Top Banner
MODUL VI MORAL DAN ETIKA BISNIS KEWIRAUSAHAAN 6.1. Pendahuluan Dalam melakukan kewirausahaan, setiap wirausahawan perlu mengetahui norma dan etika bisnis. Hal ini penting agar wirausahawan dapat membedakan perilaku positif yang perlu dipertahankan dan perilaku negatif yang perlu dihindari bahkan dihilangkan demi menjaga keberlanjutan usaha. Materi dalam Modul VI ini meliputi lima aspek, yaitu: 1) moral dan etika dalam dunia bisnis/kewirausahaan, 2) etika dan norma-norma bisnis/kewirausahaan, 3) prinsip-prinsip etika dan perilaku bisnis/kewirausahaan, 4) cara-cara mempertahankan standar etika, dan 5) tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder. Manfaat/relevansi dari Modul VI ini adalah agar mahasiwa dapat mempelajari tentang pentingnya aspek moral dan etika dalam berbisnis/berwirausaha. Selanjutnya tujuan pembelajaran/Kompetensi dari Modul VI ini adalah bahwa setelah mempelajari materi tersebut, mahasiswa/anda diharapkan dapat dengan tepat: (1) menjelaskan pengertian moral dan etika bisnis, (2) menjelaskan hubungan stakeholders satisfaction (kepuasan stakeholder) dan stakeholder loyality (loyalitas stakeholder), (3) 122
36

Modul 6-Kewirausahaan 1

Jul 09, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul 6-Kewirausahaan 1

MODUL VI

MORAL DAN ETIKA BISNIS KEWIRAUSAHAAN

6.1. Pendahuluan

Dalam melakukan kewirausahaan, setiap wirausahawan perlu mengetahui

norma dan etika bisnis. Hal ini penting agar wirausahawan dapat membedakan

perilaku positif yang perlu dipertahankan dan perilaku negatif yang perlu

dihindari bahkan dihilangkan demi menjaga keberlanjutan usaha.

Materi dalam Modul VI ini meliputi lima aspek, yaitu: 1) moral dan etika

dalam dunia bisnis/kewirausahaan, 2) etika dan norma-norma

bisnis/kewirausahaan, 3) prinsip-prinsip etika dan perilaku bisnis/kewirausahaan,

4) cara-cara mempertahankan standar etika, dan 5) tanggung jawab perusahaan

terhadap stakeholder. Manfaat/relevansi dari Modul VI ini adalah agar mahasiwa

dapat mempelajari tentang pentingnya aspek moral dan etika dalam

berbisnis/berwirausaha. Selanjutnya tujuan pembelajaran/Kompetensi dari

Modul VI ini adalah bahwa setelah mempelajari materi tersebut, mahasiswa/anda

diharapkan dapat dengan tepat: (1) menjelaskan pengertian moral dan etika bisnis,

(2) menjelaskan hubungan stakeholders satisfaction (kepuasan stakeholder) dan

stakeholder loyality (loyalitas stakeholder), (3) mengidentifikasi prinsip-prinsip

etika dan menggambarkan perilaku bisnis, (4) memahami bagaimana cara

mempertahankan standar etika bisnis, (5) memahami macam-macam

tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholder. Dalam rangka memudahkan

anda mempelajari isi Modul VI ini serta mengetahui kaitan antara materi-

materinya, maka berikut ini dikemukakan urutan materi tersebut, yakni: moral

dan etika bisnis, etika dan norma-norma bisnis, prinsip-prinsip etika dan perilaku

bisnis, cara-cara mempertahankan standar etika dan tanggung jawab perusahaan.

Kelima aspek tersebut masing-masingnya diuraikan berikut ini.

122

Page 2: Modul 6-Kewirausahaan 1

6.2. Penyajian

6.2.1. Moral dan Etika dalam Dunia Bisnis/Kewirausahaan

a. Moral dalam Dunia Bisnis/Kewirausahaan

Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka

Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik di tahun

2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas maka batas antar negara/belahan

dunia semakin "kabur" (borderless world). Hal ini jelas membuat semua kegiatan

saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan

keuntungan (profit). Kadangkala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan

tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara tanpa mengindahkan ada

pihak yang dirugikan atau tidak.

Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu

dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan

perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah

yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih

ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling

"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang

merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.

Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000-an, ada saatnya dunia

bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang

terlibat dalam perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan

menengah ke bawah dan pengusaha golongan menengah ke atas. Apakah hal ini

dapat diwujudkan ?

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama

dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi

oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap

agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu

dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah

jelas merupakan suatu hal yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi

kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan

dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan

123

Page 3: Modul 6-Kewirausahaan 1

memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja

sama yang erat dan saling menguntungkan.

Moral dalam bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-

benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.

Kenapa hal ini perlu dibicarakan?

Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa

diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral". Dunia ini akan menjadi suatu

rimba modern dimana yang kuat menindas yang lemah sehingga apa yang

diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan

pemerataan tidak akan pernah terwujud.

Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan

budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan

orang lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya

pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis.

Berdasarkan hal ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan

dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu.

Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang

dianut dan budaya yang dimiliki yang harus mampu diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Etika Dalam Dunia Bisnis

Moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan

kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan

kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dengan demikian,

dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-

rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat

membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji

(good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis

sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis

serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa?

124

Page 4: Modul 6-Kewirausahaan 1

Dunia bisnis, tidak ada yang menyangkut hubungan antara pengusaha

dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional.

Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan

yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat

maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika

sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau

ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan

etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa

diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang

menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu

pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak

merugikan siapapun dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain ialah:

1. Pengendalian diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu

mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh

apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Di samping itu, pelaku

bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang

dan menekan pihak lain serta menggunakan keuntungan tersebut walaupun

keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga

harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang

"etis".

2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

Pelaku bisnis di sini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,

bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan,

melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang

dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi

sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian

bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup

keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku

125

Page 5: Modul 6-Kewirausahaan 1

bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung

jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

Contoh: Agen-agen dan pengecer telur serta penjual daging di Kota Kupang

meningkatkan harga telur menjelang Bulan ramadhan, Idhul Fitri

maupun Tahun Baru, tanpa mempedulikan kondisi ekonomi

konumennya.

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing

oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.

Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi,

tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan

kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang

dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan persaingan yang sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan

kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan

sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan

golongan menengah ke bawah, sehingga dengan perkembangannya

perusahaan besar mampu memberikan spread effect / efek sebaran terhadap

perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada

kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

Contoh: Toko Sudi Mampir di Kota Kupang sebagai toko pusat oleh-oleh

NTT yang menjual beragam produk penganan olahan khas NTT

bekerjasama dengan usaha kecil, mikro dan menengah serta

koperasi (UKMMK) dari beraneka produk tersebut. Jalinan

kerjasama yang terbentuk ini telah menumbuhkan dan memotivasi

pelaku UKMMK setempat dan di kabupaten lainnya untuk terus

berproduksi dan melestarikan produk penganan lokal serta

mengembangkan usaha ekonomi produktif di pedesaan.

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat

sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan di masa

mendatang. Berdasarkan hal ini, jelas pelaku bisnis dituntut tidak

126

Page 6: Modul 6-Kewirausahaan 1

mengeksploitasi lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin

tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan di masa datang walaupun

saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

Contoh: Usaha se’i yang bertumbuh pesat di Kota Kupang dan sekitarnya

menggunakan kayu kusambi (Schleicera oleosa) sebagai sumber

utama kayu bakar dan daun kusambi segar sebagai penyedap dalam

proses pengasapannya. Di lain pihak, usaha kutu lak yang berinang

pada pohon kusambi juga tetap membutuhkan pohon ini.

Penggunaan yang terus menerus sebagai sumber kayu bakar dapat

menyebabkan kusambi tidak bisa berkembang biak, sehingga dapat

menyebabkan tumbuhan ini punah.

