Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013 84 “NGAYAH”: PELIBATAN MAHASISWA CALON GURU DALAM IMPLEMENTASI IPTEKS BAGI WILAYAH BERBASIS PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNGAN BERKELANJUTAN DAN PARIWISATA BUDAYA 1) Sang Putu Kaler Surata 2) , I Ketut Arnawa 2) , I Ketut Widnyana 2) , I Dewa Nyoman Raka 2) I Made Maduriana 3) 1) Program Ipteks bagi Wilayah tahun kedua; 2) Universitas Mahasaraswati Denpasar; 3) IKIP Saraswati Tabanan-Bali Email: [email protected]Ringkasan Eksekutif Ngayah sebagai kearifan tradisional memiliki makna pengabdian yang tulus dan bersifat spiritual. Pelibatan mahasiswa calon guru dalam kegiatan ngayah bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan tindakan kecil, lokal tetapi nyata berbasis pada pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pariwisata budaya. Sebanyak 36 mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar telah dilibatkan dalam implentasi ipteks bagi wilayah (IbW) 3 Mei - 30 Juni 2012 di kawasan wisata Pura Kehen (PK) di Kelurahan Cempaga dan Desa Tradisional Penglipuran (DP) di Kelurahan Kubu Bangli. Karya utama adalah paket informasi yang terdiri atas buku saku bilingual, brosur dan kartu pos, pemberian identitas nama pelinggih dan cindera mata unik. Karya utama lain meliputi peningkatan kekayaan spesies dan pemberian nama ilmiah tanaman upakara dan tanaman langka lokal; paket pembelajaran pendidikan berkelanjutan berbasis pariwisata budaya untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah; dokumentasi digital berbagai pustaka yang terkait dengan PK dan DP termasuk foto dan video upacara Ngusaba Dangsil di PK yang berlangsung tiga tahun sekali. Di samping itu, juga dihasilkan 10 proposal program kreativitas mahasiswa, situsweb internet MapPack, presentasi dalam seminar nasional dan internasional. Kegiatan IbW memberikan inspirasi bagi keberhasilan dalam memperoleh dana dari Hibah PEER-USAID dan penyusunan proposal Hibah Kompetensi untuk Dikti Kemdikbud. Dengan begitu implementasi IbW dengan memakai pendekatan ngayah memberikan dampak saling mencari, dan saling memberi, baik bagi berbagai pemangku kepentingan, maupun bagi pengembangan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pariwisata budaya. Kata kunci: tindakan kecil, lokal tetapi nyata; kaji tindak berpartisipasi; paket informasi wisata, dan saling menguntungkan. Excecutif Summary Ngayah as traditional wisdom has meaning spiritual and sincere devotion. The aim of engaging pre-service teachers in this activities is to give them the opportunity to perform a small, local buat real actions based on education for sustainable development and cultural tourism. A total of 36 undergraduate students have been involved in implementing science and technology for region (ipteks bagi wilayah or IbW), since 3 May to 30 June 2012 at two tourism destination, namely Pura Kehen (PK) and Penglipuran Traditional Village (PV) in Bangli Regency. The
17
Embed
“ngayah”: pelibatan mahasiswa calon guru dalam implementasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
84
“NGAYAH”: PELIBATAN MAHASISWA CALON GURU DALAM IMPLEMENTASI
IPTEKS BAGI WILAYAH BERBASIS PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNGAN
BERKELANJUTAN DAN PARIWISATA BUDAYA 1)
Sang Putu Kaler Surata2), I Ketut Arnawa2), I Ketut Widnyana2), I Dewa Nyoman Raka2) I Made Maduriana3)
1) Program Ipteks bagi Wilayah tahun kedua; 2) Universitas Mahasaraswati Denpasar; 3) IKIP Saraswati Tabanan-Bali Email: [email protected]
Ringkasan Eksekutif
Ngayah sebagai kearifan tradisional memiliki makna pengabdian yang tulus dan bersifat
spiritual. Pelibatan mahasiswa calon guru dalam kegiatan ngayah bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada mereka melakukan tindakan kecil, lokal tetapi nyata berbasis pada
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pariwisata budaya. Sebanyak 36
mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar telah dilibatkan dalam implentasi ipteks bagi
wilayah (IbW) 3 Mei - 30 Juni 2012 di kawasan wisata Pura Kehen (PK) di Kelurahan
Cempaga dan Desa Tradisional Penglipuran (DP) di Kelurahan Kubu Bangli. Karya utama
adalah paket informasi yang terdiri atas buku saku bilingual, brosur dan kartu pos, pemberian
identitas nama pelinggih dan cindera mata unik. Karya utama lain meliputi peningkatan
kekayaan spesies dan pemberian nama ilmiah tanaman upakara dan tanaman langka lokal;
paket pembelajaran pendidikan berkelanjutan berbasis pariwisata budaya untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah; dokumentasi digital berbagai pustaka yang terkait dengan PK
dan DP termasuk foto dan video upacara Ngusaba Dangsil di PK yang berlangsung tiga tahun
sekali. Di samping itu, juga dihasilkan 10 proposal program kreativitas mahasiswa, situsweb
internet MapPack, presentasi dalam seminar nasional dan internasional. Kegiatan IbW
memberikan inspirasi bagi keberhasilan dalam memperoleh dana dari Hibah PEER-USAID
dan penyusunan proposal Hibah Kompetensi untuk Dikti Kemdikbud. Dengan begitu
implementasi IbW dengan memakai pendekatan ngayah memberikan dampak saling mencari,
dan saling memberi, baik bagi berbagai pemangku kepentingan, maupun bagi pengembangan
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pariwisata budaya.
