PBL Blok 6
Meninges, Cairan Serebrospinal serta Vaskularisasi Serebral
Theofilio Leunufna102012065F7Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta - 11510
AbstrakKepala manusia merupakan salah satu bagian tubuh yang
sangat kompleks serta berperan penting dalam proses kehidupan. Di
dalam kepala manusia terdapat otak yang mempunyai peranan penting
dan merupakan organ paling kompleks yang pernah ada di dunia.
Kompleksitasnya dapat tergambarkan dari jumlah sel saraf (neuron)
yang totalnya lebih dari 100 miliar. Belum lagi jika neuron-neuron
tersebut dihubungkan bersama-sama, jumlah koneksi sel otak manusia
bias mencapai sekitar 100 triliun. Sungguh jumlah yang sangat
fantastis! Lebih dari itu otak manusia merupakan organ yang
multitasking. Fungsinya luar biasa banyak. Mulai dari pengendalian
proses berpikir, berhitung, memori, bahasa, emosi, denyut jantung,
aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, suhu tubuh,
keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, dan pengendalian semua
organ tubuh tanpa terkecuali. Oleh karena itu otak perlu
mendapatkan perlindungan yang sangat ekstra demi menjaga
kelangsungan kerjanya. Terdapat berbagai struktur dari kepala yang
melindungi otak diantaranya yaitu tengkorak. Tanpa tengkorak, otak
akan mudah rusak karena getaran, goncangan, hingga benturan. Selain
tengkorak, terdapat juga lapisan-lapisan atau membran pembungkus
otak dan sistem saraf tepi yang ada di dalamnya yang disebut dengan
meninges. Dan juga terdapat cairan di otak yang mempunyai fungsi
yang bervariasi yang dinamakan cairan serebrospinal (CSS). Namun
untuk melaksanakan semua fungsi tersebut, otak perlu mendapatkan
energi dan nutrisi serta oksigen yang dimediasi oleh sistem
vaskularisasi yang berada di otak.Kata kunci:Meninges, cairan
serebrospinal (CSS), vaskularisasi.
AbstractThe human head is one part of the body is very complex
and important role in the life process. In the brain there is a
human head that has an important role and is the most complex organ
in the world has ever seen. Complexity can be illustrated by the
number of nerve cells (neurons) which total more than 100 billion.
Not to mention if the neurons are connected together, the number of
connections of human brain cells to reach around 100 trillion bias.
It's a very fantastic amount! More than that the human brain is an
organ that multitasking. Its function is enormous. Ranging from
process control thinking, counting, memory, language, emotions,
heart rate, blood flow, movement or motor skills, body temperature,
fluid balance, hormonal balance, and control of all organs of the
body without exception. Therefore brains need to get extra
protection so it works in order to maintain continuity. There are
various structures of the head among which the skull protects the
brain. Without the skull, the brain will be easily damaged by
vibration, shock, until the collision. In addition to the skull,
there are also layers or membranes covering the brain and
peripheral nervous system that is in it is called the meninges. And
also there is fluid in the brain that have a variety of functions,
called cerebrospinal fluid (CSS). However, to carry out all these
functions, the brain needs to obtain energy and nutrients as well
as oxygen-mediated vascularization system in the brain.
Keywords:Meninges, cerebrospinal fluid (CSS),
vascularization.
PendahuluanDi masa global sekarang, semua yang dikerjakan
manusia harus serba cepat. Segala sesuatu yang dilakukan seperti
seakan tak ada selang waktu yang berarti. Manusia lalu terburu-buru
dalam melakukan semua kegiatan mereka dan seringkali menimbulkan
kecerobohan. Salah satu hal yang paling sering terjadi adalah
kecelakaan. Kecelakaan selalu menjadi momok menakutkan bagi para
pengendara kendaraan bermotor. Akibat dari kecelakaan sangat
bervariasi. Mulai dari hanya luka-luka, patah tulang sampai ada
yang dapat menimbulkan kematian. Seringkali kecelakaan yang terjadi
juga menimbulkan cedera pada kepala. Cedera kepala juga adalah
penyebab utama kematian dan kecacatan. Manfaat dari kepala,
termasuk tengkorak dan wajah adalah untuk melindungi otak terhadap
cedera. Selain perlindungan oleh tulang, otak juga tertutup lapisan
keras yang disebut meninges fibrosa dan terdapat cairan yang
disebut cairan serebrospinal (CSS).Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis akan membahas tentang lapisan meninges, cairan
serebrospinal (CSS) dan vaskularisasi serebral yang terdapat pada
otak berkaitan dengan skenario kasus.TujuanTujuan dari pembuatan
makalah ini, agar pembaca dapat mengerti tentang:1. Struktur
meninges secara makroskopik dan mikroskopik,2. Cairan serebrospinal
(CSS),3. Vaskularisasi serebral.
