GIGITAN HEWAN BAB I PENDAHULUAN Hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat bersahabat dengan pemiliknya. Tetapi terkadang hewan peliharaan itu bisa juga menggigit bila merasa terpojok atau terprovokasi. Gigitan hewan peliharaan sering terjadi tiba-tiba. Anjing biasanya lebih sering mengigit ketimbang kucing. Namun gigitan kucing bisa lebih menyebabkan infeksi. Berbagai macam penyakit dapat disebarkan melalui gigitan tersebut. Kita boleh berhati-hati jika kita memelihara hewan di rumah. Gigitan hewan tidak hanya menorehkan rasa sakit, namun juga memicu trauma berkepanjangan pada anak-anak. Bermain bersama hewan peliharaan tentu saja mengasyikkan.Anak-anak juga menyukainya. Banyak manfaat yang bisa diambil ketika anak dibiarkan bermain bersama hewan. Di antaranya, mengajak anak berbagai kasih sayang dengan makhluk lain, sebagai ilmu pengetahuan bagi anak. Apalagi, banyak buku bacaan yang mempunyai tokoh hewan.Apalagi ada hewan-hewan jenis tertentu yang bagus untuk menunjang perkembangan anak. SMF Ilmu Bedah RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GIGITAN HEWAN
BAB I
PENDAHULUAN
Hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat bersahabat dengan pemiliknya. Tetapi
terkadang hewan peliharaan itu bisa juga menggigit bila merasa terpojok atau terprovokasi.
Gigitan hewan peliharaan sering terjadi tiba-tiba. Anjing biasanya lebih sering mengigit
ketimbang kucing. Namun gigitan kucing bisa lebih menyebabkan infeksi. Berbagai macam
penyakit dapat disebarkan melalui gigitan tersebut.
Kita boleh berhati-hati jika kita memelihara hewan di rumah. Gigitan hewan tidak hanya
menorehkan rasa sakit, namun juga memicu trauma berkepanjangan pada anak-anak. Bermain
bersama hewan peliharaan tentu saja mengasyikkan.Anak-anak juga menyukainya. Banyak
manfaat yang bisa diambil ketika anak dibiarkan bermain bersama hewan. Di antaranya,
mengajak anak berbagai kasih sayang dengan makhluk lain, sebagai ilmu pengetahuan bagi anak.
Apalagi, banyak buku bacaan yang mempunyai tokoh hewan.Apalagi ada hewan-hewan jenis
tertentu yang bagus untuk menunjang perkembangan anak.
Namun, saat anak bermain dengan hewan, orang tua mesti waspada penuh agar hewan
tidak menggigit. Tidak hanya sakit secara fisik, penelitian terbaru menunjukkan, anak yang
terkena gigitan hewan akan mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress
disorder/PTSD). Sejumlah orang biasanya menderita PTSD setelah mengalami suatu peristiwa
yang membuat mereka atau orang lain dalam bahaya, seperti kecelakaan mobil atau penyerangan
oleh orang tak dikenal. Orang yang menderita PTSD sering kali mengalami gangguan ingatan
dan bayangan mimpi peristiwa yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 1
GIGITAN HEWAN
PTSD dapat menyebabkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan pada anak-anak karena
dapat mengganggu perkembangan normal mereka,kata Dr Nancy Kassam-Adams, Wakil
Direktur The Center for Pediatric Traumatic Stress at The Children’s Hospital di Philadelphia,
Amerika Serikat. Dia mencontohkan, seorang anak yang mengalami kesulitan belajar membaca
sehingga menyebabkan peristiwa yang traumatik. Anak yang mengalaminya kemungkinan besar
dapat pulih, namun dalam waktu lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa. Selanjutnya, Dr
Li Ji, seorang dokter anak di Peking Union Medical College Hospital di Beijing, China, dan
rekan-rekannya mempelajari 358 anak usia 5–17 tahun yang datang ke bagian unit gawat darurat
(UGD) di Peking University People’s Hospital setelah digigit seekor hewan, seperti kucing,
kelinci, anjing, atau tikus. Banyak jenis hewan mulai dari anjing dan kucing ke hamster, musang,
musang, dan tupai dapat menggigit orang dewasa dan anak-anak. Banyak kali, gigitan berasal
dari hewan peliharaan keluarga.
Luka gigitan hewan ini salah satunya bisa menyebabkan penyakit rabies, rabies adalah
infeksi yang sangat jarang tetapi fatal yang mungkin timbul dari gigitan hewan. Rabies adalah
penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini
bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke
manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies
disebut juga penyakit anjing gila.
Di Amerika Serikat, tidak seperti seluruh dunia, hewan liar seperti kelelawar, sigung,
rakun, dan rubah menyebar lebih dari 90% dari infeksi rabies. Gigitan hewan harus dilaporkan ke
departemen kesehatan setempat.Mereka mungkin meminta bantuan para medis dalam
menemukan hewan sehingga dapat dibatasi dan diamati gejala rabiesnya.
Sifat-sifat virus ini tidak dapat hidup di alam bebas, mudah sekali mati pada pemanasan
50°C dalam waktu 15 menit, mati oleh sinar matahari. Virus ini dapat menyerang semua hewan
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 2
GIGITAN HEWAN
berdarah panas dan manusia. Karena kapsulnya terdiri dari lemak sehingga memudahkan kita
untuk mematikan virus tersebut dengan zat-zat larut lemak seperti sabun atau detergen.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan manusia. Catatan tertulis
mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang
ditulis 4000 tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300 SM.
Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala penyakit yang menyerupai rabies.
Aristotle, pada 400 SM, menulis di Natural History of Animals edisi 8, bab 22
“ .... anjing itu menjadi gila. Hal ini menyebabkan mereka menjadi agresif dan semua
binatang yang digigitnya juga mengalami sakit yang sama. ”
Hippocrates, Plutarch, Xenophon, Epimarcus, Virgil, Horace, dan Ovid adalah orang-
orang yang pernah menyinggung karakteristik rabies dalam tulisan-tulisannya. Celsius, seorang
dokter di zaman Romawi, mengasosiasikan hidrofobia (ketakutan terhadap air) dengan gigitan
anjing, di tahun 100 Masehi. Cardanus, seorang penulis zaman Romawi menjelaskan sifat infeksi
yang ada di air liur anjing yang terkena rabies. Pada penulis Romawi zaman itu mendeskripsikan
rabies sebagai racun, yang mana adalah kata Latin bagi virus. Pliny dan Ovid adalah orang yang
pertama menjelaskan penyebab lain dari rabies, yang saat itu disebut cacing lidah anjing (dog
tongue worm). Untuk mencegah rabies di masa itu, permukaan lidah yang diduga mengandung
"cacing" dipotong. Anggapan tersebut bertahan sampai abad 19, ketika akhirnya Louis Pasteur
berhasil mendemonstrasikan penyebaran rabies dengan menumbuhkan jaringan otak yang
terinfeksi di tahun 1885. Goldwasser dan Kissling menemukan cara diagnosis rabies secara
modern pada tahun 1958, yaitu dengan teknik antibodi imunofluoresens untuk menemukan
antigen rabies pada jaringan.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 3
GIGITAN HEWAN
Sedangkan, Monyet di dunia ada sekitar 264 jenis. Monyet berbeda dengan kera, monyet
berekor lebih kecil. Monyet adalah hewan yang paling mudah untuk berinteraksi dengan
manusia. Monyet sedikit lebih galak, apabila ia tak mengenal lawan interaksinya tak jarang ia
akan menyerang dan mencakar. Monyet juga hewan yang digunakan untuk percobaan
laboratorium, dilatih sebagai hewan sirkus dan tak jarang dirawat sebagai hewan peliharaan.
Banyak sekali ordo yang menyerupai monyet ini, diantaranya oranghutan dan kera, walaupun
satu jenis sama-sama berkelas primata, tetapi mereka mempunyai perbedaan.
Rabies bukan hanya terdapat pada anjing saja, tapi juga terdapat pada monyet dan
kucing. Penyakit ini adalah penyakit akut yang sangat menular dan dapat menyebabkan
kematian, penyakit rabies ini menyerang gangguan syaraf pusat. Jika Anda memiliki monyet di
rumah, sebaiknya setiap sebulan sekali periksakan dan bawalah monyet Anda ke dokter
hewan, hewan yang terkena penyakit rabies biasanya menjadi sangat buas. Senang menyerang
siapa saja, suaranya menjadi sangat parau dan sering kejang-kejang. Untuk itulah jika Anda
melihat keanehan yang terjadi pada hewan Anda, segeralah untuk membawanya ke dokter.
Sembilan provinsi yang tidak ditemukan kasus rabies atau bebas rabies, yaitu Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. Jadi, sebagian besar provinsi di
Indonesia termasukendemis rabies. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata jumlah penduduk yang
digigit anjing lebih dari 15.000 orang di 24 provinsi. Jumlah penderita rabies ratusan orang per
tahun dan sebagian besar meninggal dunia. Pada tahun 2008, jumlah kasus gigitan anjing 14.106
orang, 9.565 orang mendapat vaksin serta obat-obatan, penderita rabies 85 orang.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 4
GIGITAN HEWAN
Bila ditemukan ada kasus dugaan rabies, maka penanganan terhadap para korban yang
digigit hewan yang diduga terinfeksi virus rabies sesuai indikasi dan prosedur. Rabies atau
dikenal sebagai penyakit anjing gila merupakan penyakit menular yang berbahaya karena bisa
menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan virus Rhabdho yang dapat menyerang semua
hewan berdarah ganas dan manusia. Selain terdapat di susunan saraf pusat, virus ini juga terdapat
di air liur hewan penderita. Pengamat masalah kesehatan hewan, drh.Mangku Sitepu,
menyatakan, karena Jambi termasuk daerah endemis rabies, tiap ada kasus gigitan hewan,
khususnya anjing dan kera, di provinsi itu harus dilaporkan ke Puskesmas atau rumah sakit dan
dinas peternakan setempat.
Orang yang digigit hewan itu harus diperiksa di mana lokasi gigitan, berapa lama digigit,
dan segera diberi vaksin atau serum anti rabies. Oleh karena, bila lokasi gigitan di leher atau
dekat kepala, virus itu bisa menyebar ke otak melalui jaringan saraf dalam waktu cepat atau
sekitar seminggu dan berakibat fatal bagi penderita. Selain itu, hewan yang menggigit manusia
harus segera ditangkap, dikarantina, dan diobservasi apakah dalam dua minggu mati atau tidak.
Bila dalam dua pekan mati, ada kemungkinan hewan itu terinfeksi virus itu. Untuk memastikan
hal itu, biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan dari otak hewan penderita.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 5
GIGITAN HEWAN
BAB II
DEFINISI
Luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi hewan atau manusia.
Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada kesempatan khusus untuk
mencari makanan. Pada manusia yang menggigit dan menyebabkan luka dapat disebabkan faktor
kejiwaan atau emosi. Beberapa kelainan seperti sindrom Lesch-Nyhan menyebabkan manusia
menggigit dirinya sendiri.
Gigitan dan cakaran hewan/hewan yang sampai merusak kulit kadang kala dapat
mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan jahitan, sedangkan beberapa
lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan sendirinya. Dalam kasus tertentu gigitan hewan
(terutama oleh hewan liar) dapat menularkan penyakit rabies, penyakit yang berbahaya terhadap
nyawa manusia. Kelelawar, musang juga anjing menularkan sebagian besar kasus rabies.
