sedangkan
permainan matematika di TK adalah kegiatan belajar tentang konsep
matematika melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan
bersifat alamiah”.
Ross, John A. and Bruce, Catherine D.(2009) 'Student achievement
effects of technology-supported remediation of understanding of fractions',
International Journal of Mathematical Education in Science and
Technology, 40: 6, 713 — 727.(http://www.tandf.co.uk/journals/TMES.
Acces 07/06/2012). Mathematics is pervading every study and technique in
our modern world, bringing ever more sharply into focus the responsibilities
laid upon those whose task it is to teach it. Most prominent among these is
the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one
professional group may benefit from the experience of others.
Page 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Matematika adalah meresapi setiap studi dan teknik dalam dunia
modern kita, membawa semakin tajam ke dalam focus tanggung jawab yang
membebankan pada orang-orang yang bertugas itu adalah untuk
mengajarkannya. Paling menonjol diantaranya adalah sulitnya menyajikan
pendekatan indisipliner sehingga satu kelompok professional dapat
mengambil manfaat dari pengalaman orang lain.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (1999:252),
menyatakan bahwa ”Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan
berpikir”. Lerner dikutip dalam Abdurrahman (1999:252) “Matematika
bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”.
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat (2009:109) menyimpulkan
bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis,
yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas
dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis.
Sedangkan menurut Reys, R.E., Suydam, M.N., Lindquist, M.M.,
Smith, N.L (1998:2) “Mathematics is a way of thinking. It provides us with
strategies for organizing, analyzing, and synthesizing data, largely but not
exclusively numerical”. Yang dapat diartikan Matematika adalah cara
berpikir. Itu memberikan kita strategi untuk mengatur, menganalisis, dan
mensintesis data, yang sebagian besar tetapi tidak secara numerik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk
memecahkan berbagai persoalan praktis.
Page 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d. Pengenalan Pembelajaran Matematika Anak TK
Menurut Komalasari (2010:3), Pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Anitah (2009:27), Pembelajaran
adalah kurikulum yang disajikan kepada peserta didik dengan menggunakan
interaksi antara agen (guru-guru berkualitas) pengajaaran dan seorang
individu atau lebih untuk ikut belajar pengetahuan yang sesuai bagi peserta
didik untuk belajar.
Hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian
diterapkannya pada situasi nyata (Hamzah B Uno dan Masri Kuadrat,
2009:110). Sedangkan Schoenfeld dalam Hamzah B Uno dan Masri Kuadrat
(2009:110) mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa
dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk
memecahkan masalah.
Pengenalan pembelajaran matematika untuk anak usia dini bukanlah
menyelesaikan tugas matematika 2+3=? kemudian guru memberi contoh
bagaimana menyelesaikan soal tersebut di papan tulis. Anak usia dini tidak
bisa diajak secara langsung bahwa 2+3=5, kemudian memberi persoalan
lain yang sejenis dan mengharapkan anak untuk menyelesaikannya.
Menurut Piaget anak belum bisa berpikir secara langsung bahwa
2+3=5, sebelum anak memahami konsep bilangan dan operasi bilangan.
Anak harus dilatih lebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa
simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) yang
dikenal pula dengan abstraksi empiris. Misalnya, ketika guru memberi anak
uang logam guru mengatakan “koin”. Kemudian anak dilatih berpikir
simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif (reflective abstraction).
Ketika guru menaruh sebuah koin didepan siswa, ia mengatakan “satu”,
kemudian menaruh lagi sambil berkata “dua”, dan seterunya. Selanjutnya
Page 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
guru dapat memegang jari telunjuk siswa dan menggunakannya untuk
menghitung koin tadi sambil berkata “satu”, “dua”, “tiga” dan seterusnya.
Dengan demikian anak mulai menghubungkan antara jumlah koin dengan
bahasa matematis bilangan : satu, dua, tiga, dan seterusnya.
Langkah berikutnya adalah mengajari anak menghubungkan antara
pengertian bilangan dengan simbol bilangan. Misalnya antara sebuah koin
dengan kata “satu” dengan angka 1. Dua buah koin dengan kata “dua dan
angka 2, demikian seterusnya sampai anak benar-benar memahaminya.
Piaget dalam Suyanto (2005:160-161).
Pengenalan pembelajaran matematika anak TK merupakan
rangsangan anak dalam pengembangan kemampuan berpikir. Pembelajaran
konsep menghitung benda adalah bagian dari pembelajaran matematika.
Pada tahap awal anak belajar tentang bilangan dari benda-benda konkrit
yaitu melalui pembelajaran konsep menghitung benda. Setelah anak mampu
menghitung benda dan dapat mengetahui simbol bilangannya, kemudian
anak akan menghubungkan secara matematis dalam proses
pembelajarannya. Misal, anak ditanya berapa jumlah roda yang ada di
mobil. Maka anak akan menjawab yaitu lima. Dalam hal ini anak
sebenarnya sudah mampu menghitung roda mobil, yaitu empat. Anak juga
menggunakan operasi bilangan tambah, yaitu 4+1=5. Jadi anak tersebut
sudah berpikir logis menggunakan matematis yang sederhana. Hubungan
matematis menghubungkan konsep dengan prosedur, matematika dengan
kehidupan keseharian, dan matematika dengan mata pelajaran lainnya.
(Suyanto, 2005:63).
e. Tujuan Pembelajaran Matematika Anak TK
Tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam
memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa (Yamin,
2008:133).
Page 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan
tetapi proses untuk mengubah tingkah laku anak sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah
akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk
pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi
pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku anak itu
sendiri (Sanjaya, 2005:79).
Menurut Piaget dalam Suyanto (2005:161), Tujuan pembelajaran
matematika untuk anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau
belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan
tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat menghitung sampai
seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya
untuk berpikir.
Sujiono, dkk. (2007:11.4), Tujuan pembelajaran matematika yaitu
agar anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam
suasana yang menarik, aman, nyaman, dan menyenangkan, sehingga
diharapkan nantinya anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti
pembelajaran matematika yang sesungguhnya di sekolah dasar.
f. Pengenalan Pembelajaran Matematika di TK yang Diteliti
Materi pengenalan pembelajaran matematika di TK yang akan
disampaikan pada penelitian ini adalah pada pokok bahasan “penjumlahan”
dengan menggunakan alat peraga yang nyata dan sesuai dengan tema yang
dipakai pada saat pembelajaran tersebut dilaksanakan. Di dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lingkup perkembangan kognitif dengan
Indikator pada kegiatan inti pembelajaran yaitu : Pada (Kog. 39)
Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda sampai 10). Kegiatan pembelajarannya adalah anak
menghitung jumlah benda (1-10 benda).
Page 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Contoh :
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang
hasil-hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai
dengan substansi yang diteliti. Menurut penulis, ada beberapa penelitian yang
dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya :
Marminah dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Hitung
Melalui Pembiasaan Mengerjakan Soal-soal Matematika Siswa Kelas 1 SDN
Ngadirojo Kecamatan Ampel Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009. Simpulan
dari penelitian tersebut bahwa melalui pembiasaan mengerjakan soal-soal
matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep hitung siswa kelas 1 SDN
Ngadirojo Kecamatan Ampel Boyolali tahun pelajaran 2008/2009. Peningkatan
pemahaman konsep hitung deskripsi tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya nilai kemampuan pemahaman konsep hitung pada setiap siklus,
yaitu: pada siklus I siswa yang memperoleh nilai di atas KKM pada pre tes
mencapai 29,41% atau 5 siswa yang berada pada nilai KKM ke atas. Hasil
pembelajaran pada post tes yang memperoleh nilai di atas KKM mencapai
prosentase 23,53% atau sekitar 4 siswa. Siklus II dari hasil pre tes rata-rata
kelas 34,70% siswa memperoleh nilai di atas KKM 17,64%. Pada hasil post tes
rata-rata kelas 39,41% yang memperoleh nilai di atas KKM 29,41%.
Puji Rusmini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan
Model Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Karangan pada Siswa Kelas 3 SD Negeri 03 Jetis Kecamatan Jaten
Tahun Ajaran 2010/2011 juga memberikan kesimpulan bahwa penerapan
Page 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan pada siswa kelas 3 SD Negeri 03 Jetis
Kecamatan Jaten Tahun Ajaran 2010/2011 (Puji Rusmini :2011)
Umi Nurhidayati melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Permainan Hitung Benda Terhadap Kecerdasan Logiko-Matematik Anak TK
Di BA Aisyiyah Karangtengah Sukoharjo. Menjelaskan bahwa kegiatan
penggunaan permainan hitung benda dapat berpengaruh terhadap kecerdsan
Logoko-Matematik pada anak TK di BA Aisyiyah Karangtengah Sukoharjo
(Umi Nurhidayati:2010)
Dari penelitian Marminah di atas menunjukkan bahwa melalui
pembiasaan mengerjakan soal-soal matematika maka akan dapat meningkatkan
pemahaman konsep hitung, serta pada penelitian Umi Nurhidayati dengan
permainan hitung benda dapat meningkatkatkan kecerdasan Logiko-
Matematik. Puji Rusmini dengan penerapan Model Contextual Teaching and
Learning dapat Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa
Kelas 3 SD Negeri 03 Jetis Kecamatan Jaten Tahun Ajaran 2010/2011.
Sehubungan dengan hal tersebut terdapat persamaan pada penelitian Marminah
dan Umi Nurhidayati yaitu pemahamn konsep hitung (variabel y) sedangkan
pada penelitian Puji Rusmini terdapat persamaan tentang penggunaan model
pembelajaran kontekstual (variabel x). Dari penelitian tersebut maka perlu
kiranya dikembangkan sebuah penelitian yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep menghitung benda pada anak usia dini dengan pendekatan
kontekstual. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian
dengan judul Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Menghitung Benda Siswa Kelompok B TK Aulia laweyan
Surakarta Semester II Tahun 2011/1012.