PembahasanMakroskopis dan FisiologisMeningesMeninges ialah tiga
lapis selaput non-neural (jaringan penyambung) yang membungkus dan
melindungi otak dan sumsum tulang belakang yang lembek. Lapis itu
masing-masing dari bagian paling dalam adalah piamater, araknoid
dan duramater merupakan selaput terpisah yang bersinambungan.
Piamater dan araknoid bersama dinamakan leptomening dan duramater
ialah pakimening.Pada lapisan paling dalam terdapat piamater yang
berhubungan erat dengan otak dan sumsum tulang belakang, mengikuti
tiap sulkus dan fisura. Selaput ini merupakan lapis dengan banyak
pembuluh dan terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta
dilalui pembuluh-pembuluh darah yang memberi makanan pada jaringan
saraf. Astrosit susunan saraf pusat mempunyai taju-taju yang
berakhir sebagai kaki akhir (end feet) dalam piamater untuk
membentuk selaput piaglia. Selaput ini rupanya mencegah masuknya
bahan-bahan yang merugikan ke dalam susunan saraf pusat.Araknoid
(dari bahasa Yunani arachnes yang artinya laba-laba) ialah lapis
tipis, halus dan namanya disebabkan oleh karena sejumlah besar
trabekula halus membentang dari selaput ini ke piamater. Lapis
araknoid tidak mengikuti seluk beluk permukaan susunan saraf pusat,
melainkan lebih banyak menyeberangi pinggir ke pinggir. Rongga
subaraknoid diantara piamater dan araknoid mengandung cairan
serebrospinal (CSS). Velum interpositum ialah lipat piamater yang
berbentuk segitiga dan terdapat diantara korpus kalosum dan forniks
disebelah atas dan atap ventrikel ketiga dan thalamus di sebelah
bawah. Rongga subaraknoid di antara kedua lamina itu berisi cairan
serebrospinal (CSS) dan pembuluh darah; ke posterior rongga itu
bersinambung dengan sistern superior. Sisi ini merupakan dasar
segitiga tersebut. Apeks segitiga terletak rostral pada kedua
foramen antarbilik untuk membentuk pleksus koroid ventrikel lateral
dan foramen antarbilik. Setelah melalui lubang-lubang itu, pleksus
koroid berlanjut sebagai struktur tunggal di garis tengah,
membentang dari apeks pertengahan dasar segitiga. Struktur ini
merupakan pleksus pembuluh pada piamater dengan ependim di dalam
atap ventrikel ketiga pada diensefalon. Beberapa rongga besar yang
dinamakan sistern terletak di dalam rongga subaraknoid. Sistern
terdapat di daerah-daerah dimana terdapat lekukan-lekukan pada
permukaan otak; pada tempat itu piamater melekat erat pada
permukaan otak sehingga terbentuk rongga subaraknoid yang besar
oleh karena araknoid menyeberang dari promontorium ke promontorium.
Pada aspek anterior batang otak dan hipotalamus terletak di tiga
buah sistern; sistern pons terletak pada sambungan medula
oblongata; sistern antara pedunkel pada fossa antar pedunkel otak
tengah dan sistern kiasma diantara kiasma optik. Dua sistern
terletak pada aspek posterior batang otak. Sistern serebelomedular
(magna) terletak diantara pleksus koroid medula oblongata dan
serebelum. Sistern superior pada vena serebrum magna ditemukan
posterior terhadap tektum otak tengah. Sistern fossa lateral
serebrum terletak di daerah sulkus lateral serebrum.1Pada lapisan
araknoid terdapat ruang subaraknoid yang memisahkan lapisan
araknoid dari piamater dan mengandung cairan serebrospinal,
pembuluh darah serta jaringan penghubung seperti selaput yang
mempertahankan posisi araknoid terhadap piamater di bawahnya.
Selain itu, di lapisan ini terdapat berkas kecil jaringan araknoid
dan vili araknoid yang menonjol ke dalam sinus vena (dural)
duramater.Lapisan yang paling luar adalah duramater. Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari dua lapisan.
Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tetapi terputus pada
beberapa sisi spesifik. Pada duramater terdapat lapisan periosteal
luar yang melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai
periosteum dalam pada tulang tengkorak. Selain itu terdapat lapisan
meningeal dalam yang tertanam sampai ke dalam fisura otak dan
terlipat kembali ke arahnya untuk membentuk bagian-bagian berikut
yaitu;1. Falks serebrum yang terletak dalam fisura longitudinalis
antar hemisfer serebral. Bagian ini melekat pada crista galli
tulang ethmoid.2. Falks serebelum yang membentuk bagian pertengahan
antar hemisfer serebelar.3. Tentorium serebelum yang memisahkan
serebrum dari serebelum.4. Sela diafragma memanjang di atas sela
tursika, tulang yang membungkus kelenjar hipofisis.Pada beberapa
regia, kedua lapisan ini dipisahkan oleh pembuluh darah besar,
sinus vena yang mengalirkan darah dari otak. Pada duramater
terdapat ruang subdural yang memisahkan duramater dari araknoid
pada regia kranial dan medula spinalis. Selain itu terdapat ruang
epidural yang adalah ruang potensial antara periosteal luar dan
lapisan meningeal dalam yang berada di regia medula spinalis.2
Gambar 1. Struktur Meninges pada Otak
Pada duramater juga terdapat sinus yaitu ruang-ruang antara
lapis endostial dan lapis meningeal duramater yang dilapisi
endotel. Darah dari otak disalurkan ke dalam sinus duramater, dan
akhirnya memasuki vena jugularis interna.Dimulai dari sinus
sagitalis superior terletak pada tepi cembung falks serebri. Sinus
sagitalis superior berawal pada crista galli dan berakhir di dekat
protuberantia occipitalis interna pada confluens sinuum. Ke dalam
sinus sagitalis superior bermuara vena cerebri superior dan di
sebelah kanan dan kiri berhubungan dengan lacuna lateralis
(ruang-ruang pembuluh balik dalam duramater) melalui celah-celah
yang sempit.Sinus sagitalis inferior yang lebih daripada sinus
sagitalis superior, melintas pada tepi inferior falks cerebri yang
cembung dan berakhir pada sinus rectus.Sinus rectus terbentuk
melalui persatuan sinus sagitalis inferior dengan vena cerebri
magna. Sinus rectus melintas ke infero-posterior, mengikuti garis
lekat falks cerebri pada tentorium cerebelli, dan disini bersatu
dengan salah satu sinus transversus, biasanya sinus transversus
sinister.Sinus transversus melintas ke lateral dari confluens
sinuum dan mengikis sebuah alur pada os occipital dan sudut
posteroinferior kedua os parietale. Kedua sinus transversus
meninggalkan tentorium cerebelli dan menjadi sinus sigmoideus.Sinus
sigmoideus mengikuti lintasan yang menyerupai huruf S dalam fossa
cranii posterior, membentuk alur-alur yang dalam pada os temporale
dan os occipital. Masing-masing sinus transversus membelok ke depan
dan di sebelah bawah foramen jugulare beralih menjadi vena
jugularis interna.Sinus occipitalis terletak pada tepi falks
cerebelli yang terlekat dan ke superior berakhir ke dalam confluens
sinuum. Sinus occipitalis ke inferior berhubungan dengan plexus
venosus vertebralis internus.Sinus cavernosus terletak di sebelah
kanan dan di sebelah kiri diapraghma sellae dan corpus ossis
sphenoidalis. Masing-masing sinus cavernosus melintas dari fissure
orbitalis superior di sebelah anterior ke puncak pars petrosa pada
os temporale. Masing-masing sinus cavernosus menampung darah dari
vena ophthalmica superior, vena ophthalmica inferior, vena cerebri
media superficialis, dan sinus sphenoparietalis. Kedua sinus
cavernosus saling berhubungan melalui sinus intercavernosi. Darah
sinus cavernosus disalurkan ke posterior dan inferior ke sinus
petrosus superior, sinus petrosus inferior dan plexus pterygoideus.
Di dalam masing-masing sinus cavernosus terletak arteri carotis
interna bersama pleksus simpatisnya dan nervus abducens (N. VI).
