LAPORAN KASUSOS KATARAK SENILIS MATUR-KERATITIS
SUPERFICIALIS
DOKTER PEMBIMBING :dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M Disusun Oleh
:Fauzia Latifah S (406148140)
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA PERIODE 27 JULI 29 AGUSTUS 2015RSUD KOTA KUDUSSTATUS
PASIEN
I. IDENTITAS PASIENNama: Tn.SUmur: 46 tahunJenis kelamin:
Laki-lakiAgama : IslamPekerjaan: BuruhAlamat : Karanganyar -
DemakNomor CM: 707 842Tanggal pemeriksaan: 29 Juli 2015
II. ANAMNESISAutoanamnesis pada tanggal 29 Juli 2015 pukul 11.00
WIB di Poli Mata.
A. Keluhan UtamaPandangan mata kiri kabur seperti tertutup kabut
dan kemeng
B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan
pandangan kabur seperti tertutup kabut dan kemeng pada mata kiri.
Keluhan dirasakan sejak 2tahun yang lalu dan bertambah parah 1
tahun terakhir. Pasien mengeluh merasakan silau dan juga sering
melihat cincin di sekitar cahaya lampu pada mata kiri. Selain itu
mata pasien juga terasa nerocos mengganjal dan merah.Pasien telah
menjalani operasi katarak OD 5 tahun yang lalu. Sebelum operasi
pasien mengaku penglihatan mata kanan terasa kabur seperti ada yang
menghalangi, semakin lama semakin berat sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Riwayat kelilipan (+)
C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Operasi Katarak OD + 15 tahun
yang lalu. Riwayat Hipertensi (-) Riwayat Diabetes Mellitus (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat menderita penyakit yang
sama dalam keluarga (+) Riwayat hipertensi (-) Riwayat diabetes
melitus (-)
E. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai buruh Biaya
pengobatan ditanggung BPJS kelas III. Kesan ekonomi kurang.
III. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS PRESENT Keadaan Umum:Baik
Kesadaran:Compos mentis Vital Sign Tekanan Darah:120/80 mmHg
Nadi:85 kali/ menit Suhu:36,5 0C Respiration Rate (RR):20 x / menit
Status Gizi:Cukup
B. STATUS OFTALMOLOGI
OCULI DEXTRA (OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA (OS)
6/6Visus0,5/60
-Koreksi-
Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-)Bulbus okuliGerak bola mata normal, enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),nyeri tekan (-), blefarospasme (-),
lagoftalmus (-) ektropion (-), entropion (-)PalpebraEdema (-),
hiperemis(-), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus
(-)ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-),hiperemis (-)
KonjungtivaEdema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva
(-),infiltrat (-), hiperemis (-)
Putih SkleraPutih
Bulat, jernih, edema (-),arkus senilis (-) keratik presipitat
(-), infiltrat (-), sikatriks (-),Floresen test (?)
KorneaBulat, keruhedema (-),arkus senilis (-) keratik presipitat
(-), infiltrat (+), sikatriks (-) ,Floresen test (?)
Jernih, dangkal, arkus senilis (-), hipopion (-), hifema
(-)Camera Oculi Anterior(COA)Jernih, dangkal, arkus senilis (-),
hipopion (-), hifema (-),
Kripta(-), atrofi (-) coklat, edema(-), synekia
(-)IrisKripta(-), atrofi (-) coklat, edema(-), synekia (-)
Bulat, Diameter 3mmrefleks pupil L/TL: +/+ PupilBulat, Diameter
3mmrefleks pupil L/TL: +/+
JernihLensaKeruh merata
JernihVitreus Jernih
Papil N. II bulat, batas tegas, pucat, CDR 0,3; ablatio (-),
eksudat (-), excavation glaumatosa (-)RetinaTidak dapat dinilai
+Fundus Refleks-
NormalSistem LakrimasiNormal
NormalTIONormal
IV. RESUMESubjektif: Telah diperiksa seorang pasien laki-laki
usia 46 tahun yang datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan
keluhan penglihatan mata kiri kabur seperti tertutup kabut dan
kemeng sejak 2 tahun yang lalu dan bertambah parah 1 tahun
terakhir. Pasien juga mengeluh silau dan sering melihat gambaran
cincing di sekitar cahaya lampu. Selain itu pasien juga merasa mata
kiri nerocos, mengganjal dan kedua merahObjektif: OCULI DEXTRA
(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA (OS)
6/6Visus0,5/60
Edema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-),hiperemis (-)
KonjungtivaEdema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva
(-),infiltrat (-), hiperemis (-)
JernihLensaKeruh merata
Bulat, jernih, edema (-),arkus senilis (-) keratik presipitat
(-), infiltrat (-), sikatriks (-),Floresen test (?)
