Top Banner
1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII SLB/C- YPCM BOYOLALI TAHUN 2009 Skripsi Sri Asdati X.5107604 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
69

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

Mar 08, 2019

Download

Documents

lexuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PENGAJARAN BAHASA

INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII SLB/C-

YPCM BOYOLALI TAHUN 2009

Skripsi

Sri Asdati X.5107604

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan dan

membangun sumber daya manusia yang handal, termasuk anak-anak berkelainan

juga diberikan kesempatan dan pelayanan semaksimal mungkin untuk meraih cita-

cita.

Pada dasarnya hak anak adalah hak asasi manusia yang harus dihormati,

dilindungi dan dipenuhi oleh Negara. Sangat jelas bahwa setiap anak mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh pendidikan termasuk anak tunagrahita. Hal

tersebut menegaskan bahwa pendidikan perlu diberikan, pendidikan yang

diberikan disekolah antara lain bahasa Indonesia.

Namun kenyataan bahwa kemampuan siswa Tunagrahita dalam menguasai

kompetensi belum menunjukkan gejala yang maksimal dan masih perlu sekali

adanya pembelajaran khusus.

Khususnya anak Tunagrahita menunjukkan kondisi anak yang berbeda

dengan anak normal pada umumnya. Keadaan anak Tunagrahita dapat merupakan

awal dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu kompetensi

penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa.

Banyak bahkan hampir semua siswa tunagrahita mengalami kesulitan

dalam komunikasi untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, hal ini dapat

diketahui dari percakapan sehari-hari dan Tanya jawab yang diberikan oleh guru.

Secara umum mereka belum menunjukkan kompetensi berbicara yang baik.

Untuk memenuhi tuntutan terhadap perlunya kemampuan berbicara, dengan

komunikasi berbahasa Indonesia bagi anak tunagrahita, maka sesuai dengan

kurikulum bahasa Indonesia SMPLB tunagrahita ringan tahun 2004 standard

kompetensi yang ditargetkan adalah siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, minimal

peserta didik menggambar pengetahuan, ketrampilan berbahasa dan sikap positif

terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon situasi

lokal, reginal dan nasional.

Page 3: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

3

Namun kondisi yang ada masih jauh dari tujuan pembelajaran tersebut.

Saya mengajar di SLB YPCM Boyolali jenjang SMPLB kelas VII bidang studi

bahasa Indonesia, memang letak sekolah ditengah-tengah kota akan tetapi anak

didik sebagian besar dari wilayah pelosok pedesaan yang mengalmi tunagrahita

ringan.

Dikelas guru mengajar dengan banyak permasahan yang terjadi, rata-rata

mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya ujaran-ujaran yang didapat mereka pada

lingkungan sehari-hari, mereka tidak mampu memberikan respon yang

semestinya, ketika ada orang lain berbicara kepadanya.

Anak didik tidak mampu memberikan respon kepada lawan bicara yang

berbicara, misal apa kamu sudah belajar bahasa Indonesia ? siswa hanya akan

menjawab ya atau bahkan diam saja, respon yang diharapkan adalah “ya saya

sudah belajar”, saya disini merupakan unsur penting pembicaraan tidak akan

berlanjut bila siswa tidak memiliki kompetensi berbahasa seperti tersebut diatas.

Hal ini sering diabaikan oleh guru sehingga siswa banyak yang tidak tahu

apa yang seharusnya diucapkan bila ada orang yang mengajak bicara. Guru hanya

mengajarkan bahasa tradisional seadanya saja yang tidak memberikan makna dan

tidak memungkinkan siswa melakukan pembicaraan dalam bahasa Indonesia,

maka siswa hanya mampu dalam ranah kognitif saja.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ditetapkan dengan

tujuan mengembalikan pengajaran bahasa Indonesia kepada kemampuan

berkomunikasi atau kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa adalah

kecakapan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yaitu menyampaikan pesan

dari seseorang kepada orang lain, dari pembicara atau penulis kepada pendengar

atau pembaca.

Disamping itu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar 2006

menyiratkan pendekatan komunikatif yang digunakan dalam pengajaran bahasa

Indonesia. Bahasa diajarkan untuk keperluan berkomunikasi, sesuai dengan

komunikasi dengan konteks.

Mengingat pentingnya permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita

tersebut guru merasa tergerak untuk mencari pemecahannya guru mencoba

Page 4: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

4

menerapkan suatu strategi pembelajaran yang menyenangkan sekaligus melatih

anak tunagrahita memberikan respon yang benar bila ada orang yang mengajak

bicara.

Dalam penelitian ini akan dikaji tentang MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM

PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA

RINGAN KELAS VII DI SLB/C - YPCM BOYOLALI.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

“Apakah dengan melalui pendekatan komunikatif dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi dalan pengajaran bahasa Indonesia bagi anak

tunagrahita ringan kelas VII di SLB/C YPCM Boyolali tahun ajaran 2009. “

C. Tujuan Penelitian

a. Penulis ingin meningkatkan pengucapan dan intonasi dengan benar dalam

komunikasi lisan.

b. Penulis ingin meningkatkan kelancaran siswa dalam memberikan respon

kepada guru atau teman yang mengajaknya bicara dengan bahasa

Indonesia.

c. Penulis ingin menciptakan suasana kelas yang aktif dan responsive.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan wawasan pengetahuan mengenai pendekatan

komunikatif meningkatkan komunikasi lisan anak tunagrahita ringan

untuk lembaga Pendidikan Luar Biasa.

Page 5: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

5

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru :

1) Dapat memperbaiki kinerjanya dengan mengembangkan

strategi mengajar bahasa Indonesia sesuai dengan karakteristik

anak tunagrahita ringan.

b. Bagi Siswa :

1) Dapat mengatasi kesulitan dalam melakukan komunikasi lisan

pada pengajaran bahasa Indonesia.

Page 6: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang anak tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam referensi disebut pula

dengan terbelakang mental, lemah ingatan, fibleminded, mental sub normal,

tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut adalah sama, yakni

menunjukkan kepada seorang yang memiliki kecerdasan mental dibawah

normal.

Anak tunagrahita ringan adalah salah satu golongan anak tunagrahita

yang taraf kecacatanya masih ringan, serta masih mempunyai kemampuan

untuk dididik secara sederhana hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Munzayanah (2000:200) yang menyatakan bahwa:

”Anak tunagrahita ringan atau anak mampu didik ialah mereka yang masih mempunyai kemungkinan memperleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis, dan menghitung pada suatu tingkat tertentu disekolah khusus. Biasanya untuk kelompok ini dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan kelas IV Sekolah Dasar, serta dapat mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang sederhana”.

Pendapat tersebut di atas senada dengan pendapat S.A. Bratanata

(1997:5) yang menyatakan bahwa ”Anak tunagrahita ringan adalah anak yang

masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan akademis sampai

kelas dasara empat atau lima dan dapat mempelajari ketrampilan-ketrampilan

sederhana”.

Menurut American Asosiation on Mental Deficiency (AAMD) dan PP

No.72 tahun 1991 tentang anak berkebutuhan khusus yang dikutip oleh Moh.

Amin (1995:22) menyatakan bahwa ”Anak tunagrahita adalah mereka yang

mempunyai IQ antara 50-70 sehingga mengalami hambatan dalam kecerdasan

dan adaptasi sosialnya, namun mereka mempunyai kemampuan untuk

berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan

kemampuan bekerja”.

Page 7: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

7

Emi Dasiemi (1997:138) memberikan batasan anak tunagrahita ringan

atau debil yaitu anak yang mempunyai IQ antara 50/55 70/75, kurang mampu

mencari nafkah sendiri, namun masih mampu menerima pendidikan dan

latihan meskipun terbatas.

Dari pengertian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual atau

kecerdasan mental antara 50/55 - 70/75 dan mengalami hambatan dalam

kecerdasan dan adaptasi sosialnya. Tetapi masih memiliki potensi yang dapat

dikembangkan dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca,

menulis dan berhitung.

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Berbagai cara digunakan oleh para ahli dalam mengklasifikasikan anak

tunagrahita berikut ini akan diuraikan klasifikasi menurut tinjauan profesi

dokter, pekerja sosial, psikolog & pedagogik. Seorang dokter dalam

mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada type kelainan fisik,

seperti tipe Mongoloid, microcephalon, cretinisan dan lain-lain.

Menurut Sutjihati Soemantri (2005 : 106) yang menggunakan test

Stanford Binet dan Skala West Chter (WISC) mengklasifikasikan anak

sebagai berikut :

1) Tunagrahita ringan atau debil IQ 63-52 atau 69-55

2) Tunagrahita sedang atau imbesil IQ 51-36 atau 54-50.

3) Tunagrahita berat atau idiot IQ 31-30 atau 39-25.

Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah

pada aspek mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat pada angka hasil

test kecerdasan, seperti :

IQ 0 – 25 dikategorikan idiot

IQ 25 – 50 dikategorikan imbisil

IQ 50 – 75 dikategorikan debil (moron)

Seorang Pedagog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan

pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak.

Page 8: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

8

Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita

mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu

rawat.

Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang

tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki

kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya

tidak maksimal.

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu

didik antara lain :

1) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung.

2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.

3) Ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian

hari.

Kesimpulannya anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita

yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial dan

pekerjaan.

Anak tunagrahita mampu latih (imbisil) adalah anak tunagrahita yang

memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk

memiliki program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.

Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang

perlu diberdayakan, yaitu :

1) Belajar mengurus dirisendiri, misalnya makan, pakaian, tidur atau

mandi sendiri.

2) Belajar menyesuaikan dilingkungan rumah atau sekitarnya.

3) Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja atau

dilembaga khusus.

Kesimpulannya :

Untuk mengurus diri sendiri melalui aktifitas kehidupan sehari-hari serta

melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya. Anak

tunagrahita mampu rawat atau idiot adalah anak tunagrahita yang memiliki

kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau

sosialisasi untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang

Page 9: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

9

lain, dengan kata lain anak tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita

yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya karena anak

tersebut tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang.

c. Karakteristik Anak Tunagrahita

Secara fisik anak tunagrahita ringan tidak berbeda dengan anak normal

pada umumnya tetapi secara pisikis berbeda, menurut Eceptional Children

Fith edition, P.485-486, 1996 mengatakan bahwa anak tunagrahita

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Lamban dalam mempelajari hasil-hasil yang baru, mempunyai kesulitan

dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu

cepat lupa apa yang ia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.

2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3) Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat.

4) Cacat fisik perkembangan gerak, kebanyakan anak dengan tunagrahita

berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat

berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat

dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau

sesuatu, dan mendongakkan kepala.

5) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri, sebagian anak

tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti

pakaian, makan dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu

memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

6) Tingkah laku dan komunikasi yang tidak lazim anak tunagrahita ringan

dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang

mempunyai tunagrahita berat tidak melakukan hal tersebut. Hal ini

mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan

perhatian terhadap lawan main.

7) Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus banyak anak tunagrahita

berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti

ritual, misalnya : memutar-mutar jari didepan wajahnya dan melakukan

Page 10: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

10

hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya : menggigit diri

sendiri, membentu-benturkan kepala, dll.

Menurut Moh. Amin (1995 : 37) karakteristik anak tunagrahita ringan

antara lain sebagai berikut :

1. Banyak yang lancar berbicara tapi kurang perbendaharaan kata.

2. Mengalami kesukaran berpikir abstrak.

3. Dapat mengikuti pelajaran akademik baik disekolah biasa maupun

disekolah khusus.

4. Pada umumnya umur 16 tahun baru dapat mencapai umur kecerdasan

yang sama dengan anak umur 12 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa secara umum anak tunagrahita ringan mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

1. Kondisi fisik anak tunagrahita ringan meliputi : bentuk kepala, mata,

hidung dan bentuk tubuh tidak jauh berbeda dengan anak normal pada

umumnya.

2. Kondisi psikis anak tunagrahita ringan meliputi : kemampuan berpikir

rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami kesulitan

untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan

intelektualnya, kurang memiliki perbendaharaan kata, sehingga kurang

mampu berpikir abstrak.

3. Kondisi sosial anak tunagrahita ringan tidak dapat atau kurang dapat

bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya.

d. Sebab-sebab Anak Tunagrahita

Tunagrahita dapat disebabkan beberapa faktor. Para ahli dari berbagai

ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab tunagrahita menjadi

beberapa kelompok strauss (Moh. Amin, 1995 : 63), mengelompokkan faktor-

faktor penyebab menjadi dua gugus yaitu :

1) Faktor endogen yang berasal dari keturunan.

2) Eksogen seperti firus yang menyerang otak, benturan, radiasi dan lain-

lain yang tidak bisa diturunkan.

