BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, Indonesia dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan yang kompleks. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di Indonesia masih didominasi oleh penyakit yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan lingkungan. Jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan masih cukup tinggi walaupun berbagai usaha telah dilakukan. Berbagai penyakit timbul di masyarakat, seperti diare, ISPA, TB Paru, tetanus, malaria, dan DBD. Masalah kesehatan berbasis lingkungan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit-penyakit seperti diare, ISPA, dll. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan menggambarkan belum optimalnya upaya kesehatan lingkungan (Budiman, 2006). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, Indonesia dihadapkan dengan
berbagai masalah kesehatan yang kompleks. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, manusia,
dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit
terbanyak yang terdapat di Indonesia masih didominasi oleh penyakit yang erat kaitannya
dengan masalah kesehatan lingkungan.
Jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan masih cukup tinggi walaupun berbagai
usaha telah dilakukan. Berbagai penyakit timbul di masyarakat, seperti diare, ISPA, TB
Paru, tetanus, malaria, dan DBD. Masalah kesehatan berbasis lingkungan ini disebabkan
oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta
perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit-penyakit
seperti diare, ISPA, dll. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan
menggambarkan belum optimalnya upaya kesehatan lingkungan (Budiman, 2006).
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat dalam hal membina peran serta masyarakat di
bidang kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat melalui program dan kegiatannya. Salah satu program wajib puskesmas
adalah program kesehatan lingkungan yang diharapkan akan membantu mengurangi
angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Di puskesmas Andalas, salah satu penyakit
yang erat hubungannya dengan kesehatan lingkungan yaitu ISPA yang menempati urutan
tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak di tahun 2014. Hal ini tentu perlu menjadi
perhatian mengingat masalah kesehatan lingkungan sangat berdampak pada berbagai
penyakit lainnya.
1
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas
pelaksanaan program kesehatan lingkungan dan permasalahan program kesehatan
lingkungan di puskesmas Andalas.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa masalah kesehatan lingkunga di wilayah kerja Puskesmas Andalas dan
pencapaiannya.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
Mengetahui pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
Menganalisa permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas
Andalas.
1.3. Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai program kesehatan lingkungan, pencapaian
program dan permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai
literatur, laporan tahunan Puskesmas Andalas, dan diskusi dengan Kepala Puskesmas serta
pemegang program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan
sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Permasalahan kesehatan disebabkan oleh banyak hal, Menurut H.L. Blum (Ricki, 2005),
derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
medis dan keturunan. Sedangkan kesehatan lingkungan sendiri didefinisikan sebagai suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia (WHO, 2011).
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan
Lingkungan sebagai suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, dapat
disimpulkan pengertian kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan
modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi guna meningkaatkan
kesehatan masyarakat.
2.2. Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Pada undang undang tahun no 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
3
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain :
A. Menurut WHO :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
B. Menurut UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan:
4
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat/sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan radiasi
5. Pengamanan kebisingan
6. Pengamanan vektor penyakit
Yang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk
secaraa
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
2.3. Syarat - Syarat Fasilitas dalam Kesehatan Lingkungan di Indonesia
1) Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut (Kemenkes,
2008):
a. Syarat fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat kimia : Kadar besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
kesadahan (maksimal 500 mg/l).
c. Syarat mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).5
2) Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau
sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar
diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3) Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut
(UU No 23/1992):
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, ruang gerak
yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi
yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
6
4) Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur (UU
No 23/1992):
a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
5) Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya: pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit
malaria, nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), nyamuk Culex sp untuk
penyakit kaki gajah/filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya
dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi (Ricki, 2005).
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing yang dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan
bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6) Makanan dan Minuman
7
Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi (Kemenkes RI, 2004) :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
7) Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out
door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta
gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah
kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga
lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak
balita.
Masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata
membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,
terganggunya jadwal penerbangan, dan terganggunya ekologi hutan (Budiman, 2006).
8
2.4. Upaya Kesehatan Lingkungan di Indonesia
Upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di Puskesmas
di Indonesia antara lain sebagai berikut (Kepmenkes No 852/2008):
1. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Tujuan klinik
sanitasi secara umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus menerus.
Ruang lingkup Klinik Sanitasi, diantaranya:
a. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit
diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
b. Penyehatan perumahan/ lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA/ TB-
Paru/ DBD/ Malaria.
c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan atau akibat kerja.
d. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran
cerna/keracunan makanan.
Kegiatan klinik sanitasi dilakukan didalam dan di luar gedung.
a. Di dalam gedung
Setiap pasien yang mendaftar di loket, seterusnya pasien diperiksa oleh tenaga medis
puskesmas. Apabila di dapatkan pasien menderita penyakit yang berhubungan dengan
faktor lingkungan maka pasien di rujuk ke klinik sanitasi, kemudian dilakukan
wawancara, pengisian kuisioner dan konseling. Jika diperlukan, petugas kesling
membuat janji kunjungan ke rumah pasien.
b. Di luar gedung
Hal ini merupakan tindak lanjut kegiatan berupa kunjungan ke rumah pasien,
kunjungan ini sebenarnya rutin di lakukan namun kini dengan target yang
ditingkatkan.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Menurut Survey sosial dan ekonomi nasional (Susenas), rumah sehat dinilai dari
beberapa parameter, diantaranya yaitu:
9
a. Lokasi tempat tinggal yang dianjurkan sebaiknya tidak pada daerah rawan banjir,
bekas pembuangan akhir sampah, bekas pertambangan.
b. Kepadatan hunian
Kebutuhan ruang tidur per orang hendaklah mencapai 8 m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah
umur 5 tahun
c. Jenis lantai
Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan mudah dibersihkan
d. Pencahayaan
Pada pencahayaan alamiah, hendaklah memiliki jalan masuk cahaya (sekurang-
kurangnya 15 % hingga 20 % dari luas lantai dalam ruangan rumah.
e. Ventilasi
Ventilasi alamiah hendaknya mencapai 10 % dari luas lantai.
f. Air bersih
Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
Syarat fisik: Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Syarat mikrobiologis: Air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen.
Lakukan pemeriksaan sampel, jika dari 100cc terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli,
maka air memenuhi syarat kesehatan.
g. Kepemilikan jamban/WC, kakus, dan Septic tank
Jarak pembuatan septic tank yaitu jaraknya terhadap sumber air bersih. harus lebih
dari 10 m.
h. Adanya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran got, Pengelolaan sampah.
3. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)
Meliputi surveilans kualitas air dan inspeksi sanitasi sarana air bersih
4. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon
kecantikan, dan tempat hiburan lainnya.
5. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
10
Penyehatan higiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi kesehatan dan kebersihan makanan serta kesehatan tenaga kerja.
6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung berapa rumah penduduk yang mengalami bebas
jentik.
2.5. Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.basis lingkungan. Masih tingginya
penyakit berbasis lingkungan antara lain disebabkan oleh faktor lingkungan serta prilaku
hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka
penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih
masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah air dan udara karena
limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transport serta lingkungan
fisik yang memungkinkan (Ricki, 2005). Beberapa penyakit berbasis lingkungan adalah
sebagai berikut:
1. ISPA
2. Diare
3. Penyakit Infeksi Kulit
4. Malaria
5. DBD
6. Cacingan
7. TB Paru
8. Filariasis
9. Keracunan makanan/minuman/pestisida
10. Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja