PENGGUNAAN OBAT ANTI-HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Ahmad Rais Dahyar1. PendahuluanHipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari
tiga penyebab tertinggi kematian ibu hamil. Di negara maju, 16 %
kematian ibu disebabkan oleh gangguan akibat hipertensi dan
merupakan yang tertinggi dibandingkan perdarahan, aborsi dan
sepsis. Di Asia, Afrika dan Amerika latin 1 dari 10 kematian ibu
hamil disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan beserta
komplikasinya, di mana hal tersebut sangat mungkin dicegah dengan
perawatan yang efektif pada wanita yang telah menunjukkan
tanda-tanda awal gangguan hipertensi dalam kehamilan.1,2,3Meskipun
telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade,
hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap
menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklampsia
merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang
terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu
ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida. Jika timbul pada ibu hamil multigravida biasanya ada
faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus,
obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.4The Food and
Drug Administration (FDA), di Amerika Serikat telah banyak membuat
ulasan tentang uji coba obat antihipertensi pada hewan dan juga
manusia terhadap risiko pajanan janin selama kehamilan. Kebanyakan
obat antihipertensi yang digunakan dalam kehamilan ditetapkan
sebagai Kategori C, yang menyatakan bahwa studi manusia masih
kurang, penelitian pada hewan menunjukkan hasil yang positif
berisiko terhadap janin ataupun yang kurang, dan obat harus
diberikan hanya jika potensi manfaatnya lebih besar daripada
potensi risikonya terhadap janin.22. Klasifikasi Hipertensi dalam
KehamilanHipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik
140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg sebagai parameter
hipertensi sudah tidak dipakai lagi.1Wanita hamil dengan hipertensi
secara luas dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu hipertensi
kronis, hipertensi non-proteinuri (kadang dikenal sebagai
pregnancy-induced hypertension), dan preeklampsia. Menurut The
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ISSHP) klasifikasi hipertensi pada wanita hamil dibagi menjadi
:51. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan,
persalinan, atau pada wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan
non-proteinuri.
Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)
Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)
Hipertensi gestasional dengan proteinuria (preeklampsia)
2. Chronic hypertension (sebelum kehamilan 20 minggu) dan
penyakit ginjal kronis (proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu)
Hipertensi kronis (tanpa proteinuria)
Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa
hipertensi)
Hipertensi kronis dengn superimposed Preeklampsia
(proteinuria)
3. Unclassified hypertension dan/atau proteinuria
4. Eklampsia
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh The National High
Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working Group (2000)
dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :1,41. Hipertensi gestasional adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria sedangkan eklampsia
adalah preeklampsia yang disertai kejang-kejang dan/atau koma.3.
Preeklampsia superimposed pada hipertensi kronis adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.4. Hipertensi kronis adalah hipertensi yang
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.3.
Diagnosis
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas
dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya
preeklampsia sukar dicegah, tetapi berat dan terdinya eklampsia
biasanya dapat dihindari dengan mengenal secara dini penyakit
tersebut dan dengan penanganan secara sempurna.4Tekanan darah
sebaiknya diukur pada posisi duduk dengan posisi cuff setinggi
jantung. Adanya penekanan vena kava inferior oleh uterus gravid
pada posisi berbaring dapat mengganggu pengukuran sehingga terjadi
pengukuran yang lebih rendah. Sebelum pengukuran, wanita hamil
dianjurkan untuk duduk tenang 5-10 menit.43.1 Hipertensi
Gestasional
Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan
darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya
selama kehamilan tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut juga transient hypertension dan tekanan darah
telah kembali normal pada 12 minggu postpartum. Apabila tekanan
darah naik cukup tinggi selama setengah kehamilan terakhir, hal ini
berbahaya terutama untuk janin, walaupun proteinuria tidak pernah
ditemukan. Seperti yang ditegaskan oleh Chesley (1985), 10%
eklampsia berkembang sebelum proteinuria yang nyata diidentifikasi.
Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan darah mulai naik, ibu
dan janin menghadapi risiko yang meningkat. Proteinuria adalah
suatu tanda dari penyakit hipertensi yang memburuk, terutama
preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus meningkatkan
risiko ibu dan janin.4Kriteria Diagnosis pada hipertensi
gestasional yaitu :4 Tekanan Darah 140/90 mmHg yang timbul pertama
kali selama kehamilan.
Tidak ada proteinuria.
Tekanan Darah kembali normal < 12 minggu postpartum.
Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.
Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya
nyeri epigastrium atau trombositopenia.
3.2 PreeklampsiaProteinuria adalah tanda penting dari
preeklampsia, dan Chesley (1985) menyimpulkan secara tepat bahwa
diagnosis diragukan dengan tidak adanya proteinuria. Proteinuria
yaitu protein dalam urin 24 jam melebihi 300mg per 24 jam, atau
pada sampel urin secara acak menunjukkan 30 mg/dL (1 + dipstick)
secara persisten. Tingkat proteinuria dapat berubah-ubah secara
luas selama setiap periode 24 jam, bahkan pada kasus yang berat.