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita

yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi

dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai

kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima

kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan

menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong"

dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan

“kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling

percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha

lemah agar pengusaha lemah pun mampu berkembang bersama dengan

pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini terjadi

adalah bahwa kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat;

sehingga saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada

pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

127

Page 7: Modul 6-Kewirausahaan 1

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati

bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat

terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan

etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua etika bisnis telah disepakati,

sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain

mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas

semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa

yang telah disepakati

Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semuanya akan

memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu

hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan

Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut,

seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis

yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat

diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan

globalisasi dimuka bumi ini.

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran

semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi,

serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2000 dapat diatasi

6.2.2. Etika dan Norma-Norma Bisnis

Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam

dunia bisnis sekarang ini adalah perlunya etika dan moral bisnis. Etika bisnis

selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang

berpengaruh pada perusahaan (stakeholder loyalty), juga sangat menentukan maju

atau mundurnya perusahaan. Dengan demikian, perlu kita perdalam pemahaman

kita tentang apa yang dimaksudkan dengan etika bisnis?

Menurut Zimerer (1996) dalam Suryana, 2000, etika bisnis adalah suatu

kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang

128

Page 8: Modul 6-Kewirausahaan 1

dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-

persoalan yang dihadapi. Etika sendiri aslinya merupakan suatu komitmen untuk

melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena

itu, perilaku etika berperan melakukan apa yang benar dan baik untuk menentang

apa yang salah dan buruk. Pendapat lainnya dari Ebert dan Griffin, etika bisnis

adalah suatu istilah yang sering dipergunakan untuk menunjukkan perilaku etika

dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.

Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholders

dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan

persoalan-persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan

perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi stakeholders.

Selanjutnya siapa yang dimaksudkan dengan stakeholders? Stakeholders

adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh

terhadap perusahaan. Dikenal dua jenis stakeholders, yaitu: internal stakeholders

dan eksternal stakeholders. Internal stakeholders meliputi: investor, manajer,

karyawan dan pimpinan perusahaan. Sedangkan eksternal stakeholders mencakup

konsumen, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum.

Kelompok-kelompok stakeholder yang mempengaruhi keputusan bisnis,

yaitu:

(1) Wirausahawan dan Mitra Usaha. Wirausahawan dapat bertindak sebagai

pesaing juga sebagai mitra usaha. Sebagai mitra, para wirausahawan merupakan

relasi usaha yang dapat bekerjasama menyediakan informasi atau sumber

peluang, misalnya akses pasar, akses bahan baku dllnya. Bahkan mitra usaha

dapat berperan sebagai pemasok, pemroses, dan pemasar. Mereka bersama-sama

menentukan harga jual atau harga beli, daerah pemasaran, dan standar barang

dan jasa. Loyalitas mitra usaha akan sangat tergantung pada kepuasan yang

mereka terima (bagian dari stakeholders satisfaction) dari perusahaan.

(2) Petani dan Pemasok Bahan Baku (Supplier). Petani dan pengusaha

berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang

bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Oleh sebab itu petani dan perusahaan yang memasok bahan baku merupakan

129

Page 9: Modul 6-Kewirausahaan 1

faktor yang langsung mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam

menentukan kualitas barang dan jasa sangat tergantung juga pada pemasok

bahan baku. Bahan baku yang berkualitas sangat tergantung pada loyalitas para

petani dalam menghasilkan bahan baku. Sebaliknya loyalitas petani penghasil

bahan baku yang tinggi sangat tergantung kepada tingkat kepuasan yang mereka

terima dari perusahaan baik dalam menentukan keputusan harga jual bahan baku

maupun dalam bentuk insentif lainnya.

(3) Organisasi Pekerja. Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan

melalui proses tawar menawar secara kolektif, seperti: tawar menawar tingkat

upah, jaminan sosial, konvensasi, dan jaminan hari tua. Perusahaan yang tidak

melibatkan organisasi pekerja dalam organisasi sering menimbulkan protes-

protes yang mengganggu jalannya perusahaan. Ketidakloyalan para pekerja

dan protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap keputusan

yang diambil perusahaan.