C.Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran anak usia dini mempunyai beberapa ruang lingkup
perkembangan, diantaranya : kognitif, fisik motorik, bahasa, nilai agama dan
moral, dan sosial emosional. Dalam ruang lingkup pengembangan kognitif,
Page 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
salah satu indikator (39) adalah Membilang dengan menunjuk benda
(mengenal konsep bilangan dengan benda sampai 10). Materi pemahaman
konsep menghitung benda pada anak TK sampai sekarang masih menjadi
pokok bahasan yang sulit dipahami secara benar oleh anak. Terbukti dengan
pencapaian rata-rata kelas masih dibawah rata-rata penilaian yang sudah
ditetapkan. Dalam pembelajaran menghitung benda TK Aulia Laweyan
Surakarta pada kelompok B terlihat kurang antusias, guru cenderung
menggunakan metode mengajar yang konvensional, penggunaan alat peraga
kurang maksimal. Anak memiliki anggapan bahwa pembelajaran menghitung
benda merupakan pembelajaran yang rumit dan sulit. Hal ini lambat laun akan
membawa anak semakin jenuh dan bosan terhadap pembelajaran berhitung.
Proses pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang lebih baik apabila
anak terdorong untuk mau melakukannya sendiri tanpa adanya paksaan dari
orang lain. Adapun beberapa cara agar anak terdorong untuk belajar
diantaranya adalah menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan bagi anak. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
mengatasi masalah ini dengan pemilihan pendekatan yang tepat dan cocok
untuk anak kelompok B di TK. Upaya yang dilakukan yakni diterapkannya
oleh guru salah satunya adalah penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran menghitung benda. Melalui pendekatan ini anak akan
menemukan makna dari belajar dan bisa mengaitkan materi akademik dengan
konteks kehidupan keseharian mereka sehingga apa yang mereka pelajari
melekat dalam ingatannya untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi
menghitung benda.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan menjadi kerangka
berpikir untuk melaksanakan penelitian yang tertera pada gambar dibawah ini.
Page 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 1. Alur kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis merupakan kesimpulan kerangka berpikir. Dari landasan
teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
“Dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka pemahaman
konsep menghitung benda anak kelompok B TK Aulia Surakarta Semester II
Tahun 2011/2012 dapat meningkat.
Kondisi awal
Guru dalam pembelajaran masih konvensional, sedangkan anak pasif
Tindakan
Dalam pembelajaran guru menggunakan pendekatan kontekstual
Siklus I
Siklus II
Kondisi akhir
Diduga melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda anak kelompok B TK Aulia Laweyan.
Page 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK AULIA Sondakan yang beralamat di
Sondakan kecamatan Laweyan, Surakarta. TK AULIA Sondakan ini memiliki 3
ruang kelas yang terdiri dari 1 ruang kelas kelompok bermain, 1 ruang kelas TK
kelompok A, dan 1 ruang kelas TK kelompok B. Penelitian ini dilaksanakan di
ruang kelas TK kelompok B.
Dipilihnya lokasi penelitian ini adalah pertama, peneliti sebagai guru
Wiyata Bhakti di TK AULIA Sondakan. Kedua, sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai obyek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang. Ketiga berdasarkan hasil observasi peneliti di
lapangan, terdapat permasalahan dalam pembelajaran pemahaman konsep
menghitung benda.
Waktu penelitian di laksanakan selama enam bulan, yakni bulan Februari
sampai Juli 2012. Pelaksanaan penelitian Tindakan kelas ini, dilaksanakan dalam
2 siklus. Kelas yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah anak TK
kelompok B.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK AULIA Sondakan
Kecamatan Laweyan Surakarta yang berjumlah 12 anak, anak laki-laki berjumlah
4 anak dan perempuan berjumlah 8 anak. Pada dasarnya mereka dari latar
belakang yang berbeda-beda tetapi sebagian besar dari mereka adalah anak dari
golongan menengah ke bawah yaitu ekonomi yang rendah. Dari 12 anak ini
kesemuanya adalah anak normal.
C. Data dan Sumber data
Menurut Arikunto (2006:118) Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik
yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No.
Page 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sumber data
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. (Arikunto, 2006:129).
Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang pemahaman konsep
menghitung benda serta kemampuan guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran (termasuk model pembelajaran),
perbaikan proses dan hasil pembelajaran dikelas.
Data informasi yang paling penting dikumpulkan untuk kemudian dikaji
dan menghasilkan data yang kualitatif. Data tersebut akan digali dari berbagai
sumber.
Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Hasil wawancara Informan atau nara sumber, yaitu siswa kelompok B TK
AULIA Sondakan dan guru.
2. Hasil pengamatan proses pembelajaran di kelompok B TK Aulia Laweyan dan
aktivitas lain yang bertalian.
3. Dokumen atau arsip, yang berupa Lembar observasi guru dan anak, hasil
pembelajaran siswa dan penilaian yang telah ada pada kepala sekolah.
D. Pengumpulan Data
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data tersebut antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang memiliki maksud dan tujuan
tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dalam penelitian
ini dilaksanakan secara langsung yaitu percakapan dan tanya jawab kepada
siswa secara langsung tanpa perantara. Wawancara ini juga dilakukan secara
tertutup dan bebas, dengan maksud agar siswa dapat mengungkapkan
Page 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
permasalahan, keinginan dan kebutuhannya. Wawancara ini digunakan
sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
Wawancara terhadap siswa kelompok B TK Aulia yaitu untuk
mengetahui tentang bagaimana aktivitas anak dalam pembelajaran berhitung
sehari-hari. Sedangkan wawancara terhadap guru kelompok B TK Aulia yaitu
untuk mengetahui tentang bagaimana cara guru menerapkan pembelajaran
berhitung terhadap anak kelonpok B TK Aulia Laweyan. Data ini diambil
oleh peneliti digunakan sebagai tindak lanjut untuk merancang pembelajaran
dengan pendekatann kontekstual dalam pembelajaran menghitung benda
tehadap anak kelonpok B Tk aulia Laweyan.
2. Observasi
Menurut Arikunto (2006:156) observasi atau pengamatan yaitu
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.
Observasi digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran guru dan
anak pada kegiatan pembelajaran berhitung yang sedang berlangsung di
kelas. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan/kelemahan guru
dan aktivitas anak sebagai tindak lannjut dalam merancang pembelajaran.
Observasi dilakukan sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan
tindakan sampai pada akhir tindakan.
Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Sedangkan guru kelas berperan
sebagai pengamat jalannya pembelajaran di kelas. Dalam hal ini pengamat
mengambil posisi di tempat duduk belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Selain mengamati proses pembelajaran di kelas
juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas dan menerapkan
pendekatan kontekstual. Observasi anak difokuskan pada pembelajaran
pemahaman konsep menghitung benda selama pembelajaran berhitung
berlangsung. Sedangkan observasi pada guru difokuskan pada kemampuan
guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual.
Page 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Hasil Observasi didiskusikan bersama guru pengampu, kemudian
dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan
dalam penerapan pendekatan kontekstual yang telah dilakukan. Kemudian
diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati bersama antara peneliti
dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi
terhadap guru difokuskan pada perilaku guru pada saat pembelajaran,
perilaku anak sebelum tindakan dan ketika tindakan berlangsung berkaitan
dengan peningkatan pemahaman konsep menghitung benda. Selain itu
observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang
diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan
efisien.
3. Tes
Menurut Arikunto (2006:150) Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan anak setelah pembelajaran tindakan yang dilakukan.
Tes diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan
dan kelemahan anak dalam pembelajaran tentang pemahaman konsep
menghitung benda, selain itu tes dilakukan disetiap akhir siklus untuk
mengetahui peningkatan mutu anak. Dengan kata lain tes disusun dan
dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan pemahaman konsep
menghitung benda anak sesuai dengan siklus yang ada.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting
dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film
yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak lama digunakan sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
(Slamet St.Y dan Suwarto, 2007:52).
Page 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kajian dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data
yang berupa Kurikulum, Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat guru,
hasil kerja anak dan nilai yang diberikan oleh guru, dan nama responden
penelitian pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta. Selain itu,
saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa
foto dan video.
Pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui perkembangan dalam
pembelajaran pemahaman konsep menghitung benda. Dengan data tersebut
diharapkan dapat menguji, menafsirkan dan meramalkan tentang
perkembangan dalam pembelajaran serta meneliti kekurangan-kekurangan
dalam melakukan penelitian tindakan sehingga penelitian berikutnya dapat
lebih baik lagi.
E. Uji Validitas Data
Menurut Arikunto (2006:168) Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu.
Lexy J. Moleong dalam Suwandi (2009:60).
Apapun dari trianggulasi hanya ada dua teknik:
1. Triangulasi data (sumber) dengan cara : mengumpulkan data yang sejenis dari
sumber data yang berbeda. Melalui teknik triangulasi data diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih tepat, sesuai keadaan anak kelompok B TK
AULIA Sondakan. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan data
isi dokumen yang terkait misal arsip nilai, absen dan lainnya.
2. Triangulasi metode, dengan cara: mengumpulkan data dengan metode
pengumpulan data yang berbeda tetapi mengarah pada sumber data yang sama.
Page 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Misalnya membandingkan hasil wawancara yang dilakukan observer dengan
tes.
F. Analisis Data
Sugiyono (2010:335) bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010:337-338)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
Adapun rincian model tersebut dapat diurai sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan
mencari bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dengan penyajian data, maka data terorganisasi, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Dengan mendisplaykan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
Page 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Conclusion drawing / verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2010:345) adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, kesimpulan-
kesimpulan atau verifikasi sebagai jalin-menjalin pada saat sebelum, selama
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis.
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data dapat
divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model)
(Sumber: Sugiyono, 2010:338)
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions :
drawing/verifying
Page 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dari bagan tersebut di atas langkah yang akan ditempuh dalam
penelitian ini adalah :
a). Melakukan analisis awal, apabila data yang didapat dikelas sudah cukup
b). Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dengan
matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.
c). Melakukan analisis data dikelas dan mengembangkan martrik antar kasus.
d). Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data kurang lengkap atau kurang jelas,
maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
e). Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
pelaporan susunan laporan.
f). Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g). Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir.
Berkaitan dengan kegiatan terhitung anak TK, analisis interaktif
merupakan kegiatan berhitung yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi awal kemampuan berhitung anak. Setelah kondisi awal
diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah.
Setiap akhir siklus dianalisis, kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat
diketahui peningkatan pemahaman konsep menghitung benda anak pada setiap
siklusnya.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator Kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Indikator
kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman konsep menghitung
benda pada anak kelompok B TK AULIA sondakan melalui pendekatan
kontekstual. Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari silabus TK pada
Lingkup perkembangan kognitif pada indikator no.39 yaitu membilang dengan
menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda sampai 10). Pada
kegiatan pembelajaran guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada
Page 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam rencana kegiatan harian yang
telah direncanakan dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah
ditentukan. Cara pencatatan hasil penilaian harian di Taman Kanak-kanak adalah
sebagai berikut:
1. Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum
dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti yang diharapkan pada RKH,
maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran kosong
( ).
2. Anak yang perilakunya melebihi yang diharapkan dan dapat menunjukkan
kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam RKH,
maka kolom tersebut ditulis nama anak dan tanda lingkaran berisi penuh ( ).
Tanda ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa anak mampu
melakukan/ menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru.
3. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada RKH
cenderung seimbang perolehan bulatan penuh dan bulatan kosong maka
hasilnya berupa tanda cek ( √ ) yang kemudian dipindahkan dalam
rangkuman bulanan (Depdiknas, 2005: 7).
Dari data penilaian sebelum pelaksanaan penelitian tidakan anak TK Aulia
terdapat 3 anak mendapat nilai () dan 9 siswa diantaranya belum mampu atau
mendapat nilai dibawah (). Harapan peneliti dari siklus pertama dan selanjutnya
anak mendapat kriteria tuntas atau nilai () sebanyak 75% dari jumlah anak.
Jika dihitung = 12 anak x 75 %
= 9 anak
Sesuai dengan perhitungan, berarti paling sedikit 9 anak dari 12 anak
dikelompok B harus mengalami peningkatan pemahaman konsep menghitung
benda. Jika jumlah tersebut telah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan
penelitian dikatakan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan peneliti.
Keterangan penilaian
Jika simbol ( ) = berarti anak tuntas dalam mengerjakan kegiatan
( ) = berarti anak mengerjakan kegiatan setengah tuntas
( ) = berarti anak tidak tuntas
Page 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Untuk memperjelas indikator kinerja tersebut maka disusunlah tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang diukur
Persentase
anak yang
ditargetkan
Cara Mengukur
Ketepatan
75 %
Diamati saat proses pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang
menghitung benda dengan tepat sesuai
jumlah benda.
Kesungguhan Diamati saat proses pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang memiliki
kesungguhan dalam menghitung benda
Keberanian
Diamati saat proses pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang sudah
berani menghitung benda disertai
pengucapan angka dengan benar.
H. Prosedur Penelitian
Proses penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus
ada 2 kali tatap muka yang masing-masing 60 menit. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Untuk
mengetahui hasil belajar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan temuan dikelas, maka penelitian berusaha meningkatkan
pemahaman konsep menghitung benda pada anak kelompok B dengan model
pembelajaran Kontekstual
Page 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 3. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2010: 137)
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Siklus pertama ( Siklus 1)
a. Tahap rencana
1) Membuat rencana kegiatan harian (RKH) dengan indikator :
Pada siklus 1 pertemuan 1 peneliti mengambil indikator pada
kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah pada buah
duku (1-5 buah).
Pada siklus 1 pertemuan 2 peneliti mengambil 3 indikator pada
kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah daun 1-7
daun dll.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan yaitu : buah
duku, daun
3) Menyiapkan alat peraga untuk kegiatan pembelajaraan.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
Perencanaan
PelaksanaanSiklusi IRefleksi 1
Pengamatan
Perencanaan
PelaksanaanSiklusi IIRefleksi 2
Pengamatan
?
Page 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Tahap tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang
telah disusun sebelumnya. Pada kegiatan intinya penanaman
pemahaman konsep menghitung jumlah benda secara langsung pada
bendanya dan anak dibagi dalam 3 kelompok.
b. Tahap observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap anak ketika mengikuti pembelajaran konsep menghitung benda
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang akan dicapai adalah
a. Persiapan pra pembelajaran
b. Cara menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
pada pembelajaran
c. Penguasaan materi pembelajaran
d. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
e. Memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran yang berada
di alam sekitar
f. Menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran
g. Melakukan penilaian pada proses dan hasil pembelajaran
h. Penggunaan bahasa dapat dipahami anak
i. Melakukan refleksi dan memberikan reward
j. Pengelolaan waktu.
2). Indikator-indikator keberhasilan anak yang akan dicapai adalah
a. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing dalam pra
pembelajaran.
b. Kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan saat apersepsi
c. Perhatian anak ketika proses penjelasan materi pembelajaran
Page 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
d. Keberanian anak dalam mendemonstrasikan kegiatan saat
proses pembelajaran.
e. Kemauan anak untuk melaksanakan kegiatan dan tertarik pada
media pembelajaran
f. Keberanian anak dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
g. Peran aktif saat mengulas pembelajaran pada kegiatan akhir.
c. Tahap refleksi
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil akan menentukan perlu tidaknya melakukan
siklus berikutnya. Apabila dalam siklus pertama peneliti belum
berhasil maka peneliti melakukan siklus kedua.
2. Siklus kedua (Siklus II)
a. Tahap rencana
1) Membuat rencana kegiatan harian (RKH) dengan indikator :
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan Rencana
Kegiatan Harian pada siklus II adalah sebagai berikut :Menghitung
jumlah buah duku (1-10 buah).
Pada siklus 1 pertemuan 2 peneliti mengambil indikator pada
kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah daun 1-10
daun
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan yaitu : buah
duku, daun dll
3) Menyiapkan alat peraga kegiatan pembelajaran
4) Menyiapkan lembar penilaian
5) Membuat lembar observasi
b. Tahap tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang
telah disusun sebelumnya. Pada kegiatan intinya penanaman
pemahaman konsep menghitung jumlah benda secara langsung pada
bendanya dan anak dibagi dalam 3 kelompok.
Page 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c. Tahap observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap anak ketika mengikuti pemahaman konsep menghitung benda
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang akan dicapai adalah
a. Persiapan pra pembelajaran
b. Cara menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
pada pembelajaran
c. Penguasaan materi pembelajaran
d. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
e. Memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran yang berada
di alam sekitar
f. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
g. Melakukan penilaian pada proses dan hasil pembelajaran
h. Penggunaan bahasa dapat dipahami anak
i. Melakukan refleksi dan memberikan reward
j. Pengelolaan waktu.
2). Indikator-indikator keberhasilan anak yang akan dicapai adalah
a. Anak menempati tempat duduknya masing-masing dalam pra
pembelajaran.
b. Kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan saat apersepsi
c. Perhatian anak ketika proses penjelasan materi pembelajaran
d. Keberanian anak dalam mendemonstrasikan kegiatan saat
proses pembelajaran.
e. Kemauan anak untuk melaksanakan kegiatan dan tertarik pada
media pembelajaran
f. Keberanian anak dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
Page 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
g. Peran aktif saat mengulas pembelajaran pada kegiatan akhir.
d. Tahap refleksi
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil akan menentukan perlu tidaknya melakukan
siklus berikutnya. Apabila dalan siklus kedua peneliti belum berhasil
maka peneliti melakukan siklus ketiga dan seterusnya. Sampai pada
hasil pembelajaran pemahaman konsep menghitung benda meningkat
mendekati kesempurnaan.
Page 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
1. Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung tanggal 1 Maret 2012 guru
di kelompok B TK Aulia Laweyan sedang melaksanakan tes kemampuan
pembelajaran berhitung dengan menggunakan lembar kegiatan anak. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sampai berapa persen anak mendapatkan nilai
ketuntasan dalam mengerjakan pembelajaran berhitung. Tes ini diambil oleh
peneliti sebagai gambaran awal untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Setelah diadakan penilaian, ternyata masih terdapat kekurangan, antara
lain guru kurang dalam penggunaan alat peraga, guru kurang menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon anak kurang), aktivitas anak
kurang dan masih kurangnya ketercapaian pembelajaran pada anak Kelompok
B TK Aulia Laweyan.
Nilai hasil pembelajaran pada anak dalam pembelajaran berhitung
sebelum tindakan dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Nilai Kemampuan Tes Awal Sebelum Tindakan
Anak Kelompok B TK Aulia Laweyan
No. Nama Anak Nilai
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F
Page 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
7. G
8. H
9. I
10. J
11. K
12. L
Keterangan : = skor 81-90 (tuntas)
√ = skor 71-80 (setengah tuntas)
= skor 61-70 (tidak tuntas)
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi nilai hasil
pembelajaran berhitung pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan sebelum
tindakan,seperti tabel 3:
Tabel 3. Frekuensi nilai hasil pembelajaran berhitung pada anak
kelompok B TK Aulia Laweyan sebelum tindakan
No. Interval Frekuensi
( )
Nilai tengah
( )
. Prosentase
%
Ketera
ngan
1. 61-70 6 65,5 393 50 Tidak
tuntas
2. 71-80 3 75,5 226,5 25 Setengah
tuntas
3. 81-90 3 85,5 256,5 25 Tuntas
JUMLAH 12 876 100
Nilai rata-rata = 876 : 12 = 73
Ketuntasan Klasikal= 3 : 12 × 100 % = 25 %
Berdasarkan tabel 3. Hasil pembelajaran berhitung dapat dibuat grafik
pada gambar 4 :
Page 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 4. Grafik nilai hasil pembelajaran berhitung pada anak
Kelompok B TK Aulia Laweyan sebelum tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan, anak kelompok B TK Aulia Laweyan sebanyak 12 anak
hanya 3 atau 25% anak yang memperoleh nilai ketuntasan dengan simbol ()
dan sebanyak 9 anak memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan. Sedang nilai
rata-rata anak dalam pembelajaran berhitung adalah 73. Maka peneliti
mengadakan konsultasi dengan dewan guru untuk melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran pendekatan kontekstual.
Analisis hasil evaluasi anak sebelum tindakan dapat diperoleh data dari
12 anak kelompok B TK Aulia Laweyan yang mendapat nilai di atas
ketuntasan adalah 3 anak atau 25% dari jumlah anak. Dari pihak sekolah
ketuntasan anak diharapkan mencapai lebih dari 75% dari jumlah anak. Dari
hasil data tersebut maka sangat diperlukan adanya tindakan lanjutan untuk
meningkatkan khususnya dalam pembelajaran berhitung.
Dari hasil pembelajaran sebelum tindakan dapat disimpulkan sementara
bahwa pembelajaran berhitung oleh anak kelompok B TK Aulia Laweyan
masih kurang. Adanya beberapa indikasi bahwa anak masih belum begitu
paham pada beberapa indikator pembelajaran khususnya pada pembelajaran
berhitung.
6
3
3
Pertemuan Pra siklus
Tidak Tuntas
Setengah Tuntas
Tuntas
Page 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Tindakan Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 April 2012
sampai hari Sabtu, tanggal 5 Mei 2012. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus,
tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1). Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan siklus 1 dilaksanakan pada hari Senin, 23
April 2012 diruang guru kelompok B, Peneliti dan guru Kelompok B
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus 1 dilaksanakan dalam 2 pertemuan (dengan alokasi waktu 2x60
menit) yaitu pada hari Sabtu, 28 April 2012, dan hari Selasa 1 Mei 2012.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dari pukul 08:30 – 09:30
WIB. Dengan berpedoman pada Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan
TK Tahun 2011 Kelompok B, peneliti mempersiapkan rencana
pembelajaran menghitung benda dengan pendekatan kontekstual secara
matang agar hasilnya bisa maksimal serta membatasi jumlah benda agar
anak secara bertahap dapat memahaminya.
Pada siklus 1 pertemuan 1 peneliti mengambil indikator pada
kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah pada buah duku (1-5
buah). Pada siklus 1 pertemuan 2 peneliti mengambil indikator pada
kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah daun 1-7 daun
Alasan pemilihan Indikator di atas karena peneliti ingin
meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda siswa kelompok B
TK Aulia Laweyan.
(a) Peneliti bersama guru merancang Rencana Kegiatan Harian, dengan
kegiatan sebagai berikut :
Page 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
(1) Siklus 1 pertemuan 1
Kegiatan menghitung jumlah buah duku (1-5 buah) yaitu agar
anak dapat menghitung benda secara langsung dan mengetahui
jumlahnya secara benar.
(2) Siklus 1 pertemuan 2
Kegiatan menghitung jumlah daun 1-7 daun yaitu menghitung
jumlah daun (1-5 daun) yaitu agar anak dapat menghitung daun
secara langsung dan mengetahui jumlahnya secara benar.
b) Menyiapkan media diantaranya buah duku, daun, yang sudah banyak
dikenal oleh anak karena benda berada di lingkungan sekitar.
c) Membuat lembar observasi anak dan guru.
d) Menyiapkan tes unjuk kerja setelah dilaksanakan pembelajaran.
e) Merancang setting kelas dengan menata tempat duduk sesuai dengan
ruangan kelas, serta membagikan media untuk setiap kelompok.
f) Menyiapkan lembar penilaian.
2). Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah disusun.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1 dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dengan media buah-buahan dan daun yang sudah
dikenal oleh anak, sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya dan ini akan dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan.
a) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu,
28 April 2012 pukul 08:30 WIB – 09:30 WIB. Kegiatan pembelajaran
intinya yaitu menghitung jumlah pada buah duku (1-5 buah), Sesuai
dengan RKH siklus 1 pertemuan 1. Kegiatan awal dimulai dengan
baris, berdoa, kemudian bercakap-cakap tentang isi alam semesta. Guru
mengajak anak-anak ke halaman sekolah dan melihat secara langsung
apa isi alam semesta disekitar anak. Anak-anak menyebutkan satu
Page 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
persatu isi alam semesta, diantaranya adalah matahari, awan, tanaman.
Pada pembelajaran tentang tanaman ini guru menjelaskan tentang
bagian-bagian dari tanaman. Dengan pengetahuan secara langsung pada
tanaman anak akan mengetahui dengan sendirinya bahwa buah, daun
berasal dari tanaman (inkuiri). Dari bentuk macam-macam tanaman
anak akan menghubungkan pengalaman yang pernah diperolehnya
sehingga dapat membedakan dengan mengetahui ciri-cirinya. Misal
daun mangga dengan daun srikaya (konsruktivisme). Untuk kegiatan
fisik motorik yaitu satu persatu anak berjalan di atas jembatan mainan
dengan membawa tanaman kecil
Kegiatan inti dilaksanakan dengan waktu 60 menit. Guru
menjelaskan kepada anak tentang kegiatan pembelajarannya yaitu
tentang menghitung jumlah buah duku (1-5 buah). Anak diberikan
penjelasan bagaimana cara menghitung jumlah pada buah duku dan
dihitung dari mulai 1 sampai 5 dengan memindahkan buah duku ke
dalam wadah (pemodelan). Caranya adalah anak-anak mengambil buah
duku sebanyak satu buah kemudian dimasukkan kedalam wadah lain.
Setiap satu buah duku masuk ke dalam wadah anak-anak mengucap
satu, kemudian mengambil buah duku lagi dan dimasukkan dalam
wadah tersebut lagi dan dilanjutkan pengucapnnya dua, dan seterusnya
sampai buah duku tersebut berjumlah 5. Sehingga buah duku yang di
pindahkan sesuai dengan pengucapan angka dan bendanya. Guru
memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya bagi anak yang
kurang jelas (bertanya). Setelah guru memberikan penjelasan tentang
kegiatan inti pembelajaran, kemudian guru memandu anak memilih
kelompok masing-masing. Tujuan pembagian kelompok yaitu agar
anak yang belum tahu bagaimana cara menghitung benda supaya
menjadi tahu dan berbagi pengalaman (masyarakat belajar).
Permasalahan pada kegiatan Permasalahan pada kegiatan
menghitung jumlah buah duku dari 1 sampai 5 buah. Untuk
menyelesaikan permasalahannya setiap anak dalam kelompok
Page 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mengambil buah duku yang sudah disediakan dalam wadah kemudian
anak menghitungnya dengan cara mengambil buah duku satu persatu
dipindahkan ketempat wadah lain disertai dengan pengucapan
hitungnya mulai dari satu sampai lima buah duku.
Setelah pembelajaran selesai anak-anak tes unjuk kerja sesuai
dengan permasalahan dalam penelitian. Setiap anak tes unjuk kerja
untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak dalam menghitung
benda (penilaian nyata). Kemudian anak-anak diberi reward dengan
digambar pesawat terbang ditangannya oleh guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan setelah anak-anak istirahat atau
bermain di halaman. Guru mereview anak-anak dengan bertanya
kepada anak-anak tentang pembelajaran apa saja yang sudah
dilaksanakan anak dalam satu hari (refleksi). Selanjutnya guru
mengajak anak-anak untuk menyanyi lagu “satu dua” diikuti oleh anak-
anak. Terakhir pembelajaran anak-anak berdoa mengaji surat al-asr.
b) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua siklus I ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 1 Mei 2012 pukul 08:30 WIB – 09:30 WIB. kegiatan
pembelajaran intinya yaitu menghitung jumlah daun (1-7 buah), Sesuai
dengan RKH siklus 1 pertemuan 2. Kegiatan awal dimulai dengan
baris, berdoa, kemudian guru mengucap sajak “tomat” dan anak-anak
menirukanya sesuai dengan skenario pembelajaran pada Lampiran 12.
Pada pembelajaran buah tomat ini guru mengajak anak untuk
memegang dan mengamati. Kemudian guru bertanya tentang warna,
bentuk, dan membedakannya pada apa yang dilihat disekitar anak
(konstruktivisme). Kemudian anak-anak diajak untuk merasakan buah
tomat (inkuiri). Guru bertanya bagaiaman rasa buah tomat (bertanya).
Untuk kegiatan fisik motorik guru dan anak pergi ke halaman sekolah,
satu persatu anak berlari kemudian melompat mengambil tanaman yang
ada di botol.
Page 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kegiatan inti guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan-
kegiatan pembelajarannya. menghitung jumlah daun (1-7 daun), anak
diberikan penjelasan bagaimana cara menghitung jumlah daun dan
dihitung dari mulai 1 sampai 7 dengan memindahkan daun dalam
wadah satu ke wadah yang lain. Caranya adalah anak-anak mengambil
daun sebanyak satu buah kemudian dimasukkan kedalam wadah lain.
Setiap satu daun masuk ke dalam wadah anak-anak mengucap satu,
kemudian mengambil daun lagi dan dimasukkan dalam wadah tersebut
lagi dan dilanjutkan pengucapnnya dua, dan seterusnya sampai daun
tersebut berjumlah 7 (pemodelan). Sehingga daun yang di pindahkan
sesuai dengan pengucapan angka dan bendanya. Guru memberi
kesempatan anak untuk bertanya bagi anak yang kurang jelas
(bertanya). Setelah guru memberikan penjelasan tentang kegiatan inti
pembelajaran, kemudian guru memandu anak memilih kelompok
masing-masing (masyarakat belajar).
Permasalahan pada kegiatan menghitung jumlah daun dari 1
sampai 7 daun. Untuk menyelesaikan permasalahannya setiap anak
dalam kelompok mengambil daun yang sudah disediakan dalam wadah
kemudian anak menghitungnya dengan cara mengambil daun satu
persatu dipindahkan ketempat wadah lain disertai dengan pengucapan
hitungnya mulai dari satu sampai tujuh daun. Setelah pembelajaran
selesai anak-anak tes unjuk kerja sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian. Setiap anak tes unjuk kerja untuk mengetahui kemampuan
masing-masing anak dalam konsep menghitung benda (penilaian
nyata). Kemudian anak-anak diberi reward dengan digambar helikopter
ditangannya oleh guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan setelah anak-anak istirahat atau
bermain di halaman. Guru mereview (mengulas kegiatan pembelajaran
dalam satu hari) guru bertanya kepada anak-anak tentang pembelajaran
apa saja yang sudah dilaksanakan anak dalam satu hari. Selanjutnya
guru memberikan kertas lipat dan mengajak anak-anak untuk melipat
Page 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kertas membentuk daun. Kertas dilipat ujung-dengan ujung membentuk
segitiga lalu digambar daun. Terakhir pembelajaran anak-anak berdoa
mengaji surat al-asr.