Luka gigitan penting untuk diperhatikan dalam dunia kedokteran. Luka ini dapat
menyebabkan:
> Kerusakan jaringan secara umum
> Pendarahan serius bila pembuluh darah besar terluka
> Infeksi oleh bakteri atau patogen lainnya, seperti rabies
> Dapat mengandung racun seperti pada gigitan ular
> Awal dari peradangan dan gatal-gatal.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 6
GIGITAN HEWAN
Gigitan yang sangat umum dan dapat menyebabkan rasa sakit yang signifikan dan cepat
dapat berkembang menjadi infeksi dan kekakuan di tangan. Pengobatan dini dan tepat adalah
kunci untuk meminimalkan potensi masalah dari gigitan.
Ketika gigitan hewan, bakteri dari mulut mencemari luka. Bakteri ini kemudian dapat
tumbuh di luka dan menyebabkan infeksi. Hasil infeksi berkisar dari ketidaknyamanan ringan
sampai komplikasi yang mengancam jiwa.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengembangan infeksi, termasuk jenis dan
lokasi, kondisi kesehatan pra-luka yang ada di orang yang merusak kekebalan digigit mereka
(seperti diabetes, penyakit vaskular, kanker, HIV), keterlambatan dalam pengobatan, kehadiran
benda asing dalam luka (seperti chip dari gigi), dan jenis hewan yang sedikit individu.
Mayoritas gigitan hewan di Amerika Serikat disebabkan oleh anjing, dengan gigitan
kucing jauh kedua. Gigitan hewan lain termasuk hewan pengerat, kelinci, musang, hewan
ternak, monyet, ular, buaya, dan di daerah pesisir, hewan laut (ikan hiu, belut). Infeksi lebih
sering terjadi pada gigitan kucing, karena gigi mereka sangat tajam, gigi runcing yang dapat
menyebabkan luka tusukan yang dalam.Gigitan ini sering jauh lebih dalam yang awalnya
dihargai, bahkan oleh individu yang digigit. Kulit biasanya robek jika tergigit, penyegelan dari
luka tusukan, menghalangi drainase terbuka dan memungkinkan infeksi untuk berkembang.
Perhatian utama dari semua luka gigitan adalah infeksi berikutnya. Di Amerika Serikat,
sekitar 1% dari gigitan anjing dan sekitar 5-10% dari gigitan kucing memerlukan rawat inap.
Dengan perawatan yang cepat dan tepat, prognosis biasanya sangat baik untuk pemulihan dari
cedera ini.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.Virus rabies
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 7
GIGITAN HEWAN
ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan
kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Sifat-sifat virus ini tidak dapat hidup di alam bebas, mudah sekali mati pada pemanasan
50°C dalam waktu 15 menit, mati oleh sinar matahari. Virus ini dapat menyerang semua hewan
berdarah panas dan manusia.Karena kapsulnya terdiri dari lemak sehingga memudahkan kita
untuk mematikan virus tersebut dengan zat-zat larut lemak seperti sabun atau detergen.
Menurut WHO, meskipun saat ini telah tersedia vaksin untuk mencegah penyakit rabies,
tetapi penyakit rabies tersebut masih menimbulkan masalah kesehatan yang cukup banyak di
berbagai negara Asia & Afrika, dimana tingkat kematiannya mencapai 95%
Penularan virus rabies biasanya terjadi ketika air liur yang sudah terinfeksi dari inang
kontak dengan hewan lain. Jenis penularan yang paling umum adalah melalui gigitan dari inang
yang air liurnya sudah terinfeksi virus rabies. Meskipun demikian, cara penularan lain belum
banyak tercatat seperti misalnya penularan melalui selaput lendir (seperti pada mata, hidung &
mulut), penularan melalui alat hirup serta penularan karena transplantasi mata atau organ tubuh
lainnya.
Diagnosis rabies pada hewan dapat dilakukan setelah terdeteksi adanya virus rabies pada
bagian otak manapun, tetapi untuk lebih pastinya sebaiknya tes tersebut juga menyertakan
jaringan dari otak besar & otak kecil.