(4) Pemerintah. Pemerintah dapat mengatur kelancran aktivitas usaha melalui

serangkaian kebijaksanaan yang dibuatnya. Peraturan dan perundang-

undangan pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim usaha Undang-

undang (UU) monopoli, UU hak paten, hak cipta, dan peraturan melindungi

dan mengatur jalannya usaha sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha.

(5) Bank. Bank selain befungsi sebagai jantungnya perekonomian secara makro

juga sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan. Neraca-

neraca perbankan yang kurang likuid dapat mempengaruhi neraca-neraca

perusahaan yang tidak likuid juga. Sebaliknya, neraca perusahaan yang kurang

likuid dapat mempengauhi keputusan bank dalam menyediakan dana bagi

perusahaan. Bunga kredit bank dan persyaratan-persyaratanya yang dibuat

bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan yang

diambil dalam bisnis.

(6) Investor. Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui

serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan tersebut akan

mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan..

Misalnya, investor hanya bersedia menanam modalnya di Indonesia apabila

130

Page 10: Modul 6-Kewirausahaan 1

modal yang diinvestasikannya menjamin pengembalian investasi (return on

investment) yang besar. Untuk itu para investor seringkali menerapkan

persyaratan manajemen mereka, misalnya standar tenaga kerja, standar bahan

baku, standar produk dan aturan lainnya. Jadi loyalitas investor sangat

tergantung pada tingkat kepuasan investor dalam menanam modalnya.

(7) Masyarakat Umum. Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi

keputusan bisnis. Mereka akan meresons dan memberi informasi tentang

bisnis kita. Mereka juga merupakan konsumen yang akan menentukan

keputusan-keputusan perusahaan baik dalam menentukan produk barang dan

jasa yang dihasilkan maupun alam menentukan teknik yang digunakan.

Respons terhadap operasi perusahaan, kualitas barang, harga barang, jumlah

barang dan pelayanan perusahaan mempengaruhi keputusan-keputusan

perusahaan. Harga dan kualitas barang barang serta pelayanan yang kurang

memuaskan akan merusak citra perusahaan. Ini berarti loyalitas masyarakat

(sebagai bagian dari stakeholders) terhadap perusahaan menjai sangat rendah

sebagai akibat dari rendahnya kepuasan yang diterimanya dari perusahaan.

(8) Pelanggan dan Konsumen. Pelanggan dan konsumen yang membeli produk

secara langsung dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa apa

yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan bagaimanakah teknologi yang

diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan dan konsumen da mempengaruhi

keputusan-keputusan bisnis.

Selain kelompok tersebut ada juga kelompok lainnya yaitu para stakeholder

kunci (key stakeholders), seperti: manajer, direktur dan kelompok khusus.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholder

sangat tergantung pada kepuasan stakeholder (stakeholder satisfication). Menurut

Ebert J.R. (2000) dalam Suryana, 2000, jika seseorang menyenangi suatu

pekerjaan maka ia akan merasa puas. Bila telah merasa puas akan pekerjaannya

maka dengan sendirinya akan memiliki sikap yang sempurna, loyal, komitmen

dan kerja keras yang berarti memiliki moral yang tinggi. Loyalitas stakeholders

dapat menciptakan diferensiasi, sehingga loyalitas ini dapat menjadi

hambatan/barrier bagi para pesaing untuk memenangkan persaingan Jelaslah

131

Page 11: Modul 6-Kewirausahaan 1

bahwa etika bisnis merupakan landasan penting untuk menciptakan dan

melindungi reputasi (goodwill) perusahaan. Etika bisnis merupakan masalah yang

sensitif dan kompleks karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi

lebih sukar ketimbang menghancurkannya.

Selain etika dan perilaku, tidak kalah pentingnya adalah norma etika.