3). Observasi
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti sebagai praktikan atau
guru di dalam kelas. Sedang observer adalah guru kelas TK Aulia
kelompok B. Observer melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap
anak selama melakukan pembelajaran konsep menghitung benda dengan
menerapkan Pendekatan Kontekstual serta observer mengamati
ketrampilan praktikan dalam mengajar dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Dengan menggunakan lembar observasi bagi guru (praktikan)
dan lembar observasi bagi anak. Selain menggunakan lembar observasi,
Observer juga menggunakan kamera.
a) Hasil observasi bagi Guru
Dari data observasi dalam siklus 1 selama 2 kali pertemuan diperoleh
observasi sebagai berikut berdasarkan lampiran 14.
1) Persiapan pra pembelajaran guru perlu ditingkatkan
2) Guru dalam menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
pada pembelajaran perlu ditingkatkan
3) Guru sudah bagus dalam penguasaan materi pembelajaran.
4) Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai
rencana pembelajaran.
5) Guru sudah memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran
yang ada disekitar dengan baik.
6) Guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran.
7) Guru belum optimal dalam melakukan penilaian pada proses
pembelajaran.
8) Penggunaan bahasa guru sudah dapat dipahami oleh anak.
9) Guru kurang optimal dalam memberi reward kepada anak.
10) Dalam pengalokasian waktu perlu ditingkatkan
Page 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus 1 adalah 3,5%
b) Hasil observasi bagi anak.
Dari data observasi pada siklus 1 diperoleh data aktivitas anak
dalam pembelajaran sebagai berikut :
(1) Anak sudah menempati tempat duduknya masing-masing dalam
pra pembelajaran.
(2) Anak sudah mampu menjawab pertanyaan saat apersepsi
(3) Perhatian anak ketika proses penjelasan materi pembelajaran belum
maksimal
(4) Keberanian anak dalam mendemonstrasikan kegiatan saat proses
pembelajaran sudah bagus
(5) Kemauan anak untuk melaksanakan kegiatan dan tertarik pada
media pembelajaran sudah meningkat
(6) Keberanian anak dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru kurang maksimal
(7) Peran aktif saat mengulas pembelajaran pada kegiatan akhir sudah
bagus.
Skor rata-rata aktivitas anak pada siklus 1 adalah 3,4% .
Hasil observasi terhadap aktivitas anak dalam pembelajaran siklus 1
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Aktivitas anak dalam pembelajaran siklus 1
NoAspek yang
dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2
TB KB B SB TB KB B SB
1 2 3 4 1 2 3 4
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
Page 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keterangan :
TB : tidak baik
KB : kurang baik
B : baik
SB : sangat baik
4). Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus 1, maka peneliti mengulas masih
ada 4 anak yang belum tuntas dalam pembelajaran, maka peneliti
melanjutkan siklus ke 2 untuk materi pembelajaran menghitung benda
sampai 10 dengan menindak lanjuti siklus 1. Hasil refleksi selengkapnya
dapat diuraikan pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5. Nilai hasil pembelajaran menghitung benda pada
siklus 1 anak kelompok B TK Aulia Laweyan.
No. Nama Anak Nilai
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F
7. G
8. H
9. I
10. J
11. K
12. L
Keterangan : = skor 81-90 (tuntas)
√ = skor 71-80 (setengh tuntas)
= skor 61-70 (tidak tuntas)
Page 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat tabel distribusi Frekuensi
nilai hasil pembelajaran menghitung benda pada siklus 1 anak kelompok B
TK Aulia Laweyan.seperti tabel 6 :
Tabel 6. Frekuensi nilai hasil pembelajaran menghitung benda pada
siklus 1 anak kelompok B TK Aulia Laweyan.
No.
Interval Frekuensi( )
Nilai tengah
( )
. Prosentase
%Keterangan
1. 61-70 1 65,5 65,5 8,33 Tidak tuntas2. 71-80 3 75,5 226,5 25 Setengah
tuntas3. 81-90 8 85,5 684 66,67 Tuntas
JUMLAH 12 976 100Nilai rata-rata = 976 : 12= 81,33
Ketuntasan klasikal= 8: 12 × 100 % = 66,67 %
Berdasarkan tabel 6 hasil pembelajaran kegiatan menghitung benda
dapat dibuat grafik pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik nilai hasil pembelajaran menghitung benda siklus 1
anak kelompok B TK Aulia Laweyan.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus
1, anak memperoleh nilai tidak tuntas () sebanyak 1 anak atau 8,33%,
anak memperoleh nilai () sebanyak 3 atau 25%, dan anak mendapat nilai
() sebanyak 8 anak atau 66,67% dengan nilai rata-rata adalah 81,33.
1
3
8
NILAI ANAK SIKLUS I
Tidak Tuntas
Setengah Tuntas
Tuntas
Page 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar anak pada tes
siklus 1 tabel 3 dapat disimpulkan bahwa presentasi hasil tes anak yang
tuntas naik 41,67%. Pada siklus 1 anak tuntas () dalam pembelajaran
sebesar 66,67% yang semula pada tes awal hanya terdapat 25%. Besarnya
nilai tidak tuntas () yang di peroleh anak pada tes awal sebanyak 6 anak
dan pada siklus 1 menjadi 1 anak. Pada nilai setengah tuntas () di
kemampuan tes awal terdapat 3 anak, dan tes siklus I tetap sama yaitu 3
anak. Untuk nilai tuntas () terdapat kenaikan dari 3 anak menjadi 8 anak.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus 1 masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain :
a) Bagi Guru
(1) Guru belum maksimal dalam persiapan pembelajaran.
(2) Guru masih belum optimal dalam menjelaskan pembelajaran.
(3) Guru belum optimal dalam memberikan pujian bagi anak yang
telah menjawab pertanyaan dengan benar.
(4) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan optimal.
(5) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan dan penilaian anak
dalam kelas.
b) Bagi Anak
(1) Beberapa anak ada yang belum fokus saat kegiatan menghitung
benda sehingga saat berhitung jumlahnya belum tepat dengan
bendanya.
(2) Masih ada beberapa anak yang belum memahami pemahaman
konsep menghitung benda.
(3) Anak sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun
masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil pembelajaran lebih
maksimal.
2. Tindakan Siklus II
Dengan memperhatikan langkah-langkah dalam penerapan pendekatan
kontekstual peneliti melakukan tindakan siklus II. Tindakan Siklus II
dilaksanakan mulai tanggal 7 Mei 2012 sampai tanggal 19 Mei 2012.
Page 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Perencanaan kegiatan dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan
lamanya 60 menit dan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari
4 tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1) Tahapan Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus 1 diketahui bahwa pembelajaran melalui Pendekatan Kontekstual
belum menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep menghitung
benda yang cukup signifikan. Oleh karena itu peneliti/praktikan menyusun
Rencana Kegiatan Harian kembali dengan indikator yang sama dan media
yang berbeda-beda
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin 7
Mei 2012 di ruang guru TK Aulia Laweyan. Peneliti dan guru kelompok B
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ini dan disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Rabu, 9 Mei 2012
dan Rabu, 16 Mei 2012.
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan Rencana
Kegiatan Harian pada siklus II pertemuan 1 dengan kegiatan inti
pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah daun 1-10 daun
Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan pemahaman
konsep menghitung benda melalui pendekatan kontekstual, maka peneliti
perlu menambahkan pada siklus berikutnya. Pembelajaran ini direncanakan
dalam dua kali pertemuan yang setiap pertemuan alokasi waktu 60 menit.
2) PelaksanaanTindakan
Pembelajaran pemahaman konsep menghitung benda melalui
Pendekatan kontekstual dengan menggunakan media diantaranya
bermacam-macam daun, duku yang sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
Page 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a) Pertemuan pertama.
Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 9
Mei 2012. Guru mengawali pembelajaran dengan berbaris kemudian
berdo’a. Guru mengajak anak untuk menebak nama buah yang
disembunyikan buguru (refleksi) sesuai dengan skenario pembelajaran
pada siklus II pertemuan pertama. Pada kegiatan pembelajaran menebak
nama buah ini secara tidak langsung anak membangun proses atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan
pengalamannya (konsruktivisme). Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan
fisik motorik kasar. Anak-anak diajak berekspresi menirukan gerakan
lagu kebunku sesuai dengan RKH lampiran 8.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan
pembelajarannya. menghitung jumlah buah duku (1-10 buah), anak
diberikan penjelasan bagaimana cara menghitung jumlah buah duku dan
dihitung dari mulai 1 sampai 10 dengan memindahkan buah duku dalam
wadah. Caranya adalah anak-anak mengambil buah duku sebanyak satu
buah kemudian dimasukkan kedalam wadah lain. Setiap satu buah duku
masuk ke dalam wadah anak-anak mengucap satu, kemudian mengambil
buah duku lagi dan dimasukkan dalam wadah tersebut lagi dan
dilanjutkan pengucapnnya dua, dan seterusnya sampai buah duku
tersebut berjumlah 10 (pemodelan). Sehingga buah duku yang di
pindahkan sesuai dengan pengucapan angka dan bendanya. Guru
memberi kesempatan bagi anak untuk bertanya (bertanya). Setelah guru
memberikan penjelasan tentang kegiatan inti pembelajaran, kemudian
guru memandu anak memilih kelompok masing-masing dengan tujuan
agar anak dapat belajar melalui teman sebayanya (masyarakat belajar).
Pada siklus II pertemuan pertama ini permasalahan pada kegiatan
menghitung jumlah buah duku dari 1 sampai 10 buah duku. Untuk
menyelesaikan permasalahannya setiap anak dalam kelompok
mengambil buah duku yang sudah disediakan dalam wadah kemudian
anak menghitungnya dengan cara mengambil buah duku satu persatu
Page 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dipindahkan ketempat wadah lain disertai dengan pengucapan hitungnya
mulai dari satu sampai sepuluh buah duku. Setelah pembelajaran selesai
anak-anak tes unjuk kerja sesuai dengan permasalahan dalam penelitian
(penilaian nyata). Tes unjuk kerja digunakan untuk mengetahui
kemampuan masing-masing anak dalam konsep menghitung benda.
