I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2006). Katarak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan di seluruh dunia yang dapat dicegah (WHO, 2000). Menurut Brian & Taylor (2001), meskipun banyak studi cross-sectional tentang faktor risiko katarak telah dilakukan dan hasil dari beberapa studi longitudinal telah tersedia, pemahaman tentang etiologi umur yang berhubungan dengan katarak masih belum jelas. Perkembangan terbaru tentang epidemiologi katarak telah mengidentifikasi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract),
dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2006).
Katarak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan di seluruh
dunia yang dapat dicegah (WHO, 2000). Menurut Brian & Taylor (2001),
meskipun banyak studi cross-sectional tentang faktor risiko katarak telah
dilakukan dan hasil dari beberapa studi longitudinal telah tersedia,
pemahaman tentang etiologi umur yang berhubungan dengan katarak masih
belum jelas. Perkembangan terbaru tentang epidemiologi katarak telah
mengidentifikasi adanya komponen genetik yang kuat. Umur secara jelas
telah menunjukkan efek kumulatif dari interaksi yang kompleks antara
paparan terhadap berbagai macam faktor dalam waktu yang lama yang
memberikan kontribusi terhadap perkembangan katarak.
Beberapa dari faktor ini diketahui, sedangkan yang lainnya belum
diketahui. Faktor risiko penting terjadinya katarak yang berhubungan
dengan umur antara lain paparan radiasi sinar ultraviolet-B (UV-B),
diabetes, penggunaan obat-obat untuk terapi seperti kortikosteroid, nikotin,
dan alkohol. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor
1
risiko terjadinya katarak hanya dengan mengurangi paparan radiasi sinar
UV-B terhadap mata dan berhenti merokok.
Berdasarkan perhitungan terakhir, katarak yang berkaitan dengan
umur merupakan 48% penyebab kebutaan di seluruh dunia, yaitu sekitar 18
juta orang. Diperkirakan setidaknya satu dari seribu populasi akan
menderita kebutaan karena katarak setiap tahunnya di Afrika dan Asia
(WHO, 2000). Dari hasil estimasi terhadap kebutaan karena katarak pada
berbagai regio WHO, dapat diketahui bahwa total kebutaan karena katarak
adalah 47,8%, dimana sebesar 58% terdapat di regio Asia Tenggara B
(Murray et al, 2001).
Hasil Survei Kesehatan Mata Nasional tahun 1993-1996 dalam
Agustiawan (2006) menunjukkan bahwa 1,5% penduduk di Indonesia
mengalami kebutaan dan lebih dari setengahnya (sekitar 1,5 juta) kebutaan
tersebut disebabkan oleh katarak. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan
angka kebutaan di Thailand (0,3%), India (0,7%), Bangladesh (1,0%), dan
di Afrika Sub-Sahara (1,4%). Pertambahan buta katarak baru di Indonesia
mencapai 210.000 per tahunnya, sedangkan jumlah operasi katarak hanya
70.000 per tahun. Keadaan ini menimbulkan penumpukan katarak di
Indonesia.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang
kekuatan refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior
dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis,
sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa
merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki
pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang
berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu
dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul
ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel
lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan
posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah
kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars
planadan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan
lensa pada bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
3
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut
juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel
epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi
serat lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-
serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada
fase embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru
akan membentuk korteks dari lensa (AAO, 2011)
Gambar 1. Anatomi dari lensa
4
B. Histologi Lensa
Lensa memiliki 3 komponen utama, yaitu
1. Kapsul lensa dibungkus suatu simpai tebal (10-20 µm), homogen,
refraktil, dan kaya akan karbohidrat. Kapsul ini merupakan suatu
membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe
IV dan glikoprotein.
2. Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterior lensa.
3. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat-serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan
berasal dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta
organel lainnya dan menjadi sangat panjang dan mencapai panjang 7-10
mm, lebar 8-10 µm, dan 2 µm. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein
yang disebut kristalin (Vaughan, 2000).
Gambar 2. Gistologi dari lensa
5
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu,
sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubahseiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada
di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar
20µM dan potasiumsekitar 120µM. Konsentrasi sodium di luar lensa lebih
tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa
sangat tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa
sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan
hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.
Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasikalsium
di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar lensa
adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya
oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini
dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran
6
dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam
amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel
epitel. Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung
seperti sistem transport aktif.
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah
kekuatan refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa
oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun,
kekakuanyang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya