IDENTIFIKASI TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA KUBIS (Brassica oleracea) DI PASARANDUONOHU KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan OLEH : MASDHARUN JEFFRI PRATAMA P00320013120 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2016
58
Embed
New IDENTIFIKASI TELUR CACING SOIL TRANSMITTED …repository.poltekkes-kdi.ac.id/946/1/IDENTIFIKASI TELUR... · 2019. 7. 5. · Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Alamat :
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
MASDHARUN JEFFRI PRATAMAP00320013120
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN2016
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Masdharun Jeffri Pratama
NIM : P00320013120
Tempat, tanggal lahir : Kendari, 22 September 1996
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Kec. Landono Desa Tridana Mulya
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Landono, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Landono, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Landono, tamat tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis sampai sekarang.
MOTTO
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama kita mau danberjuang untuk menyelesaikannya
Anggap semua masalah adalah proses hidup menuju kesuksesanyang sangat indah dan megah di akhirnya nanti
Sehingga kita dapat terus semangat menghadapi apa yang namanyamasalah itu sendiri.
Jangan ragu akan kemampuanmu sendiri, selalu pasangsenyum,berusaha berdoa dan mohon doa restu ke dua orang tuakita.
Jangan menyerah.
Karya tulis ini kupersembahkan kepada
Ibu dan Bapakku yang tersayang, kluargaku
yang tercinta, Almamaterku, Agama,
Bangsa dan Negaraku teman-teman dan
orang yang sangat menyayangiku
ABSTRAK
Masdharun Jeffri PratamaNIM : P00320013120,Identifikasi Telur SoilTransmitted Helminths (STH) PadaSayur Kubis (Brassica oleracea) Yang DiJual Di Pasar Anduonohu Kota Kendari.Pembimbing I Anita Rosanty,Pembimbing II Tuty Yuniarty (xiii + 30 halaman + 7 gambar + 8lampiran).Mengidentifikasi telur cacing Soil Transmitted Helminths (STH).SoilTransmitted Helminthsadalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnyamembutuhkan tanah untuk proses pematangan. Masalah kecacingan yangberkaitan dengan infeksi cacing ini masih banyak ditemukan.Angka kontaminasiSoil Transmitted Helminthspada sayuran juga masih cukup tinggi.Prosespengolahan dan pencucian sayuran mentah siap makan yang kurangbaik,mempermudah transmisi telur cacing ke manusia.Penelitian ini bertujuanuntuk mengidentifikasi telur Soil Transmitted Helminths pada sayur kubis(Brassica oleracea).Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifatdeskriptif dengan pendekatan laboratorik.Sampel penelitian diperoleh dari 30pedagang sayur kubis dengan teknik totally sampling.Pemeriksaan telur cacingmenggunakan metode flotasi.Pada sampel kubis yang ditemukan adanya telur SoilTransmitted Helminths,ditentukan jumlah kontaminasi telur cacing.Hasilidentifikasi telur Soil Transmitted Helminths pada sayur kubis (Brassica oleracea)menunjukkan bahwa 3,3% (2 sampel) terkontaminasi oleh telur Soil TransmittedHelminthsdan 96,3% (28 sampel)tidak terkontaminasi Soil Transmitted Helminthsdan dapat di simpulkan bahwa kubis terkontaminasi telur cacing Soil TransmittedHelminths (.Disarankan bagi institusi Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan AnalisKesehatan diharapkan dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenaipenyuluhan kesehatan tentang bahaya infeksi kecacingan di sayuran.
Kata kunci: sayur kubis, soil transmitted helminths
Daftar pustaka : 12 (2006-2013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis patjankan kehadirat ALLAH SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah dengan judul ‘’ Identifikasi Telur Cacing Soil TransmittedHelminths (STH) pada sayur kubis di pasar Anduonohu Kota Kendari ‘’sebagai syarat untuk memperoleh gelar D3 Analis kesehatan di PoliteknikKesehatan Kemenkes Kendari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya TulisIlmiah ini masi banyak kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang disebabkankarna pengetahuan dan kemampuan penulis yang masi kurang sehingga kritik dansaran dari semua pihak sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan KaryaTulis Ilmiah.
Proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalananpanjang dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagaipihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada Ibu Anita Rosanty,SST.,M.Kes selaku pembimbing I dan IbuTuty Yuniarty,S.Si.M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkanwaktunya dan memberikan bimbingan serta arahan selama proses penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis inginmenghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
2. Bapak Kepala Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara yang telahmengeluarkan surat izin penelitian kepada penulis.
3. Ibu Ruth Mongan BSc.,S.Pd.,M.Pd selaku ketua jurusan Analis PoltekkesKemenkes Kendari.
4. Bapak Muhaimin Saranani,S.Kp.,Ns.,M.Sc, Ibu Reni Yunus,S.Si.,M.Sc, IbuHj.Siti Nurhayani,S.Kp.,M.Kep .selaku dosen penguji yang telah memberikankritik dan saran yang sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan KaryaTulis Ilmiah ini.
5. Para Dosen dan Staf Administrasi khususnya dilingkungan jurusan AnalisKesehantan Poltekes Kendari.
6. Pada ke 2 Orang tua saya dan keluarga saya yang sangat saya banggakan7. Serta teman –temanku Angkatan I Analis Kesehatan Kendari yang penulis
tidak bisa sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagipengembangan ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang untuk adik-adik juniorku di Poltekes Kemenkes Kendari saerta mendapat Ridho dariALLAH SWT, Amin......
Kendari, Juli 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...………. iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………..……. ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….... iiiHALAMAN PERNGESHAN….....……………………………………..... iv
RIWAYAT HIDUP….................………………………………………..... vMOTTO….................................………………………………………....... viABSTRAK…............................………………………………………....... viiKATA PENGANTAR…............………………………………………..... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xDAFTAR TABEL….…..………………………………………………… xiDAFTAR LAMPIRAN…...……………………………………………… xiiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………..…...….. 1B. Rumusan Masalah……………………………………....….. 3C. Tujuan Penelitian………………………………..………..... 3D. Manfaat Penelitian……………………………………..…... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Soil Transmitted helminhs.................... .. 4B. Tinjauan Tentang Kubis ...................................………....... 12C. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Soil Transmitted
Helminhs pada sayur kubis……………………………....... 14
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran…………………………………..………... 16B. Kerangka konsep….......……...………………………..…… 17C. Variabel Penelitian……………………………………...….. 17D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif……………...... 18
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian………………..………………………....... 19B. Waktu Dan Tempat Penelitian………………………...….... 9C. Populasi Dan Sampel…………………………………......... 19D. Prosedur Pengumpulan Data………………………..…........ 20E. Instrumen Penelitian……………………………..………..... 20F. Prosedur Kerja…………………………………………….... 20G. Jenis Data………………………………………………….... 21H. Pengolahan Data…………………………………………..... 22
I. Analisa Data……………………………………………….... 22J. Penyajian Data…………………………………………….... 23K. Etika penelitian....................................................................... 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 25B. Hasil Penelitian..................................................................... 26C. Pembahasan ......................................................................... 27
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.... ............................................................................ 30B. Saran ....................................................................................... 30
pada manusia tidak diketahui, tetapi paling tidak ada 2 proses yang
berperan, yaitu trauma oleh cacing dan efek toksik. Trauma pada dinding
usus terjadi karena cacing ini membenamkan bagian kepalanya pada
dinding usus (Soedarmo dkk., 2010).
Pada infeksi yang ringan, kerusakan dinding mukosa usus hanya
sedikit. Infeksi cacing ini memperlihatkan adanya respons imunitas
humoral yang ditunjukkan adanya reaksi anafilaksis lokal yang dimediasi
oleh IgE, akan tetapi peran imunitas seluler tidak terlihat. Terlihat adanya
infiltrasi lokal eosinofil di submukosa dan pada infeksi berat ditemukan
edema. Pada keadaan ini mukosa akan mudah berdarah, namun cacing
tidak aktif menghisap darah (Soedarmo dkk., 2010).
Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing tersebar di seluruh
kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang
mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi
(Sutanto dkk., 2008).
Infeksi Trichuris trichiura ditegakkan dengan menjumpai telur
dalam feses ataupun cacing dewasa pada feses. Pemeriksaan yang
direkomendasikan adalah pemeriksaan sampel feses dengan teknik
hapusan tebal kuantitatif Kato-Katz. Metode ini dapat mengukur intensitas
infeksi secara tidak langsung dengan menunjukkan jumlah telur per gram
feses (Lubis, 2012).
3. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Cacing tambang merupakan nematoda yang hidup sebagai parasit
pada usus manusia. Cacing ini termasuk kelas Nematoda dan tergolong
dalam filum Nemathelmintes. Dua spesies utama cacing tambang yang
menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale (Sehatman, 2006).
Manusia merupakan hospes definitif dari cacing tambang. Cacing
ini hidup dalam usus halus terutama di daerah jejunum. Pada infeksi berat,
cacing dapat tersebar sampai ke kolon dan duodenum. Cacing dewasa
hidup di rongga usus halus dengan mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus (Rusmartini, 2009).
Ukuran Ancylostoma duodenale sedikit lebih besar dari Necator
americanus. Cacing dewasa jantan berukuran 5-11 mm x 0,3-0.45 mm dan
cacing betina 9-13 mm x 0,35-0,6 mm. Bentuk badan Necator americanus
biasanya menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale
menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Necator
americanus mempunyai benda kitin, sedangkan Ancylostoma duodenale
ada dua pasang gigi (Soedarmo dkk., 2010; Sutanto dkk., 2008).
Telur cacing tambang berbentuk oval, tidak berwarna dan
berukuran 40 x 60 mikron. Dinding luar dibatasi oleh lapisan vitelline
yang halus, di antara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas
dan bening. Telur yang baru keluar bersama tinja mempunyai ovum yang
mengalami segmentasi 2, 4, dan 8 sel. Bentuk telur Necator americanus
tidak dapat dibedakan dari Ancylostoma duodenale. Jumlah telur per-hari
yang dihasilkan seekor cacing betina Necator americanus sekitar 9.000-
10.000, sedangkan pada Ancylostoma duodenale 10.000-20.000 butir
(Rusmartini, 2009).
Gambar 5. Telur cacing tambang (hookworm) (CDC, 2010)
Telur cacing tambang dikeluarkan bersama tinja dan berkembang
di tanah. Dalam kondisi kelembaban dan temperatur yang optimal, telur
akan menetas dalam 1-2 hari dan melepaskan larva rhabditiform yang
berukuran 250-300 μm. Setelah dua kali mengalami perubahan, akan
terbentuk larva filariform. Perkembangan dari telur ke larva filariform
adalah 5-10 hari. Kemudian larva menembus kulit manusia dan masuk ke
sirkulasi darah melalui pembuluh darah vena dan sampai di alveoli.
Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu dari bronkhiolus ke
bronkus, trakea, faring, kemudian tertelan, turun ke esofagus dan menjadi
dewasa di usus halus (Soedarmo dkk., 2010)
Gambar 6. Daur hidup cacing tambang (hookworm) (CDC, 2013)
Kerusakan jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkan oleh
larva maupun cacing dewasa. Larva menembus kulit dan membentuk
maculopapula dan eritem, sering disertai rasa gatal yang hebat, disebut
ground itch atau dew itch. Sewaktu larva berada dalam aliran darah dalam
jumlah banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan bronkitis
atau bahkan pneumonitis (Rusmartini, 2009).
Gejala yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang stadium
dewasa tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi
penderita. Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan
darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan Ancylostoma duodenale
0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia
hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Cacing
tambang biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi dapat membuat
daya tahan tubuh berkurang dan prestasi kerja turun (Soedarmo dkk.,
2010).
Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi telur cacing
tambang dalam sampel tinja menggunakan mikroskop. Untuk penilaian
kuantitatif, berbagai metode seperti Kato-Katz dapat digunakan. Untuk
membedakan spesies Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
dapat dilakukan biakan dengan cara Harada-Mori (Soedarmo dkk., 2010;
CDC, 2012).
B. Kubis (Brassica oleracea)
1. Definisi
Kubis (Brassica oleracea) merupakan tanaman semusim atau dua
musim dan termasuk dalam famili Brassicaceae. Pada umumnya kubis
ditanam di daerah yang berhawa sejuk, di dataran tinggi 800-2.000 m dpl
dan bertipe iklim basah, namun terdapat pula varietas yang dapat ditanam
di dataran rendah atau 200 m dpl. Pertumbuhan optimum didapatkan pada
tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, pH tanah antara 6-
7. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal musim
kemarau. Namun kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan
pemeliharaan lebih intensif (Puslitbang Hortikultura Deptan RI, 2013).
2. Taksonomi
Kedudukan kubis dalam sistemika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciverae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea (BBPP Lembang, 2012).
3. Morfologi
Kubis memiliki daun yang berbentuk bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal. Warna daun bermacam-
macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma
rubra). Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun
berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir
tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop
atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts).
Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai
panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna
kuning (Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, 2012).
Gambar 7. Kubis (Brassica oleracea) (Mayus, 2013)
Daun buah (Carpellum) yang berjumlah dua buah membentuk
bakal buah yang terletak diatas dasar bunga (receptaculum) dan dalam
perkembangan selanjutnya akan menjadi buah (Silikua) dengan dua ruang
yang terpisah oleh dinding penyekat (septum). Buah ini lebarnya antara
0,4-0,5 cm dan panjangnya kadang-kadang lebih dari 10 cm. Pada kedua
sisi dinding penyekat ruang terdapat masing-masing sederet biji yang
jumlahnya antara 3-15 butir. Panjang buah maksimal tercapai antara 3-4
minggu sejak bunga mekar. Apabila buah mulai masak, daun buah akan
terbuka mulai dari bagian pangkal ke bagian ujung buah dan biji-biji
melekat pada penyekat ruang plasentanya (Sulistiono, 2008).
Sistem perakaran kubis agak dangkal. Akar yang baru tumbuh
berukuran 0,5 mm, tetapi setelah berumur 1-2 bulan sistem perakaran
menyebar ke samping pada kedalaman antara 20-30 cm. Akar
tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar serabut
(Puslitbang Hortikultura Deptan RI, 2013).
Batang tanaman kubis umumnya pendek dan banyak mengandung
air (herbaceous). Di sekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat helai
daun yang bertangkai pendek (Sulistiono, 2008).
4. Kubis Sebagai Lalapan
Sayuran lalapan merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi secara
mentah. Hal ini dikarenakan tekstur dan organoleptik sayuran lalapan ini
memungkinkan untuk dikonsumsi secara mentah. Kelebihan sayuran
lalapan adalah ketika dikonsumsi zat-zat gizi yang terkandung di
dalamnya tidak mengalami perubahan (Purba dkk., 2012).
Kubis (Brassica oleracea) merupakan jenis sayuran yang
umumnya dikonsumsi secara mentah sebagai lalapan. Varietas kubis yang
tumbuh di dataran rendah pada umumnya kropnya renggang, renyah,
bobot kropnya rendah, dan rasanya lebih manis. Kubis jenis ini sangat
cocok digunakan sebagai lalapan (Nasikhun, 2011).
C. Pemeriksaan Soil Transmitted Helminths (STH) pada Sayur Kubis
Salah satu metode pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada sayur kubis
adalah dengan metode tak langsung. Dalam metode ini telur cacing tidak
langsung dibuat sediaan tetapi sebelum dibuat sediaan sampel diperlakukan
sedemikian rupa sehingga telur cacing dapat terkumpul. Metode ini
menghasilkan sediaan yang lebih bersih daripada metode yang lain (Sehatman,
2006).
Metode tak langsung dibagi menjadi dua cara yaitu sedimentasi
(pengendapan) dan flotasi (pengapungan). Prinsip dari teknik sedimentasi
adalah memisahkan antara suspensi dan supernata dengan adanya sentrifugasi
sehingga telur cacing dapat terendap. Sedangkan prinsip dari teknik flotasi
adalah berat jenis telur cacing lebih kecil daripada berat jenis NaCl jenuh
sehingga mengakibatkan telur cacing akan mengapung di permukaan larutan
(Yudiar, 2012).
Pemeriksaan dengan teknik sedimentasi dan flotasi memiliki kelebihan
dan kekurangan. Teknik sedimentasi memerlukan waktu lama, tetapi
mempunyai keuntungan karena dapat mengendapkan telur tanpa merusak
bentuknya. Pada teknik flotasi, pemeriksaan tidak akurat bila berat jenis
larutan pengapung lebih rendah daripada berat jenis telur dan jika berat jenis
larutan pengapung ditambah maka akan menyebabkan kerusakan pada telur
(Sehatman, 2006).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran
Kubis (Brassica oleracea) merupakan salah satu jenis sayuran yang
dapat terkontaminasi oleh telur Soil Transmitted Helminths (STH). Bila dalam
proses pengolahan dan pencucian sayuran tidak baik, telur cacing
kemungkinan masih melekat pada sayuran dan tertelan saat sayuran
dikonsumsi. Soil Transmitted Helminths (STH) ditularkan oleh telur yang
dikeluarkan bersamaan dengan tinja orang yang terinfeksi. Cacing dewasa
hidup di usus manusia dan menghasilkan ribuan telur setiap hari. Di daerah
yang tidak memiliki sanitasi yang memadai, telur ini akan mengkontaminasi
tanah. Transmisi ini dapat terjadi dalam beberapa cara, yaitu: telur yang
melekat pada sayuran tertelan bila sayuran tidak dimasak,dicuci atau dikupas
dengan hati-hati. Telur tertelan melalui minuman yang terkontaminasi telur
tertelan oleh anak-anak yang bermain di tanah tanpa mencuci tangan sebelum
makan atau memegang mulut pada cacing tambang, telur menetas di tanah,
melepaskan larva matang yang secara aktif dapat menembus kulit.