Kemudian anak-anak diberi reward dengan digambar bintang besar
ditangannya oleh guru (merayakan)
Kegiatan akhir yaitu setelah anak-anak istirahat atau bermain di
halaman. Guru mengulas kembali kegiatan hari ini dengan bertanya
kepada anak-anak tentang pembelajaran apa saja yang sudah
dilaksanakan anak dalam satu hari (refleksi). Selanjutnya guru mengajak
anak-anak untuk merasakan buah duku, pisang dan apel. Kemudian
menanyakan kepada anak-anak bagaimanakah rasanya buah duku, pisang
dan apel. Dan anak-anak menjawabnya, enak, manis. Kegiatan ini
bertujuan agar anak mengetahui rasa buah yang sesungguhnya. Terakhir
pembelajaran anak-anak berdoa mengaji surat al-asr.
b) Pertemuan Kedua
Pada siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 16
Mei 2012. Kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan berbaris,
kemudian berdo’a. Guru menjelaskan kepada anak tentang bagian-bagian
tanaman. Bahwa tanaman itu mempunyai bagian-bagian, diantaranya
bagian bawah adalah akar, ada tangkai, daun dan bunga (konstrutivisme).
Guru mengajak anak untuk memegang dan mengamati apa saja yang ada
pada tanamanyaitu mengenai warna, bentuk, ciri yang ada pada daun,
bunga dan batang (inkuiri). Kemudian guru mengajak bernyanyi anak-
anak dengan lagu kebunku. Anak-anak berekspresi menirukan gerak lagu
kebunku, kegiatan ini masuk dalam lingkup perkembangan fisik motorik
kasar.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang tugas
pembelajarannya. Kegiatannya yaitu menghitung jumlah daun dari 1-10
daun, siswa diberikan penjelasan bagaimana cara menghitung jumlah
Page 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
daun dan dihitung dari mulai 1 sampai 10 dengan memindahkan daun
dalam wadah (pemodelan). Dengan cara anak-anak mengambil daun
sebanyak satu buah kemudian dimasukkan kedalam wadah lain. Setiap
satu daun masuk ke dalam wadah anak-anak mengucap satu, kemudian
mengambil daun lagi dan dimasukkan dalam wadah tersebut lagi dan
dilanjutkan pengucapnnya dua, dan seterusnya sampai daun tersebut
berjumlah 10 (pemodelan). Sehingga daun yang di pindahkan sesuai
dengan pengucapan angka dan bendanya. Guru memberi kesempatan
pada anak untuk bertanya bagi anak yang kurang jelas (bertanya). Setelah
guru memberikan penjelasan tentang kegiatan inti pembelajaran,
kemudian guru memandu anak memilih kelompok masing-masing agar
anak dapat belajar tentang apa yang belum diketahuinya melalui teman
(masyarakat belajar)
Pada siklus II pertemuan kedua ini permasalahan pada kegiatan
tugas pertama yaitu, hitunglah jumlah daun dari 1 sampai 10 daun. Untuk
menyelesaikan permasalahannya setiap anak dalam kelompok
mengambil daun yang sudah disediakan dalam wadah kemudian anak
menghitungnya dengan cara mengambil daun satu persatu dipindahkan
ketempat wadah lain disertai dengan pengucapan hitungnya mulai dari
satu sampai sepuluh daun. Apabila anak sudah selesai melaksanakan
tugas pertama, secara bergilir anak boleh memilih tugas kedua atau
ketiga.
Setelah pembelajaran selesai anak-anak tes unjuk kerja sesuai
dengan permasalahan dalam penelitian (penilaian nyata). Tes unjuk kerja
digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak dalam
konsep menghitung benda. Kemudian anak-anak diberi reward dengan
digambar pesawat terbang ditangannya oleh guru.
Kegiatan akhir yaitu setelah anak-anak istirahat atau bermain di
halaman. Guru mengulas kembali kegiatan hari ini dengan bertanya
kepada anak-anak tentang pembelajaran apa saja yang sudah
dilaksanakan anak dalam satu hari (refleksi). Selanjutnya guru mengajak
Page 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
anak-anak bernyanyi lagu warna-warna buah. Kegiatan ini bertujuan agar
anak mengetahui warna-warna pada buah yang sesungguhnya. Terakhir
pembelajaran anak-anak berdoa mengaji surat al-asr bersama-sama.
3) Observasi
Observer melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
anak melalui Pendekatan Kontekstual dengan menggunakan media
diantaranya tanaman kecil, buah duku, dan daun. Observasi ini ditujukan
pada kegiatan anak dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau
partisipasi serta untuk mengetahui peningkatan anak dalam memahami
konsep menghitung benda. Selain itu peneliti juga melakukan observasi
terhadap sikap, perilaku anak selama proses pembelajaran. Observsai juga
dilakukan terhadap ketrampilan guru dalam mengajar dengan Pendekatan
Kontekstual pada kegiatan menghitung benda.
a) Hasil observasi guru
Dari hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru pada siklus II sebagai
berikut berdasarkan lampiran 15.
(1) Persiapan pra pembelajaran guru sudah ditingkatkan.
(2) Guru dalam menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
pada pembelajaran perlu ditingkatkan lagi.
(3) Guru sudah bagus dalam penguasaan materi pembelajaran.
(4) Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai rencana
pembelajaran.
(5) Guru sudah memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran yang
ada disekitar dengan baik.
(6) Guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam
pembelajaran.
(7) Guru sudah melakukan penilaian pada proses pembelajaran.
(8) Penggunaan bahasa guru dalam pembelajaran sudah bagus, dapat
dipahami oleh anak.
(9) Guru sudah memberi reward kepada anak setelah pembelajaran..
Page 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(10)Pengalokasian waktu sudah bagus namun perlu disesuaikan agar
tepat.
Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 3,8 %.
b) Hasil Observasi Anak
(1) Anak sudah menempati tempat duduknya masing-masing dalam pra
pembelajaran sudah bagus.
(2) Anak sudah dapat menjawab pertanyaan saat apersepsi
(3) Perhatian anak ketika proses penjelasan materi pembelajaran lebih
dimaksimalkan lagi.
(4) Keberanian anak dalam mendemonstrasikan kegiatan saat proses
pembelajaran sudah bagus
(5) Kemauan anak untuk melaksanakan kegiatan dan tertarik pada media
pembelajaran sudah meningkat
(6) Keberanian anak dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru sudah meningkat.
(7) Peran aktif saat mengulas pembelajaran pada kegiatan akhir sudah
bagus.
Skor rata-rata aktivitas anak pada siklus II adalah 3,8%
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Aktivitas anak dalam pembelajaran siklus II
No Aspek yang dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2
TB KB B SB TB KB B SB
1 2 3 4 1 2 3 4
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
Page 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keterangan :
TB : tidak baik
KB : kurang baik
B : baik
SB : sangat baik
4) Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus II, ternyata anak-anak sudah
mencapai nilai ketuntasan diatas 75% yaitu sebesar 91,67% anak mendapat
nilai tuntas.. Maka peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus III untuk
pembelajaran konsep menghitung benda. Hasil pembelajaran pada siklus II,
selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai hasil pembelajaran menghitung benda pada
siklus II anak kelompok B TK Aulia Laweyan.
No Nama Anak Nilai
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F
7. G
8. H
9. I
10. J
11. K
12. L
Keterangan : = skor 81-90 (tuntas)
√ = skor 71-80 (setengh tuntas)
= skor 61-70 (tidak tuntas)
Page 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 9. Frekuensi nilai pembelajaran menghitung benda siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan
No. Interval Frekuensi( )
Nilai tengah
( )
. Prosentase %
Keterangan
1. 61-70 0 65,5 0 0 Tidak tuntas
2. 71-80 1 75,5 75,5 8,33 Setengah tuntas
3. 81-90 11 85,5 940,5 91,67 Tuntas
JUMLAH 12 1016 100
Nilai rata-rata = 1016 : 12 = 84,67
Ketuntasan klasikal= 11 : 12 × 100 % = 91,67 %
Berdasarkan tabel 9 hasil pembelajaran menghitung benda siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan dapat dibuat grafik pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik nilai pembelajaran menghitung benda siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan
Dari data frekuensi nilai pembelajaran menghitung benda siklus II
pada tabel 5 dapat dilihat bahwa anak yang mendapat nilai () sebanyak 1
1
11
NILAI ANAK SIKLUS II
Belum Tuntas
Setengah Tuntas
Tuntas
Page 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
anak atau 8,33%, dan anak yang mendapat nilai () sebanyak 11 anak atau
91,67% dengan nilai rata-rata anak adalah 84,67. Hasil tes kognitif
kemampuan tes awal, siklus I, dan siklus II anak kelompok B TK Aulia
Laweyan dapat dilihat sebagai berikut pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil tes kognitif kemampuan tes awal, siklus I, siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan
Keterangan Simbol Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai tidak tuntas 6 1 0
Nilai setengah tuntas 3 3 1
Nilai tuntas 3 8 11
Nilai rata-rata 73 81,33 84,67
Anak belajar tuntas 25% 66,67% 91,67%
Berdasarkan tabel dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Nilai dibawah nilai tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes
awal adalah 6 anak mendapat nilai tidak tuntas () pada siklus I nilai
tidak tuntas dapat berkurang sehingga menjadi 1 anak, dan siklus II tidak
ada. Nilai setengah tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes
awal adalah 3 anak, siklus I tetap 3 anak, dan pada siklus II berkurang
menjadi 1 anak. Nilai tuntas () pada kemampuan tes awal 3 anak,
disiklus I bertambah menjadi 8 anak, dan pada siklus II bertambah lagi
menjadi 11 anak.
b) Untuk ketuntasan anak dalam pembelajaran () pada kemampuan tes
awal 25%, tes siklus I 66,67% setelah dilakukan refleksi terhadap 9 anak
yang belum tuntas, namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil
pembelajarannya bila dilihat dari prosentase ketuntasan anak, dan pada
tes siklus II nilai tuntas () menjadi 11 anak. Setelah dilakukan refleksi
pada siklus II semua anak sudah mengalami peningkatan, hanya tinggal 1
anak saja yang mendapat nilai setengah tuntas ().
c) Nilai rata-rata anak pada kemampuan tes awal adalah 73, pada siklus 1
menjadi 81,33 dan pada siklus II menjadi 84,67.
Page 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan
bimbingan pembelajaran untuk mempertahankan hasil penilaian
perkembangan pembelajaran anak.