Manusia biasanya tertular virus rabies karena gigitan dari hewan yang terinfeksi virus
rabies. Tetapi pada kasus tertentu yang jarang, manusia juga dapat tertular virus rabies melalui
kontak non gigitan. Semua gigitan binatang, tidak perduli letaknya mempunyai bahaya potensial
untuk menularkan virus rabies.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 8
GIGITAN HEWAN
Menurut situs health.gov.on.ca yang medicastore kutip, yang dimaksudkan dengan
kontak non gigitan adalah melalui goresan, luka terbuka ataupun selaput lendir (seperti pada
mata, hidung & mulut) yang terkontaminasi dengan air liur yang mengandung virus atau zat lain
dari hewan yang menderita rabies.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 9
GIGITAN HEWAN
BAB III
PATOGENESIS
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap
tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut
saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi
yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan
dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
Hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral,
virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf
otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan
berkembang biak dalam jaringan jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
GEJALA KLINIS
1. Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama
beberapa hari.
2. Stadium Sensoris
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 10
GIGITAN HEWAN
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Kemudian
disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis,
hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas
pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah
hidrofobi.
Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang
sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau
dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk
penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala-
gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat
kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi Kadang-kadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat
progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paresis
otot-otot pernafasan.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 11
GIGITAN HEWAN
BAB IV
PENANGANAN LUKA GIGITAN HEWAN MENULAR RABIES
Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera
mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang
paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau
diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah
dan lain-lain).
Meskipun pencucian luka menurut keterangan penderita sudah dilakukan namun di
Puskesmas Pembantu/Puskesmas/Rumah Sakit harus dilakukan kembali seperti di atas. Luka
gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang perlu sekali untuk
dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis,
yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara
intra muskuler. Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/ vaksin
anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
PEMBERIAN VAKSIN DAN SERUM ANTI RABIES
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau Vaksin Anti Rabies (VAR) disertai Serum
Anti Rabies (SAR) harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan hasil-hasil
penemuan dibawah ini.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 12
GIGITAN HEWAN
a. Anamnesis :
- Kontak / jilatan / gigitan
- Kejadian didaerah tertular / terancam / bebas
- Didahului tindakan provokatif / tidak
- Hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
- Hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat di tangkap atau dibunuh dan dibuat.
- Hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies.
- Penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan?
- Hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan?
b. Pemeriksaan Fisik
- Identifikasi luka gigitan (status lokalis).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit ini sering berjalan dengan cepat dan dalam 10 hari dapat menyebabkan
kematian sejak timbulnya gejala, sehingga pemeriksaan serologis kadang-kadang belum sempat
dilakukan, walaupun secara klinis cukup jelas. Pada kasus dengan perjalanan yang agak lama ,
misalnya gejala paralis yang dominan dan mengaburkan diagnosis maka pemeriksaan
laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Virus rabies dapat diisolasi dari air
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 13
GIGITAN HEWAN
liur, cairan serebrospinal dan urin penderita. Walaupun begitu, isolasi virus kadang-kadang tidak
berhasil didapatkan dari jaringan otak dan bahan tersebut setelah 1 – 4 hari sakit. Hal ini
berhubungan dengan adanya neutralizing antibodies.
Pemeriksaan Flourescent Antibodies Test (FAT) dapat menunjukkan antigen virus di
jaringan otak, sedimen cairan serebrospinal, urin, kulit dan hapusan kornea, bahkan setelah
teknik isolasi tidak berhasil. FAT ini juga bisa negatif, bila antibodi telah terbentuk.
Serum neutralizing antibody pada kasus yang tidak divaksinasi tidak akan terbentuk
sampai hari ke 10 pengobatan, tetapi setelah itu titer akan meningkat dengan cepat. Peningkatan
titer yang cepat juga nampak pada hari ke 6 – 10 setelah onset klinis pada penderita yang diobati
dengan anti rabies. Karakteristik responimun ini, pada kasus yang divaksinasi dapat membantu
diagnosis. Walaupun secara klinis gejalanya patognomonik namun Negri bodies dengan
pemeriksaan mikroskopis (Seller) dapat negatif pada 10 % - 20 % kasus, terutama pada kasus
kasus yang sempat divaksinasi dan penderita yang dapat bertahan hidup setelah lebih dari 2
minggu.
Bila ada indikasi pengobatan Pasteur, maka terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja.
Yang termasuk luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet
(erosi, ekskoriasi), luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya
adalah jilatan/luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari
tangan/kaki, genetalia, luka yang lebar/dalam dan luka yang banyak (multipel). Untuk kontak
(dengan air liur atau saliva hewan tersangka/hewan rabies atau penderita rabies), tetapi tidak ada
luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak, maka tidak PERLU diberikan pengobatan VAR
maupun SAR. Sedangkan apabila kontak dengan air luir pada kulit luka yang tidak berbahaya,
maka diberikan VAR atau diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak dengan air liur
pada luka berbahaya.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 14
GIGITAN HEWAN
Dosis dengan cara pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies adalah sebagai berikut :
I. Dosisi dan Cara Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)
1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)
Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
- Cara pemberian : disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus (anak–anak di
daerah paha).
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 15
GIGITAN HEWAN
– Dosis :
VAKSINASI DOSIS
ANAK
DOSIS
DEWASA
WAKTU
PEMBERIAN
Dasar 0,5 ml 0,5 ml 4 x pemberian:
- Hari ke-0, 2x
Pemberian sekaligus
(deltoideus kiri
dan kanan)
- Hari ke 7 dan
21
Ulangan - - -
b. Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure
Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 1.a.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 16
GIGITAN HEWAN
- Dosis :
VAKSINASI DOSIS ANAK DOSIS
DEWASA
WAKTU
PEMBERIAN
Dasar 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml
4 x pemberian:
- Hari ke-0, 2x
pemberian
sekaligus
(deltoideus kiri dan
kanan)
- Hari ke 7 dan 21
Ulangan 0,5ml 0,5 ml Hari ke 90
2. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV)
Kemasan :
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 17
GIGITAN HEWAN
- Dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml.
- Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
- Cara pemberian :
Untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara sub cutan (sc) di sekitar daerah pusar.
Sedangkan untuk vaksinasi ulang disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagaian fleksor
lengan bawah . - Dosis :
VAKSINASI DOSIS
ANAK
DOSIS
DEWASA
WAKTU
PEMBERIAN
KET
Dasar 1 ml 2 ml 7 x Pemberian
setiap hari
Anak:
3 tahun ke
bawah
Ulangan 0.1 ml 0,25 ml Hari ke 11, 15,
30 dan 90
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 18
GIGITAN HEWAN
b. Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure
Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 2.a.
- Dosis
VAKSINASI DOSIS ANAK DOSIS
DEWASA
WAKTU
PEMBERIAN
KET
Dasar 1 ml 2 ml 7 x Pemberian
setiap hari
Anak:
3 tahun ke
bawah
Ulangan 0.1 ml 0,25 ml Hari ke 11, 15,
25, 35 dan 90
II. Dosis dan Cara Pemberian Serum Anti Rabies (SAR)
2. Serum hetorolog (Kuda)
- Kemasasn : vial 20 ml (1 ml = 100 IU)
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 19
GIGITAN HEWAN
maskuler.