KorneaBulat, keruhedema (-),arkus senilis (-) keratik presipitat
(-), infiltrat (+), sikatriks (-) ,Floresen test (?)
Papil N. II bulat, batas tegas, pucat, CDR 0,3; ablatio (-),
eksudat (-), excavation glaumatosa (-)RetinaTidak dapat dinilai
+Fundus Refleks-
VI. DIAGNOSA BANDINGOS
Katarak imatur
Katarak hipermatur
Konjungtivitis
Uveitis anterior
VII. DIAGNOSA KERJA1.OS Katarak senilis matur Dasar
diagnosis:Subjektif Penglihatan mata kiri terasa berkabut seperti
tertutup kabut, silau dan sering melihat gambaran cincin di sekitar
cahaya lampu.
ObjektifOCULI DEXTRA (OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA (OS)
6/6Visus0,5/60
JernihLensaKeruh merata
JernihVitreus Jernih
NRetina-
+Fundus Refleks-
2.OS Keratitis Dasar diagnosis:Subjektif Mata merah, kemeng,
mengganjal Infiltrat di kornea Riwayat kelilipan(+)ObjektifOCULI
DEXTRA (OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA (OS)
6/6Visus0,5/60
Edema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-),hiperemis (-)
KonjungtivaEdema (-), injeksi silier (+), injeksi konjungtiva
(-),infiltrat (+), hiperemis (-)
Bulat, jernih, edema (-),arkus senilis (-) keratik presipitat
(-), infiltrat (-), sikatriks (-)
KorneaBulat, jernih edema (-),arkus senilis (-) keratik
presipitat (-), infiltrat (+), sikatriks (-) , flouresent test
(?)
VIII. TERAPI1.OS Katarak senilis matur OperatifRencana OS
ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL)
2. OS Keratitis MedikamentosaInmatrol 5 ml 3 gtt 1 OS (per ml :
Dexamethasone 1 mg, polymyxin B sulfate 6000 iu, neomycin 3.5
mg)
IX. PROGNOSIS OCULI DEXTRAOCULI SINISTRA
Quo Ad VitamAd bonamAd bonam
Quo Ad FungsionamAd bonamAd bonam
Quo Ad SanationamAd bonamAd bonam
Quo Ad KosmetikamAd bonamAd bonam
LENSAANATOMI DAN FISIOLOGI LENSALensa adalah suatu struktur
bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4
mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh
zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus
siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan
disebelah posterior terdapat viterus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat
dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel
terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein,
dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut antara
korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke
retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian
optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.METABOLISME LENSA NORMALTransparansi
lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan
posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari
luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior
untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
Ca-ATPaseMetabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan
HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah.KATARAK
DEFINISI Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris
cataract, dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun.katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada
penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan
oleh pasien.
GEJALAKeluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Proses ini tidak terjadi
dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul secara
mendadak. Katarak terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium awal
(insipien), stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur .
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung
diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan
oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas
sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang
dialami oleh penderita katarak, seperti :- Penglihatan berkabut
atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.- Warna terlihat
pudar.- Sulit melihat saat malam hari.- Penglihatan ganda saat
melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat
katarak bertambah luas.
STADIUM Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu: 1.
Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak
insipient. Katarak intumesen.Kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya
biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi. 2. Katarak
imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa.Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.3. Katarak matur, pada katarak matur,
kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata
depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4. Katarak
hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa
lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi kecil, berwarna kuning dan kering.Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa.Kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn
menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan
penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam
korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan
katarak morgagni.
DIAGNOSIS Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin
mata.Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam
sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan
kebutaan.Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling
dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan
ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan
lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini
katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak
putih.Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah
pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata
bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaanprabedah yang
diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,
konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum.
PENATALAKSANAAN Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan
operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata.Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan
lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah
memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula
pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk
diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan
E.Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi
sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada
2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang
lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea
kapsular.Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2.
Extra Capsular Cataract Extraction2. Extra Capsular Cataract
Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan
kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya
mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya
membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini
diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka
tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang
efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti
itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS)
yang merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah .
PROGNOSIS Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau
penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat
mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE
atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan
snellen chart.
ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin Comum = seperti tanduk) adalah aelaput bening
mata, bagian matayang tembus cahaya, Komea disisipkan ke dalam
sklera pada limbus, lekukan mellngkarpada sambungan ini disebut
sulcus scleralis. Kornea dewasa rata - rata mempunyai tebal550 m
dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar11.75mm dan vetikalnya 10.6 mmMerupakan lanjutan dari
sklera, ikut membentuk bola mata, bagian dari media refrakta (
diperiksa dengan fundus reflek). Bersifat transparan dan
avaskuler.Diinervasi oleh N V ( trigeminus ), merupakan organ yang
paling banyak mempunyai serabut saraf sensibel terutama bagian
sentralnya sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan
sangat sakit.
Kornea memiliki 5 lapisan yaitu : Epitel Membran bowman Stroma
Membran descement Endotel
Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah
mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan
sebagian besar penyakit pada jaringan ini.Kelainan kornea sering
menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata (Vaughan, 2009)
KERATITIS
DEFINISIKeratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi
sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh
(PERDAMI, 2009).
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGIKeratitis merupakan kelainan akibat
terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan
kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang
terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan
profunda.Keratitis dapat dibagi berdasarkan etiologi dan
lokasi.Berdasarkan Lokasi:1. Keratitis Superficial, dapat dibagi
menjadi:a. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:i.
Keratitis pungtata superfisial padaa moluskum kontagiosum,
konjungtivitis kataral, morbili, verucca vulgarisKeratitis Pungtata
Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan
kornea mati. Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka
terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur.
Keratitis ini dapat bersifat ulseratif atau non ulseratif. ii.
Keratitis herpetikaa. Herpes simpleksDibedakan menjadi infeksi
primer dan infeksi kekambuhan.Infeksi primer: yaitu infeksi pada
seseorang yang tidak mempunyai antibodi terhadap herpes simplek.
Terdapat pada usia 6 bulan sampai 6 tahun. Dapat terjadi tanpa
gejala klinik atau dengan gejala klinik yang ringan. Dapat pula
berupa erupsi kulit atau anogenital, kelainan di kedua mata.
Kelainan primer di mata dapat berupa: Vesikel di kelopak mata atau
matgo palpebra Konjungtivitis folikularis Keratitis pungtata
superfisialis yang dapat berkembang menjadi liniaris, fasikularis
dan dendritikus.
Terdapat pembesaran dari kelenjar preaurikuler.Infeksi
KekambuhanMerupakan infeksi pada seseorang yang telah mempunyai
antibodi terhadap herpes simpleks dan dicetuskan oleh berbagai
trigger.Kelainannya di mata berupa kelainan epitel dan stroma. Di
samping kelainan lain seperti pada keratitis pada umumnya,
sensibilitas kornea pada keratitis herpes simpleks juga menurun.
Yang paling karakteristik adalah bentuk dendrit.Dapat terjadi pada
wanita maupun pria.Dari usapan ulkus, virus herpes simpleks dapat
dibiak dalam membran khorioalantoin dari embrio ayam yang sedang
tumbuh.Yang termasuk dalam keratitis superfisial ulseratif adalah
keratitis pungtata superfisial, liniaris, filamentosa, dendritika,
dan geografika.
b. Herpes zosterBila telah terdapat vesikel di ujung hidung,
berarti N. Nasosiliaris terkena, maka biasanya timbul kelainan di
kornea, di mana sensibilitasnya menurun tetapi penderita menderita
sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak
infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi perikornea.
Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh.
Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis
disiformis. Kadang juga tampak edema kornea disertai
lipatan-lipatan dari membran Descemet.b. Keratitis subepitelial,
tes fluoresin (-), misalnya:i. Keratitis numularis, dari
DimmerKeratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang
tidak jelas, di kornea terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial,
dimana ditengahnya lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila
sembuh akan meninggalkan sikatrik yang ringan.ii. Keratitis
disiformis dari WesthoffKeratitis ini awalnya banyak ditemukan pada
petani di pulau jawa. Penyebabnya adalah virus yang berasal dari
sayuran dan binatang. Di kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang
ditengahnya lebih padat dari pada dipinggir. Umumnya menyarang usia
15-30 tahun.c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:i.
Keratitis neuroparalitikii. Keratitis et lagoftalmusTerjadi akibat
mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion
palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata
tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah
kornea bagian bawah2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-),
misalnya:a. Keratitis interstisialb. Keratitis sklerotikansc.
Keratitis disiformis
Klasifikasi lain: Keratokonjungtivis FliktenTerutama didapatkan
pada anak-anak dengan kebersihan yang buruk. Biasanya didaptkan
pembesaran kelenjar leher dan tonsil. Dikornea flikten merupakan
benjolan dengan diameter 1-3 mm berwarna abu-abu dan menonjol di
atas permukaan kornea. Keratokonjungtivis SikaTerjadi akibat
kekeringan pada bagian permukaan kornea an konjungtiva. Kekeringan
ini dapat disebabkan kurnagnya komponen lemak, kurangnya air mata,
kurangnya komponen musin, penguapan berlebihan dll. Penderita akan
mengeluh mata gatal, fotofobia, berpasir, dll. Keratitis
RosaseaKeratitis yang didapat pada orang yang menderita acne
rosasea, yaitu penyakit dengan kemerahan dikulit, disertai akne di
atasnya. Keratitis filamentosaKeratitis yang disertai adanya
filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea.
Penyebabnya tidak diketahui. Dapat disertai penyakit lain seperti
keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid okular,
pemakaian lensa kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbik
superior (SLK), diabetes melitus, trauma dasar otak, keratitis
neutrofik, dan pemakaian antihistamin.Kelainan ini ditemukan pada
gejala sindrom mata kering (dry eye syndrome), diabetes melitus,
pascabedah katarak, dan keracunan kornea oleh obat tertentu.Filamin
terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan dasar bentuk segitiga yang
menarik epitel. Epitel yang terdapat pada filamen terdapat defek
epitel disertai kekeruhan epitel berwarna abu-abu. Gejalanya berupa
rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme, dan epifora. Dapat
berjalan akut maupun menahun. Mata merah dan terdapat defek epitel
kornea. Pengobatan dilakukan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air
mata hipertonik. Mengangkat filamen dan bila mungkin memasang lensa
kontak lembek.(Ilyas, 2009)
PATOFISIOLOGIKornea adalah selaput bening mata yang dapat
menembus cahaya, dan merupakan jaringan penutup bola mata sebelah
depan yang terdiri dari :a. EpitelTerdiri dari 5 lapis sel epitel
tidak bertanduk yang saling tumpang tindih.b. Membrane
bowmanMerupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma.c. StromaTerdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan yang lainnya.d. Membrane
descementMerupakan membrane aseluler, bersifat sangat elastic.e.
EndotelBerasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal.
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang
merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu
sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea
merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu
peradangan tak dapat segera datang.Maka badan kornea, sel-sel yang
terdapt di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru
kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
tampak sebagi injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi infiltrat,
yang tampak sebagi bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan
yang licin.Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus
kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma.Pada perdangan
yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan
siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea.Dengan
demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di
cairan COA, disusul dnegan terbentuknya hipopion.Bila peradangan
tersu mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat
timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau
descementocele.Pada peradangan yg dipermukaan penyembuhan dapat
berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut.Pada peradangan yang
dlaam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang
dpaat berupa nebula, makula, atau leukoma.Bila ulkusnya lebih
mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan
endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi
(Wijana, 1993).
GEJALA DAN TANDAManifestasi yang menyertai pada penderita
keratitis adalah : Inflamasi bola mata yang jelas Terasa ada benda
asing di mata Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat
satu sama lain Rasa silau dimata dikarenakan pembuluh darah iris
dilatasi, kontraksi iris yang meradang >tutupin pandangan
sehingga berpendar jika kena cahaya Blefarospasme > Karena rasa
sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior Epifora >
rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat. Kabur : karena
kornea berfungsi sebagai jendela mata bila infiltrat di
sentral(Ilyas, 2009)
DIAGNOSIS ANAMNESA Penurunan ketajaman penglihatan Mata merah
Silau Mengeluarkan air mata terus menerus PEMERIKSAAN FISIK MATA
Pemeriksaan ketajaman penglihatan Melihat lensa dengan penlight dan
loop Pemeriksaan opthalmoskop PEMERIKSAAN PENUNJANG Tes Placido
Yang diperhatikan gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan
kornea penderita.Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya
teratur, disebut Placido (-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau
gambaran sirkulernya tidak teratur, Placido (+) berarti permukaan
kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat Tes FluoresinUntuk melihat
adanya lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan
memasukkan kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus
konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu diberi anestesi lokal,
kemudian penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan kertas
fluoresinnya dicabut.Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan
fluoresin tetes.Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau. Tes Fistel
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian
fluoresin, bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan
fibrinnya dari fistel, sehingga cairan COA dapat mengalir keluar
melalui fistel, seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel
tersebut. Pemeriksaan visus Bakteriologik, dari usapan pada ulkus
kornea Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan
tes resistensi.Dari pemeriksaan hapusan langsung dapat diketahui
macam kuman penyebabnya.Bila tidak terdapat kumannya, dari
macam-macam sel yang ditemukan, dapat diketahui kira-kira penyebab
keratitisnya.Bila banyak monosit diduga akibat virus: Leukosit PMN
kemungkinan akibat bakteri Eosinofil, menunjukkan radang akibat
alergi Limfosit, terdapat pada radang yang kronisDengan melakukan
pembiakan dan tes resistensi, dapat diketahui kuman penyebab, juga
obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan menjadi lebih
terarah. Sensibilitas kornea (Wijana, 1993)
DIAGNOSA BANDING1. Keratitis Neuroparalitik2. Keratitis
Filamentosa3. Keratitis Dendritika 4. Keratokonjungtivitis sika5.
Konjungtivitis akut6. Glaukoma akut7. Iritis akut(Ilyas, 2009)
PENATALAKSANAANTergantung organisme penyebab. Antibiotik Anti
jamur Anti virus Antibiotik spektrum luas dapat digunakan
secepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah menentukan organisme
penyebab, pengobatan dapat diganti.Terkadang, diperlukan lebih dari
satu macam pengobatan.Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk
menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan
transplantasi kornea.Obat tetes mata atau salep mata antibiotik,
anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan
keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep
dokter.Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk
melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif
lainnya.Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang
ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau maka pasien dapat
menggunakan kacamata.Untuk megurangi inflamasi dapat diberikan
steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang
seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya
(PERDAMI, 2009).
PROGNOSISKeratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya
berlangsung baik meskipun tanpa pengobatan.Imunitas tubuh merupakan
hal yang penting dalam kasus ini karena diketahui reaksi imunologik
tubuh pasien sendiri yang memberikan respon terhadap virus ataupun
bakteri (Wijana, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, H.S., 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.PERDAMI, 2009,
Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.Vaughan, D.G.,
2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: JakartaWijana, N., 1993, Ilmu
Penyakit Mata, Jakarta