Kata kunci: tindakan kecil, lokal tetapi nyata; kaji tindak berpartisipasi; paket informasi
wisata, dan saling menguntungkan.
Excecutif Summary
Ngayah as traditional wisdom has meaning spiritual and sincere devotion. The aim of engaging
pre-service teachers in this activities is to give them the opportunity to perform a small, local
buat real actions based on education for sustainable development and cultural tourism. A total
of 36 undergraduate students have been involved in implementing science and technology for
region (ipteks bagi wilayah or IbW), since 3 May to 30 June 2012 at two tourism destination,
namely Pura Kehen (PK) and Penglipuran Traditional Village (PV) in Bangli Regency. The
result of their main work are the package of tourism information that consists of bilingual
booklets, leaflets, postcard and unique handycraft. Other major works including increasing
species richness and giving scientific names of ritual and rarely local plants; modules for
elementary and secondary education; digital documentation of a variety of literature related to
PK and PV including photos and video of Ngusaba Dangsil ceremony. In addition, the program
also generated 10 proposals of student program creativity, website of MapPack, presentation at
an international and national conferences. Meanwhile IbW also inspiring us of winning the
grant from PEER-USAID, and the preparation of competency grant proposals project. Thereby,
implementation IbW by using traditional approach “ngayah” giving mutual benefits, both for the various stakeholders, as well as for the promoting of education for sustainable development
and cultural tourism.
Keywords: small, local and real action, participatory action research, tourism information
package, and mutual benefit.
A. PENDAHULUAN
Mahasiswa calon guru memiliki pengaruh
kuat dalam membangun kehidupan yang
berkelanjutan pada masa depan, karena
mereka di samping menjadi calon peminpin
juga akan menjadi pendidik bagi calon
peminpin di masa depan (Esa, 2010).
Karena itu, lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK) perlu berorientasi
pada konsep pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan (PuPB), baik
dalam tata kelola maupun pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi untuk
memberikan pengalaman kongkrit dan
nyata (Otto & Wohlpart, 2009).
Pemanfaatan budaya lokal sebagai
model, media dan laboratorium merupakan
satu strategi yang dapat digunakan oleh
LPTK dalam menginternalisasikan konsep
PuPB pada civitas akademiknya, untuk
kemudian mempromosikan PuPB kepada
masyarakat luas sesuai dengan dharma
perguruan tinggi. Budaya lokal telah
terbukti mampu menyesuaikan diri terhadap
berbagai perubahan dan tantangan sehingga
tetap dalam keadaan yang kurang-lebih
berkelanjutan. Budaya Bali bisa menjadi
pusat orientasi bagi LPTK, karena memiliki
kelenturan yang dinamis (Piscard, 1986).
Lebih lanjut Piscard (1986) menyatakan
“orang bali… siap menerima pengaruh
asing yang menguntungkan sambil tidak
pernah lupa memelihara identitas mereka
selama berabad-abad.” Menurut Falk &
Surata (2011), pembelajaran bermakna
terjadi jika dipahami dalam konteks dan
situasi lokal, yang memberikan peluang
bagi pembelajaran bergerak dari bawah
(bottom-up) dan juga dari atas (top-down).
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
86
Pelibatan mahasiswa calon guru dalam
implementasi ipteks bagi wilayah (IbW)
berbasis pada pariwisata budaya merupakan
satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan tinggi, yang diharapkan mampu
menginternalisasikan, dan sekaligus
mempromosikan PuPB. Pelibatan
mahasiswa dalam kaji tindak berpartisipasi
telah terbukti mampu meningkatkan modal
sosial mereka terutama dalam bentuk
penguatan jejaring kerja sosial (Surata et
al., 2010). Bagi mahasiswa calon guru,
penguatan modal sosial memberikan bekal
bagi mereka dalam menyelenggarakan
pembelajaran sebagai proses kemitraan,
kerjasama dan kolaborasi (Surata et al.,
2011). Sementara itu, dalam istilah
pariwisata budaya tersirat hubungan timbal-
balik antara timbal balik antara pariwisata
dan kebudayaan, sehingga keduanya dapat
meningkat secara serasi, selaras dan
seimbang (Lembaran Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Bali, 1991). Pemanfaatan
kearifan lokal sebagai kekayaan budaya
dalam kegiatan IbW akan makin
memperkuat proses integrasi budaya dalam
PuPB. Salah satu kearifan itu adalah
ngayah. Ngayah berarti pekerjaan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang
secara sukarela tanpa mengharapkan
memperoleh bayaran (Hacth, 2010). Secara
tradisional konsep ngayah terkait dengan
pekerjaan dalam format hubungan manusia
dengan Tuhan (Sudarma, 2012).
Implementasi IbW berdasarkan konsep
ngayah adalah kegiatan bernuansa spiritual
yang dilakukan secara tulus melalui
tindakan kecil, lokal tetapi nyata. Bagi
LPTK kegiatan seperti ini menciptakan
peluang melakukan kajian tentang budaya,
identitas, warisan dan kepariwisataan (King,
2012). Sedangkan bagi mahasiswa akan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman
baru yang bisa membentuk sikap dan
perilaku mereka (Ehrampoush et al., 2005).
B. SUMBER INSPIRASI
Sumber inspirasi kegiatan adalah
konsep PuPB dan dan pariwisata budaya.