- Dosis :
JENIS SERUM DOSIS WAKTU
PEMBERIAN
KETERANGAN
Serum Heterolog 40 IU/kg BB Bersamaan dengan
Pemberian VAR hari
ke-0
Sebelunya dilakukan
skin test
2. Serum Momolog
Kemasan : vial 2 ml ( 1 ml = 150 IU )
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra
muskuler.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 20
GIGITAN HEWAN
- Dosis :
JENIS SERUM DOSIS WAKTU
PEMBERIAN
KETERANGAN
Serum Homolog 20 IU/kg BB Bersamaan dengan
Pemberian VAR hari
ke-0
Sebelunya tidak
dilakukan skin test
III. Dosis dan Cara Pemberian VAR Untuk pengebalan Sebelum Digigit (Pre Exposure
Immunization)
1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)
Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.
- Cara pemberian (cara I) :
Disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 21
GIGITAN HEWAN
- Dosis :
VAKSINASI DOSIS WAKTU PEMBERIAN
Dasar I. 0,5 ml Pemberian I (hari ke – 0)
II. 0,5 ml Hari ke 28
Ulangan 0,5 ml 1 tahun setelah pemberian 1
Ulangan Selanjutnya 0,5 ml Tiap 3 tahun
- Cara pemberian (cara II) :
Disuntikkan secara intra cutan ( dibagian fleksor lengan bawah ).
- Dosis :
VAKSINASI DOSIS WAKTU PEMBERIAN
Dasar I. 0,1 ml Pemberian I (hari ke – 0)
II. 0,5 ml Hari ke 7
III. 0,1 ml Hari ke 28
Ulangan 0,1 ml 1 tahun setelah pemberian 1
Ulangan Selanjutnya 0,5 ml Tiap 6 bulan – 1tahun
2. Suncling Mice Brain Vaccine (SMBV)
Kemasan :
Dus berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml
Dus berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 22
GIGITAN HEWAN
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagian flektor lengan bawah.
- Dosis :
VAKSINASI DOSIS ANAK DOSIS DEWASA WAKTU PEMBERIAN
Dasar I. 0,1ml I. 0,25 ml Pemberian I
II. 0,1ml II. 0,5 ml 3 minggu setelah
pemberian I
III. 0,1ml III. 0,1 ml 6 minggu setelah
pemberian I
Ulangan 0,1 ml 0,25 ml Tiap 1 tahun
PERAWATAN RABIES PADA MANUSIA
- Penderita dirujuk ke Rumah Sakit.
- Sebelum dirujuk, penderita diinfus dengan cairan Ringer Laktat/NACI 0,9%/cairan lainnya,
kalau perlu diberi anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama di perjalanan dan
waspada terhadap tindak–tanduk penderita yang tidak rasional, kadang – kadang maniakal
disertai saat–saat responsif.
- Di Rumah Sakit penderita dirawat di ruang perawatan dan diisolasi.
- Tindakan medik dan pemberian obat–obat simptomatis dan supportif termasukanti biotik bila
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 23
GIGITAN HEWAN
diperlukan.
- Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita, maka sewaktu menangani
kasus rabies pada manusia, hendaknya dokter dan paramedis memakai sarung tangan, kaca
mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidurnya .
EFEK SAMPING PEMBERIAN SAR DAN PENANGANANNYA
Reaksi terhadap SAR heterolog dapat terjadi, walaupun serum heterrolog yang digunakan
sudah dimurnikan dan dipekatkan, Sebelum digunakan hendaklah dilakukan pengujian terlebih
dahulu (skin test ). Jika digunakan serum heterolog dapat terjadi serum sicknecs ( 15 % - 25 %
kasus ), kemungkinan terjadi pula syok anafilaktif.
1. Serum Sickness :
1.1. Gejala dan tanda klinis : panas,urtica.
1.2. Penanganan :
- Hentikan pemberian SAR.
- Beri pengobatan simptomatis( antihstamine, dll ).
SMF Ilmu BedahRSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Page 24
GIGITAN HEWAN
2. Syok Anafilaktik
Penanganan:
- Baringkan penderita dengan kaki lebih tinggi dari kepala
- Beri adrenalin 0,3 – 0,5 ml sc / im. Anak -anak 0,01 mg / Kg BB ( 1ampul adrenalin = 1 m1