Soil Transmitted Helminths adalah sekelompok cacing parasit (kelas
Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak
dengan telur ataupun larva parasit itu sendiri yang berkembang di tanah yang
lembab yang terdapat di negara yang beriklim tropis maupun subtropis
(Bethony,et al.2006). Jenis Soil Transmitted Helminths yang paling sering
menginfeksi adalah cacing gilig/roundworm (Ascaris lumbricoides), cacing
cambuk/whipworm (Trichuris trichiura) dan cacing tambang/anthropophilic
hookworm (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) sedangkan
Strongyloides stercoralis jarang ditemukan terutama pada daerah yang
beriklim dingin (Gandahusada 2006)
B. Kerangka konsep
C. Variabel penelitian
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah telur cacing Soil
Transmitted Helminths (STH) pada sayur kubis.
kubis(Brassica oleracea)
Pemeriksaan laboraturium
Ditemukan telurSoil Transmitted Helminths
Tidak ditemukan telurSoil Transmitted Helminths
Jenis telur cacing (STH)
Trichuris trichiura
Ascaris lumbricoides
Necator americanusdan
Ancylostoma duodenale
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Kubis adalah jenis sayuran yang umumnya dikonsumsi secara mentah,
karna dilihat dari tekstur dan organoleptik sayuran ini memungkinkan
untuk dijadikan lalapan.
b. Soil Transmitted Helminths adalah cacing yang siklus hidupnya
membutuhkan tanah untuk proses pematangan yang penularannya
melalui telur cacing yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja orang
yang terinfeksi.
2. Kriteria Objektif
a. Kubis berbentuk bulat, oval, dan lonjong.
b. Positif bila ditemukan adanya telur cacing.
1) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dengan ciri-ciri berbentuk
bulat atau oval dengan dinding 3 lapis.
2) Cacing cambuk (Trichuris trichiura) dengan ciri-ciri telur
berbentuk tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada
kedua kutup.
3) Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
dengan ciri-ciri telur cacing berbentuk oval, tidak berwarna dan
dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening.
Negatif bila tidak ditemukan adanya telur cacing.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan laboratorik yaitu untuk mengetahui gambaran hasil
identifikasi jenis telur cacing pada sayur kubis (Brassica oleracea) di pasar
anduonohu kota kendari.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Penelitian dilakukan pada tanggal 27-28 Juni 2016
2. Pemeriksaan telur cacing dilaksanakan di Laboratorium poltekes kendari
pada bulan juni 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugyono,2011).
Populasidalam penelitian ini adalah sayur kubis yang dijual di
pasar Anduonohu.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugyono,2011).
Sampel pada penelitian ini adalah sayur kubis yang diperoleh dari
masing-masing penjual sayur kubis di pasar Anduonohu Kota Kendari.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada peneitian ini di lakukan dengan tekhnik
proporsiv sampling, sayur kubis yang telah terpilih menjadi sampel penelitian
sebagai bahan pengujian di bawah ke ruang laboratorium. Metode identifikasi
telur cacing soil transmitted helminths metode flotasi telah disiapkan.
Kemudian, dilakukan penmeriksaan identifikasi telur cacing soil transmitted
helminthspada sayur kubis. Data dikumpulkan dari jurnal penelitian
sebelumnya dan buku literatur.
E. Instrument penelitian
Instrument yang digunakan yakni lembar observasi yang berisi data kubis
yang di ambil dari penjual sari laut wilayah anduonohu kota kendari yang
akan di periksa di laboraturium.
F. Cara kerja penelitian
1. Pra analitik
a. Persiapan alat dan bahan penelitian
1. Alat
a) Spatula
b) Pisau
c) Beker glass
d) Tabung reaksi
e) Cover glas
f) Obyek glas
g) Mikroskop
2. Bahan
a) NaCl jenuh
b) Aquades
c) Sampel (kubis)
b. Pengambilansampel.