Page 11: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

11

Menurut Triman Prasadio yang dikutip oleh Munzayanah (2000:14)

bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :

1) Kelompok biomedik

(a) Pre Natal

(b) Infeksi pada ibu waktu mengandung, gangguan metabolisme,

iradiasi sewaktu kehamilan umur dua sampai enam minggu,

kelainan kromosom, malnutrisi.

(c) Natal.

(d) Anoxia, Asphysia, Prematuritas dan post maturitas, kerusakan

otak.

(e) Post Natal

(f) Malnutrisi, infeksi, trauma.

2) Kelompok sosiokultura psikologi dan lingkungan

Munzayanah (2000 : 16) mengatakan bahwa tunagrahita dapat

disebabkan oleh faktor :

(a) Luka otak

(b) Gangguan fisiologik

(c) Keturunan

(d) Pengaruh kultur atau lingkungan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tunagrahita dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Genetik

(a) Kerusakan atau kelainan biokimiawi.

(b) Abnormalitas kromosoma (cromosomal abnormalities)

(c) Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada

umumnya adalah sindroma down atau sindroma mongol atau

mongolism dengan IQ 20 s/d 60, dan rata-rata mereka memiliki

IQ 30-50.

2) Pada masa sebelum kelahiran (Pre-natal)

(a) Infeksi robella atau cacar.

(b) Faktor resus atau Rh.

Page 12: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

12

3) Pada saat kelahiran (Peri-natal)

Retardasi mental (tunagrahita) yang disebabkan oleh kejadian yang

terjadi pada saat kelahiran kelahiran, sesak nafas atau asphixia dan

lahir prematur.

4) Pada saat setelah lahir (post-natal)

Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya : miningitis (peradangan

pada selaput otak) problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya :

kekurangan protein yang diderita bagi bayi dan awal masa kanak-

kanak dapat menyebabkan tunagrahita.

5) Faktor sosio / kultural

Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi

perkembangan intelektual manusia.

6) Gangguan metabolisme / nutrisi

(a) Gangguan pada metabolisme atau animo yaitu gangguan pada

enzym phenylketonuria.

(b) Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil dan

otak.

(c) Gangguan pada tiroid yang dikenal karena definisi yodium.

e. Dampak Anak Tunagrahita

Penyandang tunagrahita suatu keadaan individu dengan kondisi mental

yang rendah, mereka mengalami keterlambatan dan keterbelakangan ke dalam

segala aspek, sehingga tidak mampu memperkembangkan diri sesuai dengan

tuntutan lingkungan.

Penyandang tunagrahita tidak mudah untuk mengiternalkan rangsangan,

lambat pada fungsi motoriknya, lambat dalam kemampuan berbahasa dan

bersosialisasi (Mumpuniarti, 2000:29-39) ditinjau dari segi :

a) Fisiologis

Penyandang tunagrahita kurang mampu mengkoordinasikan

geraknya, bahkan pada tunagrahita taraf berat baru mampu berjalan diusia

5 tahun ada juga yang tidak dapat berjalan sama sekali, mereka kurang

Page 13: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

13

mampu melakukan gerak yang terarah dan kurang mampu menjaga

kesehatan.

b) Psikologis

Timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya karena keadaan

mental yang rendah, menghambat proses kejiwaan dalam tanggapan

terhadap rangsang (stimulus).

Hambatan terletak pada persepsi menghubungkan antara rangsang

dengan situasi lain, memperkaitkan dan mengingat sehingga hambatan-

hambatan proses kejiwaan itu menyebabkan tidak dapat terpenuhinya

kebutuhan psikologinya secara mandiri sehingga harus perlu dukungan

kuat dari pihak orang lain.

c) Sosiologis

Kehadiran anak tunagrahita dikeluarganya menyebabkan beberapa

perubahan dikeluarganya, keadaan tersebut merupakan musibah,

kesedihan, dan beban yang berat dengan reaksi yang bermacam-macam

misalnya : kecewa, shock, marah, depresi, merasa bersalah, bingung yang

dapat mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga tidak akan

kembali seperti semula.

Anak tunagrahita yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan

tuntutan sosialnya dapat menimbulkan respon yang negatif akan

berdampak anak tersebut dijahui atau ditolak oleh lingkungan sosial dan

akan ada jurang pemisah dalam berkomunikasi antara anak tunagrahita

kurang mampu menangkap pesan verbal yang diberikan oleh

lingkungannya.

f. Pekembangan Bahasa Anak Tunagrahita

Perkembangan bahasa dan perkembangan kognisi keduanya mempunyai

hubungan timbal balik bahasa merupakan simbol yang dihasilkan alat ucap

manusia (Keraf 1987-14) . Perkembangan bahasa anak tunagrahita terbatas

pada kosakata yang sederhana yang sering digunakan anak dalam kenyataan

sehari-hari. Kosakata tersebut mampu dimiliki anak tunagrahita karena

berkaitan dengan pengalaman yang kongkrit dalam hidupnya.

Page 14: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

14

Mereka tidak mampu menyusun kalimat majemuk, karena rangkaian

kalimat majemuk lebih menggambarkan situasi yang komplek. Kalimat yang

biasa mereka gunakan terbatas kalimat yang sederhana dan berkomunikasi

dengan mereka harus bersifat sederhana dan berkaitan dengan situasi sehari-

hari (Mumpuniarti 1992 : 29-39).

Untuk pengembangan bahasa dan bicara pada anak tunagrahita, ada

kemungkinan guru mengalami kesulitan sebab diantara mereka mengalami

beberapa kelainan bicara antara lain kelalaian artikulasi, arus ujar, nada suara

atau afasia sensoris dan afasia motoris.

Untuk itu dalam pengembangan bahasa dan bicara anak tunagrahita agar

dapat maksimal tentunya perlu upaya strategi khususnya yang dipahami oleh

guru. Dalam uraian diatas telah diketengahkan secara singkat tampak adanya

reaksi dari lingkungan anak tunagrahita umumnya dari bahasa ibu si anak.

Telah diketengahkan juga bahwa sifat dan corak reaksi lingkungan itu sedikit

banyak terpengaruh oleh bagaimana cara anak mengungkapkan rangkaian

bunyi itu.

2. Tinjauan Tentang Kemampuan Komunikasi

a. Pengertian Kemampuan Komunikasi

Pengertian kemampuan menurut Depdikbud (1990:522) adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Menurut Onong Uchjana Effendy

(1990:3) menyatakan bahwa komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat

dari dua segi, yaitu :

1) Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin

communication dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti

Communis disini adalah sama. Dalam arti kata sama makna, yaitu

sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila

antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai

suatu hal yang dikomunikasikan.

2) Secara terminologis sendiri, komunikasi berarti proses penyampaian

suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Page 15: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

15

Sedangkan menurut John Austin yang dikutip oleh Henry Guntur

Tarigan (1990:145) mengatakan bahwa ”Komunikasi adalah serangkaian

tindak berkomunikatif atau tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk

menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan,

atau pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami

apa yang dimaksudkan dengan baik, secara langsung atau tidak langsung.

b. Proses Komunikasi

Seseorang yang ingin menyampaikan suatu pesan kepada orang lain

yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu

kepada orang yang menerima pesan. Menurut Onong Uchjana Effendy

(1990:11) proses komunikasi terbagi menjadi 2 tahap:

1) Proses Komunikasi secara primer

Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang

kepada orang lain dengan menggunakan lambang ( simbol ) sebagai

media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah

bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya secara langsung

mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Media primer atau lambang yang banyak di gunakan adalah

bahasa akan tetapi tidak semua orang pandai mencari kata-kata tepat dan

lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan dan

sesungguhnya. Selain itu, perkataan belum tentu mengadung makna sama

bagi semua orang.

2) Proses Komunikasi secara sekunder

Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator

menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena

komunikasi sebagai sasaranya berada di tempat yang relatif jauh atau

Page 16: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

16

jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar,majalah radio, televisi,film

adalah media kedua yang sering di gunakan dalam komunikasi.

Komunikasi dalam penelitian ini termasuk dalam proses komunikasi

primer yang mana proses penyampaian pikiran, pesan, kepada orang lain

menggunakan bahasa untuk maksud Komunikasi. Pesan yang disampaikan

komunikan biasanya panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide,

informasi, kehidupan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya.

c. Klasifikasi Komunikasi

Manusia adalah makluk sosial yang selalu hidup bersama dalam suatu

kelompok. Dalam kelompok itu mereka berkomunikasi satu sama lain.

Menurut Djago Tarigan (1992:138) ada dua jenis komunikasi yang mereka

guinakan, yakni :

a) Komunikasi verbal.

Sarana dalam komunikasi ini adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun

bahasa tulisan.

b) Komunikasi non verbal.

Sarana dalam komunikasi ini bukan bahasa, seperti gerak-gerik tubuh dan

anggota tubuh manusia, bunyi bel, bendera, warna, gambar dan lain-lain.

Berdasarkan tingkatan yang melibatkan jumlah peserta komunikasi

paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling

banyak, menurut Onong Uchjana Effendy (1990:72) mengemukakan

klasifikasi komunikasi adalah sebagai berikut :

1) Komunikasi intra pribadi

Adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari maupun

tidak. Contohnya : berpikir.

2) Komunikasi antar pribadi

Adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi yang lain secara

langsung baik verbal maupun non verbal, Contohnya suami-istri, guru-

murid.

Page 17: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

17

3) Komunikasi kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berkomunikasi satu sama lainnya, dan memandang

mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi kelompok

dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi. Contohnya

keluarga, tetangga.

4) Komunikasi publik

Adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah

besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu. Contoh :

pidato, ceramah, atau kuliah.

5) Komunikasi organisasi

Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal

juga informal dan berulang dalam suatu jaringan yang lebih besar

daripada komunikasi kelompok.

6) Komunikasi massa

Adalah komunikasi yang menggunakan media masa, baik cetak,

(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio televisi) yang dikelola

oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan pada

sejumlah orang yang tersebar ditempat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang

menggunakan bahasa lisan termasuk komunikasi verbal. Komunikasi verbal

termasuk dalam klasifikasi komunikasi antar pribadi. Dimana orang yang

menyampaikan pesan secara tatap muka, orang yang menerima pesan tersebut

dapat menangkap reaksi secara langsung sehingga pesan dapat diterima

dengan baik.

Dalam proses komunikasi antar pribadi yang melibatkan dua orang

dalam situasi komunikasi, komunikasi menjadi suatu pesan, lalu

menyampaikannya kepada komunikan (sender), dan komunikasi menyimak

pesan tersebut. Sampai disitu komunikasi menjadi encoder dan komunikasi

menjadi jecoder. Akan tetapi karena komunikasi antar pribadi itu bersifat

dialogis, maka ketika komonikan memberikan jawaban, ia kini menjadi

Page 18: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

18

enconder dan komunikator menjadi decoder. Disamping itu dalam komunikasi

antar pribadi, karena situasinya tatap muka tanggapan komunikasi segera

dapat diketahui.

Komunikasi secara lisan menentukan pembicara (sender) berbicara

(encoder), menyimak (decoder), dan penyimak (receiver). Dengan demikian

untuk dapat berkomunikasi secara lisan diperlukan ketrampilan berbicara.

3. Tinjauan Tentang Pengajaran Bahasa Indonesia di SLB-C

a. Pengertian Pengajaran Bahasa Indonesia

Menurut Suyanto dalam (Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama

Islam, 2001:1) menyatakan bahwa ”Pengajaran artinya proses penyajian bahan

oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain itu menerima,

menguasai dan mengembangkan bahan itu”.

Pendapat lain dikembangkan oleh A. Soedomo Hadi (2005:11)

menyatakan bahwa ”Pengajaran (Instruction) adalah semua kegiatan yang

secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus

pengajaran, antara lain menentukan entry-behavior siswa, menyusun rencana

pelajaran, memberikan informasi (mengajar) yang efektif, bertanya kepada

siswa, melakukan evaluasi formatif dan sumatif dan sebagainya”.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003:7) menyatakan bahwa ”yang

dimaksud dengan instructian dalam hal ini adalah a good-directed teaching

process whick ismore or less pre-planned”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah semua kegiatan yang

mempunyai tujuan untuk mendidik dan melatih ketrampilan yang dimiliki

siswa.

Menurut Soepomo Poedjosoedarmo (2001 :169) menyatakan bahwa

”Bahasa ialah sistem simbul lesan yang arbitraries, dimana anggota

masyarakat saling berkomunikasi”.

Menurut Mustakim (1994 :2) menyatakan bahwa ”Bahasa secara teknis

adalah seperangkat ujaran yang bermakna dihasilkan oleh alat ucap manusia,

sedangkan secara praktis bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota

Page 19: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

19

masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna, yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia”.

Jadi bahasa merupakan alat komunikasi yang diekspresikan dalam

bentuk bicara yang bermakna sehingga antar anggota masyarakat dapat saling

berkomunikasi atau saling berhubungan.

Dari pengertian pengajaran dan bahasa yang telah dikemukakan diatas

dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa adalah cara mengajarkan sistem

lambang bunyi yang dihasilkan alat-alat ucap yang telah disepakati besama

sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran. Disini

yang diajarkan adalah bahasa Indonesia.

Jadi pengajaran bahasas Indonesia adalah suatu kegiatan yang bertujuan

untuk mendidik dan melatih kemampuan bahasa Indonesia para siswa.

b. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia

Pengajaran bahasa memang merupakan bidang pengajaran yang cukup

kompleks, banyak masalah yang tetap terbuka dan belum terjawab. Salah satu

permaalahan yang cukup penting adalah cara mengembangkan kemampuan

berbahasa kepada para siswa, sehingga mereka dapat menggunakan bahasa itu

dalam berbagai fungsinya.

Pertanyaan itu menurut Akhadiah Sabarti, dkk (1991:10) menyatakan

bahwa ”Tujuan akhir pengajaran bahasa ialah kemampuan menggunakan

bahasa itu untuk berbagai keperluan. Dengan kata lain titik berat pengajaran

bahasa terletak pada ketrampilan berbahasa yang sekaligus menyangkut aspek

kebahasaan, pemahaman, penggunaan”.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:66) maka pelajaran

bahasa Indonesia SLB tunagrahita ringan bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa Negara.

Page 20: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

20

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannyadengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional, dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk keperluan wawasan,

memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sartra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Keseluruhan butir tersebut menunjukkan tujuan pengajaran Bahasa

Indonesia di SLB-C mencakup tujuan-tujuan pada aspek kebahasaan,

pemahaman, penggunaan dan menyiratkan pendekatan komunikatif yang

digunakan dalam proses belajar mengajar.

Selain itu tujuan tersebut jelas tergambar, bahwa fungsi pengajaran

bahasa Indonesia di SLB-C ialah sebagai wadah untuk mengembangkan

kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa

itu, terutama sebagai alat komunikasi.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa dalam

pengjaran bahasa Indonesia seorang guru harus memperhatikan beberapa hal

yang berhubungan dengan fungsi pengajaran bahasa Indonesia yaitu

kemampuan dasar anak, pembentukan sikap anak, dan yang lebih penting

pengajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan fungsi bahasa sebagai

alat komunikasi.

c. Pengertian Berbicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 114) disebutkan bahwa

”Makna kata berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa; melahirkan

pendapat (dengan perkataan, tulisan dan sebagainya)”.

Menurut Akhadia Sabarti, dkk (1991 :153) mengemukakan bahwa

”Berbicara adalah ketrampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan”.

Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi

Page 21: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

21

komunikasi antar pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi itu pada

akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan

bagi penerimanya.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara

adalah penyampaian maksud ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh

orang lain.

Berbicara adalah ketrampilan menyampaikan peasan melalui bahasa

lisan. Kegiatan berbicara selalu diikuti oleh kegiatan menyimak. Bila

menyimak dapat memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara, maka

terjadi komunikasi yang tepat.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Berbicara

Berbicara adalah bagian dari komunikasi lisan. Menurut Djago Tarigan

(1992 :132) dalam setiap kegiatan berbicara selalu terlibat sejumlah faktor

seperti :

1) Pembicara 2) Pembicaraan 3) Penyimak 4) Media 5) Sarana (penunjang) 6) Komunikasi

Jika dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan

sebagai ketrampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan

berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. Melalui berbicara orang

menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain. Kegiatan

berbicara selalu diikuti oleh kegiatan menyimak, atau kegiatan menyimak

pasti ada didalam kegiatan berbicara.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat

disimpulkan kesulitan dalam berbicara seperti halnya kesulitan dalam

menyimak, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang

menimbulkan kesulitan dalam berbicara adalah yang datang dari teman

Page 22: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

22

berbicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan berbicara teman bicara

menafsirkan makna pembicaraan agar komunikasi dapat berlangsung terus

sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat

menangkap makna pembicaraan, maka komunikasi terputus dengan kata lain

tujuan komunikasi tidak tercapai.

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang penting didalam

setiap belajar berbahasa. Kemampuan berbicara akan mempengaruhi

kemampuan berbahasa yang lain. Oleh karena itu Imam Syafiie,dkk (1981:18)

mengatakan bahwa ”Salah satu prinsip utama pengajaran Bahasa Indonesia

adalah pertama-tama mengajarkan anak-anak berbicara, barulah membaca dan

menulis”

Pengajaran berbahasa harus selalu mengingat prinsip diatas, walaupun

tidak berarti pengajaran bahasa itu hanya mengajarkan hal-hal yang bersifat

penguiasaan audio lingual saja. Namun kenyataan apabila murid-murid

menguasai konstruksi dasar dari bahasa dalam bahasa lisan, maka akan lebih

mudah mendapat kemajuan dalam ketrampilan berbahasa yang alin.

Berkaitan dengn ketrampilan dalam bahasa yakni ketrampilan berbicara,

pengajar hendaknya memperhatikan beberapa ketrampilan yang diperlukan

agar siswa dapat berbicara dengan baik. Menurut Djago Tarigan (1992 : 145)

ketrampilan-ketrampilan berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui

latihan antara lain :

1) Pengucapan 2) Pelafalan 3) Pengontrolan suara 4) Pengendalian diri 5) Pengontrolan gerak-gerik tubuh 6) Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya. 7) Pemakaian bahasa yang baik 8) Pengorganisasian ide. Imam Syafiie, dkk (1981:19) mengelompokkan ketrampilan tersebut

kedalam empat kemampuan yang sangat penting dengan mempengaruhi

ketrampilan berbicara seseorang yaitu :

Page 23: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

23

1) Kemampuan menggunakan informasi, tekanan, nada panjang dan

pelafalan.

2) Kemampuan menggunakan kosakata, dalam arti mampu memilih

kata yang tepat serta mampu mengucapkan kata-kata itu dengan

betul.

3) Kemampuan menyusun kalimat

4) Kemampuan berbicara lancar.

Menurut Tomkins dan Hoskisson (1995:120) yang dikutip oleh Ahmad

Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2001:8) mengemukakan proses

pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu :

1) Percakapan, langkah-langkahnya:

a) Memulai percakapan seorang murid secara sukarela atau

dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan.

b) Menjaga kelangsungan percakapan

Apabila terjadi perbedaan selama mengadakan percakapan

murid-murid harus dapat mengatasinya dengan baik sehingga

tidak terjadi pertengkaran.

c) Mengakhiri percakapan

Murid-murid seharusnya sudah dapat mencapai suatu

persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau sudah

melaksanakan tugas dengan baik.

2) Berbicara estetik (mendongeng), langkah-langkahnya :

a) Memilih cerita yang menarik

b) Menyiapkan diri untuk bercerita

c) Menambahkan barang-barang yang diperlukan

d) Bercerita atau mendongeng.

3) Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi

a) Melaporkan informasi secara lisan

b) Melakukan wawancara

c) Berdebat

Page 24: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

24

4) Kegiatan dramatik

Memiliki kekuatan sebagai teknik pembelajaran bahasa karena

melibatkan murid-murid dan kegiatan berfikir logis dan kreatif.

e. Metode Pengajaran Berbicara

Menurut Djago Tarigan (1992 :229) metode pengajaran berbicara ada

bermacam-macam antara lain metode:

1) Ulang ucap 2) Lihat ucapkan 3) Menirukan 4) Menjawab pertanyaan 5) Bertanya 6) Pertanyaan menggali 7) Melanjutkan cerita 8) Menceritakan kembali 9) Percakapan 10) Parafrase 11) Reka cerita gambar 12) Bercerita 13) Memberi petunjuk 14) Melaporkan 15) Bermain peran 16) Wawancara 17) Diskusi 18) Bertelepon 19) Dramatisasi

Metode pengajaran berbicara berfungsi sebagai sarana mewujudkan

pengalaman yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan

pengajaran pokok bahasan tertentu. Metode pengajaran yang baik selalu

memenuhi kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan

ketrampilan proses, dan pengalaman belajar.

Page 25: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

25

Menurut Djago Tarigan (1992 :229) kriteria yang harus dipenuhi oleh

metode pengajaran berbicara, antara lain :

1) Relevan dengan tujuan pengajaran

2) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran

3) Mengembangkan butir-butir ketrampilan proses

4) Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang

5) Merangsang siswa untuk belajar

6) Mengembangkan penampilan siswa

7) Mengembangkan kreativitas siswa

8) Tidak menuntut peralatan yang rumit

9) Mudah dilaksanakan

10) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

f. Kemampuan Berbicara Anak Tunagrahita

Kemampuan berbicara sebagian dari anak tunagrahita memang terlihat

terbelakang dalam bidang berbicara. Kosakata sedikit, menggunakan kata dan

setruktur kata atau kalimat sederhana, tetapi cukup dipahami maksudnya.

Menurut Dipdikbud (1983 :21) ”Kelemahan anak tunagrahita dalam bidang

berbicara, bukan karena kelemahan fisik melainkan karena pada segi mental

intelektualnya”.

Kemampuan mental yang rendah ini, akan mempengaruhi anak-anak

tunagrahita dalam mengadakan komunikasi secara lisan, terlihat pada

pengubahan pesan menjadi kode. Selain itu kekurangan dalam memahami

simbul yang abstrak juga mempengaruhi perbendaharaan kata. Untuk

menambahnya perlu banyak rangsangan dari luar. Hal ini dapat dilakukan oleh

orang tua anak dan guru dengan mengajak anak berbicara sambil ditunjukkan

kongkritnya, sehingga maksud pesan, ungkapan perasaan dan atau pikiran

yang abstrak dan dinyatakan secara verbal dapat diserap oleh anak.

Page 26: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

26

4. Tinjauan Tentang Pendekatan Komunikatif

a. Pengertian Pendekatan Komunikatif

Pendekatan Komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada

pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi

merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Didalam

konsep pendekatan komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi

dua bagian, yaitu kompetensi dan performasi atau unjuk kerja ”(http://www.

geocities. Com/no vvant/inisiai 3 sem 2 / Inisiasi Pembelajaran Bahasa

Indonesia SD.3.pdf diakses pada tanggal 16 Pebruari 2009.

Kompetensi komunikatif itu adalah keterkaitan dan interelasi antara

kompetensi gramatikal atau pengetahuan kaidah-kaidah bahasa dengan

kompetensi sosiolinguistik atau aturan-aturan tentang penggunaan bahasa

yang sesuai dengan kultur masyarakat. Kompetensi komunikatif hendaknya

dibedakan dengan performan komunikatif karena performan komunikatip

mengacu pada realisasi kompetensi kebahasaan beserta komunikasinya dalam

pemroduksian secara aktual dengan pemahaman terhadap tuturan-tuturan.

Oleh karena itu seseorang yang dikatakan memiliki kompetensi dan

performansi bahasa yang dipelajarinya, baik dalam produksian (bicara dan

menulis atau mengarang) maupun dalam pemahaman (membaca dan

menyimak atau mendengarkan).

Menurut Muchlisoh, dkk (1995 : 14) mengemukakan perlu diketahui

bahwa pendekatan komunikatif dalam mengajar bahasa ini tidak memberikan

resep bagaimana seharusnya seseorang guru mengajar bahasa (metode

mengajar) tetap lebih berhubungan dengan penyusunan program belajar

mengajar dalam silabus GBPP dan bahan pengajarannya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai materi

pengajaran komunikatif yakni berdasarkan fungsi komunikatif yaitu tujuan

tang inginm dicapai siswa dalam belajar bahasa serta tindak bahasa yang

diperlukan. Bahan pelajaran disusun atas dasar fungsi berbahasa dengan

memberikan tekanan pada berbagai cara pengungkapan bahasa sesuai dengan

situasi dan konteks. Hadirnya pendekatan komunikatif adalaha untuk

Page 27: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

27

memenuhi kebutuhan siswa agar mampu berkomunikasi. Kemampuian

komunikasi ini berarti terampil berbahasa.

Adapun maksud pendekatan komunikatif dalam penelitian ini adalah

pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa, khususnya bahasa

Indonesia. Orientasi belajar mengajar bahasa Indonesia berdasarkan tugas dan

fungsi berkomunikasi ini disebut pendekatan komunikatif. Jadi, kegiatan

belajar mengajar bahasa Indonesia menitik beratkan pada ketrampilan

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.

b. Karakteristik Pendekatan Komunikatif

Agar dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan

komunikatif, maka setiap guru hendaknya memahami karakteristik pendekatan

komunikatif, seperti yang dikemukakan oleh Muchlisoh, dkk (1995 : 16)

sebagai berikut :

1) Kegiatan komunikasi yang disajikan betul-betul diperlukan siswa. Kalau

siswa bertanya tentang sesuatu tetapi sudah tahu jawabannya maka ini

bukan komunikasi, sebab tidak ada kesenjangan informasi. Jadi terdapat

kekosongan informasi.

2) Untuk mendorong siswa mau belajar, hendaknya guru memberikan

kegiatan belajar yang bermakna.

3) Materi dari kurikulum komunikatif dipersiapkan setelah diadakan suatu

analisis mengenai kebutuhan berbahasa.

4) Penekanan pendekatan komunikatif ialah pada pelayanan individu siswa.

Oleh karena itu, penyajian materi dan kegiatan belajar harus berorientasi

pada siswa.

5) Peran guru ialah sebagai pelayan, ia menjadi fasilitator, mativator bagi

perkembangan individu siswa. Guru tidak lagi dibenarkan selalu

menguasai materi dan kelas, karena yang dipentingkan ialah bagaimana

siswa dapat dibimbing untuk dapat kominikasi yang wajar.

6) Materi instruksional berperan menunjang komunikasi siswa secara aktif.

Materi ini terdiri atas tiga macam, yaitu materi yang berdsarkan teks

Page 28: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

28

(buku-buku pelajaran), materi berdasar tugas, dan materi berdasarkan

otentik atau realita.

Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1991 :144) karakteristik pendekatan

komunikasi sebagai berikut :

1) Siswa sentris : pengajaran didasarkan pada minat, kebutuhan dan

lingkungan siswa.

2) Penekanan pengajaran : pengejaran ditekankan pada bahasa lisan tanpa

mengabaikan bahasa tulis, kegiatan berbahasa menyimak dan berbicara

sangat diperhatikan tanpa melupakan kegiatan berbahasa membaca dan

menulis.

3) Dalam pengajaran : bahan pengajaran ragam bahasa yang relevan

dengan tuntutan komunikasi yang diperlukan siswa.

4) Tujuan pengajaran : pengajaran menumbuhkan ketrampilan

berkomunikasi.

5) Sikap terhadap kesalahan berbahasa : kesalahan berbahasa diterima

sebagai suatu kesalahan yang wajar terjadi dalam proses belajar bahasa.

6) Sikap terhadap ragam bahasa : semua ragam bahasa dihargai, tidak

melebih-lebihkan ragam baku.

c. Kegiatan Belajar Mengajar dengan Pendekatan Komunikatif

Mengingat kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi pada

anak didik sangat berpengaruh oleh berbahasa yang kita sajikan, maka guru

dalam proses belajar mengajar dapat menggunakan peluang tersebut untuk

mengembangkan bahasa peserta didik seluas-luasnya. Guru harus berusaha

memberikan keasyikan mendengarkan dan memotivasi anak tunagrahita

ringan untuk memberikan pertanyaan, tanggapan, jawaban atau meneruskan

kalimat-kalimat sesuai dengan bentuk yang dikuasai atau telah diajarkan

sebelumnya. Dengan begitu segaligus dapat melatih ketrampilan berbicara,

dan melalui latihan yang berulang-ulang anak memiliki pengalaman berbicara.

Apabila yang terjadi demikian, maka ketrampilan menyimak (dekoding) dan

berbicara (encoding) dapat diajarkan atau dilatih melalui kegiatan belajar-

mengajar.

Page 29: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

29

Proses belajar-mengajar dengan pendekatan komunikatif adalah belajar-

mengajar yang rirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan

kesalahan-kesalahan berbahasa dengan komunikasi yang dimiliki siswa

sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-

kegiatan atau pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang baik berbeda

dengan yang terjadi dilingkungannya.

Memahami bahwa penekanan pengajaran pada bahasa lisan tanpa

mengabaikan bahasa tulisan, kegiatan berbahasa menyimak dan berbicara

merupakan ciri dalam kegiatan pendekatan komunikatif, maka kedua kegiatan

berbahasa tersebut tidak dapat dipisahkan. Proses belajar-mengajar dengan

pendekatan komunikatif setidak-tidaknya harus ditandai adanya keterlibatan

siswa untuk melakukan kedua kegiatan secara terpadu.

Peran guru bergeser apabila proses belajar-mengajar bahasa Indonesia

dengan pendekatan komunikatif terjadi. Guru bukan sebagai penguasa materi

dan kelas, tetapi mempunyai peran sebagai pelayan, motivator, fasilitator

perkembangan siswa. Guru terutama berperan dalam menyampaikan kalimat

dalam latihan, karena selama latihan siswa sebaiknya tidak membuka buku

mereka, dan dalam mengatur lalu lintas pembicaraan. Setelah kalimat

disampaikan, ia memberi kesempatan seorang siswa memberi tanggapan atau

jawaban atau bertanya tentang informasi dalam kalimat tersebut. Bila isi

jawaban siswa tidak sesuai dengan kalimat yang diberikan, ia meminta siswa

lain menjawab atau menanggapi. Bila telah sesuai ia dapat memberikan

kesempatan pada siswa lain untuk memberikan jawaban, tanggapan atau

pertanyaan atau kalimat temannya tadi bila latihan itu menuntut seperti itu.

Bila sorang siswa memberi jawaban yang telah sesuai, tetapi tata bahasanya

salah, ia dapat meminta siswa lain untuk memberi jawaban dengan isi yang

sama tetapi dengan tata bahasa yang benar. Bila tidak ada lagi siswa yang

memberi jawaban yang lain, ia dapat meneruskan dengan kalimat berikutnya.

Dengan bentu latihan seperti itu, suasana kelas akan aktif komunikatoif.

Siswa selalu aktif menunjukkan pemahaman atas bentuk yang diajarkan, dan

mempergunakan bentuk tersebut dalam komunikasi yang wajar.

Page 30: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

30

A. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir adalah merupakan anggapan dasar tentang suatu

masalah yang menjadi dasar berpikir dan bertindak dalam melaksanakan

penelitian. Dalam hal ini peneliti mengemukakan kerangka berpikir adalah

ketunagrahitaan.

Disekolah anak tunagrahita mendapat pelajaran bahasa Indonesia.

Disekolah tersebut anak tunagrahita secara sengaja belajar bahasa. Secara praktis

dari belajar bahasa diharapkan anak tunagrahita mendapatkan kemampuan

menggunakan bahasa untuk komunikasi.

Mengingat fungsi bahasa tersebut diatas, kurikulum SMLB-C hendaknya

menitik beratkan pada fungsinya sebagai alat komunikasi, sehingga diharapkan

setelah belajar bahasa Indonesia, anak tunagrahita mampu menggunakan bahasa

Indonesia dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam tujuan, keperluan dan

keadaan.

Guru-guru SLB-C dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar

senantiasa beradaptasi pada kurikulum yang berlaku yaitu Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar 2006 sehingga guru-guru SLB-C harus melaksanakan

proses belajar-mengajar Indonesia yang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi anak tunagrahita.

Kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia dengan pendekatan

komunikatif berorientasi pada fungsi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

Guru berperan sebagai pelayan, motivator dan fasilitas serta mengatur lalu-lintas

pembicaraan.

Sebelum anak tunagrahita berkomunikasi secara tertulis, terlebih dahulu

anak tunagrahita diharapkan mempunyai kemampuan komunikasi lisan, sehingga

dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitarnya.

Ketrampilan yang diperlukan dalam kecakapan komunikasi lisan adalah

ketrampilan menyimak dan ketrampilan berbicara.

Dalam upaya meningkatkan komunikasi tersebut tidak lepas dari peran

guru untuk pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan prinsip

pembelajaran aktif, inovatif kreatif dan menyenangkan (PAIKEM).

Page 31: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

31

Hasil suatu survey seperti yang diungkapkan pada bagian pendahuluan

diatas menunjukkan bahwa selama ini pengajaran bahasa Indonesia di sekolah

hanya ditekankan pada ketrampilan membaca dan menulis, sehingga masih

kurang sekali perhatian terhadap kemampuan siswa tunagrahita untuk

berkomunikasi .

Berdasarkan realitas tersebut maka melalui perhatian ini siswa perlu

ditingkatkan kemamapuan mereka dalam komunikasi lisan melalui beberapa

upaya ataupun metode-metode tertentu.

Kerangka pemikiran dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

B. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut :

”Melalui pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

lisan dalam pengajaran bahasa Indonesia bagi anak tunagrahita ringan kelas VII di

SLB/C YPCM Boyolali tahun 2009”.

PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

SEBELUM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

SETELAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN RENDAH

KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN TINGGI

Page 32: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana suatu penelitian dilakukan

sehingga akan didapatkan data obyek penelitian. Penelitian dilakukan di SLB-

C YPCM Boyolali. Sedangkan kelas yang di teliti adalah kelas VII SMPLB.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung pada semester II tahun ajaran 2008/2009

selama empat bulan yaitu sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2009.

Adapun kegiatan penelitian adalah dapat digambarkan sebagai berikut:

JADWAL PENELITIAN

WAKTU

Februari Meret April Mei Juni No Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penulisan Proposal

2. Persetujuan Prop oleh pembimbing

3. Perijinan Penulisan skripsi

4. Penulisan Bab I, II, III

5. Persetujuan Bab I, II, III

6. Perijinan Penelitian

7. Pelaksanaan Penelitian

8. Penulisan Bab IV dan V

9. Persetujuan Bab IV dan V

10 Persetujuan Total Skripsi

Page 33: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

33

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelasVII Tunagrahita SMPLB

YPCM Boyolalidengan jumlah 6 (enam) anak,terdiri dari 3 laki-laki dan 3

perempuan, mereka mayoritas dari keluarga yang sosial ekonomi orang tuanya

menengah kebawah, sehingga vasilitas dan sarana belajarnya kurang tersedia.

Yang dapat menyebabkan terganggunya kemampuan belajar secara maksimal.

C. Data Dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan berkomunikasi

lisan anak tunagrahita ringan kelas VII yang meliputi :

1. Nilai ulangan harian bahasa Indonesia sebalum mendapatkan tindakan .

2. Nilai ulangan Bahasa Indonesia setelah mendapatkan tindakan perbaikan

pembelajaran komunikasi lisan (siklus I, siklus II dan kelanjutannya)

3. Arsip administrasi yang berupa kurikulum Bahasa Indonesia SMPLB yang

digambarkan.

Data penelitian dikumpulkan melalui evaluasi setelah perbaikan pembelajaran

komunikasi lisan pada Bahasa Indonesia, melalui sumber data tertulis yang akan

dijadikan obyek penelitian diperoleh dari :

1) Buku laporan guru kepada wali murid (rapor) digunakan untuk

mengetahui kemampuan komunkasi siswa dalam belajar bahasa

Indonesia.

2) Data nilai hasil semester.

3) Buku induk untuk mengetahui data awal siswa.

Seluruh dokumen di atas digunakan untuk membantu peneliti dalam

melakukan identifikasi guna menentukan anak-anak yang memiliki kemampuan

komunikasi lisan rendah dalam pengajaran bahasa Indonesia yang akan dijadikan

obyek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian juga sumber data yang dimanfaatkan,maka

teknik yang digunakan untuk menumpulkan data meliputi :

Page 34: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

34

1. Test

Dalam penelitian menggunakan tes bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana kemampuan komunikasi lisan pada anak tuna grahita ringan kelas

VII SLB-C YPCM Boyolali, Sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan

komunikatif dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia.:

Tes disusun untuk mengetahui kemampuan bahasa siswa, yaitu diantaranya tes

kemampuan komunikasi lisan aktif atau pasif dengan kriteria penilaian (B)

baik , (C) cukup, dan (K) kurang. Dengan kategori B apabila nilai mencapai

angka 80 – 100 kemudian C apabila nilai mencapai angka 60 –79 dan K

apabila nilai mencapai angka 0 - 59 Hasil ini sebagai dasar dalam menentukan

berbagai tindakan dalam pembelajaran.

Tes disusun untuk mengetahui perubahan kemampuan komunikasi lisan

siswa, melalui pendekatan komunikatif sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan penelitian.

Untuk mengetahui peningkatan perolehan atau hasil komunikasi lisan yang

meningkat,maka tingkat kesukaran soal harus lebih tinggi pada test akhir.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati

obyek tertentu secara langsung. Suharsimi Arikunto (1993:27) mendefinisikan

observasi sebagai suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan kepada siswa secara teliti serta pencatatan secara sistematik.

Teknik observasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah mengamati

sikap dan tingkah laku anak dalam komunikasi lisan sebelum dan sesudah

penelitian yang mungkin dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi serta

mengamati gejala yang secara langsung memungkinkan pencatatan sesuatu

gejala.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder,

melalui dokumen yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 236), metode

dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan sebagainya. Dokumen dalam penelitian disini untuk memperoleh

Page 35: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

35

data pribadi anak tentang kemampuan komunikasi lisan. Sesuai dengan

penelitian agar memiliki data yang kuat.

Adapun data tersebut meliputi kegiatan guru dan siswa pada waktu

pembelajaran komunikasi lisan di dalam kelas, siswa yang dijadikan obyek

penelitian.

E. Validitas data

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, teknik yang digunakan adalah

Trianggulasi.

Trianggulasi adalah pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu (Sarwiji

Suwandi. 2008:122) teknik trianggulasi berupa trianggulasi sumber data dan

trianggulasi metode pengumpulan data. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan

dalam pembelajaran dengan menerapkan kemampuan komunikasi lisan.

1. Memberikan test untuk mengetahui pengucapan kalimat siswa, dan

selanjutnya menganalisis hasil pengucapan kalimat untuk mengidentifikasi

kesalahan yang masih mereka ucapkan.

2. Nilai harian bahasa Indonesia dapat divalidasi melalui beberapa sumber yaitu

diperoleh dari siswa, guru, dan mitra kolaburasi.

F. Teknik analisis data

Data kualitatif menggunakan analisis data diskriftif komparative yaiu

membandingkan kondisi kemampuan awal siswa dengan kemampuan setelah

pelaksanaan siklus I dan setelah pelaksanaan siklius II. Data kualitatif

menggunakan teknik analisis kritis dengan kriteria penilaian Baik (B), Cukup (C),

dan Kurang (K).

Predikat Baik apabila nilai 80 - 100

Predikat Cukup apabila nilai 60 - 79

Predikat Kurang apabila nilai 0 - 59

Page 36: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

36

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan berdasarkan pada perencanaan

yang telah disusun dengan menggunakn siklus yaitu direncanakan 2 (dua) siklus,

yang setiap siklus ada 4 kegiatan antara lain:

1) Perencanaan

2) Pelaksanaan

3) Observasi

4) Analisis dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian oleh penulis sendiri, yang kebetulan sebagai guru

kelas. Adapun prosedur penelitian tindakan kelas siklus I dan II dapat

digambarkan sebagai berikut :

Siklus 1

Dilaksanakan dengan penekanan pada pengucapan dan intonasi.

a. Tahap perencanaan :

1) Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan materi

Buku sumber, lembar observasi, dan lembar soal

2) Merancang skenario pembelajaran

3) Membuat media pembelajaran

4) Menyusun instrument test

b. Tahap pelaksanaan :

1) Memberikan umpan yang mudah tentang cerita di pasar malam

2) Menirukan ucapan dan intonasi

3) Membetulkan ucapan dan intonasi

4) Memperagakan cerita layaknya penjual dan pembeli di pasar malam

yang sedang berkomunikasi lisan.

Guru membuat persiapan-persiapan materi yang sesuai untuk mengamati

pengucapan ujaran-ujaran, intonasi, dan kelancaran siswa dalam

berkomunikasi lisan. Selain itu disiapkan pula gambar-gambar dan cerita

untuk merangsang anak agar mau berkomunikasi lisan. Siswa disiapkan materi

pertanyaan kemudian materi ungkapan yang mudah ditirukan siswa, kegiatan

akan berlangsung selama 2 (dua) jam pelajaran yaitu 2 x 40 menit

dilaksanakan 3x pertemuan.

Page 37: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

37

Apabila pada tahap ini dapat berjalan baik guru akan melanjutkan

dengan siklus II (kedua) yaitu melatih mengungkapkan jawaban dari

pertanyaan setelah di pancing dengan gambar-gambar yang bersifat

komunikatif.

Adapun tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Guru/peneliti mengajar di kelas VII (tujuh) tunagrahita ringan seperti biasa

sesuai jadwal bahasa Indonesia selama 2x40 menit.

1. Langkah ke 1 membaca cerita pendek “Pasar Malam”

2. Langkah ke 2 memahami cerita secara bersama-sama.

3. Langkah ke 3 guru melatih siswa dengan teknik komunikasi bebas dan

komunikatif. Siswa belajar sebagai mana seorang berkomunikasi di

pasar malam sebagai seorang penjual dan pembeli, memerankan saat

penjual menawarkan dagangannya kepada pembeli dan bagaimana

seharusnya pembeli memberi respon.

4. Langkah ke 4 guru mengucapkan ujaran-ujaran yang telah dipersiapkan

dalam kecepatan kecil atau lamban, siswa menirukan secara classical

sambil guru membetulkan ucapan-ucapan serta intonasi yang kurang

tepat. Sedangkan ujaran-ujaran yang didengar siswa mudah ditirukan.

5. Langkah ke 5 guru memberikan umpan dan siswa memberikan respon

atau sebaliknya.

6. Langkah ke 6 kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan

B kelompok A memberi umpan dan kelompok B memberi respon dan

sebaliknya.

7. Langkah ke 7 siswa berkomunikasi lisan secara berpasangan.

c. Observasi / Pengamatan :

Pengumpulan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan tindakan. Data keberhasilan komunikasi lisan,

pengucapan maupun intonasi diperoleh dari Observasi dan hasil nilai test

akhir siswa.

Selama proses belajar berlangsung oleh kolaborasi.

Page 38: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

38

d. Refleksi :

1) Mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa

berdasarkan hasil test setelah mendapatkan tindakan perbaikan

pembelajaran.

2) Mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada suasana

kelas dan guru berdasarkan Observasi guru mitra kolaborasi selama

proses perbaikan pembelajaran.

3) Merumuskan hasil dengan membandingkan kondisi sebelum dan

sesudah mendapatkan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, untuk

ditindak lanjuti denagn langkah-langkah penyempurnaan pada siklus II.

Siklus II

Dilaksanakan dengan penekanan pada kelancaran komunikasi lisan

a. Tahap perencanaan :

1) Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi

Buku sumber, lembar Observasi, dan lembar soal

2) Merancang skenario pembelajaran

3) Membuat media pembelajaran

4) Menyusun instrumen test

b. Tahap pelaksanaan :

1) Memberikan umpan yang mudah tentang cerita

2) Menirukan ucapan dan intonasi

3) Membetulkan ucapan dan intonasi

4) Memperagakan cerita layaknya penjual dan pembeli yang sedang

berkomunikasi lisan

Menyiapkan tempat dengan kursi siswa posisi berpasangan, kemudian

posisi berkelompok

Pada siklus kedua dilaksanakan pada bulan April 2009 berlangsung

selama 2 (dua) jam pelajaran yaitu 2 x 40 menit berlangsung 3 x pertemuan

fokusnya adalah melatih siswa untuk dapat berkomunikasi lisan dengan

lancar.

Guru membuat persiapan-persiapan materi yang sesuai untuk mengamati

pengucapan ujaran-ujaran, intonasi, dan kelancaran siswa dalam

Page 39: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

39

berkomunikasi lisan. Selain itu disiapkan pula gambar-gambar dan cerita

untuk merangsang anak agar mau berkomunikasi lisan. Siswa disiapkan materi

pertanyaan kemudian materi ungkapan yang mudah ditirukan

siswa,mengungkapkan jawaban dari pertanyaan setelah di pancing dengan

gambar-gambar yang bersifat komunikatif.

Adapun pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Guru mengajar di kelas VII (tujuh) tunagrahita ringan seperti biasa sesuai

jadwal bahasa Indonesia selam 2 x 40 menit.

1) Langkah pertama guru melatih siswa dengan teknik komunikasi bebas

dan komunikatif. Siswa belajar sebagai mana seorang berkomunikasi di

pasar malam sebagai seorang penjual dan pembeli, memerankan saat

penjual menawarkan dagangannya kepada pembeli dan bagaimana

seharusnya pembeli memberi respon ingin membeli dagangan itu.

2) Langkah kedua guru mengucapkan ujaran-ujaran yang telah

dipersiapkan dalam kecepatan kecil atau lamban, siswa menirukan

secara classical sambil guru membetulkan ucapan-ucapan serta intonasi

yang kurang tepat. Sedankan ujaran-ujaran yang didengar siswa mudah

ditirukan.

3) Langkah ketiga guru memberikan umpan dan siswa memberikan respon

atau sebaliknya.

4) Langkah keempat kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A

dan B kelompok A memberi umpan dan kelkompok B memberi respon

dan sebaliknya.

5) Langkah kelima siswa diminta bernyanyi secara kelompok saling

memberi unpan dan respon.

6) Langkah keenam siswa berkomunikasi lisan secara berpasangan dengan

diperlihatkan gambar untuk merangsang siswa dalam berkomunikasi

c. Observasi / Pengamatan

Pada saat pelaksanaan penelitian itu guru melakukan pengamatan

mengenai fenomena yang terjadi pada setiap pertemuan dengan melakukan

observasi, pada waktu penelitian guru dibantu oleh rekan guru (mitra

Page 40: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

40

kolaborasi) untuk dapat membantu mengetahui keberhasilan pelaksanaan

tindakan penelitian.

Data keberhasilan pengucapan dan intonasi diperoleh dari observasi

sedangkan data keberhasilan dalam kelancaran mengungkapkan kalimat

diperoleh dari hasil test lisan. Guru juga melakukan wawancara dengan siswa

mengenai kegiatan yang dilakukan selama penelitian, bagi mereka merupakan

kegiatan yang membosankan apa menyenangkan atau bahkan sangat

menyenangkan.

Guru/peneliti mewawancarai siswa satu persatu dan menulis hasilnya

dari siswa tentang hal yang menarik baginya dan yang ia senangi selama

pelaksanaan tindakan kelas ini untuk pengumpulan data menjadi bahan

pengukuran agar dapat menentukan langkah yang tepat untuk kelanjutannya.

d. Refleksi

1) Menganalisis hasil kerja siswa, hasil observasi, hasil wawancara dan

perubahan yang terjkadi pada siswa berdasarkan hasil test setelah

mendapatkan tindakan perbaikan pembelajaran.

2) Mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada suasana kelas

dan guru berdasarkan observasi guru mitra kolaborasi selama proses

perbaikan pembelajaran.

3) Merumuskan hasil dengan membandingkan dengan membandingkan

kondisi sebelum dan sesudah mendapatkan tindakan perbaikan

pembelajaran Siklus I dan Siklus II untuk ditindak lanjuti dengan langkah-

langkah penyempurnaan pada penelitian selanjutnya.

Page 41: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian berlokasi di SLB/C YPCM Boyolali yaitu di Jln.Merapi

nomor 38 Boyolali. Penelitian dilaksanakan di kelas VII anak tunagrahita ringan

tahun 2009. penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pertimbangan prestasi

pengajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan komunikasi lisan. Waktu

penelitian berlangsung pada semester II tahun ajaran 2008/2009, yaitu sejak bulan

februari sampai dengan juni 2009.

2. Subyek Penelitian

Penelitian pengambilan populasi seluruh siswa kelas VII SMPLB yang

berjumlah 6 anak tuna grahita ringan yang rata-rata mereka mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi lisan:

Tabel 1 . Daftar responden siswa kelas VII SLB/C YPCM Boyolali

No Nama Siswa Jenis Kelamin

1.

2.

3.

4.

5.

6.

DS

I

RA

RH

VP

W

Laki – laki

Perempuan

Laki – laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

3. Keadaan Personil

Pada tahun 2008/2009 SLB/C YPCM dipimpin oleh seorang kepala

sekolah yang dibantu oleh 10 orang guru berstatus PNS dan 2 orang guru

berstatus wiyata bhakti dan ada lagi guru dari yayasan yang mengampu

ketrampilan salon serta satu orang penjaga.

Page 42: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

42

SLB/C YPCM Boyolali mengelola siswa sejumlah 45 siswa yang terdiri

dari kelas TKLB s/d SMPLB yang terdiri dari siswa tunagrahita dan tunarungu

wicara namun ada yang mengalami autis.

Karena masih kurangnya tenaga pengajar maka penanganan siswa

dibentuk rombongan belajar terutama yang kelas lanjutan sehingga guru harus

belajar sungguh-sungguh mengarahkan kemampuan demi tertanganinya anak

yang mengalami bermacam-macam kelainan.

B. Diskripsi Permasalahan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB YPCM Boyolali dengan alasan penulis

kebetulan sebagai guru yang mengajar di sekolah ini, sehingga dengan beberapa

pertimbangan banyak hal yang menguntungkan antara lain dalam mengadakan

penelitian penulis tidak harus meninggalkan tugas mengajar, disamping itu tidak

memerlukan transport ketempat penelitian.

Di sekolah ini pula banyak siswa yang berasal dari keluarga Broken, orang

tua cerai, juga banyak anak yang ditinggalkan kedua orang tua dititipkan pada

saudara atau neneknya jadi dengan adanya hal tersebut sudah barang tentu kurang

perhatian terhadap belajar anak.

Di sekolah ini banyak saya jumpai anak-anak tunagrahita ringan yang

mengalami kesulitan dalam komunikasi lisan, sehingga penulis tergerak untuk

meneliti hal-hal yang dapat meningkatkan kompetensi siswa tunagrahita dalam

komunikasi lisan.

C. Diskripsi Kondisi Awal Siswa

Tempat penelitian dilakukan di SLB/C YPCM Boyolali dengan

mengambil sempel sebanyak 6 (enam) siswa yaitu siswa tunagrahita ringan kelas

VII tahun ajaran 2008/2009.

Prosedur penelitian yang dilakukan dengan tanpa memberikan test awal

(pretest) karena peneliti adalah sebagai guru kelas VII tersebut yang sudah barang

tentu mengetahui kemampuan awal yang dimiliki semua siswanya.

Baru setelah dilakukan tindakan perbaikan siswa diberikan tes akhir untuk

mengetahui kemampuan akhir. Dari hasil perbandingan kemampuan awal dan

Page 43: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

43

kemampuan akhir inilah yang dijadikan dasar untuk mengetahui kemampuan

siswa setelah diberikan tindakan.

Tabel 2. Data perolehan nilai kondisi awal sebelum diberikan tindakan siklus I

dan II

Bagian Indikator No soal1 DS I RA RH VP W2 0 2 2 2 0 23 2 0 2 2 0 24 0 0 2 0 0 2

Memahami informasi 5 2 2 0 2 2 0Menarik Kesimpulan 6 2 0 2 0 0 0

7 0 0 2 2 0 28 0 0 2 0 2 29 2 0 2 2 2 0

10 2 2 2 2 0 211 2 2 0 2 2 212 2 2 0 0 2 013 0 0 2 0 0 214 2 2 2 2 2 015 2 0 2 0 0 216 2 1 3 3 0 317 2 1 2 0 2 218 1 2 0 1 0 219 2 1 2 0 2 020 0 0 2 0 0 221 1 1 3 2 1 022 0 0 2 0 2 123 3 0 3 2 0 324 2 1 1 3 0 225 2 2 0 2 3 3

Menggunakan ucapan dan 1 3 0 5 4 3 5intonasi 2 5 4 5 3 0 2Menyusun kalimat 3 5 5 5 0 0 5Kelancaran berbicara 4 4 0 5 4 5 2

50 30 60 40 30 50Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang

Inisial Nama

Memahami pesan dalam cerita

I

Jumlah NilaiKeterangan

Menggunakan kata-kataII

III

KETERANGAN : B = baik nilai 80 - 100

C = cukup nilai 60 - 79

D = kurang nilai 0 - 59

Page 44: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

44

1. Tindakan siklus I

Tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan ( 3 x 80 menit )

selama 3 minggu pada bulan April 2009.

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada siklus 1:

Tabel 3. Prosedur penelitian siklus I

Tindakan Prosedur penelitian

Siklus I a. Menentukan permasalahan

Penulis mengajar SLB/C YPCM Boyolali jenjang SMPLB kelas

VII tunagrahita ringan, dikelas saya mengajar bidang study bahasa

Indonesia, menemukan bahwa siswa tidak mau atau tidak dapat merepon

ujaran-ujaran dari guru, kalau ditanya kadang jawaban hanya ya atau

tidak tahu bahkan kadang diam saja, mereka tidak tahu apa yang harus

diucapkan.

Siswa dalam kelas tersebut tidak dapat mengungkapkan karena

kompetensi yang dibubuhkan untuk memberikan memberikan respon itu

kurang.

b. Perencanaan

Berdasarkan hasil obserfasi terhadap proses pembelajaran bahasa

Indonesia ditentukan prestasi belajar sebelum tindakan dilihat dari data

kondisi awal siswa memang sebagian besar siswa mempunyai

kemampuan berkomunikasi lisan sangat rendah, mereka pasif berbicara

dan tidak memiliki kompetensi berbicara lancar.

Selajutnya saya mencari hal-hal yang menjadi pendorong minat

siswa dalam berkomunikatif, ternyata siswa-siswa tersebut lebih suka

belajar dengan cara komunikatif yang bebas dan nyaman

Pada saat ini saya memilih teknik pendekatan komunikatif yang

diharap dapat menjawab permasalahan tersebut, saya membuat materi

Page 45: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

45

yang sesuai untuk mengamati pengucapan, intonasi dan kelancaran siswa

dalam berkomunikasi lisan dengan bahasa Indonesia juga saya siapkan

gambar-gambar dan cerita untuk memancing anak agar mau

berkomunikasi.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan tindakan

adalah sebagai berikut :

1) Guru menyiapkan silabus bahasa Indonesia.

2) Guru menyiapkan RPP yang sesuai.

3) Guru menyiapkan alat peraga berupa kalimat dan gambar

4) Membuat instrument untuk untuk mengamati kemampuan

pengucapan dan intonasi serta kelancaran komunikasi.

5) Gura menyiapkan instrument observasi yang akan digunakan teman

sejawat (mitra kolaburasi) dalam melakukan obsevasi.

6) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

yang semua akan terlampir dengan lengkap.

c. Pelaksanaan tindakan

1) Pertemuan 1

Pertemuan ke I pelaksanaan dengan penekanan pada pengucapan-

pengucapan dan intonasi.

Kegiatan diawali dengan salam, Do’a dan apersepsi yang berupa

tanya jawab tentang lingkungan sekitar yang menyenangkan,

setelah sampai lingkungan tentang pasar malam siswa diarahkan

kegiatan selanjutnya, yaitu:

(1) Membaca secara bersama-sama cerita pasar malam dibimbing

guru (peneliti)

(2) Siswa membaca bersama tanpa dibimbing

(3) Siswa dan guru membahas bacaan sambil guru memberi

umpan kepada siswa dengan beberapa pertanyaan agar siswa

berusaha merespon.

(4) Peneliti menunjukkan beberapa gambar penjual pakaian,

penjual makanan, penjual bunga yang sedang berjualan di

Page 46: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

46

pasar malamdan kartu kalimat ungkapan siswa memerankan

sebagai penjual yang sedang menawarkan dagangannya dan

(5) Guru memerankan seorang pembeli dengan beberapa

ungkapan layaknya seorang penjual dan pembeli yang sedang

transaksi tawar menawar agar situasi kelas aktif dan responsif.

(6) Kegiatan diulang-ulang hingga siswa ada peningkatan dan

mau berkomunikasi lisan.

(7) Guru membetulkan ucapan-ucapan siswa yang masih salah

dengan kecepatan kecil sehingga mudah ditirukan siswa.

(8) Akhir pelajaran siswa diberikan gambar satu macam setiap

siswa sebagai pengingat untukk dipraktekkan dirumah atau

boleh sama temannya saling memberi umpan dan merespon.

(9) Kegiatan akhir dengan Do’a penutup dan salam.

2) Pertemuan 2

Materi yang disampaikan adalah: penekanan pada kelancaran

berkomunikasi lisan.

Kegiatan diawali dengan salam dan do’a bersama, kemudian

dilanjutkan dengan apersepsi berupa materi yang telah lalu.

(1) Siswa membaca bersama guru tentang bacaan yang disajikan

guru yaitu pasar malam bersama gambar-gambar berupa

orang-orang berjualan. Jika siswa tetap masih pasif tidak mau

merespon pertanyaan yang diungkapkan guru, maka guru

mengekspresikan ujaran-ujaran tertentu sesuai gambar agar

situasi menarik perhatian siswa.

(2) Siswa menirukan apa yang telah diekspresikan guru secara

berulang-ulang dengan kecepatan rendah sambil guru

membetulkan ungkapan-ungkapan siswa yang masih salah,

kemudian dengan kecepatan normal dan diucapkan secara

klasikal.

(3) Guru memberikan pancingan / umpan agar siswa mau

merespon dengan ungkapan secara klasikal, selanjutnya siswa

dibagi 2 kelompok secara kelompok siswa saling

Page 47: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

47

berkomunikasi lisan dengan kelompok 1 memberikan umpan

dan kelompok 2 memberi respon dan sebaliknya, setelah

berjalan lancar baru secara berpasangan siswa melakukan

transaksi layaknya penjual dan pembeli dipasar malam sesuai

gambar yang disajikan guru.

(4) Dengan bimbingan guru siswa menyanyikan lagu “sedang

apa” secara kelompok yaitu kelompok A bertanya dan

kelompok B menjawab dan setelah itu melakukan hal yang

sebaliknya.

(5) Kegiatan diakhiri do’a bersama dan salam.

3) Pertemuan 3

Materi yang disampaikan adalah mengulang materi pertemuan 1

dan 2 penekanan pada pengucapan dan intonasi serta kelancaran

komunikasi dan intonasi serta kelancaran komunikasi lisan.

Kegiatan diawali dengan salam dan do’a bersama kemudian

diberikan opersepsi yang berupa tanya jawab tentang materi yang

lalu agar siswa ingat dan diarahkan pada materi yang lalu agar

siswa ingat dan diarahkan pada materi yang akan dilaksanakan.

a. Penekanan pada pengucapan dan intonasi

1) Guru dan siswa membahas isi bacaan sambil guru memberi

umpan dengan beberapa pertanyaan agar siswa merespon.

2) Siswa memerankan sebagai seorang penjual yang sedang

menawarkan dagangannya sesuai dengan gambar yang

ditunju, yang ditunjukkan guru.

3) Guru memerankan sebagai pembeli yang sedang transaksi

sehingga situasi kelas menjadi aktif dan responsif.

4) Guru membetulkan ungkapan-ungkapan siswa yang masih

salah.

b. Penekanan pada kelancaran komunikasi lisan

1) Guru mengekspresikan dengan beberapa pancingan agar

siswa merespon secara klasikal tentang layaknya penjual

dan pembeli.

Page 48: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

48

2) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I dan

kelompok II. Kelompok I memberi umpan dan kelompok II

merespon dan sebaliknya, setelah berjalan lancar dirubah

dengan berpasangan siswa melakukan komunikasi secara

berpasangan A dan B, C dengan D, E dengan F mereka

saling memberi umpan dan merespon layaknya di pasar

malam.

3) Terakhir siswa menyanyikan lagu “Sedang Apa” secara

kelompok, yaitu kelompok A bertanya dengan kelompok B,

kemudian kelompok B menjawab dan kebalikannya.

4) Untuk mengetahui keberhasilan tindakan, maka guru

mengadakan tes akhir 1 tentang materi yang telah diajarkan

3 kali pertemuan.

5) Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

d. Melaksanakan Observasi

Pada tahapan ini guru mengumpulkan data dan pemantauan bersama

mitra kolaborasi yaitu mengamati siswa pada waktu pembelajaran

komunikasi secara langsung sehingga dapat diketahui apakah siswa

sudah ada peningkatan dalam hal komunikasi. Observasi siswa dilakukan

untuk memperoleh data mengenai keaktifan, konsentrasi, dan inisiatif.

Hasil observasi tiap pertemuan Siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Hasil Observasi Siswa pada siklus I

1 DS tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak2 I tidak tidak tidak tidak tidak tidak3 RAS tidak tidak tidak tidak tidak4 RH tidak tidak tidak tidak tidak tidak5 VP tidak tidak tidak tidak tidak tidak6 W tidak tidak tidak tidak tidak

No

Nam

a S

isw

a Pertemuan ke I Pertemuan ke II Pertemuan ke III

Kon

sent

rasi

Kea

ktif

an

Inis

iati

f

Kon

sent

rasi

Kea

ktif

an

Inis

iati

f

Kon

sent

rasi

Kea

ktif

an

Pre

stas

i

ya yatidak tidak tidak

ya tidak ya yatidak tidak yatidak tidak yatidak tidak ya ya

Page 49: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

49

Tabel 3.2. Hasil observasi guru yang mengajar

Kegiatan Aspek yang diamati Penilaian I Penilaian II Penilaian III KesimpulanAwal Persiapan Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Baik

Apersepsi Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak BaikSuasana kelas Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Baik

Inti Sesuai dengan skenario Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak BaikInteraksi guru Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak BaikPenggunaan media Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak BaikPenguasaan materi Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Baik

Akhir Penilaian Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak BaikKesimpulan Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Baik

Data yang sudah diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis

berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses tindakan oleh

guru dan observer mendiskusikan tentang kondisi beberapa siswa yang

dijadikan obyek penelitian tersebut.

Ternyata semua siswa memberikan penilaian yang positif terhadap

model ini meskipun pada awalnya siswa sangat pasif untuk menirukan

ujaran-ujaran yang diucapkan oleh guru. Untuk mengantisipasi hal ini maka

dilakukan banyak cara antara lain menulis ujaran-ujaran di papan tulis dan

siswa disuruh membaca kaliamat dengan berulang-ulang serta menunjukkan

gambar yang sesuai. Ternyata sangat membantu siswa apabila guru

memberi contoh dengan mengekspresikan sesuai dengan ucapan dan

intonasi.

e. Refleksi

1) Pertemuan ke 1

Hampir semua siswa (83.4%) mengalami kesulitan dalam

melakukan komunikasi lisan mereka belum bias memberikan respon

atas umpan yang diberikan oleh guru. Sebagian besar dari mereka belum

bias menjawab sama sekali. Pada waktu memberikan umpan harus

mengulang-ulang pernyataan atau pertanyaanya.