Konsep PuPB berpijak pada keseimbangan
pilar ekologi, ekonomi dan sosial. Pada
pihak lain kepariwisataan di Bali berbasis
pada pariwisata budaya yang memberikan
manfaat bagi wisatawan, tuan rumah dan
integritas budaya (Wikipedia, 2012).
Terkait dengan itu, Universitas
Mahasaraswati (Unmas) Denpasar
menetapkan pariwisata budaya sebagai
penciri dalam implementasi Tri Dharma
Perguruan Tinggi (Yayasan PR Saraswati
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
87
Pusat, 2007). Oleh karena itu, pelibatan
mahasiswa calon guru dari Umnas Denpasar
dalam implementasi IbW berbasis PuPB
dan pariwisata budaya merupakan upaya
untuk menjabarkan berbagai konsep di atas
dengan menggunakan pendekatan ngayah
dan tindakan kecil, lokal tetapi nyata.
Payne & Wattchow (2009) menyatakan
integrasi teori dan praktek dalam bentuk
pembelajaran eksperiental diperlukan jika
pendidikan diharapkan mampu mengatasi
masalah lingkungan yang dihadapi manusia.
C. METODE
Implementasi IbW dilaksanakan
terutama melalui kegiatan kuliah kerja nyata
(KKN) dengan melibatkan 36 mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Kegiatan KKN berlangsung selama dua
bulan (3 Mei sampai 30 Juni 2012) pada
dua kawasan wisata budaya, yaitu Pura
Kehen (Kelurahan Cempaga Bangli) dan
Desa Tradisional Penglipuran (Kelurahan
Kubu Bangli). Kegiatan KKN
menggunakan model service learning
untuk memberi manfaat bagi masyarakat
dan mahasiswa (Lesser, 2012; Otto &
Wohlpart, 2009). Evaluasi dan refleksi
menjadi bagian penting dari kegiatan model
tersebut. Untuk itu, sebelum dan setelah
pembekalan dilakukan uji awal kemampuan
dan sikap mahasiswa dengan menggunakan
instrumen kuesioner, peta konsep, KWL-H
Chart, poster O dan (Hasil evaluasi KKN
disajikan dalam laporan lain).
Sedangkan penilaian oleh masyarakat
dilakukan melalui wawancara tidak
berstruktur, jurnal harian mahasiswa, dan
pernyataan yang disampaikan dalam
pertemuan formal (bimbingan umum,
pertemuan dengan sekaa teruna, dan
sambutan dalam perpisahan). Terkait
dengan evaluasi telah diundang seorang
mahasiswa magister dari University of
Stockholm (Gabriella Silwerbrand) yang
sedang melakukan penelitian tentang
ekologi sosial di Bali, untuk melakukan
pengamatan, wawancara dan penilaian
terhadap kegiatan mahasiswa.
Mahasiswa peserta dibagi menjadi dua
gugus (Gugus Kehen dan Penglipuran), dan
setiap gugus terdiri atas empat kelompok
dengan anggota 4-5 mahasiswa. Setiap
kelompok mahasiswa menyusun rencana
kegiatan berdasarkan hasil observasi awal,
pembekalan dan beberapa bentuk
penelusuran informasi lainnya. Pada
minggu pertama, kelompok melakukan
observasi, wawancara, validasi dan revisi
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
88
rencana kegiatan. Setelah bimbingan umum
pertama, kelompok mulai melakukan
kegiatan berdasarkan atas masukan dari
pemangku kepentingan. Secara umum
kegiatan yang dilakukan mengarah pada
penguatan konsep pendidikan untuk
kehidupan yang berkelanjutan dan
pariwisata budaya.
Sebagai bentuk kegiatan dengan motto
“mencari sambil memberi” maka
didatangkan pemangku kepentingan untuk
memberikan pelatihan kepada mahasiswa.
Untuk identifikasi tanaman langka telah
didatangkan dua ahli botani dari Kebun
Raya Eka Bedugul Bali (I Nyoman
Adnyana dan Luh Putu Erosiwati).
Sedangkan pelatihan tentang MapPack
(berbagai model berpartisipasi dalam
pemberdayaan) dan Video berpartisipasi
diberikan oleh Kevin Thompson dan
Christina Fox dari University of Florida
(USA).
D. KARYA UTAMA
Karya utama IbW adalah (1) paket
informasi untuk mempromosikan pariwisata
budaya di kawasan wisata Pura Kehen dan
Desa Tradisional Penglipuran; (2)
peningkatan kekayaan spesies dan
pemberian nama ilmiah tanaman upakara;
(3) paket pembelajaran pendidikan
berkelanjutan berbasis pariwisata budaya
untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah; (4) dokumentasi digital berbagai
pustaka yang terkait dengan Pura Kehen
dan Desa Tradisional Penglipuran, termasuk
pembuatan foto dan video upacara Ngusaba
Dangsil di Pura Kehen yang berlangsung
setiap empat tahun sekali; (5) Publikasi
hasil karya (MapPack) dalam situsweb dan
pertemuan ilmiah internasional dan
nasional.
E. ULASAN KARYA UTAMA
1. Paket Informasi Pariwisata Budaya
Paket informasi pariwisata budaya
yang telah dihasilkan untuk Kawasan
Wisata Pura Kehen dan Desa Tradisional
Penglipuran, terdiri atas (1) dua buah buku
saku dwibahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia; (2) dua buah leaflet; (3) dua jenis
prototipe cindera mata; (4) identitas (papan
nama) untuk melengkapi informasi kedua
kawasan wisata tersebut.
Buku saku dwibahasa tentang Pura
Kehen memiliki tebal 105 halaman yang
dilengkapi dengan 19 gambar tentang
berbagai bangunan dan kegiatan yang
berlangsung di Pura tersebut (Gambar 1a).
Isi buku menyangkut tentang lokasi,
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
89
keadaan lingkungan sekitar, keunikan,
upacara dan pengelola pura tersebut. Pura
Kehen di bagian sisi selatan Bukit Bangli,
sekitar 40 km timur laut Denpasar-Bali.
Pura yang termasuk dalam cagar budaya
nasional sudah ada sejak abad ke-8 (tahun
masehi 882-914). Keunikan yang paling
menonjol adalah bangunan candi gelung
(pintu gerbang pura), yang terletak pada
jaba sisi (bagian luar) sedangkan pada
sebagian besar pura di Bali, bangunan
serupa terletak pada jaba tengah (bagian
dalam pura). Selain arsitektur yang indah,
candi gelung Pura Kehen menjadi unik
karena dibangun bagian atas teras bertingkat
sekitar 50 meter di atas jalan. Bale kulkul
(semacam rumah kentongan) yang ada di
Pura Kehen juga unik, karena di bangun di
antara ranting pohon beringin (Ficus
benyamina). Buku saku tentang Pura Kehen
juga mengulas mengenai adanya
kepercayaan tentang misteri pohon beringin,
keunikan dalam pengelolaan dan upacara
kepercayaan tentang misteri pohon beringin,
keunikan dalam pengelolaan dan upacara
ritual serta lingkungan Bukit Bangli yang
menghijau dengan berbagai pura dan tempat
suci di atasnya.
Buku saku mengenai Desa Tradisional
Penglipuran memiliki tebal 84 halaman
yang dilengkapi dengan 28 foto (Gambar
1b). Buku ini mengulas tentang sejarah,
penataan wilayah yang berbasis pada
konsep Tri Mandala (tiga kawasan), dan
berbagai kearifan tradisional. Kata
penglipuran dapat berarti “pengeling pura”
atau “penglipur lara”. Istilah yang pertama
mengacu kepada pengertian bahwa
penduduk Desa Tradisisional Penglipuran
harus tetap mengingat tanah leluhurnya,
yaitu Desa Bayung Gde yang terletak 20 km
barat laut. Sedangkan sebutan penglipur lara
diberikan karena Desa Tradisional
Penglipuran sejak jaman kerajaan sampai
saat ini menjadi tempat rekreasi bagi
berbagai kalangan. Sifat tradisional dari
desa ini tercermin dari pengelolaan lansekap
yang terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu
utama mandala (untuk pura dan bangunan
suci lainnya) terletak di sebelah utara,
madya mandala (untuk pemukiman, di
sebelah selatan utama mandala), dan nista
mandala (bagian sisi timur, barat dan
selatan). Desa ini juga memiliki berbagai
kearifan lokal yang tetap terpelihara dengan
baik. Beberapa di antaranya yang diulas
dalam buku saku adalah karang memadu
(pekarangan bagi warga yang melakukan
poligami), paon (dapur tradisional dan
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
90
sakral), bale sakenem (rumah terbuka untuk
berbagai upacara tingkat rumah tangga),
dan angkul-angkul (pintu pekarangan).
Leaflet Pura Kehen dibuat dengan latar
belakang biru. Pada halaman pertama
memuat candi gelung atau candi kurung
sebagai penciri khas pura tersebut, di
samping juga dimuat lokasi dan denah pura.
Pada halaman kedua memuat sejarah
singkat dan beberapa informasi, terutama
menyangkut keunikan yang terdapat pada
pura tersebut. Leaflet Desa Tradisional
Penglipuran juga berlatar belakang warna
biru, memuat lokasi, denah dan berbagai
keunikan di desa tersebut seperti hutan
bambu, tari baris gede, loloh cemcem,
angkul-angkul, karang memadu, paon dan
bale sakenem. Prototipe cindera mata khas
yang dikembangkan untuk Pura Kehen
adalah kartu pos dengan candi gelung
sebagai ciri khasnya, sedangkan untuk Desa
Adat Penglipuran dikembangkan miniature
angkul-angkul untuk bingkai foto. Paket
informasi lain yang adalah pembuatan dan
pemasangan nama pelinggih (60 pelinggih)
di Pura Kehen. Identitas pelinggih yang
ditulis dalam dua bahasa (Bahasa Indonesia
dan Bali) dengan tulisan putih dan latar
belakang hitam, pada umumnya di pasang
pada bagian depan masing-masing
pelinggih.
Gambar 1. Sampul depan buku saku Pura Kehen (a), dan Desa Tradisional Penglipuran (b)
(a) (b)
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
91
2. Peningkatan Kekayaan Spesies dan
Pemberian Nama Ilmiah Tanaman
Upakara dan Tanaman Lokal
Peningkatan kekayaan spesies
tanaman merupakan kegiatan lanjutan dari
kegiatan IbW tahun I. Masing-masing 11
jenis kelapa lokal langka (yaitu kelapa
mulung, bojog, gading, rangda, nyuh
rangda, nyuh julit, nyuh kebo, nyuh macan,
nyuh bulan, nyuh bulan, nyuh rangda, nyuh
surya, nyuh gading, nyuh gadang dan nyuh
sudamala) yang mulai dibibitkan pada IbW
tahun I telah ditanam di sekitar Pura Kehen
maupun Desa Tradisional Penglipuran
(Gambar 2a). Penanaman beberapa spesies
tanaman upakara langka dan pembuatan
nama ilmiah telah dilaksanakan pada kedua
lokasi kegiatan. Selain itu, juga dilakukan
identifikasi dan pemberian nama ilmiah
berbagai 21 spesies tanaman yang terdapat
pada hutan di sebelah utara Desa
Tradisional Penglipuran. Kegiatan tersebut
melibatkan ahli taksonomi tumbuhan dari
Kebun Eka Karya Bedugul Bali (I Nyoman
Adnyana dan Luh Putu Erosiwati), yang
bekerjasama dengan ahli botani lokal dari
Desa Penglipuran (I Wayan Lanus)
(Gambar 2b).
Gambar 2. Penanaman kelapa langka (a) dan pemberian nama ilmiah tanaman langka lokal (b)
3. Dokumentasi digital
Dokumentasi secara digital dilakukan
dengan menelusuri berbagai informasi
tertulis yang terkait dengan Pura Kehen dan
Desa Tradisional Penglipuran. Informasi
tertulis sebagian diperoleh dari buku yang
disimpan oleh masyarakat, perpustakaan
(a) (b)
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
92
dan internet. Dokumen tertulis dalam
bentuk buku dilakukan pemindaian
(scanning) untuk kemudian disimpan dalam
bentuk digital (CD). Sampai saat ini
dokumen digital Pura Kehen telah
mendokumentasikan 20 pustaka yang
terkait dengan pura tersebut, sedangkan
untuk Desa Tradisional Penglipuran sudah
terkumpul 12 pustaka dari berbagai sumber.
Khusus untuk Pura Kehen dilakukan
dokumentasi dalam bentuk fotografi dan
video kegiatan “Ngusaba Dangsil” yang
berlangsung setiap tiga tahun sekali.
Sumber dana untuk kegiatan tersebut
bersumber dari APBD Perubahan
Kabupaten Bangli (Rp 450 juta). Pembuatan
foto serta film adalah kegiatan
pendampingan terhadap dana tersebut
sesuai dengan hasil pertemuan dengan
Bupati Bangli dan Ketua Panitia Karya
Turun Kabeh dan Ngusaba Dangsil.
4. Paket Pembelajaran Pendidikan
Berkelanjutan Berbasis Pariwisata
Budaya
Paket pembelajaran ini terdiri atas
pembelajaran transformatif melalui
photovoice dan video partisipatif kepada
siswa dan anak-anak yang terdapat pada
kedua lokasi. Mahasiswa peserta KKN
terlebih dahulu memperoleh pelatihan
tentang teknik pembelajaran menggunakan
teknolgi kamera dan flip digital oleh dua
tutor dari University of Florida USA yang
sejak IbW tahap pertama berkolaborasi
dalam pengembangan MapPack. Photovoice
dan video partisipatif disinergikan juga
dengan kegiatan pengamatan lingkungan
dan pembuatan biopori (Gambar 3a). Paket
ini juga menghasilkan enam modul
pembelajaran kontekstual dan 10 program
kreativitas mahasiswa sebagai luaran
mahasiswa peserta KKN. Selain itu juga
telah dilangsungkan lokakarya bagi 27 guru
tentang pengembangan pembelajaran
transformatif berbasis lansekap budaya
subak. Luaran dari kegiatan tersebut adalah
(1) rumusan model integrasi lansekap
budaya subak dalam kurikulum jenjang
pendidikan dasar, (2) integrasi sains modern
(fotografi dan video) dalam pembelajaran
kontekstual ( Gambar 3b).
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
93
Gambar 3. Pelibatan anak-anak dalam pembuatan biopori yang dikombinasikan dengan video berpartisipasi (a), dan presentasi berbasis peta konsep dalam lokakarya guru tentang sains teknologi masyarakat.
Gambar 4. MapPack dalam situs internet (a), dan dokumentasi presentasi MapPack di Goettingen Jerman (b).
Publikasi karya berikutnya dilakukan
melalui presentasi tentang Seminar
Nasional tentang Designing Quality
Learning Façade/Landscape in Indonesia
pada 25-27 September 2012 di Jakarta. Pada
kegiatan yang diselenggarakan oleh Dirjen
Dikti Kemdikbud tersebut ketua tim IbW
mempresentasikan karya tulis yang berjudul
“Ekopedagogi: Pelibatan mahasiswa calon
guru dalam integrasi lansekap budaya
subak ke dalam kurikulum jenjang sekolah
dasar”.
F. KESIMPULAN
Implementasi Ipteks bagi wilayah
(IbW) melalui pelibatan mahasisa calon
guru dalam kegiatan ngayah berbasis
pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan dan pariwisata budaya
menghasilkan berbagai karya utama terkait
dengan kawasan wisata Pura Kehen dan
Desa Tradisional Penglipuran. Karya
tersebut adalah paket informasi untuk
mempromosikan kedua kawasan wisata
berupa buku, brosur, prototipe cindera mata,
dan identitas nama pelinggih; Hasil lain
berupa paket pembelajaran kontekstual
terdiri atas modul belajar, video
berpartisipasi, lokakarya sains teknologi
masyarakat dan proposal program
kreativitas mahasiswa. Selain itu juga
kekayaan spesies tanaman upakara telah
ditingkatkan terutama melalui penanaman
kelapa lokal langka. Pendokumentasian
dalam bentuk digital berbagai pustaka
kedua kawasan, dan pembuatan foto serta
PARTICIPATORYWHAT DOES IT MEAN?
Next Step for Participatory Video:
Taking the message to broaderranging exchange platforms
Kevin Thompson & Kaler Surata
37Gottingen Germany 15 May, 2012
(b) (a)
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
95
video upacara Ngusaba Dangsil di Pura
Kehen merupakan upaya untuk iventarisasi
dan dokumentasi, dan sekaligus promosi
kawasan wisata. Hasil lain adalah publikasi
MapPack dalam situsweb, dan presentasi
dalam pertemuan ilmiah internasional dan
nasional. Kegiatan ini juga memberikan
inspirasi dalam penyusunan proposal Hibah
Kompetensi, dan dan proposal penelitian
yang telah memenangkan hibah dari PEER-
USAID USA.
G. DAMPAK DAN MANFAAT UTAMA
Pelaksanaan IbW terutama dilakukan
dengan model service learning, yang
memberikan dampak pada masyarakat pada
satu sisi, dan mahasiswa pada sisi yang lain.
Menurut Lesser (2012), service learning
bukan hanya kegiatan sukarela karena
menghasilkan luaran pula pada mahasiswa
(kemampuan akademik dan refleksi
terstruktur) sehingga pembelajaran
berlangsung dua arah. Hal tersebut
tercerminkan dari pernyataan Lurah
Cempaga (sambutan pada penutupan KKN,
25 Juni 2012) yang menyatakan
“… kali ini mahasiswa yang
melakukan pengabdian
masyarakat di Pura Kehen
dari segi jumlah sedikit,
tetapi dari segi hasil sangat
banyak. …kami berharap… pada masa yang akan datang
ada lagi mahasiswa yang
melanjutkan KKN model
ini…”. Sementara itu, pemangku utama di Pura
Kehen, Jro Gde Kehen (3 Juli 2012, pers.
comm.) berharap agar dokumentasi digital,
baik berupa penyimpanan informasi dalam
bentuk CD, fotografi dan pembuatan video
upacara besar yang dilaksanakan di pura
tersebut dapat disimpan dan disebarluaskan
agar generasi muda dapat mengetahui eedan
(rangkaian) dan pole-pali (tata cara) upacara
yang wajib dilaksanakan setiap tiga tahun
sekali.
Lain lagi pendapat yang disampaikan
oleh Kelian Adat Desa Tradisional
Penglipuran, I Wayan Supat (25 Juni 2012,
pers.comm) yang menyatakan akan selalu
mendukung model kegiatan pengabdian
yang terfokus pada pariwisata budaya,
karena dapat melibatkan mahasiswa,
masyarakat dan sekaa teruna untuk saling
mengenal, saling belajar dan saling berbagi.
Lebih lanjut dia menyatakan:
“...kami memang meminta agar mahasiswa dapat
mengupayakan penanaman
tanaman kelapa langka, yang
sangat diperlukan dalam
kegiatan upacara ritual di Bali.
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
96
Kelak jika kelapa tersebut
sudah berbuah, siapa saja yang
memerlukan kami persilahkan
untuk mengambil di desa
kami...(28 Juni 2012,
pers.comm).
Gabriella Silfwerbrand (selanjutnya
disebut Gabi), seorang mahasiswa magister
dari Stockholm University Swedia yang
sedang melakukan penelitian di Bali, telah
diminta melakukan wawancara dan
pengamatan terhadap proses dan hasil kerja
mahasiswa KKN terkait dengan kegiatan
IbW tahap kedua. Pada kesannya yang
dikirim melalui email dia menyatakan
bahwa metode pelibatan mahasiswa dalam
mengkatalisasi kegiatan pada tingkat
masyarakat lokal sangat memberikan
inspirasi. Dia menyatakan mahasiswa
sangat termotivasi bekerja di masyarakat;
mahasiswa menghadapi tantangan yang
lebih besar dibanding yang mereka duga;
tetapi lebih menyenangkan bagi mahasiswa.
Dalam konteks manfaat bagi mahasiswa,
model kegiatan ngayah mencerminkan
pergeseran dari konsep tradisional
pendidikan (belajar, mengajar, berpikir dan
mengetahui) menjadi konsep post modern
(melakukan, memaknai dan menjadi)
(Payne & Wattchow, 2009). Tentu saja
pembelajaran berbasis kaji tindak yang
mengintegrasikan konteks lingkungan lokal
(pariwisata budaya) dapat mendorong
model ekofeminisme, yaitu perspektif untuk
melihat hubungan timbal-balik antara
masalah lingkungan dan masalah sosial
(Gaard, 2008).
Gabi juga berpendapat bahwa kegiatan
IbW berdampak positif bagi masyarakat,
seperti pernyataannya:
“The information material for
tourism is probably very useful
and the village would benefit
from an integrated community-
based tourism strategy that
can help them direct and
control the impact of tourism
on customs and economy of the
village. Students in
businessand tourism could
contribute with this if they
participate in this course in the
future” (Silfwerbrand, 28 Juni
2012).
Walaupun Gabi tidak sempat melakukan
wawancara langsung terhadap masyarakat,
tetapi menurutnya kegiatan seperti ini perlu
ditransfer pada daerah atau negara lain
untuk memberikan pengalaman praktis pada
mahasiswa melakukan kerja transdisiplin
ilmu dan untuk memperkaya masyarakat
lokal. Selain itu, kegiatan penyusunan
informasi dalam bentuk bilingual dapat
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
97
menjadi alat untuk meningkatkan
pengetahuan lintas budaya dan
mempromosikan budaya tertentu (Surata et
al., 2011). Sesuai dengan komentar Gabi,
model implementasi IbW seperti ini dapat
diadopsi sebagai model baru dalam
pelibatan yang lebih bermakna,
menggunakan alat komunikasi baru, dan
mampu mencapai kelompok target yang
lebih luas dan beragam (Groffman et al.,
2010).
Manfaat Utama juga yang diperoleh
IbW tahap I dan II adalah menggunakan
karya utama sebagai sumber inspirasi dalam
konstruksi ide/gagasan baru, dalam bentuk
proposal hibah kompetitif, dan presentasi
dalam pertemuan ilmiah yang berskala
nasional maupun internasional. Proposal
penelitian tentang Incorporation Bali's
Subak heritage into Primary and Secondary
Education: Curriculum development,
teacher training and action tesearch" telah
berhasil memperoleh hibah penelitian dari
USAID USA sebesar 83.000 USD sesuai
dengan NAS Sub-Grant Award Letter
Agreement No. PGA-2000001985 dan
Sponsor Grant Award Number: AID-OAA-
A- 11 -000 I 2 pada 6 juni 2012 (Antara
News, 2012; Embassy of the United States
Jakarta, 2012; The Bali Times,
2012;USAID, 2012). Kegiatan kaji tindak
yang direncanakan berlangsung dua tahun,
melibatkan mahasiswa calon guru yang
telah mengikuti kegiatan IbW tahun kedua
dalam menggali data pengetahuan, sikap
dan praktek dari berbagai pemangku
kepentingan, dan penyusunan modul serta
buku pembelajaran transformatif berbasis
budaya lansekap. Kegiatan kaji tindak
seperti ini diharapkan dapat menguatkan
etika kemitraan, yaitu upaya mencapai
keseimbangan antara etika homosentris dan
etika ekosentris (Lummis, 2002). Karya
IbW juga memberikan inspirasi pada
penyusunan Hibah penelitian kompetitif
(HIKOM) Dikti tentang “Elaborasi warisan
budaya landsekap untuk pendidikan yang
berkelanjutan: Pelibatan mahasiswa calon
guru dalam rekontekstualisasi
pembelajaran berbasis subak dan
mappack” Proposal tersebut telah lolos desk
evaluasi, dan sedang menunggu visitasi
setelah mengikuti presentasi di Bandung
beberapa waktu yang lalu. Pelibatan
mahasiswa calon guru dalam kegiatan
berbasis budaya lokal dapat mendorong
mereka untuk menyadari sejak dini bahwa
disorientasi pariwisata budaya dapat
mengancam keberlanjutan hidup komunitas
masyarakat lokal. Cole (2012) menyatakan
Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah : 4(1), Juni 2013
98
degradasi seringkali disebabkan dari pihak
luar yang justru memperoleh manfaat lebih
banyak dari sektor pariwisata, sebaliknya
dampak negatif sektor tersebut sebagian
besar menimpa penduduk lokal. Mahasiswa
yang terlibat dapat pula mengkonstruksi
pemahaman mereka melalui pengalaman
langsung dan refleksi (Knapp & D‟Avanzo,
2010). Kegiatan ini sejalan dengan hasil
kajian Otto & Wohlpart (2009), yang telah
mengintegrasikan service learning ke dalam
kurikulum sehingga pembelajaran tentang
keberlanjutan menjadi kongkrit dan
memberikan pengalaman nyata.
Pada pihak lain, hal penting yang masih
perlu dilakukan dalam kegiatan seperti ini
adalah melakukan penilaian, evaluasi dan
refleksi dari pelibatan mahasiswa. Analisis
jaringan sosial merupakan satu strategi yang
mudah tetapi cukup akurat dalam seberapa
jauh telah terjadi penguatan kohesi dan
jaringan sosial mahasiswa (Surata et al.,
2010). Perlu pula ada kajian tentang sejauh
mana kompetensi mahasiswa meningkat
sebagai hasil konstruksi sosial. Hal itu
mengingat, pelibatan mahasiswa dalam kaji
tindak berpartisipasi dapat mengkontruksi
kompetensi sosial mereka yang ditandai
dengan seberapa jauh mereka menjadi dan
diterima oleh masyarakatnya (Falk &
Surata, 2011).
H. DAFTAR PUSTAKA
Antara News (2012). Balinese Scientists win US$800,000 grants. http://bali.antaranews.com/berita/22494/balinese-scientists-win-us800000-grants, accessed 9 June 2012
Cole, S. (2012). A political ecology of water equity and tourism. Annals of
Tourism Research, 39 (2): 1221-1241. doi:10.1016/j.annals.2012.01.003. Diunduh pada 8 Oktober 2012 dari http://wordpress.reilumatkailu.fi/wp-content/uploads/2012/04/artikkeli41.pdf
Embassy of the United States Jakarta, Indonesia (9 Mei 2012). USAID berikan hibah untuk penelitian ilmiah. Diunduh ada 9 Juni 2012 dari (http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/prid_15052012.html, accessed 9 June 2012)
Esa, N. (2010). Environmental knowledge, attitud and practices of student teachers. International Research in Geographical
and Environmental Education, 19(1): 39-50. DOI: 10.1080/10382040903545534. Diunduh pada 7 July 2012 http://www.mendeley.com/research/environmental-knowledge-attitude-practices-student-teachers-11/#.
Ehrampoush & Baghiani M. (2005). Survey of Knowledge, Attitude and Practice of Yazd University of Medical Sciences Students about Solid Wastes Disposal and Recycling. Iranian J. Env Health
Sci Eng, 2(2),.26-30. Diunduh pada 7 Juli 2012 dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/_/2019.pdf
Falk, I, Surata, K. (2011). Where „The TVET System‟ meets the performativy of vocational learning: Boderlands of innovation and future directions. In R. Catts, I. Falk & R. Wallace (Eds.), Vocational learning. Innovative theory
and practice (pp.33-62). Heidelberg: Springer.
Gaard, G. (2008). Toward an ecopedagogy of children‟s environmental literature. Green Theory & Praxis: The Journal of
Ecopedagogy, 4(2), 11-24. Diunduh pada 20 Oktober dari http://gretagaard.efoliomn.com/Uploads/EcopedagogyChildrenEnvLit.pdf
Groffman, P.M., Stylinski, C., Nisbet, M.C., Duarte, C.M., Rebecca, J., Burgin, A., Previtali, M.A., Colos, J. (2010). Restarting the conversation: challenges at the interface between ecology and society Front Ecol Environ,
8(6): 284–291, doi:10.1890/090160. Diunduh pada 22 Oktober 2012 dari http://www.esajournals.org/doi/pdf/10.1890/090160
Hatch, V. (2010). What is the difference between „ngayah‟ and „ngo‟opin‟?. Diunduh pada 10 Oktober 2012 dari http://www.balimusicanddance.com/articles/what-is-the-difference-between ngayah and ngoopin.html
Knapp, A. K., D‟Avanzo, C. (2010). Teaching with principles: toward more effective pedagogy in ecology. Ecosphere 1(6), art15. doi:10.1890/ES10-00013.1. Diunduh pada 22 Oktober 2012 dari http://www.esajournals.org/doi/pdf/10.1890/ES10-00013.1
King, V.T. (2012). Invited paper. Editorial: Culture, heritage and tourism in Southeast Asia. Pertanika J. Soc. Sci. &
Hum. 20 (1): i - vii (2012), diunduh pada 10 Oktober 2012 dari
Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali, Nomor 241, Tahun 1991, Seri C No 2. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang pariwisata budaya. Diunduh pada 8 Oktober 2012 dari www.birohukumham.baliprov.go.id/siskum/.../Perda_1991_3.doc
Lesser, L.M. (2012). Critical values: Connecting ethics, service learning, and social justice to lift our world. Diunduh pada 22 Oktober 2012 dari www.statlit.org/pdf/2005LesserASA.pdf
Lummis, G. (2002). Globalisation: Building a partnership ethic for a ecopedagogy in Western Australia. Australian Journal of
Teacher Education, 27, Iss1, Article 2.
Diunduh pada 9 September 2012 dari http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol27/iss1/2
Otto, E., Wohlpart, J.A. (2009). Creating a culture of sustainability: Infusing sustaiability into humanities. Journal of
Education for Sustainable Development,
3, 231. DOI: 10.1177/097340820900300223. Diunduh pada 10 September 2012 dari http://jsd.sagepub.com
Payne, P.G, Wattchow, B. (2009). Phenomenological deconstruction, slow pedagogy, and the corporeal turn in wild environmental/outdoor education. Canadian Journal of Environmental
Education, 14, 15-32. Diunduh pada 20 Oktober 2012 dari http://cjee.lakeheadu.ca/index.php/cjee/article/view/883
Picard, M. (1986). “Cultural tourism” in Bali: Cultural performances as tourist attraction. Paper yang direvisi dari paper
yang dipresentasikan dalam International Workshop on Indonesian
Studies, BalineseState and Society:
Historical, Textual and Anthropological
Approaches, yang dilaksanakan oleh the
Royal Institute of Linguistics and
Anthropology (KITLV), Leiden, April
21-24, 1986.
Silfwerbrand, G. (2012). Commentary from visit to Service Learning Course Tuesday 28 June. Email to Prof Kaler Surata University Mahasaraswati Bali Indonesia
Sudarma, W. (2012). “NGAYAH” sebuah kajian filosofis. Diunduh pada 10 Oktober 2012 dari Hindu Indonesia.com. Pusat informasi dan data, http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=1422
Surata S.P.K. (2011). Billingual Glossary as Strategy for Bridging Cross-cultural Knowledge of Global Biosecurity, pp 129-143. In Falk I, Wallace R, Eagling D, & Martin N (eds). Managing
Biosecurity Across Border. Heidelberg: Springer.
Surata, S.P.K., Vipriyanti, N.U, & Falk, I. (2010). Social network analysis for assessing social capital in biosecurity ecoliteracy. Jurnal Ilmu Pendidikan,
17(3), 238-244 The Bali Times (21 Mei 2012). Balinese
scientists win big grants.Diunduh pada 9 Juni 2012 dari http://www.thebalitimes.com/2012/05/21/balinese-scientists-win-big-grants/
USAID (2012). Partnership for enhanced engagement in research (PEER) science. Diunduh pada 10 Oktober 2012 dari http://sites.nationalacademies.org/PGA/dsc/PEER/PGA_069211.
Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati Pusat Denpasar. (2007). Statuta Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Wikipedia. The Free Encyclopedia. (2012). Cultural toursim. Diunduh pada 8 Oktober 2012 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_tourism