C.Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil
peningkatan pembelajaran pada pemahaman konsep menghitung benda dengan
menggunakan Pendekatan Kontekstual. Pada siklus 1 pertemuan 1 peneliti
mengambil indikator pada kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah
pada buah duku (1-5 buah). Pada siklus 1 pertemuan 2 peneliti mengambil
indikator pada kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah daun 1-7
daun
Analisa hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi,
dari sikap dan perilaku anak pada siklus I dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Aktivitas anak dalam pembelajaran sebagai berikut, berdasarkan lampiran 16.
1) Kemauan anak dalam menempati tempat duduknya masing-masing dalam
pra pembelajaran cukup.
2) Keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan saat apersepsi perlu
ditingkatkan.
3) Perhatian anak ketika proses penjelasan materi sudah meningkat.
4) Keberanian anak dalam mendemonstrasikan kegiatan dalam proses
pembelajaran sudah meningkat.
5) Anak sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran serta anak
sangat tertarik pada media pembelajaran oleh guru.
6) Kemauan anak dalam menjawab pertanyaan dengan benar oleh guru sudah
meningkat.
7) Keberanian anak dalam berperan aktif saat mengulas pembelajaran pada
kegiatan akhir perlu ditingkatkan.
Page 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Hasil observasi bagi Guru
Dari data observasi dalam siklus 1 selama 2 kali pertemuan diperoleh observasi
sebagai berikut berdasarkan lampiran 14.
1) Persiapan pra pembelajaran guru perlu ditingkatkan
2) Guru dalam menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai pada
pembelajaran perlu ditingkatkan
3) Guru sudah bagus dalam penguasaan materi pembelajaran.
4) Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai rencana
pembelajaran.
5) Guru sudah memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran yang ada
disekitar dengan baik.
6) Guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran.
7) Guru belum optimal dalam melakukan penilaian pada proses
pembelajaran.
8) Penggunaan bahasa guru sudah dapat dipahami oleh anak.
9) Guru kurang optimal dalam memberi reward kepada anak.
10) Dalam pengalokasian waktu perlu ditingkatkan
Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus 1 adalah 3,5%.
c. Perkembangan hasil pembelajaran kognitif
Tabel 11. Frekuensi nilai hasil pembelajaran menghitung benda anak
kelompok B sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus I
Nomor Nilai Sebelum tindakan Sesudah tindakan
1 50% 8,33%
2 25% 25%
3 25% 66,67%
Keterangan :
: tidak tuntas
: setengah tuntas
: tuntas
Page 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 12. Hasil pembelajaran kognitif anak siklus I, sebelum, dan sesudah
tindakan.
Keterangan Simbol Sebelum tindakan Sesudah tindakan
Nilai tidak tuntas 6 1
Nilai setengah tuntas 3 3
Nilai tuntas 3 8
Rata-rata nilai 73 81,33
Anak belajar tuntas 25% 66,67%
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar kognitif anak siklus I
dapat disimpulkan bahwa presentasi hasil tes anak yang tuntas 41.67% dengan
nilai ketuntasan di siklus I sebesar 66,67%, yang semula pada tes awal hanya
terdapat 25% anak mencapai ketuntasan. Besarnya nilai tidak tuntas () yang
diperoleh anak pada kemampuan tes awal sebesar 6 anak, dan pada siklus I adalah
menjadi 1 anak. Untuk nilai tuntas () terdapat kenaikan dari 3 anak naik menjadi
8 anak dan nilai rata-rata kelompok B yang pada kemampuan tes awal dengan nilai
tidak tuntas () naik menjadi nilai tuntas ().
Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi indikator :
Menghitung jumlah buah duku (1-10 buah). Pada siklus II pertemuan 2 peneliti
mengambil indikator pada kegiatan inti pembelajaran, yaitu: Menghitung jumlah
daun 1-10 daun
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II ditemukan perkembangan hasil pembelajaran
anak baik dari nilai ketuntasan maupun aktivitas anak dalam pembelajaran.
a. Aktivitas anak dalam pembelajaran sebagai berikut, berdasarkan lampiran 25.
1) Kemauan anak dalam menempati tempat duduknya masing-masing dalam
pra pembelajaran sudah bagus.
2) Keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan saat apersepsi sudah bagus.
3) Perhatian anak ketika proses penjelasan materi sudah bagus.
4) Hasrat anak dalam mendemonstrasikan kegiatan dalam proses
pembelajaran sudah bagus.
Page 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
5) Kamampuan anak dalam melaksanakan kegiatan sudah baik dan anak
tertarik pada media pembelajaran oleh guru.
6) Kemauan anak dalam menjawab pertanyaan dengan benar oleh guru sudah
bagus.
7) Keberanian anak dalam berperan aktif saat mengulas pembelajaran pada
kegiatan akhir sudah bagus.
b. Hasil observasi guru
Dari hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru pada siklus II sebagai berikut
berdasarkan lampiran 15.
1). Persiapan pra pembelajaran guru sudah ditingkatkan.
2). Guru dalam menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai pada
pembelajaran perlu ditingkatkan lagi.
3). Guru sudah bagus dalam penguasaan materi pembelajaran.
4). Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai rencana
pembelajaran.
5). Guru sudah memanfaatkan sumber belajar/media pembelajaran yang ada
disekitar dengan baik.
6). Guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran.
7). Guru sudah melakukan penilaian pada proses pembelajaran.
8). Penggunaan bahasa guru dalam pembelajaran sudah bagus, dapat
dipahami oleh anak.
9). Guru sudah memberi reward kepada anak setelah pembelajaran..
10). Pengalokasian waktu sudah bagus namun perlu disesuaikan agar tepat.
Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 3,8 %.
c. Perkembangan hasil belajar kognitif
Tabel 13. Frekuensi nilai hasil pembelajaran menghitung benda anak
kelompok B TK Aulia Laweyan siklus II sebelum dan sesudah tindakan
Nomor Nilai Sebelum tindakan Sesudah tindakan
1 8,33% 0%
2 25% 8,33%
3 66,67% 91,67%
Page 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 14. Hasil tes kognitif siklus II anak kelompok B TK Aulia Laweyan
sebelum dan sesudah tindakan
Keterangan Simbol Sebelum tindakan Sesudah tindakan
Nilai tidak tuntas 1 0
Nilai setengah tuntas 3 1
Nilai tuntas 8 11
Rata-rata nilai 81,33 84,67
Anak belajar tuntas 66,67% 91,67%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tidak tuntas () yang
diperoleh anak pada siklus I naik adalah 1 anak dan pada siklus II nilai tidak
tuntas () tidak ada. Nilai setengah tuntas () di siklus I adalah 3 anak
kemudian di siklus II nilai setengah tuntas () berkurang menjadi 1 anak.
Nilai tuntas () pada siklus I adalah berjumlah 8 anak, di siklus II nilai tuntas
() bertambah menjadi 11 anak. Nilai rata-rata dari 12 anak kelompok B Tk
Aulia juga terjadi peningkatan yaitu pada tes siklus I adalah 81,33 dan pada
siklus II bertambah menjadi 84,67. Ketercapain ketuntasan pembelajaran
pada siklus I sebesar 66,67% meningkat di siklus II menjadi 91,67%.
Berikut grafik perbandingan hasil kemampuan tes awal, siklus I, siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta.
Gambar 7 . Grafik hasil tes kognitif sebelum tindakan, siklus I,
siklus II, anak kelompok B TK Aulia Laweyan
0
2
4
6
8
10
12
Tes Awal Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Setengah tuntas
Tuntas
Page 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 15. Hasil tes kognitif sebelum tindakan, siklus I, siklus II,
anak kelompok B TK Aulia Laweyan
Keterangan Simbol Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai tidak tuntas 6 1 0
Nilai setengah tuntas 3 3 1
Nilai tuntas 3 8 11
Rata-rata nilai 73 81,33 84,67
Anak belajar tuntas 25% 66,67% 91,67%
Berdasarkan tabel 15 dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Nilai tidak tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes awal 6
anak, pada siklus I berkurang menjadi 1 anak, dan pada siklus II yang
mendapat nilai tidak tuntas () menjadi tidak ada.
2) Nilai setengah tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes awal 3
anak, pada siklus II masih tetap sama yaitu 3 anak, dan pada siklus II
berkurang menjadi 1 anak.
3) Nilai ketercapaian ketuntasan () yang diperoleh anak pada kemampuan
tes awal 3 anak, pada siklus I bertambah menjadi 8 anak, dan pada siklus
II bertambah lagi menjadi 11 anak.
4) Nilai rata-rata dari 12 anak kelompok B TK Aulia Laweyan pada
kemampuan tes awal adalah 73, pada siklus 1 menjadi 81,33 dan pada
siklus II menjadi 84,67.
5) Untuk ketercapaian ketuntasan anak dari 12 anak yang mendapat nilai
tuntas () pada kemampuan tes awal terdapat 3 anak atau 25%, pada
siklus I terdapat 8 anak atau 66,67%. Pada siklus II terdapat 1 anak yang
masih setengah tuntas dalam pembelajaran dan 11 anak sudah mendapat
nilai tuntas () atau 91,67%.
Page 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dari hasil observasi guru dan anak maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Perbandingan hasil observasi guru dan anak
pada siklus I dan siklus II
Hasil Observasi Siklus I Siklus II
Hasil observasi guru 3,5 % 3,8 %
Hasil observasi anak 3,4 % 3,8 %
Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa hasil observasi guru pada
siklus I sebesar 3,5 % dan pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak
0,3 % yaitu menjadi 3,8 %. Pada siklus I hasil observasi anak menunjukkan
3,4 % dan di siiklus II juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 3,8 5%.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II, secara umum sudah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru
dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.
Prosentase hasil pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotor anak
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan anak mencetuskan pendapat
mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu
mendemonstrasikan dalam kegiatan, dan menyelesaikan kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dengan partisipasi anak yang aktif dan kreatif anak dalam
pembelajaran yang semakin meningkat, suasana pembelajaranpun menjadi
lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil pembelajaran konsep
menghitung benda kelompok B TK Aulia Laweyan dapat meningkat.