1. Di Siapkan wadah yang steril.
2. Dipilihsampel yang sesuaidengan kriteria sampel.
3. Di Masukan sampel kedalam wadah tersebut.
4. Di Beri label, kemudian dibawa kelaboratorium.
5. Dilakukanpemeriksaan.
c. Pembuatan larutan NaCl jenuh
1. Masukan aquades 500 ml dalam gelas kimia
2. Masukan garam ke dalam larutan sedikit demi sedikit sampai larutan
menjadi larutan Nacl jenuh 33 %
2. Analitik
a) Potong sayuran menjadi kecil-kecil
b) Setelah sayuran dipotong kecil masukan ke beker glas
c) Tambahkan larutan NaCl jenuh sampai sampel terendam sempurna
d) Aduk hingga tercampur merata dengan spatula sampai dengan 10-15
menit.
e) Masukan kedalam tabung reaksi hingga penuh kemudian tutup dengan
cover glas, biarkan selama 1 jam
f) Setelah 1 jam, ambil cover glas kemudian tempelkan pada obyek glas
g) Kemudian periksa obyek glas dengan mikroskop perbesaran 10x40
3. Pasca analitik
Hasil positif ditandai dengan adanya telur cacing pada sampel dan hasil
negatif ditandai dengan tidak di temukan telur cacing pada sampel.
G. Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil survei penelitian dilokasi
pengambilan sampel kubis dan dari jurnal penelitian sebelumnya dan buku
literatur.
H. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing Yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah diperoleh
2. CodingYaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukkan ke program computer.
3. ScoringYaitu tahap pemberian skor pada lembar obsevasi dalam bentuk
angka-angka.
4. TabulatingYaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dan
disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.
5. EntryYaitu memasukan data dalam program computer untuk analisis
lanjut.
I. Analisis data
Data yang telah terkumpul diolah kemudian dianalisa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
=Keterangan :
= frekuensi variabel yang diamati
= jumlah sampel penelitian
= kostanta (100%)
= persentase hasil
J. Penyajian data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasi kemudian
dilakukan pembahasan yang selanjutnya didapatkan kesimpulan penelitian.
K. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, masalah etika sangat di perlukan diperhatikan
dengan menggunakan metode :
1. Infomed concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan pedagang.
2. Anonymity (tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberika nama pedagang pada tabel
sampel hanya menuliskan kode pada sampel.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
maslah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN PASAR ANDUONOHU
a. Letak Geografis
Pasar Anduonohu terletak di Kecamatan Poasia Kota Kendari, sekitar
9 KM dari ibu Kota Propinsi serta memiliki kondisi geografis daerah
dataran rendah yang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu
b. Status
Pasar Aduonohu dibangun secara bertahap pada tahun 1994-1995
dengan luas 5000 m/segi dan di huni 245 kios tertutup ,42 lapak , dan
128 penjual lesehan. Sejak tahun 1995 atau selesainya pembagunan pasar
Anduonohu ini resmi di gunakan masyarakat Anduonohu sebagai jual
beli barang hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu pasar Anduonohu
mulai di kenal masyarakat luar Anduonohu dan pedagang-pedagang dari
luar Anduonohupun mulai ikut menjajalkan dagangan mereka di pasar ini
hingga saat ini.
Pasar Anduonohu ini sangat ramai setiap harinya, karna letaknya yang
tepat berada di tengah-tengah masyarakat Anduonohu, dan berdekatan
pula dengan kampus yang diisi oleh mahasiswa mahasiswi yang
kebayakan anak kos-kosan yang tinggal di Anduonohu itu sendiri, dan
menjadikan pasar ini adalah pusat perbelanjaan oleh masyarakat
Anduonohu dan masyarakat luar yang ingin berbelanja.Profil pasar
Anduonohu.
B. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil dari identifikasi telur cacing Soil transmitted helminths di
laboraturium Analis Kesehatan Poltekes Kendari yang di lakukan pada tanggal 27 juni
2016 di peroleh hasil identifikasi telur cacing Soil transmitted helminths pada sayur
kubis yang dijiual di pasar Anduonohu Kota Kendari di temukan 1 telur cacing
Ascaris lumbricoides dan 1 telur Trichuris trichiura. Dari 30 sampel diperoleh hasil
positif mengandung telur cacing sebayak 2 sampel dan 28 sampel tidak terdapat telur
cacin
Tabel 1. Jumlah identifikasi jenis telur cacing Soil Transmitted Helminths pada sayurkubis yang di jual di pasar Anduonohu Kota Kendari
Tabel 2.Jumlahidentifikasi jenistelurcacingTelur
Trichiuris Trichiura pada sayur kubis yang di jual di pasar AnduonohuKota Kendari
NoTelur Trichiuris
TrichiuraFrekuensi %
1 Positif 1 4%
2 Negatif 29 96%
Jumlah 30 100%
NoTelur cacing Soil Transmitted
HelminthsFrekuensi %
1 Positif 2 7%
2 Negatif 28 93%
Jumlah 30 100%
Tabel 3. Jumlah identifikasi jenis telur cacing Telur Telur Ascaris Lumbricoides padasayur kubis yang di jual di pasar Anduonohu Kota Kendari
NoTelur AscarisLumbricoides
Frekuensi %
1 Positif 1 4%
2 Negatif 29 96%
Jumlah 30 100%
Tabel 4. Jumlah identifikasi jenis telur cacing Telur Telur cacing tambang pada sayurkubis yang di jual di pasar Anduonohu Kota Kendari
NoTelur cacing
TambangFrekuensi %
1 Positif 0 0%
2 Negatif 30 100%
Jumlah 30 100%
C. PEMBAHASAN
Manusia merupakan hospes nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah
atau Soil transmited helminthes,Sebagai tempat hidup dan berkembangnya telur dan larva
cacing sebelum menular ke tubuh manusia. Penyebaran telur cacing Soil Transmitted
Helminths yaitu dengan cara melalui tanah ataupun sayuran dengan kelembaban yang
tinggi untuk berkembang biak.
Sayuran merupakan komponen yang sangat penting dari makanan sehari-hari.
khususnya sayuran daun memiliki kandungan protein, vitamin B mineral, dan serat yang
tinggi. Meski demikian, sayuran menjadi makanan yang mudah terkontaminasi oleh
parasit, terutama parasit yang berasal dari tanah. Tanah merupakan sumber penularan yang
paling utama dan terpenting untuk berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit parasit yang
menular dari tanah disebut soil-borne parasitoses. Sebagian besar stadium infektif parasit
terdapat dalam tanah.
Penyakit kecacingan yang banyak menginfeksi manusia ditularkan melalui tanah
yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang. Dari ketiga jenis
cacing ini ternyata yang banyak mencemari sayur kubis yang dijual di pasar Anduonohu
adalah telur Ascaris lumbricoides dan telur Trichuris trichiura.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium Analis Kesehatan Poltekes Kendari, dengan
jumlah sampel sebanyak 30 di temukan telur cacing Trichuris trichiura dan Ascaris
lumbricoides sebanyak 2 sampel dari pasar Anduonohu. Hal ini di karenakan tempat
penyimpanan sayur di pasar Andonoho kurang bersih karena sebagian penjual sayur kubis
tidak terlalu memperhatikan kondisi penyimpanan baik dimana banyaknya debu yang
bertebaran di sekitar pasar tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pencemaran telur cacing
Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides pada sayur kubis dikarenakan kurangnya
kesadaran pada pedagang tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Di samping itu
penggunaan feses hewan atau manusia sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya pencemaran tanah sehingga dapat mencemari
tanaman kubis dan dapat menginfeksi manusia. meskipun tidak menyebabkan infeksi yang
serius, tetapi orang yang terinfeksi parasit dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan
sehingga dapat menyebabkan anak kurang gizi, sedangkan pada orang dewasa
produktivitas kerja bisa menurun.
Adanya telur cacing Soil transmited helminthes di kubis bisa dikarenakan cara
pemupukan yang menggunakan feses atau bisa juga dengan penyiraman tanaman dengan
air comberan,untuk mendapatkan sayur kubis yang baik dan tidak mengandung cacing
yaitu dengan memilih sayur yang masi baik dan membuang kulit luar kubis sebanyak
minimal 3 lapis agar terhindar dari infeksi telur cacing Soil transmited helminthes.
Dengan adanya telur cacing Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides yang
diperoleh pada penelitian ini, hal ini menandakan prevalensi Ascaris lumbricoides dan
Trichuris trichiura yang tinggi, sesuai dengan beberapa survey yang dilakukan di
Indonesia (tahun1990-1994) menunjukan bahwa seringkali prevalensi Trichuris trichiura
yang tinggi disertai dengan Ascaris lumbricoides yang tinggi pula.
Untuk mengatasi masalah kecacingan ini adalah sebaiknya diadakan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai kebersihan. pembuangan feses secara baik. Dengan cara ini
keadaan endemik sampai angka kesakitan yang tinggi dapat diatasi dengan baik.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi telur cacing Soil Transmitted
Helminths pada kubis di pasar Anduonohu Kota Kendari sebanyak 30 sampel di
temukan telur cacing dan dapat di tarik kesimpulan bahwa :
Terdapatnya telur cacing Soil transmited helminthes pada sayur kubis yang di
jual di pasar Anduonohu Kota Kendari.
1. Dari 30 sampel kubis di temukan jenis telur cacing trichiuris trichiura 1 sampel
positif 29 tidak di temukan trichiuris trichiura
2. Dari 30 sampel kubis di temukan jenis telur cacing Ascaris lumbricoides 1 sampel
positif 29 tidak di temukan Ascaris lumbricoides
3. Dari 30 sampel kubis tidak di temukan jenis telur cacing Tambang
B. SARAN
1. Untuk peneliti disarankan untuk melakukan penelitian serupa di pasar-pasar lain
di Kota Kendari dan menambahkan jenis sayur yang berpotensi terkonta minasi
telur cacing Soil Transmitted Helminths (STH).
2. Untuk institusi terkait yaitu balai pengawasan obat dan makanan agar melakukan
sosialisasi kepada pedagang-pedagang dan petani agar lebih memperhatikan
kebersihan sayuran dan cara penanaman yang baik agar terhindar dari infeksi telur
cacing Soil Transmitted Helminths (STH).
3. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih memperbanyak lokasi-lokasi penelitian agar
lebih mendapatkan hasil identifikasi yang memumpuni dan bermanfaat bagi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. 2012. Teknik Budidaya Kubis.
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel/artikel-pertanian/ 586-teknik-budidaya-kubis-brassica-oleraceae-l, diakses 5 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Ascariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/ImageLibrary/A-F/Ascariasis/body_Ascariasis_il2. htm, diakses4 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Trichuriasis.http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/ImageLibrary/ S-Z/Trichuriasis/body_Trichuriasis_il1.htm, diakses 4 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Hookworm.http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/ HTML/ImageLibrary/G-L/Hookworm/body_Hookworm_il1.htm, diakses 4 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Ascariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm, diakses 4 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Ascariasis: Biology.http://www.cdc.gov/parasites/ ascariasis/biology.html., diakses 3 Oktober 2013.
Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Hookworm.http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/ biology.html, diakses 3 Oktober 2013.
Direktorat Jenderal PP&PL Kemenkes RI. 2013. Profil Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan Tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.
Lubis, Aridamuriany Dwiputri. 2012. Perbandingan Efektivitas Albendazole 5 Dan 7 HariPada Infeksi Trichuris Trichiuria. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mayus, Syahrial. 2012. Dikenal Hanya Sebagai Lalapan, Kubis Ternyata Miliki 4 ManfaatBesar. http://jaringnews.com/hidup-sehat/alternatif/19495/dikenal-hanya-sebagai-lalapan-kubis-ternyata-miliki-manfaat-besar, diakses 6 Oktober 2013.
Menteri Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor424/MENKES/SK/VI/2006 Tentang Pendoman Pengendalian Cacingan. KementrianKesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Muyassaroh, Siti, Rahayu Astuti, Wulandari Meikawati. 2012.Pengaruh Frekuensi PencucianPada Daun Kubis (Brassica oleracea var Capitata) Terhadap Jumlah Cacing Usus(Nematoda Intestinal). Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Nasikhun, Teguh Supriyadi, Mahananto. 2011. Uji Efektifitas Daun Terhadap Pertumbuhandan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.). AGRINECA, Vol.11 No. 2 Juli 2011: 196-213 hlm.
Purba , Srianna Florensi, Indra Chahaya, Irnawati Marsaulina. 2012. PemeriksaanEscherichia coli dan Larva Cacing Pada Sayuran Lalapan Kemangi (Ocimumbasilicum), Kol (Brassica oleracea L. var. capitata. L.), Selada (Lactuca sativa L.),Terong (Solanum melongena) Yang Dijual Di Pasar Tradisional, Supermarket DanRestoran Di Kota Medan Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Puslitbang Hortikultura Deptan RI. 2013. Budidaya Tanaman Kubis.http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan=berita/fullteks_berita&&id_menu=3&id_submenu=17&id=347, diakses 5 Oktober 2013.
Rusmartini, Tinni. 2009. Penyakit Oleh Nematoda Usus. 73-96 hlm dalam: ParasitologiKedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Natadisastra, D., Agoes, R.EGC. Jakarta. 450 hlm.
Siskhawahy. 2010. Pengaruh Lama Perebusan Terhadap Keutuhan Telur AscarisLumbricoides. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Soedarmo, Sumarmo S. P., Herry Garna, Sri Rezeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari.2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak indonesia.Jakarta.
Sulistiono, Wawan Riyanto. 2008. Kajian Benzyl Amino Purine dan Jenis Pupuk OrganikTerhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Kandungan Vitamin C Pada Kubis Putih (Brassicaoleraceae L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
World Health Organization. 2013. Soil-transmitted helminth infections.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/, diakses 1 Oktober 2013.
Yudiar, Etri. 2012. Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Jumlah Telur Ascaris limbricoides.Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
TABULASI DATA
Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted Helminths Pada