2) Pertemuan ke 2

50% dari siswa masih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

tetapi lagu atau intonasi berbicara sudah ada yang lebih baik. Mereka

masih ragu-ragu dalam memberikan tanggapan atas umpan yang

diberikan, mereka memerlukan waktu agak untuk memberikan respon.

Page 50: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

50

3) Pertemuan 3

Pada pertemuan terakhir ini sebagian siswa (66.7%) sudah memiliki

kemampuan memberi respon dalam focus pengucapan dan intonasi

dengan benar mereka melakukan lebih nyaman, senang, rilex dan

spontan dalam berkomunikasi lisan.

Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus I ini tentu saja terdapat

kendala atau hambatan. Hambatan-hambatan tersebut sangat wajar

terjadi pada sebuah pembelajaran yang baru misalnya mengalami

hambatan pada waktu memahami makna ungkapan kemudian siswa

terlihat malu-malu saat untuk menirukan dan mengekspresikan. Hal

tersebut diatasi oleh guru dengan memberikan makna ungkapan yang

terlebih dahulu dan memberi contoh ungkapan-ungkapan baik dengan

ekspresi yang mudah ditirukan ternyata solusi tersebut dapat diterima

oleh siswa. Untuk memperjelas gambaran data tersebut. Maka penulis

memberikan data perolehan nilai dari tindakan siklus I, sebagai berikut :

Page 51: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

51

Tabel 3.3. Tabel data perolehan nilai dari tindakan siklus I

Bagian Indikator No soal1 DS I RA RH VP W2 0 2 2 2 0 23 2 0 2 0 2 24 2 0 2 0 0 0

Memahami informasi 5 0 2 0 2 2 2Menarik Kesimpulan 6 2 0 2 2 0 0

7 2 2 2 2 0 28 0 0 2 2 2 09 2 0 2 0 2 2

10 0 2 2 2 2 211 2 2 2 2 0 212 2 2 0 0 2 013 0 2 2 0 2 214 2 2 2 2 2 215 2 0 2 2 0 216 1 1 3 3 0 317 2 0 3 1 2 218 2 2 2 1 0 219 2 1 3 1 2 020 1 1 2 2 1 221 0 2 3 2 1 122 0 0 2 1 2 123 2 2 3 2 0 024 2 1 1 3 2 225 3 2 2 2 3 3

Menggunakan ucapan dan 1 3 1 6 5 3 4intonasi 2 4 4 5 3 1 2Menyusun kalimat 3 5 5 6 2 2 5Kelancaran berbicara 4 5 2 5 4 5 3

50 40 70 50 40 50Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang

III

Jumlah NilaiKeterangan

Inisial Nama

I

Memahami pesan dalam cerita

II Menggunakan kata-kata

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan perkembangan

jumlah siswa yang mampu memberikan respon secara benar yang

dinilai dari 2 aspek, yaitu:

a. Pengucapan dan intonasi

b. Kelancaran dalam memberikan respon

Page 52: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

52

Adapun grafik dari 2 aspek tersebut adalah :

1) Grafik I

Perkembangan siswa dalam pengucapan dan intonasi siklus 1

0

1

2

3

4

5

6

pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

jum

lah

sis

wa

benar

salah

Keterangan:

Pertemuan 1

- Benar : RA

- Salah : DS, I, RH, VP, W

Pertemuan 2

- Benar : RA, W

- Salah : DS, I, RH, VP

Pertemuan 3

- Benar : RA, W, DS, RH

- Salah : I, VP

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang

menggunakan ucapan dan intonasi secara benar berangsur-angsur

meningkat dari pertemuan pertama ke pertemuan selanjutnya.

Sedangkan jumlah siswa yang menggunakan ucapan dan

notasi secara salah berangsur-angsur berkurang dari pertemuan

pertama ke pertemuan selanjutnya.

2) Grafik II

Perkembangan siswa dalam kelancaran dalam memberikan

respon

Page 53: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

53

0

1

2

3

4

5

6

pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

jum

lah

sis

wa

lancar

tidak lancar

Keterangan:

Pertemuan 1

- Lancar : RA

- Tidak lancar : DS, I, RH, VP, W

Pertemuan 2

- Lancar : RA, W, RH

- Tidak lancar : DS, I, VP

Pertemuan 3

- Lancar : RA, W, DS, RH

- Tidak lancar : I, VP

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang

melakukan komunikasi lisan secara lancar berangsur-angsur

meningkat dari perteman pertama ke pertemuan selanjutnya.

Sedangkan jumlah siswa yang melakukan komunikasi tidak

lancar berangsur-angsur berkurang dari pertemuan pertama ke

pertemuan selanjutnya.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 minggu atau 3 kai pertemuan,

yaitu 3x80 menit pada bulan Mei 2009.

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada siklus 1:

Page 54: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

54

Tabel 4. Prosedur penelitian siklus II

Tindakan Prosedur penelitian

Siklus II a. Perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi dan rfeleksi tindakan pada siklus I dapat

diketahui bahwa belum adanya peningkatan prestasi belajar yang cukup

signifikan dari indicator yang ditetapkan. Oleh karena itu guru memberikan

tambahan berupa media gambar dan kartu kalimat yang lebih menarik.

Adapun persiapan yang yang dilaksanakan oleh peneliti adalah

sebagai beikut :

(1) Guru menyiapkan silabus Bahasa Indonesia

(2) Guru menyiapkan RPP yang sesuai

(3) Guru menyiapkan alat peraga berupa kalimat dan gambar

(4) Guru menyiapkan instrumenet observasi yang akan digunakan teman

sejawat (mitra kolaborasi) dalam melakukan observasi.

(5) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang

semua akan terlampir dengan lengkap.

1) Pertemuan 1

Pelaksanaan dengan penekanan pada pengucapan dan intonasi.

Kegiatan diawali dengan salam dan doa kemudian dilanjutkan kegiatan:

(1) Tanya jawab tentang pasar malam agar siswa berusaha merespon.

Sebagian siswa (66.7%) siswa masih merasa kesulitan untuk merespon

pertanyaan manakala ditanya dengan waktu lama mereka menjawab.

(2) Guru menunjukkan gambar yang disertai kartu kalimat dan merencanakan

layaknya seorang penjual yang menawarkan dagangannya sesuai dengan

gambar.

(3) Kegiatan yang sama diulang-ulang dengan berganti-ganti gambar barang

yang biasa dijual di pasar malam. Misalnya ada gambar penjual baju,

penjual bunga, penjual makanan, dan lain-lain.

(4) Guru membetulkan ucapan-ucapan siswa yang masih salah dengan

kecepatan normal. Siswa menirukan dengan diulang-ulang.

Page 55: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

55

(5) Akhir pelajaran siswa mempraktekkan dengan layaknya penjual dan

pembeli dengan cara berkelompok. Masing-masing kelompok 3 anak.

(6) Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

2) Pertemuan 2

Materi yang disampaikan adalah penekanan pada kelancaran

berkomunikasi lisan.

(1) Kegiatan diawali dengan salam dan do’a bersama, kemudian dilanjutkan

dengan apersepsi berupa materi yang telah lalu.

(2) Siswa membaca bersama guru tentang bacaan yang disajikan guru yaitu

pasar malam bersama gambar-gambar berupa orang-orang berjualan. Jika

siswa tetap masih pasif tidak mau merespon pertanyaan yang

diungkapkan guru, maka guru mengekspresikan ujaran-ujaran tertentu

sesuai gambar agar situasi menarik perhatian siswa.

(3) Siswa menirukan apa yang telah diekspresikan guru secara berulang-

ulang dengan kecepatan rendah sambil guru membetulkan ungkapan-

ungkapan siswa yang masih salah, kemudian dengan kecepatan normal

dan diucapkan secara klasikal.

(4) Guru memberikan pancingan / umpan agar siswa mau merespon dengan

ungkapan secara klasikal, selanjutnya siswa dibagi 2 kelompok secara

kelompok siswa saling berkomunikasi lisan dengan kelompok 1

memberikan umpan dan kelompok 2 memberi respon dan sebaliknya,

setelah berjalan lancar baru secara berpasangan siswa melakukan

transaksi layaknya penjual dan pembeli dipasar malam sesuai gambar

yang disajikan guru.

(5) Dengan bimbingan guru siswa menyanyikan lagu “sedang apa” secara

kelompok yaitu kelompok A bertanya dan kelompok B menjawab dan

setelah itu melakukan hal yang sebaliknya.

(6) Kegiatan diakhiri do’a bersama dan salam.

3) Pertemuan 3

Materi yang disampaikan adalah mengulang materi pertemuan 1 dan 2

Page 56: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

56

penekanan pada pengucapan dan intonasi serta kelancaran komunikasi

dan intonasi serta kelancaran komunikasi lisan.

Kegiatan diawali dengan salam dan do’a bersama kemudian diberikan

opersepsi yang berupa tanya jawab tentang materi yang lalu agar siswa

ingat dan diarahkan pada materi yang lalu agar siswa ingat dan diarahkan

pada materi yang akan dilaksanakan.

a. Penekanan pada pengucapan dan intonasi

1) Guru dan siswa membahas isi bacaan sambil guru memberi umpan

dengan beberapa pertanyaan agar siswa merespon.

2) Siswa memerankan sebagai seorang penjual yang sedang menawarkan

dagangannya sesuai dengan gambar yang ditunju, yang ditunjukkan

guru.

3) Guru memerankan sebagai pembeli yang sedang transaksi sehingga

situasi kelas menjadi aktif dan responsif.

4) Guru membetulkan ungkapan-ungkapan siswa yang masih salah.

b. Penekanan pada kelancaran komunikasi lisan

1) Guru mengekspresikan dengan beberapa pancingan agar siswa

merespon secara klasikal tentang layaknya penjual dan pembeli.

2) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I dan kelompok II.

Kelompok I memberi umpan dan kelompok II merespon dan

sebaliknya, setelah berjalan lancar dirubah dengan berpasangan siswa

melakukan komunikasi secara berpasangan A dan B, C dengan D, E

dengan F mereka saling memberi umpan dan merespon layaknya di

pasar malam.

3) Terakhir siswa menyanyikan lagu “Sedang Apa” secara kelompok,

yaitu kelompok A bertanya dengan kelompok B, kemudian kelompok B

menjawab dan kebalikannya.

4) Untuk mengetahui keberhasilan tindakan, maka guru mengadakan tes

akhir 2 untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar

selama pemberian tindakan. Kegiatan diakhiri setelah tes akhir 2

berakhir.

5) Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

Page 57: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

57

b. Observasi

Guru dan mitra kolaborasi dan teman sejawat melaksanakan observasi

terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat pada masing-masing

siswa untuk tiap pertemuan.

Observasi ditujukan pada kegiatan guru/peneliti dalam melakukan

pembelajaran juga kepada siswa pada waktu pembelajaran berlangsung,

yaitu mencata kondisi konsentrasi, keaktifan dan prestasi.

Data keseluruhan yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk

pencatatan hasil tes akan dijadikan bahan untuk menganalisa perkembangan

prestasi yang berhubungan dari tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan.

Adapun hasil observasi tiap-tiap pertemuan pada siklus ke II dapat

diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil observasi siswa siklus II

1 DS2 I3 RAS4 RH5 VP6 W ya ya ya yaya ya ya

ya ya yaya ya ya

ya ya ya ya

ya yaya Tidak ya

ya ya ya ya ya

Pertemuan ke III

Kon

sent

rasi

Kea

ktifa

n

Inis

iatif

Kon

sent

rasi

Kea

ktifa

n

Inis

iatif

Kon

sent

rasi

Kea

ktifa

n

Pres

tasiNo

Nam

a Si

swa

Pertemuan ke I Pertemuan ke II

yayaya

Tidak

ya yayayayayaya

yayayayaya

ya

yaya

yayayaya

yayayaya

Tabel 4.2. Hasil observasi guru yang mengajar

Kegiatan Aspek yang diamati Penilaian I Penilaian II Penilaian III KesimpulanAwal Persiapan Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Apersepsi Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Suasana kelas Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Inti Sesuai dengan skenario Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Interaksi guru Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Penggunaan media Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Penguasaan materi Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Akhir Penilaian Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Kesimpulan Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Page 58: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

58

c. Refleksi

Hasil analisis data dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga gambar penjual pakaian, penjualan

makanan, penjual bunga masing-masing pasar malam juga kartu kalimat.

Pelaksanaan pada siklus II dapat digunakan untuk melihat perkembangan

kondisi masing-masing siswa. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai

berikut :

1) Pertemuan I

Pada pertemuan pertama sebagian siswa (66.7%) sudah mempunyai

kemampuan memberi respon dalam focus pengucapan dan intonasi

dengan benar sebab hanya mengulang pertemuan pada siklus I. mereka

berkali-kali tanpa disuruh melihat gambar dan mengungkapkan sendiri,

tetapi ada pula sebagian siswa yang pasif walaupun diberi beberapa

umpan.