Menurut Zimerer (1996) dalam Suryana, 2000, ada tiga tingkatan norma etika,

yaitu:

(1) Hukum. Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur

mana perbuatan yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak

boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.

(2) Kebijakan dan Prosedur Organisasi. Kebijakan dan prosedur organisasi

memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi untuk

memenuhi keputusan sehari-harinya.

(3) Moral Sikap Mental individual. Sikap mental individual sangat penting

untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal.

Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga,

agama dan sekolah. Sebagian lagi yang menentukan etika perilaku adalah

pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

Masih menurut Zimerer (1996) dalam Suryana, 2000, kerangka kerja etika

dapat dikembangkan melalui empat (4) tahap, yaitu:

Tahap Pertama: Mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu

alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha

menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih

dahulu dia harus mengakui etika yang ada.

Tahap Ke dua: Mengidentifikasikan stakeholder kunci yang terlibat dalam

pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai stakeholder.

Karena konflik dalam stakeholder dapat mempengaruhi

pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat

terlebih dahulu harus dihindari konflik antara stakeholders.

132

Page 12: Modul 6-Kewirausahaan 1

Tahap Ke tiga: Membuat pilihan alternatif dan membedakan antara respons

etika dan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif

respons etika dan bukan etika, serta mengevaluasi mana

dampak negatif dan positifnya, manajer akan menemukan

beberapa hal sebagai berikut: (a) prinsip-prinsip dan etika

perilaku, (b) hak-hak moral, (c) keadilan, (d) konsekuensi dan

hasil, (e) pembenaran publik, serta (f) institusi dan

pengertian/wawasan.

Tahap Ke empat. Memilih respons etika yang terbik dan

mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten

deng an tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta

dengan keputusan individu-individu.

Selanjutnya, siapakah pihak yang bertanggungjawab terhadap moral etika

dalam perusahaan? Jawabannya adalah manajer. Dikenal ada tiga (3) tipe

manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:

(1) Manajer Immoral. Manajer yang bertindak untuk kepentingan dirinya

sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaannya. Kekuatan

pendorong manajer immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu

berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajer

immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajer beretika.

Contoh: Pengusaha yang menggaji karyawannya di bawah standar

upah minimum, perusahaan yang meniru produk perusahaan lain,

perusahaan yang memperbanyak cetakan melebih kesepakatan dengan

pemegang hak cipta.

(2) Manajer Amoral. Tujuan utama dari manajer amoral adalah profit

serta bertindak secara tidak dengan sengaja melanggar hukum atau

norma etika. Bahkan, manajer ini bertindak bebas kendali dalam

mengambil keputusan (tanpa etika). Misalnya penggunaan ‘lie detector

test’ bagi calon karyawan.

(3) Manajer Moral. Manajer moral juga bertujuan untuk meraih

keberhasilan tetapi dengan mengunakan aspek legal dan prinsip-

133

Page 13: Modul 6-Kewirausahaan 1

prinsip etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai

standar minimum untuk beretika dalam perilaku.

6.2.3. Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis

Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimerer

(1996) dalam Suryana, 2000, secara universal ada 10 prinsip etika yang

mengarahkan perilaku, yaitu:

(1) Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-

sungguh, blak-blakan, terus terang (tidak curang, tidak mencuri, tidak

menggelapkan dan tidak berbohong).

(2) Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang

terhornat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka

dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.

(3) Memelihara janji (Promise Keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut

dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterpretasikan

persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistik dengan dalih

ketidakrelaan.

(4) Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman,

karyawan dan negara, jangan menggunakan atau memperlihatkan

informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan, begitu juga dalam suatu

konteks profesional, jaga/lindungi kemampuan untuk membuat keputusan

profesional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik

kepentingan.

(5) Kewajaran/keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur,

bersedia untuk mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan,

persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan

bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas

dari kesalahan atau kemalangan orang lain.

(6) Suka Membantu orang lain (Caring for Others), yaitu saling membantu,

berbaik hati, belaskasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan

menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.

134

Page 14: Modul 6-Kewirausahaan 1

(7) Hormat kepada Orang lain (Respect for Others), menghormati martabat

manusia, menghormti kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri

bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang,

jangan mempermalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat

orang lain.

(8) Kewarganegaraan yang bertanggungjawab (Responsibility Citizenship),

selalu mentaati hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati

proses demokrasi dalam mengambil keputusan.

(9) Mengejar keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan

dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal maupun

pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin,

getol, dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik

berdasarkan kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat

kompetensi yang tinggi.

(10) Dapat dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung

jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan

selalu memberi contoh.

6.2.4. Cara-Cara Mempertahankan Standar Etika

1) Ciptakan Kepercayaan Perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam

menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggungjawab etika

bagi stakeholder.

2) Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan standar

tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan

karyawan. Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya

memuat tentang:

a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum.

b. Kualitas dan keamanan produk.

c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.

d. Konflik kepentingan (conflict of interest).

e. Praktek dan latihan karyawan.

f. Praktek pemasaran dan penjualan.

135

Page 15: Modul 6-Kewirausahaan 1

g. Keamanan dan kebebasan.

h. Kegiatan berpolitik.

i. Pelaporan finansial.

j. Hubungan dengan pemasok (supplier)

k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.

l. Jaminan dagang/insider information.

m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.

n. Perlindungan lingkungan.

o. Imformasi pemilikan.

p. Keamanan kemasan.

3) Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus

mengambil tindakan apabila peraturan dilanggar. Bila diketahui sesama

karyawan bahwa yang melanggar etika tidak dihukum maka kode etik

menjadi tidak berarti apa-apa.

4) Lindungi Hak Perorangan.Akhir dari setiap keputusan etika sangat

tergantung pda individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-

prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk

menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika,

seseorang harus memiliki tiga hal, yakni:

a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk untuk bertindak secara

etis dan melakukan sesuatu yang benar.

b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika

dari suatu situasi.

c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan

suara pikiran moral dn mengembangkan strategi pemecahan masalah

secara praktis.

5) Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan media dan

alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.

6) Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara terbaik

untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan

136

Page 16: Modul 6-Kewirausahaan 1

memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar

iseng belaka.

7) Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan

Hanya Aturan. Tidak seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral.

Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui

tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat

penting untuk menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam

organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa

dinegosiasi atau ditawar-tawar.

8) Hindari Contoh Etika yang Tercela setiap Saat. Etika diawali dari

Atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada

bawahannya.

9) Ciptakan Budaya yang Menekanan Komunikasi Dua Arah.

Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan

barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi bagi

perbaikan perusahaan.

10) Libatkan Karyawan dalam mempertahankan Standar Etika. Para

karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang

bagaimana standar etika dipertahankan.

6.2.5. Tanggung Jawab Perusahaan

Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban

sosial perusahaan. Etika sangat berpengaruh pada tingkah laku individual.

Tanggungjawab sosial yang mencoba menjembatani komitmen individu dan

kelompok dalam suatu lingkungan sosial, seperti: pelanggan, perusahaan lain,

karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-

komitmen yang berbeda-beda. Ada lima (5) macam pertanggungjawaban

perusahaan, yaitu:

(1) Tanggung Jawab terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah

lingkungan artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan

menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari

137

Page 17: Modul 6-Kewirausahaan 1

lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan,

menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan

sekitarnya.

(2) Tanggung Jawab terhadap Karyawan. Semua aktivitas manajemen

sumberdaya manusia, seperti: pengrekrutan, pengupahan, pelatihan,

promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab

perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan terhadap

karyawan dapat dilakukan dengan cara:

Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.

Minta input kepada karyawan.

Berikan umpan balik baik yang positif maupun negatif.

Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.

Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka

harapkan.

Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.

Percayakanlah mereka.

(3) Tanggung Jawab terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap pelanggan memiliki 2 kategori, yaitu: (1) menyediakan barang dan

jasa yang berkualitas, (2) memberikan harga produk dan jasa yang adil dan

wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-

hak pelanggan. Menurut Ebert (2008), ada empat hak pelanggan, yaitu:

Hak untuk mendapatkan produk yang aman.

Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.

Hak untuk didengar.

Hak untuk memilih apa-apa yang mereka beli.

Sedangkan menurut Zimerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus

dilindungi, yaitu:

Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan

harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga

kemasannya.

138

Page 18: Modul 6-Kewirausahaan 1

Hak untuk mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui

barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang

menghasilkan barang tersebut.

Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu

untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan

untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari

perusahaan.

Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan.

Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan

memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program

pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan

dibelinya.

Hak untuk Memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah

memberikan hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka

perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak

mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang

antitrust (ketidakpercayaan).

(4) Tanggung Jawab terhadap investor. Tanggung jawab perusahaan

terhadap investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang

menarik di antaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan

juga bertnggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada

investor seakurat dan setepat mungkin.

(5) Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung

jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan

dan menciptakan kesehatan serta menyediakan berbagai kontribusi terhadap

masyarakat yang berada di lokasi tersebut.

6.3. Penutup

6.3.1. Rangkuman

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan

nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat

keputusan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika, asalnya

139

Page 19: Modul 6-Kewirausahaan 1

adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa

yang tidak benar.

Etika harus dikembangkan oleh perusahaan dengan memperhatikan

para stakeholder. Ada dua jenis stakeholder yang mempengaruhi keputusan

perusahaan yaitu internal stakeholders dan eksternal stakeholders. Beberapa

kelompok stakeholder di antaranya para pengusaha/mitra usaha, petani, dan

pemasok bahan baku (supplier), organisasi pekerja, pemerintah, bank,

investor, masyarakat umum, pelanggan dan konsumen. Di samping itu ada

beberapa stakeholder kunci (key stakeholders ), yaitu manajer, direktur, dan

kelompok khusus lainnya. Loyalitas para stakeholder (stakeholders loyalty)

tersebut sangat tergantung pada kepuasan para stakeholder (stakeholders

satisfication).

Secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku,

yaitu: kejujuran, integritas, memelihara janji, kesetiaan, keadilan, suka

membantu orang lain, menghormati orang lain, kewarganegaraan yang

bertanggung jawab, mengejar keunggulan, dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mempertahankan standar etika dapat dilakukan dengan cara: ciptakan

kepercayaan, kembangkan kode etik, jalankan kode etik secara adil dan

konsisten, lindungi hak-hak perorangan, adakan pelatihan etika, lakukan audit

etika secara periodik, pertahankan standar etika yang tinggi hindari etika yang

tercela, ciptakan komunikasi dua arah, dan libatkan karyawan dalam

mempertahankan etika. Selain etika, ada beberapa pertanggungjawaban

perusahaan, yaitu: (1) tanggung jawab terhadap lingkungan, (2) tanggung

jawab terhadap karyawan, (3) tanggung jawab terhadap pelanggan, (4)

tanggung jawab terhadap investor, dan (5) tanggung jawab terhadap

masyarakat umum.

6.3.2. Tes Mandiri

1. Jelaskan dengan benar perbedaan norma dan etika, dan bagaimana cara

mempertahankan etika bisnis itu?

140

Page 20: Modul 6-Kewirausahaan 1

2. Identifikasi beberapa prinsip etika dan bagaimana etika diwujudkan dalam

perilaku bisnis? Berikan contoh perilaku berdasarkan dua prinsip etika!

3. Siapa saja stakeholders internal dan stakeholders eksternal itu? Mengapa

mereka harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan?

4. Jelaskan bagaimana hubungan antara diferensiasi dan stakeholders satisfication

dengan stakeholders loyalty?