Dalam dinding lateral masing-masing sinus cavernosus terdapat dari
superior ke inferior, yaitu nervus oculomotorius (N. III), nervus
trochlearis (N. IV) dan divisi-divisi nervus cranialis, nervus
cranialis dan nervus trigeminus.Sinus petrosus superior melintas
dari ujung posterior masing-masing sinus cavernosus ke sinus
transversus pada tempat sinus-sinus ini melengkung ke inferior
untuk membentuk sinus sigmoideus. Masing-masing sinus petrosus
superior terletak pada tepi tentorium cerebelli yang melekat pada
tepi superior pars petrosa ossis temporalis dan basilaris ossis
occipitalis.Sinus basilaris menghubungkan kedua sinus petrosus
inferior satu dengan yang lain, dan ke arah inferior berhubungan
dengan plexus venosus vertebralis internus.3
Gambar 2. Sinus Duramatris
Cairan Serebrospinal (CSS)Cairan serebrospinal bersih, tidak
bau, dan terdapat di ruang subaraknoid dan ventrikel otak. Cairan
ini disekresi oleh koroid pleksus di dalam ventrikel dan melewati
dua ventrikel lateral, yang kemudian menyatu menjadi satu dengan
yang lain dan dengan ventrikel ketiga melalui foramen
interventrikel, kemudian ke ventrikel ketiga dan kemudian melalui
sebuah saluran sempit, yang disebut aquaduktus serebri, ke dalam
ventrikel keempat. Ada tiga lubang di atap ventrikel keempat yang
dilalui cairan serebrospinal yang masuk ke dalam ruang subaraknoid.
Di sini cairan tersebut bersirkulasi mengelilingi bagian luar otak
dan medula spinalis. Akhirnya, cairan diabsorpsi melalui granulasi
araknoid, yang merupakan penonjolan kecil araknoid, ke dalam sinus
venosa.Fungsi utama cairan serebrospinal ialah melindungi otak dan
medula spinalis dengan membentuk bantalan air di antara jaringan
saraf yang halus dan dinding kavum tulang yang ditempati jaringan
dan dinding tersebut. Cairan serebrospinal juga mempertahankan
tekanan di dalam tengkorak konstan dan membuang sampah dan
substansi beracun.4
Gambar 3. Sirkulasi Cairan SerebrospinalVaskularisasi
SerebralBerat otak sekitar 2,5% dari berat badan secara
keseluruhan. Namun, otak merupakan organ tubuh yang paling banyak
menerima darah dari jantung, yakni seperlima dari seluruh darah
yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh.Diperkirakan, metabolisme
otak menggunakan sekitar 18% dari total konsumsi oksigen tubuh.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika masa hidup jaringan
otak yang menghadapi kekurangan oksigen cukup singkat. Ini berarti,
jaringan otak akan mudah mati jika pasokan aliran darah berhenti
atau tersumbat. Pasokan aliran darah ke otak dilakukan oleh dua
pembuluh arteri utama, yaitu sepasang arteri karotis interna yang
memasok sekitar 70% dari keseluruhan jumlah darah otak, dan
sepasang arteri vertebralis yang mencukupi 30%
sisanya.5Arteri-arteri duramater mengantar lebih banyak darah
kepada calvaria dibanding kepada duramater cranialis. Arteri
meningeal terbesar, yakni arteri meningea media, adalah cabang
arteri maxillaris. Arteri meningea media memasuki cavitas cranii
melalui foramen spinosum, melintas ke arah pada dasar fossa cranii
media, dan berbelok ke arah superolateral pada ala major ossis
sphenoidalis, dan di sini terbagi menjadi ramus posterior dan ramus
anterior. Ramus anterior melintas ke superior titik pterion, lalu
melengkung ke posterior dan naik ke arah puncak kepala. Ramus
posterior melintas superoposterior dan melepaskan cabang-cabang
untuk bagian posterior cranium. Vena-vena duramater mengiringi
arteri-arteri meningeal dan juga arteri dapat terobek pada fraktur
calvaria.Persarafan duramater cranialis terutama terjadi melalui
ketiga divisi nervus cranialis vena cabang-cabang sensoris juga
berasal dari nervus vagus (N. X) dan ketiga saraf servikal teratas.
Badan-badan akhir sensoris dalam duramater cranialis terdapat lebih
banyak sepanjang kedua sisi sinus sagitalis superior dan dalam
tentorium cerebelli dibanding pada dasar cranium. Serabut untuk
perasaan sakit juga banyak terdapat pada tempat arteri-arteri dan
vena-vena menembus duramater cranialis.Selain itu pada otak aliran
darah/perdarahan terjadi melalui cabang arteri carotis interna dan
arteri vertebralis. Arteri carotis interna dipercabangkan di leher
dari arteri carotis communis. Cabang arteri carotis interna ialah
arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media. Arteri
vertebralis berawal di pangkal leher sebagai cabang bagian pertama
kedua arteri subclavia dan bersatu pada tepi kaudal pons untuk
membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris yang diberi nama
demikian karena hubungannya yang demikian erat dengan dasar
cranium, melintas lewat cisterna pontis ke tepi posterior pons, dan
disini berakhir dengan bercabang menjadi arteri cerebri posterior
dextra.Dalam garis besar masing-masing arteri cerebralis mengantar
darah kepada satu permukaan dan satu kutub serebrum sebagai
berikut:a. Arteri cerebri anterior mengantar darah kepada hampir
seluruh permukaan medial dan permukaan superior, serta polus
frontalis.b. Arteri cerebri media mengantar darah kepada permukaan
lateral dan polus temporalis.c. Arteri cerebri posterior mengantar
darah kepada permukaan inferior dan polus occipitalis.Circulus
arteriosus cerebri (Willis) pada dasar otak adalah anasmotosis yang
penting antara empat arteri (arteri vertebralis dan arteri carotis
interna) yang memasok darah kepada otak. Circulus arteriosus
cerebri (Willis) dibentuk oleh arteri cerebri posterior, arteri
communicans posterior, arteri carotis interna, arteri cerebri
anterior, dan arteri communicans interna. Secara umum dijumpai
berbagai variasi dalam ukuran arteri-arteri pembentuk circulus
arteriosus cerebri (Willis). 3Tabel 1.1. Pendarahan Arterial
Otak3ArteriAsalDistribusi
A. VertebralisA. SubclaviaMeninges dan Cerebellum
A. Inferior posterior cerebelliA. VertebralisAspek
postero-inferior cerebellum
A. BasilarisDibentuk melalui persatuan a. vertebralisTruncus
encephali, cerebellum, dan cerebrum
A. PontisA. BasilarisBanyak cabang ke truncus encephali
A. Inferior anterior cerebelliA. BasilarisAspek inferior
cerebellum
A. Superior cerebelliA. BasilarisAspek superior cerebellum
A. Carotis internaA. Carotis communis pada tepi atas cartilago
thyroideaMelepaskan cabang-cabang dalam sinus cavernosus dan
merupakan pemasok darah utama untuk otak
A. Cerebri anteriorA. Carotis internaHemsifer-hemisfer serebrum,
kecuali lobus occipitalis
A. Cerebri mediaLanjutan a. carotis interna di sebelah distal
dari a. cerebri anteriorBagian terbesar permukaan lateral
hemisfer-hemisfer serebrum
A. Cerebri posteriorCabang terminal a. basilarisAspek inferior
hemisfer-hemisfer serebrum dan lobus occipitalis
A. Communicans anteriorA. Cerebri anteriorCirculus arteriosus
cerebri (Willis)
A. Communicans posteriorA. Cerebri posteriorCirculus arteriosus
cerebri (Willis)
Gambar 4. Sirkulasi Arteri pada Otak
MikroskopisMeningesKetiga lapisan pembungkus otak dan medula
spinal terdiri atas jaringan ikat. Yang paling luar, duramater atau
pachimenings adalah jaringan ikat padat, sedangkan yang paling
dalam, piamater dan lapisan tengah, araknoid, adalah jaringan ikat
lebih longgar. Kedua lapis terakhir membentuk leptomenings. Pada
lapisan paling luar, dura spinal dan yang dari otak berbeda
hubungannya dengan jaringan tulang sekitar. Permukaan dalam dari
kanal vertebral dilapisi oleh jaringan ikat periosteumnya sendiri,
dan membran dura silindris tersendiri yang secara longgar
membungkus medula spinal. Ruang epidural lebar, diantara periosteum
dura, mengandung jaringan ikat longgar, sel-sel lemak, dan pleksus
vena epidural. Permukaan dalam dari dura dilapisi oleh sel-sel
gepeng dan terikat pada medula spinal di kedua sisinya oleh
sederetan ligamen dentikulata. Umumnya serat kolagen dura tersusun
memanjang dan mengandung lebih sedikit serat elastin daripada dura
serebri.Duramater otak pada mulanya memiliki dua lapisan, namun
pada orang dewasa mereka merapat erat. Keduanya terdiri atas serat
kolagen dan fibroblas panjang. Batas keduanya tidak jelas, namun
susunannya sedikit berbeda. Lapis luar, atau dura periosteal,
melekat secara longgar pada aspek dalam tengkorak kecuali pada
sutura kranial, dan basis tengkorak, tempat ia lebih melekat erat.