Oleh karena itu, satu sampel acak bisa saja tidak membuktikan
adanya proteinuria yang berarti.4Dengan demikian, kriteria minimum
untuk diagnosis preeklampsia adalah hipertensi dengan proteinuria
yang minimal. Temuan laboratorium yang abnormal dalam pemeriksaan
ginjal, hepar, dan fungsi hematologi meningkatkan kepastian
diagnosis preeklampsia. Selain itu, pemantauan secara terus-menerus
gejala eklampsia, seperti sakit kepala dan nyeri epigastrium, juga
meningkatkan kepastian tersebut.4Nyeri epigastrium atau nyeri pada
kuadran kanan atas merupakan akibat nekrosis hepatocellular,
iskemia, dan oedem yang meregangkan kapsul Glissoni. Nyeri ini
sering disertai dengan peningkatan serum hepatik transaminase yang
tinggi dan biasanya merupakan tanda untuk mengakhiri
kehamilan.4Trombositopeni adalah karakteristik dari preeklampsia
yang memburuk, dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh aktivasi
dan agregasi platelet serta hemolisis mikroangiopati yang
disebabkan oleh vasospasme yang berat. Bukti adanya hemolisis yang
luas dengan ditemukannya hemoglobinemia, hemoglobinuria, atau
hiperbilirubinemi dan merupakan indikasi penyakit yang
berat.4Faktor lain yang menunjukkan hipertensi berat meliputi
gangguan fungsi jantung dengan oedem pulmonal dan juga pembatasan
pertumbuhan janin yang nyata.4Kriteria diagnosis pada preeklampsia
terdiri dari :Kriteria minimal, yaitu :
Tekanan Darah 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.
Kemungkinan terjadinya preeklampsia :
Tekanan Darah 160/110 mmHg.
Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui
sudah meningkat.
Trombosit 4 jam
Menurut protap hipertensi dalam kehamilan yang dikelurkan oleh
POGI, pada pasien preeklampsia, antihipertensi diberikan bila tensi
180/110 mmHg atau MAP 126, jenis obat yang direkomendasikan adalah
Nifedipin 10-20 mg oral, diulang setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam. Nifedipin tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa
lidah (sublingual) karena absorbsi yang terbaik adalah melalui
saluran pencernaan makanan. Selain nifedipin, juga bisa diberikan
Nicardipin-HCL : 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCl/RL diberikan
secara IV selama 5 menit. Bila masih gagal dalam 1 jam, bias
diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.117.
KesimpulanHipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik
140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam.Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh The
National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working
Group (2000) dibagi menjadi 4 tipe, yaitu : Hipertensi
gestasional.
Preeklampsia dan Eklampsia.
Preeklampsia superimposed pada hipertensi kronis.
Hipertensi kronis.Pilihan obat untuk Anti-Hipertensi pada ibu
hamil :
Vasodilator
Penghambat addrenergik
Diuretik
Antagonis Kalsium
Dalam protap hipertensi dalam kehamilan yang dikeluarkan oleh
POGI, pilihan obat antihipertensi yang digunakan untuk hipertensi
kronik adalah Metildopa dengan dosis 0,5-3,0 g/hari dibagi dalam
2-3 dosis dan pilihan keduanya adalah nifedipin (harus dalam bentuk
oral) dosis 30-120 mg/hari, dalam slow-release tablet.Menurut
protap hipertensi dalam kehamilan yang dikelurkan oleh POGI, pada
pasien preeklampsia, antihipertensi diberikan bila tensi 180/110
mmHg atau MAP 126, jenis obat yang direkomendasikan adalah
Nifedipin 10-20 mg oral, diulang setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam. Nifedipin tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa
lidah (sublingual) karena absorbsi yang terbaik adalah melalui
saluran pencernaan makanan. Selain nifedipin, juga bisa diberikan
Nicardipin-HCL : 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCl/RL diberikan
secara IV selama 5 menit. Bila masih gagal dalam 1 jam, bias
diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
DAFTAR PUSTAKA1. Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam :
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan edisi ke-4: Bina Pustaka. Jakarta.
2010. Hal:531-59
2. Podymow T and August P. Update on Use of Antihypertensice
Drugs in Pregnancy. J Am Heart Assoc. 2008;51 : 960-9
3. WHO Recommendations for Prevention and Treatment Of
Pre-Eclampsia and Eclampsia, WHO Handbook for guideline
development. Geneva, World Health Organization, 20104. Cunningham
F, et al.William Obstetrics, edisi ke-23. McGraw-Hill. New York.
2010. Hal : 706-47
5. Shennan A. Hypertensive disorders.Dalam : Dewhursts textbook
of Obstetrics & Gynaecology, edisi ke-7. USA : Blackwell
Publishing. 2007.Hal : 227-34
6. Denise L, et al. Pregnancy and Lactation: Therapeutic
Considerations. Dalam : DiPiro JT, et al. Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach sixth edition. McGraw-Hill. 2005. Hal :
1425-8.7. Nafrialdi, Antihipertensi. dalam Farmakologi dan Terapi
edisi ke-5.Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal : 341-60
8. Laurelton. Nicardipine Hydrochloride. Diunduh tanggal 30
November 2014 dari www.epic-pharma.com/nicardipine.pdf9. Gibbs RS,
et al. Danforths Obstetrics and Gynecology 10th edition. Lippincott
Williams & Wilkins. 200810. BCRCP. Obstetric Guideline 11 :
Hypertension in Pregnancy. 2006. Hal: 1-1611. POGI, Protab
Hipertensi dalam kehamilan. Diunduh Tanggal 30 November 2014 dari
www.pogi.or.id12. Firoz T, Magee LA, MacDonell K, Payne BA, Gordon
R, Vidler M, von Dadelszen P, for the Community Level Interventions
for Pre-eclampsia (CLIP) Working Group. Oral antihypertensive
therapy for severe hypertension in pregnancy and postpartum: a
systematic review. BJOG An Int J Obstet Gynaecol. 2014;
121:12102020