5. Tanggung jawab apa saja yang harus dipikul perusahaan terhadap stakeholders?

Ada lima (5) macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:

6.3.3. Umpan Balik

1. a) Perbedaan antara norma dan etika adalah sebagai berikut:

- Norma adalah suatu hal yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif

bagi kedua belah pihak, dilakukan dengan jujur dan konsekwen agar terjalin

kerja sama yang erat dan saling menguntungkan serta benar-benar menjamin

tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.

- Etika adalah: Etika merupakan suatu komitmen untuk melakukan apa yang

benar dan menghindari apa yang tidak benar; sedangkan etika bisnis

menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu

organisasi, yang sangat penting untuk mempertahankan loyalitas

stakeholders dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam

memecahkan persoalan-persoalan perusahaan, karena semua keputusan

perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi stakeholders.

b) Cara mempertahankan etika bisnis adalah dengan menciptakan kepercayaan,

mengembangkan kode etik, menjalankan kode etik secara adil dan konsisten,

melindungi hak-hak perorangan, mengadakan pelatihan etika, melakukan audit

etika secara periodik, mempertahankan standar etika yang tinggi hindari etika

yang tercela, menciptakan komunikasi dua arah, dan melibatkan karyawan

dalam mempertahankan etika.

2. Identifikasi beberapa prinsip etika dan bagaimana etika diwujudkan dalam

perilaku bisnis?Berikan contoh berdasarkan dua prinsip etika!

141

Page 21: Modul 6-Kewirausahaan 1

a) Ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu: 1) kejujuran

(Honesty), 2) integritas (Integrity), 3) memelihara janji (Promise Keeping),

4) kesetiaan (Fidelity), 5) kewajaran/keadilan (Fairness), 6) suka membantu

orang lain (Caring for Others), 7) hormat kepada orang lain, 8)

kewarganegaraan yang bertanggungjawab (Responsibility Citizenship), 9)

mengejar keunggulan (Pursuit of Excellence), dan 10) dapat

dipertanggungjawabkan (Accountability).

b) Contoh:

Kewajaran/keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi

luhur, bersedia untuk mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen

keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap

perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil

keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang

lain.

Suka Membantu orang lain (Caring for Others), yaitu saling

membantu, berbaik hati, belaskasihan, tolong menolong, kebersamaan,

dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.

3. - Internal stakeholders meliputi: investor, manajer, karyawan dan pimpinan

perusahaan; sedangkan eksternal stakeholders mencakup konsumen, asosiasi

dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum.

- Internal stakeholders dan eksternal stakeholders harus dilibatkan dalam

pengambilan keputusan perusahaan karena semua keputusan perusahaan

mempengaruhi dan dipengaruhi stakeholders.

4. Hubungan antara diferensiasi dengan stakeholders satisfication dan

stakeholders loyalty adalah sebagai berikut:

- Loyalitas stakeholders dapat menciptakan diferensiasi, sehingga loyalitas ini

dapat menjadi hambatan/barrier bagi para pesaing untuk memenangkan

persaingan.Selanjutnya, loyalitas para stakeholder sangat tergantung pada

kepuasan stakeholder (stakeholder satisfication), karena jika seseorang

menyenangi suatu pekerjaan maka ia akan merasa puas. Bila telah merasa

puas akan pekerjaannya maka dengan sendirinya akan memiliki sikap yang

142

Page 22: Modul 6-Kewirausahaan 1

sempurna, loyal, komitmen dan kerja keras yang berarti memiliki moral

yang tinggi.

5. Tanggung jawab yang harus dipikul perusahaan terhadap stakeholders ada lima

(5) macam, yaitu: a) tanggung jawab terhadap lingkungan, b) tanggung jawab

terhadap karyawan, c) tanggung jawab terhadap pelanggan, d) tanggung

jawab sosial perusahaan dan tanggung jawab terhadap investor, 5) tanggung

jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap

masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan

kesehatan serta menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang

berada di lokasi tersebut.

Daftar Pustaka

Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi I. Prenada Media, Jakarta.

Suryana, 2000. Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

143

Page 23: Modul 6-Kewirausahaan 1

144