Berdasarkan peningkatan hasil pembelajaran yang telah tercapai maka
Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus
ini.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran menghitung benda menggunakan Pendekatan Kontekstual dapat
meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda anak kelompok B TK Aulia
Page 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Laweyan, baik aktivitas pembelajaran anak, maupun hasil pembelajaran kognitif
anak dengan pendekatan kontekstual.
1. Perkembangan aktivitas pembelajaran anak sebagai berikut:
a) Kemauan anak dalam menempati tempat duduknya masing-masing dalam
pra pembelajaran sudah bagus.
b) Keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan saat apersepsi sudah bagus.
c) Perhatian anak ketika proses penjelasan materi sudah bagus.
d) Hasrat anak dalam mendemonstrasikan kegiatan dalam proses
pembelajaran sudah bagus.
e) Kamampuan anak dalam melaksanakan kegiatan sudah baik dan anak
tertarik pada media pembelajaran oleh guru.
f) Kemauan anak dalam menjawab pertanyaan dengan benar oleh guru sudah
bagus.
g) Keberanian anak dalam berperan aktif saat mengulas pembelajaran pada
kegiatan akhir sudah bagus.
2. Perkembangan hasil pembelajaran kognitif anak dengan pendekatan
kontekstual.
Hasil pembelajaran kognitif dengan penerapan pendekatan kontekstual
pada siklus I pertemuan 1 setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan
dengan anak menerima materi pembelajaran kognitif dengan indikator :pada
kegiatan inti pembelajaran yaitu menghitung jumlah buah duku (1-5 buah).
Pada kegiatan inti ini anak secara langsung terlibat melakukan proses
menghitung buah duku. Sehingga anak dapat menemukan pengetahuan atau
pengalaman yang dipelajari dan dapat menghubungkannya pada pengalaman
nyata kehidupan sehari-hari anak. Siklus 1 pertemuan 2 dengan kegiatan inti
pembelajaran, yaitu: anak menghitung jumlah daun 1-7 daun. Kegiatan
menghitung jumlah daun secara langsung yaitu dengan cara anak mengambil
daun kemudian memindahkannya satu persatu ke wadah lain disertai dengan
pengucapan berhitung.
Pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan
strategi dan rencana yang dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup.
Page 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Kegiatan ini terfokus mengaktifkan anak (konstruktivisme), memberi
penjelasan dan contoh (pemodelan), melakukan pengamatan dan penilaian
proses (Penilaian nyata), melakukan kegiatan proses pembelajaran dalam
kelompok (pemodelan dan masyarakat belajar), berdiskusi pada akhir
pembelajaran (refleksi). Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat
dilihat adanya peningkatan hasil pembelajaran anak dan masih ada 1 anak yang
mendapat nilai tidak tuntas (), serta 3 anak mendapat nilai setengah tuntas
(). Anak yang mencapai nilai ketutasan () sebanyak 8 anak atau 66,67%
dengan nilai rata-rata 81,33.
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan
dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran kognitif siklus II pertemuan 1
yaitu tentang menghitung benda dengan indikator : Menghitung jumlah buah
duku (1-10 buah), siklus II pertemuan 2 peneliti mengambil indikator dengan
kegiatan pembelajaran : Menghitung jumlah daun 1-10 daun,
Kegiatan pembelajaran disampaikan dengan strategi terencana
sebagaimana pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan
lebih optimal dengan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menghitung
benda. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan hasil pembelajaran anak yaitu
nilai ketercapaian ketuntasan () adalah 91,67% atau sebanyak 11 anak dari 12
anak mendapatkan nilai tuntas () dan dengan nilai rata-rata 84,67.
Tabel 17. Rekapitulasi hasil tes kognitif sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II
anak kelompok B TK Aulia Laweyan
Keterangan Simbol Tes awal Siklus I Siklus II
Nilai tidak tuntas 6 1 0
Nilai setengah tuntas 3 3 1
Nilai tuntas 3 8 11
Rata-rata nilai 73 81,33 84,67
Anak belajar tuntas 25% 66,67% 91,67%
Page 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berdasarkan tabel 17 dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Nilai tidak tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes awal terdapat
6 anak, pada siklus I berkurang menjadi 1 anak, dan di siklus II sudah tidak ada
yang mendapat nilai tidak tuntas ().
2) Nilai setengah tuntas () yang diperoleh anak pada kemampuan tes awal
terdapat 3 anak, di siklus I tetap 3 anak, dan pada siklus II berkurang tinggal 1
anak.
3) Nilai ketercapaian ketuntasan () yang diperoleh anak pada kemampuan tes
awal terdapat 3 anak, pada siklus I bertambah menjadi 8 anak, dan pada siklus
II bertambah lagi menjadi 11 anak.
4) Nilai rata-rata dari 12 siswa di kelompok B TK Aulia pada tes awal yaitu 73,
siklus 1 menjadi 81,33 dan siklus II adalah 84,67.
Hasil pada siklus II menunjukkan ketercapaian ketuntasan anak meningkat
hanya tinggal 1 anak dari 12 anak mendapat nilai setengah tuntas (). Anak
yang mendapat nilai setengah tuntas () tersebut peneliti berikan bimbingan
dan arahan secara langsung tentang kegiatan menghitung benda dengan
penerapan pendekatan kontekstual. Setelah itu peneliti menyerahkan kepada
guru kelompok B untuk lebih diarahkan dan ditindak lanjuti dalam pelaksanaan
pembelajaran menghitung benda yang akan datang.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran
anak meningkat, baik hasil pembelajaran kognitif, maupun aktivitas anak dalam
pembelajaran menghitung benda dapat meningkatkan pemahaman konsep
menghitung benda anak kelompok B TK Aulia Laweyan. Sedangkan untuk
aktivitas guru dan anak dalam pembelajaran juga menunjukkan peningkatan
yaitu, dari skor rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I adalah
3,5%, meningkat pada siklus II menjadi 3,8 %, untuk skor rata-rata aktivitas
anak pada siklus I adalah 3,4 %, meningkat pada siklus II menjadi 3,8 %.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada guru kelas kelompok B
yaitu dalam penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan
pemahaman konsep menghitung benda. Misalnya: guru kurang dapat
Page 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menciptakan suasana penbelajaran yang menyenangkan (respon anak kurang),
aktivitas anak kurang, guru belum menggunakan alat peraga yang nyata, dan
masih kurangnya ketercapaian ketuntasan dalam pembelajaran pada anak
kelompok B TK Aulia Laweyan.
Cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual untuk
meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda anak kelompok B TK
Aulia Laweyan Surakarta Semester II Tahun 2011/2012 adalah guru harus
terampil dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual diantaranya :
a). Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh anak
b). Memahami latar belakang dan pengalaman hidup anak melalui proses
pengkajian secara seksama,
c). Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal anak, selanjutnya
memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan
dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual,
d). Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang
dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki anak di
lingkungan kehidupan mereka,
e) . Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong anak untuk
mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman
yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan dengan apa yang
dipelajarinya dalam fenomena kehidupan sehari-hari,
f). Melakukan penilaian terhadap pemahaman anak. Hasil penilaian tersebut
dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan
pelaksanaan.
Page 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian Penerapan Kontekstual pada anak kelompok
B TK Aulia Laweyan Semester II Tahun 2011/2012, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pembelajaran pemahaman konsep menghitung benda dengan pendekatan
kontekstual pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan pada materi pembelajaran
berhitung hasil pembelajarannya meningkat. Hal ini dapat didukung dengan nilai
ketercapaian ketuntasan pada anak dari 12 anak di kelompok B yaitu : pada
kemampuan tes awal sebanyak 3 anak yang mendapat nilai tuntas () atau 25%
dengan nilai rata-rata 73, siklus I anak mendapat nilai tuntas () yaitu 8 anak atau
66,67%, dengann nilai rata-rata 81,33 dan pada siklus II yang mendapat nilai
tuntas () bertambah menjadi 11 anak atau 91,67% dengan nilai rata-rata 84,67,
secara keseluruhan sudah meningkat hasil pembelajaran menghitung benda bila
dilihat dari presentase ketuntasan anak, yaitu pada tes siklus II sebanyak 11 anak
sudah mencapai ketuntasan, hanya tinggal 1 anak yang mendapat nilai setengah
tuntas ().
Anak yang mendapat nilai setengah tuntas () tersebut peneliti berikan
bimbingan dan arahan secara langsung tentang kegiatan menghitung benda
dengan penerapan pendekatan kontekstual. Setelah itu peneliti menyerahkan
kepada guru kelompok B untuk lebih diarahkan dan ditindak lanjuti dalam
pelaksanaan pembelajaran menghitung benda yang akan datang.
1. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda pada
anak kelompok B TK Aulia Laweyan. Sehubungan dengan penelitian ini maka
dikemukakan implikasi hasil peneitian sebagai berikut:
Page 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1. Bagi Guru
Pemanfaatan dan penggunaan penerapan pendekatan kontekstual
dilanjutkan dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan kegiatan
berhitung pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan yang sudah terbukti
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga
meningkatkan kualitas proses dan hasil pada kegiatan pembelajaran
pemahaman konsep menghitung benda.
2. Bagi Anak
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat mendorong
anak untuk memiliki keberanian, keaktifan, dan mengembangkan
perhatian serta mempersiapkan anak ke tahap perkembangan selanjutnya
dalam pembelajaran berhitung.
3. Bagi Sekolah
Upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung benda seperti
mengadakan penambahan jam pembelajaran pada jadwal kegiatan yang
akan dilaksanakan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan Pendekatan
Kontekstual pada anak kelompok B TK Aulia Laweyan Surakarta semester
II Tahun 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi peserta didik TK Aulia Laweyan pada khususnya
sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran berhitung untuk menerapkan pendekatan
kontekstual sehingga pembelajaran berhitung menjadi lebih optimal,
serta kemandirian dan keberanian anak menjadi lebih meningkat.
Page 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2. Bagi Guru
Guru hendaknya mencoba model pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran lingkup perkembangan kognitif terutama pada kegiatan
pembelajaran berhitung. Terbukti dengan pendekatan kontekstual hasil
kegiatan berhitung anak meningkat berdasarkan pengalaman masing-
masing individu pada setiap anak.
3. Bagi Anak
Anak lebih aktif, gembira, keberanian anak semakin meningkat, dan
selalu semangat dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran di
sekolah terutama pada kegiatan pembelajaran menghitung benda.