2) Pertemuan II

Sebagian besar (83.3%) sudah memepunyai kemampuan untuk

berkomunikasi lisan walaupun dengan pancingan yang sangat lambat dan

memerlukan waktu lama, sambil mengingat-ingat ucapan dan intonasi

yang benar.

3) Pertemuan III

Pada pertemuan ke III sebagian besar siswa sudah tidak kelihatan

jelas peningkatannya. Mereka mengucapkan dengan agak cepat jika

dibandingkan dengan pertemuan ke 2. mereka juga mengontraskan antara

pengucapan intonasi dan kelancaran berkomunikasi lisan dengan teman

sebangku atau berpasang-pasangan.

Pada akhir siklus II ini, guru memperoleh kenyataan bahwa beberapa siswa

yang pada awalnya gagap dan malu juga tidak mau merespon pertanyaan,

mereka sudah dapat menguasai keadaan. Pada pertemuan terakhir, dapat

diperoleh data bahwa sebagian besar siswa dapat mengucapkan intonasi yang

benar dan mempunyai kemampuan untuk merespon pertanyaan atau

pernyataan lebih aktif untuk memperjelas gambaran data tersebut. Penulis

memberikan data perolehan nilai dari tindakan siklus II, sebagai berikut :

Page 59: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

59

Tabel 4.3. Data perolehan nilai dari tindakan siklus II

Bagian Indikator No soal1 DS I RA RH VP W2 0 2 2 2 2 23 2 2 2 0 2 24 2 0 2 2 0 2

Memahami informasi 5 0 2 2 2 2 2Menarik Kesimpulan 6 2 2 2 2 0 2

7 2 2 2 2 0 28 2 0 2 2 2 09 2 0 2 2 2 2

10 0 2 2 0 2 211 2 2 2 2 2 212 2 2 2 2 2 213 0 2 2 0 2 214 2 2 2 2 2 215 2 2 2 2 0 216 2 2 3 3 1 317 3 3 3 1 3 318 2 2 2 2 2 219 2 1 3 3 2 220 1 2 2 2 1 221 2 2 3 3 1 322 3 3 2 1 2 223 2 2 3 2 1 224 2 3 3 3 2 325 3 2 3 2 3 3

Menggunakan ucapan dan 1 3 3 7 5 3 4intonasi 2 4 4 6 3 2 4Menyusun kalimat 3 5 5 6 4 2 6Kelancaran berbicara 4 6 4 6 4 5 5

60 60 80 60 50 70Cukup Cukup Baik Cukup Kurang Cukup

III

Jumlah NilaiKeterangan

Inisial Nama

I

Memahami pesan dalam cerita

II Menggunakan kata-kata

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan perkembangan jumlah

siswa yang mampu memberikan respon secara benar, yang dinilai dari

2 aspek yaitu :

a) Pengucapan dan intonasi

b) Kelancaran dalam memberikan respon

Page 60: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

60

Adapun grafik dari 2 aspek tersebut adalah :

(1) Grafik III

Perkembangan siswa dalam pengucapan dan intonasi siklus II

0

1

2

3

4

5

6

pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

jum

lah

sis

wa

benar

salah

Keterangan:

Pertemuan 1

- Benar : RA, W, RH, DS

- Salah : I, VP

Pertemuan 2

- Benar : RA, W, RH, DS, I

- Salah : VP

Pertemuan 3

- Benar : RA, W, DS, RH, I

- Salah : VP

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan

pertama jumlah siswa yang pengucapan dan intonasi secara benar tidak

mengalami peningkatan, namun pertemuan berikutnya berangsur-

angsur meningkat menjadi 83.3%

(2) Grafik IV

Perkembangan siswa dalam kelancaran memberi respon

Page 61: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

61

0

1

2

3

4

5

6

pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

jum

lah

sis

wa

lancar

tidak lancar

Pertemuan 1

- Lancar : RA, W, RH

- Tidak lancar : DS, I, VP

Pertemuan 2

- Lancar : RA, W, RH, DS

- Tidak lancar : I, VP

Pertemuan 3

- Lancar : RA, W, DS, RH, I

- Tidak lancar : VP

Dengan melihat grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada

pertemuan pertama terjadi penurunan dalam memberikan respon, mungkin

karena siswa ada pengontrasan antara pengucapan dan intonasi secara

bersama-sama dengan kelancaran atau kecepatan memberikan respon.

Namun demikian pada akhir siklus II ini siswa dapat lebih

menguasai keadaan. Sehingga pada pertemuan ke II dan ke III, diperoleh

data bahwa sebagian besar siswa (83.3%) sudah dapat mengucapkan dengan

intonasi yang benar dan mereka lancar dalam merespon pernyataan orang

lain.

Hasil dari pengamatan sebelum dan sesudah siklus I dan siklus II dapat

dilihat pada grafik berikut:

(1) Grafik V

Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah siklus I dan siklus II

Page 62: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

62

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai awal Siklus I Siklus II

Danar Susilo

Iftita’yah

Rizki

Rina Hastuti

Vira Praja

Wahyuningsih

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai prestasi awal sebelum

diberikan tindakan tertinggi 60 dan nilai terendah 30. Nilai setelah

tindakan siklus I tertinggi 70 dan nilai terendah 40. Nilai setelah

tindakan siklus II tertinggi 80 dan terendah 50.

Page 63: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

63

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Melalui hasil penelitian dan pembahasan perbandingan kondisi awal

sikluis I dan siklus II.

1. Kondisi awal yaitu : pembelajaran komunikasi lisan dalam pengajaran

bahasa Indonesia sebelum menggunakan pendekatan komunikatif.

a. Situasi pembelajaran

Hampir semua siswa tunagrahita ringan kelas VII mengalami kesulitan

dalam komunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia, mereka

pasif dalam merespon pembicaraan lawan bicara dan sulit dalam

pengucapan maupun intonasi, mereka sulit dalam konsentrasi.

b. Hasil belajar

Nilai awal prestasi sebelum diberikan tindakan yaitu tertinggi 60 dan

terendah 30 rata-rata nilai hanya mencapai 43,33

2. Tindakan siklus I

Pembelajaran komunikasi lisan setelah menggunakan pendekatan

komunikatif dalam pengajaran bahasa Indonesia.

a. Situasi pembelajaran

Ditinjau dari konsentrasi dan keaktifan sudah ada peningkatan mulai

dari pertemuan ke I dan selanjutnya, jumlah siswa yang menggunakan

ucapan dan intonasi secara benar berangsur-angsur meningkat

sedangkan jumlah siswa yang menggunakan ucapan dan intonasi

secara salah berangsur-angsur berkurang. Begitu juga yang melakukan

komunikasi lisan secara lancar berangsur-angsur meningkat mulai dari

pertemuan ke I dan selanjutnya, sedangkan jumlah siswa yang

melakukan komunikasi tidak lancar berangsur-angsur berkurang.

b. Hasil belajar

Prestasi yang dicapai pada tes akhir I atau pada siklus I nilai tertinggi

70 dan nilai terendah 40 nilai rata-rata meningkat menjadi 50.

3. Tindakan siklus II

Pembelajaran komunikasi lisan sesudah menggunakan pendekatan

komunikatif dengan ditambah sebagian lagi gambar yang lebih menarik.

Page 64: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

64

a. Situasi pembelajaran

Keadaan kelas meningkat lebih aktif dan responsive, konsentrasi siswa

mudah terarah pada lawan bicata, dalam pengucapan dan intonasi

mengalami peningkatan yaiitu pada pertemuan ke 2 dan ke 3 dari

66,7% menjadi 83,3%. Perkembangan dalam kelancaran merespon

pada siklus II pertemuan 2 dan ke 3 sebagian besar siswa sudah dapat

mengucapkan dan intonasi dengan benar dan mereka sebagian besar

lancar merespon pertanyaan atau pernyataan dari orang lain

b. Hasil belajar

Prestasi yang dicapai pada tes akhir II siklus II nilai tertinggi 80 dan

nilai terendah 50 nilai rata-rata meningkat menjadi 63,33

Refleksi :

Dilihat dari kondisi awal hingga akhir tindakan siklus I dan II dapat kita

simpulkan ada peningkatan konsentrasi dan keaktifan siswa setelah tidakan siklus

I dan II terdapat peningkatan ucapan dan intonasi serta kelancaran dalam

berkomunikasi lisan. Yang sebelumnya hasil belajar hanya rata-rata 43,33 setelah

diberi tindakan siklus I dan siklus II meningkat menjadi rata-rata 63,33.

Data yang diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran menunjukkan bahwa

hasil belajar komunikasi lisan dengan menggunakan pendekatan komunikatif

suasana kelas lebih aktif dan responsif, siswa bertambah konsentrasi dan tampak

lebih akrab antara siswa yang satu dengan yang lain, juga kepada guru. Dari

pemantauan guru mitra kolaborasi mengatakan dengan menggunakan metode

pendekatan komunikatif dapat mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga

prestasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya komunikasi lisan

meningkat.

Page 65: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

B. Simpulan

Sesuai hasil analisis dan permasalahan yang ada tentang pengunaan

pendekatan komunikatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dalam

pengajaran anak tunagrahita ringan kelas VII SLB/C YPCM Boyolali dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Penelitian berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dlam

pembelajaran bahasa Indonesia dengan indikator meningkatnya

pengucapan dan intonasi serta kelancaran memberikan pertanyaan

kepada siswa sehingga suasana kelas menjadi efektif dan responsive.

2. Siswa yang mengalami kesulitan dalam pengucapan dan intonasi serta

memberikan respon berangsur-angsur berkurang dari setiap pertemuan

yanag diadakan.

3. Meskipun penelitian hasilnya positif namun ada kendala yaitu kelas

menjadi gaduh sehingga mengganggu kelas lain yang jaraknya

berdekatan.

C. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Siswa agar lebih serius lagi untuk mengikuti aktivitas belajar mengajar

bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif, karena dengan

kemampuan komunikasi yang baik dapat dijadikan bekal hidup untuk

masyarakat.

2. Siswa yang behasil berjumlah 5 siswa, tetap diberikan tugas baik di

sekolah maupun di rumah untuk mnegamati percakapan yang terjadi di

sekitar mereka, agar mereka mudah menirukan atau berkomunikasi

secara optimal menyimak dan berbicara. Siswa yang belum berhasil

agar membiasakan pengucapan dan intonasi secara benar, orang tua

selalu melatih penekanan pada pemberian umpan agar anak

memberikan respon.

Page 66: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

66

3. Untuk mengatasi suasana gaduh yang mengganggu kelas bersebelahan

maka sebaiknya pihak sekolah menyediakan ruang khusus bahasa

Indonesia yang terpisah dari lokal yang lain.

Page 67: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

67

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi ; Universitas Negeri Malang.

A Soedomo Hadi. 2005. Pengelolaan kelas. Surakarta: Universitas Negeri

Surakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standart Kompetensi dan konpensasi

dasar, Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajement Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Pembinaan SLB.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Pedoman Guru Bahasa

Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Djago Tarigan. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Emi Dasiemi. 1997. Psikiatri Umum. Surakarta: Depdikbud Universitas Negeri

Surakarta. Moh. Amin. 1995. Orto pedagogik Anak Tunagrahita III. Bandung : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Moleong, L.J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rodakarya Mumpuniarti. 2000. Penanganan Anak Tunagrahita. Yogyakarta : Universitas

Negeri Yogyakarta. Mulyono Abdurrahman. 1995. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta. Muchlisoh. 1995. Pendidikan Bahasa Indonesia III. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Mulyani Sumantri dan Johan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : CV Maulana. Munzayanah, 2000. Anak Tunagrahita. Surakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Mustakim, 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta : Rajawali Press. Onang Uchjana Effendy. 1990. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Page 68: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

68

Syafiie dkk. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia murid kelas VI SD yang Berbahasa Ibu Bahasa Madura mendengarkan dan berbicara. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sabarti Akhadiah, dkk. 1991. Bahasa Indonesia III. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta : Pendidikan dan

Penelitian Profesi Guru. Soepomo Poedjosoedarmo. 2001. Filasafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah

University Press. Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. ,1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Sutjihati Sumantri, 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Surakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Suyanto. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Semarang: Bumi Aksara. Tim Penyusun Kamus Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Tomkins, Hoskisson. 1995. Language Arts: Content and Teaching Strategies.

Edisi ketiga. Columbus, O.H.: Prentice Hall Inc.. http://www.geocities.com/novvant/inisiai6sem5/InisiasiPembelajaranBahasaIndon

esiaSD6.pdf

Page 69: MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI …... · penting yang dibutuhkan siswa adalah trampil berbahasa. ... terhadap sastra dan bahasa Indonesia untuk memahami dan merespon

69