Ia berfungsi sebagai periosteum, lebih banyak selnya daripada lapis
dalam, dan mengandung banyak pembuluh darah. Serat kolagennya
tersusun dalam berkas-berkas.Lapis dalam, dura meningeal, disusun
oleh serabut halus membentuk lembaran yang hampir utuh.
Serat-seratnya yang berjalan ke atas dan belakang dari daerah
frontal disusun oleh membentuk sudut terhadap yang dari lapisan
luar. Friboblasnya memiliki sitoplasma yang sedikit lebih gelap,
inti lonjong dengan kromatin yang lebih padat daripada yang di
lapis luar. Pembuluh darah kecil terdapat pada kedua lapisan
dura.
Gambar 4. Mikrograf Elektron Duraintern6Sebelah dalam dari dura
interna terdapat selapis sel batas, modifikasi fibroblas gepeng
dengan cabang-cabang panjang dan berkelok yang bercampur-baur
dengan yang berasal dari sel-sel berdekatan (lihat gambar 4).
Sel-sel ini memiliki organel pada umumnya. Cabang-cabangnya melekat
pada desmosom dan taut rekah yang tidak terdapat pada sel dari dura
meningeal. Ruang intersel tidak diisi serat kolagen namun oleh
materi keruh, kemungkinan mukopolisakarida alami. Fibroblas gelap
bercabang banyak, materi intersel amorf, dan tiadanya serat
jaringan ikat merupakan ciri tersendiri bagi lapisan ini. Pada zona
peralihan pada lapis sel batas dan dura meningeal, terdapat materi
intersel keruh, bersama serat kolagen halus.
Gambar 5. Mikrograf Elektron pada Duraintern6
Kemudian pada lapisan araknoid terdapat unsur araknoid dari
leptomenings yang terdiri atas sel-sel yang tersusun longgar, lapis
sawar araknoid, dan daerah dalam sel-sel tersusun sangat longgar,
yang sebagian besar tegak lurus terhadap lapis itu dan melintasi
ruang subaraknoid diantaranya dengan piamater (lihat gambar 6 dan
gambar 7). Sel-sel trabekel araknoid ini adalah modifikasi
fibroblas. Dengan cabang-cabang panjang saling berhubungan
sesamanya dan dengan sel-sel lapis sawar oleh desmosome dan taut
rekah. Sedikit serat kolagen terdapat bersama-sama sel trabekel
itu. Sel-sel lapis sawar dipisahkan oleh sedikit atau tanpa ruang
ekstrasel dan saling melekat melalui banyak desmosome dan taut
kedap. Terdapat lamina basal tipis pada aspek intern lapis ini.
Gambar 6. Susunan Selubung Jaringan Ikat dari Otak6
Gambar 7. Lapisan Araknoid Menampakkan Hubungan Ruang
Subaraknoid dan Saluran Perivaskular dengan Otak6Dan lapisan paling
bawah adalah piamater. Lapis ini, melekat erat pada otak dan medula
spinal, terdiri atas modifikasi fibroblas gepeng yang mengikuti
garis bentuk jaringan saraf dibawahnya. Mereka mungkin terdapat
berupa satu lapis tipis atau pada daerah lain tertentu saling
meliputi. Mereka sangat mirip sel-sel dari trabekel araknoid. Pada
lapis ini terdapat banyak pembuluh darah, namun karena tipisnya,
mereka sering hanya sebagian diliputi oleh sel trabekel. Piamater
dan araknoid berhubungan begitu erat, sehingga sering diperlakukan
sebagai suatu lapis, pia araknoid. Serat kolagen dan elastin halus
terselip di antara sel-sel pia dan jaringan di bawahnya. Makrofag
juga ditemukan di antara sel-sel pia dan membran basal glia sekitar
pembuluh darah pia. Pada manusia, mereka sering banyak mengandung
semacam pigmen kuning yang bereaksi positif untuk besi. Sepanjang
pembuluh pia terdapat kelompok-kelompok kecil limfosit dan sebaran
sel mast. Pada keadaan patologis tertentu, jumlahnya sangat
bertambah. Dalam pia pembungkus permukaan ventral medula oblongata
ditemukan melanosit dalam jumlah bervariasi.6Cairan
SerebrospinalCairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus
koroid di ventrikel lateral, mengalir ke ventrikel ketiga, tempat
dibentuk lebih banyak cairan, dan dari situ masuk ke dalam
ventrikel ke empat, tempat lebih banyak cairan ditambahkan. Ia
kemudian keluar melalui foramina Magendie dan Luschka ke dalam
ruang subaraknoid, tempat ia mengalir ke atas permukaan otak dan ke
bawah sekitar medula spinal. Metabolit dari otak berdifusi secara
bebas dari ruang ekstrasel, melintasi ependim dan ke dalam CSS
dalam ruang subaraknoid.Selain perannya mempertahankan lingkungan
cairan yang sesuai bagi otak, CSS ikut memberi perlindungan
terhadap geger otak ringan dan cedera mekanik lain. Ia dibentuk
dengan kecepatan 350 l/menit atau sekitar 500 ml sehari. Dari
jumlah ini sekitar 30 ml terdapat dalam ventrikel, sedangkan
lainnya mengisi ruang dan sisterna subaraknoid. Meskipun sebagian
besar CSS (mungkin lebih dari setengahnya) dibentuk oleh pleksus
koroid, cukup banyak yang berasal dari tempat lain, dari parenkim
otak, cairan itu menembus ependim masuk ke ventrikel. Kontribusi
tambahan terjadi di area postrema pada tepian kaudal ventrikel
keempat. Selama keluarnya cairan secara tetap untuk mengimbangi
produksi CSS yang kontinu, sebagian kecil memasuki pembuluh limf
ekstrakranial melalui ruang perineural sekitar akar saraf kranial
dan spinal, dan sebagian berdifusi ke dalam vena superfisial kecil.
Namun, sebagian besar kembali ke darah vena melalui kekhususan
setempat pada araknoid.4
BiokimiaCairan Serebrospinal (CSS)Komposisi cairan serebrospinal
(CSS) sama dengan plasma darah, walaupun cairan serebrospinal hanya
mengandung sedikit protein. Jumlah totalnya kira-kira 120 ml,
dengan tekanan 60-150 mm H2O, mengandung 200-300 mg protein/liter
dan sekitar 2,8-4,4 mmol glukosa/liter.4KesimpulanBerdasarkan
pembahasan diatas, hipotesis yang dibuat yaitu fraktur pada basis
cranii menyebabkan gangguan pada meninges dan vaskularisasi
serebral, dapat diterima karena kepala manusia dilindungi oleh
tengkorak yang merupakan bagian dari rangka tubuh. Fungsi tengkorak
kepala adalah pelindung dari otak, mata, hidung, dan telinga bagian
dalam. Tanpa tengkorak, otak akan mudah rusak karena getaran,
goncangan, hingga benturan. Dibagian dalam dari tengkorak terdapat
meninges yang adalah lapisan-lapisan atau membran pembungkus otak
dan sistem saraf tepi. Lapisan-lapisan meninges dari tengkorak
menuju ke dalam, terdiri atas duramater, araknoid dan piamater. Di
antara lapisan meninges tersebut terdapat rongga otak yang
didalamnya berisi cairan serebrospinal. Fungsinya sebagai pelindung
mekanik (misalnya, dari guncangan) dan tekanan, mengatur komposisi
ion, dan pembawa keluar metabolit-metabolit yang ada di otak.
Selain itu juga terdapat pembuluh darah di otak yang berfungsi
sebagai pembawa nutrisi bagi otak. Dan jika terjadi goncangan
bahkan fraktur pada basis cranii maka akan menyebabkan semua hal
tersebut mengalami gangguan.
Daftar Pustaka1. Noback CR, Demarest RJ. Anatomi susunan saraf
manusia: prinsip-prinsip dasar neurobiologi. Jakarta: EGC; 1995.
hal. 29-31.2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi
bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. hal.
167.3. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta:
Hipokrates; 2002. hal. 358-368.4. Watson R. Anatomi dan fisiologi
untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002. hal 87-9.5. Wahyu GG. Stroke hanya menyerang orangtua?.
Jogjakarta: Penerbit Bentang Pustaka; 2010. hal. 9.6. Bloom,
Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002. hal. 320-5.